UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI – 28 MEI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
NISA YULIANTI SUPRAHMAN, S. Farm. 1206313412
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI – 28 MEI 2013
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
NISA YULIANTI SUPRAHMAN, S. Farm. 1206313412
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan praktek kerja ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Deden Muliadi, S.Si., Apt., selaku pembimbing dan Kordinator Farmasi Makanan dan Minuman di Administrasi Jakarta Selatan
Suku Dinas Kesehatan Kota
yang telah memberikan
kesempatan,
bimbingan, dan pengetahuan kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA ini. 2.
Ibu Dr. Katrin, MS., selaku pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
3.
Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA.
4.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.
5.
Bapak Dr. H. Kurnianto Amien, MM., selaku Kepala Suku
Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan 6.
Ibu dr. Sri Subekti selaku Kepala Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan. iv
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
7.
Ibu Nuril, S.Si., Apt., Ibu Halida, Ibu Ida yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
8.
Bapak
Danang, S. Farm., Apt.,
selaku apoteker di apotek Puskesmas
Kecamatan Mampang Prapatan yang telah memberikan kesempatan dan bimbingan kepada penulis dalam melaksanakan praktek kerja. 9.
Seluruh staf di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, khususnya staf Seksi Sumber Daya Kesehatan.
10. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi UI atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. 11. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan moral serta materi sehingga program PKPA dan penyusunan laporan ini dapat dilaksanakan dengan lancar. 12. Rekan-rekan PKPA di Apotek Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan yang telah berbagi ilmu, pengalaman dan suka duka selama pelaksanaan PKPA. 13. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi UI selaku teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Penulis
2013
v
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ viii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Tujuan .......................................................................................
1 1 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ...................................................................... 2.1 Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan ................................... 2.2 Visi dan Misi ............................................................................. 2.4 Susunan Organisasi....................................................................
4 4 6 6
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN ..................................................... 3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman .......................... 3.2 Dasar Hukum............................................................................. 3.2 Farmasi Makanan dan Minuman .............................................. 3.3 Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Farmasi Makanan dan Minuman............................................................
14 14 16 17 23
BAB 4 METODOLOGI ............................................................................. 3.1 Waktu dan Tempat .................................................................... 3.2 Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ...................
26 26 26
BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................. 5.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Subseksi Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) ......... 5.2 Kegiatan Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) Terhadap Sarana Farmakmin ............................... 5.3 Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) .................................................................................... 5.4 Gudang Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan ....................................................................................... 5.5 Kegiatan Pelayanan dan Sistem Pengelolaan Obat di Puskesmas Kelurahan ........................................................... 5.6 Kegiatan Konseling dan Penyuluhan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan ................................................. 5.7 Perizinan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan ..........................
27
vi
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
27 30 31 33 34 38 40
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 5.1 Kesimpulan ............................................................................... 5.2 Saran .........................................................................................
42 42 42
DAFTAR ACUAN........................................................................................
43
vii
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20. Lampiran 21.
Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administasi Jakarta Selatan......................................... Formulir Permohonan Surat Izin Apotek ............................. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek ................... Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek ........................... Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan .................. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat ............. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip IKOT ................ Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT ............................. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan (Form 1) .............................................................. Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK (Form 2) ............. Laporan Hasil Pemeriksaan CPAK (Form 3)....................... Pernyataan Siap Beroperasi (Form 4) .................................. Penundaan Izin CPAK (Form 5) .......................................... Surat Keputusan CPAK (Form 6) ........................................ Keputusan Pencabutan Izin CPAK (Form 7) ...................... Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan ............. Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan ..... Alur dalam pemberian izin Cabang PAK............................. Denah Ruangan Gudang Obat Puskesmas Mampang Prapatan ................................................................................ Poster Penyuluhan Mengenai Penggolongan Obat dan Penggunaan Obat Rasional .................................................. Leaflet Penyuluhan Mengenai Penggolongan Obat dan Penggunaan Obat Rasional (POR) .......................................
viii
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
45 46 49 51 55 56 58 60 62 64 67 68 69 70 72 73 74 76 77 78 79
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asas manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Suatu usaha melalui pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, dinyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Pemerintah
bertanggung jawab untuk memastikan ketersediaan pelayanan
kesehatan yang merata dan terjangkau melalui perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan,
pembinaan,
dan
pengawasan
atas
penyelenggaraan
upaya/pelayanan kesehatan di masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, upaya kesehatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembangunan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap warga negara. Sumber daya di bidang kesehatan yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan adalah tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan dan teknologi
kesehatan.
Dalam
upaya
melindungi
masyarakat dari pelayanan kesehatan yang tidak memenuhi syarat, pemerintah membuat kebijakan dan pedoman serta persyaratan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan dimulai dari pelayanan pengendalian
dari
perizinan, pembinaan, pengawasan serta
ketersediaan/penyelenggaraan
sumber daya kesehatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dengan adanya otonomi daerah, maka terdapat beberapa kewenangan dan tugas dari pemerintah yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Selain itu untuk melengkapi Undang1
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
Undang tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007. Peraturan pemerintah tersebut memuat bahwa aspek kesehatan merupakan salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan dalam urusan pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah (Gubernur DKI Jakarta, 2009a). Sistem kesehatan daerah bertujuan agar terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Kewenangan tersebut mendorong terbentuknya suku dinas kesehatan di tiap kota administratif di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Suku dinas kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Di dalam struktur organisasi suku dinas kesehatan terdapat seksi sumber daya kesehatan yang membawahi koordinator farmasi makanan dan minuman. Koordinator farmasi makanan dan minuman merupakan salah satu wadah bagi apoteker
dalam menjalankan tugas
profesi
kefarmasiannya
di
lingkup
pemerintahan. Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja, pengetahuan, dan pemahaman tentang peran apoteker di pemerintahan. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 6 Mei hingga 28 Mei 2013 diharapkan memberikan wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di suku dinas kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
3
1.2
Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program profesi apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia : a.
Memahami gambaran umum suku dinas kesehatan beserta peran dan fungsinya.
b.
Memahami gambaran umum Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).
c.
Memahami pelaksanaan tugas dan fungsi koordinator farmasi makanan minuman (farmakmin), baik yang terkait dengan perizinan maupun yang terkait dengan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan pada lingkup Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
444
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam
pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah Kepala Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah Walikota dan bertanggung jawab kepada Walikota (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku Dinas Kesehatan yang pembentukannya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya, Dinas Kesehatan Provinsi berperan sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor. Suku
dinas
kesehatan
mempunyai
tugas
melaksanakan
kegiatan
pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, suku dinas kesehatan mempunyai fungsi (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009b): a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) suku dinas. b. Melaksanakan dokumen pelaksanaan anggaran dan petunjuk pelaksanaan kegiatan suku dinas. c. Melaksanakan koordinasi administrasi kesehatan pada lingkup wilayah kota administrasi. d. Mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan memanfaatkan data dan informasi kesehatan pada lingkup kota administrasi. e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan pada lingkup administrasi. 4
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
5
f. Menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kota administrasi. g. Melaksanakan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. h. Melaksanakan penyediaaan, penatausahaaan, penggunaan, pemelihara, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. i. Mengelola kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan. j. Pelaksanaan
pemungutan,
penatausahaan,
penyetoran,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima suku dinas kesehatan. k. Pemberian,
pengawasan, pengendalian, dan
evaluasi,
perizinan atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kabupaten/kota administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup kabupaten/kota administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana suku dinas kesehatan. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara suku dinas kesehatan. s. Penyiapan bahan laporan dinas kesehatan kabupaten/kota yang terkait dengan tugas dan fungsi suku dinas kesehatan. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
6
2.2
Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi yang diemban oleh Suku Dinas Kesehatan untuk mencapai visi tersebut adalah: a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan. b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat. d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan teknologi. e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif.
2.3
Susunan Organisasi Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari : 1.
Kepala Suku Dinas
2.
Subbagian Tata Usaha
3.
Seksi Kesehatan Masyarakat
4.
Seksi Pelayanan Kesehatan
5.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
6.
Seksi Sumber Daya Kesehatan
2.3.1. Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas selaku pimpinan di suku dinas mempunyai tugas sebagai berikut : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok jabatan fungsional. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
7
c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat d. Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. e. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.
2.3.2
Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan
dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan suku dinas. j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. k. Menerima,
mencatat,
membukukan,
menyetorkan,
dan
melaporkan
penerimaan retribusi suku dinas kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
8
l. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha. m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai ruang lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dalam lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan. d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi/kabupaten. h. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
9
i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM). j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). k. Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.
2.3.4. Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas: a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian
tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d.
Menghimpun,
mengolah,
menyajikan,
memelihara,
mengembangkan,
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat.
f.
Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan.
g.
Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h.
Memberikan tanda daftar kepada usaha pengobatan tradisional.
i.
Melaksanakan siaga 24 jam Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
10
j.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.
k.
Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan.
l.
Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
seksi
pelayanan kesehatan.
2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a.
Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.
d.
Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji.
e.
Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan
kompetensi
surveilans
epidemiologi,
tenaga
kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g.
Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
11
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat. h.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi.
i.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kabupaten/kota administrasi.
j.
Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k.
Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
l.
Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n.
Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan.
o.
Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan.
p.
Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja.
q.
Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.
r.
Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
seksi
pengendalian masalah kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
12
2.3.6 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah Kepala Suku Dinas dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b.
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
c.
Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.
d.
Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan.
e.
Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
f.
Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
g.
Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.
h.
Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu.
i.
Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan.
j.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas.
k.
Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l.
Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
13
n.
Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial.
o.
Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kabupaten/kota administrasi.
p.
Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q.
Menyiapkan bahan laporan suku dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan.
r.
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk
memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi sumber daya kesehatan. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standarisasi mutu kesehatan, dan koordinator farmasi makanan dan minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN
3.1
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta merupakan regulator yang berperan
membuat pedoman, kebijakan, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Regulasi yang telah dibuat Dinas Kesehatan diaudit oleh Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dan Seksi Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan secara garis besar memiliki peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman. Masing-masing peran tersebut dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. Koordinator yang terdapat pada Seksi Sumber Daya Kesehatan terdiri dari Koordinator Tenaga Kesehatan,
Koordinator Pengelola Standardisasi
Mutu
Kesehatan,
serta
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada Seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Tugas pokok Koordinator Farmasi Makanan Minuman adalah: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, 14 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
15
Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO). d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat. e. Melakukan Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta. f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik. h. Melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan. i. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas. j. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial. k. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman. l. Memantau dampak lingkungan. m. Pembinaan
produsen,
distributor
dan
penggunaan
obat,
termasuk
narkotika,psikotropika dan zat aditif (NAPZA). n. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika. o. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman. p. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. q. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran, rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman. r. Pengelolaan terhadap hasil supervisi. s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat. t. Mensosialisasikan perundang-undangan dan program.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
16
u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan. v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja. w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung.
3.2
Dasar Hukum Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi
dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu: a.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
b.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
c.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
d.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat.
e.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional.
f.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat.
g.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
1332/Menkes/SK/X/2002
tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
688/Menkes/Per/VII/1997
tentang
Peredaran Psikotropika. i.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
j.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan.
k.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta.
l.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
17
m. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. n.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.
o.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1965 tentang Apotek.
p.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
28/Menkes/Per/I/1978
tentang
Penyimpanan Narkotika.
3.3
Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/atau
mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada kepala dinas kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah, maka perizinan diajukan ke suku dinas kesehatan kota/kabupaten administrasi. Perizinan yang dikelola oleh suku dinas kesehatan adalah izin apotek, izin pedagang eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin industri kecil obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke suku dinas kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007.
3.3.1. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
18
Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah apoteker yang merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk apoteker adalah Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh menteri, dan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun berikutnya apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah: a.
Ijazah apoteker.
b.
Sertifikat kompetensi profesi.
c.
Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker.
d.
Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek.
e.
Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, apoteker pengelola apotek
wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
19
a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1.
b.
Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4.
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5.
f.
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.
g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h.
Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
20
i.
Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.
j.
Terhadap
permohonan
izin
apotek
yang
ternyata
tidak
memenuhi
persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.
3.3.2. Apotek Rakyat Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk: a. Pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat. b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat. c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian (Menteri Kesehatan RI, 2007). Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penangung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan akan dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Tata cara memperoleh izin Apotek Rakyat sama dengan Apotek (Menteri Kesehatan RI, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
21
3.3.3. Pedagang Eceran Obat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, di mana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Obat-obat bebas terbatas harus disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Menteri Kesehatan RI, 2002a). Permohonan perizinan sarana pedagang eceran obat diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat (Menteri Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat.
3.3.4. Usaha Obat Tradisional Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Industri di bidang obat tradisional meliputi IOT (Industri Obat Tradisional) dan IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam). Usaha di bidang obat tradisional meliputi UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional), Usaha Jamu Racikan danUsaha Jamu Gendong (Menteri Kesehatan RI, 2012). Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
22
Sebelumya,
di
dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional, Industri dan Usaha Obat Tradisional hanya meliputi IOT (Industri Obat Tradisional), IKOT (Indutri Kecil Obat Tradisional), Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. IKOT adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan Usaha yang memerlukan izin dari menteri dalam peredaran produknya adalah IOT dan IKOT kecuali IKOT dalam bentuk rajangan, pilis, tapel, param (Menteri Kesehatan RI, 1990). UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen (Menteri Kesehatan RI, 2012). Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri, kecuali usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Izin usaha obat tradisional berlaku seterusnya selama industri dan usaha obat tradisional yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. Menteri mendelegasikan kewenangan pemberian izin IOT dan IEBA kepada Direktorat Jenderal, UKOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Permohonan izin UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
23
setempat. Permohonan Izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Menteri Kesehatan RI, 2012).
3.3.5. Cabang Penyalur Alat Kesehatan Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapat izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusahaan atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada suku dinas kesehatan. Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya, usaha ini dilakukan oleh perorangan tersebut jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada suku dinas kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut.
3.3.6. Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Pangan industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Seritifkat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Sesuai Surat Keputisan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk: a.
Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b.
Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
24
c.
Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT.
3.4
Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh suku dinas kesehatan
dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakka dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009a). Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Presiden Republik Indonesia, 2009a) : a.
Komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
b.
Pendayagunaan tenaga kesehatan.
c.
Pembiayaan. Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
25
pihak lain, misalnya lembaga pemerintah nonkementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas kabupaten/kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh dinas kesehatan, suku dinas kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku dinas kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan, yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku dinas kesehatan kota administrasi dapar memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produkproduk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB 4 METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pengambilan data dan pengamatan dilakukan selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Keshatan dari tanggal 6 - 28 Mei 2013.
4.2 Kegiatan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) Kegiatan PKPA dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a.
Mengamati struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan serta tugas pokok dan fungsi Subseksi Farmasi Makanan Minuman.
b.
Mengamati pelaksanaan Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) terhadap Sarana Farmasi Makanan dan Minuman.
c.
Melakukan rekapitulasi LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) Bulan Februari – April 2013
d.
Mengamati pengelolaan obat di Gudang Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan
e.
Mengamati kegiatan pelayanan dan Sistem Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
f.
Melakukan kegiatan konseling dan penyuluhan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan.
26
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN
Pada
pelaksanaan
Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker,
mahasiswa
mendapatkan pengetahuan mengenai struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) dan Subseksi Farmasi Makanan Minuman (Farmakmin). Mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi langsung dalam fungsi-fungsi tersebut. Selain itu, mahasiswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengamati dan ikut serta dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan sistem pengelolaan obat di salah satu Puskesmas yang berada dalam koordinasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, yaitu Puskesmas Mampang Prapatan. Beberapa kegiatan dimana mahasiswa turut serta didalamnya adalah pembinaan apotek sebagai salah satu agenda Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) Sarana Farmakmin (Farmasi Makanan Minuman), pembuatan rekapitulasi bulanan LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dari tiap puskesmas kecamatan dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, mempelajari pengelolaan obat di Gudang Obat Suku Dinas kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan obat di gudang Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan, serta memberikan konseling dan penyuluhan kepada pasien di Puskesmas Mampang Prapatan.
5.1
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) dan Subseksi Farmasi Makanan Minuman (Farmakmin) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas
Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada awalnya merupakan penggabungan dari 2 (dua) suku dinas, yaitu Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dan Suku Dinas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Penggabungan ini terlaksana 27
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
28
pada tahun 2009. Kepala Suku Dinas Kesehatan secara teknis dan administratif berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan namun secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh Suku Dinas Kesehatan adalah melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian secara profesional agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan perbaikan secara berkesinambungan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi & Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pasal 36, Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat dan narkotik, psikotropika, zat adiktif lainnya (NAPZA) serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di Kotamadya. Dalam melaksanakan tugasnya, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki satu subbagian dan 4 seksi, yaitu Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian dan setiap seksi dipimpin seorang kepala seksi yang akan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan tugasnya. Setiap seksi membawahi beberapa subseksi dan masingmasing subseksi dipimpin oleh seorang koordinator yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh masing-masing Kepala Seksi. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dapat dilihat pada lampiran 1. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini hanya dilaksanakan pada Subseksi Farmasi Makanan dan Minuman yang merupakan bagian dari Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) memiliki tiga subseksi yaitu Tenaga Kesehatan (Nakes), Standarisasi Mutu Kesehatan, dan Farmasi Makanan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
29
Minuman (Farmakmin). Setiap koordinator memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh Kepala Seksi SDK. Beberapa tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan diantaranya adalah melaksanakan pemberian rekomendasi sarana kefarmasian tertentu dan sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap perbekalan kesehatan. Tugas-tugas tersebut dikelola oleh koordinator farmasi makanan dan minuman. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman memegang peranan dalam perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang swasta atau pemerintahan. Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh koordinator farmasi makanan dan minuman adalah melaksanakan pelayanan perizinan Apotek, Apotek Rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagan Eceran Obat (PEO); melaksanakan supervisi dan pengelolaan hasil supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin; melaksanakan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan pengendalian) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintah maupun swasta; melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan; melaksanakan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; melakukan pengelolaan bidang obat suku dinas kesehatan; melaksanakan pemantauan harga obat narkotika, dan persediaan cadangan obat esensial; serta melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari Puskesmas Kecamatan dalam satu wilayah Kota Administrasi. Struktur organisasi dan pelaksanaan tugas tersebut telah sesuai dengan Pergub No. 150 tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Pada penerapannya, ditemukan kekurangan struktur tersebut terhadap pelaksanaan tugas-tugas Sub Seksi Farmakmin. Dibutuhkan pembagian struktur menjadi lebih kecil lagi agar terdapat pembagian fokus kerja bagi karyawan pada pelaksanaan tugas-tugas tersebut. Selain itu, banyaknya tugas yang harus dilaksanakan belum sebanding dengan jumlah karyawan dalam Sub Seksi Farmakmin. Penambahan jumlah karyawan dan pembagian tugas-tugas Sub Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
30
Seksi Farmakmin melalui pembentukan struktur yang lebih kecil dalam Sub Seksi Farmakmin diperlukan untuk menambah efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan fungsi.
5.2
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) Farmakmin Kegiatan Binwasdal dilakukan oleh Sarana Farmasi Makanan Minuman
setiap tahunnya berdasarkan Dokumen Pelaksana Anggaran (DPA) yang telah disusun. Kegiatan ini meliputi pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap Apotek, Toko obat, CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan), IOT (Industri Obat Tradisional), IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam), UKOT (usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Pembinaan dilakukan melalui kuliah/seminar dan pemberian informasi bersamaan proses pengawasan sarana, pengawasan dilakukan melalui inspeksi langsung terhadap sarana dan pengendalian dilakukan melalui tindak lanjut terhadap hasil pengawasan, misalnya pemberian sanksi terhadap sarana yang melanggar peraturan yang berlaku. Kegiatan yang diikuti oleh mahasiswa dalam PKPA adalah pembinaan terhadap Apotek swasta dan pemerintah yang berlokasi di Tebet dan Cilandak dengan pemberian kuliah/seminar di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pembinaan terhadap Apotek di Jakarta Selatan pada Tahun 2013 ini ditekankan pada pengelolaan narkotik dan psikotropik serta manajemen apotek. Materi yang diberikan pada kuliah/seminar ini diantaranya adalah pengelolaan apotek berdasarkan peratutan perundang-undangan di bidang kefarmasian, undang-undang narkotika dan penanganan prekursor. Materi yang diberikan pada kuliah ini dibawakan oleh praktisi yang telah berpengalaman baik dalam bidang pemerintahan maupun distribusi. Selama pelaksanaan pembinaan ini, peserta pembinaan diminta untuk mengisi kuesioner tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Kegiatan pembinaan yang dilakukan memiliki kendala berupa kehadiran penanggung jawab sarana yang belum optimal. Sementara, kehadiran para Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
31
penanggung jawab sarana sangat penting untuk pengetahuan dan pemahamannya terhadap peraturan yang berlaku serta aspek-aspek penting lainnya. Diperlukan suatu sistem yang dapat mengoptimalkan kehadiran para penanggung jawab sarana, misalnya dengan sistem sertifikasi bagi peserta setelah mengikuti pembinaan berupa kuliah/seminar tersebut.
5.3
Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat (LPLPO) Laporan Pemakaian dan Permintaan Obat (LPLPO) adalah formulir
terpadu yang digunakan dalam sistem informasi obat di tingkat kabupaten/kota, puskesmas dan puskesmas pembantu. LPLPO mencakup informasi mengenai jenis dan jumlah persediaan awal dan akhir obat serta perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan. Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO ini sangat dibutuhkan untuk laporan pemakaian obat bulanan, dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat, dan perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat serta kegiatan pengendalian persediaan obat. Pembuatan LPLPO oleh Puskesmas, menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang di terbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, merupakan salah satu rangkaian kegiatan administrasi di Puskesmas dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan dievaluasi. Selain itu, LPLPO adalah sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan. Alur pelaporan LPLPO diawali dengan pengumpulan LPLPO oleh Puskesmas kelurahan ke puskesmas kecamatan paling lambat tanggal 1 pada setiap bulannya. Puskesmas kecamatan kemudian mengirimkan LPLPO ke suku dinas kesehatan kotamadya/kabupaten selambat-lambatnya tanggal 8 pada bulan tersebut. LPLPO kotamadya/kabupaten selanjutnya dikirim kepada dinas kesehatan propinsi setiap 3 bulan. Dinas kesehatan propinsi melaporkan LPLPO paling lambat tanggal 15 setiap bulannya ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
32
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap tiga. Lembar asli diberikan kepada unit pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota, lembar salinan pertama dikirim untuk instansi penerima (RS/puskesmas), dan lembar salinan kedua disimpan untuk arsip dinas kesehatan dati kabupaten/kota. Isi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) terdiri dari: a. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan b. Nama puskesmas yang bersangkutan c. Nama kecamatan dari wilayah kerja puskesmas d. Nama kabupaten/kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan e. Tanggal pembuatan dokumen f. Bulan bersangkutan untuk satuan kerja puskesmas g. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat maka diisi dengan nama bulan bersangkutan. h. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data obat) diisi dengan periode distribusi bersangkutan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan melingkupi sepuluh puskesmas kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Kecamatan Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Cilandak, Tebet, Jagakarsa, Mampang Prapatan, dan Setiabudi. Dalam pengelolaan obat, setiap bulan puskesmas kecamatan wajib membuat laporan pemakaian dan permintaan obat (LPLPO) dan mengirimkannya kepada Seksi Farmakmin Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Selatan sehingga dapat diketahui jumlah dan jenis persediaan obat serta pemakaian dan kebutuhan obat di setiap puskesmas kecamatan. Seksi Farmakmin kemudian melakukan rekapitulasi terhadap LPLPO dari kesepuluh kecamatan tersebut dan mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Propinsi. Pada PKPA ini, mahasiswa mendapatkan mendapatkan kesempatan untuk memepelajari rekapitulasi LPLPO di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Mahasiswa menghimpun LPLPO yang dikirimkan oleh setiap kecamatan melalui surat elektronik dan LPLPO Gudang Suku Dinas Kesehatan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
33
Jakarta Selatan, kemudian menggabungkannya dan menentukan stok akhir obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan secara keseluruhan berdasarkan total persediaan dan pemakaian. Pelaksanaan pelaporan dalam bentuk LPLPO di Jakarta Selatan menemukan kendala berupa sulitnya pemenuhan target waktu pengiriman LPLPO, baik oleh Puskesmas Kecamatan maupun Puskesmas Kelurahan. Kesulitan ini diperkirakan disebabkan kurangnya jumlah tenaga kefarmasian baik apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian serta sistem pelaporan yang belum efisien. Dalam hal ini, peningkatan teknologi dalam sistem informasi sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dalam pembuatan LPLPO.
5.4
Gudang Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Gudang Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah
gudang tempat disimpannya obat-obatan sebagai persediaan penyangga kebutuhan wilayah Jakarta Selatan dan obat program untuk penggunaan di wilayah Jakarta Selatan. Gudang ini berlokasi di Pasar minggu dan dijaga oleh 1 orang petugas. Gudang Sudinkes Jakarta Selatan memiliki dua lantai. Lantai 1 merupakan tempat penyimpanan obat Sudinkes Jakarta Selatan dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Lantai 2 (dua) terdiri dari kantor. Denah gudang dicantumkan pada Lampiran 17. Obat-obatan yang disimpan di gudang ini diantaranya obat buffer, obat program dan obat-obatan yang dimiliki oleh Puskesmas Jagakarsa. Obat buffer adalah obat yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dan merupakan penyangga kebutuhan tambahan dari setiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan. Sedangkan obat program adalah obat yang diberikan oleh Kementrian Kesehatan untuk kejadian atau penyakit-penyakit yang telah ditentukan. Obat program diantaranya Obat Program TB, Obat Program HIV-AIDS, Obat Program Ibu dan Anak, Obat Program Banjir dan lain-lain. Penerimaan obat di gudang dilakukan dengan terlebih dahulu memeriksa kesesuaian jenis, jumlah dan nomor bets obat yang datang dengan surat jalan, kemudian memeriksa kesesuaian masa kadaluarsa. Beberapa obat sebagai sampel kemudian diambil untuk diperiksa kondisi fisiknya. Obat yang Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
34
lulus pemeriksaan selanjutnya disusun berdasarkan golongan program obat tersebut. Hal ini memudahkan dalam pengambilan kelompok obat program dari gudang Suku Dinas Kesehatan dan pendistribusian ke bagian program obat di Suku Dinas Kesehatan. Tiap obat maupun alat kesehatan yang tersedia di gudang memiliki kartu stok sebagai kontrol untuk mengetahui jumlah obat yang keluar dan masuk, sehingga
penelusuran
dapat
dilakukan
dengan
mudah
apabila
terjadi
penyimpangan jumlah. Kartu stok merupakan tabel yang berisi nama obat serta satuannya, nama pihak yang melakukan pengiriman maupun pengambilan obat, jumlah penerimaan, pengambilan, persediaan akhir, waktu kadaluarsa obat, serta tanda tangan petugas pengelola gudang. Pengeluaran obat dari Gudang dilakukan dengan metode FEFO (First Expired First Out). Hal ini dilakukan untuk mencegah persediaan obat kadaluarsa. Pada PKPA ini, dilakukan kunjungan ke Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Mahasiswa melakukan pemeriksaan kesesuaian jumlah fisik dan tanggal kadaluarsa obat dengan informasi yang tertera dalam kartu stok. Jika ditemukan ketidaksesuaian, maka personalia Seksi Farmakmin melakukan investigasi melalui dokumen-dokumen lainnya misalnya surat jalan dan surat permintaan obat. Mahasiswa juga melakukan pencatatan jumlah persediaan obat pada Bulan Juni di kartu stok setelah menghitung jumlah fisik obat. Pengisian kartu stok, dilakukan dengan menuliskan nomor surat (berita acara), nama kecamatan, jumlah barang yang keluar, jumlah barang sisa, dan tanda tangan dari penanggung jawab gudang.
5.5
Kegiatan Pelayanan dan Sistem Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan Puskesmas Mampang Perapatan terletak di Jl. Kapten Tendean No.9
Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Puskesmas Kecamatan ini membawahi enam puskesmas kelurahan yaitu puskesmas kelurahan Kuningan Barat, Pela Mampang I, Pela Mampang II, Tegal Parang, Bangka, dan Mampang Prapatan. Bangunan Puskesmas Mampang Prapatan terdiri dari enam lantai. Puskesmas Mampang Prapatan pada awalnya tergolong tipe C, namun dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
35
adanya sarana rawat inap, puskesmas ini tergolong tipe B. Fasilitas rawat inap di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan mampu menampung 12 pasien dewasa dengan dua kamar terpisah dengan masing-masing kamar untuk enam pasien pria dan wanita. Poli yang tersedia di dalam puskesmas antara lain poliklinik umum, gigi, masa tumbuh balita sehat, kesehatan gizi, kesehatan ibu, kesehatan anak, kanker, rumah bersalin, dan jiwa. Puskesmas juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan kamar obat (apotek). Gudang penyimpanan obat terdapat di lantai enam. Denah Gudang Puskesmas Mampang Prapatan dapat dilihat pada lampiran 19. Alur pelayanan pasien di puskesmas adalah sebagai berikut. Pasien terlebih dahulu melakukan proses pendaftaran di loket dan menyelesaikan kegiatan administrasi. Kemudian pasien akan memperoleh nomor urut antrian dan akan dipanggil untuk masuk ke poli terkait dengan nomor urut yang telah diberikan. Selanjutnya pasien akan diperiksa oleh dokter dan akan memperoleh resep yang dapat ditebus di kamar obat. Setelah resep diserahkan ke petugas di kamar obat, pasien akan mendapat nomor antrian untuk menunggu obat diserahkan. Setelah dilakukan penyiapan obat oleh apoteker dan tenaga kefarmasian di apotek, obat kemudian diserahkan kepada pasien berikut konfirmasi kesesuaian pemberian obat dan pemberian informasi tentang penggunaan obat. Tenaga kesehatan di Apotek Puskesmas Mampang Prapatan terdiri dari 2 orang apoteker, 2 orang asisten apoteker, dan 1 juru resep. Pekerjaan Kefarmasian yang dilakukan di Puskesmas Mampang Prapatan diantaranya pengadaan obat, penyimpanan dan pengeluaran obat serta melakukan pelayanan resep dan informasi obat kepada pasien. Pelayanan obat di kamar obat dilakukan dari pukul 07.30 sampai dengan pukul 16.00 WIB, dengan waktu istirahat pada pukul 12.00 sampai pukul 13.00 WIB. Resep dokter yang dilayani di kamar obat setiap harinya berkisar antara 150 sampai 250 resep. Kendala dalam pelayanan resep ini adalah kurangnya jumlah tenaga kesehatan. Selain itu, luas ruangan apotek ini kurang memadai sehingga menyulitkan pergerakan tenaga kefarmasian di Apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
36
Pelayanan kefarmasian klinik yang diterapkan di Puskesmas Mampang Prapatan masih belum sepenuhnya sesuai dengan Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang diterbitka oleh Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan. Ketidaksesuaian tersebut diantaranya belum diterapkannya aturan penggunaan etiket biru dan putih serta label. Setiap penandaan obat hanya dilakukan melalui penulisan dengan tinta hitam. Informasi yang diberikan pada penyerahan obat pun belum memenuhi setiap aspek yang tertera dalam pedoman tersebut. Pada penyerahan obat di Puskesmas Mampang Prapatan, informasi yang diberikan hanya cara penggunaan obat, tanpa disertai informasi makanan dan minuman yang harus dihindari, efek samping yang mungkin terjadi dan lain-lain. Kekurangan pada pelayanan klinik ini disebabkan sumber daya yang belum memadai, tertutama jumlah tenaga kefarmasian yang sangat sedikit (2 orang apoteker, 2 asisten apoteker dan 1 juru resep) sementara pasien yang datang setiap harinya sangat banyak (±200 orang). Obat yang diberikan kepada pasien sebagian besar adalah sediaan tablet, pulveres, sirup, sediaan topikal, dan obat tetes. Apotek puskesmas ini melayani pemberian obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika, tetapi tidak melayani obat golongan narkotika. Semua resep dokter dari poli dilayani di Apotek kecuali Obat Anti Tuberkulosis (OAT), serum, dan vaksin karena diberikan dan dijelaskan langsung pada poli yang bersangkutan. Tidak ada perbedaan obat yang diserahkan pada pasien dari tiap poli dengan pasien program seperti pasien dari program Jamsostek dan Askes, perbedaan hanya terdapat pada beberapa resep obat yang diberikan. Biasanya pasien jamsostek dan askes mendapat obat dengan beberapa merek dagang. Pasien tidak dikenakan biaya untuk obat yang diberikan di kamar obat, pasien hanya cukup membayar biaya administrasi pada saat mendaftar. Gudang Obat Puskesmas Mampang Prapatan terletak di lantai 6. Gudang ini dikelola oleh 2 orang Apoteker dan dilengkapi dengan rak-rak untuk penyimpanan obat, satu buah komputer, meja dan kursi kerja, AC untuk menjaga suhu ruangan agar tetap berkisar 25oC, pengukur suhu ruangan dan kamera CCTV. Gudang Obat Puskesmas Mampang Prapatan menyimpan obat-obatan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
37
dan alat kesehatan untuk kebutuhan penggunaan di Puskesmas Mamang Prapatan dan Puskesmas-Puskesmas Kelurahan di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan. Pengadaan obat di
Puskesmas Mampang Prapatan, sebagaimana
Puskesmas Kecamatan lainnya di DKI Jakarta, dilakukan secara mandiri melalui pelelangan setelah dilakukan perencanaan kebutuhan, kecuali pengadaan obat program yang diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Namun, jika persediaan obat kurang atau terjadi kejadian luar biasa, Puskesmas Mampang Prapatan dapat melakukan permintaan obat buffer kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pelelangan pada pengadaan obat dilakukan oleh tim pengadaan obat. Pelelangan diawali dengan publikasi obat-obat yang diperlukan oleh Puskesmas Mampang Prapatan di media internet. Pihak distributor kemudian memberikan penawaran harga. Berdasarkan penawaran harga tersebut, tim pengadaan obat Puskesmas Mampang Prapatan kemudian memilih beberapa distributor yang menawarkan obat dengan nominal harga terendah. Kemudian, terhadap distributor terpilih tersebut, dilakukan pemeriksaan administrasi untuk memastikan bahwa distributor secara benar melaksanakan tugasnya sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Sehingga, pada akhirnya terpilih satu distributor pemenang yang menawarkan harga termurah dengan kelengkapan administrasi yang benar. Puskesmas Mampang Prapatan juga melakukan pengadaan dan distribusi obat ke Puskesmas Kelurahan. Alokasi obat untuk keperluan tersebut didasarkan pada data konsumsi, kunjungan dan pola penyakit yang paling banyak terjadi di setiap kelurahan. Setiap pemberian obat kepada Puskesmas Kelurahan harus didahului dengan penerimaan Surat Permintaan Obat dari Puskesmas Keluruhan. Puskesmas Kelurahan juga harus mengirimkan LPLPO setiap bulannya kepada Puskesmas Mampang Prapatan untuk kemudian direkapitulasi dan dikirimkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Penyimpanan obat di gudang dilakukan berdasarkan urutan abjad dan bentuk sediaan. Obat sediaan solid, semi solid dan cair diletakkan pada daerah Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
38
terpisah. Obat-obat psikropika disimpan dalam lemari khusus di dekat meja operator dan juga terdapat sebuah lemari es untuk menyimpan sediaan suppositoria dan sediaan injeksi. Obat dengan masa kadaluarsa terdekat diletakkan di tempat yang paling mudah dijangkau. Setiap obat diberikan penandaan berupa bintang dengan warna yang berbeda-beda untuk menandakan tahun kadaluarsa masing-masing. Pengeluaran obat dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out), dimana obat dengan masa kadaluarsa terdekat diprioritaskan untuk didistribusikan terlebih dahulu. Pengeluaran obat-obat dengan masa kadaluarsa yang sama dilakukan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out), dimana obat yang datang terlebih dahulu didistribusikan terlebih dahulu. Setiap obat dan alat kesehatan yang disimpan di gudang ini dilengkapi dengan kartu stok untuk memantau kesesuaian penerimaan, pengeluaran dengan persediaan barang dan kesesuaian masa kadaluarsa. Selama 5 hari kerja di Puskesmas Mampang Prapatan, mahasiswa mendapatkan pengetahuan melalui pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Pukesmas, terutama peran seorang Apoteker. Mahasiswa juga diberi kesempatan untuk praktek langsung dalam penyiapan obat yang akan didistribusikan ke Puskesmas Kelurahan, pendataan obat-obat yang tersedia di gudang untuk digolongkan berdasarkan efek terapinya serta pemeriksaan kondisi fisik obat.
5.6
Kegiatan Konseling dan Penyuluhan di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
5.6.1 Kegiatan Konseling di Puskesmas Mampang Prapatan Pada PKPA di Puskesmas Mampang Prapatan, dilakukan konseling penggunaan obat kepada pasien. Tujuan pelaksanaan kegiatan konseling adalah untuk meningkatkan hubungan dan kepercayaan pasien kepada tenaga kesehatan khususnya apoteker, menunjukkan kepedulian kepada pasien, membantu pasien untuk lebih mengerti dan memahami mengenai penyakit dan obatnya, mencegah dan
meminimalkan
masalah
yang
terkait
dengan
efek
samping
atau
ketidakpatuhan pasien, memberikan keterampilan dan metode penggunaan obat untuk mengoptimalkan khasiat dan efek obat, memberikan informasi yang tepat Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
39
mengenai masalah yang dihadapi pasien. Aspek-aspek konseling yang diberikan antara lain : a.
Deskripsi dan kekuatan obat
b.
Waktu penggunaan
c.
Cara penggunaan
d.
Mekanisme kerja
e.
Dapak gaya hidup
f.
Penyimpanan
g.
Efek potensial yang tidak diinginkan
h.
Interaksi potensial Pasien yang diberikan konseling adalah pasien penderita diabetes dan
hipertensi. Tahapan konseling yang yaitu : a.
Menanyakan biodata pasien (nama, usia, pekerjaan, nomor telepon).
b.
Menanyakan pengetahuan pasien mengenai penyakit (DM/Hipertensi) yang dialaminya lalu memberikan konfirmasi.
c.
Menanyakan kepada pasien mengenai informasi yang diberikan dokter mengenai obat yang diresepkan lalu memberikan konfirmasi.
d.
Memberikan informasi mengenai kandungan, dosis, waktu penggunaan, khasiat dan cara penyimpanan setiap obat yang diresepkan
e.
Memberikan edukasi mengenai gaya hidup yang akan mempengaruhi terapi DM/Hipertensi.
f.
Menginvestigasi kemungkinan munculnya efek samping obat yang dialami pasien serta memberikan solusi terhadap masalah yang dialami. Pada konseling ini, kendala yang ditemukan adalah kurang memadainya
ruangan apotek sehingga konseling terpaksa dilakukan di ruang tunggu obat sehingga kondisi yang kondusif dalam proses konseling sulit didapatkan. Namun, pasien yang diberikan konseling memberikan respon yang positif dan mau memberikan penjelasan yang diminta mengenai pengetahuannya atas penyakit yang diderita dan obat-obatan yang dikonsumsi serta pasien bersedia ceritakan permasalahan dalam terapi yang dijalaninya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
40
5.6.2 Kegiatan Penyuluhan di Puskesmas Mampang Prapatan Selama PKPA di Puskesmas Mampang Prapatan, dilakukan pula penyuluhan mengenai Penggunaan Obat Rasional kepada pasien selama 2 hari kepada pasien yang berobat di Puskesmas Mampang Prapatan, baik yang sedang menunggu penyerahan obat maupun menunggu panggilan antrian dari poli umum. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai urgensi dan cara penggunaan obat yang rasional. Penyuluhan dilakukan di ruang tunggu obat dengan menggunakan beberapa fasilitas, yaitu microphone, poster, leaflet yang dibagikan kepada pasien dan beberapa kemasan obat sebagai alat peraga. Materi yang dipaparkan dalam penyuluhan mengenai pengertian obat, penggolongan obat, pengertian dan urgensi penggunaan obat secara rasional, serta cara menggunakan obat secara rasional berikut contoh-contoh penggunaan obat rasional yang aplikatif. Poster dan leafleat yang digunakan pada kegiatan penyuluhan di Puskesmas Mampang Prapatan ini dapat dilihat pada lampiran 20 dan 21.
5.7
Perizinan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan Alur proses perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman yang
dilakukan oleh Sub Seksi Farmasi Makanan dan Minuman secara umum adalah sama untuk setiap sarana, hanya persyaratannya berbeda. Salah satu contoh alur pemberian izin sarana dapat dilihat pada lampiran 17. Segala proses perizinan penyelenggaraan dilaksanakan dengan sistem satu atap, yaitu dilaksanakan di kantor Walikota, tepatnya pada bagian Pelayanan Terpadu (yandu). Pemohon terlebih dahulu datang ke Kantor Pelayanan Terpadu Bagian Kesehatan untuk menyampaikan keinginan dalam mendapatkan perizinan untuk apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, produksi pangan industri rumah tangga, ataupun pedagang eceran obat, industri kecil obat tradisional. Pemohon akan mendapatkan formulir yang berisi daftar kelengkapan yang harus dilengkapi sebagai
persyaratan
mendapatkan
perizinan
(Lampiran
2-16).
Adapun
kelengkapan yang harus dipenuhi ialah kelengkapan dokumen serta kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Setelah persyaratan selesai disiapkan, pemohon Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
41
datang kembali ke Kantor Pelayanan Terpadu untuk menyerahkan berkas persyaratan perizinan sarana kesehatan. Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi. Berkas yang diserahkan oleh pemohon di kantor Pelayanan Terpadu kemudian dibawa ke kantor Suku Dinas Kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan ke Subbag Tata Usaha untuk registrasi surat masuk. Setelah disposisi oleh Kepala Suku Dinas kesehatan, berkas diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Petugas bagian Farmasi Makanan dan Minuman kemudian memeriksa kembali dokumen tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan. Dalam proses tersebut petugas suku dinas memeriksa kesesuaian antara persiapan persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan. Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas suku dinas kesehatan dalam proses perizinan adalah sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai perizinan masing-masing sarana. Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/belum memenuhi persyaratan, Suku Dinas Kesehatan akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu sesuai peraturan yang berlaku. Apabila seluruh persyaratan sudah dilengkapi serta dilakukan peninjauan ulang, maka Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Kesehatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan kepada pemohon. Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang telah ditentukan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Untuk melanjutkan perizinan, pemohon harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan mengajukan kembali permohonan ke bagian pelayanan terpadu seperti yang telah dijelaskan di atas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan a.
Suku Dinas Kesehatan dibentuk berdasarkan pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, yaitu merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat yang memiliki peran dan fungsi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagai auditor. Sedangkan Dinas Kesehatan, yang membawahi Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai regulator.
b.
Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga koordinator yaitu, Koordinator Tenaga Kesehatan, Koordinator Pengelola Standardisasi Mutu Kesehatan dan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin).
c.
Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman melaksanaan tugas pokok dan fungsinya, terutama yang berkaitan dengan kegiatan
perizinan
maupun
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian sarana kesehatan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan, baik dalam segi administratif maupun pelaksanaan di lapangan.
6.2 Saran a.
Perlunya penambahan sumber daya manusia di bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman untuk meningkatkan efisiensi kerja.
b.
Meningkatkan pengawasan terhadap laporan yang diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan untuk mengurangi terjadinya kesalahan pelaporan di tingkat koordinasi yang lebih tinggi.
c.
Mengoptimalkan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman serta untuk meminimalisasi terjadinya pelanggaran.
42
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.00.05.5.1640 tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246 Tahun 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang: Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta.
43
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
44
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Noomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2007). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
45
Lampiran 1. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administasi Jakarta Selatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
46
Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
47
Lampiran 2 (Lanjutan). Formulir Permohonan Surat Izin Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
48
Lampiran 2 (Lanjutan). Formulir Permohonan Surat Izin Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
49
Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
50
Lampiran 3 (Lanjutan). Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
51
Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
52
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
53
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
54
Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
55
Lampiran 5. Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
56
Lampiran 6. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
57
Lampiran 6 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
58
Lampiran 7. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip IKOT
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
59
Lampiran 7 (Lanjutan). Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip IKOT
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
60
Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
61
Lampiran 8 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
62
Lampiran 9. Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan (Form 1)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
63
Lampiran 9 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Cabang/Sub Penyalur Alat Kesehatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
64
Lampiran 10. Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK (Form 2)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
65
Lampiran 10. (Lanjutan) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
66
Lampiran 10. (Lanjutan) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
67
Lampiran 11.Laporan Hasil Pemeriksaan CPAK (Form 3)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
68
Lampiran 12. Pernyataan Siap Beroperasi (Form 4)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
69
Lampiran 13.Penundaan Izin CPAK (Form 5)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
70
Lampiran 14.Surat Keputusan CPAK (Form 6)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
71
Lampiran 14. (Lanjutan) Surat Keputusan CPAK (Form 6)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
72
Lampiran 15. Keputusan Pencabutan Izin CPAK (Form 7)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
73
Lampiran 16. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
74
Lampiran 17. Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
75
Lampiran 17.(Lanjutan) Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
76
Lampiran 18. Alur dalam pemberian izin Cabang PAK
Keterangan: a.
Kepala dinas kesehatan provinsi berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuk tim pemeriksa dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan Formulir 2.
b.
Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setelah menerima hasil pemeriksaan tim pemeriksa bersama meneruskan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 3. **Bila pemeriksaan tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat siap melaksanakan kegiatan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 4.
c.
Setelah melakukan pemeriksaan, kepala dinas kesehatan provinsi dapat mengeluarkan izin cabang PAK, penundaan atau penolakan permohonan izin Cabang PAK dengan menggunakan Formulir 5 dan 6 .
d.
Pemohon diberikan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sejak diterbitkan surat penundaan.
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
77
Lampiran 19. Denah Ruangan Gudang Obat Puskesmas Mampang Prapatan
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
78
Lampiran 20. Poster Penyuluhan Mengenai Penggolongan Obat dan Penggunaan Obat Rasional (POR)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
79
Lampiran 21.
Leaflet Penyuluhan Mengenai Penggunaan Obat Rasional (POR)
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Penggolongan
Obat
dan
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI – 28 MEI 2013
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN (BINWASDAL) SARANA FARMASI, MAKANAN DAN MINUMAN DI WILAYAH JAKARTA SELATAN
NISA YULIANTI SUPRAHMAN, S.Farm 1206313412
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan .............................................................................................. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.............. 2.2 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Sarana Farmasi dan Alat Kesehatan ................................. 2.3 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Makanan dan Minuman ....................................................
3 3 5 9
BAB 3 METODOLOGI ...................................................................................... 11 3. 1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 11 3. 2 Metode Kerja ................................................................................... 11 BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 4. 1 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Apotek ........................ 4. 2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Toko Obat................... 4. 3 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan)................................................................. 4. 4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Usaha Obat Tradisional ....................................................................................... 4. 5 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga .................................................................................
12 12 14 15 16 16
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 20 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20 5.2 Saran ................................................................................................ 20 DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 22
ii Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Pemeriksaan Apotek ........................................................... 25 Lampiran 2. Formulir Pengawasan Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) .... 28
iii Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang kompleks sehingga membutuhkan upaya yang komprehensif untuk menanggulanginya dan mencapai visi kesehatan nasional yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi ini didukung oleh pelaksanaan misi-misi, diantaranya menjamin upaya kesehatan yang bermutu. Pembangunan sarana farmasi, makanan dan minuman merupakan bagian integral dari upaya kesehatan. Hal ini disebabkan tingginya angka kejadian sakit yang menuntut persediaan sarana farmasi memadai serta terjamin mutunya dan pengaruh makanan dan minuman yang sangat signifikan terhadap kondisi kesehatan seseorang. Pembangunan sarana farmasi, makanan dan minuman tidak hanya akan memberikan kemandirian kepada masyarakat, namun juga akan memberikan dampak yang baik bagi kualitas kesehatan. Karena itu, peningkatan kuantitas sarana farmasi, makanan dan minuman swasta maupun pemerintahan tidak seharusnya dijadikan kendala dalam upaya perwujudan visi kesehatan. Peningkatan tersebut sangat baik untuk menjamin tersedianya kebutuhan seluruh masyarakat di bidang kefarmasian dan pangan. Upaya yang tepat dalam memastikan mutu dan keamanan sediaan farmasi, alat kesehatan serta makanan dan minuman adalah dengan melakukan pembinaan, pengawasan dan pegendalian terhadap setiap sarana terkait. Pembinaan terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman sangat penting untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia pengelola serta produk yang sampai pada masyarakat. Sementara, pengawasan dan pengendalian sangat penting untuk memastikan bahwa hanya sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan dan minuman yang bermutu, yang sampai pada masyarakat. Fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) ini dilakukan oleh lembaga pemerintah kementrian (Kementrian
Kesehatan,
Dinas
Kesehatan
Provinsi,
1
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Dinas
Kesehatan
Universitas Indonesia
2
Kabupaten/Kota) dan lembaga pemerintah non kementrian (Badan POM dan Balai POM). Penerapan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah membawa implikasi terhadap organisasi kesehatan baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. Demikian juga terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman. Dalam hal ini, Jakarta sebagai ibu kota memiliki kekhasan tersendiri karena memiliki jumlah sarana farmasi, makanan dan minuman yang besar sehingga tuntutan untuk menjamin mutu dan keamanannya juga besar. Fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara berjenjang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dan Dinas Kesehatan Provinsi. Binwasdal terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman di tingkat kota administrasi dilakukan oleh Seksi Farmasi Makanan Minuman yang merupakan bagian dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin dan terencana, serta pelaksanaannya didasarkan pada undang-undang dan peraturan menteri kesehatan yang terkait. Evaluasi terhadap penerapan undangundang dan peraturan tersebut sangat penting untuk menjamin terciptanya sarana farmasi, makanan dan minuman yang memenuhi syarat mutu dan keamanan sehingga dapat mendukung terwujudnya visi kesehatan nasional.
I.2 Tujuan a. Memahami penerapan peraturan dan perundang-undangan pada pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana farmasi makanan dan minuman oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. b. Memahami bentuk pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan terhadap Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman yang berlokasi di wilayah Jakarta Selatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009). Kebijakan mutu yang ditetapkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi
adalah
berkomitmen
untuk
melaksanakan
pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian secara profesional agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan perbaikan secara berkesinambungan demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Sudinkes Jaksel, 2010). Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas; b. Subbagian Tata Usaha ; c. Seksi Kesehatan Masyarakat; d. Seksi Pelayanan Kesehatan; e. Seksi Sumber Daya Kesehatan; f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman; d. Memberikan rekomendasi/perizinan praktik tenaga kesehatan; e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan; f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan; h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu; i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan; j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan; k. Penerapan sistem manejemen mutu kepada Puskesmas; l. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; m. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assesor dan auditor mutu pelayanan kesehatan; n. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga; o. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial; p. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; q. Melaksanakan monitoring dan pemetanaan sumbel daya kesehatan; r. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan;
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
5
s. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian (usaha obat tradisional, cabang penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, industri makanan minuman rumah tangga), yang merupakan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan, dilakukan oleh Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman yang rnerupakan Satuan Kerja Bidang Sumber Daya Kesehatan (Sudinkes Jaksel, 2010).
2.2 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Sarana Farmasi dan Alat Kesehatan 2.2.1
Pembinaan Pembinaan adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan dan
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diperlukan (Sudinkes Jakut, 2012). Berdasarkan UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan upaya kesehatan. Pembinaan tersebut diarahkan untuk: a. Memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; b. Menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; c. Memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; d. Memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; e. Memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; f. Melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan; Pembinaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya : Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
6
a. Komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat; b. Pendayagunaan tenaga kesehatan; c. Pembiayaan. Pembinaan juga dilakukan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan sebagaimana diatur dalam PP No. 72 Tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pembinaan ini dilakukan dalam bidang informasi, produksi, peredaran, sumber daya manusia dan pelayanan kesehatan serta bertujuan untuk : a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; b. Melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak tepat dan/atau tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; c. Menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diedarkan. Pembinaan dalam bidang informasi dilakukan dengan penyebarluasan informasi kepada masyarakat berkenaan dengan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dan melindungi masyarakat dari iklan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak obyektif, tidak lengkap dan menyesatkan. Pembinaan dalam bidang produksi dilakukan dengan meningkatkan kemampuan teknik dan penerapan cara produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan yang baik, meningkatkan penggunaan potensi nasional yang tersedia sebesar-besarnya dalam produksi sediaan farmasi dan alat kesehatan, dan melaksanakan penelitian dan pengembangan produksi sediaan farmasi yang berupa obat tradisional dalam rangka perluasan dan pemerataan pelayanan kesehatan. Pembinaan
dalam
bidang
peredaran
dilakukan
dengan
menjaga
terpenuhinya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diedarkan dan mengembangkan jaringan peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan yang merata. Pembinaan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dilakukan dengan meningkatkan keterampilan teknis tenaga kesehatan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
7
dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan/atau lembaga pelatihan di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan, menyediakan tenaga penyuluh atau ahli di bidang sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pembinaan
dalam
bidang
pelayanan
kesehatan
dilakukan
dengan
meningkatkan penggunaan sediaan farmasi yang berupa obat generik dalam pelayanan kesehatan, meningkatkan pemanfaatan sediaan farmasi yang berupa obat tradisional sebagai upaya kesehatan mandiri, menjamin tersedianya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan dalam rangka pelayanan kesehatan.
2.2.2
Pengawasan Pemantauan dan/atau evaluasi kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Sudinkes Jakut, 2012). Berdasarkan No.36 Tahun 2009, pengawasan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan dilakukan oleh Menteri melalui lembaga pemerintah non kementerian, kepala dinas di provinsi, dan kabupaten/kota yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan : a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan; b. Memeriksa perizinan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan. Pengawasan juga dilakukan terhadap segala kegiatan yang berhubungan dengan pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan : a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan sediaan farmasi dan alat kesehatan untuk memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh dan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan sediaan farmasi dan alat kesehatan; Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
8
b. Membuka dan meneliti kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan; c. Memeriksa dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan perdagangan sediaan farmasi dan alat kesehatan, termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; d. Memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha atau dokumen lain.
2.2.3
Pengendalian Pengendalian adalah kegiatan untuk mengendalikan organisasi yang di audit
atau di nilai apakah memenuhi persyaratan/peraturan yang telah ditentukan (Sudinkes Jakut, 2012). Tindakan pengendalian meliputi umpan balik terhadap pelaksanaan pengawasan. Berdasarkan No.36 Tahun 2009, adanya dugaan pelanggaran hukum di bidang kesehatan setelah dilakukannya pemeriksaan akan dilanjutkan dengan pelaporan kepada penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tindakan administratif diberikan kepada tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan. Tindakan administratif atas pelanggaran yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan dapat berupa : a. Peringatan secara tertulis; b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk menarik produk sediaan farmasi dan alat kesehatan dari peredaran yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; c. Perintah pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; d. Pencabutan sementara atau pencabutan tetap izin usaha industri, izin edar sediaan farmasi dan alat kesehatan serta izin lain yang diberikan. Jika pelanggaran hukum tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan, tindakan administratif dikenakan oleh Menteri berupa: a. Teguran; b. Pencabutan izin untuk melakukan upaya kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
9
2.3 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap Makanan dan Minuman Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 mengenai Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pembinaan terhadap industri rumah tangga pangan dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang atas perintah Bupati/Walikota. Sementara, pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat di bidang pengawasan pangan dilaksanakan oleh Kepala Badan. Dalam hal pengawasan, berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah harus melakukan pengawasan dan pencegahan secara berkala terhadap pemenuhan peraturan perundang-undangan pangan yang beredar di masyarakat. Di dalam PP No. 28 Tahun 2004 mengenai Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, disebutkan pula bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk menindaklanjuti hasil pengujian yang dilakukan oleh Badan Berwenang terhadap sampel pangan olahan hasil industri rumah tangga pangan dan pangan siap saji yang beredar serta melakukan pemeriksaan ketika terdapat dugaan terjadinya pelanggaran hukum di bidang pangan siap saji dan pangan olahan hasil industri rumah tangga. Pemeriksaan ini dilakukan dengan : a. Memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan
perdagangan pangan
untuk
memeriksa, meneliti, dan mengambil contoh pangan dan segala sesuatu yang diduga digunakan dalam kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau perdagangan pangan; b. Menghentikan, memeriksa, dan mencegah setiap sarana angkutan yang diduga atau patut diduga digunakan dalam pengangkutan pangan serta mengambil dan memeriksa contoh pangan; c. Membuka dan meneliti setiap kemasan pangan; d. Memeriksa setiap buku, dokumen, atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan/atau
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
10
perdagangan pangan, termasuk menggandakan atau mengutip keterangan tersebut; dan/atau e. Memerintahkan untuk memperlihatkan izin usaha dan/atau dokumen lain sejenis. Jika berdasarkan pemeriksaan tersebut ditemukan pelanggaran, maka Gubernur, Bupati/Walikota atau Kepala Badan, berwenang mengambil tindakan administratif yang meliputi : a. Peringatan secara tertulis; b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah menarik produk pangan dari peredaran; c. Pemusnahan pangan, jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia; d. Penghentian produksi untuk sementara waktu; b. Pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau c. Pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan d. Pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri rumah tangga. Pelaksanaan tindakan administratif tersebut dilakukan oleh pejabat penerbit izin produksi, izin usaha, persetujuan pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri rumah tangga yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas kewenangan masing-masing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB III METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilaksanakan di Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, mahasiswa ditugaskan untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman yang dilakukan oleh Sub Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman. Pengambilan data dan pengamatan dilakukan selama masa praktek kerja tersebut, yaitu pada tanggal 6 sampai 28 Mei 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan.
3.2
Cara Kerja Pengamatan dan pengambilan data dilakukan melalui partisipasi dalam
salah satu kegiatan Binwasdal, yaitu pembinaan berupa seminar terhadap sarana apotek di wilayah Jakarta Selatan yang diselenggarakan oleh Seksi Farmasi Makanan Minuman pada tanggal 29-30 Mei 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Data kemudian dilengkapi dengan wawancara langsung kepada Koordinator Sub Seksi Farmakmin. Data dan hasil pengamatan kemudian diolah dan dibandingkan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Kegiatan Binwasdal yang dikaji meliputi : a. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Apotek b. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Toko Obat c. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan) d. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Usaha Obat Tradisional e. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). 11
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB IV PEMBAHASAN
Pembinaan, Pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) adalah tugas pokok dan fungsi yang utama dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Hal ini merupakan perwujudan dari Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Seksi Farmasi Makanan dan Minuman yang merupakan bagian dari Suku Dinas Kesehatan menjalankan kegiatan tersebut terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman, yaitu Apotek, Toko Obat, CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan), IOT (Industri Obat Tradisional), IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam), UKOT (usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Pelaksanaan Binwasdal di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan setiap tahunnya dilakukan berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA). Pembinaan dilakukan baik seiring dengan pelaksanaan pengawasan maupun melalui pemberian kuliah/seminar. Pengawasan dilakukan melalui tinjauan lapangan terhadap beberapa sarana sebagai sampel. Sementara pengendalian dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap evaluasi hasil pengawasan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.
4.1 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Apotek Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap apotek dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagaimana tertera dalam SK Menkes No. 1332.Menkes/SK/X/2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Pembinaan terhadap apotek di Jakarta Selatan pada tahun 2013 ditekankan pada pengelolaan narkotik dan psikotropik serta manajemen apotek, sebagaimana tertera dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran yang telah dibuat. Pembinaan ini dilakukan bersamaan dengan pengawasan dan juga melalui pemberian kuliah yang diadakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Materi yang diberikan diantaranya adalah pengelolaan apotek berdasarkan peraturan perundang12 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
13
undangan di bidang kefarmasian, undang-undang narkotika dan penanganan prekursor. Materi yang diberikan pada kuliah ini dibawakan oleh praktisi yang telah berpengalaman baik dalam bidang pemerintahan maupun distribusi terkait pengelolaan narkotik dan psikotropik serta manajemen apotek. Pengawasan terhadap apotek dilakukan melalui peninjauan langsung ke lokasi beberapa apotek yang dijadikan sampel. Pada peninjauan tersebut, dilakukan evaluasi
terhadap
pemenuhan
peraturan-peraturan
penyelenggaraan
apotek
sebagaimana tertera dalam Formulir APT-16 yang terlampir dalam UU No. 1332 tentang perizinan apotek. Pengawasan tersebut terutama menekankan pada sarana dan prasarana yang wajib dimiliki oleh apotek serta pengelolaan narkotika dan psikotoprika. Tata cara pemeriksaan yang dilakukan pada pengawasan menggunakan contoh Formulir Model APT-16 sebagaimana terlampir dalam lampiran 1. Pengendalian yang dilakukan terhadap apotek sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam No.1332 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Berdasarkan hasil pengawasan, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota dapat mencabut surat izin Apotek bila diketahui bahwa : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tertera dalam Permenkes No. 922 Tahun 1993 tentang Izin Apotek Pasal 5 b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 12 Permenkes No.1332 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin apotek dan Permenkes No. 922 tahun 1993 tentang Izin Apotek Pasal 15 c. Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan yang dimaksud dalam Permenkes No.1332 Tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin apotek Pasal 19 ayat 5 d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu UU Obat Keras No. St. 1937 No. 541, UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, UU No. 5 tahun 1997 Tentang Psikotropika, UU No. 22 tahun 1997 tentang Psikotropika dan ketentuan peraturan perundan-undangan lain yang berlaku. e. Surat Izin kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
14
f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di Bidang Obat g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Permenkes No. 922 Tahun 1993 tentang Izin Apotek Pasal 6. Pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah terlebih dahulu dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu paling lama 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek Pembekuan izin Apotek dapat dicairkan kembali apabila Apotek telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan. Pencairan izin tersebut dilakukan setelah penerimaan laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Suku Dinas Kesehatan Kota.
4.2 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Toko Obat Pembinaan, pengawasan dan pengendalian toko obat dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh toko obat sesuai dengan UU No. 1331 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No. 167/KAB/B.VIII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Pembinaan terhadap toko obat di Jakarta Selatan pada tahun 2013 di tekankan pada larangan menjual obat keras. Pembinaan ini dilakukan bersamaan dengan pengawasan dan juga melalui pemberian kuliah yang diadakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Pengawasan dilakukan dengan peninjauan langsung ke lokasi beberapa toko obat di Jakarta Selatan sebagai sampel. Berdasarkan keputusan menteri kesehatan, pencabutan izin toko obat dapat dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi jika ditemukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. Apabila izin batal atau dicabut maka pemilik izin harus segera menyerahkan surat izinnya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
15
4.3 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi melakukan Binwasdal terhadap CPAK sebagaimana ditentukan dalam Permenkes No. 1191/MENKES/PER/VIII/ 2010 tentang penyalur alat kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pembinaan dan pengawasan terhadap penyalur alat kesehatan dilaksanakan dalam bidang sarana dan prasarana, dokumentasi, penyaluran, pengadaan dan penyimpanan. Pembinaan terhadap CPAK di Jakarta Selatan pada tahun 2013 di tekankan pada penerapan cara distribusi alat kesehatan yang baik dan diberikan tidak hanya pada saat pengawasan namun juga melalui kuliah yang diadakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, sebagaimana tertera dalam DPA. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan diarahkan untuk: a. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; b. Melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan alat kesehatan yang tidak tepat dan/atau tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan; dan c. Menjamin terpenuhinya atau terpeliharanya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan alat kesehatan yang didistribusikan. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan berupa audit terhadap CDAKB, pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana, sampling dan pengujian serta pengawasan penandaan dan iklan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dan Dinas Kesehatan Provinsi secara berjenjang melaporkan hasil pengawasan yang dilakukan kepada Direktur Jenderal paling singkat 1 (satu) tahun sekali dengan menggunakan contoh Formulir 16 sebagaimana terlampir dalam lampiran 2. Pengawasan oleh PAK dapat dilakukan melalui : a. Audit terhadap informasi alat kesehatan yang didapat dari sarana penyaluran; b. Pemeriksaan kembali terhadap produk untuk mengetahui kejadian yang tidak diinginkan; dan c. Melaporkan kepada Direktur Jenderal tentang kejadian yang tidak diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
16
Dalam pengendalian, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat mengambil tindakan administratif berdasarkan pengawasan sesuai dengan kewenangannya. Tindakan administratif tersebut dapat berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan izin.
4.4 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Usaha Obat Tradisional Sebagaimana ditentukan dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap IOT (Industri Obat Tradisional), IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam), UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional), Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong. Pembinaan terhadap usaha obat tradisional ditekankan pada penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang baik. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permenkes No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional akan dikenakan sanksi administrative yang berupa : a. Peringatan; b. Peringatan keras; c. Penghentian sementara kegiatan; atau Pengawasan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dilakukan melalui evaluasi terhadap laporan yang diberikan oleh UMOT secara berkala setiap 6 bulan. Sementara pengawasan melalui peninjauan langsung terhadap produk dan penerapan CPOTB dilakukan oleh Kepala Badan POM. Pengendalian yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah berupa pemberian sanksi administratif atas pelanggatan terhadap ketentuan yang tertera dalam Permenkes No.006 Tahun 2012. Sanksi administratif yang diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah peringatan, peringatan keras atau penghentian sementara kegiatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
17
4.5 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) Pembinaan terhadap PIRT di Jakarta Selatan dilakukan dengan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan. Narasumber dalam penyuluhan keamanan pangan adalah Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) yang kompeten. Tenaga PKP adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat kompetensi di bidang penyuluhan keamanan pangan dari Badan POM dan ditugaskan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik atau penanggung jawab IRTP (Industri Rumah Tangga Pangan). Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari materi utama dan materi pendukung.
4.5.1 Materi Utama Penyuluhan Keamanan Pangan Materi utama pada penyuluhan keamanan pangan ini meliputi : a. Peraturan perundang-undangan di bidang pangan b. Keamanan dan Mutu pangan c. Teknologi Proses Pengolahan Pangan d. Prosedur Operasi Sanitasi yang Standar (Standard Santitation Operating Procedure/SSOP) e. Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). f. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) g. Persyaratan Label dan Iklan Pangan
4.5.2 Materi Pendukung Penyuluhan Keamanan Pangan Materi pendukung pada penyuluhan keamanan pangan ini meliputi : a.
Pencantuman label Halal
b.
Etika Bisnis dan Pengembangan Jejaring Bisnis IRTP
Pengawasan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dilakukan melalui inspeksi langsung pada produk atau beberapa PIRT Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
18
di Jakarta Selatan sebagai sampel. Inspeksi pada produk dilakukan melalui hasil pengujian yang dilakukan oleh Badan POM. Pengawasan ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian penerapan undang-undang dan peraturan yang berlaku pada sarana PIRT tersebut. Pengendalian yang dilakukan berupa pemberian sanksi administratif terhadap PIRT yang melakukan pelanggaran,yaitu : a. peringatan secara tertulis; b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu c. penghentian produksi untuk sementara waktu; d. pengenaan denda paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah); dan/atau e. pencabutan izin produksi, izin usaha, persetujuan pendaftaran atau sertifikat produksi pangan industri rumah tangga. Pelaksanaan Binwasdal terhadap Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman telah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, namun kegiatan pembinaan dan pengawasan belum berjalan efektif dan belum memenuhi standar yang telah direncanakan oleh organisasi. Pada kegiatan pembinaan, kehadiran peserta masih belum maksimal. Masih banyak sarana farmasi, makanan dan minuman yang tidak turut serta menghadirkan perwakilannya dalam acara pembinaan yang diadakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Permasalahan ini diperkirakan timbul karena sistem pembinaan saat ini masih belum dapat menarik peserta untuk dapat hadir. Suatu sistem dapat dibuat sebagai solusi terhadap masalah ini, misalnya melalui pemberian sertifikat bagi peserta yang hadir, atau sistem reward and punishment, yaitu pemberian penghargaan bagi Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman yang hadir dan pemberian sanksi bagi sarana yang tidak hadir. Pada kegiatan pengawasan, penentuan target inspeksi dan pencarian lokasi sarana masih belum efektif. Penentuan sarana sebagai target inspeksi dilakukan secara acak sehingga dapat menyebabkan adanya sarana yang tidak pernah dijadikan objek pengawasan. Perencanaan sampel target inspeksi setiap awal tahunnya sangat diperlukan agar pengawasan berjalan lebih efektif. Selain itu, pencarian lokasi sarana Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
19
yang sulit menyebabkan proses pengawasan berjalan tidak efisien. Pemetaan lokasi sarana farmasi, makanan dan minuman di wilayah Jakarta Selatan dapat dilakukan sebagai solusi terhadap permasalahan tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan pengkajian data mengenai kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa : a. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan telah melakukan kegiatan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) terhadap Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman yang berlokasi di wilayah Jakarta Selatan diantaranya apotek, toko obat, CPAK (Cabang Penyalur Alat Kesehatan), IOT (Industri Obat Tradisional), IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam), UKOT (usaha Kecil Obat Tradisional), UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional) dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Pelaksanaan Binwasdal ini telah menerapkan peraturan dan perundangundangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan, Undang-Undang dan Permenkes yang mengatur perizinan saranasarana tersebut, Peraturan Pemerintah RI No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan serta UU dan peraturan lain yang berlaku. b. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap Sarana Farmasi, Makanan
dan Minuman oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dilaksanakan melalui pemberian kuliah dan pemberian informasi selama pengawasan, inspeksi terhadap produk dan/atau sarana serta penentuan dan pemberian tindak lanjut terhadap hasil pengawasan tersebut kepada Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman terkait.
5.2 Saran a. Penerapan sistem reward and punishment atau sistem sertifikasi bagi peserta yang
telah berpartisipasi dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembinaan
20
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
21
b. Perencanaan mengenai penentuan sarana farmasi, makanan dan minuman yang
akan di jadikan sampel dalam proses inspeksi serta pemetaan lokasi sarana perlu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dalam fungsi pengawasan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
DAFTAR ACUAN
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2009). Pergub No. 150 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1331 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta. Menteri Kesehatan Rebulik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332.Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1998). Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2004). Peraturan Pemerintah RI No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang- Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta Presiden Republik Indonesia. (2012). Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan. Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2012). Prosedur Binwasdal Pelayanan Kesehatan Dasar. Diunduh dari http://sudinkesjakut.mercavags. com/index.php/binwasdal/120-sarana-pel-kes-dasar Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. (2010). Tentang Kami. Diunduh dari http://selatan.jakarta.go.id/sudinkes/?page=Profil
22
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
Universitas Indonesia
23
Lampiran 1. Formulir Pemeriksaan Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
24
Lampiran 1. (Lanjutan) Formulir Pemeriksaan Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
25
Lampiran 1. (Lanjutan) Formulir Pemeriksaan Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013
26
Lampiran 2. Formulir Pengawasan Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Nisa Yulianti, FF, 2013