UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER – 1 NOVEMBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HERDIYANTI AMALIA, S.Farm. 1206329682
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER – 1 NOVEMBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
HERDIYANTI AMALIA, S.Farm. 1206329682
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh: Nama : Herdiyanti Amalia, S. Farm. NPM : 1206329682 Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Jalan Matraman Raya No. 218 Jakarta Timur Periode 21 Oktober – 1 November 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dyan Sulistyorini, Apt
( ..................................... )
Pembimbing II
: Dr. Berna Elya, M.Si., Apt.
( ..................................... )
Penguji I
: .........................................................
( ..................................... )
Penguji II
: .........................................................
( ..................................... )
Penguji III
: .........................................................
( ..................................... )
Ditetapkan di Tanggal
: Depok :
iii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Pjs. Dekan Fakultas Farmasi sampai dengan 20 Desember 2013. 3. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan pembimbing dari Apotik Atrika yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulis melaksanakan PKPA. 4. Drg. Yuditha Enda P. M.Kes. selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. 5. Drg. Murni Hayati, M.Si selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. 6. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku Pembimbing I dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama periode PKPA. 7. Dr. Berna Elya, M.Si., Apt. selaku Pembimbing II yang telah memberikan masukan selama penulisan laporan. 8. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
v
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
9. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 10. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 11. Seluruh keluarga tercinta, terutama Mama dan Ayah atas kasih sayang, dukungan, perhatian, semangat dan doa yang telah diberikan, yang senantiasa sabar dan tanpa lelah memberikan dukungan moril dan materil serta semangat, motivasi, dan bantuan kepada penulis dan juga sahabat-sahabat tersayang Mawar Merah terutama Anita, Marita, Rovenska, dan R.A yang sudah seperti keluarga sendiri. 12. Teman-teman Apoteker Angkatan 77, atas dukungan dan kerja samanya. 13. Semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Depok, Januari 2014
Penulis
vi
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Herdiyanti Amalia, S. Farm : 1206329682 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Periode 21 Oktober – 1 November 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur bertujuan untuk mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi, mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi koordinator-koordinator yang dibawahi oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), khususnya koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, dan mengetahui dan memahami alur perizinan sarana farmasi makanan dan minuman. Tugas khusus yang diberikan berjudul Rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Periode Juli - September 2013. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk mengetahui sistem dan tujuan pelaporan LPLPO Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Timur dan mengetahui data dua puluh jenis obat dari LPLPO yang paling banyak digunakan di wilayah Jakarta Timur periode Juli – September 2013.
Kata kunci
: Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman, Obat, Puskesmas, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Tugas Umum : xii + 70 halaman; 7 tabel; 2 lampiran Tugas Khusus : vi + 61 halaman; 3 tabel; 15 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 21 (1999-2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 12 (1999-2010)
viii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Herdiyanti Amalia, S.Farm : 1206329682 : Apothecary Profession : Pharmacist Internship Program at Health Agency of East Jakarta Period October 21st - November 1st 2013
Pharmacist Internship Program at Health Agency of East Jakarta Administration aims to understand the duties and functions of Health Agency of East Jakarta, the duties and functions of coordinators below Health Resources Section (SDK), specially Pharmaceutical, Food and Beverage Coordinator, and also know and understand the flow of giving permissions for pharmaceutical, food, and beverage facilities. Given a Specific Assignment titled Recapitulation of Drug Use Report and Request Sheet (LPLPO) District Community Health Center at Health Agency of East Jakarta Period July - September 2013. The purpose of this Specific Assignment are to know reporting systems and purposes of District Community Health Center LPLPO at Health Agency of East Jakarta and know twenty drugs most widely used from LPLPO at East Jakarta Period July to September 2013.
Keywords
: Health Agency of East Jakarta, Pharmaceutical, Food and Beverage Coordinator, Medicine, Community Health Center, Drug Use Report and Request Sheet General Assignment : xii + 70 pages; 7 tables; 2 appendices Specific Assignment : vi + 61 pages; 3 tables; 15 appendices Bibliography of General Assignment: 21 (1999-2012) Bibliography of Specific Assignment: 12 (1999-2010)
ix
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL..... ............................................................................. i HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... iv KATA PENGANTAR ................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vii ABSTRAK ....................................................................................................viii ABSTRACT ................................................................................................. ix DAFTAR ISI. ................................................................................................ x DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Tujuan ......................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR ............................................ 4 2.1 Instansi Kesehatan ...................................................................... 4 2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi .................................... 5 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ... 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan..................................................... 3.2 Dasar Hukum .............................................................................. 3.3 Ruang Lingkup ............................................................................
16 16 16 19
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 4.1 Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan ................................... 4.2 Koordinator Tenaga Kesehatan .................................................... 4.3 Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman .............................
49 50 51 54
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 63 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 63 5.2 Saran ........................................................................................... 64 DAFTAR ACUAN ........................................................................................ 65 LAMPIRAN ................................................................................................. 68
x
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5 Tabel 4.6
Tabel 4.7
Data rekapan dokter umum yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) di wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari – Oktober 2013 ..................................... 52 Data rekapan dokter gigi yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) di wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari – Oktober 2013 ..................................... 53 Jumlah sarana farmasi, makanan, dan minuman yang melakukan perizinan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari – Oktober 2013 ........................................ 54 Perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman yang dilakukan oleh Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari – Oktober 2013 (dengan standar maksimal 12 hari kerja) ............ 55 Daftar penerimaan data LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli – September 2013 ................................................. 58 Daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di enam PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara periode Juli – September 2013 ..... . 59 Daftar obat terbanyak yang digunakan pada masing – masing enam PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara periode Juli – September 2013 ....................................................................... 60
xi
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ........................... 69 Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur ..................................................................................... 70
xii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Setiap masyarakat mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, maka diselenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif, serta terjangkau oleh masyarakat.Namun, walaupun sudah mencapai banyak kemajuan, sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam skala minimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini sebenarnya membutuhkan peran aktif dari seluruh anggota masyarakat dan pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003, 2003). Salah satu misi pembangunan kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu. Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan upaya kesehatan diperlukan berbagai sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan ini berfungsi menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan mutu, prinsip kelayakan, dan aspek- aspek kemanusiaan serta dasar-dasar pembangunan kesehatan. Dalam upaya pemerintah melindungi masyarakat dari pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat dan merugikan, maka pemerintah membuat
kebijakan
dan
pedoman
serta
persyaratan-persyaratan
dalam
pelaksanaan dimulai dari pelayanan perizinan, pembinaan pengawasan serta pengendalian dari penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan. 1
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Sistem otonomi daerah menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah (Undang-undang No. 22 Tahun 1999, 1999). Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk mempermudah tugas dan tanggung jawabnya
dalam
pelaksanaan
binwasdal
(pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan. Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, Apoteker perlu dibekali pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari sarana pelayanan kesehatan tersebut. Oleh karena itu, maka program profesi apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung selama 2 minggu sejak tanggal 21 Oktober - 1 November 2013. PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar mahasiswa calon apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin serta dapat memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker di pemerintahan khususnya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
3
1.2
Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur, bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker: a.
Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
b.
Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi koordinatorkoordinator yang dibawahi oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan, khususnya koordinator Farmasi Makanan dan Minuman.
c.
Mengetahui dan memahami alur perizinan sarana farmasi makanan dan minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
2.1
Instansi Kesehatan Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang
kesehatan. Secara hierarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi : a.
Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan yang dipimpin oleh Menteri Kesehatan.
Kementerian
Kesehatan
berada
di
bawah
Presiden,
bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden, serta menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional. b.
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Struktur organisasi Dinas Kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 1.
c.
Suku Dinas Kesehatan Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/ Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/ kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi 4
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). d.
Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Puskesmas berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78 Puskesmas Kelurahan (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2009).
2.2
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi
menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
6
Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yaitu Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a.
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
b.
Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
c.
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.
d.
Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB).
e.
Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular.
f.
Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g.
Pelaksanaan surveilans kesehatan.
h.
Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
i.
Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j.
Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas.
k.
Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
7
l.
Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi.
m.
Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.
n.
Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.
o.
Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
p.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.
q.
Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan.
r.
Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s.
Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas.
t.
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.2.1 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri, dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2009) : a.
Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM).
b.
Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
c.
Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi.
d.
Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan organisasi terkait.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
8
e.
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
2.2.2 Sasaran Mutu Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2009) : a.
Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.
b.
Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.
c.
Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 3 hari kerja setelah berkas lengkap.
d.
Pelayanan perizinan sarana kesehatan 12 hari kerja setelah berkas lengkap.
e.
Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti.
f.
Kepuasan pelanggan 85% dipenuhi.
2.2.3 Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari : a.
Kepala Suku Dinas.
b.
Sub bagian Tata Usaha.
c.
Seksi Kesehatan Masyarakat.
d.
Seksi Pelayanan Kesehatan.
e.
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
f.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
g.
Sub kelompok Jabatan Fungsional. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.2.3.1 Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas : a.
Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
9
b.
Mengkoordinasikan
pelaksanaan
tugas
Subbagian,
Seksi
dan
Subkelompok Jabatan Fungsional. c.
Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
d.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.2.3.2 Sub bagian Tata Usaha Sub bagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Sub bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub bagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas : a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
d.
Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
e.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas.
f.
Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g.
Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
h.
Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.
i.
Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.
j.
Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
10
k.
Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan.
l.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub bagian Tata Usaha.
m.
Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas.
n.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.
d.
Mengkoordinasikan sektor terkait
dan
masyarakat
profesi untuk
pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e.
Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi
f.
Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat.
g.
Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
11
h.
Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.
i.
Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j.
Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
k.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.
l.
Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.
2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas : a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan.
f.
Melaksanakan kegiatan pembinaan,
pengawasan akreditasi sarana
pelayanan kesehatan. g.
Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h.
Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i.
Melaksanakan siaga 24 jam/ Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
12
j.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.
k.
Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.
l.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.
2.2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas : a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.
d.
Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.
e.
Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
f.
Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
g.
Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.
h.
Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.
i.
Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan.
j.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
13
k.
Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l.
Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga.
n.
Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial.
o.
Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi.
p.
Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.
r.
Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.
2.2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas : a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.
d.
Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
14
e.
Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat.
g.
Melaksanakan
kegiatan
koordinasi,
kerja
sama
dan
kemitraan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah/ swasta/ masyarakat. h.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi.
i.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi.
j.
Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k.
Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
l.
Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m.
Melaksanakan
kegiatan
monitoring
dan
pemetaan
kegiatan
penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n.
Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/ air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian
rekomendasi
(AMDAL),
upaya
Analisis
pengelolaan
Mengenai lingkungan
/
Dampak
Lingkungan
upaya
pemantauan
lingkungan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
15
o.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.
p.
Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
q.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
r.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1.
Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang bertanggung jawab dan berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a.
Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun
b.
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan
c.
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan
d.
Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan Minuman
e.
Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur
f.
Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.
3.2.
Dasar Hukum
3.2.1. Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut: a.
Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b.
Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c.
Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
d.
Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
e.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
f.
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
16 Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
17
h.
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
i.
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
j.
Kepmenkes No.1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat.
k.
Kepmenkes No.246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
l.
Permenkes No.1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan
m.
Kepmenkes No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
n.
Kepmenkes
No.184/Menkes/Per/II/1995
tentang
Penyempurnaan
Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. o.
Kepmenkes
No.149/Menkes/Per/II/1998
tentang
Permenkes
No.184/Menkes/Per/II/1995
Tentang
Perubahan
Atas
Penyempurnaan
Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. p.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 Tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.
3.2.2. Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a.
Permenkes No.1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
b.
Kepmenkes No.889/Menkes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
c.
Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
d.
Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/I/2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
e.
Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
18
f.
Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
g.
Kepmenkes
No.357/Menkes/Per/2006
tentang
Registrasi
dan
Izin
Radiografer. h.
Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien.
i.
Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis.
j.
Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara.
3.2.3. Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undangundang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa,
dan/atau
pelayanan
administratif
yang
disediakan
oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara
pelayanan
publik
tersebut
adalah
setiap
institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a.
Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam
peraturan perundang-undangan
dalam
rangka
mewujudkan
perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
19
b.
Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan sertaditerapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan. Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan
publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat.
3.3
Ruang Lingkup Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:
a.
Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman
b.
Koordinator Tenaga Kesehatan
c.
Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan
3.3.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah: a.
Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dan depo obat/farmasi)
b.
Toko Obat
c.
Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) sejak Januari 2013
d.
Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
e.
Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/ Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
3.3.1.1 Apotek Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
20
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan. Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu: a.
Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).
b.
Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).
c.
Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut.
d.
Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, dimana terhitung sejak ditetapkannya
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.
Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola sarana apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
21
pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40 x 60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. SIA
dapat
dicabut
jika
terdapat
pelanggaran-pelanggaran
yang
menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah : a.
Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA).
b.
Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
22
c.
APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus.
d.
Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain.
e.
Surat izin kerja APA dicabut.
f.
Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a.
Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00.
b.
Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.
c.
Fotokopi KTP DKI dari APA.
d.
Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri.
e.
Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa.
f.
Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).
g.
Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
h.
Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.
i.
Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp 6000,00.
j.
Peta lokasi dan denah ruangan.
k.
Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
23
akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp 6000,00.Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp 6000,00. l.
Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp 6000,00.
m.
Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).
n.
Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
o.
SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.
p.
Rencana jadwal buka apotek.
q.
Daftar peralatan peracikan obat.
r.
Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.
s.
Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.
t.
Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).
u.
Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.
Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi: a.
Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000,00.
b.
Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali.
c.
Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi.
d.
Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun.
e.
Denah bangunan beserta peta lokasi.
f.
Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.
g.
Fotokopi NPWP apoteker.
h.
SIK/SP apoteker dan pas foto 2 x 3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker.
i.
Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
24
j.
Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.
Secara umum persyaratan izin depo obat/farmasi: a.
Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000,00.
b.
Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.
c.
Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.
d.
Fotokopi KTP DKI APA.
e.
Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker.
f.
Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat/farmasi.
g.
Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi.
h.
Ijazah/SIK asisten apoteker.
i.
Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup.
j.
NPWP perusahaan.
k.
UUG.
l.
Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun.
m.
Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.
Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
25
Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1–3 bulan, maka harus menunjuk apoteker supervisor (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Salah satu jenis apotek adalah apotek rakyat, yaitu sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah: a.
Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik.
b.
Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
26
c.
Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.
d.
Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
e.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin.
f.
Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) : a.
Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp 6000,00.
b.
Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.
c.
Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA
d.
Fotokopi izin domisili dari lurah
e.
Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, foto kopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun.
f.
Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp 6000,00.
g.
Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas materai Rp 6000,00.
h.
Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar.
i.
Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6000,00. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
27
j.
Peta lokasi dan denah bangunan.
k.
Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp 6000,00.
l.
Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai Rp 6000,00.
m.
Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp 6000,00.
n.
Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana.
o.
Daftar
ketenagaan
berdasarkan pendidikan dilampiri
sengan SK
pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut diatas materai Rp 6000,00. p.
Surat izin kerja/surat penugasan apoteker.
q.
Surat izin kerja AA/D3 Farmasi.
r.
Rencana jadwal buka apotek.
s.
Daftar peralatan lainnya.
t.
Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi.
u.
Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp 6000,00.
3.3.1.2 Toko Obat Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
28
persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002) : a.
Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00.
b.
Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat.
c.
Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM.
d.
Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan
e.
Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar.
f.
Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp 6000,00.
g.
Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.
h.
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
i.
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik meliputi: a.
Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
b.
Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.
c.
Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi.
d.
Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
e.
Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
29
Perubahan fisik meliputi: a.
Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat.
b.
Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.
Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.
3.3.1.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Menurut Permenkes No. 06 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param,
tapel,
pilis,
cairan
obat
luar
dan
rajangan.
UMOT
hanya
dapatdiselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional, Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT terdiri dari : a.
Surat Permohonan;
b.
Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
c.
Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
30
d.
Fotokopi
KTP/identitas
pemohon
dan/atau
Direksi/Pengurus
dan
Komisaris/Badan Pengawas; e.
Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi;
f.
Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g.
Surat
Tanda
Daftar
Perusahaan
dalam
hal
permohonan
bukan
perseorangan; h.
Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan;
i.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
j.
Fotokopi Surat Keterangan Domisili
Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
dengan
menggunakan
contoh
sebagaimnana
tercantum dalam Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat, dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 20a, Formulir 20b atau Formulir 20c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi
Kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/kota
dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 21. Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
31
Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: a.
Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan;
b.
Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran; dan
c.
Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan.
Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat: a.
Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat;
b.
Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau
c.
Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).
d.
UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan
secara
tertulis
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
32
3.3.1.4 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun. Alat
kesehatan adalah instrumen,
apparatus,
mesin, alat
untuk
ditanamkan, reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a.
Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b.
Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00.
c.
Fotokopi izin UPAK.
d.
Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM.
e.
Denah bangunan/ruangan dari CPAK.
f.
Peta lokasi CPAK.
g.
SIUP CPAK.
h.
NPWP CPAK.
i.
UUG.
j.
Domisili perusahaan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
33
k.
Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.
l.
Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan).
Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a.
Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya)
b.
Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK
c.
Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi
d.
Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a.
Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK
b.
Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.
Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010) : a.
Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b.
Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun.
Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a.
Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
34
b.
Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan
c.
Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3.3.1.5 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk: a.
Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b.
Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.
c.
Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT
Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a.
Permohonan di atas materai Rp 6000,00.
b.
Fotokopi KTP.
c.
Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain: a.
Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00.
b.
Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya.
c.
Peta lokasi, IMB. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
35
d.
Denah ruangan produksi.
e.
Rancangan etiket.
f.
Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta).
g.
Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
h.
Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian.
i.
Data produk makanan yang akan diproduksi.
j.
Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk.
k.
Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik.
Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a.
Pengajuan permohonan Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati
tahap
pemeriksaan
sarana
produksinya
oleh
Sudinkes
Kotamadya. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan; higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga; cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB); peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga; pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk etika bisnis. b.
Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
36
Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. c.
Sertifikasi produksi pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu sertifikasi penyuluhan keamanan pangan dan sertifikasi produksi pangan.
d.
Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.
3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah : a.
Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
b.
Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter gigi spesialis)
c.
Surat Izin Kerja Perawat
d.
Surat Izin Kerja Perawat Gigi
e.
Surat Izin Praktik Bidan
f.
Surat Izin Kerja Radiografer
g.
Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien
h.
Surat Izin Praktik Fisioterapis
i.
Surat Izin Praktik Terapis Wicara
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
37
3.3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Tenaga
kefarmasian
adalah
tenaga
yang
melakukan
pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja/praktik. Apoteker dan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker, namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis
Kefarmasian
wajib
mengurus
SIKTTK
di
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh
STRTTK,
Tenaga
Teknis
Kefarmasian
harus
mengajukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
38
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a.
Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b.
Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;
c.
Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian;
d.
Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e.
Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm dua lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan
pekerjaan
kefarmasian
di
fasilitas
produksi
atau
fasilitas
distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a.
Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;
b.
Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
39
c.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d.
Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a.
Fotokopi STRTTK;
b.
Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian;
c.
Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
d.
Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan
SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
3.3.2.2 Surat Izin Praktik Dokter Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
dalam
memberikan
SIP
harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
40
kebutuhan pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi: a.
Fotokopi Surat TandaRegistrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku;
b.
Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
c.
Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu;
d.
Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan
e.
Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur
menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut: a.
Fotokopi SIP yang telah dimiliki;
b.
Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan
c.
Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama
pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
41
milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
3.3.2.3 Surat Izin Praktik Bidan Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi, fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Setiap bidan yang menjalankan praktik wajib memiliki
Surat Izin
Praktik Bidan (SIPB), kecuali bagi bidan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau bidan yang menjalankan tugas pemerintah sebagai bidan desa. Surat Izin Praktik Bidan adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan : a.
Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
b.
Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c.
Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d.
Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar; dan
e.
Rekomendasi dari Organisasi Profesi. SIPB hanya diberikan untuk satu tempat praktik. Bidan dalam
menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan.
3.3.2.4 Surat Izin Praktik Perawat Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
42
kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Perawat yang melaksanakan praktik pada wajib memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), kecuali untuk perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri. SIPP hanya diberikan untuk satu tempat praktik. SIPP dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan: a.
Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir;
b.
Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP;
c.
Surat pernyataan memiliki tempat praktik;
d.
Pas foto berwana ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan
e.
Rekomendasi dari Organisasi Profesi
Pelaksanaan perizinan perawat
di Suku Dinas
Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011 belum dilaksanakan sesuai dengan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tersebut karena belum terbentuknya Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) yang bertugas melaksanakan registrasi tenaga kesehatan di setiap provinsi. MTKI dan MTKP baru terbentuk pada akhir tahun 2011. Dengan demikian registrasi tenaga kesehatan masih dilakukan di Dinas Kesehatan dan pemberian Surat Izin Kerja Perawat pada tahun 2011 dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan Permenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat.
3.3.2.5 Surat Izin Kerja Perawat Gigi Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001 Perawat Gigi adalah setiap orang yang lulus pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Izin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sarana kesehatan. SIK sebagaimana dimaksud diperoleh dengan mengajukan permohonan
kepada
Kepala
Suku
Dinas
Kesehatan
setempat
dengan
melampirkan: Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
43
a.
Foto kopi ijazah pendidikan perawat gigi
b.
Foto kopi SIPG (surat izin perawat gigi) yang masih berlaku
c.
Surat keterangan sehat dari dokter
d.
Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e.
Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyebutkan tanggal mulai bekerja sebagai perawat gigi
f.
Rekomendasi dari organisasi profesi ( PPGI) SIK berlaku sepanjang SIPG belum habis masa berlakunya dan
selanjutnya dapat diperbaharui. SIPG berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
3.3.2.6 Surat Izin Kerja Radiografer Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 357/Menkes/Per/2006 Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan akademi penata rontgen, diploma III radiologi, pendidikan ahli madya/akademi/diploma III teknik radiodiagnostik dan radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan
perundang-undanganyang
berlaku.
Setiap
radiografer
untuk
menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta wajib memilki Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR). Untuk memperoleh SIKR maka radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan : a.
Fotokopi Surat Izin Radiografer (SIR) yang masih berlaku
b.
Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinanpenyelenggara pendidikan radiografer
c.
Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP
d.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e.
Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan SIK berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dandapat
diperbaharui. SIR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
44
3.3.2.7 Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/Menkes/VI/2002 Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Setiap refraksionis optisien untuk melakukan pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. SIK diperoleh dengan mengajukan permohonan
kepada
Kepala
Suku
Dinas
Kesehatan
setempat
dengan
melampirkan: a.
Fotokopi Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku
b.
Surat keterangan sehat dari dokter
c.
Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
d.
Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja
e.
Rekomendasi dari organisasi profesi SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat
diperbaharui kembali. SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapatdiperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.
3.3.2.8 Surat Izin Praktek Fisioterapis Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1363/Menkes/SK/XII/2001 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Fisioterapis dapat melaksanakan praktek fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Fisioterapis yang melaksanakan praktek fisioterapi harus memiliki Surat Izin Praktek Fisioterapis
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
45
(SIPF). SIPF dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan: a.
Fotokopi ijazah pendidikan fisioterapis
b.
Fotokopi SIF (surai izin fisioterapis) yang masih berlaku
c.
Surat keterangan sehat dari dokter
d.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar
e.
Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja
f.
Surat keterangan menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri SIPF berlaku sepanjang SIF belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. SIF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPF.
3.3.2.9 Surat Izin Praktek Terapis Wicara Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004 terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapis wicara dapat melaksanakan praktek terapis wicara pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Terapis wicara yang melakukan praktek pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok harus memiliki Surat Izin Praktek Terapis Wicara (SIPTW). SIPTW dapat diperoleh dengan megajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang terdekat dengan wilayah tersebut. Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan : a.
Fotokopi ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan terapis wicara
b.
Fotokopi SITW yang masih berlaku
c.
Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP
d.
Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggalmulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
46
e.
Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar SIPTW berlaku sepanjang SITW belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SITW berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPTW.
3.3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, 2009) : a.
Orientasi pada kepuasan pelanggan.
b.
Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and sustainable improvement).
c.
Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d.
Memberikan
jasa
pelayanan
dan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut. a.
Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100% terlaksana secara baik, benar dan tepat waktu
b.
Binwasdal program 100% terlaksana secara baik, benar dan tepat waktu
c.
Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja
d.
Pelayanan sarana kesehatan 12 hari kerja
e.
Keluhan pelanggan 100% ditindak lanjuti
f.
Kepuasan pelanggan 85% dipenuhi
g.
Tanggung jawab pencapaian sasaran mutu terdistribusi sampai Subbag dan Seksi pemilik program pencapaian sasaran mutu
h.
Pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan secara bertahap sesuai tabel pencapaian sasaran mutu dan dilakukan evaluasi periodik dalam rapat-rapat tinjauan manajemen.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
47
Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jaktim sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jaktim. a.
Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.
b.
Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi/subbagian saja.
c.
Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut.
d.
Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.
Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut: a.
Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim
b.
Profil Organisasi Sudin
c.
Sistem Manajemen Mutu Sudin
d.
Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu
e.
Komitmen Mutu
f.
Manjemen Sumber Daya
g.
Realisasi Pelayanan
h.
Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
48
Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut: a.
Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun.
b.
Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun.
c.
Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkahlangkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali.
d.
Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Sub bagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.
e.
Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Suku Dinas Kesehatan merupakan lembaga pemerintahan yang berada di bawah pemerintah daerah yang dikepalai oleh seorang Kepala Suku Dinas Kesehatan. Kepala Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di bidang dinas kesehatan yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Kepala Suku Dinas Kesehatan secara administratif bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kesehatan dan kepada Walikota Administrasi secara operasional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari 2009. Sebelumnya, Suku Dinas Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya terpisah menjadi dua bagian yaitu Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Namun sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah No. 10 tahun 2008, kedua bagian ini digabungkan menjadi satu bernamakan Suku Dinas Kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi kinerja agar pelayanan yang lebih baik dapat tercapai. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Untuk daerah DKI Jakarta sendiri, sampai saat ini terdapat enam buah Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Berdasarkan struktur organisasinya, Suku Dinas Kesehatan terbagi menjadi tiga Seksi, yaitu Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pengendalian Masalah, dan Seksi Sumber Daya Kesehatan. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil pelaksaan tugas dari Seksi Sumber Daya Kesehatan yang terdiri dari tiga koordinator, yaitu Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan (Mutu), Koordinator Tenaga Kesehatan (Nakes), dan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin).
49
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
50
4.1
Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan bertugas dalam mengevaluasi
tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Pelayanan perizinan dilakukan terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan. Sarana kesehatan yang diproses izinnya oleh Suku Dinas Kesehatan meliputi apotek, apotek rakyat, toko obat, Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK). Dalam prosesnya, kegiatan pelayanan perizinan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan, mulai dari tahap permohonan dan terbitnya surat perizinan dilakukan melalui sistem satu pintu. Pada sistem ini, semua berkas pemohon yang akan melakukan permohonan izin diserahkan ke bagian customer Service kantor walikota. Customer service selanjutnya akan meneruskan berkas permohonan ke seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem ini menjadikan seluruh proses perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya proses perizinan. Peraturan ini berlaku sejak diberlakukannya Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 74 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Kota Administrasi pada tanggal 9 Agustus 2011. Peraturan ini menyatakan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Evaluasi standar mutu pelayanan perizinan yang dilakukan oleh Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan berpatokan pada standar yang telah ditetapkan, yaitu 12 hari kerja terhitung dari lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Persyaratan mengenai syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan tertuang pada instruksi kerja Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur telah berhasil mempertahankan kualitas pelayanannya dengan diperolehnya sertifikat ISO 9001 : 2000 pada tahun 2008 dan berlanjut di tahun 2011 dengan didapatkannya sertifikat ISO 9001 : Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
51
2008 oleh lembaga terkait sistem manajemen mutu dalam konseling, pengawasan, dan kontrol terhadap pelayanan publik di wilayah Jakarta Timur. Sampai saat ini, pelaksanaan dan penerapan kualitas pelayanan yang baik terus menerus dijalankan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu ini dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan.
4.2
Koordinator Tenaga Kesehatan Koordinator Tenaga Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
bertugas dalam memberikan pelayanan proses perizinan tenaga kesehatan. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan. Terdapat dua jenis izin yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, yaitu izin kewenangan dan izin kerja atau praktek. Beberapa izin kerja yang menjadi wewenang Sudinkes, yaitu Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA), Surat/Sertifikat Penanggungjawab Industri Rumah Tangga Pangan (SPIRTP), dan Surat Izin Praktek Tenaga Medis (SIPTM), seperti Surat Izin Praktek Dokter Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek Bidan, Surat Izin Praktek Perawat, dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian. Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan untuk melihat perbandingan jumlah tenaga kesehatan di puskemas terhadap rasio jumlah penduduk. Perbandingan ini bertujuan untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di suatu wilayah, apakah sudah mencukupi jumlah yang ditentukan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan yang tidak mencukupi dapat menyebabkan dampak berupa tidak tercapainya pengobatan yang efisien dan efektif sehingga dapat menyebabkan penurunan mutu kesehatan masyarakat. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
52
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1202/MENKES/SK/VIII/2003, rasio dokter umum adalah sebesar 40 per-100.000 penduduk dan dokter gigi sebesar 11 per-100.000 penduduk. Dari data hasil rekapitulasi dokter umum yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) di wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari-Oktober 2013, terlihat bahwa belum ada satupun wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta yang telah memenuhi syarat rasio jumlah penduduk, yaitu 40 dokter per-100.000 penduduk. Namun, terdapat wilayah kecamatan yang hampir memenuhi syarat, yaitu Kecamatan Cipayung yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Kota Administrasi Jakarta Timur. Di Kecamatan Cipayung dokter umum yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) sebanyak 34 orang dan untuk mencapai rasio yang ditetapkan, dibutuhkan tambahan 15 orang dokter umum. Sedangkan untuk kecamatan Duren Sawit yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kota Administrasi Jakarta Timur, dokter umum yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) terhitung paling banyak, yaitu sebanyak 59 orang, tetapi karena jumlah kebutuhan dokter umum yang tinggi berdasarkan analisis rasio jumlah penduduk, kecamatan Duren Sawit masih kekurangan dokter umum sebanyak 68 orang. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data rekapan dokter umum yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) di wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari-Oktober 2013
Kecamatan
Puskesmas
Praktik Pribadi
Sarana/ Klinik
Jumlah
Kebutuhan
Kekurangan
Cakung
0
24
20
44
90
46
Cipayung
6
9
19
34
49
15
Ciracas
6
16
20
42
80
38
Duren Sawit
4
30
25
59
127
68
Jatinegara
8
20
21
49
105
68
Kramat Jati
4
14
24
42
82
40
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
53
Tabel 4.1. (lanjutan) Makasar
9
8
8
25
71
46
Matraman
3
10
17
30
77
47
Pasar Rebo
5
7
4
16
63
47
Pulo Gadung
13
27
9
49
112
63
Ketersediaan dokter gigi di wilayah kecamatan Jakarta Timur juga belum memenuhi standar, terlihat dari belum adanya wilayah yang memenuhi syarat rasio Jumlah penduduk, yaitu 11 dokter gigi per-100.000 penduduk. Terlebih lagi pada kecamatan Matraman, belum ada dokter gigi yang membuat Surat Izin Praktik (SIP), padahal kecamatan Matraman membutuhkan dokter gigi sebanyak 21 orang. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Data rekapan dokter gigi yang telah membuat Surat Izin Praktik (SIP) di wilayah kecamatan Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari-Oktober 2013 Kecamatan
Puskesmas
Praktik Pribadi
Sarana/ Klinik
Jumlah
Kebutuhan
Kekurangan
Cakung
0
2
2
4
25
21
Cipayung
3
2
0
5
13
8
Ciracas
0
5
8
13
22
9
Duren Sawit
2
18
4
24
35
11
Jatinegara
5
9
2
16
29
13
Kramat Jati
1
4
2
7
22
15
Makasar
0
3
1
4
19
15
Matraman
0
0
0
0
21
21
Pasar Rebo
1
3
2
6
17
11
Pulo /Gadung
2
13
2
17
31
14
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
54
4.3
Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin) Suku Dinas
Kesehatan Kota Adiministrasi Jakarta Timur dalam pelaksanaanya memiliki beberapa tugas pokok seperti perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) sarana kesehatan Farmakmin, rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas, serta penanganan sistem pelaporan narkotik dan psikotropik di daerah Jakarta Timur. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002, Sudinkes kota wajib melaporkan pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin sekali setahun kepada Menteri kesehatan, sehingga setiap tahun dilakukan pemutakhiran data sarana apotek, baik apotek maupun apotek rakyat. Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang telah dilakukan terhadap data perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman pada periode JanuariOktober 2013, terdapat 120 sarana Farmakmin yang melakukan perizinan kepada seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Seratus dua puluh saran ini terdiri dari apotek sebanyak 76 buah (70 melakukan perizinan pendirian apotek baru, 6 melakukan perizinan pergantian APA), apotek rakyat sebanyak 10 buah (7 melakukan perizinan pendirian apotek baru, 3 melakukan perizinan pergantian APA), toko obat sebanyak 9 buah (6 melakukan perizinan pendirian toko obat baru, 3 melakukan perpanjangan perizinan), UMOT sebanyak 1 buah, dan PIRT sebanyak 24 buah. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jumlah sarana farmasi, makanan, dan minuman yang melakukan perizinan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari-Oktober 2013. Bulan Januari Februari
Apotek 3 4
SaranaFarmakmin Apotek Toko Obat UMOT Rakyat 1 1 2 1
PIRT 2 4
Total
Persentase (%)
7 11
5.83 9.17
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
55
Tabel 4.3.
(lanjutan)
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Total
5 3 6 8 18 8 17 4 76
3 1 3 2 10
5 1 9
1
4 3 5 3 1 2 24
Persentase (%)
63.33
8.33
7.50
0.83
20.00
13 7 11 13 21 9 22 6 120
10.83 5.83 9.17 10.83 17.50 7.50 18.33 5.00
Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari bulan Januari – Oktober 2013 berjumlah 120 buah perizinan. Seluruhnya memenuhi sasaran mutu pelayanan, yaitu ≤ 12 hari kerja terhitung setelah semua berkas yang diperlukan dilengkapi oleh pemohon. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman yang dilakukan oleh Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari - Oktober 2013 (dengan Standar maksimal 12 hari kerja) ≤ 12 hari kerja Sarana
>12 hari kerja
Izin yang diterbitkan
Rata-rata lama
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
perizinan (hari)
76
76
100%
0
0%
6
10
10
100%
0
0%
5
9
9
100%
0
0%
6
UMOT
1
1
100%
0
0%
8
PIRT
24
24
100%
0
0%
7
Total
120
120
100%
0
0%
7
Apotek Apotek Rakyat Toko Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
56
Di antara tupoksi Bagian Farmakmin berdasarkan Peraturan Gubernur No. 150 tahun 2009, yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) pelayanan sarana kesehatan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, dan industri makanan dan minuman rumah tangga, dan juga melaksanakan kegiatan pemantauan dan monitoring harga obat generik dan persediaan cadangan obat essensial. Dari hasil kegiatan binwasdal yang dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta selam periode Juli sampai dengan September 2013 didapatkan kegiatan Binwasdal dilakukan pada 1 Puskesmas, 1 Rumah Sakit, 11 Apotek, 6 Apotek Rakyat, dan 4 Swalayan di wilayah Jakarta Timur. Hasil tersebut menunjukkan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh 1 apotek rakyat, yaitu menyalurkan dalam jumlah besar Somadryl yang mengandung Karisoprodol yang merupakan zat aktif yang telah dibatalkan izin edarnya menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK.04.1.35.06.13.3535 tahun 2013. Hal ini juga melanggar Perayuran Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia Nomor 284/ MENKES/PER/III/2007 pasal 5 mengenai apotek rakyat yang menyatakan apotek rakyat dilarang menyediakan dan menyerahkan obat dalam
jumlah besar,
sehingga dilakukan penutupan sementara terhadap apotek tersebut. Kegiatan Binwasdal pada sarana pangan yaitu swalayan menunjukan ada beberapa swalayan yang masih melakukan ketidaksesuaian yaitu masih menjual bahan pangan ataupun pangan yang telah melewati masa daluarsanya. Pada pemeriksaan Binwasdal ini juga ditemukan produk-produk PIRT yang masih menggunakan nomor izin edar yang lama dan ada pula produk impor yang belum memiliki izin edar di Indonesia sehingga dilakukan pemusnahan terhadap barang barang tersebut. Kegiatan Binwasdal yang dilakukan pada sarana kesehatan apotek menunjukkan hasil bahwa terdapat apotek yang melakukan pelanggaran berupa pemesanan sediaan somadryl tablet yang telah ditarik izin edarnya karena mengandung karisoprodol. Apetek ini juga tidak melaksanankan fungsi pelayanan Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
57
apotek dengan benar sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, sehingga dilakukan penyegelan terhadap apotek tersebut oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Tugas lainnya dari Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman adalah melakukan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan pelaporan LPLPO ke Dinas Kesehatan. Prosedur pelaporan dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dimulai dari LPLPO puskesmas kelurahan yang dilaporkan ke puskesmas kecamatan. LPLPO tersebut kemudian di kompilasi dengan LPLPO lain untuk kemudian dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft Excel dengan format terbaru yang telah ditentukan oleh Kementrian Kesehatan, berisi 144 jenis obat tersusun secara alfabetis, format tersebut kemudian dikirim melalui surat elektronik. LPLPO dari puskesmas kecamatan ini dilaporkan tiap bulan ke Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan menerima pemakaian obat di puskesmas tiap bulannya sebagai bentuk pengawasan terhadap pemakaian obat di Puskesmas. Setiap tiga bulan, Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/ Kabupaten akan merekapitulasi LPLPO puskesmas untuk kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan setiap enam bulan sekali data rekapitulasi dari tingkat provinsi ini dikirim ke Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Rekapitulasi
terhadap
data
LPLPO oleh Koordinator Farmakmin
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dilakukan
dengan
cara penghitungan
jumlah pemakaian obat di puskesmas kecamatan selama periode tertentu sehingga dapat diketahui dua puluh
jenis obat
yang paling
banyak
digunakan dan dapat digunakan untuk menganalisis pola jenis penyakit yang sering dialami oleh masyarakat di wilayah kecamatan tersebut. Hasil yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan langkah yang bisa diambil dalam upaya mengurangi jumlah kejadian penyakit tertentu, seperti menyelanggarakan program-program kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
58
Jumlah Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur sebanyak 10 Puskesmas. Hasil penerimaan data LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli-September 2013 dapat dilihat di Tabel 4.5. Dari 10 puskesmas kecamatan tersebut hanya 6 buah Puskesmas Kecamatan yang telah menyerahkan LPLPO pada periode Juli-September 2013, antara lain : PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, dan PKC Jatinegara. Terdapat 1 buah Puskesmas Kecamatan yang telah menyerahkan LPLPO pada periode JuliAgustus 2013, yaitu
PKC Makasar. Sedangkan dua Puskesmas Kecamatan
lainnya, yaitu PKC Pasar Rebo dan PKC Duren Sawit hanya menyerahkan LPLPO pada bulan Juli dan September 2013 dan hanya satu Puskesmas Kecamatan, yaitu PKC Pulo Gadung yang hanya mengirimkan LPLPO pada bulan Juli 2013. Dari hasil rekapitulasi LPLPO dari 6 buah Puskesmas Kecamatan periode Juli-September 2013 diperoleh data 20 jenis obat terbanyak dipakai yang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.5. Daftar penerimaan data LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli - September 2013 No.
Daftar Puskesmas
Bulan Juli
Agustus
September
1
PKC Pasar Rebo
Data diterima
-
Data diterima
2
PKC Makasar
Data diterima
Data diterima
-
3
PKC Cakung
Data diterima
Data diterima
Data diterima
4
PKC Matraman
Data diterima
Data diterima
Data diterima
5
PKC Ciracas
Data diterima
Data diterima
Data diterima
6
PKC Duren sawit
Data diterima
-
Data diterima
7
PKC Cipayung
Data diterima
Data diterima
Data diterima
8
PKC Pulo Gadung
Data diterima
-
-
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
59
Tabel 4.5.
(lanjutan)
9
PKC Kramat Jati
Data diterima
Data diterima
Data diterima
10
PKC Jatinegara
Data diterima
Data diterima
Data diterima
Tabel 4.6. Daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli-September 2013
No
Nama Obat
Satuan
Total
Ratarata/bulan
1
Paracetamol tablet 500 mg
Tablet
1874517
624839
2
Klorfeniramin maleat (CTM)
Tablet
1743102
581034
tablet 4 mg 3
Amoksisilin kaplet 500 mg
Kaplet
1321079
440360
4
Vitamin B Kompleks tablet
Tablet
1190484
396828
5
Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg
Tablet
1027458
342486
6
Asam Askorbat (vitamin C) tablet
Tablet
984854
328285
Tablet
745057
248353
50 mg 7
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat)
8
Deksametason tablet 0,5 mg
Tablet
742428
247476
9
Antasida DOEN I tablet kunyah,
Tablet
700989
233663
Tablet
616157
205386
kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg 10
Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl)
11
Metampiron tablet 500 mg
Tablet
607602
202534
12
Prednison tablet 5 mg
Tablet
519515
173172
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
60
Tabel 4.2 (lanjutan) 13
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500
Tablet
415442
138481
mg 14
Kaptopril tablet 25 mg
Tablet
275760
91920
15
Kotrimosazol DOEN I (dewasa)
Tablet
235233
78411
Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg 16
Ibuprofen tablet 200 mg
Tablet
216538
72180
17
Dekstrometorfan tablet 15 mg
Tablet
203674
67892
(HBr) 18
Diazepam tablet 2 mg
Tablet
146088
48696
19
Efedrin tablet 25 mg (HCl)
Tablet
123483
41161
20
Kaptopril tablet 12,5 mg
Tablet
114280
38094
Tabel 4.7. Daftar obat terbanyak yang digunakan pada masing-masing enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli-September 2013 No 1
Kecamatan PKC Cakung
Nama obat Klorfeniramin maleat
Satuan
Jumlah Obat
Tablet
154000
(CTM) tablet 4 mg 2
PKC Matraman
Paracetamol tablet 500 mg
Tablet
116910
3
PKC Ciracas
Metampiron tablet 500 mg
Tablet
337000
4
PKC Cipayung
Klorfeniramin maleat
Tablet
1228734
Tablet
153891
Tablet
203490
(CTM) tablet 4 mg 5
PKC Kramat Jati
Klorfeniramin maleat (CTM) tab
6
PKC Jatinegara
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
61
Beberapa permasalahan pada saat merekapitulasi LPLPO, salah satunya adalah terjadi keterlambatan pengiriman LPLPO dari Puskesmas Kecamatan ke Suku Dinas Kesehatan. Hal ini dapat dipengaruhi karena kurangnya tenaga kefarmasian di Puskesmas. Permasalahan lainnya yaitu masih terdapatnya Puskesmas Kecamatan yang menggunakan format LPLPO lama dimana setiap puskesmas memiliki jenis obat yang berbeda-beda pada formulir LPLPO sesuai dengan obat yang dikelola. Perlu diketahui bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya dilakukan secara manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbedabeda tiap puskesmas, sehingga mempersulit proses rekapitulasi LPLPO di Suku Dinas Kesehatan oleh petugas karena harus disesuaikan terlebih dahulu. Keterlambatan dan ketidaklengkapan dalam penyampaian LPLPO dapat berakibat pada tidak tepatnya distribusi obat ke unit pelayanan kesehatan. Koordinator Farmakmin Suku Dinas Kesehatan juga bertugas dalam pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika. Pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika oleh puskesmas dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas ini dapat juga dilihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan. Pelaksanaan pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik ini dilakukan dengan menggunakan program SIPNAP. Program SIPNAP telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2008. Program SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun 2012. Pada akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dan setahun setelahnya, yaitu pada tahun 2013, program SIPNAP ini sudah mulai diberlakukan. Sistem pada program ini memiliki bagian-bagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Pada program Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
62
SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masingmasing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Dalam pelaksanaanya, pelaksanaan pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik dengan menggunakan sistem ini belum berjalan dengan baik di seluruh Puskesmas Kecamatan yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai sistem beserta cara mengatasi masalah apabila terjadi kendala teknis seperti kesalahan ataupun gangguan pada sistem. Kurang terbiasanya petugas kesehatan di Puskesmas dengan sistem pelaporan yang baru dan masih menggunakan sistem pelaporan lama juga merupakan salah satu kendala dari permasalahan ini.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
a.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009.
b.
Tugas dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009.
c.
Sarana farmasi makanan dan minuman yang melakukan perizinandi bawah Binwasdal seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari data terakhir pada periode Januari – Oktober 2013 terdapat 46 apotek (42 melakukan perizinan pendirian apotek baru, 4 melakukan perizinan pergantian APA), 4 apotek rakyat (1 melakukan perizinan pendirian apotek baru, 3 melakukan perizinan pergantian APA), 8 toko obat (6 melakukan perizinan pendirian toko obat baru, 2 melakukan perizinan perpanjangan), 20 PIRT, dan 1 UMOT.
d.
Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Farmasi Makanan dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dari bulan Januari – Oktober 2013 berjumlah 79 perizinan.Seluruhnya memenuhi sasaran mutu pelayanan, yaitu ≤ 12 hari kerja terhitung setelah semua berkas yang diperlukan dilengkapi oleh pemohon.
e.
Kegiatan Binwasdal yang dilakukan oleh seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur selama periode Januari-Oktober 2013 padasarana instalasi farmasi rumah sakit dan apotek sebanyak 32 kegiatan, masing-masing 22 kegiatan pada sarana instalasi farmasi rumah sakit dan 10 kegiatan pada apotek. 63
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
64
g.
Tugas
Koordinator
Tenaga
Kesehatan
salah
satunya
memantau
ketersediaan tenaga kesehatan diseluruh Puskesmas di Jakarta Timur. Hasil pemantauan ketersediaan tenaga kesehatan menunjukkaan bahwa masih belum merata dan belum memenuhi persyaratan untuk membuat Surat Izin Praktik (SIP) di Puskesmas, praktik pribadi dan sarana atau klinik. Diperlukan penyediaan tenaga kesehatan untuk menuju Indonesia Sehat. h.
Kegiatan pencapaian sasaran mutu oleh Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan memberikan hasil sasaran mutu waktu perizinan 12 hari kerja pada Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman Seksi Sumber Daya Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur.
5.2.
Saran
a.
Penyerahan LPLPO oleh setiap puskesmas ke suku dinas kesehatan harus lebih tepat waktu lagi agar dapat dianalisis pemakaian obat yang digunakan pada setiap kecamatan.
b.
Diharapkan Subseksi Tenaga Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur dapat melakukan koordinasi dengan dokter umum dan dokter gigi di Puskesmas untuk segera membuat Surat Izin Praktik (SIP).
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No.889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 65
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
66
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No.1363/Menkes/SK/XII/2001
tentang
Registrasi
dan
Izin
Praktik
Fisioterapis. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No.1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No.544/Menkes/VI/2002 tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan No.867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 tentang Registrasi dan Izin Radiografer. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan No.357/Menkes/ Per/2006 tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/MenKes/PER/III/2007. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No284/MenKes/PER/III/2007. tentang Apotek Rakyat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 006/Menkes/Per/X/2012 tentang Industri dan Usaha
Obat
Tradisional.
(2012).
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.006/Menkes/Per/X/2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
67
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undangundang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
69
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Unversitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
70
Lampiran 2.Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2013
REKAPITULASI LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS KECAMATAN DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JULI - SEPTEMBER 2013
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HERDIYANTI AMALIA, S.Farm. 1206329682
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER - 1 NOVEMBER 2013
REKAPITULASI LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS KECAMATAN DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JULI - SEPTEMBER 2013
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
HERDIYANTI AMALIA, S.Farm. 1206329682
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
ii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. HALAMAN JUDUL .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL ........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
i ii iii iv v
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan .......................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi .................................... 2.2 Puskesmas .................................................................................... 2.3 Pengelolaan Obat di Puskesmas .................................................... 2.4 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) .........
4 4 6 9 18
BAB 3 METODE PENGKAJIAN ............................................................... 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 3.3 Cara Kerja ....................................................................................
20 20 20 20
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 21 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 28 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 28 5.2 Saran ............................................................................................ 28 DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 29 LAMPIRAN ................................................................................................. 31
iii
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Format Lama dan Format Baru ..................................... 19 Tabel 4.1 Daftar rekapitulasi penerimaan LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli - September 2013 ...................................... 23 Tabel 4.2 Daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013 ............................................................................. 24 Tabel 4.3 Daftar obat terbanyak yang digunakan pada masing-masing enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013 ........................................................ 26
iv
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cakung Periode Juli – September 2013 .................. 32
Lampiran 2.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Matraman Periode Juli – September 2013 .............. 33
Lampiran 3.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Ciracas Periode Juli – September 2013 .................. 34
Lampiran 4.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cipayung Periode Juli – September 2013 ............... 35
Lampiran 5.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Juli – September 2013 ............ 36
Lampiran 6.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Periode Juli – September 2013 .............. 37
Lampiran 7.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Juli – Agustus 2013 .................... 38
Lampiran 8.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Periode Juli – Agustus 2013 ................ 39
Lampiran 9.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Periode Juli – Agustus 2013 .............. 40
Lampiran 10.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Pulo gebang Periode Juli 2013 ............................... 41
Lampiran 11.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013 .............................................................. 42
Lampiran 12.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – Agustus 2013 .................................... 44
Lampiran 13.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Pasar Rebo, PKC Cakung, PKC v
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli dan September 2013 ....................................................................... 46 Lampiran 14.
Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Pasar Rebo, PKC Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Pulo Gadung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli 2013 ..................................................... 49
Lampiran 15.
Format baru Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO) .................................................................................. 53
vi
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Untuk
mewujudkan
derajat
kesehatan
masyarakat
yang
setinggi−tingginya diperlukan ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan, ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009). Salah satu sarana pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk mendukung terwujudnya cita-cita tersebut adalah puskesmas. Menurut Kepmenkes RI No. 857/Menkes/SK/IX/2009, Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pengobatan di Puskesmas maka obat-obatan merupakan unsur yang sangat penting, maka pengelolaan obat yang benar secara optimal sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan kesehatan (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010).
1 Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Sebagai bentuk pengawasan pemerintah terhadap persediaan obat pada puskesmas, pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas dilakukan dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010). Sistem pelaporan LPLPO dari puskesmas kecamatan dilaporkan ke suku dinas kesehatan kotamadya atau kabupaten kemudian setiap 3 bulan dilakukan rekapitulasi data triwulan oleh suku dinas kesehatan yang akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi di tingkat provinsi. Setiap enam bulan sekali, data rekapitulasi tingkat provinsi diserahkan ke Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas Kesehatan
Kabupaten
Administrasi
sebagai
perangkat
pada
tingkat
kota
administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Termasuk dalam salah satu fungsi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) mempunyai fungsi, antara lain melakukan
pengawasan
penghimpunan,
dan
pengolahan,
pengendalian pemeliharaan,
ketersediaan penyajian,
kefarmasian,
serta
pengembangan,
dan
pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana, dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi. Pada struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan Minuman merupakan Seksi yang bertanggung jawab terhadap Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dimana apoteker memiliki peran didalamnya. Oleh karena itu, mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diberikan tugas khusus mengenai rekapitulasi LPLPO pada Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur periode Juli - September 2013.
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
3
1.2
Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber
daya Kesehatan, terutama di bagian Farmasi Makanan dan Minuman bertujuan untuk: a.
Mengetahui sistem dan tujuan pelaporan LPLPO Puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Timur.
b.
Mengetahui data dua puluh jenis obat dari LPLPO yang paling banyak digunakan di wilayah Jakarta Timur periode Juli – September 2013.
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Menurut Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009,
adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yaitu Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a.
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
b.
Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
c.
Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian.
4
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
d.
Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB).
e.
Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular.
f.
Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g.
Pelaksanaan surveilans kesehatan.
h.
Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
i.
Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j.
Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas.
k.
Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
l.
Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi.
m.
Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat.
n.
Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.
o.
Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
p.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.
q.
Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan.
r.
Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s.
Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas.
t.
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
6
2.2
Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005). Program upaya pengobatan di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga tingkat ketersediaan obat pada semua unit pelayanan yang ada di wilayahnya. Fungsi Puskesmas menurut Kepmenkes RI No. 857/Menkes/SK/IX/2009 adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
7
Menurut Kepmenkes RI No. 128/MENKES/SK/II/2004, visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungn dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata sert memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Menurut
Kepmenkes
RI
No.
128/MENKES/SK/II/2004,
misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Misi tersebut adalah: a.
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b.
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
c.
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
d.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya. Dalam melaksanakan pengelolaan obat di Puskesmas telah ditetapkan unit
pengelola obat dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu menurut Kepmenkes RI No. 128/MENKES/SK/II/2004, yaitu : sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
2.2.1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. Puskesmas
selalu
berupaya
menggerakkan
dan
memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
8
kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2.2.2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.
Pemberdayaan
perorangan,
keluarga
dan
masyarakat
ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
2.2.3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi: a.
Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
b.
Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
9
keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. Kegiatan yang dilakukan pada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Pembantu menurut Kepmenkes RI No. 128/MENKES/SK/II/2004, yaitu : a.
Petugas menerima obat dari gudang farmasi Kabupaten/Kota sesuai slip penerimaan obat;
b.
Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan, kemudian abjad nama obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila ada);
c.
Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan dalam bentuk buku register harian;
d.
Petugas mencatat setiap jenis obat dalam kartu stok obat;
e.
Petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) setiap akhir bulan.
2.3.
Pengelolaan Obat di Puskesmas Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010,
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang baik dan benar serta efektif dan efisien secara berkesinambungan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di Puskesmas bertujuan untuk menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan obat yang efisien, efektif dan rasional, serta menjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu pendistribusian, tepat penggunaan, dan tepat mutu di setiap unit pelayanan kesehatan.
2.3.1. Perencanaan Obat di Puskesmas. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat di Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
10
setiap periode dilaksanakan oleh Pengelola Obat dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Tujuan perencanaan obat adalah untuk : a.
Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
b.
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
c.
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam pertimbangan perencanaan obat tahunan. Oleh karena itu, data ini sangatlah penting untuk perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas. Ketepatan dan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di wilayah puskesms tersebut. Pada proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya. Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik perhitungan tertentu, meliputi : Tahap Pemilihan Obat, Tahap Kompilasi Pemakaian Obat, Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat, Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat Proyeksi Kebutuhan Obat, Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat.
2.3.1.1. Tahap Pemilihan Obat. Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang meliputi : a.
Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
11
b.
Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
c.
Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
d.
Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.
Kriteria pemilihan obat yaitu, sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu diantaranya : Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit, obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah, obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun bioavailabilitasnya, harga terjangkau, obat sedapat mungkin sediaan tunggal, biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik, dan bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah, sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan, stabilitas yang paling baik, dan paling mudah diperoleh.
Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku. Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan: a.
Kontra Indikasi.
b.
Peringatan dan Perhatian.
c.
Efek Samping.
d.
Stabilitas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
12
2.3.1.2. Tahap Kompilasi Pemakaian Obat. Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian obat di unit pelayanan kesehatan, yang bersumber dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian obat dapat digunakan sebagai dasar untuk menghitung stok optimum. Informasi yang diperoleh adalah : a.
Pemakaian tiap
jenis
obat
pada
masing-masing unit
pelayanan
kesehatan/puskesmas pertahun. b.
Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas.
c.
Pemakaian rata-rata untuk setiap jenis obat untuk tingkat Kabupaten/Kota secara periodik.
2.3.1.3. Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat. Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara tepat.
2.3.1.4. Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat Proyeksi Kebutuhan Obat Tahap ini adalah tahap perhitungan kebutuhan obat secara komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan dari berbagai sumber anggaran.
2.3.1.5. Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat. Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan jumlah dana yang tersedia maka informasi yang didapat adalah jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang.
2.3.2 Permintaan Obat di Puskesmas. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas diajukan
oleh
Kepala
Puskesmas
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
13
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas. Sumber penyediaan obat di Puskemas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat esensial yang jenis dan item nya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN). Tujuan dari permintaan obat di puskesmas adalah untuk memenuhi kebutuhan obat di masingmasing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada di wilayah kerjanya. Sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah dan Permenkes RI No. HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah, Oleh karena itu, hanya obat generik yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah : a.
Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik.
b.
Obat generik mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
c.
Meningkatkan cakupan dan kesinambungan pelayanan kesehatan publik.
d.
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
14
Kegiatan pertama yang dilakukan pada permintaan obat di puskesmas adalah menentukan jenis permintaan obat, karena jenis permintaan obat dibagi menjadi dua, yaitu : a.
Permintaan Rutin Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas.
b.
Permintaan Khusus Dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila : Kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan, dan untuk penanganan kejadian Luar Biasa (KLB), obat rusak, dan kadaluarsa. Setelah itu dilakukan penentuan jumlah permintaan obat dengan
menggunakan data dari: a.
Data pemakaian obat periode sebelumnya,
b.
Jumlah kunjungan resep,
c.
Jadwal
dan
frekuensi
distribusi
obat
dari
Instalasi
Farmasi
Kabupaten/Kota, d.
Data penyakit,
e.
Sisa stok.
2.3.3 Penerimaan Obat di Puskesmas. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola obat atau petugas lain yang diberi kuasa oleh Kepala Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan aggar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.
2.3.4 Penyimpanan Obat di Puskesmas. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
15
pencurian serta gangguan yang menyebabkan kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan bertujuan agar: a.
Memelihara mutu obat,
b.
Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab,
c.
Menjaga kelangsungan persediaan,
d.
Memudahkan pencarian dan pengawasan.
2.3.5 Distribusi Obat di Puskesmas. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Distribusi/penyaluran merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan antara lain : a.
Sub unit pelayanan kesehatan di lingkungan Puskesmas.
b.
Puskesmas pembantu.
c.
Puskesmas keliling.
d.
Posyandu (Pos pelayanan terpadu).
e.
Polindes (Pondok bersalin desa).
Distribusi obat di puskesmas dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu yang terjamin. Kegiatan pendistribusian obat diantaranya mencakup : Menentukan frekuensi distribusi, menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan, dan melaksanakan penyerahan obat.
2.3.5.1. Menentukan frekuensi distribusi Selain waktu, sisa stok dan jarak sub unit pelayanan kesehatan perlu dipertimbangkan pula dana, tenaga dan sarana yang tersedia di Puskesmas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
16
2.3.5.2. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan. Jumlah obat yang akan di distribusikan ke sub unit pelayanan kesehatan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a.
Pemakaian rata-rata masing-masing sub unit pelayanan kesehatan,
b.
Sisa stok yang masih ada di sub unit pelayanan kesehatan,
c.
Pola penyakit yang ada, dan
d.
Kemungkinan kenaikan kunjungan.
2.3.5.3. Melaksanakan penyerahan obat. a.
Distribusi aktif. Pengiriman obat dilakukan oleh gudang Puskesmas.
b.
Distribusi pasif. Pengambilan obat dilakuakan oleh sub unit pelayanan dan penyerahan obat harus disertai dengan dokumen penyerahan (LPLPO sub unit) (Depkes RI, 1997).
2.3.6 Pencatatan dan Pelaporan Obat. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di Puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya. Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh kegiatan pengelolaan obat. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data, tepat isi dan dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk
analisis
penggunaan,
perencanaan kebutuhan obat,
pengendalian persediaan dan pembuatan laporan pengelolaan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
17
Pencatatan dan pelaporan bertujuan sebagai : a.
Bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan.
b.
Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian.
c.
Sumber data untuk perencanaan kebutuhan.
d.
Sumber data untuk pembuatan laporan.
2.3.7 Supervisi dan Evaluasi Pengelolaan Obat. Menurut Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010, Supervisi merupakan suatu proses pengamatan yang dilakukan untuk menjaga agar semua pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan pedoman yang disepakati bersama secara terencana oleh petugas pengelola obat dari unit yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Provinsi/ Kabupaten/Kota) terhadap pelaksanaan pengelolaan obat oleh petugas ke unit yang lebih rendah (Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota/Puskesmas/Puskesmas
Pembantu/UPT
dilakukan untuk mencapai tujuan peningkatan
lainnya).
Supervisi
produktivitas para petugas
pengelola obat agar mutu pelayanan obat dapat ditingkatkan secara optimum. Evaluasi merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil dan dampak serta biayanya. Tujuan dari evaluasi pengelolaan obat adalah untuk : a.
Menetapkan kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam program yang sedang berjalan dan mencari solusinya.
b.
Memprediksi kegunaan dari pengembangan program dan memperbaikinya.
c.
Mengukur kegunaan program-program yang inovatif.
d.
Meningkatkan efektifitas program, manajemen dan administrasi.
e.
Mengetahui kesesuaian antara sasaran yang diinginkan dengan hasil yang dicapai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
18
2.4
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Formulir yang digunakan sebagai dokumen bukti mutasi obat adalah
formulir LPLPO atau disebut juga formulir Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat. Formulir ini dipakai untuk permintaan dan pengeluaran obat. (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2007). Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit. LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, diberikan ke Dinkes Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani oleh kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, satu rangkap untuk Kepala Dinas Kesehatan, satu rangkap untuk Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota dan satu rangkap dikembalikan ke puskesmas. LPLPO sudah harus diterima oleh Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2010) Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat disampaikan oleh Puskesmas/UPK ke Instalasi Farmasi (IF). Petugas Pencatatan dan Evaluasi melakukan evaluasi dan pengecekan sesuai dengan rencana distribusi dari IF lalu dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Penulisan LPLPO dengan format baru berlaku sejak Desember 2012. Penulisan LPLPO format lama dan format baru memiliki beberapa perbedaan, diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Laporan penggunaan dan lembar permintaan obat dibuat berdasarkan : a.
Catatan harian penggunaan obat.
b.
Kartu Stok Obat. Kegunaan LPLPO adalah sebagai :
a.
Bukti pengeluaran obat di Instalasi Farmasi.
b.
Bukti penerimaan obat di Puskesmas/Rumah Sakit.
c.
Surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas/Rumah Sakit kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
d.
Sebagai bukti penggunaan obat di Rumah Sakit/Puskesmas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
19
Tabel 2.1 Perbedaan Format Lama dan Format Baru No. Perbedaan 1
Format Lama
Kelengkapan Formulir
Format Baru
Kode Puskesmas,
Nama,
Nama Puskesmas,
Puskesmas,
Kecamatan,
Kecamatan,
Kabupaten,
Provinsi,
Provinsi,
Bulan,
Bulan,
Tahun.
Tahun, Jumlah Kunjungan Resep dan Pasien (Bayar, Gratis, Akses, Jamsostek, Gakin). 2
3
Isi Kolom Formulir
Nomor,
Nomor,
Nama Obat,
Nama Obat,
Satuan, Stock Awal,
Kemasan,
Penerimaan,
Pemakaian,
Persediaan,
Sisa Stok,
Pemakaian,
Ketersediaan
Stok Akhir,
Triwulan,
Keterangan.
% Ketersediaan.
Sistem Pengisian Nama Sesuai dengan obat dan alat Menggunakan Obat
kesehatan
yang
dikelola format yang telah
oleh setiap puskesmas.
ditentukan Kemenkes (144 item obat).
4
Bentuk Laporan
Hardcopy.
5
Penyerahan
Datang langsung ke kantor Surat Sudinkes Jakarta Timur.
Softcopy. Elektronik
(e-mail).
[Sumber : Perbandingan format LPLPO lama dan baru, 2012]
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Pengambilan data dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,
Seksi Sumber Daya Kesehatan, Bagian Farmasi Makanan dan Minuman dari tanggal 21 Oktober – 1 November 2013.
3.2
Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari data sekunder
berupa Laporan penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang dikirimkan
oleh
masing-masing
Puskesmas
Kecamatan
(Sebanyak
10
Puskesmas) paling lambat pada tanggal 10 setiap bulan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data yang dikumpulkan mulai dari bulan Juli - September 2013. Data berisi daftar pemakaian obat di 10 PKC di Jakarta Timur terdapat pada Lampiran 1 – 14.
3.3
Cara Kerja Data yang diperoleh diolah dengan cara memasukkannya ke program
Microsoft Excel sebagai data base penggunaan obat di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data yang diterima disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai dua puluh jenis obat yang paling banyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur pada Periode Juli September 2013.
20
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Setiap bulan Puskesmas wajib untuk membuat laporan pemakaian obat dan bahan habis pakai kepada suku dinas kesehatan. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat dan bahan habis pakai serta penggunaannya pada setiap bulan pada masing-masing Puskesmas Kecamatan. LPLPO digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat puskesmas. Prosedur pelaporan dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dimulai dari LPLPO puskesmas kelurahan yang dilaporkan ke puskesmas kecamatan. LPLPO tersebut kemudian di kompilasi dengan LPLPO lain untuk kemudian dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft Excel dengan format terbaru yang telah ditentukan oleh Kementrian Kesehatan, berisi 144 jenis obat tersusun secara alfabetis, format tersebut kemudian dikirim melalui surat elektronik. LPLPO dari puskesmas kecamatan ini dilaporkan tiap bulan ke Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan menerima pemakaian obat di puskesmas tiap bulannya sebagai bentuk pengawasan terhadap pemakaian obat di Puskesmas. Kemudian Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten akan merekapitulasi LPLPO puskesmas kecamatan per tiga bulan untuk kemudian dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi. Kemudian setiap enam bulan sekali data rekapitulasi tingkat provinsi dikirimkan ke pusat yaitu Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Pada tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, dilakukan pengamatan serta rekapitulasi terhadap Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dari 10 Puskesmas kecamatan, antara lain : PKC Matraman, PKC Duren Sawit, PKC Makasar, PKC Pasar Rebo, PKC Cakung, PKC Ciracas, PKC Jatinegara, PKC Kramat Jati, PKC Pulo Gadung, dan PKC Cipayung pada periode Juli - September 2013.
21 Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
22
Rekapitulasi terhadap data dari LPLPO ini dilakukan dengan cara penghitungan jumlah pemakaian obat di puskesmas kecamatan selama periode Juli – September sehingga dapat diketahui dua puluh jenis obat yang paling banyak digunakan, dan dapat digunakan untuk menganalisis pola jenis penyakit yang sering dialami oleh masyarakat di wilayah kecamatan tersebut. Selanjutnya melalui hasil yang diperoleh dapat dijadikan pertimbangan untuk memutuskan langkah yang bisa diambil dalam upaya mengurangi jumlah kejadian penyakit tertentu, seperti menyelanggarakan program-program kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Jumlah Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur sebanyak 10 Puskesmas Kecamatan. Hasil penerimaan data LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli – September 2013 dapat dilihat di Tabel 4.1. Dari 10 puskesmas kecamatan tersebut hanya enam Puskesmas Kecamatan yang telah menyerahkan LPLPO pada periode Juli – September 2013, antara lain: PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, dan PKC Jatinegara. Terdapat satu Puskesmas Kecamatan yang telah menyerahkan LPLPO pada periode Juli – Agustus 2013 yaitu PKC Makasar. Sedangkan dua Puskesmas Kecamatan lainnya yaitu PKC Pasar Rebo dan PKC Duren Sawit hanya menyerahkan LPLPO pada bulan Juli dan September 2013 dan hanya satu Puskesmas Kecamatan yaitu PKC Pulo Gadung yang hanya mengirimkan LPLPO pada bulan Juli 2013. Hasil rekapitulasi LPLPO dari enam Puskesmas kecamatan periode Juli – September 2013 diperoleh data dua puluh jenis obat yang paling banyak dipakai dapat terlihat di Tabel 4.2. Beberapa permasalahan pada saat merekapitulasi LPLPO, salah satunya adalah terjadi keterlambatan pengiriman LPLPO dari puskesmas kecamatan ke Suku Dinas Kesehatan. Hal ini dapat dipengaruhi karena kurangnya tenaga kefarmasian di Puskesmas. Permasalahan lainnya dimana masih terdapat puskesmas kecamatan yang menggunakan format LPLPO lama dimana setiap puskesmas memiliki jenis obat yang berbeda-beda pada formulir LPLPO sesuai dengan obat yang dikelola. Perlu diketahui bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya dilakukan secara manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbedabeda tiap puskesmas, sehingga mempersulit proses rekapitulasi LPLPO di Suku
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
23
Dinas Kesehatan oleh petugas karena harus disesuaikan terlebih dahulu. Keterlambatan dan ketidaklengkapan dalam penyampaian LPLPO dapat berakibat pada tidak tepatnya distribusi obat ke unit pelayanan kesehatan. Format penulisan LPLPO baru dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tabel 4.1 Daftar penerimaan data LPLPO dari 10 Puskesmas kecamatan periode Juli - September 2013
NO
BULAN
DAFTAR PUSKESMAS
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBER
1
PKC Pasar Rebo
Data diterima
-
Data diterima
2
PKC Makasar
Data diterima
Data diterima
-
3
PKC Cakung
Data diterima
Data diterima
Data diterima
4
PKC Matraman
Data diterima
Data diterima
Data diterima
5
PKC Ciracas
Data diterima
Data diterima
Data diterima
6
PKC Duren sawit
Data diterima
-
Data diterima
7
PKC Cipayung
Data diterima
Data diterima
Data diterima
8
PKC Pulo Gadung
Data diterima
-
-
9
PKC Kramat Jati
Data diterima
Data diterima
Data diterima
10
PKC Jatinegara
Data diterima
Data diterima
Data diterima
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
24
Tabel 4.2 Daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013 No
Nama Obat
Satuan
Total
Ratarata/bulan
1
Parasetamol tablet 500 mg
Tablet
1874517
624839
2
Klorfeniramin maleat (CTM)
Tablet
1743102
581034
tablet 4 mg 3
Amoksisilin kaplet 500 mg
Kaplet
1321079
440360
4
Vitamin B Kompleks tablet
Tablet
1190484
396828
5
Gliseril Guaiakolat tablet 100 mg
Tablet
1027458
342486
6
Asam Askorbat (vitamin C) tablet
Tablet
984854
328285
Tablet
745057
248353
50 mg 7
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat)
8
Deksametason tablet 0,5 mg
Tablet
742428
247476
9
Antasida DOEN I tablet kunyah,
Tablet
700989
233663
Tablet
616157
205386
kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg 10
Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl)
11
Metampiron tablet 500 mg
Tablet
607602
202534
12
Prednison tablet 5 mg
Tablet
519515
173172
13
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500
Tablet
415442
138481
mg 14
Kaptopril tablet 25 mg
Tablet
275760
91920
15
Kotrimosazol DOEN I (dewasa)
Tablet
235233
78411
Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
25
Tabel 4.2 (lanjutan) 16
Ibuprofen tablet 200 mg
Tablet
216538
72180
17
Dekstrometorfan tablet 15 mg
Tablet
203674
67892
(HBr) 18
Diazepam tablet 2 mg
Tablet
146088
48696
19
Efedrin tablet 25 mg (HCl)
Tablet
123483
41161
20
Kaptopril tablet 12,5 mg
Tablet
114280
38094
Berdasarkan Tabel 4.2, pemakaian jenis obat terbanyak di wilayah Jakarta Timur selama periode bulan Juli – September 2013 turut dipengaruhi oleh pola penyakit yang berada di wilayah tersebut. Melalui obat yang banyak dipakai pasien di puskesmas wilayah tersebut yaitu diantaranya : Parasetamol, Klorfeniramin Maleat (CTM), Amoksisilin, Gliseril Guaiakolat, Deksametason, Prednison, Kotrimosazol, Dekstrometorfan HBr, dan Efedrin, yang dapat digunakan untuk mengobati gejala demam, batuk, pilek, radang tenggorokan, yang merupakan gejala pada penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Pemberian vitamin yang diberikan seperti vitamin B kompleks, vitamin B1, vitamin B6 serta vitamin C juga memiki prevalensi yang tinggi. Penderita penyakit ISPA juga memerlukan pemberian vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat masa penyembuhan. Penyakit lain yang memiliki prevalensi yang cukup tinggi yaitu gangguan saluran pencernaan seperti maag dengan
pemberian
Antasida,
infeksi
saluran
cerna
dengan
pemberian
Kotrimosazol, dan tekanan darah tinggi yang pengobatannya dilakukan dengan pemberian Kaptopril. Karena Kaptopril merupakan obat antihipertensi golongan ACE–Inhibitor
yang
dapat
mencegah
pemecahan
bradikinin,
sehingga
memberikan efek samping batuk sehingga pemberian obat tersebut seringkali ditambahkan pula dengan pemberian obat batuk seperti Dekstrometorfan HBr. Pemakaian obat terbanyak untuk periode bulan Juli – Agustus 2013 dari tujuh Puskesmas Kecamatan (PKC Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara) sama dengan pemakaian obat terbanyak dari enam kecamatan untuk periode Juli – September 2013 yaitu Parasetamol. Pemakaian obat terbanyak untuk periode bulan Juli dan Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
26
September 2013 dari delapan Puskesmas Kecamatan (PKC Pasar Rebo, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara) sama dengan pemakaian obat terbanyak dari enam kecamatan untuk periode Juli – September 2013 yaitu Parasetamol. Pemakaian obat terbanyak untuk periode bulan Juli 2013 dari sepuluh Puskesmas Kecamatan (PKC Pasar Rebo, PKC Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Pulo Gadung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara) sama dengan pemakaian obat terbanyak dari enam kecamatan untuk periode Juli – September 2013 yaitu Parasetamol.
Tabel 4.3 Daftar obat terbanyak yang digunakan pada masing-masing enam Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013 No 1
Kecamatan PKC Cakung
Nama obat Klorfeniramin maleat
Satuan
Jumlah Obat
Tablet
154000
(CTM) tablet 4 mg 2
PKC Matraman
Parasetamol tablet 500 mg
Tablet
116910
3
PKC Ciracas
Metampiron tablet 500 mg
Tablet
337000
4
PKC Cipayung
Klorfeniramin maleat
Tablet
1228734
Tablet
153891
Tablet
203490
(CTM) tablet 4 mg 5
PKC Kramat Jati
Klorfeniramin maleat (CTM) tab
6
PKC Jatinegara
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg
Data dua puluh jenis obat terbanyak yang dipakai untuk masing-masing enam Puskesmas Kecamatan dapat dilihat pada Lampiran 1 – lsmpiran 6 dan pada Tabel 4.3. Berdasarkan data pada Tabel 4.3 yang diperoleh dari enam Puskesmas Kecamatan (Cakung, Matraman, Ciracas, Cipayung, Kramat Jati, Jatinegara) selama tiga bulan dari Juli – September 2013, dapat disimpulkan jenis
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
27
dan peringkat dua puluh obat terbanyak yang digunakan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh jenis, beratnya penyakit pada wilayah tersebut, jumlah peresepan, persediaan obat di Puskesmas, jumlah pasien, dan lain-lain. Pada PKC Cakung jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg. Pada PKC Matraman jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Parasetamol 500 mg. Pada PKC Ciracas jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Metampiron 500 mg. Pada PKC Cipayung jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg. Pada PKC Kramat Jati jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg. Sedangkan PKC Jatinegara jenis obat yang banyak digunakan adalah tablet Klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg.
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan berkewajiban untuk melakukan pengelolaan obat yang benar secara optimal, dan pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas dilakukan dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dan kartu stok.
b.
Sistem pelaporan LPLPO dengan format baru setiap bulannya dilaporkan oleh Puskesmas Kecamatan dengan program Microsoft Excel dalam bentuk softcopy dan diserahkan melalui surat elektronik (e-mail) kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi wilayah setempat.
c.
Hasil rekapitulasi data LPLPO diperoleh dua puluh jenis obat yang paling banyak digunakan di enam Puskesmas Kecamatan (PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara) untuk wilayah Jakarta Timur Periode Juli – September 2013 antara lain : Parasetamol 500 mg, Klorfeniramin maleat 4 mg, Amoksisilin 500 mg, Vitamin B Kompleks, Gliseril Guaiakolat 100 mg, Vitamin C 50 mg, Vitamin B1 50 mg, Deksametason 0,5 mg, Antasida DOEN I, Vitamin B6 10 mg, Metampiron 500 mg, Prednison 5 mg, Kalsium Laktat (Kalk) 500 mg, Kaptopril 25 mg, Kotrimosazol DOEN I (dewasa), Ibuprofen 200 mg, Dekstrometorfan HBr 15 mg, Diazepam 2 mg, Efedrin 25 mg, dan Kaptopril 12,5 mg.
5.2
Saran Dibutuhkan penambahan jumlah sumber daya manusia tenaga kefarmasian
pada Puskesmas Kelurahan maupun Puskesmas Kecamatan untuk menangani pencatatan dan pelaporan LPLPO mengingat banyaknya jumlah obat yang digunakan agar pengiriman dan rekapitulasi data LPLPO dapat dilakukan tepat waktu. 28
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2007a). Pedoman Pengelolaan Obat publik dan Perbekalan Kesehatan di daerah Kepulauan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006a). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2007b). Pedoman Pengobatan dasar di Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006a). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006b). Pedoman penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan No. 857/MENKES/SK/VIII/2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan No. 857/MENKES/SK/VIII/2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur
29
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
30
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Trihono. (2005). Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republic Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
32
Lampiran 1. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cakung Periode Juli – September 2013 Jumlah Pemakaian Agustus September 45000 53000
No
Nama obat
Satuan
1
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Parasetamol tablet 500 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Deksametason tablet 0,5 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Vitamin B Kompleks tablet Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Prednison tablet 5 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Glibenklamida tablet 5 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Ibuprofen tablet 200 mg Kaptopril tablet 25 mg Parasetamol tablet 100 mg Kaptopril tablet 12,5 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Efedrin tablet 25 mg (HCl)
Tablet
Juli 56000
Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet
41000 46200 33000 24000 24000
55000 42100 28000 27000 21000
52000 38100 34000 27000 20000
148000 126400 95000 78000 65000
Tablet Tablet
23000 15000
18000 17000
24000 14000
65000 46000
Tablet
15000
12000
15000
42000
Tablet
12000
11000
13000
36000
Tablet Tablet
12000 10000
8000 7000
13000 10000
33000 27000
Tablet Tablet
21200 7000
1900 8000
2600 7000
25700 22000
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
7100 5900 8900 6000 5300
6800 5900 5200 4800 5600
5800 7900 3200 5400 4800
19700 19700 17300 16200 15700
Tablet
4000
3000
4000
11000
2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
Total 154000
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
33
Lampiran 2. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Matraman Periode Juli – September 2013
Tablet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus September 41909 36045 38956 33324 32058 32000
116910 97381
Kaplet Tablet Tablet
30196 23598 19866
29426 23047 19129
26847 25629 19483
86469 72274 58477
Tablet
17337
12775
14345
44457
Tablet
13392
11155
12830
37377
Tablet
12425
10890
11235
34550
Tablet
9164
11676
13318
34158
Tablet
11846
9670
11218
32734
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
9357 8215 8149 6862 8275 3846 5903 5441
9888 7496 6911 7569 6051 6255 4640 5347
7912 9108 8764 8551 8245 7981 5233 4468
27157 24819 23824 22982 22571 18082 15776 15256
Kapsul Tablet
5303 3776
4943 3908
1468 3505
11714 11189
No
Nama obat
Satuan
1 2
Parasetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Prednison tablet 5 mg Metampiron tablet 500 mg Kaptopril tablet 25 mg Deksametason tablet 0,5 mg Kaptopril tablet 12,5 mg Parasetamol tablet 100 mg Ibuprofen tablet 200 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Amoksisilin kapsul 250 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
34
Lampiran 3. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Ciracas Periode Juli – September 2013
Tablet Tablet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus September 7000 307000 23000 45000 35000 38000 41000 38000 38000
337000 118000 117000
Tablet
22000
22000
42000
86000
Kaplet Tablet Tablet Tablet Tablet
33700 17000 40000 18000 18000
23600 15000 7000 19000 16000
27500 39000 10000 20000 18000
84800 71000 57000 57000 52000
Tablet Tablet
9000 16000
16000 10000
23000 18000
48000 44000
Tablet
13000
16000
12000
41000
Tablet Tablet Tablet Tablet
2000 20400 10000 4000
26000 5400 11000 6000
11000 12700 12000 14000
39000 38500 33000 24000
Tablet
7900
4000
7500
19400
Tablet Tablet Tablet
1000 1900 6000
8000 4200 4200
3000 5000 700
12000 11100 10900
No
Nama obat
Satuan
1 2 3
Metampiron tablet 500 mg Parasetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Prednison tablet 5 mg Vitamin B Kompleks tablet Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Deksametason tablet 0,5 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Diazepam tablet 2 mg Kaptopril tablet 25 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Hidroklorotiazida tablet 25 mg Ibuprofen tablet 400 mg Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17
18 19 20
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
35
Lampiran 4. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Cipayung Periode Juli – September 2013 No
Nama obat
Satuan
1 2 3 4 5 6
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Deksametason tablet 0,5 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Prednison tablet 5 mg Vitamin. B 12 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Metampiron tablet 500 mg Kaptopril tablet 25 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Ibuprofen tablet 200 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Diazepam tablet 2 mg Efedrin tablet 25 mg (HCl) Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg
Tablet Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus September 368.794 413.250 446.690 303.310 341.025 373.005 256.493 284.097 307.663 229.897 253.171 281.092 190.705 211.210 237.893 191.603 212.854 227.946
Tablet
137.760
160.518
171.399
469.677
Tablet Tablet
131.796 124.612
145.633 140.165
164.258 152.698
441.687 417.475
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
112.060 99.269 88.980 69.776 57.934 55.173
125.254 105.993 95.310 75.396 65.890 61.531
136.416 113.027 105.219 81.988 79.647 69.621
373.730 318.289 289.509 227.160 203.470 186.325
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
47.476 39.100 39.874 32.018 30.352
56.298 43.340 44.687 34.694 31.395
62.222 64.544 46.991 36.506 33.293
165.996 146.984 131.552 103.218 95.040
7
8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Total 1.228.734 1.017.340 848.253 764.160 639.808 632.403
36
Lampiran 5. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Periode Juli – September 2013
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Klorfeniramin Maleat (CTM) tab Vitamin B kompleks Vitamin C50 mg (Asam Askorbat) Parasetamol 500mg Deksametason 0,5 mg tablet Gliseril Guaiakolat 100 mg Vitamin B6 Tablet 10mg (Piridoxin ) Vitamin B1 tablet 50mg Vitamin B12 50 mcg tablet Amoxylin 500 mg Kaplet Antasida DOEN Tablet
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Kaplet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus September 58.005 51.419 44.467 48.880 41.326 40.964 45.375 37.226 37.378 43.275 39.747 33.981 30.919 28.713 30.669 30.998 27.987 30.083 35.922 21.258 31.363 29.716 21.944 32.922 26.845 22.074 27.927 23.626 32.364 18.499 16.138 7.943 13.574
12
Kalsium Laktat 500 mg tab
Tablet
16.911
9.279
10.632
36822
13
Prednison tablet
Tablet
13.357
11.014
10.828
35199
14 15 16 17
Amoxylin 250 mg Kaplet Kotrimoksazol Dewasa Kloramfenikol 250 mg kapsul Ephedrin HCl tablet
Kaplet Tablet Kapsul Tablet
11.939 11.591 5.265 4.265
10.421 10.285 3.700 8.574
12.406 7.752 10.836 6.353
34766 29628 19801 19192
18
Fenobarbital 30 mg tablet
Tablet
4.349
9.943
3.812
18104
19
Dekstrometorphan tablet
Tablet
5.195
5.633
3.092
13920
20
Ibuprofen 200 mg tab
Tablet
5.524
4.896
3.009
13429
No
Nama obat
Satuan
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Total 153891 131170 119979 117003 90301 89068 88543 84582 76846 74489 37655
37
Lampiran 6. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Periode Juli – September 2013
Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus September 59570 92800 51120
203490
Tablet Tablet Kapsul Tablet
57760 41000 36152 32440
45720 31060 34450 34100
42390 28820 30066 31970
145870 100880 100668 98510
Tablet
21170
24770
23700
69640
Tablet
26190
21470
21010
68670
Tablet
22650
22130
20910
65690
Tablet
19430
17170
23590
60190
Tablet
17150
10730
22270
50150
Tablet Tablet Tablet
16040 17620 13360
15210 11126 14130
17620 17090 14420
48870 45836 41910
Tablet Tablet
9478 33380
12270 0
14333 1540
36081 34920
Tablet
12090
7610
5580
25280
Kapsul Tablet Tablet
7373 5107 4301
10158 4980 3695
7283 5506 4336
24814 15593 12332
Tablet
2713
3730
3576
10019
No
Nama obat
Satuan
1
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Parasetamol tablet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Amoksisilin kaplet 500 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Deksametason tablet 0,5 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Prednison tablet 5 mg Metampiron tablet 500 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Ibuprofen tablet 200 mg Hidroklorotiazida tablet 25 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Amoksisilin kapsul 250 mg Kaptopril tablet 25 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Glibenklamida tablet 5 mg
2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
20
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
38
Lampiran 7. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Makasar Periode Juli – Agustus 2013
Tablet
Jumlah Pemakaian Juli Agustus 286456 318500
Total 604956
Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet
285913 273558 195374 182193 133715
317329 311291 219667 220648 152514
603242 584849 415041 402841 286229
Tablet Tablet Tablet Tablet
135346 136674 120451 97403
149965 140991 139276 115314
285311 277665 259727 212717
Tablet Tablet Tablet
102605 91551 81511
108362 96095 86699
210967 187646 168210
Tablet Tablet Tablet Tablet
76715 56676 47171 38305
82912 60524 54761 44970
159627 117200 101932 83275
Tablet Tablet Tablet
24741 17648 16122
27597 19179 16684
52338 36827 32806
No
Nama obat
Satuan
1
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Parasetamol tablet 500 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Vitamin B Kompleks tablet Deksametason tablet 0,5 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Metampiron tablet 500 mg Prednison tablet 5 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Efedrin tablet 25 mg (HCl) Ibuprofen tablet 200 mg Kaptopril tablet 25 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Hidroklorotiazida tablet 25 mg Glibenklamida tablet 5 mg Fenobarbital tablet 30 mg
2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
18 19 20
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
39
Lampiran 8. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Periode Juli – Agustus 2013
Tablet Kaplet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli September 35.738 32.744 25.554 30.938 34.485 21.815
68.482 56.492 56.300
Tablet Tablet
26.426 18.347
22.460 18.220
48.886 36.567
Tablet
12.290
20.690
32.980
Tablet
14.985
11.880
26.865
Tablet Tablet Tablet
12.717 10.280 10.950
13.904 15.435 10.535
26.621 25.715 21.485
Tablet
12.220
5.918
18.138
Tablet Tablet
6.830 10.525
9.890 5.866
16.720 16.391
Tablet
8.055
8.176
16.231
Tablet
7.309
6.182
13.491
Kapsul Tablet Tablet Tablet Tablet
6.248 3.709 2.791 2.559 2.933
5.471 5.136 3.150 2.844 2.195
11.719 8.845 5.941 5.403 5.128
No
Nama obat
Satuan
1 2 3
Parasetamol tablet 500 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Vitamin B Kompleks tablet Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi: Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Deksametason tablet 0,5 mg Prednison tablet 5 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Metampiron tablet 500 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Amoksisilin kapsul 250 mg Kaptopril tablet 12,5 mg Hidroklorotiazida tablet 25 mg Kaptopril tablet 25 mg Glibenklamida tablet 5 mg
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
40
Lampiran 9. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Duren Sawit Periode Juli – Agustus 2013
Tablet Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet Tablet
Jumlah Pemakaian Juli September 68263 60.197 67226 60.781 52307 47.909 36053 35.574 38938 28.939 31685 35.238 21923 30.128
128.460 128.007 100.216 71.627 67.877 66.923 52.051
Tablet
23721
25.379
49.100
Tablet Tablet
23081 19429
23.302 23.663
46.383 43.092
Kapsul Tablet Tablet Tablet Tablet
18158 13341 13468 9832 7042
12.591 14.310 13.688 9.180 11.050
30.749 27.651 27.156 19.012 18.092
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
10261 7807 8114 3549 3882
6.147 8.048 7.723 5.113 3.382
16.408 15.855 15.837 8.662 7.264
No
Nama obat
Satuan
1 2 3 4 5 6 7
Parasetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Deksametason tablet 0,5 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Amoksisilin kapsul 250 mg Prednison tablet 5 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Metampiron tablet 500 mg Ibuprofen tablet 200 mg Kaptopril tablet 25 mg Hidroklorotiazida tablet 25 mg Diazepam tablet 2 mg
8 9 10
11 12 13 14 15
16 17 18 19 20
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
41
Lampiran 10. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Pulo gebang Periode Juli 2013
Tablet
Jumlah Pemakaian Juli 329477
329477
Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet Tablet
312381 301710 284343 256262 201774 194606
312381 301710 284343 256262 201774 194606
Tablet
178014
178014
Tablet
167183
167183
Tablet Tablet Tablet Tablet
145739 103490 79046 43631
145739 103490 79046 43631
Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Kantong
41851 35215 34884 34272 33201 24061 23517
41851 35215 34884 34272 33201 24061 23517
No
Nama obat
Satuan
1
Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Vitamin B Kompleks tablet Amoksisilin kaplet 500 mg Parasetamol tablet 500 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi : Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg
2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Deksametason tablet 0,5 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Parasetamol tablet 100 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Kaptopril tablet 12,5 mg Kaptopril tablet 25 mg Efedrin tablet 25 mg (HCl) Metampiron tablet 500 mg Ibuprofen tablet 200 mg Glibenklamida tablet 5 mg Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrat dihidrat 0,58 g
Total
Universitas Indonesia Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Gliseril Gualakolat tablet 100 mg
Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Deksametason tablet 0,5 mg
Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Metampiron tablet 500 mg
5
6
9
12
11
10
8
7
Prednison tablet 5 mg
Vitamin B Kompleks tablet
4
3
Parasetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg
Nama Obat
1 2
No
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Kaplet
Tablet Tablet
Satuan
33000
2000
27000
65000
95000
46000
36000
78000
65000
126400
Cakung 148000 154000
27157
24819
32734
44457
22982
34158
37377
58477
72274
86469
57000
337000
44000
52000
48000
41000
86000
71000
57000
84800
318289
186325
373730
441687
417475
469677
639808
632403
764160
848253
35199
11622
88543
37655
90301
84582
119979
89068
131170
74489
Jumlah Pemakaian Obat Matraman Ciracas Cipayung Kramat Jati 1169010 118000 1228734 117003 97381 117000 1017340 153891
48870
45836
50150
60190
68670
69640
65690
98510
100880
100668
Jatinegara 145870 203490
519515
607602
616157
700989
742428
745057
984854
1027458
1190484
1321079
1874517 1743102
Total
Lampiran 11. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – September 2013
42
Universitas Indonesia
Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Diazepam tablet 2 mg
Efedrin tablet 25 mg (HCl)
Hidroklorotiazida tablet 25 mg
17
19
20
18
16
Total Pemakaian Obat
Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg Ibuprofen tablet 200 mg
15
14
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Kaptopril tablet 25 mg
13
Lampiran 11. (lanjutan)
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
5704 771790
1009500
7135
3163
15256
15776
11189
23824
34550
3000
11000
1000
22000
19700
15700
19700
42000
1281700
12000
3000
39000
24000
0
19400
38500
33000
8337255
49088
80336
95040
103218
131552
146984
165996
227160
1172803
9568
19192
4595
13920
13429
29628
12147
36822
1230690
34920
2820
3290
25280
36081
12332
15593
41910
13803738
114280
123483
146088
203674
216538
235233
275760
415442
43
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Paracetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Deksametason tablet 0,5 mg Metampiron tablet 500 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl)
1 2
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
12
11
9 10
8
7
6
5
3 4
Nama Obat
No
Tablet
Tablet
Tablet Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Kaplet Tablet
Tablet Tablet
Satuan
212717
168210
210967 415041
259727
286229
285311
402841
584849 277665
Makasar 603242 604956
17000
32000
2000 27000
61000
45000
51000
23000
88300 41000
Cakung 96000 101000
21516
20840
15711 23315
14431
30112
389955
24547
59622 46645
26000
29000
314000 21000
25000
34000
32000
44000
57300 37000
237314
298278
116704 145172
264777
277429
404457
401915
540590 483068
Jumlah Pemakaian Obat Matraman Ciracas Cipayung 77954 80000 782044 65382 79000 644335
57180
51660
10134 26190
59632
24081
58985
82601
55990 90206
Kramat jati 83022 109424
27880
45940
28746 27490
47660
36600
66540
44780
70602 72060
Jatinegara 103480 152370
599607
645928
698262 685208
732227
733451
937288
1023684
1457253 1047644
1825742 1756467
Total
Lampiran 12. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli – Agustus 2013
44
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Tablet Tablet Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
14 Kaptopril tablet 25 mg
15 Ibuprofen tablet 200 mg
16 Efedrin tablet 25 mg (HCl)
17 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
18 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)
19 Hidroklorotiazida tablet 25 mg
20 Diazepam tablet 2 mg
Total Pemakaian Obat
Tablet
13 Prednison tablet 5 mg
Lampiran 12. (lanjutan)
0 664900
5056704
2000
15000
10900
7000
13900
11800
20000
20290
52338
22641
83275
159627
117200
101932
187646
512648
1960
3557
10788
7684
4744
10543
15060
19245
912000
28000
9000
10000
11900
2000
0
25800
47000
5284116
61747
32466
66712
82440
51071
84561
103774
205262
806704
3198
5990
10828
21876
12839
10420
8077
24371
852109
1860
33380
19700
7996
1940
21748
10087
31250
14089181
117055
138731
155669
226071
239221
258372
276530
534774
45
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
8
7
6
5
4
3
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat)
Parasetamol tablet 500 mg Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Deksametason tablet 0,5 mg
1
2
Nama Obat
No
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
Satuan
26865
26621
18138
16391
48886
56492
56300
Pasar Rebo 68482
29000
67000
25000
51000
47000
84300
109000
93000
Cakung
22482
15413
26222
39349
49227
57043
65324
80865
Matraman
25000
32000
64000
56000
38000
61200
79000
52051
66923
46383
67877
71627
100216
128007
309159
277310
428598
419549
510989
564156
676315
Jumlah Pemakaian Obat Duren Ciracas Cipayung sawit 83000 128460 815484
62638
61588
82753
61081
89844
42125
102472
Kramat Jati 77256
44870
47200
43560
64410
69820
66218
110690
100150
Jatinegara
572065
594055
734654
775657
925393
1031750
1327108
1446697
Total
Lampiran 13. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Keca matan (PKC) Pasar Rebo, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli dan September 2013
46
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
15
14
13
12
11
10
9
Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Prednison tablet 5 mg Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Metampiron tablet 500 mg Kaptopril tablet 25 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
Lampiran 13. (lanjutan)
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
13491
5403
16720
21485
25715
36567
32980
10100
13800
2000
30000
25000
20000
44000
7281
16913
17323
23660
17269
23064
31682
15400
33100
30000
22000
50000
34000
36000
18092
15837
16408
27156
27651
49100
43092
103644
109698
124794
151764
212296
248476
296054
19343
8144
5277
27543
24185
67285
29712
8637
10613
34710
27780
33660
39420
43020
195988
213508
247232
331388
415776
517912
556540
47
Universitas Indonesia
20
19
18
17
16
Dekstrometorfan Tablet tablet 15 mg (HBr) Ibuprofen tablet Tablet 200 mg Hidroklorotiazida Tablet tablet 25 mg Diazepam tablet Tablet 2 mg Amoksisilin Kapsul kapsul 250 mg Total Pemakaian Obat
Lampiran 13. (lanjutan)
0 680100
507278
1000
2000
12900
14000
11719
1483
5941
1368
16231
527521
6771
2387
4203
11136
9909
693700
0
13000
4000
0
18000
940422
30749
7264
8662
15855
19012
5500117
0
63645
32797
86865
68524
811790
24345
3485
5894
8533
8287
838265
14656
2450
34920
23811
17670
10499193
88240
94714
98417
160468
171633
48
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Parasetamol tablet 500 mg Klorfenirami n maleat (CTM) tablet 4 mg Amoksisilin kaplet 500 mg Vitamin B Kompleks tablet Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg
1
5
4
3
2
Nama obat
No
Tablet
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
Satuan
12220
26426
25554
34485
Pasar Rebo 35738
182193
136674
273558
286456
285913
Makasar
12000
23000
46200
56000
41000
Cakung
13392
23598
30196
33324
22000
18000
33700
41000
23081
36053
52307
67226
190705
229897
256493
303310
Jumlah Pemakaian Duren Matraman Ciracas Cipayung sawit 41909 45000 68263 368794
256262
312381
301710
201774
Pulo Gadung 284343
45375
48880
23626
58005
Kramat Jati 43275
22650
41000
36152
59570
57760
Jatinegara
Total
779878
895909
1079496
1141150
1271995
Lampiran 14. Daftar Pemakaian Dua Puluh Obat Terbanyak di Puskesmas Kecamatan (PKC) Pasar Rebo, PKC Makasar, PKC Cakung, PKC Matraman, PKC Ciracas, PKC Duren sawit, PKC Cipayung, PKC Pulo Gadung, PKC Kramat Jati, PKC Jatinegara Periode Juli 2013
49
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
9
8
7
6
Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl) Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg Deksametaso n tablet 0,5 mg
10525
18347
12290
12717
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Lampiran 14. (lanjutan)
120451
133715
97403
135346
33000
24000
10000
24000
6862
17337
11846
19866
9000
18000
16000
17000
31685
19429
23721
38938
124612
131796
112060
191603
145739
194606
329477
178014
30919
16138
35922
30998
26190
19430
17150
32440
541175
586741
671926
678730
50
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
15
14
13
12
11
10
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat) Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Prednison tablet 5 mg Metampiron tablet 500 mg Kaptopril tablet 25 mg Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksa zol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
14985
10950
10280
6830
2559
7309
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Lampiran 14. (lanjutan)
38305
47171
102605
91551
195374
81511
5300
5900
2000
12000
15000
15000
3776
8149
8215
9357
12425
9164
7900
20400
7000
40000
10000
13000
7042
8114
10261
13341
13468
21923
39100
47476
55173
99269
69776
137760
43631
35215
34272
5784
103490
167183
11591
4074
3789
13357
16911
29716
4301
5107
17620
16040
13360
21170
168255
184165
247765
310979
460754
511412
51
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Ibuprofen Tablet tablet 200 mg 17 Efedrin Tablet tablet 25 mg (HCl) 18 Dekstrometo Tablet rfan tablet 15 mg (HBr) 19 Hidroklorotia Tablet zida tablet 25 mg 20 Parasetamol Tablet tablet 100 mg Total Pemakaian Obat
16
Lampiran 14. (lanjutan) 56676
76715
10864
24741
9321
2386543
0
1648
8055
2791
2261
255970
352400
8900
1000
7000
4000
7100
269230
3846
2056
5441
2568
5903
324000
0
1000
4000
1000
0
456500
0
3549
9832
460
7807
2470506
0
16175
32018
24615
39874
2780007
79046
20637
18358
34884
33201
429876
0
2316
5195
4265
5524
446128
0
33380
12090
1240
9478
10171160
103374
107645
112853
151395
165563
52
Universitas Indonesia
30 ampul / kotak btl 1000 tablet
Alopurinol tablet 100 mg
Aminofilin tablet 200 mg
Aminofilin injeksi 24 mg/ml
Amitripilin tablet salut 25 mg (HCl)
Amoksisilin kapsul 250 mg
Amoksisilin kaplet 500 mg
Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg
Metampiron tablet 500 mg
Metampiron injeksi 250 mg
Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
1
2
3
4
5
6
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
7
[8
9
10
1000 tablet / botol
Botol 60 ml
100 kaplet/strip, kotak
120 kapsul/strip/blister, kotak
100 tablet/strip/blister , kotak
30 ampul / kotak
100 tablet / botol
100 tablet/strip/blister , kotak
3
2
1
KEMASAN
NAMA OBAT
NO
4
KEBUTUHAN TAHUN 2013
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI PROV..... BULAN ....... 2013
5
6
SISA STOK PER......2013
7=5+6
KETERSEDIAAN PADA TRIWULAN ....
REKAP PROVINSI PEMAKAIAN BULAN....S.D.......
Lampiran 15. Format baru Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan (LPLPO)
8=7/4
% KETERSEDIAAN
53
Universitas Indonesia
Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal)
Atropin sulfat tablet 0,5 mg
Atropin tetes mata 0,5% Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat)
Betametason krim 0,1 %
Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml
Deksametason tablet 0,5 mg
Dekstran 70-larutan infus 6% steril
Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr)
Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr)
Diazepam Injeksi 5mg/ml
Diazepam tablet 2 mg
Diazepam tablet 5 mg
19
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
31
22
Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal)
Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + Heksaklorofen 250 mg Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam Salisilat 3% Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + Levodopa 250 mg Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen
Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + polimiksin 10.000 IU/g
18
16
15
14
13
12
11
Lampiran 15. (lanjutan)
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
250 tablet / botol
1000 tablet / botol
30 ampul / kotak
1000 tablet / botol
Botol 60 ml
Botol 500 ml
1000 tablet / botol
100 ampul /kotak
25 tube @ 5 g / kotak
30 ampul / kotak
24 btl @ 5 ml / kotak
500 tablet / botol
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
10 vial @20 ml / kotak
ktk 10 x 10 tablet
100 tablet / botol
24 pot @ 30 g / kotak
10 supp / kotak
25 tube @ 5 g / kotak
54
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Diagoksin tablet 0,25 mg
Efedrin tablet 25 mg (HCl)
Ekstrks belladona tablet 10 mg
Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCl)
Etakridin larutan 0,1%
Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml
Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml
Fenobarbital tablet 30 mg
Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg
Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg
Fenol Gliserol tetes telinga 10%
Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml
Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg
Furosemid tablet 40 mg
Gameksan lotion 1 % Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g Gentian Violet Larutan 1 %
Glibenklamida tablet 5 mg
Gliseril Gualakolat tablet 100 mg
Gliserin
Glukosa larutan infus 5%
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
50
51
52
53
49
48
Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCl)
32
Lampiran 15. (lanjutan)
btl 500 ml
btl 100 ml
1000 tablet / botol
100 tablet / kotak
Botol 10 ml
100 kantong/kotak tahan lembab
Botol 30 ml
ktk 20 x 10 tablet
100 tablet / botol
30 ampul / kotak
24 btl @ 5 ml / kotak
100 tablet / kotak
100 tablet / kotak
1000 tablet / botol
30 ampul / kotak
ampul @ 2 ml
Botol 300 ml
30 ampul /kotak
1000 tablet / botol
1000 tablet / botol
100 tablet / kotak
30 ampul / kotak
55
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Ibuprofen tablet 200 mg
Ibuprofen tablet 400 mg
Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg
Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg
Kaptopril tablet 12,5 mg
Kaptopril tablet 25 mg
Karbamazepim tablet 200 mg
Ketamin Injeksi 10 mg/ml
Klofazimin kapsul 100 mg microzine
Kloramfenikol kapsul 250 mg
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCl)
Hidrkortison krim 2,5%
61
75
Hidroklorotiazida tablet 25 mg
60
Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCl)
Haloperidol tablet 5 mg
59
74
Haloperidol tablet 1,5 mg
58
Klorfeniramin maleat (CTM) tablet 4 mg
Haloperidol tablet 0,5 mg
57
73
Griseofulvin tablet 125 mg, micronized
56
Kloramfenikol tetes telinga 3 %
Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal)
55
72
Glukosa larutan infus 10%
54
Lampiran 15. (lanjutan)
30 ampul / kotak
30 ampul / kotak
1000 tablet / botol
24 botol @ 5 ml / kotak
250 kapsul / botol
100 kapsul / botol
10 vial @ 20 ml, kotak
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
1000 tablet / botol
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
100 tablet / botol
24 tube @ 5 g / kotak
1000 tablet / botol
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
ktk 10 x 10 tablet
10 amp @ 25 ml, kotak
btl 500 ml
56
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
botol 60 ml ktk 10 x 10 tablet ktk 10 x 10 tablet
Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
Kuinin (kina) tablet 200 mg
Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml
Lidokain injeksi 2% (HCl) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml
Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml
Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml
Magnesium Sulfat serbuk 30 gram
Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml
Mebendazol tablet 100 mg Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 mg Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml
Metronidazol tablet 250 mg
Natrium Bikarbonat tablet 500 mg
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
92
93
91
90
100 tablet / kotak
Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + Sulfadoxin 500 mg
78
1000 tablet / botol
100 tablet / kotak
30 ampul / kotak
ktk 10 x 10 tablet
ktk 5 x 6 tablet
Botol 30 ml
10 sase @ 30 gr / kotak
10 vial / kotak
10 vial / kotak
30 vial / kotak
30 ampul / kotak
ktk 60 tablet
1000 tablet / botol
Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCl)
77
1000 tablet / botol
Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCl)
76
Lampiran 15. (lanjutan)
57
Universitas Indonesia
Natrium Fluoresein tetes mata 2 %
Natrium Klorida larutan infus 0,9 %
Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 %
Nistatin tablet salut 500.000 IU/g
Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g
Obat Batuk hitam ( O.B.H.)
Oksitetrasiklin HCl salep mata 1 %
Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml
Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml
Parasetamol sirup 120 mg / 5 ml
Parasetamol tablet 100 mg
Parasetamol tablet 500 mg
Pilokarpin tetes mata 2 % (HCl/Nitrat)
Pirantel tab. Score (base) 125 mg
Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCl)
Povidon Iodida larutan 10 %
Povidon Iodida larutan 10 %
Prednison tablet 5 mg
Primakuin tablet 15 mg
Propillitiourasil tablet 100 mg
Propanol tablet 40 mg (HCl)
Reserpin tablet 0,10 mg
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
Lampiran 15. (lanjutan)
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
250 tablet / botol
100 tablet / botol
100 tablet / botol
1000 tablet / botol
1000 tablet / botol
Botol 300 ml
Botol 30 ml
1000 tablet / botol
ktk 30 x 2 score
botol @ 5 ml
1000 tablet / botol
100 tablet / botol
Botol 60 ml
30 ampul / kotak
10 vial / kotak
25 tube @ 3,5 g / kotak
Botol 100 ml
ktk 10 x 10 tablet Vaginal
ktk 10 x 10 tablet salut
ktk 10 amp @ 10 ml
Botol / plastik 500 ml
24 botol @ 5 ml / kotak
58
Universitas Indonesia
Ringer Laktat larutan infus Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% Salisil bedak 2%
Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I)
Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II)
Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.)
Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.)
Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.)
Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg
Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 %
Tetrakain HCl tetes mata 0,5%
Tetrasiklin kapsul 250 mg
Tetrasiklin kapsul 500 mg
Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml
Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCl/Nitrat)
Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp
Triheksifenidil tablet 2 mg
117
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
Vaksin Rabies Vero
Vitamin B Kompleks tablet
134
135
119
118
Reserpin tablet 0,25 mg
Lampiran 15. (lanjutan)
116
1000 tablet / botol
1 kuur / set
ktk 10 x 10 tablet
Ampul @ 10 ml
1000 tablet / botol
ktk 30 amp @ 1 ml
ktk 10 x 10 kapsul
1000 kapsul / botol
ktk 24 btl @ 5 ml
ktk 24 btl @ 5 ml
100 ampul / kotak
10 vial / kotak
10 ampul / kotak
10 vial / kotak
1 vial / kotak
10 vial / kotak
50 gram / kotak
24 pot @ 30 g / kotak
btl 500 ml
1000 tablet /botol
59
Universitas Indonesia
CAMPAK 10 Dosis
POLIO 10 Dosis
DTP-HB
HEPATITIS B 0,5 ml ADS
POLIO 20 Dosis
CAMPAK 20 Dosis
139
140
141
142
143
144
138
TT DT
BCG
137
136
VAKSIN
Lampiran 15. (lanjutan)
60
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014
61
Keterangan : 1.
Kebutuhan adalah persediaan ideal selama satu tahun dengan penghitungan pemakaian rata-rata per bulan tahun sebelumnya
x 18 bulan (12 bulan
kebutuhan, 3 bulan cadangan/buffer stok, dan 3 bulan lead time pengadaan). 2.
Sisa stok adalah jumlah fisik obat dan vaksin yang ada di IFK di akhir periode tertentu.
3.
Ketersediaan Pada Triwulan : Sisa stok + total penggunaan selama periode tertentu.
4.
Untuk triwulan I (Maret) sisa stok per 28 Februari, Pemakaian dari awal Bulan Desember sampai dengan akhir Februari.
5.
Untuk triwulan II (Juni) sisa stok per 31 Mei, Pemakaian dari awal Bulan Desember sampai dengan akhir Mei.
6.
Untuk triwulan III (September) sisa stok per 31 Agustus, Pemakaian dari awal Bulan Desember sampai dengan akhir Agustus.
7.
Untuk triwulan IV (Desember) sisa stok per 30 November, Pemakaian dari awal Bulan Desember sampai dengan akhir November.
8.
% Ketersediaan Obat dan Vaksin di IFK = jumlah obat dan vaksin yang tersedia / kebutuhan x 100%.
Universitas Indonesia
Laporan praktek….., Herdiyanti Amalia, FFar UI, 2014