UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 17 JUNI – 28 JUNI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ALLAN BARA YUFI, S.Farm 1206329354
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 17 JUNI – 28 JUNI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
ALLAN BARA YUFI, S.Farm 1206329354
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ini. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker dan memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Saya menyadari tanpa bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak penulisan laporan ini sangatlah sulit. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 2. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Pejabat Sementara Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013. 3. Dr. Harmita Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 4. dr. Bambang Suheri., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara. 5. drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara. 6. Drs. Kusnaedi, Apt., selaku Pembimbing dari Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara dan Kepala Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara atas bimbingan selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 7. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt., selaku Pembimbing Universitas atas bimbingan selama penulisan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. 8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan dan didikannya selama ini. v
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan doa dan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker. 10. Tim PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 11. Teman-teman Apoteker UI Angkatan LXXVII.
Saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis 2013
vi
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Allan Bara Yufi, S. Farm : 1206329354 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jl. Yos Sudarso 27 – 29 Periode 17 – 28 Juni 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara bertujuan untuk mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dan mengetahui perizinan, pembinaan, pengawasan, serta pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah untuk mengetahui dan memahami tata letak bangunan dan fasilitas industri dan usaha obat tradisional yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) serta meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap industri dan usaha obat tradisional terkait dengan bangunan dan fasilitas yang dimiliki sesuai dengan CPOTB.
Kata kunci
: Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, Bagian farmasi, makanan dan minuman, bangunan dan fasilitas industri dan usaha obat tradisional Tugas umum : xi + 64 halaman; 15 lampiran Tugas khusus : iv + 23 halaman; 5 gambar; 9 lampiran : 21 (1996-2012) Daftar Referensi Tugas Umum Daftar Referensi Tugas Khusus : 6 (2006-2012)
viii
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Allan Bara Yufi, S.Farm : 1206329354 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at Health Agency of North Jakarta Jl. Yos Sudarso 27 – 29 Period June 17th - 28th 2013
Pharmacist internship at Health Agency of North Jakarta aims to identify and understand the duties and functions of Tribal Health Office of North Jakarta and determine licensing, coaching, supervision, and control of pharmaceutical health care facilities, food and beverage. While the purpose of the special task is to know and to understand the layout of buildings and facilities at industrial and traditional medicine business in accordance with the Traditional Manufacturing Practice (CPOTB) and improve supervision, monitoring and control of traditional medicine industry and business related buildings and facilities in accordance with CPOTB. Keywords
: Health Agency of North Jakarta, part of pharmaceutical, food and beverage, buildings and facilities at industrial and traditional medicine business General Assignment : xi + 64 pages; 15 appendices Specific Assignment : iv + 23 pages, 5 pictures, 9 appendices Bibliography of General Assignment : 21 (1996-2012) Bibliography of Specific Assignment : 6 (2006-2012)
ix
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................iv KATA PENGANTAR .........................................................................v HALAMAN PUBLIKASI ...................................................................vii ABSTRAK ...........................................................................................viii ABSTRACT .........................................................................................ix DAFTAR ISI ........................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................xi
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................. 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................... .2 BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA ............................. 3 2.1 Suku Dinas Kesehatan ........................................................ 3 2.2 Visi dan Misi ...................................................................... 4 2.3 Struktur Organisasi .............................................................. 4 2.4 Puskesmas .......................................................................... 14 2.5 Pengadaan Obat dengan Sistem e- Purchasing .................. ..21 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ....................................................................... 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan ........................................... 3.2 Ruang Lingkup Perizinan .................................................... 3.3 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengawasan (Binwasadal) … 3.4 Pelanggaran dan Sanksi ......................................................
23 23 32 44 45
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 47 4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ................................... 47 4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara .............................. 52 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 62 5.1 Kesimpulan ......................................................................... 62 5.2 Saran .................................................................................. 62 DAFTAR REFERENSI ....................................................................... 63 LAMPIRAN ......................................................................................... 65
x
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ............ 66 Lampiran 2. Lembar Check-List SIPA-SIKA .................................................. 67 Lampiran 3. Surat Permohonan SIPA ............................................................. 68 Lampiran 4. Surat Permohonan SIKTTK ........................................................ 69 Lampiran 5. Cek List SIKTTK ....................................................................... 70 Lampiran 6. Berita Acara Serah Terima Peralihan Tanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian ............................................................................... 71 Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Apotek .............................................. 72 Lampiran 8. Surat Izin Apotek ....................................................................... 73 Lampiran 9. Ceklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Perubahan Alamat Apotek .............................................................................. 75 Lampiran 10.Berita Acara Pemeriksaan Apotek ............................................. 76 Lampiran 11.Berita Acara Pemusnahan Resep ................................................ 80 Lampiran 12.Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ........................... 81 Lampiran 13.Formulir Permohonan Izin Toko Obat ........................................ 82 Lampiran 14.Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ......................................... 83 Lampiran 15.Hasil Pemeriksaan Terhadap Kesiapan Administrasi dan Teknis ..................................................................................... 84
xi
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hal penting yang diperlukan dan merupakan hak
asasi manusia serta salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pada Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Organisasi Perangkat Daerah, maka terdapat Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan, yang dalam organisainya dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan yang terdapat di setiap Kota Administrasi dan Kabupaten Administrasi. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam mengelola bidang kesehatan. Suku Dinas Kesehatan turut ambil bagian dalam mensukseskan pembangunan daerah melalui upaya kesehatan. Suku Dinas Kesehatan bertanggung jawab melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan di wilayah Kota Adminstrasi dan Kabupaten. Apoteker berperan penting untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian dalam fasilitas pelayanan kefarmasian. Selain melakukan pekerjaan kefarmasian. Apoteker dapat berperan dalam pemerintahan sebagai penyusun kebijakan di bidang
kefarmasian,
perizinan,
pengawasan,
dan
pengendalian
sarana
kefarmasian. Apoteker juga memiliki banyak peranan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan. Dalam Suku Dinas Kesehatan, peran Apoteker lebih diarahkan pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
1
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
sarana kefarmasian serta tenaga kefarmasian. Apoteker harus memiliki pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan termasuk sarana dan tenaga kefarmasian sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.
1.2
Tujuan Pada pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Utara, calon Apoteker diharapkan mampu untuk: 1. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Utara; 2. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota Administrasi Jakarta Utara; 3. Mengetahui perizinan,
pembinaan,
pengawasan,
serta pengendalian
(binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Utara; 4. Mengetahui dan memahami pelayanan kefarmasian serta pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Kelapa Gading dan Koja.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA
2.1
Suku Dinas Kesehatan Sejak sistem pemerintahan otonomi daerah diberlakukan, Provinsi DKI
Jakarta membentuk Dinas Kesehatan P r o v ins i DKI Jakarta. Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang bertanggung jawab dan berkedudukan di bawah Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan pengembangan urusan kesehatan. Suku Dinas Kesehatan adalah Unit Kerja Dinas Kesehatan di kota administrasi. Suku Dinas Kesehatan dibentuk di setiap kota administrasi yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Kepala Suku Dinas yang memimpin Suku Dinas Kesehatan diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada
Walikota
Administrasi
yang
bersangkutan
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya. Suku Dinas Kesehatan
merupakan
penamaan
baru
yang
atas
penggabungan dari dua Suku Dinas yang terdahulu, yakni Suku Dinas Pelayanan Kesehatan
dan
Suku
Dinas
Kesehatan
Masyarakat. Hal ini
menimbulkan perubahan pada struktur organisasi secara keseluruhan. Sebelum penggabungan, Suku Dinas Pelayanan Kesehatan terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pelayanan kesehatan Dasar, Seksi Farmasi Makanan Minuman, Seksi Pelayanan Kesehatan Spesialistik, Seksi Pendataan dan Program, Seksi Gawat Darurat Bencana dan Gakin, Seksi Pengobatan Tradisional, serta Subbag Tata Usaha. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat terdiri dari 6 seksi; yaitu Seksi Pendataan dan Program, Seksi Penyakit Menular, Seksi Penyakit Tidak Menular,
3
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Seksi Kesehatan Jiwa dan Napza, Seksi Gizi PPSM, Seksi Penyehatan Lingkungan serta Subbag Tata usaha (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Setelah Penggabungan kedua Suku Dinas tersebut menjadi Suku Dinas Kesehatan, struktur organisasi berubah menjadi 4 seksi; yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subbag Tata Usaha. 2.2
Visi dan Misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas
Kesehatan yang Profesional Menuju Jakarta Utara Sehat Untuk Semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka telah ditetapkan misi yaitu (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010): 1.
Meningkatkan kompetensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) di jajaran Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara;
2.
Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi;
3.
Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja;
4.
Meningkatkan
sistem
informasi
yang
cepat,
tepat,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan berbasis komputer; 5.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih;
6.
Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih, sehat, serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana;
7.
Meningkatkan kualitas dan respon time pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana;
8.
Meningkatkan kerja sama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalah- masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Utara;
9. 2.3
Menindaklanjuti pengaduan masyarakat. Struktur Organisasi Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta diatur
dengan Pasal 23 Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
5
No.150 Tahun 2009 terdiri dari (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009): 1.
Kepala Suku Dinas Kesehatan;
2.
Sub Bagian Tata Usaha;
3.
Seksi Kesehatan Masyarakat;
4.
Seksi Pelayanan Kesehatan;
5.
Seksi Sumber Daya Kesehatan;
6.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Sub bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan setiap seksi
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. 2.3.1 Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha mempunyai ruang lingkup tugas: 1.
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Mengoordinasikan penyusunan RKA dan DPA Suku Dinas;
4.
Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan DPA Suku Dinas;
5.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas;
6.
Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas;
7.
Penyediaan,
penatausahaan,
penggunaan,
dan pemeliharaan dari
perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; 8.
Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor;
9.
Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas;
10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas; 11. Menerima,
mencatat,
membukukan,
mensetorkan,
dan
melaporkan
penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan; 12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Sub Bagian Tata Usaha; 13. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
6
dan akuntabilitas) Suku Dinas; 14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Sub Bagian Tata Usaha.
Sub Bagian Tata Usaha (Subbag TU) membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Umum dan Protokol, Kepegawaian, serta Keuangan. Koordinator umum mengatur administrasi surat menyurat, pelaksanaan protokoler dan rumah tangga, pelaksanaan urusan perlengkapan serta pembuatan RKA. Koordinator Kepegawaian mengatur perencanaan kebutuhan pegawai Puskesmas dan Suku Dinas Kesehatan, administrasi kepegawaian, monitoring disiplin pegawai, serta semua hak dan kewajiban pegawai di Suku Dinas Kesehatan. Koordinator Keuangan mengatur pengelolaan dan pelaporan keuangan untuk menunjang operasional dari Suku Dinas Kesehatan. Selain itu Koordinator Keuangan juga mengatur pelaksanaan pengarsipan dokumen gaji pegawai, pelaporan pajak, dan pengajuan SPP (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). 2.3.2 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembinaan
dan
pengembangan
kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Kesehatan Masyarakat adalah sebagai berikut: 1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Melaksanakan
pengendalian
mutu
kegiatan
pelayanan
kesehatan
keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak pra sekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan; 4.
Mengkoordinasikan
sektor
terkait
dan
masyarakat
profesi
untuk
pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
7
5.
Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi;
6.
Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat;
7.
Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi;
8.
Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi;
9.
Melaksanakan
pengendalian
pelaksanaan
program
gizi
dan
PPSM
(Pembinaan Peran Serta Masyarakat); 10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); 11. Melaksanakan kegiatan peran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat; 12. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat; 13. Melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kesehatan Masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Gizi dan PPSM, Koordinator Kesehatan Keluarga, serta Koordinator Promosi dan Informasi Kesehatan. Koordinator Gizi dan PPSM bertanggung jawab dalam penyelenggaraan serta pelaksanaan kegiatan gizi dan PPSM di puskesmas tingkat kecamatan serta kelurahan. Koordinator Kesehatan Keluarga mengurusi berbagai kegiatan yang berkaitan dengan program kesehatan keluarga seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia, kesehatan gigi dan mulut, serta penanganan kekerasan dalam rumah tangga. Koordinator Promosi dan Informasi Kesehatan bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan promosi dan informasi kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). 2.3.3 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
8
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan diantaranya adalah: 1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3.
Melaksanakan
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian
tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. 4.
mengolah,
Menghimpun,
menyajikan,
memelihara,
mengembangkan,
dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. 5.
Melaksanakan
kegiatan
pengawasan
dan
pengendalian
penerapan
standar pelayanan kesehatan. 6.
Melaksanakan
kegiatan
pembinaan
dan
pengawasan akreditasi
sarana pelayanan kesehatan. 7.
Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan;
8.
Memberikan tanda daftar ke pengobatan tradisional.
9.
Melaksanakan siaga 24 jam atau pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes).
10. Melakukan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
standar
pelayanan
minimal pelayanan kesehatan. 11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. 12. Melaporkan dan Pelayanan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar, Koordinator Gawat Darurat dan Bencana, serta Koordinator Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional. Koordinator Pelayanan Kesehatan Dasar bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan pengelolaan serta pengembangan pelayanan kesehatan dasar. Koordinator ini juga bertanggung jawab memberikan, mengendalikan, dan mengevaluasi layanan perizinan sarana kesehatan dasar serta profesinya. Koordinator Gawat Darurat dan Bencana bertugas untuk melakukan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
9
pembinaan,
pengawasan,
kesehatan gawat penyusunan
darurat.
serta
pengendalian
Koordinator
ini
mekanisme
bertanggung
pelayanan jawab
pada
materi pelatihan tenaga kesehatan dan penduduk tentang
kegawatdaruratan dan bencana, penyusunan petunjuk teknis penanganan kegawatdaruratan pada bangunan publik, serta membangun kesiapan tenaga kesehatan dan penduduk dalam menghadapi keadaan gawat darurat dan bencana dari aspek kesehatan. Koordinator
Pelayanan
Kesehatan
Keahlian
dan
Tradisional
bertanggung jawab dalam pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan sarana pelayanan kesehatan
keahlian
dan
pengobatan
tradisional
serta
komplementer alternatif. Koordinator ini juga melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan keahlian termasuk sarana pelayanan kesehatan rujukan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).
2.3.4 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Suku
Dinas. Bagian ini mempunyai tugas pokok dan fungsi: 1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
3.
Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman.
4.
Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan.
5.
Menyusun
peta
kebutuhan
pendidikan
dan
pelatihan
tenaga
kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan serta pelatihan. 6.
Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan.
7.
Melaksanakan kegiatan audit
internal dan audit
eksternal penerapan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
10
sistem manajemen mutu. 8.
Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan.
9.
Melaksanakan
kegiatan
bimbingan,
konsultasi
dan
pendampingan
penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. 10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 11. Melaksanakan
fasilitasi
peningkatan
kemampuan
tenaga
fasilitator,
instruktur, pengkaji, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. 12. Melaksanakan
kegiatan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian
pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga. 13. Melaksanakan
kegiatan
pemantauan
dan
pengendalian
harga
obat
dan persediaan cadangan obat esensial. 14. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kota administrasi. 15. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. 16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. 17. Melaporkan dan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dibagi menjadi 3 koordinator, yaitu Standarisasi Manajemen Kesehatan; Farmasi, (Farmakmin); serta Tenaga
Makanan,
dan
Minuman
Kesehatan. Koordinator Standarisasi Manajemen
Kesehatan bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengelola administrasi dan perencanaan
mutu; melaksanakan survei kepuasan
pelanggan
kesehatan;
merencanakan, melaksanakan, dan memantau program audit internal dan eksternal; serta peninjauan manajemen dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu. Koordinator Farmakmin bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelayanan
perizinan farmasi, makanan, dan minuman, mengendalikan mutu
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
11
pelayanan
farmakmin,
membuat
perencanaan
kegiatan
dan
anggaran
farmakmin, KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) pada customer, melakukan verifikasi berkas perizinan yang masuk, melaksanakan inspeksi atau pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin, membuat perencanaan kerja dan laporan, serta evaluasi kerja mingguan. Koordinator membantu
Tenaga Kesehatan
menyusun
bahan
RKA
bertugas dan
dan
DPA
bertanggung
Seksi
Sumber
jawab Daya
Kesehatan, menyusun dan mengoordinasikan pembuatan jadwal pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan,
mengoordinasikan
pelaksanaan kegiatan
Penilaian Calon Tenaga Kesehatan Teladan di Puskesmas, mengoordinasikan pelaksanaan Pembinaan Tenaga Kesehatan, membantu dalam pelaksanaan segala
proses perizinan
kunjungan
dalam
tenaga
kesehatan,
serta
melaksanakan
tugas
hal perizinan tenaga kesehatan (Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Utara, 2010). 2.3.5 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Suku
Dinas. Adapun tugas pokok dan fungsi Seksi Pengendalian
Masalah Kesehatan antara lain: 1.
Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
2.
Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
3.
Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak
menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan; 4.
Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji;
5.
Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
12
menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 6.
Melaksanakan
kegiatan
bimbingan,
konsultasi,
dan
pendampingan
teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat; 7.
Melaksanakan
kegiatan
koordinasi,
kerja
sama,
dan
kemitraan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat
daerah
(UKPD)
dan/atau
instansi
pemerintahan
/swasta/masyarakat; 8.
Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi;
9.
mengolah,
Menghimpun,
menyajikan,
memelihara, mengembangkan,
serta memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi; 10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan; 11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau KLB dan surveilans; 12. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian; 13. Melaksanakan
kegiatan
monitoring
dan
pemetaan
kegiatan
kegiatan pengendalian pelaksanaan program
kesehatan
penanggulangan wabah atau KLB dan surveilans; 14. Melaksanakan
lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan
minuman,
pengamanan
limbah,
pengendalian
vektor,
pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, penyehatan di tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi analisis lingkungan
(AMDAL),
dan
mengenai dampak
upaya pengelolaan lingkungan/upaya
pemantauan lingkungan; 15. Melaksanakan
kegiatan
pengawasan
dan
pengendalian
sarana
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
13
penunjang kesehatan lingkungan; 16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja; 17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; 18. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan membawahi 3 koordinator, yaitu Koordinator Kesehatan Lingkungan, Koordinator Penyakit Menular dan Tidak Menular, serta Koordinator
Wabah dan Surveilans. Koordinator
Kesehatan Lingkungan bertanggung jawab menyusun program, rencana kerja, dan alokasi anggaran kegiatan kesehatan lingkungan meliputi penyehatan makanan
dan minuman,
pengendalian
pengamanan
limbah,
pengendalian
vektor,
radiasi, penyehatan lingkungan kumuh, penyehatan di tempat-
tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida, dan lingkungan lainnya. Koordinator Penyakit
Menular
dan Tidak
Menular
bertanggung
jawab dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit menular (DBD, ISPA, Pneumonia, diare, kusta, HIV/AIDS, dan TBC), penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, imunisasi, NAPZA, dan haji. Disamping itu, koordinator ini juga bertugas memberikan informasi mengenai perkembangan penyakit menular di Jakarta Utara. Koordinator Wabah dan Surveilans bertanggung
jawab
menyusun
program, rencana kegiatan, dan alokasi anggaran kegiatan penanggulangan wabah dan surveilans serta melakukan sosialisasi program tersebut. Koordinator ini melakukan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan surveilans pada Puskesmas Kecamatan serta memberikan dan menganalisa perkembangan penyakit
menular terutama yang
berpotensi menimbulkan
KLB (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
14
2.4
Puskesmas Puskesmas
adalah
Unit
Pelaksana
Teknis
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu
wilayah
kerja. Secara nasional, standar wilayah kerja
Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah
kerja dibagi antar
Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa atau kelurahan atau rukun warga (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas
adalah mendukung
tercapainya misi
pembangunan kesehatan nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. menyelenggarakan
upaya
Untuk kesehatan
mencapai
visi tersebut,
perorangan
dan
upaya
Puskesmas kesehatan
masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat,
Puskesmas
perlu
ditunjang
dengan
pelayanan
kefarmasian yang bermutu. 2.4.1 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat menjadi orientasi pasien yang mengacu pada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut
untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan
kefarmasian
meliputi pengelolaan
sumber
daya
dan
pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat serta
pencatatan atau penyimpanan
resep).
Pelayanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
15
kefarmasian dilakukan dengan memanfaatkan
tenaga,
dana,
prasarana,
sarana, dan metode tata laksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Sumber daya yang penting untuk dikelola dalam pelayanan kefarmasian meliputi sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan, serta administrasi. Sumber daya manusia untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas sedangkan
Asisten
Apoteker
hendaknya
adalah
Apoteker
dapat membantu
pekerjaan
Apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut. Kompetensi Apoteker di Puskesmas sebagai berikut: 1.
Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
2.
Mampu mengambil keputusan secara professional.
3.
Mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa verbal, nonverbal, maupun bahasa lokal.
4.
Selalu
belajar
sepanjang
karier
baik
pada
jalur
formal
maupun
informal sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru (up to date). Prasarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kefarmasian. Sarana adalah suatu tempat, fasilitas, dan peralatan yang secara langsung terkait dengan pelayanan kefarmasian. Dalam upaya mendukung pelayanan kefarmasian di Puskesmas diperlukan prasarana dan sarana yang memadai disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas dengan memperhatikan luas cakupan, ketersediaan ruang rawat inap, jumlah karyawan, angka kunjungan dan kepuasan pasien. Prasarana
dan
sarana
yang harus
dimiliki Puskesmas untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut: 1.
Papan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien.
2.
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
3.
Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan miligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat-alat, dan lain-lain.
4.
Tersedia tempat dan alat untuk memberikan informasi obat bebas dalam upaya penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
16
leaflet , booklet dan majalah kesehatan; 5.
Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan informasi obat (Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia, dan Informasi Obat Nasional Indonesia);
6.
Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai;
7.
Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum, dan vaksin, serta lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8.
Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan baik;
9.
Tempat
penyerahan
obat yang memadai, yang memungkinkan untuk
melakukan pelayanan informasi obat. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk
sediaan farmasi
menyelenggarakan
dan
perbekalan
kesehatan.
kesehatan
Administrasi
meliputi
semua
untuk tahap
pengelolaan dan pelayanan kefarmasian; yaitu perencanaan, permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/kota, penerimaan, penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer, pendistribusian, dan pelaporan menggunakan form Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Administrasi
untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum, miskin, asuransi), penyimpanan resep harian secara teratur selama 3 tahun dan pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara, pengadministrasian termasuk juga untuk kesalahan pengobatan (medication error), Monitoring Efek Samping Obat (MESO), dan Medication Record. Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas meliputi pelayanan resep dan pelayanan informasi obat (PIO). Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada pasien. Setelah menerima
resep
dari
pasien,
dilakukan
pemeriksaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
17
kelengkapan administratif resep (nama dokter, nomor surat izin praktek/SIP, alamat praktek dokter, paraf dokter, tanggal, penulisan resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien,
umur
pasien,
dan
jenis
kelamin pasien), pemeriksaan kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, cara, dan lama penggunaan obat), dan pertimbangan klinik (alergi, efek samping, interaksi, dan kesesuaian dosis). Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya tidak tersedia. Setelah Apoteker memeriksa resep, dilakukan pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat. Selanjutnya dilakukan peracikan obat dan pemberian etiket warna putih untuk obat dalam atau oral dan etiket warna biru untuk obat luar serta menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk suspensi, kemudian memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah. Sebelum
obat
diserahkan
kepada
pasien,
pemeriksaan
kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan, serta jenis dan jumlah obat harus dilakukan. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang
baik dan sopan,
mengingat
pasien dalam
kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil. Pastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya, berikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain-lain. Pelayanan Informasi Obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat
Indonesia (ISO),
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat.
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah waktu
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
18
penggunaan obat, lama penggunaan obat, serta cara penggunaan obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan krim/salep rektal, dan tablet vagina (Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006). 2.4.2 Pengelolaan Persediaan Farmasi di Puskesmas Pengelolaan
obat
publik
dan
perbekalan
kesehatan
meliputi
kegiatan perencanaan dan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, serta supervisi dan evaluasi pengelolaan obat. Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah, pendistribusian,
tepat
jenis,
tepat
penyimpanan,
tepat
waktu
tepat penggunaan, dan tepat mutunya di tiap unit pelayanan
kesehatan. Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
obat di Puskesmas.
Dalam
proses perencanaan
kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan mengunakan LPLPO. Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota yang akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas diwilayah kerjanya. Ketepatandan kebenaran data di Puskesmas akan berpengaruh
terhadap ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan secara
keseluruhan di Kab/Kota. Tujuan perencanaan obat adalah untuk: a.
Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan;
b.
Meningkatkan efisiensi penggunaan obat;
c.
Meningkatkan penggunaan obat secara rasional. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah
obat esensial yang jenisnya telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk pada Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu, sesuai dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
19
kesepakatan global maupun Keputusan Menteri Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan
Kesehatan
Milik
Pemerintah
dan
Permenkes
RI
No.
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan
Kesehatan Pemerintah, maka hanya obat generik
saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat
di masing-
masing Puskesmas diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit. Permintaan obat dan perbekalan farmasi dapat berupa permintaan rutin atau permintaan khusus. Permintaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing Puskesmas. Permintaan khusus dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan, atau Kejadian Luar Biasa (KLB/ Bencana). Data yang diperlukan untuk menentukan jumlah permintaan obat adalah data
pemakaian
obat
periode
sebelumnya,
jumlah
kunjungan
resep,
jadwal distribusi obat dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, dan sisa stok.
Untuk Provinsi DKI Jakarta, perencanaan dan pengadaan perbekalan
farmasi diserahkan kepada masing-masing Puskesmas Kecamatan sehingga tidak dilakukan oleh instalasi farmasi kota. Penerimaan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya. Penerimaan obat harus dilaksanakan oleh petugas pengelola
obat
atau
petugas
lain
yang
diberi
kuasa
oleh
Kepala
Puskesmas. Penerimaan obat bertujuan agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas penerima obat bertanggung jawab atas pemeriksaan fisik, penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan,
dan
penggunaan
obat
berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya. Petugas penerima obat wajib
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
20
melakukan pemeriksaan terhadap
obat
yang
diserahterimakan;
meliputi
kemasan, jenis dan jumlah obat, bentuk sediaan obat sesuai dengan isi dokumen
(LPLPO), serta ditandatangani oleh petugas
penerima
serta
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Setiap penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok. Penyimpanan obat di Puskesmas adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima agar tidak hilang, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin. Penyimpanan bertujuan agar obat yang tersedia di Unit pelayanan kesehatan terjamin mutu dan keamanannya. Gudang penyimpanan obat harus memiliki luas minimal 3 x 4 m2 dan atau disesuaikan dengan jumlah obat yang disimpan. Ruangan harus kering dan tidak lembap, memiliki ventilasi, dan cahaya yang cukup. Lantai dibuat dari semen/ubin/keramik/papan (bahan lain)
yang tidak memungkinkan
bertumpuknya debu dan kotoran lain, barang tidak boleh diletakkan di lantai tetapi harus diberi alas papan (palet). Gudang harus mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda serta tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci dan terjamin keamanannya. Harus ada pengukur suhu dan higrometer ruangan Gudang. Untuk menjaga mutu obat, kondisi penyimpanan seperti kelembapan, suhu, dan sinar matahari perlu diperhatikan. Distribusi atau penyaluran adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan. Distribusi obat di Puskesmas bertujuan untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu terjamin. Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan biaya distribusi yang tersedia. Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata per periode untuk setiap jenis obat, sisa stok, pola penyakit, dan jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
21
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat- obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan di Puskesmas. Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan telah dilakukan, sumber data
untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian, sumber data untuk perencanaan kebutuhan, serta sumber data untuk pembuatan laporan. Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah LPLPO dan kartu stok (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010).
2.5
Pengadaan Obat dengan Sistem e -Purchasing Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah yang efisien dan efektif
merupakan salah satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya adalah dengan pelaksanaan proses Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah secara elektronik, yaitu Pengadaan Barang atau Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Penyelenggaraan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah secara elektronik diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah, dan sebagaimana ketentuan dalam pasal 131 ayat (1) bahwa pada tahun 2012 K/L/D/I wajib melaksanakan Pengadaan Barang atau Jasa secara elektronik untuk sebagian / seluruh paket – paket pekerjaan. Selain itu dalam Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 juga mengatur mengenai Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) sebagai unit kerja K/L/D/I untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang atau Jasa secara elektronik yang ketentuan teknis operasionalnya diatur oleh Peraturan Kepala LKPP No. 2 Tahun 2010 tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik. LPSE dalam menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang atau Jasa secara elektronik wajib memenuhi ketentuan sebagaimana yang ditentukan dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
22 undang – undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Proses Pengadaan Barang atau Jasa pemerintah secara elektronik ini akan lebih meningkatkan dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara. Selain itu juga dapat lebih menjamin tersedianya informasi, kesempatan usaha, serta mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan terwujudnya keadilan bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah. Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk
mewujudkan
harapan pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah secara elektronik. Layanan yang tersedia dalam SPSE saat ini adalah e-Tendering yaitu tata cara pemilihan Penyedia Barang atau Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang atau Jasa yang terdaftar
pada Sistem
Pengadaan Secara Elektronik dengan menyampaikan 1 (satu) penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. Tata cara e-Tendering, syarat dan ketentuan serta panduan pengguna (user guide) diatur dalam Peraturan Kepala LKPP Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-Tendering. Selain itu di dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas untuk proses audit secara online (e-Audit), dan e-Purchasing Obat Pemerintah. e-Purchasing dibuat
agar
proses untuk pengadaan obat pemerintah
dapat dilakukan secara elektronik. Dalam e-Purchasing Obat Pemerintah,terdapat fitur untuk pembuatan paket, unduh (download) format surat pesanan, unduh format standar kontrak, unggah
(upload)
hasil
scan kontrak yang sudah
ditandatangani,sampaidengan cetak pesanan obat. Dengan adanya e-Purchasing Obat Pemerintah, diharapkan proses pengadaan obat pemerintah dapat dimonitor dan lebih transparan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan Salah satu seksi di Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan; Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin); serta Tenaga Kesehatan (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010). Agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya tersebut, maka Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki wewenang antara lain: 1. Menilai kinerja staf di lingkungan Seksi Sumber Daya Kesehatan. 2. Menetapkan perencanaan program Seksi Sumber Daya Kesehatan. 3. Mewakili Kepala Suku Dinas sesuai dengan kewenangan yang diberikan 4. Mengendalikan seluruh kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan. 5. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman.
3.1.1 Standarisasi Manajemen Kesehatan Tugas dan tanggung jawab Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan adalah: 1. Memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan, dan dipelihara. 2. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan. 3. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas. 4. Melaksanakan kegiatan pertemuan koordinasi forum komunikasi manajemen mutu di tingkat Kota Administrasi Jakarta Utara. 5. Melaksanakan fasilitas peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. 6. Mengusulkan perencanaan dan alokasi anggaran program mutu
23
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
24
7. Merencanakan dan melaksanakan serta memantau program audit internal, eksternal, serta tinjauan manajeman dalam rangka penerapan sistem manajemen mutu.
Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan memiliki wewenang, yaitu: 1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya. 2. Melaporkan kinerja seksi yang mempengaruhi sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 3. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran. 4. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan yang diberikan.
Koordinator Standardisasi Manajemen Kesehatan membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu Sub Bagian Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu, memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Menginventarisasi kegiatan di Koordinator Standarisasi Manajemen Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2. Menginventarisasi kebutuhan anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan penerapan sistem manajemen mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam rangka penerapan sistem mutu Suku Dinas Kesehatan. 4. Membuat rencana kerja tahunan Koordinator Standardisasi Manajemen Mutu. 5. Melaporkan rencana anggaran 6. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan dokumen, berkas, arsip, rekaman, dan sebagainya yang terkait dengan kegiatan mutu Suku Dinas Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
25
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Administrasi dan Perencanaan Mutu adalah: 1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya. 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran. 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.
b. Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan Sub Bagian Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Memastikan berjalannya kegiatan survey kepuasan pelanggan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara 2. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan survey kepuasan pelangga 3. Membuat rencana kegiatan tahunan survey kepuasan pelanggan 4. Melaporkan kegiatan survey kepuasan pelanggan.
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Survey Kepuasan Pelanggan adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.
c. Pengelola Audit Internal Sub Bagian Pengelola Audit Internal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan audit internal 2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Internal Suku Dinas Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit internal
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
26
4. Membuat laporan kegiatan audit internal Suku Dinas Kesehatan.
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Audit Internal adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan
d. Pengelola Audit Eksternal Sub Bagian Pengelola Audit Eksternal memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan audit eksternal 2. Memastikan berjalannya kegiatan Audit Eksternal Suku Dinas Kesehatan 3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan audit eksternal 4. Membuat laporan kegiatan audit eksternal Suku Dinas Kesehatan
Adapun wewenang dari sub bagian pengelola audit eksternal adalah: 1. Memberikan masukan kepada kepala seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya 2.
Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran
3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan
e. Pengelola Forum Komunikasi Mutu Sub Bagian Pengelola Forum Komunikasi Mutu memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengelola kegiatan forum komunikasi mutu yang merupakan pertemuan rutin antara perwakilan tim mutu Suku Dinas atau pertemuan antara perwakilan tim mutu Suku Dinas dan puskesmas 2. Memastikan berjalannya kegiatan forum komunikasi mutu Suku Dinas kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
27
3. Membuat rencana kebutuhan anggaran yang diperlukan dalam kegiatan forum komunikasi mutu 4. Membuat laporan kegiatan forum kemunikasi mutu Suku Dinas kesehatan.
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Forum Komunikasi Mutu adalah: 1. Memberikan masukan kepada Kepala Seksi sehubungan dengan ruang lingkup tugasnya. 2. Menyusun Perencanaan Program Mutu dan alokasi anggaran. 3. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai kewenangan.
3.1.2 Farmasi, Makanan, dan Minuman Tugas dan tanggung jawab Koordinator Farmakmin adalah (Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, 2010): 1. Memberikan pelayanan perizinan Farmakmin. 2. Mengendalikan mutu pelayanan Farmakmin. 3. Membuat perencanaan kegiatan dan anggaran Farmakmin. 4. Verifikasi berkas perizinan yang masuk (ditolak/dilanjutkan). 5. Melaksanakan Inspeksi/pemeriksaan setempat terhadap sarana pelayanan kesehatan Farmakmin. Koordinator Farmakmin memiliki wewenang, antara lain: 1. Menetapkan perencanaan kegiatan Farmakmin. 2. Mewakili Kepala Seksi sesuai dengan kewenangan yang diberikan. 3. Mengendalikan kegiatan perizinan sarana Farmakmin dan kegiatan Binwasdal. 4. Merekomendasikan tertib atau tidaknya izin Farmakmin.
Koordinator Farmakmin membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Administrasi Farmakmin Sub Bagian Pengelola Administrasi Farmakmin memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
28
1. Mengoordinasikan peninjauan lapangan 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan 3. Pemegang
program
kegiatan
penyuluhan keamanan pangan,
sosialisai
tenaga
dan pembinaan
Asisten
Apoteker,
sarana
pelayanan
Farmakmin 4. Menerima berkas perizinan dan mencatat dalam buku register 5. Memberi nomor Surat Tugas dan Rekap BAP 6. Mengoordinasikan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk semua jenis sarana pelayanan kesehatan Farmakmin 7. Membuat laporan kegiatan program (SPJ lengkap)
Wewenang dari Sub Bagian Pengelola Administrasi Farmakmin adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan 2. Mengusulkan rencana kegiatan 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
b. Pengelola Apotek dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Sub Bagian Pengelola Apotek dan UMOT memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke apotek dan UMOT 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan apotek dan UMOT 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi tenaga Asisten Apoteker 4. Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk apotek dan UMOT 5. Membuat perencanaan maupun laporan kegiatan program 6. Menerima laporan pemakaian Narkotika dan Psikotropika
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola Apotek dan UMOT adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
29
2. Mengusulkan rencana kegiatan. 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. 4. Merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan.
c. Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan Sub Bagian Pengelola Industri Rumah Tangga Pangan (P-IRT) memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Melaksanakan peninjauan lapangan ke P-IRT. 2. Melakukan pengetikan sertifikat/perizinan P-IRT. 3. Melaksanakan kegiatan sosialisasi P-IRT. 4. Mengoordinasikan dan melaksanakan kegiatan Binwasdal ke lapangan untuk P-IRT. 5. Membuat perencanaan dan laporan kegiatan program.
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola P-IRT adalah: 1. Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan. 2. Mengusulkan rencana kegiatan. 3. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. 4. Merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan. Sub Bagian Pengelola Toko Obat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1.
Melaksanakan peninjauan lapangan ke toko obat
2.
Melaksanakan kegiatan sosialisasi toko obat
3.
Mengoordinasikan dan melaksanakan Binwasdal ke lapangan untuk toko obat.
4.
Membuat perencanaan dan laporan kegiatan program.
5.
Menerima dan menyimpan obat serta alat perbekalan kesehatan dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
30
gudang obat dan mencatat dalam buku penerimaan serta kartu stok obat dan alat perbekalan kesehatan.
Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola P-IRT adalah: 1.
Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan
2.
Mengusulkan rencana kegiatan
3.
Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya
4.
Merekomendasikan diberikannya izin atau tidak kepada sarana yang ditinjau ke lapangan yang tidak memenuhi persyaratan.
3.1.3 Tenaga Kesehatan Tugas dan tanggung jawab Koordinator Tenaga Kesehatan (NAKES) adalah: 1. Membantu Kepala Seksi menyusun RKA dan DPA Seksi Sumber Daya Kesehatan 2. Menyusun jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan 3. Menganalisis dan melaksanakan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan 4. Membantu terlaksananya program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan 5. Mengendalikan dan mengoordinasikan tugas dan wewenang tenaga kesehatan Koordinator NAKES memiliki wewenang antara lain: 1.
Mewakili Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dalam pertemuan atau rapat sesuai kewenangan
2. Mengusulkan rencana program kegiatan 3. Mengoordinasikan program kegiatan kepada seksi terkait
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
31
Koordinator NAKES membawahi beberapa sub bagian diantaranya: a. Pengelola Bimbingan Teknis (BIMTEK) Sub Bagian Pengelola BIMTEK memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja tenaga kesehatan. 2. Membantu koordinator dalam membuat jadwal BIMTEK tenaga kesehatan. 3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan BIMTEK. Adapun wewenang dari Sub Bagian Pengelola BIMTEK adalah: 1. Mengusulkan rencana program kegiatan BIMTEK. 2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. b. Pengadministrasian Sub Bagian Pengadministrasian memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mengarsipkan bahan RKA dan DPA tenaga kesehatan. 2. Mengarsipkan surat masuk dan surat keluar tenaga kesehatan. 3. Mengadministrasikan jadwal bimbingan teknis tenaga kesehatan. 4. Mengadministrasikan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. 5. Mengadministrasikan hasil program kegiatan di Seksi Sumber Daya Kesehatan. Adapun wewenang
dari
Sub
Bagian
Pengadministrasian
adalah mengumpulkan data-data dan semua hasil kegiatan program kerja yang ada di Koordinator Tenaga Kesehatan.
c. Pengelola Diklat (Pendidikan dan Pelatihan) Sub Bagian Pengelola Diklat memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Membantu koordinator menyusun dan merencanakan program kerja
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
32
tenaga kesehatan. 2. Membantu koordinator membuat jadwal Diklat tenaga kesehatan 3. Membantu koordinator dalam pelaksanaan Diklat.
Adapun wewenang dari sub bagian pengelola Diklat adalah: 1. Mengusulkan rencana kegiatan. 2. Mengendalikan kegiatan program yang dibidanginya. 3.2
Ruang Lingkup Perizinan Farmakmin
mempunyai
perizinan, pengendalian,
dan
tugas
penilaian
pokok
untuk
efektivitas
melaksanakan
pelayanan
kesehatan
dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Layanan perizinan yang diberikan oleh Farmakmin meliputi pemberian surat izin sarana dan surat izin kerja. Adapun jenis surat izin tersebut sebagai berikut
(Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara, 2011): 1. Untuk sarana kesehatan meliputi: a.
Apotek yaitu pemberian Izin Sarana Apotek.
b.
Toko Obat yaitu pemberian Izin Sarana Toko Obat.
c.
Usaha Mikro Obat Tradisional (OT) yaitu pemberian izin prinsip dan izin usaha Industri Kecil Obat Tradisional.
d.
Sub PAK yaitu pemberian rekomendasi Sub Penyalur Alat Kesehatan.
e.
Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT).
2. Untuk tenaga kesehatan meliputi: a. Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) b. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) c. Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) d. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dinyatakan bahwa semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus mempunyai izin.
Berdasarkan
Undang-undang
penyelenggaraan sarana kesehatan
Kesehatan
farmasi,
makanan,
tersebut, dan
seluruh
minuman di
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
33
wilayah Provinsi DKI Jakarta harus mempunyai izin yang dapat berupa izin prinsip maupun izin tetap. Izin prinsip
dimaksudkan agar
cukup waktu untuk
pihak
penyelenggara
mempunyai
mempersiapkan sarana, prasarana, dan sumber daya
manusia. Izin tetap diberikan bila pihak penyelenggara sudah dapat beroperasi penuh
karena
seluruh
persyaratan sarana/prasarana
sudah
lengkap.
Kepemilikan Sarana Kesehatan Farmakmin berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI diperbolehkan untuk perorangan maupun
berbentuk
badan
hukum tergantung jenis dari sarana kesehatan Farmakmin.
3.2.1 Apotek Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan adalah sarana kefarmasian
pelayanan
kefarmasian
tempat
Kefarmasian, apotek dilakukan
praktek
oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian di apotek hanya boleh
dilakukan oleh Apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Berdasarkan
Permenkes
No.
1332/Menkes/SK/X/2002
tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat, dan sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA) wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan serta tidak melakukan perubahan. Perubahan perubahan/pindah
tersebut alamat
dapat maupun
berupa
perubahan
perubahan
non
fisik
seperti
fisik
seperti
perubahan/pergantian kepemilikan, perubahan/pergantian tenaga ahli sarana kesehatan (Apoteker), perubahan/ pergantian nama sarana kesehatan serta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
34
perubahan surat izin kesehatan jika hilang. Setiap perubahan fisik dan non
fisik
tersebut
harus
disertai
dengan perubahan izin apotek dan
mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Untuk mendapatkan SIA baru, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi
apotek serta memelihara mutu perbekalan
kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi, kamar kerja Apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek. Selain itu, apotek juga harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Khusus untuk pemakaian narkotika dan psikotropika, apotek harus melaporkan pemakaiannya setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. Seorang APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. 2. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker. 3. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. 4. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker. 5. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di apotek lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
35
Adapun persyaratan perizinan setiap jenis sarana apotek yang telah ditentukan dan didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002). Persyaratan izin apotek yang bekerjasama dengan pihak lain adalah sebagai berikut: 1.
Surat permohonan
dari Apoteker ditujukan kepada Suku dinas
Kesehatan sebanyak 3 rangkap , 1 rangkap diatas materai Rp 6000. 2.
Fotokopi KTP Jabodetabek APA.
3.
Fotokopi Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA).
4.
Surat keterangan lolos butuh bagi SIPA yang berasal dari luar DKI.
5.
Denah bangunan dan peta lokasi.
6.
Fotokopi yang menyatakan
status bangunan dalam akte hak
milik/sewa/ kontrak. 7.
Daftar perlengkapan apotek.
8.
Surat pernyataan dari APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA lain diatas materai Rp 6000.
9.
Asli dan fotokopi surat izin dari ata.san bagi APA PNS/ABRI/Pegawai Instansi Pemerintahan lainnya
10. Akte Perjanjian Kerja Sama antara APA dengan Pemilik Sarana Apotek yang disahkan Notaris (salinan asli dan fotokopi). 11. Surat pernyataan PSA tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan
dibidang obat-obatan diatas materai Rp 6000,12. Daftar Asisten Apoteker. 13. Surat Izin Usaha berdasarkan Undang Undang Gangguan (UUG). 14. Perlengkapan administrasi (etiket,
kopi resep,
form laporan
narkotika, dan lain-lain). 15. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. 16. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
36
Apabila Apotek buka 24 jam, maka apotek tersebut harus ada Apoteker Pendamping, dan apabila APA dan Apoteker Pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Jika APA dan Apoteker Pendamping tidak berada di tempat selama 3 bulan secara terus menerus, APA dapat menunjuk Apoteker Pengganti. Pada setiap pengalihan tanggung
jawab kefarmasian
yang
disebabkan
karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Selain APA, Tenaga Teknis Kefarmasian yang bekerja di apotek juga harus memiliki Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) di apotek tempat Tenaga Teknis Kefarmasian tersebut bekerja. SIKTTK diperoleh dengan mengajukan permohonan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat.
3.2.2 Toko Obat Berdasarkan PP No. 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian, toko obat adalah sarana pelayanan kefarmasian yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat
bebas terbatas untuk dijual secara eceran.
Penyelenggaraan Toko obat dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dalam menjalankan praktek kefarmasian di toko obat, Tenaga Teknis Kefarmasian harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian di toko obat. Untuk mendirikan toko obat, maka Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan Izin Sarana Toko Obat yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
37
Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain (Kementerian Kesehatan RI, 2002): 1. Surat permohonan izin toko obat dari Pemilik ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan sebanyak 3 rangkap, 1 rangkap diatas materai Rp 6000. 2. Fotokopi KTP DKI pemilik Toko Obat. 3. Peta lokasi tempat usaha dan denah ruangan. 4. Fotokopi Ijazah,
SIKTTK,
dan
KTP
Tenaga Teknis
Kefarmasian
Penanggung Jawab. 5. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab Teknis pada Toko Obat diatas materai Rp 6.000. 6. Fotokopi status bangunan. 7. Pasfoto Pemilik dan Tenaga Teknis Kefarmasian Penanggung Jawab 2 lembar ukuran 2 x 3 cm. 8. Surat Pernyataan dari pemilik Toko Obat, tidak akan menjual obat keras daftar G , diatas materai Rp.6000. 9. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). 10. Nomor Pokok Wajib Pajak dan UUG. Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran
akan
dikenakan
sanksi
baik
berupa
sanksi
administratif
maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1331/MenKes/SK/X/2002 ketentuan yang harus dipenuhi oleh toko obat, adalah sebagai berikut: 1. Toko
obat
dipimpin
oleh
seorang
Tenaga
Teknis
Kefarmasian
sebagai penanggung jawab teknis. 2. Harus memasang papan nama di depan toko yang mudah dilihat oleh umum dengan tulisan ”TOKO OBAT BERIZIN” beserta nama toko Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
38 obat, tulisan ”TIDAK MENERIMA RESEP DOKTER’’ dibagian sudut kanan atas harus dicantumkan nomor surat izin. 3. Papan nama minimal berukuran lebar 40 cm dan panjang 60 cm, maksimal 150 cm. 4. Tulisan harus berwarna hitam di atas dasar putih, tinggi huruf paling sedikit 5 cm dan tebal paling sedikit 5 mm. 5. Tidak diperkenankan membuat atau meracik obat, membungkus atau membungkus kembali obat (hanya menjual obat dalam bentuk kemasan asli pabrik). 6. Tidak diperkenankan menerima atau melayani resep dokter. 7. Obat-obat
yang termasuk
daftar
obat
bebas terbatas tidak
boleh
dicampur dengan obat atau barang-barang lain. 8. Tidak diperkenankan bertindak sebagai PBF. 9. Tidak diperkenankan menjual obat keras, narkotika dan obat-obat berbahaya dan petugas
bersedia
Suku
menyerahkan
obat-obat
tersebut
kepada
Dinas Kesehatan setempat bila ditemukan pada saat
pemeriksaan. 10. Harus membeli obat-obat dari pedagang besar farmasi yang resmi, yang memiliki izin dari Departemen Kesehatan RI. 11. Membuat laporan 10 jenis obat terbanyak dijual dalam triwulan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat. 12. Tidak diperkenankan menjual obat-obat yang rusak atau kadaluarsa dan bersedia
dimusnahkan
oleh
petugas
Suku
Dinas
Kesehatan
setempat bila ditemukan pada saat pemeriksaan. 13. Tidak diperkenankan mengganti, menghilangkan atau membuat tidak dapat dibacanya merek obat, label dan atau tulisan yang terdapat pada obat dan pembungkusnya. 14. Harus mempunyai izin dari Departemen Perdagangan (SIUP). 15. Petugas resmi dari Dinas Kesehatan DKI dan Departemen Kesehatan RI berhak memeriksa setiap waktu. 16. Apabila izin batal atau dicabut maka pemilik izin harus segera Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
39
menyerahkan surat izinnya kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat. 17. Diwajibkan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku dan yang akan berlaku. 3.2.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Persyaratan izin UMOT terdiri dari: 1. Surat permohonan 2. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Susunan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan. 4. Fotokopi KTP/identitas pemohon. 5. Pernyataan pemohon tidak pernah terlibat
pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi. 6. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan. 7. Surat Tanda Daftar Perusahaan
dalam hal pemohon bukan
perseorangan. 8. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak. 9. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Paling lama 7 hari kerja setelah menrima permohonan izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. 3.2.4 Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT) P-IRT adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual sampai semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor
HK.00.05.5.1640
tanggal
30
April
2003
tentang
Tata
Cara
Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPPIRT), SPP-IRT bertujuan untuk (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002): Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
40
1. Meningkatkan
pengetahuan
produsen
dan
karyawan
tentang
pengolahan pangan serta peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. 2. Menumbuhkan
kesadaran
dan
motivasi
produsen
dan
karyawan
tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. 3. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan P-IRT. Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP), yaitu: 1. Permohonan di atas materai Rp. 6000 2. Fotokopi KTP 3. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, yaitu: 1.
Permohonan dari Direktur/Pimpinan ditujukan
kepada Suku
Dinas
Kesehatan rangkap 2 dan 1rangkap diatas materai Rp 6000. 2.
Surat
Izin
Perindustrian/Surat
Keterangan
dari
Suku
Dinas
Perindustrian. 3.
Akte pendirian perusahaan (bila dalam bentuk CV, akte notaris dilampirkan).
4.
Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan.
5.
Data produk makanan yang akan diproduksi.
6.
Peta lokasi
7.
Denah ruangan produksi
8.
Rancangan etiket
9.
Fotokopi KTP Pemilik (DKI)
10. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. 11. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk. 12. Status bangunan, untuk milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa lampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
41
Adapun tata cara penyelenggaraan SPP-IRT, yaitu: 1. Pengajuan Permohonan a.
Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Suku Dinas Kesehatan
b.
Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: i.
Susu dan hasil olahannya
ii.
Daging,
ikan,
unggas,
dan
hasil
olahannya
yang
memerlukan proses dan/atau penyimpanan beku iii.
Pangan kaleng
iv.
Pangan bayi
v.
Minuman beralkohol
vi.
Air minum dalam kemasan
vii.
Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan ditetapkan oleh BPOM
c.
Pemohon diwajibkan mengikuti PKP dan telah melewati tahap pemeriksaan saran produksinya oleh Suku Dinas Kesehatan
2. Penyelenggaraan dan Pelaksanaan PKP Penyelenggaraan PKP dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Materi PKP, yaitu: a.
Berbagai jenis
bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan
memusnahkannya serta pengawetan pangan b.
Higiene dan sanitasi sarana P-IRT
c.
Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB)
d.
Peraturan perundangan tentang keamanan
pangan,
penggunaan
Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.
Materi
pelengkap
dapat
dikembangkan
sesuai
kebutuhan
Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga, misalnya: a. Pengemasan dan penyimpanan Produk Pangan Industri Rumah Tangga Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
42
b. Pengembangan usaha Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga termasuk etika bisnis 3. Pemeriksaan Sarana Produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan melakukan pemeriksaan ke sarana produksi P-IRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi P-IRT dengan hasil
minimal
cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk
mendapatkan SPP-IRT. 4. Sertifikasi Produksi Pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari 2 jenis, yaitu: a. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan Sertifikasi
ini
diberikan
kepada
peserta
yang
telah
lulus
mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan, dimana semua P-IRT harus mempunyai minimal 1 orang tenaga yang telah memiliki sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Apabila P-IRT tidak mempunyai tenaga
yang
telah
memiliki
sertifikat
yang dimaksud, maka
perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan. b. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) Sertifikat ini diberikan pada P-IRT yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan
Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana
produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk 1 jenis pangan produk P-IRT. 5. Sistem Pendataan dan Pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT dilaporkan kepada
di Suku
Dinas
Kesehatan
harus
BPOM atau Balai Besar POM setempat dengan
melampirkan Sertifikat PKP dan SPP-P-IRT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta selambat-lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM. Sistem pendataan dan pelaporan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
43
SPP-IRT dilakukan oleh Suku Dinas bekerjasama dengan Balai
Kesehatan setempat dan
Besar POM. Balai Besar POM melaporkan
rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada BPOM.
3.2.5 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) dan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) Berdasarkan Permenkes RI Nomor 889/MENKES/Per/V/2011, Apoteker harus
memiliki
Surat
Izin Praktik
Apoteker (SIPA)
untuk
dapat
melaksanakan praktik kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi atau SIPA
atau
SIKA,
distribusi.
Untuk
Apoteker mengajukan permohonan
memperoleh
kepada
Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan (yaitu Suku Dinas Kesehatan). Permohonan SIPA atau SIKA harusmelampirkan: 1. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional. 2. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran. 3. Surat rekomendasi dari organisasi profesi. 4. Pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau
SIKA hanya
diberikan untuk
1
tempat
fasilitas
produksi atau
distribusi. Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian berupa puskesmas dapat menjadi Apoteker pendamping di luar jam kerja. SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak 3 tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIPA atau SIKA masih tetap berlaku sepanjang STRA dan tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIPA atau SIKA.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
44
3.2.6 Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Tenaga
Teknis
Kefarmasian
adalah
tenaga
yang
membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Menengah
Analis
Farmasi/Asisten Apoteker.
Farmasi,
dan
Tenaga
Surat Izin Kerja Tenaga Teknis
Kefarmasian (SIKTTK) adalah surat izin praktek yang diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. Untuk memperoleh SIKTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian (yaitu Suku Dinas Kesehatan). Permohonan SIKTTK harus melampirkan: 1. Fotokopi STRTTK 2. Surat
pernyataan
Apoteker
atau
pimpinan
tempat
pemohon
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. 3. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian. 4. Pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 lembar. SIKTTK dapat diberikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian paling banyak 3 tempat fasilitas kefarmasian. SIKTTK masih tetap berlaku sepanjang STRTTK dan tempat praktik/bekerja masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIKTTK.
3.3
Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur No. 58 tahun 2002, salah satu
tugas Farmakmin adalah melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan farmasi,
makanan,
(Counseling) adalah pengetahuan
dan kegiatan
minuman
melalui
untuk
menyiapkan
Binwasdal. dan
Pembinaan
mengembangkan
dan keterampilan agar mempunyai kompetensi untuk memenuhi
persyaratan. Pengawasan (Supervision/ Inspection) adalah evaluasi kesesuaian melalui pengamatan dan penetapan, jika perlu dengan pengukuran, uji, atau Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
45
cara lain. Pengendalian (Controlling) adalah bagian dari kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi yang fokus kepada
pemenuhan persyaratan/peraturan perundang-undangan (Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Utara, 2011). Ruang lingkup Pelayanan Binwasdal meliputi (Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2011): 1.
Mengendalikan Mutu Pelayanan meliputi BIMTEK dan Self Assessment Mutu Pelayanan pada sarana Farmakmin
2.
Audit Mutu sarana Farmakmin
3.
Rekomendasi perbaikan dan penyeliaan (Supervisi)
4.
Memberikan sanksi
5.
Memfasilitasi
penyelesaian
perselisihan/pengaduan/keluhan
dari
organisasi profesi dan masyarakat 6.
Mensosialisasikan peraturan perundangan tentang
mutu
kesehatan
Farmakmin
3.4
Pelanggaran dan Sanksi Semua
perizinan
Sarana
Kesehatan
Farmakmin
dalam
memberikan pelayanan atau operasionalnya selalu mempunyai tujuan yaitu untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani bagi konsumen yang dilayani. Oleh sebab itu, bila pengelola atau pemilik sarana kesehatan tersebut tidak menjalankan seperti apa yang telah ditentukan dalam peraturan perundangundangan maka akan diberikan sanksi yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan (Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2002). Sanksi yang akan diberikan bagi pengelola atau pemilik yang tidak menjalankan peraturan perundang-undangan atau pelanggaran dalam mengelola sarana kesehatan Farmakmin dapat dibagi menjadi beberapa kriteria, yaitu: 1. Sanksi administratif berupa:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
46
a. Peringatan b. Penghentian sementara kegiatan c. Pencabutan izin 2. Sanksi Pidana, diajukan ke pengadilan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Suku Dinas Kesehatan di Provinsi DKI Jakarta merupakan organisasi yang bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.10 Tahun 2008. Dengan adanya Undang-Undang No.25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom, sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan. Untuk wilayah privinsi DKI Jakarta, pemerintah mengeluarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan berfungsi sebagai penyusun kebijakan di bidang kesehatan untuk wilayah Provinsi, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan dalam pengawasan pelaksanaan kebijakan tersebut di wilayah kota administratif oleh fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi Jakarta Utara dalam Pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara terdiri dari 4 seksi, yaitu Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, dan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Apoteker banyak berperan dalam Seksi Sumber Daya Kesehatan terutama pada Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Farmakmin). Koordinator Farmakmin pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara berperan dalam pelaksanaan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian (binwasdal) serta penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dalam bidang farmasi, makanan, dan minuman. Perizinan terhadap apotek, toko obat, dan UMOT dilakukan dengan alur yang telah diatur menurut ketentuan yang berlaku. Koordinator Farmakmin juga bertanggung jawab dalam memberikan perizinan terhadap sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, dan Usaha Mikro Obat 47
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
48
Tradisional (UMOT), serta pemberian rekomendasi Sub Penyalur Alat Kesehatan (SubPAK) yang didirikan di wilayah Jakarta Utara. Selain itu, Farmakmin juga memberikan perizinan terhadap surat izin tenaga kesehatan (SIKA, SIPA, dan SIKTTK). Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, memiliki sistem satu atap dan satu pintu dalam hal perizinan sarana kesehatan. Sistem tersebut mempunyai kebijakan yang sama dimana seluruh berkas perizinan diserahkan dan diterima di tempat yang sama melalui front line officer (FLO) di pelayanan prima. Pemohon izin menyerahkan berkas permohonan yang sudah lengkap kepada FLO (Front Line Officer) di Pelayanan Prima. FLO akan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas serta mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap, kekurangan akan diberitahukan kepada pemohon dan berkas akan langsung dikembalikan. Checklist hasil pemeriksaan berkas disimpan oleh FLO. Jika berkas permohonan lengkap dan benar, FLO akan membuat tanda terima (rangkap 2, asli untuk pemohon dan fotocopy untuk arsip), mencatat pada buku register, dan menginput data pemohon melalui software. Selanjutnya berkas permohonan akan diserahkan ke bagian Tata Usaha (TU). Oleh bagian TU, berkas akan dicatat dan diberi penomoran pada buku agenda masuk. Kemudian data akan diteruskan ke seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) melalui software dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu. Seksi SDK menerima berkas permohonan dari TU dan mencatatnya pada register seksi. Kepala Seksi SDK akan melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berkas permohonan dan surat penolakan akan diserahkan kembali ke FLO. Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat perjanjian waktu pemeriksaan lapangan, membuat surat tugas yang ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, dan mempersiapkan berkas pemeriksaan lapangan. Setelah pemeriksaan lapangan dilaksanakan, BAP lapangan akan dikaji dan hasil pemeriksaan lapangan dilaporkan ke Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan atau Kepala Suku Dinas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
49
Kesehatan Jakarta Utara. Bila memenuhi persyaratan di lapangan, pembuatan Surat Izin/SK/Sertifikat akan dilakukan.Selanjutnyadilakukan pemberian nomor Surat Izin/Sertifikat Sarana dan Nomor Agenda Surat Keluar TU. Surat Izin/SK/Sertifikat akan dicetak dan ditempelkan foto lalu diteruskan ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk ditandatangani. Selanjutnya, Surat Izin/SK/Sertifikat akan digandakan dan dibubuhkan stempel Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Sebagai arsip, foto ditempelkan di buku register perizinan dan fotokopi Surat Izin/SK/Sertifikat didokumentasikan pada berkas permohonan. Seksi SDK menyerahkan Surat Izin/SK/Sertifikat asli ke FLO dengan berita acara serah terima dan menginformasikan kepada pemohon untuk mengambil Surat Izin/SK/Sertifikat tersebut. FLO mengisi blangko retribusi pembayaran dan menyerahkannya ke pemohon untuk segera membayar ke Kas Daerah. FLO akan memberikan Surat Izin/SK/Sertifikat asli kepada pemohon dengan menerima surat tanda terima dan Surat Ketetapan Restribusi Daerah
(SKRD) dari pemohon. Untuk bukti, SKRD warna putih dipegang
pemohon dan yang berwarna merah disimpan FLO sebagai arsip. Selajutnya, pemohon
menandatangani
buku
register
FLO
sebagai
bukti
Surat
Izin/SK/Sertifikat telah diambil. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dan selesai dalam waktu tidak lebih dari 16 hari kerja. Pelaksanaan perizinan selanjutnya dilaksanakan oleh petugas sudinkes di bidang Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Berbeda dengan perizinan tenaga kerja kefarmasian, pengeluaran izin bagi sarana kesehatan kefarmasian dilakukan setelah pemeriksaan fisik terhadap sarana tersebut. Khusus UMOT, perizinannya terdiri dari 2 jenis yaitu izin prinsip dan izin usaha, sedangkan izin edar produk menjadi wewenang BPOM. Pada saat pemeriksaan lapangan apotek, dilakukan pemeriksaan meliputi bangunan, perlengkapan apotek, dan personalia (terutama Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian). Pada saat pemeriksaan juga dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan, dan pentingnya kehadiran Apoteker di apotek, serta keharusan apotek untuk membeli obat pada Pedagang Besar Farmasi. Penanggung jawab toko obat adalah Tenaga Teknis Kefarmasian dan daftar obat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
50
yang dapat dijual di toko obat hanya obat bebas dan obat bebas terbatas. Toko Obat tidak boleh melayani resep atau memberikan obat yang termasuk dalam daftar obat keras maupun DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Pada saat pemeriksaan
UMOT,
dilakukan pemeriksaan
terhadap
peralatan
untuk
pengolahan serta pengemasan produk, peralatan pengendalian pencemaran sarana produksi, serta sumber daya/energi yang digunakan. Pada kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dengan cara kunjungan langsung ke Apotek, Toko Obat, UMOT, dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) kunjungan itu dilakukan dalam bentuk pemeriksaan kelengkapan administrasi seperti blanko kartu stok, blanko pesanan obat, salinan resep, faktur, buku penjualan, buku pesanan narkotik psikotropik dan alat pemadam kebakaran ada atau tidak serta melakukan pembekuan atau pencabutan izin jika ada apotek yang melanggar peraturan misalnya pemesanan narkotik yang berlebihan. Kemudian pengendalian yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara salah satunya adalah pengendalian Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP). Semua apotek yang diberikan izin apotek oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara melaporkan narkotik dan psikotropik kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara bagian koordinator Farmakmin. Kemudian bagian koordinator Farmakmin mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Binwasdal yang dilakukan di apotek meliputi pemeriksaan terhadap harga obat, sumber obat, data penjualan obat, personalia, dan sarana apotek. Harga obat yang dijual di apotek baik obat paten maupun obat paten tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Pelanggaran apotek yang sering dijumpai di lapangan saat Binwasdal adalah ketidakhadiran
Apoteker
di apotek dan
administrasi perbekalan farmasi yang kurang baik. Pelaporan Narkotika oleh apotek kepada Suku Dinas Kesehatan juga sering mengalami keterlambatan, Suku Dinas Kesehatan menetapkan batas akhir pelaporan bulanan Narkotika pada tanggal 10 di setiap bulan. Apotek dan toko obat memiliki perbedaan yang mendasar, dimana penanggung jawab apotek adalah seorang Apoteker sedangkan penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker. Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan asisten apoteker diapotek harus dibawah pengawasan apoteker. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
51
Namun, bila di toko obat pekerjaan kefarmasian dilakukan secara mandiri oleh asisten apoteker sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan yang diberikan antara apotek dan toko obat juga berbeda, dimana toko obat tidak boleh melakukan peracikan atau penerimaan resep dan tidak melayani obat keras, serta narkotika dan psikitropika. Selain apotek, Binwasdal juga dilakukan pada toko obat, UMOT ,dan PIRT. Binwasdal toko obat dilakukan dengan memeriksa obat yang dijual di toko obat. Pelaksanaan Binwasdal toko obat juga dapat merupakan penindak lanjutan dari temuan pelanggaran oleh BPOM. Binwasdal terhadap UMOT dan PIRT minimal dilakukan pada 5-10 sarana setiap bulan atau tergantung anggaran, pemilihan sarana dilakukan secara acak. Penanggung jawab pada sarana UMOT adalah seorang Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK). Suku Dinas Kesehatan hanya berwewenang untuk memberikan izin sarana produksi. Untuk memperoleh izin UMOT ini juga harus dilakukan pemeriksaan lapangan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi alur produksi mulai dari bahan baku, proses produksi, pengemasan sampai pada penyimpanan produk jadi. Jika ada beberapa hal yang tidak sesuai maka Suku Dinas Kesehatan akan merekomendasikan agar segera diperbaiki atau izin tidak akan diberikan. UMOT mengikuti Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Untuk
PIRT,
Koordinator
Farmakmin
juga
menyelenggarakan
Penyuluhan Keamanan Pangan agar PIRT dapat memahami dan menerapkan Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB), sanitasi dan higiene, serta Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Farmakmin juga
memberikan
perizinan bagi produk pangan yang diproduksi oleh PIRT dan akan diedarkan. Perizinan yang diberikan berupa Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT). SPP-IRT hanya diberikan untuk satu jenis produk pangan industri rumah tangga. PIRT yang menjual makanan yang tahan lebih dari 7 hari harus didaftarkan,
makanan yang tahan kurang dari 7 hari tidak wajib
didaftarkan. Jika diketahui terjadi pelanggaran atau penyimpangan, Koordinator Farmakmin dapat memberikan peringatan dan pembinaan agar sarana tersebut Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
52
dapat memperbaiki kesalahannya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui apakah perbaikan telah dilakukan atau belum. Jika suatu sarana tidak juga memperbaiki kesalahannya atau tetap melanggar peraturan, Koordinator Farmakmin berwenang untuk mencabut izin sarana tersebut. Apabila apoteker penanggung jawab apotek meninggal maka ahli waris dan PSA melapor pada Suku Dinas Kesehatan dan membuat supervisi selama menunggu adanya apoteker baru. PSA wajib melaporkan jumlah narkotik dan psikotropik yang ada di apotek. Apabila telah di temukan apoteker penggantinya maka dibuat Surat izin apotek yang baru dengan menggunakan nomor SIPA apoteker yang baru tersebut.
4.2 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Utara Wilayah Jakarta Utara memiliki 6 Puskesmas Kecamatan dan 43 Puskesmas Kelurahan. Puskesmas Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Utara, diantaranya yaitu Puskesmas Koja, Puskesmas Tanjung Priok, Puskesmas Kelapa Gading, Puskesmas Penjaringan, Puskesmas Pademangan dan Puskesmas Cilincing.
4.2.1 Puskesmas Kelapa Gading Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading merupakan puskesmas kecamatan yang membawahi 4 (empat) puskesmas kelurahan yaitu Puskesmas Kelurahan Kelapa Gadig Timur I, Puskesmas Kelurahan Kelapa Gading Timur II, Puskesmas Kelurahan Pegangsaan IIA, dan Puskesmas Kelurahan Pegangsaan IIB. Pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yaitu Unit Pelayanan Kesehatan UGD 24 jam, klinik umum, klinik gigi, klinik keluarga berencana/klinik ibu dan anak, klinik gizi, klinik jiwa, klinik mata, klinik bedah sederhana, klinik akupuntur, klinik TB paru, klinik infeksi menular seksual, rumah bersalin, dan penunjang kesehatan seperti EKG, laboratorium, rontgen, optik, dan USG. Puskesmas Kelapa Gading mempunyai visi untuk mewujudkan puskesmas yang menjadi andalan masyarakat dalam pelaksanaan kesehatan yang profesional menuju Indonesia sehat tahun 2015. Sedangkan misi puskesmas ini adalah: Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
53
1.
Meningkatkan sistem pelayanan kesehatan klinis dan kesehatan masyarakat yang responsive, merata, dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat;
2.
Mengembangkan sistem informasi sosial kesehatan mutakhir dan tepat guna;
3.
Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan ;
4.
Menembangkan profesionalisme sumber daya manusia kesehatan;
5.
Mengembangkan sistem manjemen mutu pelayanan kesehatan sesuai standar internasional;
6.
Mengembangkan sistem pembiayaan pelayanan kesehatan melalui jalinan kemitraan. Apoteker Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading bertanggung jawab
terhadap pelayanan kefarmasian dengan melaksanakan pengelolaan obat dengan baik dan benar sehingga kebutuhan perbekalan farmasi puskesmas se-kecamatan Kelapa Gading terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan stok obat atau kehabisan stok obat dan terdapatnya obat-obat yang sudah daluarsa sehingga tidak dapat lagi digunakan. Sedangkan asisten apoteker bertugas membantu pekerjaan apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut terutama dalam pelayanan farmasi klinik di instalasi farmasi seperti penerimaan resep, peracikan obat, hingga penyerahan obat. Pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dilakukan dengan cara penunjukan langsung, pelelangan dan subsidi dari Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. Sarana perbekalan farmasi yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading antara lain yaitu gudang obat yang digunakan untuk menyimpan sediaan obat, ruang penyimpanan vaksin, gudang alkes yang digunakan untuk menyimpan alat-alat kesehatan dan instalasi farmasi. Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan oleh tim perencanaan obat dan perbekalan kesehatan terpadu. Perencanaan obat dan alat kesehatan dilakukan dengan metode kombinasi yakni dilakukan dengan melihat pemakaian dari tahun sebelumnya dan melihat morbiditas (jenis penyakit) yang ada pada masyarakat di lingkungan Kecamatan Kelapa Gading. Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading dilakukan berdasarkan FIFO (First In First Out), artinya obat yang datang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
54
pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat yang datang kemudian. Sedangkan penyusunan obatnya dilakukan berdasarkan jenis bentuk sediaan obat dan efek farmakologisnya. Penyimpanan tersendiri dilakukan untuk obat-obat narkotika dan psikotropika di dalam lemari khusus yang memenuhi standar dan telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk pendistribusian Apoteker Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat-obatan dari unit gudang farmasi ke unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya, yaitu puskesmas kecamatan dan kelurahan. Pendistribusian ini disertai berita acara penyerahan perbekalan farmasi dari apoteker kepada pihak penerima yang berasal dari puskesmas kelurahan. Berita acara tersebut mencantumkan apakah perbekalan farmasi yang dikirim dan didistribusikan oleh apoteker sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh pihak puskesmas kelurahan. Pendistribusian tersebut dilakukan berdasarkan permintan laporan obat atau LPLPO yang dibuat oleh masing-masing penanggung jawab instalasi farmasi di puskesmas kelurahan. Pendistribusian dilakukan sesuai dengan kebutuhan obat di apotek masing-masing kelurahan sedangkan untuk alat-alat kesehatan, pendistribusiannya dilakukan ke masing-masing unit/klinik di puskesmas kecamatan itu sendiri dan di puskesmas-puskesmas kelurahan. Pendistibusian alat-alat kesehatan ke puskesmas kelurahan dilakukan secara periodik setiap satu tahun sekali disertakan dengan berita acara serah terima barang. Tiap-tiap unit/klinik di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading yang membutuhkan alat kesehatan harus mengisi formulir permintaan barang. Permintaan ini ditulis di dalam Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) yang ditandatangani oleh penerima barang. Kemudian data pemakaian tiap bulan tersebut dimasukkan ke dalam buku induk sesuai dengan keterangan per unit/klinik. Sisa stok barang tiap bulan dihitung dengan mengurangi jumlah persediaan barang dengan jumlah barang yang keluar. Sarana lain yang ada di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading selain gudang obat dan gudang alat kesehatan adalah instalasi farmasi. Instalasi Farmasi Puskesmas Kelapa Gading menerima resep dari pasien umum, pasien dengan jaminan askes, dan jamsostek. Ada 2 jenis resep yang berlaku di Puskesmas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
55
Kelapa Gading yaitu resep internal dan resep eksternal yang memenuhi persyaratan kelengkapan resep. Resep internal dapat ditebus di instalasi farmasi Puskesmas Kelapa Gading, sedangkan resep eksternal yaitu resep yang harus ditebus oleh pasien di apotek luar karena obat tersebut tidak disediakan di Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading. Instalasi Puskesmas Kelapa Gading Melayani 100-150 lembar resep perharinya, sehingga pelayanan di apotek harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Sebagai salah satu caranya yaitu dengan melakukan pengemasan obat-obat yang sering diresepkan setiap harinya kedalam kantong-kantong plastik obat dan sudah diberi etiket. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pelayanan obat dan mengurangi waktu tunggu pasien dalam menerima obat sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading. Resep dikumpulkan perhari dan masing-masing dikelompokkan berdasarkan jenis pasien (umum, jamsostek atau alkes) juga dikelompokkan berdasarkan umur. Kemudian data-data ini dicatat dalam buku kunjungan resep. Untuk resep yang mengandung narkotik dan psikotropika dipisahkan dan pemakaiannya tiap bulan harus dicatat dalam buku pengeluaran narkotik dan psikotropika. Semua proses keluar masuknya obat di Puskesmas Kelapa Gading dicatat dan dilaporkan ke Sudinkes Jakarta Utara. Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kelapa Gading meliputi kartu stok, buku induk, buku bantu gudang, buku jumlah kunjungan resep harian, buku pengeluaran obat harian, dan buku penerimaan 1 tahun serta LPLPO (Lembar Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat). Kartu stok digunakan untuk mencatat jumlah masing-masing obat yaitu satu jenis obat memiliki kartu stok masing-masing. Data dari kartu stok akan digabung semuanya ke dalam buku induk.
4.2.2 Puskesmas Tanjung Priok Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok memiliki layanan kesehatan seperti; Unit Gawat Darurat,
Poli Umum,
Poli Mata, Poli Gigi, Poli TB & MH,
Ruang Bersalin, KIA/KB (Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Berencana), Akupuntur, MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) serta layanan penunjang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
56
seperti Laboratorium, Radiologi, USG, EKG dan Gizi. Puskesmas ini membawahi 13 puskesmas kelurahan. Kegiatan kefarmasi yang dilakukan di puskesmas tersebut antara lain perencanaan dan pengadaan obat, penerimaan obat di gudang, penyimpanan obat, pendistribusian obat ke pasien dan pelaporan obat. Apotek tersebut memiliki 2 orang apoteker dan 4 tenaga teknis kefarmasian yang terdiri dari 3 orang asisten apoteker dan 1 orang ahli madya farmasi. Ada 2 jenis resep yang berlaku di Puskesmas Tanjung Priok, yaitu resep internal dan resep eksternal. Resep internal hanya dilengkapi dengan nama poli, jenis obat, aturan pakai serta nama dan umur pasien. Resep internal ditebus oleh pasien di apotek puskesmas sedangkan resep eksternal ditebus oleh pasien di apotek diluar puskesmas. Resep eksternal ini diberikan untuk menebus obat di apotek lain yang tidak terdapat di apotek puskesmas. Alur pelayanan kesehatan puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dimulai dari pasien datang dan mengambil nomor antrian kemudian bagian loket pendaftaran mendata kelengkapan administrasi pasien kemudian pasien membayar retribusi dan diberikan karcis. Pasien menuju poli pelayanan.Ada pula pemeriksaan penunjang seperti radiologi, laboratorium, USG, EKG dan gizi. Setelah didapat hasil maka dokter akan menuliskan reaep untuk ditebus di apotek. Sarana farmasi yang terdapat di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok antara lain: depo obat puskesmas (apotek) dan unit gudang obat (gudang farmasi). Depo Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok hanya melayani resep internal dari dokter di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dan memasok perbekalan farmasi untuk setiap poli dalam Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Depo Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok melayani ± 150 resep setiap hari atau sekitar 4500 resep dalam 1 bulan, sehingga pelayanan harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Jumlah ini dapat berubah sesuai dengan pola penyakit di masyarakat atau bila terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Untuk mengurangi waktu pelayanan resep, maka obat-obat yang sering diresepkan seperti CTM, Paracetamol, Vitamin B1, B6 dan B12 t e la h dikemas dalam kantung-kantung plastik (7x12cm) sesuai dengan jumlah yang sering diresepkan. Alur pelayanan resep di Depo Obat Puskesmas Tanjung Priok dimulai dari peletakan resep di kotak resep oleh pasien, lalu petugas akan mengambil resep Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
57
tersebut sesuai dengan urutan kedatangan resep dan memberikan nomor urut resep. Setelah itu resep diskrining apakah terdapat masalah seperti skrining kelengkapan adminstratif, farmasetis, dan klinis. Bila resep tidak jelas atau terdapat permasalahan (seperti obat habis), Apoteker akan melakukan konfirmasi ke poli terkait yaitu tempat dokter yang memberikan resep. Bila resep telah jelas, resep akan dikerjakan sesuai dengan urutan nomor yang sudah ditulis. Setelah selesai disiapkan, pasien akan dipanggil nama dan usianya berurut berdasarkan nomor yang sudah dibuat, lalu obat akan diserahkan. Apoteker juga akan mengkonfirmasi pasien dengan penyakit yang dideritanya karena ada kemungkinan ada pasien dengan nama dan umur yang sama atau terdapat kesalahan penulisan nama. Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian penjelasan atau informasi obat kepada pasien. Informasi meliputi cara pemberian obat, waktu dan frekuensi pemberian obat serta informasi lain yang penting (seperti antibiotik harus dihabiskan, cara rekonstitusi suspensi kering, cara penggunaan obat suppositoria, salep mata dan lain- lain). Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok merupakan salah satu puskesmas kecamatan di Jakarta Utara yang ditunjuk untuk menyelenggarakan kegiatan Pelayanan Informasi Obat (PIO). Program pelaksanaan PIO di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dilakukan tiap bulan dan kebanyakan terhadap pasien Diabetes dan Hipertensi. Apoteker sangat berperan dalam pelaksanaan
PIO.
Apoteker dituntut untuk mampu memberikan konseling pada pasien mengenai pengobatan yang diterima pasien dengan cara yang komunikatif atau mudah dipahami pasien. Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok masih memiliki
kendala
dalam
pelaksanaan PIO yaitu jumlah tenaga Apoteker yang masih terbatas dan belum tersedianya ruangan khusus untuk pelaksanaan PIO. Agar pelaksanaan PIO dapat berjalan maksimal, diperlukan tambahan tenaga Apoteker untuk fokus atau bertanggung jawab pada pelaksanaan PIO. Unit Gudang Obat atau gudang farmasi memiliki fungsi pengajuan perencanaan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pelayanan permintaan perbekalan farmasi dari 14 puskesmas (Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dan13 puskesmas kelurahan), serta pelaporan pemakaian perbekalan farmasi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
58
14 puskesmas tersebut ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bangunan Unit Gudang Obat Pusat letaknya terpisah dari Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, gudang ini sebagai sarana untuk menyimpan obat dan alat – alat kesehatan yang diperlukan untuk kebutuhan dari Puskesmas Kecamatan maupun 13 Puskesmas Kelurahan dan bahan laboratorium (reagent), dan bahan kimia
lain
(seperti
larvasida/Abate) untuk melayani permintaan dari bagian Kesehatan Lingkungan. Sedangkan untuk gudang penyimpanan obat di depo obat Puskesmas Kecamatan sendiri letaknya berada di samping ruang pelayanan obat dan resep. Penyusunan obat dilakukan berdasarkan farmakologi obat dan bentuk sediaan obat yaitu obat cair, padat, dan semisolid. Narkotika disimpan dalam lemari khusus dan dikunci. Kondisi penyimpanan obat pada gudang penyimpanan obat Puskesmas KecamatanTanjung Priok sudah cukup baik, yaitu disimpan dalam ruangan ber-AC, dimana suhu disesuaikan dengan kondisi penyimpanan obat. Hal ini dapat menjaga kestabilan obat jika disimpan cukup lama dalam gudang. Penanggung jawab Unit Gudang Obat Pusat Kecamatan adalah seorang Apoteker. Manajemen perbekalan farmasi harus dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kekurangan stok dan lain-lain. Apoteker Penanggung Jawab Unit Gudang Obat bertanggung jawab untuk melaksanakan manajemen perbekalan farmasi dengan baik seperti perencanaan, pengadaan, penyimpanan,dan pendistribusian serta pelaporan perbekalan farmasi. Pengajuan pengadaan perbekalan farmasi dilakukan secara bottom up yaitu berdasarkan usulan kebutuhan 14 puskesmas selama 1 tahun ditambah dengan buffer stock. Kebutuhan tersebut akan direkapitulasi untuk selanjutnya diserahkan ke Unit Perencanaan Obat. Perencanaan untuk pengadaan biasanya dilakukan pada akhir tahun. Sumber dan untuk pengadaan perbekalan farmasi di puskesmas umumnya berasal dari subsidi pemerintah, BLUD (Badan Layanan Unit Daerah atau swadana), dan lain-lain. Proses pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dilakukan dengan cara lelang atau pembelian langsung pada distributor yang ditunjuk. Proses lelang menggunakan dana subsidi dari pemerintah sedangkan pembelian langsung menggunakan dana dari penerimaan puskesmas sendiri (BLUD). Proses pengadaan obat di Puskesmas Tanjung Priok belum menggunakan mekanisme e-Purchasing dikarenakan sistem pengadaan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
59
ini merupakan sistem yang baru dan pihak Puskesmas masih ingin melihat kinerja dari sistem pengadaan obat tersebut. Dari ke 6 Puskesmas Kecamatan yang berada di wilayah Jakarta Utara, hanya Puskesmas Cilincing yang telah menerapkan sistem e-Purchasing untuk pengadaan obatnya. Puskesmas Tanjung Priok akan menerapkan pengadaan obat dengan sistem e-Purchasing pada tahun 2013 ini dan pihak Pelayanan Kefarmasian Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok telah menyusun Rencana Kebutuhan Obat Tahun 2013 dengan menggunakan sistem e-Purchasing. Distribusi perbekalan farmasi ke 14 puskesmas di Kecamatan Tanjung Priok dilakukan setiap bulan agar memudahkan kontrol dan monitoring dalam penggunaan perbekalan farmasi. Untuk permintaan perbekalan farmasi, Apoteker penanggung jawab depo obat puskesmas mengirimkan LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) dan Surat Permintaan Obat kepada Penanggung Jawab Unit Gudang Obat. Pengiriman laporan ini biasa dilakukan pada akhir bulan yaitu pada tanggal 25-30 untuk permintaan perbekalan farmasi di bulan berikutnya. Selanjutnya, perbekalan farmasi akan dialokasikan untuk bulan selanjutnya berdasarkan kebutuhan di bulan sebelumnya. Permintaan perbekalan farmasi juga dapat dilakukan bila puskesmas mengalami kekurangan stok sebelum masa permintaan bulan berikutnya (bersifat insidentil). Penyerahan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan permintaan yang telah dialokasikan. Proses penyerahan dilakukan dengan penandatanganan dokumen SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) dan Berita Acara Serah Terima Barang oleh pihak pemberi (Penanggung Jawab Unit Gudang Obat) dan penerima serta Kepala Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Dokumen tersebut dibuat rangkap 2 untuk diserahkan ke pihak pemberi dan penerima. Unit Gudang Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok juga melakukan pelaporan pemakaian perbekalan farmasi dari 14 puskesmas kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Pemakaian perbekalan farmasi dari 14
puskesmas
dicatat dalam Buku Pemakaian dan Penerimaan Obat Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok. Penanggung jawab Unit Gudang Obat kemudian merekap LPLPO 14 puskesmas dan melaporkannya setiap bulan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
60
4.2.3 Puskesmas Koja Puskesmas Kecamatan Koja berlokasi di Jl. Walang Permai No. 39 Kelurahan Tugu Utara. Puskesmas ini membawahi 7 Puskesmas Kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Koja. Seluruh Puskesmas tersebut memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat di wilayah Kecamatan Koja. Dari tahun ke tahun, pelayanan Puskesmas-Puskesmas di wilayah Kecamatan Koja semakin baik apalagi didukung oleh sarana, prasarana dan pelayanan dibidang manajemen yang semakin memadai. Perbaikan sarana, prasarana dan manajemen tersebut ditunjukkan dengan bangunan dan peralatan kesehatan Puskesmas yang semakin memenuhi syarat serta SDM yang berkualitas. Selain itu, dibidang manajemen, Puskesmas Kecamatan Koja pada saat ini menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) sesuai dengan SK Gubernur No. 237 tahun 2012 tentang : “Penetapan
Puskesmas
Kecamatan Koja Kota Administrasi
Jakarta Utara Sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh” Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Koja memiliki 1 Subbagian Tata Usaha dan 2 Koordinator yang berperan dalam pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal dan pelanggan eksternal sesuai Pergub No. 4 tahun 2011 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat, jam kerja Puskesmas dibagi 2 sesuai dengan SK Kepala Dinas tentang pengaturan jam kerja Puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai berikut, Pelayanan Puskesmas Kecamatan Koja dimulai dari jam 07.30 s.d. jam 16.00 dari hari Senin hingga Jumat, untuk layanan sore dari jam 16.00 s.d. 20.00 dan untuk layanan 24 jam dilaksanakan oleh instalasi Layanan 24 jam. Sedangkan Pelayanan Puskesmas Kelurahan dimulai dari jam 07.30 s.d. jam 16.00 dan di hari Sabtu pelayanan dimulai jam 07.30 s.d. jam 12.00.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
61
Pasien yang dilayani di Puskesmas Kecamatan Koja dan di Puskesmas Kelurahan, antara lain : Pasien Umum Pasien KJS (Kartu Jakarta Sehat) Pasien Jamsostek (Hanya di Puskesmas Kecamatan) Pasien Askes Pasien Gakin, PKH dan Jamkesmas Selain itu Puskesmas Kecamatan Koja juga mejalin mitra dengan layanan kesehatan lainnya baik negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kecamatan Koja untuk memudahkan pasien jika harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai. Penerapan
e-Purchasing
di
Puskesmas
Kecamatan
Koja
belum
dilaksanakan, karena panitia pengadaan masih dilatih untuk menerapkan sistem tersebut. Sebelum akan dilaksanakannya e-Purchasing untuk pengadaan obat dan alat kesehatan, sistem yang diberlakukan adalah lelang umum. Lelang umum merupakan sistem pengadaan dengan bertatap muka langsung dengan penyedia, sedangakan e-Purchasing hanya lewat online tanpa bertemu penyedia obat dan alat kesehatan. Sistem lelang umum terbagi atas dua yaitu gugur dan merit point. Pada sistem gugur, pemenang tender adalah dengan nilai tawar terendah. Pada sistem merit point, pemenang dipilih berdasarkan bobot yang telah ditetapkan. Penyimpanan obat dan alat kesehatan di gudang obat, dimana dari Puskesmas Kecamatan mengirim ke Puskesmas Kelurahan setiap tiga bulan sesuai dengan kebutuhan. Pengadaan obat untuk 1 tahun + 6 bulan termasuk untuk Kondisi Luar Biasa (KLB). Apabila obat di Puskesmas Kecamatan habis, maka Puskesmas akan meminta obat ke Sudinkes dan Dinkes Provinsi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 1.
Kesimpulan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki tugas pokok
dan
fungsi
memberikan
perizinan
perencanaan,
promosi,
pembinaan, pengawasan, dan pengendalian serta penilaian efektivitas kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Utara. 2.
Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan pelayanan
perizinan,
pelayanan,
pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat, UMOT, PIRT, serta Pembuatan SIPA, SIKA, STRTTK dan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (SPKP). 3.
Prosedur Perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara khususnya yang dilakukan Koordinator Farmakmin sudah tertata dengan jelas serta sudah dilaksanakan dengan baik karena telah diterapkan manajemen standar mutu ISO.
4.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kelapa Gading, Tanjung Priok dan Koja sudah berjalan cukup baik serta pengadaan perbekalan farmasi di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok dengan metode e-Purchasing belum berjalan.
5.2 Saran 1.
Kegiatan sosialisasi informasi dan peraturan lebih ditingkatkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan.
2.
Kegiatan Binwasdal seluruh sarana kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Utara perlu dioptimalisasi.
3.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok perlu ditingkatkan dengan penambahan jumlah
tenaga Apoteker, pengadaan
obat juga perlu untuk dioptimalkan dengan menerapkan sistem pengadaan e-Purchasing sehingga dapat menghemat anggaran biaya Puskesmas untuk pengadaan obat. 62
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2006. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: 3-7. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2010. Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta: 9-30. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1996). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Agama. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Keputusan Menteri Kesehatan No. 85 Tahun 1989 Tentang Kewajiban Menuliskan Resep dan/atau Menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009a. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1331/MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2010. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Layanan Pengadaan Secara Elektronik. Jakarta.
63
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
64
Presiden Republik Indonesia. 2012. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2002. Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: 4-12; 19-97. Suku Dinas Kesehatan Dinas Provinsi DKI Jakarta. 2002. Pedoman Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Sarana Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Dinas Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: 24-39. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Kesehatan Masyarakat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Pelayanan Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Dokumen Tupoksi dan Kompetensi Sub Bagian Tata Usaha Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2010. Pedoman Mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2011. Prosedur Binwasdal Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. 2011. Prosedur Pemberian Izin Sarana dan Praktik Tenaga Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
66
Lampiran 1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Utara
Ka Sub Bagian Tata Usaha
Ka Seksi Kesehatan Masyarakat
Ka Seksi Yankes Dasar Drg. Dini Indrawati
Koordinator Pendataan Koordinator Penyusunan Program Koordinator Umum
Koordinator Pelayanan Perizinan Koordinator Administrasi Koordinator Binwasdal
Ka Seksi Yankes Spesialistik Drg. Tintin Subawiguna
Koordinator Binwasdal Koordinator Perizinan Koordinator Administrasi
Koordinator Kepegawaian Koordinator Keuangan Koordinator Umum Koordinator Perencanaan & Anggaran
Ka Yankes TTradisional Drs. Kusnaedi, Apt.
Koordinator Perizinan Koordinator Binwasdal Koordinator Administrasi
Ka Seksi Yan. Farmakmin Dra. Didi Nurdian Abadi, Apt.
Koordinator Perizinan Koordinator Binwasdal Koordinator Administrasi
Ka. Seksi Kesehatan Gadarben & Gakin Dr. Theryoto. M. Kes Koordinator Kesehatan Gakin Koordinator Gawat Darurat Bencana Koordinator Administrasi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
67
Lampiran 2. Lembar Check-List SIPA/SIK F-SDK-95 Rev 00 Nama Alamat Nama Sarana
NO
: : :
KELENGKAPAN
STATUS
1.
Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN
Ada / Tidak
2.
Surat pernyataan pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian tau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran
Ada / Tidak
3. 4.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar
Ada / Tidak Ada / Tidak
5.
Foto Kopi KTP 1 lembar
Ada/ Tidak
6
Foto Copy KTP
KEABSAHAN TERISI LENGKAP MASA (DICAP/ BERLAKU STEMPEL/NO SURAT DLL )
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
68
Lampiran 3. Surat Permohonan SIPA
Perihal : Permohonan Surat Izin Praktik ( SIP ) Kepada Yth : Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta ……………….. Di Jakarta Dengan Hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini , Nama Lengkap : …………………………………………………...... Alamat Rumah : …………………………… No ………………....... Rt/Rw ………………. Kelurahan …………………. Kecamatan …..... Kodya ………. Telp...................... Tempat/Tanggal Lahir : ………………………….......................................... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*) Lulusan / Tahun Lulus : ……………………………….................................. Tempat Bekerja : ………………………………. Telpon ………....... Status kepegawaian : PNS / PTT / Swasta / TNI – Polri / Pensiunan (*) Nomor Surat Tanda Registrasi : …………………………………………................ Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Praktik ( SIP) ke 1 (satu) / 2 (dua) / 3 (tiga). (*) Di Lokasi ………………………… ( terlampir Formulir B ) Sebagai bahan pertimbangan bersama ini dilampirkan : a. Foto copy surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku ( Legalisir Konsil ) b. Surat pernyataan memiiliki tempat praktik atau surat keterangan dari sarana pelayanan Kesehatan sebagai tempat praktiknya c. Surat rekomendasi dari Organisasi Profesi sesuai tempat praktik d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3x4 cm2 lembar e. Surat izn dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana Dokterdan dokter Gigi bekerja ( Khusus bagi dokter dan dokter Gigi yang bekrja bekerja disarana pelayanan Kesegatan yang ditunjuk pemerintah f. Foto copy kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku. Demikian atas perhatian bapak/ibu kami ucapkan terima kasih. Jakarta ………………… Yang memohon …………………………… (*) Coret yg tdk perlu Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
69
Lampiran 4. Surat Permohonan SIKTTK Jakarta,……………20… Hal : Permohonan memperoleh Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Yang Terhormat, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Admonistrasi Jakarta Utara Di JAKARTA Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : ……………………………………… No. STRTTK : ……………………………………… Tempat, tanggal lahir : ……………………………............... Jenis Kelamin : …………………………………….. Lulusan : SMF/D3 Farmasi/Sarjana Farmasi* Tahun Lulusan : ……………………………………… Alamat Rumah : ……………………………………… Telp. ………………………………. Nama Sarana ke-1 : …………………………………….. Alamat : …………………………………….. Nama Sarana ke-2 : ……………………………………. Alamat : ……………………………………. Nama Sarana ke-3 : …………………………………….. Alamat : …………………………………….. Nomor HP : ……………………………………… E-Mail : ……………………………………… Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi , Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Fotokopi STRTTK b. Surat Pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian **. c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian d. Pas foto warna uk 4x6 sebanyak 2 (dua) lenbar dan 3x4 sebanyak 2 ( dua ) lembar Demikian , atas perhatian dan perkenannnya kami ucapkan terima kasih. Pemohon, (……………..) Nama Terang Tembusan : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta * : diisi salah satu yang sesuai ** : tidak berlaku bagi TTK yang bekerja di toko obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
70
Lampiran 5. Cek List SIKTTK Nama Alamat Nama Sarana
: : : KEABSAHAN
NO
KELENGKAPAN
STATUS
1.
Fotokopi STRTTK
Ada / Tidak
2.
Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian
Ada / Tidak
3.
Ada / Tidak
4.
Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasian Pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar
5.
Fota Kopi KTP 1 Lembar
Ada/Tidak
MASA BERLAKU
TERISI LENGKAP (DICAP/ STEMPEL/NO SURAT DLL )
Ada / Tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
71
Lampiran 6. Berita Acara Serah Terima Peralihan Tanggung Jawab Pelayanan Kefarmasian Pada Hari ini ……………..Tanggal ………….bulan…………….Tahun ………… sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1332 / MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No 922/MENKES/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, kami yang bertanda tangan dibawah ini : A. Apoteker Pengelola Apotek lama : SIK/SP Nomor : ……………………….tanggal ………… Alamat : …………………………………………. Nama Apotek : …………………………………………. Alamat Apotek : …………………………………………. B. Apoteker Pengelola Apotek Baru/Pengganti : Nama Apoteker : …………………………………………… Nomor SIK : …………………………………………… Alamat : …………………………………………… C. Dengan disaksikan oleh : Nama : …………………………………………...... Jabatan : …………………………………………….. SIK Nomor : …………………………………………...... Telah Melakukan penyerahan : 1. Resep-resep Resep dari tanggal………sampai dengan tanggal …….…berjumlah .…... lembar 2. Obat – obat narkotika sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir. Kunci-kunci Lemari tempat penyimpanan Narkotika sebanyak ……………….buah 3. Obat Keras tertentu/bahan berbahaya dan obat lainnya sebagaimana daftar terlampir. Kunci-kunci lemari tempat penyimpanan obat-obat keras tertentu dan bahan-bahan berbahaya serta obat lain sebanyak ……………………buah 4. Lain-lain yang dianggap perlu Demikianlah Berita Acara Serah Terima ini kami buat sesungguhnya dengan penuh Tanggung jawab Berita Acara ini dibuat dalam rangkap 3 ( tiga ) dan dikirimkan kepada : 1. Direktur Jendral Yanfar dan Alkes Depkes RI 2. Kepala Dinas Kesehatan Prov DKI Jakarta 3. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Yang Menerima, Apoteker Pengelola Apotek
( ………………………… ) SIK No ………………….
Yang Menyerahkan, Apoteker Pengelola Apotek Lama
( ……..............…… ) SIK No ……………
Saksi-saksi : 1. ………………………. SIK…………………...
2. ………………………. SIK ………………….
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
72
Lampiran 7. Formulir Permohonan Izin Apotek
Nomor Lampiran Hal.
: : 3 (tiga) berkas. : Permohonan Surat Izin Apotek. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. di Jakarta Utara
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotik dengan data – data sebagai berikut : 1. Pemohon Nama Apoteker Nomor SIK / SP Nomor KTP Alamat dan No. Telp. Pekerjaan sekarang NPWP
: : : : : : :
2. Apotik Nama Apotek Alamat No. Telpon Kelurahan Kecamatan Provinsi
: : : : : : DKI Jakarta.
3. Dengan menggunakan sarana Nama pemilik sarana Akte PerjanjianKerja Sama No. Yang dibuat dihadapan Notaris Di
: milik sendiri/ milik orang lain. : : : :
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak/Ibu, kami sampaikan terima kasih. Pemohon Materai Rp. 6000,-
(……………………) Apoteker Pengelola Apotek
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
73
Lampiran 8. Surat Izin Apotek
Nomor……………………. KEPALADINASKESEHATANKOTAADMINISTRASI JAKARTA…………… MEMBACA tentang
: Surat Pemohon …………….…..….. tanggal …………..………..…. permohonan untuk mendapatkan izin Apotek (Pindah Alamat/ Pergantian APA/PerubahanDenah,dll)
MENIMBANG: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Undang-undangObat Keras(St.1973No.541); Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun1992 No.100, TambahanLembaranNegaraNo.3945); Undang-undangNomor.5tahun1997tentangPsikotropika(LembaranNegara Tahun1997 No.10, TambahanLembaranTenagaNo.3671); Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotik (LembaranNegara Tahun1997 No.67, TambahanLembaranTenagaNo.3698); Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (LembaranNegaratahun1999 No.60,TambahanLembaranNegara No.378); Undang-undangNomor25tahun1999tentangPerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor72tahun1999,TambahanLembaranTenaganomor3648); Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 Tentang Perubahan atas PeraturanPemerintahNomor26 tahun1965 tentangApotek(Lembaran NegaraRepublikIndonesiatahun1980 Nomor.40,TambahanLembaran NegaraNomor3169); PeraturanPemerintahNomor32tahun1996TentangTenagaKesehatan (Lembaran Negara RI Nomor. 49 tahun 1996, Tambahan Lembaran NegaraNomor3637); Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negaranomor 138 tahun1998TambahanLembaranNegaraNomor3781); Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 Tentang KewenanganProvinsisebagai daerah otonomi,(Lembaran Negara nomor 54 tahun2000, TambahanLembaranNegaraNomor3952tahun2000); KeputusanMenteriKesehatanRepublikIndonesiaNomor1332/Menkes/SK/X/20 02 tentangPerubahanAtasPeraturanMenteriKesehatan No.922/Menkes/Per/X/1993tentangKetentuandan TataCaraPemberian IzinApotek; SuratKeputusanGubernurProvinsiDaerahKhususIbukotaJakarta tentangPolaPelayananPerizinanSarana Nomor……….Tahun2002 KesehatandiProvinsiDaerahKhususIbukotaJakarta; Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Nomor 7687 tahun 2002 tentang Pemberlakuan Pedoman PerizinanSarana KesehatanFarmasiMakanandanMinumandiProvinsi DKIJakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
74
(lanjutan)
MEMUTUSKAN MENETAPKAN : Pertama : Memberikanizinkepada Nama : Alamat : NomorSuratIzinKerja : NamaApotek : Alamat Apotek : Kecamatan : Kotamadya : Provinsi :DKI Jakarta Denganmenggunakan :MilikSendiri/milik pihaklain NamaPemilikSarana : AktePerjanjianKerjaSama : Nomor : Tanggal : : Yangdibuat dihadapanNotaris Di : DenganKetentuansebagaiberikut : 1. IzinApotekiniberlakuuntukApotekeratauApotekerbekerjasamadengan Pemilk Sarana Apotek, di lokasi dan sarana sebagaimana tersebutdiatas 2. Penyelenggara Apotek, harus selalu mematuhi ketentuan peraturan perundang-undanganyangberlaku. Kedua :Surat Keputusanini dicabut kembaliapabila terjadihal-haldimaksud Dalam pasal 7 ayat (5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1332/MENKES/SK/X/2002tentangKetentuandanTataCaraPemberian IzinApotek Ditetapkandi: Padatanggal : KepalaSuku DinasKesehatan KotamadyaJakarta…………………. Tembusankepada Yth: 1.MenteriKesehatanRIdiJakarta 2.KepalaDinasKesehatanProvinsiDKI Jakarta 3.KepalaBalai BesarPOMdiJakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
75
Lampiran 9. Ceklist Kelengkapan Persyaratan Izin Apotek Karena Perubahan Alamat Apotek
Nama Apotek Alamat
: : KEABSAHAN
NO
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7.
KELENGKAPAN
STATUS
Surat permohanan APA ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara rangklap tiga, 1(satu) rangkap diatas materei Rp 6000,Surat Izin Apotek yg lama UUG pada alamat yang baru Peta lokasi yg baru Denah ruangan Apotek yang baru/perluasan /perubahan. Contoh etiket, kopi resep kop surat dg alamat yg baru/peralatan kerja Status gedung yang baru(sewa/milik sendiri lampirkan sertifikat dan bila sewa surat sewa minimal 2(dua) th beserta KTP pemiliknya.
Ada/Tidak
MASA BERLAKU
TERISI LENGKAP ( DICAP/ STEMPEL/NO SURAT DLL )
Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak Ada/Tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
76
Lampiran 10. Berita Acara Pemeriksaan Apotek
PEMERINTAH DAERAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok PLt.7 Telp.430-1124 psw 5023-5123-5223-5323 JAKARTAUTARA NOMOR :1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG: KETENTUAN DANTATACARAPEMERIKSAANAPOTEK BERITA ACARAPEMERIKSAANAPOTEK Padahariini………………tanggal…………bulan…….……….tahun………..……k ami yang bertanda tangandibawah ini: 1.
Nama Pangkat Jabatan NIP
: ……………………………………………………………….. :……………………………………………………………….. : ……………………………………………………………….. :………………………………………………………………..
2.
Nama Pangkat Jabatan NIP
:………………………………………………………………. :………………………………………………………………. : ………………………………………………………………. :……………………………………………………………….
Berdasarkansurattugas dariKepala DinasKesehatan Kabupaten/Kota………………Nomor……….. tanggal……………tahun………………telahmelakukanpemeriksaan setempat terhadap: NamaApotek Alamat Kecamatan Kabupaten/Kotamadya Provinsi :
: : : : HASIL PEMERIKSAAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
77
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
78
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
79
(lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
80
Lampiran 11. Berita Acara Pemusnahan Resep
F-SDK-29 Rev -00 Pada hari ini ……………Tanggal………bulan……………tahun……….sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ksehatan RI nomor:922/MENKES/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, kami yang bertandatangan dibawah ini: Nama Apoteker Pengelola Apotek SIK/SP Nomor NamaApotek AlamatApotek Dengan disaksikan oleh 1. Nama Jabatan SIKnomor 2. Nama Jabatan SIKnomor
:……………………………. : .......……tanggal………… :……………………………. :……………………………. : :……………………………. :……………………………. :………. tanggal…..…….. :……………………………. :……………………………. :…………tanggal…………
Telah melakukan pemusnahan resep pada Apotek kami yang telah melewati batas waktu penyimpanan selama tiga tahun,yaitu: Resep dari tanggal…………….sampai dengan tanggal…………….Seberat………..kg Tempat dilakukan pemusnahan :…………………………………….. Demikianlah berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita acara ini dibuat rangkap dua dan dikirim kepada: 1. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Saksi-saksi: 1. SIK No.
Jakarta, …………..
Yang membuat berita acara,
2. SIK No. (…………………………) SIK No.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
81
Lampiran 12. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi F-SDK-71 Rev : 00 BERITA ACARA PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI Pada hari ini ……………..tanggal ……………..bulan ……………… tahun …………..sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1132?MENKES/SK/X/2002. tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Apoteker Pengelola Apotek/ Penanggung jawab Teknis SIK Nomor Nama SarKes FMM Alamat Sarkes FMM Telah melakukan pemusnahan Tempat melakukan pemusnahan
: ……………………………………….. : ……………………………………….. : ……………………………………….. : ……………………………………….. .…………………………………….. : Perbekalan Farmasi / Alkes sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir : …………………………………..
Berita Acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab. Berita Acara ini dibuat dalam 2 ( dua ) rangkap dan dikirimkan kepada : 1. Kepala Dinas Kesehatan Prov DKI Jakarta 2. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara
Jakarta, ……………………….. Karyawan yang membantu, 1. ……………………….. SIK No ………………….. 2 ………………………… SIK No………………….. 3 ………………………… SIK No……………………
Yang Membuat Berita Acara,
............…………………….
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
82
Lampiran 13. Formulir Permohonan Izin Toko Obat F-SDK-37 Rev:00 Nomor Lampiran Hal
: : : Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat
Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara di Jakarta
Bersama ini kami mengajukan permohonan Izin Pedagang Eceran Obat dengan data-data sebagai berikut: 1. Data Pemohon 1.1 Nama 1.2 Alamat 2. Data Toko Obat 2.1 Nama 2.2 Alamat
: : : : Kel. Tel.
Kec. Fax.
3. Data Penanggung Jawab Teknis 3.1 Nama : 3.2 Alamat : 3.3 Nomor SIK : Bersama Permohonan ini kami lampirkan surat – surat yang diperlukan. Demikian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
(materai Rp 6000 & stempel)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
83
Lampiran 14. Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat
PEMERINTAH DAERAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA SUKU DINAS KESEHATAN Gedung Walikota Administrasi Jakarta Utara Blok PLt.7 Telp.430-1124 psw 5023-5123-5223-5323 BERITA ACARA PEMERIKSAAN TOKO OBAT I. Nama Toko Obat :………………………………………...................………… II. Alamat :................................………………………………………… Kel……………….............. Kec……………............. Telp………………………Fax……………………. III. Surat Tugas : Nomor…………….Tanggal…………….. IV.Sehubungandengan : …………………………………………… : V. HasilPemeriksaan 1. NamaPemilik :……………………………………………… 2. NamaAAPenanggungJawab:…………………………….………………… No. SIAA :………………………………. No.SIKAA :………………………………. 3. PetaLokasi : Sesuai / TidakSesuai 4. StatusTempatUsaha :MilikSendiri /Kontrak/Sewa/…………. 5. LuasBangunan :………………………………………….m2 6. Surat IzinTempat( SIT) Surat Kontrak/ Sewa :SesuaiAsli / TidakSesuai Asli 7. SIUP :Sesuai Asli /TidakSesuaiAsli 8. NPWP :Sesuai Asli /TidakSesuaiAsli 9. AlamatSesuai SIT&SIUP:Sesuai/ TidakSesuai 10. ObatYangDijual :…………………………………............. ……………………………………………. ……………………………………………. 11. KeteranganLain : …………………………………............. ……………………………………………. ……………………………………………. Jakarta Toko ObatYangDiperiksa
TIMPEMERIKSA
1. TandatanganPemilikTO:
2. TandaTanganA.A
:
1.Nama:………........................ NIP :……………….......... 2.Nama:…………………...... NIP :…………………........ 3.Nama:…………………........ NIP :…………………....... 4.Nama:………………........... NIP :…………………........ 5.Nama:………………........... NIP : …………………......
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
84
Lampiran 15. Hasil Pemeriksaan Terhadap Kesiapan Administrasi dan Teknis
HASIL PEMERIKSAAN TERHADAP KESIAPAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS ………., ........................... Nomor Lampiran Perihal
: : : Hasil Pemeriksaan Kesiapan Administrasi dan Teknis
Yang terhormat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……… di ……… Sehubungan dengan surat permohonan .......... Nomor ................. Perihal ............., hasil audit pemenuhan persyaratan CPOTB oleh tim di ............., tanggal .............. yang dilakukan terhadap sarana Usaha Mikro Obat Tradisional ................. Bersama ini kami sampaikan bahwa : -
Nama Usaha Alamat
: :
telah memenuhi persyaratan CPOTB dan dapat dipertimbangkan untuk diberikan Izin Usaha Mikro Obat Tradisional. Demikian kami sampaikan. Tim
.................................................
Tembusan: 1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi ………; 2. Pimpinan Usaha Mikro Obat Tradisional ……… Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
KETENTUAN BANGUNAN DAN FASILITAS INDUSTRI DAN USAHA OBAT TRADISIONAL MENURUT CPOTB
LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA UTARA
ALLAN BARA YUFI, S.Farm 1206329354
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………...………………………………….. DAFTAR ISI …………………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….
i ii iii iv
BAB 1. PENDAHULUAN …………………………………………………. 1 1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1 1.2 Tujuan ………………………………………………………….. 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 2.1 Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) ………………………………………………….. 2.2 Usaha Obat Tradisional ………………………………………... 2.3 Bangunan dan Fasilitas Industri dan Usaha Obat Tradisional Menurut CPOTB ………………………………………………. 2.4 Pengolahan Limbah Industri Obat Tradisional …………………
3
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ………………..……………………. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................... 3.2 Metode Pelaksanaan ..................................................................
18 18 18
BAB 4. PEMBAHASAN ……………………………………………………
19
3 4 7 14
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 22 5.1 Kesimpulan …………………………………………………….. 22 5.2 Saran …………………………………………………………… 22 DAFTAR REFERENSI ................................................................................
23
LAMPIRAN …………………………………………………………………..
24
ii
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5
Denah Bangunan Industri Obat Tradisional ……………….. Denah Bangunan Industri Ekstrak Bahan Alam …………… Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (1) ………. Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (2) ………. Denah Bangunan Usaha Mikro Obat Tradisional …………..
iii
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
24 25 26 27 28
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9.
Denah Bangunan Industri Obat Tradisional ………………… Denah Bangunan Industri Ekstrak Bahan Alam ……………. Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (1) ……….. Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (2) ……….. Denah Bangunan Usaha Mikro Obat Tradisional …………... Formulir Permohonan Izin Prinsip Industri Obat Tradisional (IOT)…..……………………………………………………... Check List Izin Prinsip Industri Obat Tradisional ………….. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Obat Tradisional (IOT) …………………………..…………………………….. Check List Persyaratan Izin Usaha Industri Obat Tradisional (IOT) …………………………………………………………
iv
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
24 25 26 27 28 29 30 31 33
Universitas Indonesia
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut Permenkes No. 006 Tahun 2012, terdapat industri dan usaha obat
tradisional. Industri yang bergerak dalam pembuatan obat tradisional yaitu Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA). Selain itu juga terdapat usaha obat tradisional yang merupakan bentuk usaha pembuatan obat tradisional yang terbagi atas Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu Racikan, dan Usaha Jamu Gendong. Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) Sebelum melakukan usahanya, harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Syarat mendapatkan izin industri yaitu diperlukan persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip ini didapatkan setelah memberikan permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu kepada Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) kepada Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) (Kementerian Kesehatan, 2012). Setiap industri maupun usaha yang bergerak dalam pembuatan obat tradisional wajib memenuhi pedoman Cara Pembuatan Obat Tradsional Yang Baik (CPOTB). Ada sebanyak sebelas aspek CPOTB yang harus dipenuhi, salah satunya adalah bangunan dan fasilitas. Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki disain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan disain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional (BPOM, 2012). Oleh karena itu, rancang bangun industri dan usaha obat tradsional yang sesuai dengan CPOTB harus dipahami dan diketahui sehingga tidak terjadi 1
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
kekeliruan dalam hal verifikasi syarat-syarat bangunan industri dan usaha obat tradsiional yang akan mengurus izin usaha.
1.2
Tujuan
1.2.1 Mengetahui dan memahami tata letak bangunan dan fasilitas Industri dan Usaha Obat Tradsional yang sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB). 1.2.2 Meningkatkan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap industri dan usaha obat tradisional terkait dengan bangunan dan fasilitas yang dimiliki sesuai dengan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Industri Obat Tradisional (IOT) dan Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) Industri Obat Tradisional (IOT) adalah industri yang membuat semua
bentuk sediaan obat tradisional. Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA) adalah industri yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir. IOT dan IEBA hanya dapat diselenggarakan oleh badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. Perizinan IOT dan IEBA diserahkan wewenangnya kepada Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan. Untuk memperoleh izin pendirian diperlukan persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip diberikan kepada pemohon untuk dapat melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan/instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. Persetujuan prinsip berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun. Persetujuan prinsip batal dengan sendirinya apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun atau melampaui jangka waktu perpanjangannya pemohon tidak melaksanakan kegiatan pembangunan secara fisik. Persyaratan untuk memperoleh persetujuan prinsip terdiri dari : a.
Surat permohonan;
b.
Fotokopi akta pendirian badan hokum yang sah sesuai ketentuan;
c.
Susunan Direksi/ Pengurus dan Komisaris/ Badan Pengawas;
d. Fotokopi KTP/ Identitas Direksi/ Pengurus dan Komisaris/ Badan Pengawas; e.
Pernyataan Direksi/ Pengurus dan Komisaris/ Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
f.
Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g.
Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha;
h.
Surat Tanda Daftar Perusahaan; 3
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
i.
Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;
j.
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;
k.
Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota;
l.
Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang mengacu pada pemenuhan CPOTB dan disetujui Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan;
m. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari Apoteker penanggung jawab; n.
Fotokopi surang pengangkatan Apoteker penanggung jawab dari pimpinan perusahaan;
o.
Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA); dan
p.
Jadwal rencana pendirian bangunan industri dan pemasangan mesin/ peralatan.
Setiap IOT dan IEBA wajib memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) orang Apoteker Warga Negara Indonesia sebagai Penanggung Jawab. IOT dan IEBA yang telah melakukan pemindahtanganan kepemilikan wajib melaporkan secara tertulis perubahan kepemilikan kepada Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Setempat. IOT dan IEBA yang melakukan pemindahan lokasi industri atau usaha wajib mengajukan permohonan izin sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. IOT dan IEBA wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi kepada Dirjen Binfar.
2.2
Usaha Obat Tradisional
2.2.1 Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. UKOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Perizinan UKOT diserahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
5
Permohonan izin UKOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dan Kepala Balai setempat. Dalam hal UKOT memproduksi bentuk sediaan kapsul dan/ atau cairan obat dalam, maka selain harus memenuhi ketentuan perizinan UKOT, juga harus memenuhi ketentuan : a.
Memiliki Apoteker sebagai penanggung jawab yang bekerja penuh; dan
b.
Memenuhi persyaratan CPOTB. Pemenuhan persyaratan CPOTB harus dibuktikan dengan sertifikat
CPOTB yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. UKOT yang melakukan kegiatan sebagaimana IOT wajib mengajukan permohonan izin IOT. UKOT yang telah melakukan pemindahtanganan kepemilikan wajib melaporkan secara tertulis perubahan kepemilikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Binfar dan Kepala Balai POM setempat. UKOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Apoteker/ Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Binfar dan Kepala Balai POM setempat. UKOT harus menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat setiap 6 (bulan).
2.2.2 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Perizinan UMOT diberikan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Tahapan perizinan UMOT sebagai berikut : a.
Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
6
b.
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat.
c.
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan adminstrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
d.
Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM setempat.
e.
Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, tidak dilakukan pemeriksaan/ verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota.
f.
Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya surat penundaan.
2.2.3 Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/ atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong tidak wajib memiliki izin dari menteri. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban : a.
Menjamin keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan;
b.
Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/ manfaat dan mutu dari peredaran; dan
c.
Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
7
2.3
Bangunan dan Fasilitas Industri dan Usaha Obat Tradisioal Menurut CPOTB Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional
hendaklah memiliki disain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan disain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional. Karena berpotensi untuk terdegradasi dan terserang hama serta sensitivitasnya terhadap kontaminasi mikroba maka produksi dan terutama penyimpanan bahan yang berasal dari tanaman dan binatang memerlukan perhatian khusus. Bangunan dan fasilitas serta semua peralatan kritis hendaklah dikualifikasi untuk menjamin reprodusibilitas dari bets ke bets. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat untuk memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau binatang lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan, dimana perlu, didisinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci dan tervalidasi. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki di mana perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
8
obat tradisional. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan / ketelitian fungsi dari peralatan. Disain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a) kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan; dan b) pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang ditentukan: administrasi; penerimaan bahan; penyimpanan bahan mentah yang baru diterima dari pemasok; sortir; pencucian; pengeringan; pengambilan sampel; penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas; penimbangan dan penyerahan bahan atau produk; perajangan/penggilingan; ekstraksi, jika ada; pengolahan; pengawasan selama-proses; pencucian peralatan; penyimpanan peralatan; penyimpanan produk antara dan produk ruahan; pengemasan; pengarantinaan produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir; pengiriman produk; dan pengujian dalam rangka pengawasan mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
9
2.3.1 Area Penimbangan Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didisain khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
2.3.2 Produksi Area produksi hendaklah memenuhi persyaratan CPOTB. Sebagai aturan yang lazim proses dengan membuat satu produk dengan bets berturut-turut (campaign work) perlu diterapkan. Namun, apabila laik, sangat dianjurkan penggunaan bangunan dan fasilitas yang diperuntukkan hanya untuk sejenis bahan/produk. Di samping itu sifat alamiah yang khas dari produksi obat tradisional membutuhkan perhatian khusus yang harus diberikan kepada pemrosesan produk yang menimbulkan debu. Jika pemanasan atau pemasakan bahan diperlukan, mekanisme penghisap udara yang sesuai hendaklah dipasang untuk menghindarkan penumpukan asap dan uap. Untuk mempermudah pembersihan dan menghindarkan kontaminasi silang tindakan pencegahan yang tepat hendaklah diambil saat mengambil sampel, menimbang, menggiling, mencampur dan memproses produk, misal dengan menggunakan sistem penghisap debu dan sistem penanganan udara untuk memperoleh perbedaan tekanan dan aliran udara yang diinginkan. Tata letak ruang produksi hendaklah dirancang sedemikian rupa untuk: a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang dipersyaratkan; b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif. Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan di mana terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah halus, bebas retak dan sambungan terbuka,
tidak
melepaskan partikulat,
serta memungkinkan pelaksanaan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
10
pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang mudah dan efektif. Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan. Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang lain hendaklah dirancang dan dipasang sedemikian rupa untuk menghindarkan terbentuk ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang seperti ini hendaklah dapat dijangkau dari luar area pengolahan. Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh. Pemasangan rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah dihindari. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti. Lubang udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap produk. Area produksi di mana terdapat bahan awal dan bahan pengemas primer, produk antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah diventilasi secara efektif dengan menggunakan sistem pengendali udara termasuk filter udara dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran-silang, pengendali suhu dan, bila perlu, pengendali kelembaban udara sesuai kebutuhan produk yang diproses dan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan dan dampaknya terhadap lingkungan luar pabrik. Area produksi hendaklah dipantau secara teratur baik selama ada maupun tidak ada kegiatan produksi untuk memastikan pemenuhan terhadap spesifikasi yang dirancang sebelumnya. Tata letak ruang area pengemasan hendaklah dirancang khusus untuk mencegah campur baur atau pencemaran silang. Area produksi hendaklah mendapat penerangan yang memadai, terutama di mana pengawasan visual dilakukan pada saat proses berjalan. Pengawasan selama-proses dapat dilakukan di dalam area produksi sepanjang kegiatan tersebut tidak menimbulkan risiko terhadap produksi obat tradisional.Pintu area produksi yang berhubungan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
11
langsung ke lingkungan luar, seperti pintu bahaya kebakaran, hendaklah ditutup rapat. Pintu tersebut hendaklah diamankan sedemikian rupa sehingga hanya dapat digunakan dalam keadaan darurat sebagai pintu ke luar. Pintu di dalam area produksi yang berfungsi sebagai barier terhadap pencemaran-silang hendaklah selalu ditutup apabila sedang tidak digunakan.
2.3.3 Area Penyimpanan Area penyimpanan hendaklah rapi dan bersih. Perhatian khusus hendaklah diberikan kepada kebersihan dan perawatan yang baik. Semua tumpahan akibat kecelakaan hendaklah segera dibersihkan dengan menggunakan metode yang meminimalkan risiko pencemaran silang oleh bahan lain dan hendaklah dilaporkan. Konstruksi area penyimpanan tergantung dari bahan yang akan disimpan. Area hendaklah diberi penandaan yang baik dan bahan hendaklah disimpan sedemikian rupa untuk menghindarkan risiko kontaminasi silang. Hendaklah ditetapkan dan diberi tanda suatu area karantina untuk semua bahan yang baru datang. Tata letak area penyimpanan hendaklah sedemikian rupa untuk memungkinkan pemisahan bahan dari berbagai kategori secara efektif dan teratur serta memungkinkan rotasi stok. Bahan yang berbeda hendaklah disimpan pada area yang terpisah.Untuk melindungi bahan yang disimpan dan untuk mengurangi risiko serangan hama hendaklah diberi batas durasi penyimpanan semua bahan yang tidak terbungkus.Bahan segar yang baru tiba hendaklah diproses sedini mungkin kecuali ditetapkan lain. Bila diperlukan, bahan tersebut hendaklah disimpan pada suhu antara 2 °C dan 8 °C. Jika bahan disimpan dalam bentuk ruahan, untuk mengurangi risiko pembentukan kapang atau fermentasi dianjurkan agar menyimpannya di ruangan atau di dalam wadah yang diventilasi dengan baik. Area tersebut hendaklah juga dilengkapi sedemikian rupa untuk memberi perlindungan terhadap gangguan serangga atau binatang, terutama binatang pengerat. Tindakan yang efektif hendaklah diambil untuk membatasi penyebaran binatang dan mikroorganisme yang terbawa oleh bahan dan untuk menghindarkan kontaminasi silang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
12
Bahan hendaklah tidak diletakkan di lantai meskipun dimasukkan ke dalam tong fiber, kantong atau kotak dan hendaklah penyimpanannya diberi cukup ruang untuk memungkinkan pembersihan dan pemeriksaan.Penyimpanan bahan awal, ekstrak, tingtur dan sediaan lain mungkin memerlukan kondisi khusus untuk kelembaban dan suhu atau perlindungan terhadap cahaya; langkah yang sesuai hendaklah diambil untuk memastikan bahwa kondisi tersebut disediakan, dijaga, dipantau dan dicatat.Bahan awal, termasuk bahan mentah, hendaklah disimpan di area kering yang dijaga terhadap kelembaban dan diproses menurut prinsip “pertama masuk, pertama keluar” (FIFO). Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.Bahan pengemas cetakan merupakan bahan yang kritis karena menyatakan kebenaran produk menurut penandaannya. Perhatian khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini agar terjamin keamanannya. Bahan label hendaklah disimpan di tempat terkunci.
2.3.4 Area Pengawasan Mutu Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian mikrobiologi hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain. Laboratorium pengawasan mutu hendaklah didisain sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. Luas ruang hendaklah memadai untuk mencegah campur baur dan pencemaran silang. Hendaklah disediakan tempat penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding (bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan. Suatu ruangan yang terpisah mungkin diperlukan untuk memberi perlindungan instrumen terhadap gangguan listrik, getaran, kelembaban yang berlebihan dan gangguan lain, atau bila perlu untuk mengisolasi instrumen.Disain laboratorium hendaklah memerhatikan kesesuaian bahan bangunan yang dipakai, ventilasi dan pencegahan terhadap asap. Hendaklah dipasang unit pengendali udara yang terpisah untuk laboratorium mikrobiologi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
13
2.3.5 Area Sarana Pendukung Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan
mutu.Sarana
untuk
mengganti pakaian kerja,
membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian hendaklah berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah. Sedapat mungkin letak bengkel perbaikan dan perawatan peralatan terpisah dari area produksi. Apabila suku cadang, aksesori mesin dan perkakas bengkel disimpan di area produksi, hendaklah disediakan ruangan atau lemari khusus untuk penyimpanan tersebut.
2.3.6 Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki disain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat tradisional terjamin sesuai disain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Disain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
Peralatan hendaklah didisain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya;
b.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, produk ruahan, atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbs yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Apabila penggunaan alat tradisional diperlukan (seperti perkakas kayu, periuk tanah liat, talenan, corong, dll), maka ini hendaklah diperuntukkan khusus, kecuali dijustifikasi lain. Jika alat seperti itu digunakan, maka dianjurkan agar alat tersebut tidak berkontak langsung dengan bahan kimiawi atau bahan yang terkontaminasi;
c.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara atau produk jadi;
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
14
d.
Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat;
e.
Peralatan hendaklah didisain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan;
f.
Metoda vakum dan pencucian lebih diutamakan;
g.
Semua peralatan khusus untuk pengolahan bahan mudah terbakar atau bahan kimia atau yang ditempatkan di area di mana digunakan bahan mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosi serta dibumikan dengan benar;
h.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan;
i.
Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi hendaklah tidak melepaskan serat ke dalam produk.
j.
Pipa air suling, air de-ionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis tervalidasi.
2.4
Pengolahan Limbah Industri Obat Tradisional Industri obat tradisional biasanya menghasilkan dua jenis limbah yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat juga terdiri dari limbah padat organik dan limbah padat non organik. Limbah padat organik biasanya disebabkan aktivitas pembuatan jamu/obat tradisional dan ekstraksi sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. Limbah padat anorganik biasanya disebabkan oleh sarana pendukung produksi seperti plastik dan kertas pembungkus bahan-bahan pendukung produk. Limbah padat anorganik, ada yang dapat dimanfaatkan kembali serta ada juga yang tidak. Limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali dimusnahkan dalam mesin incinerator. Selanjutnya, limbah cair merupakan limbah yang berasal dari aktivitas pencucian bahan baku dan pencucian mesin. Air limbah merupakan air yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya dan lazimnya muncul karena aktivitas manusia. Pada intinya air limbah dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
15
Sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat yang berefek estetika, kejernihan, warna, bau dan temperatur. Sifat kimia air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia dalam air buangan. Sifat biologis pada air buangan perlu diketahui untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum di buang kebadan air. Mikroorganisme yang penting dalam air limbah dan air permukaan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Protista, meliputi jamur, bakteri dan algae; Binatang dan tanaman. Teknik-teknik pengolahan air buangan secara umum terbagi menjadi 3 metoda pengolahan : a.
Pengolahan secara fisika
b.
Pengolahan secara kimia
c.
Pengolahan secara biologi
2.4.1 Pengolahan Secara Fisika Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, diharapkan agar bahan-bahan tersuspensi dalam air limbah yang berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Tahap penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar biasanya dengan menggunakan sand filter dengan ukuran silica yang disesuaikan dengan bahan-bahan tersuspensi yang akan disaring. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan, pada proses ini bisa dilakukan tanpa tambahan bahan kimia bila ukurannya sudah besar dan mudah mengendap tapi dalam kondisi tertentu dimana bahan-bahan tersuspensi sulit diendapkan maka akan digunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu dalam proses sedimentasi, pada ini akan terjadi pembentukan flok-flok dalam ukuran tertentu yang lebih besar sehingga mudah diendapkan pada proses yang menggunakan bahan kimia ini masih diperlukan pengkondisian pH untuk mendapatkan hasil yang optimal. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
16
untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosisnya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses absorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosis.
2.4.2 Pengolahan Secara Kimia Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logamlogam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan
logam
berat
dan senyawa
fosfor
dilakukan dengan
membubuhkan larutan alkali (misalnya, air kapur) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit pada pH > 9,5. Penyisihan bahan-bahan beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat
dilakukan dengan
mengoksidasinya
dengan klor
(Cl2),
kalsium
permanganate, aerasi, ozon hydrogen peroksida.
2.4.3 Pengolahan Secara Biologi Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien. Dalam beberapa dasarwarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi dengan segala modifikasinya. Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : a.
Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor)
b.
Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor) Didalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
17
berbagai modifikasinya, antara lain : oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD (Biological Oxygen Demand) dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan. Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolisis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Pada prinsipnya, semua limbah yang dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau kembali dimanfaatkan dalam proses produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
18
BAB 3 METODE PELAKSANAAN
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek dilaksanakan pada tanggal 17 Juni – 28 Juni 2013 yang bertempat
di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara.
3.2
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam pengkajian yaitu dengan melakukan studi
literatur untuk mendapatkan tentang ketentuan bangunan dan fasilitas industri dan usaha obat tradisional berdasarkan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik).
18
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
19
BAB 4 PEMBAHASAN
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara, sebagai salah satu instansi pemerintah, memiliki tugas dan fungsi salah satunya yaitu sebagai pemberi layanan perizinan Usaha Mikro Obat Tradisional dan memberikan rekomendasi Usaha Kecil Obat Tradisional kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Sedangkan, Industri Obat Tradisional dan Industri Ekstak Bahan Alam memperoleh izin dari Kementerian Kesehatan yang diberikan wewenangnya kepada Direktur Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Dirjen Binfar). Dalam syarat-syarat perizinan tersebut, terdapat denah bangunan dan fasilitas yang digunakan dengan berpedoman pada Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB). Bangunan, fasilitas dan peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki disain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan disain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional. Contoh denah bangunan Industri Kecil Obat Tradisional, Industri Ekstrak Bahan Alam, Usaha Kecil Obat Tradisional dan Usaha Mikro Obat Tradisional terdapat pada lampiran. Prinsip lokasi yang dipilih sebagai tempat berdirinya industri antara lain adalah bukan daerah gempa dan bebas banjir, iklim tidak mempengaruhi kualitas produk, kegiatan yang dilakukan tidak berpengaruh terhadap lingkungan dan dampak polusi/effluent terhadap lingkungan (AMDAL untuk DKI). Disain bangunan juga harus memperhatikan luas ruangan yang sesuai dengan kebutuhan, kontaminasi silang, debu yang ditimbulkan dari operasional, mudah untuk sanitasi dan pemeliharaan berkala, supply listrik, cahaya, suhu, kelembapan, binatang, alur logis untuk personal dan material serta keselamatan dan kenyamanan kerja. 19
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
20
Lantai harus didisain sedemikian rupa dan dibuat dari bahan yang kuat sesuai dengan jenis ruangan. Ada beberapa jenis lantai pada industri farmasi, yaitu beton padat, beton dilapisi lembar vinyl, beton dilapisi epoxy atau polyurethane, ubin keramik. Beton padat bersifat menahan debu dan rentan terhadap tumpahan larutan kimia. Biasanya diperuntukkan pada gudang. Beton dilapisi lembar vinyl memiliki ketahanan bahan kimia yang terbatas, mudah tergores, diperlukan sambungan di “sealed” agar kedap air dan untuk beban sedang. Beton ini diperuntukkan pada kantor dan laboratorium. Selanjutnya, Beton dilapisi epoxy atau polyurethane memiliki permukaan tidak berpori dan mudah tergores. Beton jenis ini biasanya diperuntukkan pada ruang produksi steril dan ruang pengemasan primer. Sedangkan pada ubin keramik memiliki ketahanan terhadap bahan kimia dan goresan. Celah yang terdapat pada pada ubin perlu ditutup, namun lantainya licin bila basah. Jenis lantai ubin keramik biasanya digunakan pada ruangan pengemasan sekunder atau laboratorium. Dinding dan langit-langit hendaklah berplester dari poliakrilik, poliuretan, epoksi dan tidak ada retakan, mudah dibersihkan serta tidak menggunakan atap dari Asbestos. Perhatian khusus harus diberikan pada ruangan proses produksi yang membutuhkan solvent mudah terbakar. Pada ruangan tersebut, sarana dalam ruangan harus memenuhi persyaratan ex-proof (lampu, socket, kaca jendela). Tekanan hendaklah lebih besar dari ruangan proses lain sehingga cemaran karena incident dapat teralokasi. Gudang penyimpanan harus sesuai dengan syarat penyimpanan bahan awal, bahan kemasan dan obat jadi. Dilakukan warehouse mapping terhadap suhu, monitoring teratur secara manual atau dengan sistem terhadap temperatur serta kelembapan (RH). Hal yang perlu diperhatikan pada gudang penyimpanan adalah manajemen pengendalian binatang (pest), fasilitas gudang api untuk material yang mudah terbakar serta lemari penyimpanan label harus terkunci. Laboratorium pengawasan mutu harus terpisah dari area produksi. Area terpisah juga diberlakukan untuk laboratorium biologi/mikrobiologi. Pada laboratorium pengawasan mutu harus tersedia ruang/lemari untuk samples, reference standards, pelarut, reagen dan records. Selain hal tersebut juga harus tersedia hal berikut, yaitu fumes hood atau acid chambers, ruang terpisah untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
21
instrumen agar terlindung dari pengaruh electrical, vibration, moisture; ruang reserved samples; ruang untuk stability chambers; ruang cuci peralatan laboratorium; emergency aid (eye shower, emergency shower dan APAR); loker. Area produksi atau ruang pengolahan hendaklah didisain dengan memperhatikan alur yang baik untuk material, orang dan proses, dengan tujuan agar luas memadai; mudah dalam pergerakan; meminimalkan resiko kesalahan; mudah dibersihkan dan dipelihara; tidak terjadi kontaminasi silang. Koridor sebaiknya didisain dengan menggunakan sistim clean corridor (tekanan koridor > tekanan area proses) sebagai pencegahan terhadap kontaminasi silang, serta tidak digunakan sebagai tempat penyimpanan barang. Pada ruang produksi harus memperhatikan pipa, fitting lampu, ventilasi tidak ada ceruk dalam pemasangan; tata udara terkendali; dust collector system untuk kegiatan yang menimbulkan debu (penimbangan, sampling, mixing, dll); pencahayaan yang cukup; ruang IPC untuk kegiatan yang tidak menimbulkan resiko terhadap produk; pintu yang berhubungan dengan lingkungan luar (emergency door) tertutup rapat; pintu barrier selalu tertutup bila tidak digunakan. Permukaan lantai, dinding, langitlangit harus halus, bebas dari retak, tidak melepaskan partikulat serta memiliki saluran pembuangan air yang baik (sanitary drain). Ruang pengemasan terbagi dua : pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Pada pengemasan primer, ruangan harus terpisah secara fisik untuk menghindari campur baur serta dipastikan tidak ada kontaminasi dari area pengemasan sekunder. Pada pengemasan sekunder, ruangan juga terpisah secara fisik, demikian pula area peletakan bahan pengemas setiap lini. Pada setiap lini diberikan penandaan kegiatan serta dilakukan perhatian terhadap kegiatan pemeriksaan ulang produk terkemas (catatan bets, hasil pengemasan primer). Pada industri farmasi, termasuk industri kecil obat tradisional hendaklah memiliki sarana pendukung seperti loker, ruang ganti, maintenance peralatan, ruang minum, emergency exit, ruang minum dan toilet. Sarana pendukung tersebut harus diperhatikan kebersihannya agar tidak terjadi kontaminasi yang terbawa ke dalam ruang produksi yang dapat mempengaruhi kualitas produk jadi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
22
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 Bangunan dan fasilitas merupakan hal yang penting dalam proses perizinan Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) dan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT). 5.1.2 Industri dan Usaha Obat Tradisional (kecuali usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong) harus memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB) untuk mendapatkan izin usaha.
5.2
Saran
5.2.1 Perlunya peningkatan pengawasan terhadap bangunan dan fasilitas yang dimiliki oleh industri dan usaha obat tradisional, agar mutu dan keamanan obat tradisional tetap terjamin. 5.2.2 Perlu adanya pelatihan mengenai bangunan dan fasilitas Industri dan Usaha Obat Tradisional menurut CPOTB oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Adminstrasi Jakarta Utara agar meningkatkan pengetahuan mengenai bangunan dan fasilitas yang baik.
22
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
23
DAFTAR REFERENSI
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Badan POM: Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006. Badan POM: Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM: Jakarta. Firmansyah, M. (2009). Tata Cara Mengurus Perizinan Farmasi dan Kesehatan. Transmedia Pustaka: Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2012). Permenkes No. 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2009). Pedoman Mutu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
23
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
24
Lampiran 1. Denah Bangunan Industri Obat Tradisional
Gambar 3.1 Denah Bangunan Industri Obat Tradisional Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
25
Lampiran 2. Denah Bangunan Industri Ekstrak Bahan Alam
Gambar 3.2 Denah Bangunan Industri Ekstrak Bahan Alam Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
26
Lampiran 3. Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (1)
Gambar 3.3 Denah Usaha Kecil Obat Tradisional (1)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
27
Lampiran 4. Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (2)
Gambar 3.4 Denah Bangunan Usaha Kecil Obat Tradisional (2) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
28
Lampiran 5. Denah Bangunan Usaha Mikro Obat Tradisional
Gambar 3.5 Denah Bangunan Usaha Mikro Obat Tradisional Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
29
Lampiran 6. Formulir Permohonan Izin Prinsip Industri Obat Tradisional (IOT)
Jakarta,…………….. Nomor Lampiran Hal
: : : Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Obat Tradisional
Kepada Yth. Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan di……. Jakarta Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip Industri Obat Tradisional dengan data-data sebagai berikut : 1. Nama badan Hukum/ perorangan : 2. Alamat kantor : 3. Nomor Pokok Wajib Pajak : 4. Mempekerjakan Apoteker sebagai penanggung Jawab : a. Nama Apoteker : b. Nomor & tanggal SIK/SP : 5. Rencana Lokasi Industri a. Alamat : b. Kelurahan : c. Kecamatan : d. Propinsi : e. Luas tanah yang tersedia : M2 f. Lahan tersebut diperuntukkan industri: Ya/ bukan/ belum ditetapkan 6. Rencana Produksi No Bentuk sediaan Kapasitas produksi per tahun 7. 8.
Total asset diluar harga tanah dan bangunan Total asset Bersama permohonan ini disertai lampiran-lampiran yang diperlukan. Demikianlah permohan Kami, atas perhatian dan persetujuannya Kami ucapkan terima kasih. Pemohon Materai Rp. 6000,Cap Perusahaan Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2. Kepala Balai POM di DKI Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
30
Lampiran 7. Check List Persyaratan Izin Prinsip Industri Obat Tradisional (IOT)
F-SYJU-FMM-16
CHECK LIST PERSYARATAN IZIN PRINSIP INDUSTRI KECIL OBAT TRADISIONAL (IOT) Nama Pemohon No. Register No. Permintaan No 1.
2.
3. 4.
5.
: : :
Kelengkapan Surat permohonan dari Direktur/pimpinan/perorangan di tujukan kepada Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan rangkap 3, satu rangkap diatas materai Rp. 6000,Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT disahkan oleh Menkumham Ijazah Apoteker KTP JABODETABEK dari Apoteker Penanggung Jawab Teknis Surat perjanjian kerjasama antara Apoteker dengan pihak perusahaan diatas materai Rp. 6000,-
Status Ada/ Tidak
Keterangan
Ada/ Tidak
Ada/ Tidak Ada/ Tidak
Ada/ Tidak
Catatan :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
31
Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Obat Tradisional (IOT)
Nomor Lampiran Hal
: : : Permohonan Izin Usaha Industri Obat Tradisional Kepada Yth. Dirjen Bina Farmasi Dan Alat Kesehatan di……….. Jakarta
Dengan hormat, Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin usaha IOT dengan data sebagai berikut : I. UMUM 1. Pemohon a. Nama pemohon : b. Jabatan : c. Nama badan hukum (bagi yang berstatus badan hukum) : d. Alamat & nomor telp : e. Surat kewarganegaraan Negara RI (bagi keturunan asing) : (foto copy terlampir) 2. Perusahaan a. Nama Industri Obat Tradisional : b. Alamat kantor dan nomor telp : Kel. Kec. c. Akte perusahaan yang telah Disahkan oleh Menkumham atau Akte koperasi yang disahkan Menteri Kop. (terlampir) : d. Nomor pokok wajib pajak : e. Nomor izin usaha berdasarkan undang-undang gangguan (GO) (terlampir) : f. Pimpinan Perusahaan (daftar nama Direksi & Dewan Komisaris : terlampir 3. Penanggung jawab teknis a. Nama : b. Nomor SIK/SP : c. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai penanggung jawab teknis produksi : d. Perjanjian kerja sama : terlampir
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
32
II.
INDUSTRI OBAT TRADISIONAL YANG DIMOHON 1. Lokasi dan luas tanah a. Lokasi industri : ( ) lahan peruntukan ( ) estate industri ( ) daerah perumahan ( ) daerah lainnya b. Alamat Industri Obat Tradisional : c. Luas tanah : 2. a. Bentuk obat tradisional ( ) Parem ( ) Rajangan ( ) Kapsul ( ) Pilis ( ) Serbuk ( ) Cairan obat luar ( ) Tapel ( ) Pil ( ) Cairan obat dalam ( ) Salep ( ) Pastiles ( ) Koyok ( ) Tablet b. mesin dan peralatan/ perlengkapan : (dalam lampiran tersendiri) 3. Jadwal waktu penyelesaian bangunan dan pemasangan peralatan : a. Bangunan industri selesai pada bulan…………….tahun………… b. Mulai produksi bulan……………tahun…………… III. TENAGA KERJA Penggunaan tenaga kerja : Tenaga Apoteker : Tenaga Asisten Apoteker : Tenaga produksi lainnya : Tenaga pemasaran/ administrasi : IV. NILAI INVESTASI Nilai investasi : Rp. V. PEMASARAN 1. Dalam negeri 2. Luar negeri 3. Merk dagang Demikianlah keterangan tersebut diatas dibuat dengan sebenarnya, atas perhatian dan persetujuan bapak kami sampaikan terima kasih. Hormat Kami
(……………………..)
Tembusan : 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta 2. Kepala Balai POM di DKI Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014
33
Lampiran 9. Check List Persyaratan Izin Usaha Industri Obat Tradisional (IOT)
F-SYJU-FMM-18
CHECK LIST PERSYRATAN IZIN USAHA INDUSTRI OBAT TRADISIONAL (IOT) Nama Pemohon No. Register No. Permintaan No 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
18. 19.
: : :
Kelengkapan Surat permohonan dari Direktur/Pimpinan/Perorangan di tujukan kepada Dirjen Bina Farmasi dan Alat Kesehatan rangkap 3, satu rangkap diatas materai Rp. 6000,Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT disahkan oleh Menkumham Ijazah Apoteker KTP JABODETABEK dari Apoteker Penanggung Jawab Teknis Surat perjanjian kerjasama antara Apoteker dengan pihak perusahaan diatas materai Rp. 6000,UUG Peta lokasi Denah ruangan produksi, kantor gudang bahan baku, gudang produk jadi Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi Peralatan dan pengolahan serta pengemasan Peralatan laboratorium Sumber daya/ energi yang dipakai Jumlah tenaga kerja Nilai investasi Rencana pemasaran Buku peraturan per-UU dibidang farmasi, dll Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan foto copy sertifikat bila sewa, lampirkan surat sewa minimal 5 (lima) tahun beserta foto copy KTP pemilik Analisa dampak lingkungan Peralatan pengendalian pencemaran
Status Ada/ Tidak
Keterangan
Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak
Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak Ada/ Tidak
Ada/ Tidak Ada/ Tidak
Catatan :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Allan Bara, FFar UI, 2014