UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN JAKARTA TIMUR JL. KEBON KELAPA RAYA NO. 29 PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm. 1206313652
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN JAKARTA TIMUR JL. KEBON KELAPA RAYA NO. 29 PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm. 1206313652
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013 ii
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
iii Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
KATA PENGANTAR “Selangkah demi selangkah, walau kecil tapi ku yakin ini bagi peradaban bangsa”
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Puskesmas Kecamatan Matraman, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K. selaku kepala Puskesmas Kecamatan Matraman. 2. Ibu Yanti Novianti SP, S.Kom selaku kepala bagian tatausaha Puskesmas Kecamatan Matraman. 3. Bapak Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 4. Bapak Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 5. Ibu Dra. Eko Yusprihani, Apt dan Mbak Agung Setiayanti, S. Farm., Apt selaku apoteker di Puskesmas Kecamatan Matraman yang telah memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. Ibu Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama PKPA berlangsung. iv
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
7. Ibu drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 8. Ibu drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 9. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku ketua Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 10. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 11. Ibu Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si, Apt., selaku pembimbing PKPA yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama PKPA berlangsung. 12. Seluruh staf Puskesmas Kecamatan Matraman dan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 13. Orang tua yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 14. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Jakarta, Januari 2013 Penulis
v
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Roshamur Cahyan Forestrania
NPM
: 1206313652
Program Studi
: Apoteker
Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
: Laporan Praktek Kerja
demi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur Jl. Kebon Kelapa Raya No.29 Periode 7 Januari – 18 Januari 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam
berhak bentuk
menyimpan,
pangkalan
data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 26 Agustus 2013 Yang menyatakan
( Roshamur Cahyan Forestrania)
vi
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR ............................... vi DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan .................................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4 2.1 Instansi Kesehatan ................................................................................. 4 2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) .................................. 5 2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ............................................ 14 2.4 Profil Puskesmas Kecamatan Matraman ............................................... 17 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS ......................................................................... 23 3.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Matraman ......................... 23 3.2 Kegiatan Pelayanan Kamar Obat dan Pemberian Informasi Obat (ISO 9001: 2000) .......................................................................................... 30 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 33 4.1 Pengelolaan Obat .................................................................................. 33 4.2 Pelayanan Kamar Obat dan Pemberian Informasi Obat ......................... 35 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 39 5.1 Kesimpulan........................................................................................... 39 5.2 Saran .................................................................................................... 40 DAFTAR ACUAN........ ......................................................................................41
vii
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Resep Apotek Puskesmas Kecamatan Matraman 2012 .......... 42 Tabel 4.2 Pengadaan Obat Generik tahun 2011, 2012, dan 2013 ....................... 43 Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman dan Puskesmas Kelurahan yang dibina. ................................................... 44
viii
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 4.1
Laporan penerimaan dan Permintaan Obat Puskesmas Kecamatan Matraman ...................................................................................... 45
Lamp. 4.2
Kartu Stok Obat pada Kamar Obat................................................. 62
Lamp. 4.3
Format Laporan Narkotik Lama Bulan X. ...................................... 63
Lamp. 4.4
Format Laporan Psikotropik Lama Bulan X. .................................. 64
Lamp. 4.5
Berita Acara Pemeriksaan Obat Kadaluarsa. .................................. 65
Lamp. 4.6
Berita Acara Pemeriksaan Obat Rusak. .......................................... 66
Lamp. 4.7
Formulir Distribusi Puskesmas Kecamatan Matraman. .................. 67
Lamp. 2.1
Data Nama pegawai dan Jabatan di Puskesmas Kecamatan Matraman. ..................................................................................... 68
Lamp. 2.2
Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Matraman. .................. 73
Lamp. 3.1
Seleksi, Evaluasi, dan Reevaluasi Pemasok oleh Tim Pengadaan. .. 77
Lamp. 3.2
Penilaian Seleksi Pemasok Puskesmas Kecamatan Matraman. ...... 79
Lamp. 3.3
Penilaian Evaluasi Pemasok Puskesmas Kecamatan Matraman. .... 80
Lamp. 3.4
Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman. ..................................................................................... 81
Lamp. 3.5
Penerimaan, Penyimpanan, dan Pendistribusian Material Puskesmas Kecamatan Matraman. ................................................. 82
Lamp. 3.6
Pendistribusian Material oleh Penanggung Jawab Gudang Puskesmas Kecamatan Matraman. ................................................. 83
Lamp. 3.7
Pelayanan Kamar Obat oleh Petugas Kamar Obat Puskesmas Kecamatan Matraman. ................................................................... 84
ix
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Jumlah resep di apotek Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2012. .................................................................................. 85 Gambar 4.2 Sepuluh Pemakaian Obat terbanyak dalam tahun 2012.. ................ 86
x
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak tahun 1969. Tujuan umum pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya mutu dan lingkungan hidup yang optimal bagi setiap penduduk serta tercapainya derajat kesehatanyang setinggi-tingginya, meliputi kesehatan badaniah, rohaniah, sosial, dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Tujuan tersebut telah diwujudkan secara nyata dengan adanya berbagai pelayanan kesehatan yang berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselengggarakan secara sendiri dan bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit
serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya tersebut maka diperlukan sarana kesehatan yang mendukung. Puskesmas merupakan salah satu saranan kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota
yang
bertanggung
jawab
menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja. Secara nasional, standar wilayah puskesmas adalah suatu kecamatan. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup empat indikator utama, yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai visi tersebut, puskesmas menyelenggarakan kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Dalam upaya menyelengarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu termasuk pengelolaan obat yang baik. Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi pada obat menjadi orientasi pada pasien.
Sebagai konsekuensi dari
1
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
perubahan orientasi tersebut, apoteker atau asisten apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien. Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, sediaan farmasi, dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat, dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga,
dana,
prasarana, sarana, dan metode tatalaksana yang sesuai dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain, peranan apoteker diantaranya adalah dalam pelayanan kefarmasian, yakni salah satunya dalam pemberian informasi obat (PIO)
dan
pengelolaan
obat
(perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian, dan pelaporan obat). Oleh karena itu, menjadi penting dalam memahami dan meninjau lebih jauh mengenai kedua hal tersebut. Mengingat akan pentingnya tugas dan fungsi seorang apoteker di puskesmas serta tuntutan kemampuan sebagai apoteker yang profesional dan kompeten di bidangnya, maka calon apoteker perlu dibekali praktek kerja. Pelatihan ini dilakukan untuk
memberikan kesempatan calon apoteker untuk
meningkatkan pengetahuan penerapan pelaksanan kegiatan kefarmasian di saranan kesehatan, khususnya puskesmas, baik dalam hal pelayanan kesehatan (khususnya pemberian informasi obat) maupun pengelolaan obat.
1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum 1. Mendapat gambaran nyata kepada mahasiswi atau mahasiswa mengenai kegiatan kefarmasian di puskesmas dan menerapkan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan. 2. Mengetahui secara langsung pelayanan kesehatan puskesmas Kecamatan Matraman khususnya kegiatan kefarmasian. 3. Mendapat data profil Puskesmas Kecamatan Matraman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
3
1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mendapat uraian mengenai pengelolaan barang (obat dan alat kesehatan) meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pencatatan dan pelaporan barang pada Puskesmas Kecamatan Matraman. 2. Memperoleh uraian mengenai kegiatan kefarmasian Puskesmas Kecamatan Matraman termasuk dalam hal pelaksanaan Pemberian Informasi Obat (PIO).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Instansi Kesehatan Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi: 2.1.1 Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional.
2.1.2 Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun
2009, 2009) Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta.
2.1.3 Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009, 2009) Suku
Dinas
Kesehatan
adalah
Suku
Dinas
Kesehatan
Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya. 4
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
5
2.1.4 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76 Puskesmas Kelurahan.
2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya,dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Suku Dinas Kesehatan.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
6
operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB) e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular. f.
Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g. Pelaksanaan surveilans kesehatan h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i.
Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j.
Pelaksanaan pemungutan,
penatausahaan,
penyetoran,
pelaporan dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. k. Pemberian,
pengawasan,
pengendalian
dan
evaluasi
perizinan
atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan. l.
Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi
m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
7
o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan r.
Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s.
Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku
Dinas.
2.2.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur 2.2.1.1 Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009) Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM). b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim. c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi. d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
2.2.1.2 Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009) Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja. d. Pelayanan perizinan sarana kesehatan 25 hari kerja. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
8
e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti. f.
Kepuasan pelanggan 85 % dipenuhi.
2.2.1.3 Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional
2.2.1.4 Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
9
2.2.1.5 Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Melakasanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f.
Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor i.
Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas
j.
Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Menerima,
mencatat,
membukukan,
menyetorkan
dan
melaporkan
penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. l.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha.
m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas. n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
10
2.2.1.6 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi f.
Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat.
g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi. h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i.
Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j.
Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. l.
Melaporkan
dan
mempertanggunjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
11
2.2.1.7 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun,
mengolah,
menyajikan,
memelihara,
mengembangkan,
memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. i.
Melaksanakan siaga 24 jam / Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes).
j.
Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan.
k. Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. l. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Pelayanan Kesehatan.
2.2.1.8 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
12
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. d. Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i.
Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
j.
Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l.
Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, took obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga. n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
13
p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.
2.2.1.9 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan
kompetensi
surveilans
epidemiologi,
tenaga
kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
14
i.
Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi.
j.
Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l.
Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengeloalaan lingkungan / upaya pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan
pelaksanaan
tugas
Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan.
2.3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima, dan terjangkau oleh masyarakat, didukung dengan peran aktif masyarakat dan dengan menggunakan hasil pengembangan ilmu Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
15
pengetahuan dan teknologi tepat guna serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Secara umum, puskesmas harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM) (Dinas Kesehatan Kabupaten Siak, 2012). Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagai wilayah. Dengan kata lain, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Kepmenkes no. 128 tahun 2004). Berdasarkan peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 4 tahun 2011 puskesmas dibedakan menjadi puskesmas kecamatan dan puskesmas kelurahan. Pusat kesehatan masyarakat kecamatan yang selanjutnya disebut puskesmas kecamatan adalah pusat kesehatan masyarakat di kecamatan. Sedangkan pusat kesehatan masyarakat keluarahan yang selanjutnya disebut puskesmas kelurahan adalah pusat kesehatan masyarakat di keluarahan. Puskesmas kecamatan merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan (UPTD) dibawah di bawah Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes). Puskesmas kelurahan merupakan satuan pelaksana dari puskesmas Kecamatan di wilayah kelurahan. Puskesmas Kecamatan memiliki tugas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan melakukan koordinasi kesehatan masyarakat ditingkat kecamatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut Puskesmas Kecamatan mempunyai fungsi (peraturan gubernur provinsi daerah khusus ibukota jakarta nomor 4 tahun 2011): a) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) puskesmas kecamatan. b) Pelaksanaan Dokumen Pelasanaan Anggaran Puskesmas Kecamatan. c) Pelaksanaan standar dan prosedur pelayanan kesehatan. d) Penyusunan rencana strategi puskesmas kecamatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
16
e) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi, mulut, pelayanan medis, umum, dan spesialis terbatas. f) Penyelenggaraan asuhan keperawatan dan persalinan serta rawat inap terbatas. g) Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis terbatas. h) Penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan imunisasi. i) Penyelenggaraan pelayanan 24 jam dan ambulan rujukan. j) Penyelenggaraan konsultasi kesehatan perorangan dan rujukan. k) Penyelenggaraan pencatatan medis. l) Penyelenggaraan pemeliharaan dan perawatan peralatan kedokteran, peralatan keperawatan, peralatan perkantoran, dan peralatan kesehatan lainnya. m) Mengupayakan peningkatan mutu dan penjaminan mutu pelayanan, dan n) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas Kecamatan. Fungsi puskesmas menurut Kepmenkes no. 128 tahun 2004 yaitu sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yaitu berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan keseahtan, Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya, dan mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan. Sementara itu, puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termask pembiayaan, dan ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggakan kegiatan palayanan kesehatan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan meliput pelayanan kesehatan perorang
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
17
(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) (Kepmenkes no. 128 tahun 2004). Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76 Puskesmas Kelurahan.
2.4 Profil Puskesmas Kecamatan Matraman 2.4.1 Puskesmas Kecamatan Matraman Puskesmas Kecamatan Mataram berdiri pada tahun 1968 di Lapangan Brombek sehingga dahulu dikenal dengan sebutan “Puskesmas Brombek”. Fasilitas awal yang ada hanyalah Balai Pengobatan dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Namun, pada tahun 1970 Puskesmas Kecamatan Matraman telah dilengkapi dengan ruang peralatan bersalin. Peresmian Puskesmas Kecamatan Matraman dilakukan pada tahun 1970 oleh Bapak Ali Sadikin yang sewaktu itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Kemudian pada tahun 1987 puskesmas ini mengalami perenovasion oleh Pemerintah Daerah (PEMDA). Puskesmas Kecamatan Matraman hingga saat ini membina 6 Puskesmas Kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara, Puskesma Kelurahan Utan Kayu Selatan I dan II, Puskesmas Kelurahan Kayu Manis, Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru, dan Puskesmas Kelurahan Palmeriam. Puskesmas kecamatan matraman dikenal sering mendapat penghargaan. Pada tahun 1982, puskesmas ini menjadi juara I tingkat Nasional sebagai “Pembina Karang Balita” dan pada tahun 1983 meraih penghargaan “Paramedis Teladan” serta lain sebagianya. Oleh karena itu, Puskesmas Kecamatan Matraman merupakan puskesmas dengan klasifikasi strata I yaitu strata puskesmas dengan pertasi kerja yang baik.
2.4.2 Lokasi Puskesmas Kecamatan Matraman Puskesmas Kecamatan Matraman terletak di jalan Kebon Kelapa Raya no. 29, Utan kayu selatan kecamatan matraman. Kecamatan Matraman merupakan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
18
suatu kecamatan yang berada dwilayah Jakarta Timur dengan luas wilayah 486,86 Ha terdiri dari 6 keluarahan yang meliputi 62 Rukun Warga (RW) dan terbagi atas 800 Rukun Tetangga (RT). Batas Wilayah Kecamatan Matraman adalah: a. Sebelah utara
: Sepanjang jalan Pramuka sampai dengan jalan Matraman dalam
b. Sebelah timur : Sepanjang jalan Achmad Yani c. Sebelah selatan : Sepanjang jalan kereta api sampai dengan jembatan Jatinegara membelok ke sungai Ciliwung d. Sebelah barat
: Sepanjang sungai Ciliwung
2.4.3 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Matraman Visi Puskesmas Kecamatan Matraman adalah menjadi puskesmas yang mengutamakan kepuasan pelanggan dengan pelayanan yang bermutu. Adapun misi dari Puskesmas Kecamatan Matraman adalah: a. Meningkatkan kualitas, pengetahuan, keterampilan, dan kesejahteraan SDM. b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. c. Meningkatkan promosi kesehatan dengan memberdayakan masyarakat menuju kemandirian untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. d. Meningkatkan manajemen puskesmas. e. Mengembangkan sarana dan prasarana puskesmas. f. Mengembangkan dan meningkatkan kerja sama dengan lintas sektoral terkait, fasilitas kesehatan lain, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat.
2.4.4 Kebijakan Mutu dan Strategi Puskesmas Kecamatan Matraman Kebijakan mutu yang dimiliki oleh Puskesmas Kecamatan Matraman yakni meliputi: a. Penyediaan kualitas SDM yang profesional dan berkesinambungan. b. Penerapan prosedur kerja yang berlaku. c. Penerapan pelayanan kesehatan yang kopetitif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
19
d. Penerapan sasaran mutu yang terukur . e. Penggunaan sarana dan prasarana yang memadai. f. Komitmen untuk memenuhi peraturandan persyaratan perundangan yang berlaku dan perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan terhadap sistem manajemen mutu. Strategi Puskesmas Kecamatan Mataram yaitu: a. Mengembangkan sumber daya manusia. b. Meningkatkan mutu pelayanan masyarakat. c. Meningkatkan peran serta masyarakat. d. Meningkatkan sistem managemen puskesmas. e. Meningkatkan informasi puskesmas.
2.4.5 Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Fasilitas yang digunakan untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan Matraman terdapat di dalam gedung yang terdiri dari 3 lantai. Dimana, fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan pada masing-masing lantai berbeda antara satu dan lainnya, yaitu sebagai berikut: 2.4.5.1 Lantai 1 Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di lantai 1 meliputi ruang bersalin, spesialis kebidanan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Unit Gawat Darurat (UGD), Imunisasi dan ruang operasi.
2.4.5.2 Lantai 2 Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di lantai 2 adalah poli umum, poli gigi, spesialis kulit, spesialis anak, spesialis mata, laboratorium, apotek, fisioterapi dan MTBS, konsultasi keluarga dan remaja, klinik gizi, haji, sanitasi dan P2ML (TB, paru, kusta).
2.4.5.3 Lantai 3 Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di lantai 3 yaitu radiologi, Upaya Kesehatan Gigi Sekolah Dasar (UKGSD), Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM), Tata Usaha (TU),
Seksi Kesehatan masyarakat (kesmas), Seksi Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
20
pelayanan kesehatan (yankes), Keluarga miskin dan kesehatan lingkungan (kesling).
2.4.6 Kegiatan Pelayanan Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Matraman terbagi menjadi dua kategori, yaitu: 2.4.6.1 Pelayanan Kesehatan di dalam Gedung Jenis pelayanan kesehatan di dalam gedung yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), laboratorium, rotgen, palayanan 24 jam (UGD), Balai Pengobatan Umum (BPU), Balai Pengobatan gigi (BPG), kamar obat (apotek), poli mata, poli kulit, poli khusus TBC dan kusta, poli gizi, poli kesehatan jiwa, pemeriksaan calon jemaah haji, rumah bersalin, dan rujukan. Alur dari pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas Kecamatan Matraman secara garis besar meliputi alur pendaftaran, loket pembayaran, pemeriksaan oleh dokter atau rujukan atau periksa laboratorium, penyerahan resep ke apotek, dan penerimaan obat. Alurnya pelaksanaan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Pendaftaran di loket (dilakukan pemeriksaan status). Untuk pasien yang mendapat Kartu Jakarta Kesehatan maka pengobatan secara keseluruhan gratis, atau jika belum memilikinya dapat dengan membawa bukti KTP (Kart Tanda Penduduk), atau KK (Kartu Keluarga) domisili DKI Jakarta. Jika pasien harus membayar, maka cukup membayar biaya pendaftaran sebanyak Rp 2.000,- di loket. 2. Setelah melengkapi administrasi pasien antri ke poli kesehatan atau rujukan. 3. Dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan mendapat resep. 4. Resep dibawa ke kamar obat (apotek). 5. Terjadi serah terima resep dan selanjutnya pemberian obat kepada pasien beserta pemberian informasi obat.
2.4.6.2 Pelayanan Kesehatan di luar Gedung Kegiatan diluar kedung meliputi Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPMS),
Puskesmas
Keliling,
Posyandu,
Usaha
Kesehatan
Sekolah,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
21
Pemberantasan Penyakit menular (P2M), usaha perbaikan gizi, Upaya Kesehatan Gigi Sekolah Dasar (UKGSD), dan Promosi Kesehatan Masyarakat (PKM).
2.4.7 Sumber Daya Puskesmas Kecamatan Matraman 2.4.7.1 Tenaga Kerja Puskesmas Kecamatan Mataram secara umum memiliki tenaga kerja kesehatan yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, apoteker, bidan, perawat umum, analis kesehatan, pelaksana gizi, dan asisten apoteker. Puskesmas ini membina 6 puskesmas kelurahan yang juga memiliki tenaga kefarmasian berupa dokter umum, dokter gigi, perawat, dan bidan (Lampiran 2.1 dan Tabel 4.3). Adapun struktur organisasi Puskesmas Kecamatan Matraman terdiri dari (Lampiran 2.2): a. Kepala Puskesmas b. Kepala Sub bagian Tata Usaha c. Tim ISO d. Pengadministrasi Keuangan e. Pengadministrasi Kepegawaian f. Pengadministrasi Umum g. Kepala Pelayanan Kefarmasian h. Kepala Sie Penunjang i. Satuan Pelaksana Pelayanan: a) Medis Umum b) Kesehatan Gigi dan Mulut c) Ibu dan Anak d) Gadar dan Bencana e) Laboratorium f) Gizi g) Farmasi h) Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
22
2.4.7.2 Sarana Penunjang Kesehatan Sarana yang digunakan dalam penunjang kesehatan Puskesmas Matraman yakni meliputi ruang EKG (Enchephalopati Cardio Graft), rontgen, laboratorium, USG, pemeriksaan refraksi, akupuntur, dan puskesmas keliling.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1 Pengelolaan Obat di Puskesmas Kecamatan Matraman 3.1.1 Perencanaan serta Seleksi, Evaluasi dan Reevaluasi Pemasok (ISO 9001: 2000) Sistem perencanaan pengadaan obat (Lampiran 3.1) direncanakan sendiri dilihat dari sisa obat tahun lalu (melibatkan seluruh dokter, apoteker, asisten apoteker di puskesmas kecamatan dan kelurahan). Sumber anggaran adalah dari danna Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan BLUD sebagai cadangan bila terjadi kurangnya obat dari yang dianggarkan. Metode perencanaan barang dilakukan dengan metode konsumtif dengan data-data yang dipakai adalah jumlah pemakaian obat satu tahun dan stok obat. Perencanaan meliputi proses seleksi dan evaluasi pemasok. Yang dimaksud dengan seleksi disini adalah suatu proses penyarian atau pemilihan untuk mendapatkan pemasok terbak (Lampiran 3.2). Sedangkan evaluasi adalah proses penilaian terhadap kinerja pemasok yang diajak kerja sama (Lampiran 3.3). Reevaluasi adalah penilaian atau peninjauan ulang secara berkala, maksimum satu tahun sekali. Sistem yang digunakan disini adalah lelang terbuka. Prosedur penetapan pemasok yaitu: 3.1.1.1 Informasi pemasok a) Bagian pengadaan melakukan peninjauan terhadap pemasok produk yang dibutuhkan perusahaan mengacu pada daftar pemasok sebelumnya, fax surat penawaran atau contoh produk, atau sumber lain. b) Bagin pengadaan mencari pemasok lain melalui berbagai sumber
3.1.1.2 Daftar pemasok a) Bagian pengadaan membuat daftar pemasok b) Bagian pengadaan menyerahkan daftar pemasok kepada ketua tim pengadaan. c) Ketua tim pengadaan menerima daftar peasok dari staf tim pengadaan.
23
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
24
d) Ketua tim pengadaan melakukan penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan melalui form penilaian pemasok dan form seleksi atau evaluasi pemasok. e) Ketua tim pengadaan mengelompokkan pemasok ke dalam daftar pemasok terpilih jika lolos seleksi pemasok dan pengelompokan pemasok ke dalam daftar pemasok tidak terpilih jika tidak lolos seleksi.
3.1.1.3 Daftar pemasok terpilih a) Bagian staf tim pengadaan membuat daftar pemasok terpilih berdasarkan hasil seleksi pemasok baru. b) Bagian staf tim pengadaan mengajukan daftar pemasok terpilih kepada ketua tim pengadaan. c) Bagian staf tim pengadaan menerima daftar pemasok terpilih dari ketua tim pengadaan d) Ketua tim pengadaan memberi persetujuan jika daftar pemasok terpilih sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. e) Bagian staf tim pengadaan meminta revisi daftar pemasok terpilih kepada ketua tim pengadaan jika tidak sesuai dengna kriteria. f) Bagian staf tim pengadaan menerima permintaan revisi daftar pemasok terpilih dari ketua tim pengadaan. g) Bagian staf membuat revisi daftar pemasok terpilih dan mengajukannya kembali kepada ketua tim pengadaan. h) Bagian staf tim pengadaan menerima revisi daftar pemasok dari ketua tim pengadaan.
3.1.1.4 Penerapan daftar pemasok terpilih a) Bagian pembelian melakukan order dengan pemasok terpilih. b) Jika pemasok terpilih tidak lolos revealuasi maka pemasok tersebut dimasukkan dalam daftar pemasok tidak terpilih.
3.1.1.5 Reevaluasi pemasok a) Bagian pembelian melakukan reevaluasi terhadap pemasok terpilih Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
25
b) Jika pemasok terpilih tidak lolos reevaluasi maka pemasok tersebut dimasukkan dalam daftar pemasok tidak terpilih.
3.1.1.6 Penetapan pemasok terpilih berdasar evaluasi dan reevaluasi a) Bagian pembelian melaporkan hasil evaluasi pemasok terpilih kepada ketua tim pengadaan b) Bagian pembelian menerima laporan dari staf atau ketua tim pengadaan mengenai hasil evaluasi dan reevaluasi pemasok terpilih. c) Bagian pembelian menetapkan pemasok terpilih berdasarkan daftar pemasok terpilih yang lolos evaluasi dan reevaluasi
3.1.1.7 Evaluasi pemasok berkala a) Bagian pengadaan melakukan evaluasi pemasok secara berkala (maksimal satu tahun sekali) berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. b) Bagian pengadaan memasukkan pemasok ke daam daftar pemasok tidak terpilih jika tidak lolos evaluasi. c) Melaporkan hasil evaluasi kepada ketua tim pengadaan. d) Bagian pengadaan menerima laporan hasil evaluasi dari staf ketua tim pengadaan.
3.1.1.8 Penetapan pemasok terpilih berdasar evaluasi a) Bagian pengadaan menetapkan pemasok terpilih berdasarkan laporan hasil evaluasi pemasok.
3.1.1.9 Dokumentasi a) Staf tim pengadaan mengarsipkan semua dokumen proses seleksi, evaluasi dan reevaluasi. b) Dokumen catatan mutu mencakup: — Daftar pemasok — Surat penawaran harga — Daftar persyaratan pemasok — Daftar pemasok terpilih Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
26
— Daftar pemasok tidak terpilih — Brosur 3.1.2 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan (ISO 9001: 2000) Pengadaan material (obat dan alat kesehatan) adalah suatu proses pengadaan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan operasional puskesmas, agar dapat tercapai upaya peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Prosedur ini mencakup pengumpulan kebutuhan barang dari tiap unit dan menyeleksi disesuikan dengan anggaran, proses pembelian sampai dengan pemeriksaan dan penyimpanan di gudang. Tujuan pengadaan obat dan alat kesehatan adalah untuk memastikan tersedianya obat dan alat kesehatan dengan jumlah obat dan jenis yang tepat, yang mengacu pada: — Keppres No. 70/ 2012 tentang prosedur pengadaan dan belanja barang. — SK Menkes No. 094/ Menkes/SK/II/2012 tentang daftar harga obat. Proses pengadaan barang dilakukan oleh petugas pengadaan barang. Petugas pengadaan barang ditetapkan oleh kepala Puskesmas Kecamatan Matraman dengan surat tugas. Tahapannya yaitu (Lampiran 3.4): a) Mengumpulkan kebutuhan barang dari tiap-tiap unit yang diperlukan untuk operasional pelayanan puskesmas. b) Menyeleksi kebutuhan barang unit yang diperlukan disesuaikan dengan nilai anggaran tahun yang akan datang bersama dengan kepala puskesmas. c) Membagi kebutuhan barang unit dalam beberapa kali pembelian. d) Membuat surat undangan penawaran harga kepada distributor atau pemasok. e) Menyeleksi surat penawaran harga yang masuk ke puskesmas dari pemasok. f) Bila ada surat penawaran harga yang tidak sesuai dengan harga perkiraan maka dapat dicari pemasok lain. g) Bila surat penawaran harga sudah sesuai, membuat surat pesanan.
3.1.3 Pemeriksaan dan Penerimaan Barang Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang bertugas untuk melakukan prosedur pemeriksaan dan penerimaan barang. Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang terdiri dari petugas dan ditetapkan oleh kepala Puskesmas Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
27
Kecamatan Matraman dengan surat tugas. Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang merupakan satu kesatuan dalam pelaksanaan tugasnya. Prosedurnya yaitu (Lampiran 3.5): a) Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang memeriksa kualitas barang dan menerima barang yang dipesan sesuai dengan surat pesanan. b) Bila tidak sesuai dengan surat pesanan dan kualitas barang, dapat dikembalikan ke pemasok. c) Bila sesuai dengan surat pesanan dan kualitas barang, dimasukkan dalam gudang. d) Pada masing-masing berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang dibubuhkan tanda tangan. e) Memeriksa kelengkapan dokumen berita acara pemeriksaan dan penerimaan barang yaitu kwitansi faktur. f) Bila barang tidak sesuai pesanan dikembalikan kepada pemasok lagi. g) Bila barang sesuai pesanan diserahkan kepada bendaharawan barang. Dokumen yang terlibat dalam prosedur ini secara ringkas adalah lembar kebutuhan barang, daftar anggaran kebutuhan, dafar distributor atau pemasok atau supplier, surat undangan penawaran harga, surat penawaran harga, surat pesanan, lembar berita acara pemeriksaan, lembar berita acara penerimaan, surat jalan, kwitansi, dan faktur.
3.1.4 Penerimaan dan Penyimpanan Barang (ISO 9001: 2000) Penerimaan dan penyimpanan barang (material) atau perbekalan farmasi bertujuan untuk memastikan barang atau perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan ketentuan atau dokumen yang telah ditetapkan oleh bagian pengadaan serta menjamin mutu perbekalan farmasi selama proses penyimpanan. Penerimaan dan penyimpanan material Puskesmas Kecamatan Matraman dijelaskan dalam prosedur mutu penerimaan dan penyimpanan material. Dalam hal ini, material adalah
bahan atau barang yang digunakan untuk operasional pelayanan
puskesmas. Prosedur pelaksanaannya meliputi: 3.1.4.1 Informasi rencana kedatangan material
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
28
Bagian pengadaan menginformasikan rencana kedatangan material yang dibeli ke penanggung jawab gudang. Dalam hal ini, penanggung jawab gudang dipegang oleh apoteker.
3.1.4.2 Penerimaan material Material diterima langsung oleh penanggung jawab gudang yang merupakan orang farmasi (apoteker). Prosedur dalam penerimaan material meliputi: a) Penanggung jawab gudang melakukan penerimaan material sesuai dengan surat jalan dan purchase order. b) Penanggung jawab gudang melakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas material sesuai dengan surat jalan. c) Penanggung jawab gudang menginformasikan ke bagian pengadaan dan mengembalikan ke pemasok jika material yang dikirim tidak sesuai dengan surat jalan dan purchase order. d) Penanggung jawab gudang membuat bukti penerimaan barang jika material yang diperiksa sesuai dengan spesifikasi pembelian. e) Dokumen yang terlibat dalam proses penerimaan adalah surat jalan dan daftar penerimaan material. Seluruh dokumen aktivitas penerimaan material tersebut didokumentasikan (arsip penerimaan obat lengkap dan ada stempel serta tanda terima).
3.1.5 Penyimpanan Prosedur penyimpanan dilakukan oleh penanggung jawab dengan tahapan sebagai berikut: a) Penangung jawab gudang melakukan proses penyimpanan material yang telah sesuai dengan surat jalan dan purchase order sesuai dengan kondisi kestabilan penyimpanan masing-masing barang. b) Penanggung jawab gudang melakukan penjagaan material yang disimpan agar tidak hilang atau terjadi penurunan mutu barang. c) Penanggung jawab gudang melakukan update data stok. Dokumen aktivitas penyimpanan material tersebut didokumentasikan. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
29
Stok opname dilakukan satu kali dalam sebulan yaitu dengan aktivitas (ISO 9001: 2008): a) Melakukan protap gudang obat. b) Melkukan perhitungan fisik obat. Metode pengukuran stok opname yaitu:
Tugas dan tanggung jawab gudang obat adalah: a) Penerimaan obat dari panitia penerimaan barang b) Pemeriksaan kelengkapan obat. c) Pendistribusian obat untuk puskesmas keluarahan atau unit pelayanan. d) Pengendalian penggunaan persediaan. e) Majaga mutu dan keamanan obat. f) Pencatatan dan pelaporan.
3.1.6 Pendistribusian material Distribusi adalah kegiatan menyalurkan barang atau bahan yang diperlukan untuk operasional sesuai kebutuhan di masing-masing unit atau puskesmas keluarahan. Distribusi material bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing unit puskesmas dan puskesmas kelurahan. Pendistribusian material dilakukan oleh penanggung jawab gudang ke kelurahan atau ke poli terkait. Proses ini dilaksanakan berdasarkan laporan pemakaian (LP/LPO) puskesmas kelurahan) dan permintaan puskesmas kelurahan atau sub unit puskesmas kecamatan. Dimana, pendistribusian material ke kelurahan dilakukan tiap dua bulan sekali. Pengeluaran obat dilakukan dengan sisten FEFO (First Expired First Out). Prosedur distribusi mencakup proses pendistribusian material dari gudang besar kecamatan ke masing-masing unit dan puskesma kelurahan. Isi prosedurnya yaitu (Lampiran 3.6): 2.3.6.1 Informasi rencana kebutuhan a) Penanggung jawab obat puskesmas kelurahan atau penanggung jawab unit pelaksana menginformasikan kebutuhan material yang diperlukan dengan menggunakan LP/LPO atau pun lembar permintaan/ distribusi. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
30
2.3.6.2 Pelaksanaan distribusi a) Penanggung jawab gudang, penanggung jawab obat puskesmas kelurahan atau penanggung jawab unit pelaksana melakukan serah terima material dengan memeriksa kembali jenis dan jumlahnya sesuai dengan permintaan atau kebutuhan. b) Penanggung jawab gudang melakukan pengeluaran dan distribusi material yang disimpan berdasarkan permintaan barang dari pihak terkait. c) Penanggung jawab gudang melakukan update data stok setelah proses pengeluaran material. Dokumen pendukung dalam proses distribusi adalah formulir atau lembar permintaan, LP/LPO, dan kartu stok. Seluruh dokumen aktivitas distribusi barang tersebut didokumentasikan.
3.1.7 Pencatatan dan Pelaporan Dokumen yang termasuk dalam bagian pencatatan dan pelaporan yaitu kartu stok, laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LP/LPO), dan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Kartu stok diletakkan di dekat obat (di dalam lemari apotek). Kolom yang diisi dalam kartu stok meliputi tanggal, jumlah penambahan (sisa stok), jumlah pengeluaran, nama fasilitas yang mengeluarkan, sisa persediaan, asal pabrik obat, no. batch, dan kadaluarsa. Kartu stok dibuat untuk tiap obat. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dikirimkan tiap bulan secara lagsung ke suku dinas tidak tepat waktu, tetapi paling lama tidak lebih dari tanggal 20. Sedangkan pelaporan obat narkotik dan psikotropik puskesmas kelurahan ke Puskesmas Kecamatan Matraman juga belum tepat waktu. Stok opname yang dilakukan untuk memeriksa fisik obat dengan yang tertera pada kartu stok dilaksanakan medekati akhir bulan (bukti di kartu stok). Formulir LP/LPO diisi dengan benar dengan keterlibatan apoteker. Untuk obat yang kadaluarsa dipisahkan dan dilaporkan dan disertai berita acara pemusnahan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
31
3.2 Kegiatan Pelayanan Kamar Obat dan Pemberian Informasi Obat (ISO 9001: 2000) Kegiatan pelayanan kamar obat di Puskesmas Kecamatan Matraman bertujuan untuk menyerahkan obat yang baik dan benar kepada pasien dalam jumlah dan dosis yang diresepkan dokter dengan memberikan petunjuk atau informasi pemakaian obat dan penyimpanannya. Proses kegiatannya dimulai dari menerima resep dari ruang atau poli rawat jalan dan rawat inap, meracik obat sampai dengan menyerahkan obat ke pasien dengan informasi yang lengkap. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas kamar obat di kamar obat. Petugas kamar obat adalah seseorang yang memunyai pendidikan apoteker, asisten apoteker atau petugas yang telah dilatih pengelolaan obat. Kamar obat adalah suatu tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dari petugas kamar obat dalam rangka membantu menyiapkan kebutuhan dengan memberikan obat atau alat kesehatan kepada pasien. Prosedurnya adalah (Lampiran 3.7): a) Petugas kamar obat menerima resep dari tiap ruangan poli rawat jalan dan poli rawat inap (ruang bersalin). b) Memeriksa kelengkapan resep seperti jenis dan jumlah obat yang diminta, besarnya dosis, aturan minum obat dalam satu hari, nama pasien, umur, jenis kelamin dengan kasus tertentu, asal poli atau nama dokter yang memeriksa. c) Bila resep yang diminta tidak lengkap atau tidak sesuai, petugas membawa resep untuk dikoreksi oleh poli terkait. d) Menulis nama pasien, aturan minum obat untuk satu hari pemakaian dan keterangan lain yang berhubungan dengan minum obat pada selembar kertas putih atau biru yang disebut etiket. e) Meracik atau mengisi obat pada wadah atau kemasan yang tersedia sesuai dengan etiketnya seperti yang ditulis dilembar resep. f) Memeriksa kesesuaian obat yang telah diracik
dengan resep untuk
menghindari kesalahan obat, nama atau umur pasien. g) Bila antara obat dan resep telah sesuai maka obat dapat diserahkan kepada pasien dengan informasi cara minum obat dalam satu hari, diminum sebelum atau sesudah makan, cara penyimpanan yang benar ataupun efek samping obat, bila diperlukan. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
32
h) Bila tidak sesuai obat dikoreksi mulai dari penulisan etiket sampai dengan obat yang diracik. i) Setelah semua obat diserahkan kepada pasien baik rawat inap maupun rawat jalan, semua resep dibuatkan daftar pengeluaran jumlah dan jenis obatnya pada buku pengeluaran obat harian. j) Barang pendukung pada prosedur ini adalah kertas resep, etiket, wadah atau kemasan, buku pengeluaran obat harian, dan kartu stok obat. Penyerahan resep dilakukan dengan sistem penomoran. Dimana pasien mengambil nomor yang terdapat di atas meja loket, kemudian menulis nomor tersebut di resep. Resep yang terlah diberi nomor diserahkan ke petugas kamar obat dan nomor yang diambil dari meja loket dipegang sampai mendapat panggilan nama atau nomornya. Nomor yang tersedia dalam loket adalah satu hingga seratus.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengelolaan Obat Pengelolaan obat dimulai dari sistem perencanaan pengadaan obat yang direncanakan sendiri dilihat dari sisa obat tahun lalu. Sumber anggaran adalah dari danna Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan BLUD sebagai cadangan bila terjadi kurangnya obat dari yang dianggarkan. Metode perencanaan barang dilakukan dengan data-data jumlah pemakaian obat satu tahun dan stok obat. Proses pengadaan barang dilakukan oleh petugas pengadaan barang dengan tahapan yang tertera pada pembahasan seblumnya. Panitia pemeriksaan dan penerimaan barang bertugas untuk melakukan prosedur pemeriksaan dan penerimaan barang. Penerimaan dan penyimpanan barang atau perbekalan farmasi
bertujuan untuk memastikan barang atau
perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan ketentuan atau dokumen yang telah ditetapkan oleh bagian pengadaan serta menjamin mutu perbekalan farmasi selama proses penyimpanan. Material diterima langsung oleh penanggung jawab gudang yang merupakan orang farmasi (apoteker). Prosedur penyimpanan dilakukan oleh penanggung jawab gudang yang juga merupakan seorang apoteker. Puskesmas Kecamatan Matraman memiliki 4 buah gudang dengan salah satu diantaranya adalah gudang untuk alat kesehatan. Tidak ada kategori khusus untuk pengelompokkan obat dalam masing-masing gudang. Dalam tiap gudang terdapat fasilitas seperti teralis, pengatur suhu (tempat penyimpanan obat ber AC dan suhu ruangan disesuaikan dengan standar penyimpanan), palet, rak penyimpanan obat, lemari obat khusus narkotik, meja, tangga, dan lemari es (diletakkan terpisah dengan gudang obat). Obat narkotik disimpan di lemari khusus, terkunci, dan terpisah, begitu juga dengan obat psikotropika. Tidak ada penempatan khusus untuk obat-obat mahal maupun obat yang sering digunakan. Cara penyusunan obat dilakukan berdasar volume dan tidak ada cara khusus sepeti berdasar bentuk obat, kelompok terapi, ataupun alfabetis. Hal yang merintangi dalam penyusunan obat digudang ini adalah banyaknya jenis barang baik obat dan alat terbatas, dimana penanggung jawab gudang dilakukan oleh 33
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
34
seorang apoteker yang juga sekaligus menjadi penanggung jawab dalam penerimaan, pendistribusian, dan kamar obat. Selain itu, adanya pekerjaan lain yang menjadi prioritas menjadi lebih utama dilakukan dibanding mengelola gudang. Pendistribusian material dilakukan oleh penanggung jawab gudang ke kelurahan atau ke poli terkait. Proses ini dilaksanakan berdasarkan laporan pemakaian (LP/LPO) puskesmas kelurahan dan permintaan puskesmas kelurahan atau sub unit puskesmas kecamatan. Dimana, pendistribusian material ke kelurahan dilakukan tiap dua bulan sekali. Sehingga dengn kata lain apoteker akan mendistribusikan barang sesuai dengan kebutuhan untuk dua bulan. Pengeluaran obat dilakukan dengan sisten FEFO (First Expired First Out). Prosedur distribusi mencakup proses pendistribusian material dari gudang besar kecamatan ke masing-masing unit dan puskesmas kelurahan. Secara teknis asisten apoteker bersama dengan petugas yang diminta untuk membantu datang ke Puskesmas
Kecamatan,
kemudian
apoteker
di
Puskesmas
Kecamatan
mendistribusikan barang seusi dengan kebutuhan dari Puskesmas Kelurahan yang bersangkutan sesuai dengan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LP/LPO). Barang yang keluar untuk tiap kelurahan kemudian dicatat untuk didokumentasikan. Dokumen yang termasuk dalam bagian pencatatan dan pelaporan yaitu laporan pemakaian dan lembar permintaan obat (LP/LPO) (Lampiran 4.1), kartu stok (Lampiran 4.2), dan laporan penggunaan narkotika dan psikotropika (Lampiran 4.3 dan 4.4). Dokumen lainnya yaitu diantaranya berita acara pemusnahan obat kadaluarsa (Lampiran 4.5), berita acara pemusnahan obat rusak (Lampiran 4.6), serta formulir distribusi obat (Lampiran 4.7). Kartu stok diletakkan di dekat obat (di dalam lemari apotek). Kolom yang diisi dalam kartu stok meliputi tanggal, jumlah penambahan (sisa stok), jumlah pengeluaran, nama fasilitas yang mengeluarkan, sisa persediaan, asal pabrik obat, no. batch, dan kadaluarsa. Kartu stok dibuat untuk tiap obat. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dikirimkan tiap bulan secara lagsung ke suku dinas tidak tepat waktu, tetapi paling lama tidak lebih dari tanggal 20. Sebelumnya pengiriman laporan narkotik dan psikotropik dilakukan secara langsung oleh apoteker (apoteker Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
35
datang ke langsung ke suku dinas dan menyerahkan laporan tersebut) sehingga mengakibatkan pelaporannya kurang tepat waktu (paling lama tanggal 10 perbulan). Selain itu, keterlambatan tersebut juga disebabkan oleh pelaporan dari Puskesmas Kelurahan yang juga kurang tepat waktu. Untuk sistem pelaporan selanjutnya dilakukan secara online yaitu melalui email resmi puskesmas ke email suku dinas, sehingga diharapkan pelaporan akan lebih tepat watu. Stok opname dilakukan oleh apoteker satu kali dalam sebulan atau dilaksanakan medekati akhir bulan. Stok opname dilakukan untuk memeriksa fisik obat dengan yang tertera pada kartu stok (bukti di kartu stok). Formulir LP/LPO diisi dengan benar dengan keterlibatan apoteker. Untuk obat yang kadaluarsa dipisahkan dan dilaporkan dan disertai berita acara pemusnahan obat.
4.2 Pelayanan Kamar Obat dan Pemberian Informasi Obat (PIO) Kegiatan pelayanan kamar obat di Puskesmas Kecamatan Matraman bertujuan untuk menyerahkan obat yang baik dan benar kepada pasien dalam jumlah dan dosis yang diresepkan dokter dengan memberikan petunjuk atau informasi pemakaian obat dan penyimpanannya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh petugas kamar obat di kamar obat. Petugas kamar obat adalah apoteker dan asisten apoteker. Prosedurnya adalah: a) Petugas kamar obat menerima resep dari tiap ruangan poli rawat jalan dan poli rawat inap termasuk ruang bersalin. b) Memeriksan kelengkapan resep seperti jenis dan jumlah obat yang diminta, besarnya dosis, aturan minum obat dalam satu hari, nama pasien, umur, jenis kelamin dengan kasus tertentu, asal poli atau nama dokter yang memeriksa. c) Bila resep yang diminta tidak lengkap atau tidak sesuai, petugas membawa resep untuk dikoreksi oleh poli terkait. d) Menulis nama pasien, aturan minum obat untuk satu hari pemakaian dan keterangan lain yang berhubungan dengan minum obat pada selembar kertas putih atau biru yang disebut etiket. Pada kenyataannya penulisan dilakukan di palstik bening yang sekaligus digunakan sebagai pembungkus obat. Alasan penggunaan plastik bening sebagai etiket sekaligus pembungkus adalah untuk efisiensi dalan hal waktu, mengingat pasien mengantre dalam jumlah banyak, Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
36
maka akan lebih cepat dan efisien dengan menuliskan cara penggunaan di plastik bening pembungkus obat. Tiap obat yang berbeda dibungkus pada plastik yang berbeda. Namun, selain itu, tersedia pula plastik yang memang telah dilengkapi dengan kolom untuk mengisi nama dan cara penggunaan (seperti pada etiket). Plastik seperti ini lebih baik dan efektif untuk pemberian obat dibanding plastik bening ataupun sebagai pengganti etiket warna putih/biru. Karena dari segi penutupan plastik dan estetika dalam pemberian obat akan lebih rapi dan memperlihatkan profesioalitas tenaga farmasi itu sendiri. e) Meracik atau mengisi obat pada wadah atau kemasan yang tersedia sesuai dengan etiketnya seperti yang ditulis dilembar resep. Dalam hal ini, tidak dibedakan adanya etiket untuk penggunan luar maupun dalam, karena etiket ditulis pada plastik pembungkus, sedangkan pada obat untuk pemakaian luar cara penggunaan langsung ditulis pada kemasan obat. Akan lebih baik jika petugas tetap mencantumkan etiket warna biru sebagai penanda obat luar, karena hal ini dapat menjadi penanda profesionalitas tenaga farmasi sekaligus untuk mempermudah pasien mengenal obat luar dan obat oral melaui etiketnya. f) Memeriksa kesesuaian obat yang telah diracik dengan resep untuk menghindari kesalahan obat, nama atau umur pasien. g) Bila antara obat dan resep telah sesuai maka obat dapat diserahkan kepada pasien dengan informasi cara minum obat dalam satu hari, diminum sebelum atau sesudah makan, cara penyimpanan yang benar ataupun efek samping obat, bila diperlukan. Pemberian informasi tersebut adalah pemberian informasi yang ideal yang ada di Puskesmas. Pada pelaksanaannya, PIO (Pemberian Informasi Obat) belum dilakukan secara efektif. PIO tidak dilakukan dalam ruangan khusus, melainkan di loket penyerahan obat di kamar obat secara aktif oleh petugas. Informasi yang diberikan adalah untuk obat-obat khusus saja misalnya antibiotik yang harus habis, penggunaan yang tidak lazim seperti sekali minum dua kali, penggunakan antasida yang sebelum makan, cara pemakaian tetes telingan, cara pemakaian supositoria, cara pemakaian salep, dan penyakit pasien. Secara ringkas informasi yang diberikan umumnya adalah cara penggunaan obatnya saja. Namun ada kalanya tenaga farmasi lupa akan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
37
pemberian informasi tersebut
(jarang). Kendala yang dihadapi adalah
banyaknya jumlah pasien yang datang dan mengantre serta terbatasnya tenaga kefarmasian. Padahal, berdasarkan deskripsi pekerjaan kefarmasian menurut PP No. 51 tahun 2009 dijelaskan bahwa pelayanan informasi obat sedianya dilakukan oleh seorang apoteker dan hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam memperoleh dan/atau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian. Kamar obat telah dilengkapi dengan pengumuman penggunaan antibiotik yang harus dihabiskan, adanya hal tersebut juga akan ikut menunjang cara penggunaan antibiotik yang tepat bagi pasien. Tidak ada dokumentasi dalam pelayanan informasi obat. h) Bila tidak sesuai obat dikoreksi mulai dari penulisan etiket sampai dengan obat yang diracik. i) Petugas kamar obat menyerahkan obat pada pasien. Penyerahan resep dilakukan dengan sistem penomoran. Dimana pasien mengambil nomor yang terdapat di atas meja loket, kemudian menulis nomor tersebut di resep. Resep yang terlah diberi nomor diserahkan ke petugas kamar obat dan nomor yang diambil dari meja loket dipegang sampai mendapat panggilan nama atau nomornya. Nomor yang tersedia dalam loket adalah satu hingga dua ratus. Namun, terkadang petugas kamar obat tidak memberikan nomor pada pasien setelah nomor mencapai seratus. Hal ini dilatarbelakangi oleh anggapan petugas kamar obat bahwa karena pasien sedikit maka tidak perlu nomor obat lagi. Padahal, nomor obat ini penting untuk menjamin bahwa resep dengan nomor tersebut tidak tertukar dengan resep orang lain saat penyerahan obat. j) Setelah semua obat diserahkan kepada pasien baik rawat inap maupun rawat jalan, semua resep dibuatkan daftar pengeluaran jumlah dan jenis obatnya pada buku pengeluaran obat harian (Barang pendukung pada prosedur ini adalah kertas resep, wadah atau kemasan, buku pengeluaran obat harian, dan kartu stok obat). Informasi yang tertera pada bagian luar kamar obat meliputi penanda tempat pengambilan obat dan tempat penyerahan resep. Informasi lain yang tertera adalah mekanisme penyerahan resep oleh pasien. Penanda ini sudah cukup
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
38
informatif untuk pasien dalam mengenali tempat untuk pengambilan obat atas resep yang diterimanya. Ruang penyimpanan obat dilengkapi dengan fasilitas penerangan yang cukup baik, ventilasi yang cukup, terdapat teralis, kebersihan cukup, keindahan cukup, dan obat ditata dengan cukup rapi. Dalam hal sarana penyimpanan obat, kamar obat memiliki rak penyimpanan obat, lemari obat, lemari obat khusus narkotik yang terkunci dan terpisah denga obat lain, lemari khusus psikotropik yang terkunci dan terpisah denga obat lain, memiliki lemari es, tersedia meja dan kursi, dan terdapat dispenser. Pada apotek dilengkapi bula dengan tape untuk membuat suasana apotek jadi santai, rileks, dan nyaman saat bekerja. Belum ada penataan khusus terhadap penyimpanan obat di kamar obat. Obat-obat yang fast moving (obat yang sering digunakan) dicampur dengan obatobat lain. Penyusunan obat lebih dilakukan dalam sistem volume. Dalam hal penataan semestinya obat-obat yang sering digunakan diletakkan ditempat yang lebih mudah dijangkau dan penempatannya tidak dicampur dengan obat-obat lainnya. Untuk lebih memudahkan, disediakan sistem penempatan obat berdasar kelompok terapi atau alfabetis, sehingga memudahkan untuk mengambil atau mencari obat baik untuk petugas yang lama maupun nantinya jika ada petugas obat yang baru. Terkait hal ini, apoteker di Puskesmas Kecamatan Matraman dalam pelaksanaan sehari-harinya selalu berada di kamar obat untuk memantau kegiatan kamar obat. Pelayanan resep di kamar obat Puskesmas Kecamatan Matraman pada tahun 2012 dilakukan meliputi 4 jenis, yaitu resep bayar, askes, astek, keluarga miskin (gakin), dan gratis dengan total resep di tahun 2012 adalah 152.284 resep (Gambar 4.1 dan Tabel 4.1). Berbeda dengan saat ini pelayanan resep dilakukan secara gratis, dan bagi yang tidak mendapat Kartu Jakarta Sehat/ KTP/KK DKI dapat hanya dikenakan biaya pendaftaran. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui pula bahwa pemakaian obat terbanyak puskesmas pada tahun 2012 berturut-turut dari yang terbanyak yaitu parasetamol 500 mg, CTM, amoksisilin, vitamin B kompleks, gliseril guaiyakolat, antasida, vitamin C, vitamin B1, vitamin B 6 dan tablet tambah darah (Gambar 4.2). Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Matraman diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran farmasi dalam kegiatan dipuskesmas meliputi kegiatan kefarmasian pada kamar obat, termasuk meracik dan pemberian informasi obat pada pasien. Apoteker dalam kamar obat bertanggung jawab pula dalam penataan obat di dalam kamar obat dan pemberian obat yang bermutu pada pasien. Selain itu, farmasi juga berperan dalam kegiatan pengelolaan obat termasuk roses perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pelaporan ataupun dokumentasi terkait obat. 2. Kegiatan pengelolaan obat di Puskesmas Matraman terdapat beberapa kendala, yaitu salah satunya dalam hal pelaporan. Pelaporan dilakukan kurang tepat waktu dimana hal ini disebabkan oleh sistem pelaporan secara langsung dan keterlambatan pelaporan oleh Puskesmas Kelurahan. Namun, pelaporan ini tidak terlalu menunjukkan keterlambatan yang bermakna. Penyimpanan obat dalam Puskesmas Matraman dipegang oleh seorang apoteker, dimana penyusunan obat-obatan dalam tiap gudang masih disusun secara tidak teratur. Hal ini disebabkan oleh kurangnya tenaga gudang untuk menata obat sebagai mana mestinya. 3. Kegiatan pelayanan kefarmasian di kamar obat termasuk pemberian informasi obat (PIO) belum dilaksanakan sebagai mana mestinya, yaitu informasi obat hanya dilakukan untuk cara pemberian khusus seperti antasida maupun penggunaan tertentu seperti suppositoria. Tidak ada informasi obat seperti efek samping, interaksi maupun cara penyimpanan, dan pemberian informasi obat tidak dilakukan di tempat khusus. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya tenaga farmasi yang bekerja di kamar obat dan banyaknya jumlah pasien yang mengantre menuntut pelayanan kefarmasian yang cepat.
39
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
40
5.2 Saran Pengelolaan obat dan Kegiatan Pelayanan Kamar obat termasuk PIO dapat dilakukan dengan lebih efektif jika: 1. Pelaporan dilakukan dengan lebih disiplin, yakni sebagai contoh apoteker menetapkan deadline pada Puskesmas Kelurahan dalam hal pelaporan, sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam pelaporan ke suku dinas. Selain itu, pelaporan itu akan dipermudah dengan sistem online atau melalui email. 2. Penataan gudang sebaiknya dilakuakn dengan sistem alfabet ataupun kelompok terapi. Hal ini akan mempermudah dalam pencarian obat dan gudang akan terlihat lebih rapi. Hal ini dapat dicapai dengan misalnya menambah tenaga gudang untuk mengelola dan menjaga obat sebagaimana mestinya. 3. Pemberian informasi obat hendaknya dilakukan sebagai mana mestinya, yaitu dengan pemberian informasi yang lengkap termasuk efek samping dan interaksi serta penyimpanannya. Dalam hal ini, apoteker harus senantiasa mengingatkan asisten apoteker dalam hal pemberian informasi obat yang baik dan tidak terlalu tergesa-gesa dalam pemberian obat. Atau jika perlu loket pemberian obat tidak hanya satu (untuk menghindari antre pasien yang panjang) dan dilakukan penambahan tenaga kefarmasian seperti apoteker dan asisten apoteker, sehingga dengan hal tersebut diharapkan PIO dilakukan secara efektif dan efisien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR ACUAN
Kebijakan dasar Puskesmas. Kepmenkes no. 128 tahun 2004. http://www.slideshare.net/anggrainisari/kepmenkes-puskesmas. Diakses tanggal 13 Januari 2013. Pkl. 20.35. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten SIAK. 2012. Puskesmas. http://diskes.siakkab.go.id/. Diakses tanggal 13 Januari 2013. Pkl. 20.30. Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. www.bpkp.go.id. Diakses tanggal 30 Januari 2013. Pkl. 19.02 Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. 2009. Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
41
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
TABEL
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Tabel 4.1 Jumlah resep Apotek Puskesmas Kecamatan Matraman 2012 Bulan (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
BAYAR ASKES ASTEK GAKIN GRATIS JUMLAH 11304 645 123 980 262 13314 12469 592 121 1046 289 14517 12406 664 93 1007 370 14540 10987 634 89 1023 200 12933 11205 608 111 926 321 13171 10191 507 92 791 240 11821 10346 578 95 699 303 12021 9101 331 539 444 71 10486 9043 650 679 448 98 10918 9936 660 763 482 139 11980 6124 451 88 839 5458 12960 755 389 69 664 11746 13623 152284
42
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
43
Tabel 4.2 Pengadaan Obat generik tahun 2011, 2012, dan 2013.
Tahun 2011
No
1
Jumlah Item Pengadaan Obat
Jumlah Item Pengadaan Obat Generik
%
1
2
3
Matraman
85
74
87,05
Wilayah
Jumlah Item Pengadaan Obat
Jumlah Item Pengadaan Obat Generik
%
1
2
3
Matraman
69
57
Wilayah
Jumlah Item Pengadaan Obat
Jumlah Item Pengadaan Obat Generik
%
1
2
3
70
60
85,71
Wilayah
Tahun 2012
No
1
82,6
Tahun 2013
No
1
Matraman
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
44
Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman dan Puskesmas Kelurahan yang dibina.
Unit Kerja Puskesmas Kecamatan Matraman Puskesmas Kelurahan UKS 1 Puskesmas Kelurahan UKS 2 Puskesmas Kelurahan UKUT Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru Puskesmas Kelurahan Palmeriam Puskesmas Kelurahan Kayu Manis
Dokter Dokter Asisten Perawat Analis Pelaksana Apoteker Bidan umum Gigi Apoteker Umum Kesehatan Gizi
Tenaga Honorer Nakes Nonnakes
8
5
2
2
6
10
1
2
22
10
1
1
0
0
1
2
0
0
1
1
1
1
0
0
1
3
0
0
1
1
1
1
0
0
1
3
0
0
1
0
1
1
0
0
1
0
0
0
4
1
1
1
0
0
1
3
0
0
1
0
1
1
0
1
2
2
0
0
1
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Lampiran 4.1 Laporan Penerimaan dan Permintaan Obat Puskesmas Kecamatan Matraman
LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT ( LPLPO ) KODE PUSKESMAS PUSKESMAS KECAMATAN KAB/KODYA PROPINSI
: : KECAMATAN MATRAMAN : MATRAMAN : JAKARTA TIMUR : DKI JAYA
NO
NAMA OBAT
SATUAN
STOCK AWAL
PENERIMAAN
PERSEDIAAN
PEMAKAIAN
SISA STOCK
KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
Abbocat / jarum Infus Acetylsalisilic Acid 80mg ( Aspilets ) Air Raksa dental Use (Hg) gigi Alat Suntik Sekali Pakai 0,05 ml Alat Suntik Sekali Pakai 0,5 ml Alat Suntik Sekali Pakai 1 ml Alat Suntik Sekali Pakai 2,5 ml Alat Suntik Sekali Pakai 3 ml Alat Suntik Sekali Pakai 5 ml
set
2 3 4 5 6 7 8 9
BULAN ....... TAHUN .......
......... .........
tablet botol set set set set set set 45
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
46
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Alat Suntik Sekali Pakai 10 ml Albendazol 400 mg Alopurinol 100mg Ambroxol sirup Ambroxol tab Aminophillin 200 mg tablet Aminophillin Injeksi Amitriptilin HCl 25 mg Amoxylin 250 mg Kaplet Amoxylin 500 mg Kaplet Amoxylin 125mg / 5ml syirup Kering Ampisillin 500 mg Ampisillin 125mg / 5ml sirup Antalgin (Metampiron) 250/ml Injeksi Antalgin (Metampiron) 500 mg Antasida DOEN suspensi Antasida DOEN Tablet Anti Anemia Kombinasi (samcobion,sangobion) Anti Hemoroid DOEN Supos. Anti Migren (CoffeinErgotamin ) tablet Aquades Pro Injeksi Steril
set tablet tablet botol tablet tablet ampul tablet capsul caplet botol caplet botol vial tablet botol tablet capsul suppos tablet botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
47
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Aquades steril 500 ml Asam Askorbat (Vit C) 250 mg Asam Askorbat (Vit C) 50 mg Asam Folat 1 mg Asam Mefenamat 250mg Asam Mefenamat 500mg Asetosal 100 mg Asetosal 500 mg Asiklovir 200mg Asiklovir 400mg Asiklovir Krim Atropin Inj Bahan Cetak ( Alginate ) gigi Basitrasin + Polimiksin krim Berotec Solution Betadin Obat kumur gigi Betahistin Mesilate 5mg ( Merislon ) Betametason N krim Betametason 0,1% krim Bioneuron Bioplasenton Jelly Bisacodyl 5 mg ( Dulcolac ) tablet Bisacodyl ( Dulcolac ) suppos Bisolvon Solution
botol tablet tablet tablet capsul caplet tablet tablet tablet tablet tube ampul zak tube botol botol tablet tube tube tablet tube tablet suppos botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
48
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Bisturi ( Pisau Bedah ) Bonding gigi Boraks Gliserol 5 % Larutan Bromheksin 8 mg tablet Calsidor ( bahan dan catalisator ) gigi Carbamazokrom ( Adona AC 17 ) Catgut Cromic 2/0 Catgut Cromic 3/0 Catgut silk 3/0 Cavit G/W gigi Cefadroxyl sirup Cefadroxyl 500 mg Celluloid Strip gigi Cendo Xytrol tetes mata CHKM ( Chlorofenol kamfer Menthol ) Chloramphenikol + Hydrocortison krim Citocetin sirup Citotec 200 mikrogram Clindamycin 150 mg Clindamycin 300 mg Counterpain / Balsem Analgetik
set dus botol tablet botol tablet rol rol rol botol capsul capsul set set botol tube botol tablet capsul capsul tube Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
49
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97
Cresophen gigi Cresoprat gigi Curcuma sirup Curcuma tablet Cyclogeston / Cyclofen Inj Decolgen /molek flu Decolsin Capsul Deksametason injeksi Deksametason 0,5 mg tablet Dekstrometorphan sirup Dekstrometorphan tablet Dental Spongostan gigi Dental Stone gigi Depo Progestin / Depogeston Injeksi Devitalisasi Forte gigi Diazepam 5 mg/ml Injeksi Diazepam 2 mg tab Diazepam 5 mg tab Diazepam Rectal Suppositoria 10 mg Diazepam Rectal Suppositoria 5 mg Diethyl Carbamazine sitrat 100 mg Difenhidramin injeksi
dus dus botol tablet vial tablet capsul ampul tablet botol tablet dus dus vial dus ampul tablet tablet tube tube tablet ampul Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
50
98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121
Digoksin tablet Dimenhydrinat 50 mg Domperidon Oral drops Domperidon tablet Doxyciclin 100mg Ecing gigi Epinefrin Bitatrat / Adrenalin Inj Ephedrin HCl tablet Ekstrak Belladon tablet Endometason gigi Enzyplex Epidosin injeksi Erythromicin 200 ml sirup Erythromicin 250 mg kaplet Erythromicin 500 mg kaplet Etakridina (Rivanol) 1% larutan Etambutol 250 mg tablet Etambutol 500 mg tablet Etanol 96% Etanol 70 % Etiket Putih Etil Chlorida Semprot gigi Eugenol gigi F G Troches ( Radio
tablet tablet botol tablet capsul dus ampul tablet tablet dus tablet vial botol capsul capsul botol tablet tablet botol botol pak botol botol tablet Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
51
Gramicidin Isap ) 122 Fenitoin Ntrium 100 mg 123 Fenobarbital 100 mg tablet 124 Fenobarbital 30 mg tablet Fenobarbital 50 mg / ml 125 Injeksi 126 Fenol gliserol tetes telinga Ferro Folat ( Tablet tambah 127 darah ) 128 Fitomenadion (vit K) inj 129 Fitomenadion (vit K) tablet 130 Flecher cair /Powder gigi 131 Formo Cresol gigi Framisetin sulfat kassa steril 132 1% Fuji IX GP ( Glas Ionomer ) 133 gigi 134 Furosemid 40 mg tab 135 Gemfibrozil 300 mg 136 Garam Oralit 200ml 137 Gentamysin Zalf kulit 138 Gentian violet 1% larutan 139 Glibenklamid 5 mg tablet 140 Gliseril Guaiakolat 100 mg 141 Glucose 40 % infus 142 Glucose 5 % infus
tablet tablet tablet ampul botol tablet ampul tablet botol dus lembar dus tablet capsul zak tube botol tablet tablet botol botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
52
143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164
Griseofulvin 250 mg tablet Griseofulvin 500 mg tablet Haloperidol 0,5 mg Haloperidol 1,5 mg Haloperidol 5 mg Hanscon/Sarung tangan S/M/L Hexamin 500 mg Hidrocortison 2,5% Kream Hidroklortiazid 25 mg tab Hydrogen Peroxyda 3% 800cc Hyocine N Butylbromide ( Buscopan ) Ibuprofen 200 mg tab Ibuprofen 400 mg tab Ichtamol zalf (salep hitam) Ikadril sirup Inerson Injeksi Infus Set Anak Infus Set Dewasa Isoniazid 100 mg tablet Isoniazid 300 mg tablet Isosorbid dinitrat tablet Jarum Jahit (Bedah) No.9 s/d 14
tablet tablet tablet tablet tablet dus tablet tube tablet botol tablet tablet tablet tube botol vial set set tablet tablet tablet set Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
53
165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186
Kalium Diklofenac 25 mg Kalium Permanganat ( PK ) Kalsium Hidroksida Pasta gigi Kalsium Laktat 500 mg tab Kanamycin Inj 1g Kantong plastik 7x12 cm Kaolin Pectin ( Diaform ) Kapas Adsorben 250 g Kapas Adsorben 500 g Kaptopril 12.5mg Kaptopril 25mg Kaptopril 50 mg Karbamazepin 200 mg Kasa kompres 40/40 steril Kasa Pembalut 4m x 15m Kasa Pembalut 4m x 3m Kassa 40 yard x 80 cm Kassa steril 16 x 16 Kertas Puyer Klobazam 10 mg Ketokonazol krim Ketokonazol tablet Khlofeniramin Maleat (CTM) 187 tab 188 Kloramfenicol tetes telinga
tablet botol botol tablet vial kg tablet rol rol tablet tablet tablet tablet rol rol rol rol dus set tablet tube tablet tablet botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
54
189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210
Kloramfenikol tetes mata Kloramfenikol 250 mg kapsul Kloramfenikol salep kulit Kloramfenikol salep mata Klorpromazin 100mg Klorpromazin 25mg Klorpromazin 25mg / ml Injeksi Kortison Asetat Injeksi Kodein 10 mg Kondom BKKBN klp plastik Kotrimoksazol Dewasa Kotrimoksazol Pediatrik Kotrimoksazol Suspensi 240 mg Leukoplas 4.5mx15m plester Lidokain Injeksi Lidokain + Adrenalin Injeksi Light Curing (Tambal Sinar ) A2 gigi Light Curing (Tambal Sinar ) A3 gigi Lincomisin 250 mg Lincomisin 500 mg Lisol anti septik 1L
botol capsul tube tube tablet tablet ampul vial tablet set pak tablet tablet botol rol ampul ampul tube tube capsul capsul botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
55
211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232
Loperamide 2 mg Loratadin tab Maldano gigi MASKER Mebendazol 100mg Meloxan tablet Methyl Ergometrin Maleat 0,2 mg Inj( Metergin ) Methyl Ergometrin Maleat 0,125 mg ( Metergin ) Metformin 500 mg Metochlorpropamide 10mg Metronidazol 250mg Metronidazol 500mg Mikropur Plester 0,5 in Mikropur Plester 1 in Mikonazol krim Mikonazol bedak Minyak Ikan 10% salep Monoklor Kamper menthol gigi Multivitamin sirup Multivitamin tablet (DASABION) Mummifying Pasta gigi NaCl Infus
tablet tablet zak dus tablet tablet ampul tablet tablet tablet tablet tablet rol rol tube dus tube botol botol tablet botol botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
56
233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253
Natrium Bicarbonat 500 mg Natrium Diklofenac 25mg Natrium Diklofenac 50mg Neuralgin Neurobion Neurovit E (B Komplex + Tocoperol tab) Nifedipin 10mg Nystatin Drage Nystatin Suspension Oral Nystatin Vagina Obat Anti Tuberkulose kategori Anak Obat Anti Tuberkulose kategori I & III Obat Anti Tuberkulose kategori II Obat Anti Tuberkulose kategori sisipan O B H Plus O B P ( Obat Batuk Putih ) O B H ( Obat Batuk Hitam ) Occo gigi Oksitetrasiklin HCl 3% sal klt Oksitetrasiklin HCl inj Oksitetrasiklin HCl salep mata
tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet botol tablet dus dus dus dus botol botol botol dus tube vial tube Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
57
254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275
Oxytosin Injeksi Omeprazole 20 mg Paraformaldehid 1 mg Papaverin 40 mg tab Papaverin Injeksi Panaspray gigi Parasetamol 100mg Parasetamol sirup Parasetamol 500mg Pehacain Injeksi gigi Pehapral Perfenazin 4 mg Pil KB II Obat Program ( Excluton ) Pil KB III Obat Program ( Microginon ) Piridoxin 10mg ( Vit B6 Tablet ) Piridoxin Injeksi ( Vit B6 Injeksi ) Piroxicam 10mg Piroxicam 20mg Plester Polikresulen ( Albothyl ) Povidon Iodine 10 ml Povidon Iodine 30 ml
flakon capsul tablet tablet ampul botol tablet botol tablet ampul tablet tablet strep strep tablet ampul tablet capsul rol botol botol botol Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
58
276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299
Povidon Iodine 300 ml Povidon Iodine 1000 ml Prednison tablet Propanolol 40 mg Propiltirausil 100 mg ( PTU ) Pulperyl gigi Pyrantel Pamoat tablet 125 mg Pyrazinamide 500mg Ranitidin Reserpin 0,25 mg Retinol (Vit A) 6.000 IU tab Retinol (Vit A) 10.000 IU tab Retinol (Vit A) 20.000 IU tab Retinol (Vit A) 50.000 IU tab Retinol (Vit A) 100.000 IU tab Retinol (Vit A) 200.000 IU tab Rifampisin 300 mg Rifampisin 450 mg Rifampisin 600 mg Ringer Laktat Rocles gigi Salbutamol 2 mg tablet Salbutamol 4 mg tablet Salep 2-4
botol botol tablet tablet tablet dus tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet tablet botol botol tablet tablet tube Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
59
300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323
Salep Whitfield Salisil talk Sefadroxyl 500 mg Sefalexin 500 mg Silk Plain 30/0 Silver Amalgam gigi Simetidin 200 mg Simvastatin 10mg Siprofloxasin 500 mg Spasminal Spiramisin 500 mg Spon gelatin ( Curospan ) Stelazin 5 mg Syntosinon Inj Tablet tambah darah Tamiflu ( Ocetamifir ) Tensivaks 5 mg (Amlodipin) Terbutalin Sulfate 2,5 mg Tetrasiklin 250 mg tablet Tetrasiklin 500 mg tablet T K F ( Trikresol Formalin ) Formokresol Thyamphenikol 250mg Thyamphenikol 500mg Tramadol cap
tube dus capsul capsul rol botol tablet tablet tablet tablet tablet dus tablet ampul tablet capsul tablet tablet capsul capsul botol capsul capsul capsul Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
60
324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347
Tinoridin HCl ( Nonflamin ) Tramadol 50 mg Transamin Capsul Transamin Injeksi Trisulfa 500 mg Trixehsipenidil 2 mg Ventolin Nebuleser Vit B12 (Sianocobalamin injeksi ) Vitamin B kompleks Vitamin B1 Injeksi Vitamin B1 tablet 50mg Vitamin B1 tablet 100mg Vitamin B12 50 mcg tablet Vitamin B12 500 mcg Injeksi Xylestesin gigi Yuvelon capsul Zink Dispersibel 20 mg tablet Zinc Pospat Cement gigi Antifungi Kloramfenikol susp 125mg/5ml Magasida Horvita Buscopan inj C. Catarlent
capsul capsul capsul ampul tablet tablet botol ampul tablet ampul tablet tablet tablet ampul dus capsul tablet dus pot botol tablet tablet ampul set Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
61
348 349 350 351
C. Pantocain C. Midriatil Nature E Neurodial
botol botol kapsul tablet BAYAR
JUMLAH KUNJUNGAN
ASKES
ASTEK
GAKIN
GRATIS JUMLAH
RESEP PASIEN
Jakarta, tanggal bulan tahun Yang membuat laporan
Mengetahui Koordinator Farmasi
Agung Setiayanti
dra. Eko Yusprihani,Apt NIP: 196004271989032001
NIP.198508302011012015 Mengetahui Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman
dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K NIP: 196009191991032001 Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
62
Lampiran 4.2 Kartu Stok Obat pada Kamar Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
63
Lampiran 4.3 Format Laporan Narkotik Lama Bulan X
LAPORAN NARKOTIK (BULAN) (TAHUN) UNIT LAYANAN PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN DATA INI SUDAH DIVERIFIKASIKAN OLEH APOTEKER : dra. Eko Yusprihani, Apt
NO. 1
NAMA OBAT
SATUAN
SALDO AWAL
PEMASUKAN DARI JUMLAH
PENGGUNAAN UNTUK JUMLAH
SALDO AKHIR
Codein 10 mg
Mengetahui Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman
Jakarta, tanggal bulan tahun Yang melaporkan
dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K NIP: 196009191991032001
Agung Setiayanti NIP.198508302011012015
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
64
Lampiran 4.4 Format Laporan Psikotropik Lama Bulan X
LAPORAN NARKOTIK (BULAN) (TAHUN) UNIT LAYANAN PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN DATA INI SUDAH DIVERIFIKASIKAN OLEH APOTEKER : dra. Eko Yusprihani, Apt
NO. 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
NAMA OBAT
SATUAN
SALDO AWAL
PEMASUKAN DARI JUMLAH
PENGGUNAAN UNTUK JUMLAH
SALDO AKHIR
Fenobarbital 30 mg Diazepam 2 mg Diazepam 5 mg/ml Injeksi Diazepam Rectal Suppositoria 10 mg Diazepam Rectal Suppositoria 5 mg Neurodial Chlorpromazin 100 mg Haldol 5 mg Trihexilfenidil 2 mg Amitriptilin
Mengetahui Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman
dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K NIP: 196009191991032001
Jakarta, tanggal bulan tahun Yang melaporkan
Agung Setiayanti NIP.198508302011012015
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
65
Lampiran 4.5 Berita Acara Pemeriksaan Obat Kadaluarsa
PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN JL. KEBON KELAPA RAYA NO.29 UTANKAYU SELATAN JAKARTA TIMUR BERITA ACARA PEMUSNAHAN OBAT KADALUARSA
NO.......................... Pada hari ini Kamis, tanggal 3 Bulan September Tahun 2012, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Dr. Ani Sri Wiryaningsih, M. K.K. NIP: 196009191991032001 Jabatan: Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman Berdasarkan laporan petugas pengelola obat dan perbekalan kesehatan tentang obat kadaluarsa, dengan ini telah melakukan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Puskesmas Kecamatan Matraman dengan nama dan jenis obat seperti terlampir. Demikian Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya sebayak 3 (tiga) rangkap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, Mengetahui, Ka Puskesmas Kecamatan Matraman
September 2012
Penanggungjawab Gudang Obat
Dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K. NIP 196009191991032001
Agung Setiayanti, S.Farm, Apt. NIP 198508402011012015
Saksi 1 Bag. Kesehatan Lingkung
Saksi 2
Sri Supraptiningsih NIP 196808051992032008
Ahmad Zaenal Abidin
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
66
Lampiran 4.6 Berita Acara Pemeriksaan Obat Rusak
PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN JL. KEBON KELAPA RAYA NO.29 UTANKAYU SELATAN JAKARTA TIMUR BERITA ACARA PEMERIKSAAN OBAT RUSAK
NO.......................... Pada hari ini Rabu, tanggal 1 Bulan Juni Tahun 2011, kami yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Dr. Ani Sri Wiryaningsih, M. K.K. NIP: 196009191991032001 Jabatan: Kepala Puskesmas Kecamatan Matraman Berdasarkan laporan petugas pengelola obat dan perbekalan kesehatan tentang obat rusak, dengan ini telah melakukan pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Puskesmas Kecamatan Matraman dengan nama dan jenis obat seperti terlampir. Demikian Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya sebayak 3 (tiga) rangkap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, Juni 2011 Mengetahui, Ka Puskesmas Kecamatan Matraman
Koordinator Obat
Dr. Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K.
dra. Eko Yuspriahani, Apt.
NIP 196009191991032001 Saksi
Sri Supraptiningsih NIP 140 280 953
NIP 140 323 861 Saksi
Sari Bulan Siregar NIP 140 074 058
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
67
Lampiran 4.7 Formulir Distribusi Puskesmas Kecamatan Matraman PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN Jl. Kebon Kelapa Raya No.29 Jakarta Timur
FORMULIR PERMINTAAN DAN PENYERAHAN OBAT/ALKES PUSKESMAS/UNIT: NO
NAMA OBAT
SATUAN
JUMLAH YANG DIMINTA
JUMLAH YANG DITERIMA
KETERANGAN
Jakarta, ………………………………………………………… Yang MenerimaPetugas Yang
Pemohon/Petugas Menyerahkan
(………………………………………….) NIP:
(…………………………………………) NIP:
Mengetahui: Ka. Puskesmas/Koord. Satuan Pelaksana
(……………………………………………) NIP:
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
68
Lampiran 2.1
Data Nama pegawai dan Jabatan di Puskesmas Kecamatan Matraman.
NO
Nama Jabatan
Gol
1
Dr.
2 3 4 5 6 7 8
Drg. Drg. Dr. Dr. Drg. Dr. Dr.
MATRAMAN Ani Sri Wiryaningsih, M.K.K. Nany Suliantiny Eny Rahayu Jun Helminda Dahlia Mangiri Lieny Budyarto,Sp.KG Mohammad HZ. Patut Ritonga Sp.OG
9
Dra.
Eko Yusprihani
Apoteker Madya
III/d
10 11 12 13 14
Drg. Bd. Bd. Zr. Zrg.
Harlina Hasbi Endang Suhaeni Neneng Sudarti Ishak Grace Sampul Sumarni Sebayang
Dokter Gigi Madya Bidan Penyelia Bidan Penyelia Perawat Penyelia Perawat Gigi Penyelia
III/d III/c
Yanti Noviyanti Sri Pujiastuti, S.Kom
Ka. Sub. Bag. Tata Usaha
Sri Sunarti Zaerina
Bidan Penyelia Bidan Penyelia
Dwiana Rachmianthi
Staff
15 16 17 18
Bd. Bd.
1991 1983 1990 1987 2001 1987 1997
PENDIDIKAN TERAKHIR (AKTUAL) Tahun Institusi & Jurusan lulus S2 Megister Kedokteran 2008 Kerja FKG.UNAIR 1991 FKG.UNPAD 1983 FK.USU 1990 FK. UNHAS 1987 FKG-UI Sp.KG 2001 FK.UNBRAW 1978 FK.UI.Sp. OG 1997
1987
Fak.Farmasi Airlangga
1987
1986 1977 2004 1977 1980
1985 1977 2004 1977 1980
1993 1982/1990
FKG.UNPAD SPB Akbid SPR SPRG S2 Magister Administrasi Publik (LAN) D1 Bidan Bidan
1982/1986
D3 Hukum
1986
Jabatan (dlm SK Fungsional)
NAMA PEGAWAI
Ka.Puskesmas Kec. Matraman Dokter Gigi Madya Dokter Gigi Madya Dokter Madya Dokter Madya Dokter Gigi Madya Dokter Madya Dokter Madya
IV/c IV/b IV/a IV/b IV/a IV/a IV/a
IV/a
III/c III/c III/d
Pendidikan S2 Megister Kedokteran Kerja FKG.UNAIR FKG.UNPAD FK.USU FK. UNHAS S2 Kedokteran Gigi S1 Kedokteran Umum FK.UI.Sp. OG FAK.FARMASI AIRLANGGA FKG.UNPAD SPB Akbid SPR SPRG S1 Management Informatika
III/c D1 Bidan III/a D1 Bidan SMA+Pekarya Kes.D3 Hukum
Tahun lulus 2008
1993
2011 1993 1990
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
69
19 20 21 22 23 24 25 26 27
29
A m z a n i . B. Binarja Gati Purwari Haryanto Desty Darman Neli Mayaferani Desy Safitri Heni Puspawati Sirly Cut Caesarrina Agung Setiayanti, S. Farm. Apt. Bambang Mulyono
30
Elisabeth Dualembang
31
Paida Lumban Raja
32 33
Sri Supraptiningsih Suyono
Dr. Dr. Dr. Dr. Drg.
28
Staff Radiografer Penyelia Staff Staff Gizi Dokter Muda Dokter Muda Dokter Muda Dokter Pertama Dokter Gigi Apoteker
-
37
Mennaria Pasaribu
38
Endah Wijiarti
Staff Arsiparis Pelaksana Lanjutan Sanitarian Pelaksana Lanjut Sanitarian Penyelia Staff Bidan Pelaksana Lanjutan Perawat Pelaksana Lanjutan Perawat Pelaksana Lanjutan Pranata Labkes Pelaksana Lanjutan Staff
39
Nendah Awalia, SKM
Staff
Neny Agustini
Perawat Pelaksana Lanjutan
34
Bd.
Wiwik Surtika Dewi
35
Zr.
Delfina Mariany Purba
36
Zr.
Endah Purwanti K.
40
Zr.
SMA.SPPU III/b APRO III/b SMA+Pekarya Kes. SPAG FK USAKTI FK Yarsi FK . Andalas III/b FK Atma Jaya Univ. Padjajaran Univ. Indonesia SMA+Pekarya Kes. III/a D3 Aktns SPPH III/b D3 APK KPAA+Pekarya Kes. 2.D
D1 Bidan
III/a SPR, Akper
1984/1985 ./87/93 1982/1987 1984 20.12.2000
Pekarya Kes. APRO Pekarya Kes. SPAG FK USAKTI
1985 1993 1987 1984 2000
1998 1999 2009
S1 Kedokeran Univ. Padjajaran
1999 2009
2009
Univ. Indonesia
2009
Pekarya Kes.
1987
1985
D3 Aktns
1985
1980
SPPH
1980
D3 APK Pekarya Kes.
1991 1988
1991
Bidan
1990
1984/2000
Akper
2000
1986/1987
1991 1980/1988
2.D
SPK
1976
SPK
1976
2.D
SMAK
1987
SMAK
1987
SMA Sarjana Kesehatan Masyarakat
1984
SMA Sarjana Kesehatan Masyarakat
1984
Akper
1994
Akper
1984
2.D
2006
2006
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
70
41
Zr.
Noorce Umboh
42 43
Ismadi Wibowo Manne Matondang
44
Endi
45 46 47 48 49 50 51 52 53
Mulyono Sodikin Soetoyo Tetty Muna Sumiwaty Simanjuntak Bd. Yuli Marnis Herman Susilo, Amd. Kep. Zr. Sri Haryati Bawon Adi Suyono
54 55 56
Drg. Dr. Bd.
UKS I Henny Oktaria Aziz Nina Triana Romauli Sitompul
57
Zrg.
Siti Rahmaniah
58
Zr.
Eli Nurhayati
Perawat Pelaksana Lanjut Staff Staff Perawat Pelaksana Lanjutan Staff Staff Perawat Pelaksana
III/a SPK, Akper SMA+Pekarya Kes. SMA
1981/2004
Akper
2004
1986/1987 1990
Pekarya Kes. SMA
1987 1990
II/d
Akper
2004
Akper
2004
2.D
SMEA - TB SMA SPR
1986 2006 1979
SMEA SMA SPR
1986 2006 1975
Staff Gizi
SPAG
1972
SPAG
1972
Bidan Pelaksana
D1 Bidan
1993
1993
D3 Keperawatan Jayakarta
2005
Akper RS. Islam UMJ SLTP SLTP
2003 1996 1972
D1 Bidan D3 Keperawatan Jayakarta Akper SLTP SLTP
FKG.UNIV.MUSTOPO
1991
D1 Bidan
1993
SPRG
1992
-
-
Staff Staff
Dokter Gigi Madya Bidan Pelaksana Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan -
3.D
2.D
FKG.UNIV.MUSTOPO S1 Kedokteran D1 Bidan
1991 2008 1992/1993
SPRG
1992
Akper RSU Hisarma Medan
2002
2005 2003 1996 1972
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
71
UKS II Budi Suryoningsih Anita Sari
59 60
Drg. Dr.
61
Zr.
62
Zrg.
Yesni Syarbaini
63 64
Zr. Bd.
Ernawati Mutia Novinina
Yuni Adriani
65
Drg.
Ukut Homalessy Rosalina
66
Zrg.
Agustina P. Siregar
67 68 69 70 71
72 73 74
Rahadhini Ayu Setyaningrum Zr. Choti Sunarni Yana Hidayana Bd. Maswah Zr. Nurhaeni Dr.
Dr. Drg. Bd.
Pisangan Baru Alfiah Koes Tris Sundari Nurlian Raja Gukguk
Dokter Muda Perawat Pelaksana Lanjutan Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan Perawat Pelaksana -
Dokter Gigi Madya Perawat Gigi Pel. Lanjut -
FKG.UPDM FK Sebelas Maret
1991 2006
FKG.UPDM FK Sebelas Maret
1991 2006
Akper
1992
Akper
1992
SPRG
1989
SPRG
1989
2.C
AKPER D III Kebidanan
1999 2007
Bidan D III Kebidanan
1995 2007
4.B
FKG.UNHAS
1986
FKG.UNHAS
1986
SPRG
1980
SPRG
1980
Univ. Diponegoro
2009
Univ. Diponegoro
2009
2.D
-
Perawat Penyelia Staff Bidan Pelaksana -
III/a Akper SMA+Pekarya Kes. Akbid SPK
1988 1986/1987 2004 2003
Akper Pekarya Kes. Akbid
1988 1987
Dokter Muda Dokter Gigi Madya Bidan Penyelia
III/c S1 Kedokteran Umum III/d S1 Kedokteran Gigi III/b D1 Bidan
2003 1993 1984/1998
FK UnHas FKG.UPDM Bidan
2003 1993 1998
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
72
75 76 77
Dr. Drg. Zr.
78
Bd.
79 80
Zrg.
81
Zr.
Palmeriem Isra Miryanti Yuyut Indrawaty Robiah Sonya Paula Connie Fransesca Djodi Sunarto Kunmaryani Maysa Rachmawati
82 83
Drg. Bd.
Kayu Manis Katarina Dairi ERNAWATI
84
Zrg.
Puji Wahyuni
85 86
Dr.
Putu Datika Puspitasari Feny Djamilah
87
Bd.
Siti Ruliyah
88
Zr.
Sulastri Kusmala Dewi S.
89
Helmyana
Dokter Madya Dokter Gigi Madya Perawat Penyelia
4.B 3.B
Bidan Pelaksana Staff Perawat Gigi Pelaksana Lanjutan Paramedis Pembantu
Dokter Gigi Madya Bidan Penyelia Perawat Gigi Pel. Lanjut Staf Bidan Pelaksana Lanjutan Perawat Pelaksana Asisten Apoteker Pelaksana
3.D
FK.U.ANDALAS FKG.TRISAKTI Bidan, Akper
1982 1982 1986/2004
FK.U.ANDALAS FKG.TRISAKTI Akper
1982 1982 2004
D1 Bidan
1993
SMEA+Pekarya Kes.
1983
Pekarya Kes.
1987
SPRG
1991
SPRG
1991
Akper Pasar Rebo
2001
Bidan
1995
SPRG
1983
FK. UNDIP Pekarya Kes.
2008 1986
FKG.USU SPK, Bidan SPRG S1 Kedokteran Umum SMA
1991 1982/1995 1981 2008 1985/1986
2D
D1 Bidan
1990
D1 Bidan
1990
2.C
SPK
1994
SPK
1994
2.a
SMF
1994
S1 Farmasi
1999
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
73
Lampiran 2.2. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Matraman
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN ANI SRI WIRYANINGSIH, Dr., M.K.K. Kepala Puskesmas Kecamatan YANTI NOVIANTI SP, S.Kom Kepala Sub.Bag. Tata Usaha
TEAM ISO
Pengadministrasi Keuangan
Pengadministrasi Kepegawaian
Pengadministrasi Umum
Neli Mayaferani, Dr.
Pengelola Keuangan
BAMBANG MULYONO
Pengelola Rmh Tangga
Sirly Cut Caesarrina, Drg.
GATI PURWARI
Ismadi Wibowo
SUYONO
IRMAWATI
Yudi Astria Tirta Dwi Karsa
TEAM PENGADAAN
Arsiparis
Bend. Pengeluaran
Elisabeth Dualembang
Desty Darman, Dr.
AMZANI B
Pengurus Barang
Helmiyana
Pembantu Bendahara
MULYONO
Dwiana Rachmianthi
Perencanaan
PPK Heni Puspawati, Dr.
Bend. Penerimaan Pembantu
Endah Wijiarti
Manne Matondang
Pranata Komputer / SP2TP
Kasir
Endah Wijiarti
Adi Suyono
Pengemudi
Devi Lidia Sari
Suwardi Heri Sanjaya
Ka. Sub. Sie. Yankes
Ka. Sub. Sie. Penunjang
MUHAMMAD HZ, Dr.
dr. JUN HELMINDA
Bagian Pelayanan Kesehatan
Puskesmas Kelurahan
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
74
Lanjutan
Puskesmas Kelurahan
Utan Kayu Selatan I
Utan Kayu Selatan II
Utan Kayu Utara
Pisangan Baru
Palmeriam
Kayu Manis
Henny Oktaria , Drg
Budi Suryoningsih,Drg
Musniati Maeda, Zr
Anita Sari,Dr
Homalessy Rosalina,Drg
Alfiah Koes, Dr.
Yuyut Indrawati,Drg
Katarina Dairi,Drg
Siti Rosanah,Bd
Tris Sundari,Drg
Isra Miryanti,Dr
ERNAWATI,Bd
Nina Triana, Dr
Yuni Adriani,Zr
Agustina P. Siregar,Zrg
Dini Chaerani, Zr.
R o b i a h, Zr.
Puji Wahyuni,Zrg
Romauli Sitompul, Bd
Ernawati,Zr
Rahardini Ayu S,Dr
Nurlian Raja Gukguk,Bd
Sonya Paula Connie F,Bd
Putu Datika Puspitasari,Dr
Siti Rahmaniah, ]Zrg
Yesni Syarbaini,Zrg
Choti Sunarni,Zr
Erni Nopianti, Zr.
Djodi Sunarto
Siti Ruliyah,Bd
Eli Nurhayati, Zr
Mutia Novinina,Bd
Yana Hidayana
Prawita Sari,Zrg
Kunmaryani,Zrg
Sulastri Kusmala D S, Zr.
Dwi Wahyu Setyo Raharti, SAA
Eka Apriyanti,SAA
Maswah,Bd
Agustina Yuniati
Maysa Rachmawati, Zr.
Helmyana
Teny F Nurdin
Merza Fahlefi
Nurhaeni,Zr
Zurlin Dwirostantin,SAA
Lina Nasrulloh,Bd
Kuatno,Br
Atiyyatul Maula, SAA
Rati Sandi Saputra,Bd PUSKESMAS KELILING Kebon Manggis Desy Safitri,Dr Hidayati,Bd Herman Susilo, Am.Kep. Sutoyo Wiwik Surtika Dewi,Bd Mira Damayanti,Zr
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
75
Lanjutan Bagian Pelayanan Kesehatan
Medis Umum
Kesehatan Gigi & Mulut
Ibu dan Anak
Gadar & Bencana
Laboratorium
Dahlia Mangiri, Dr.
Drg. Nany Suliantiny
Bd. Endang Suhaeni
GADAR & BENCANA
PRANATA LABORATORIUM
Desy Safitri, Dr.
Drg. Eny Rahayu
Bd. Sri Sunarti
ENDI
Mennaria Pasaribu
Herman Susilo, Am.Kep.
Drg. Lieny Budyarto, Sp.KG
Bd. Zaerina
Desty Daeman, Dr.
Maya Fitri Astuti
Sutoyo
Drg. Harlina Hasbi
Kus May Dona Irandes
Alfriyano Arsie , Dr.
RADIOGRAFER
Sri Haryati, Zr.
Drg. Sirly Cut Caesarrina
POLI MTBS
Handayani, Dr.
BINARJA
Noorce Umboh, Zr.
Zrg. Sumarni Sebayang
Dr. Jun Helminda
Ni Made Ayu Dewi, Dr.
Bd. Yuli Marnis
M.G. Rumiyati ,Dr
Maulina Kurniasih, Zr.
IMMUNISASI
Nur Amalia Basri ,Dr
POLI TB.PARU & KUSTA
ENDI
Sumarti, Zr.
Zr. Delfina Mariany Purba
RUMAH BERSALIN
Siti Amilah, Zr.
POLI HAJI & JIWA / NAFZA
Bd. Neneng Sudarti Ishak
Eddy Y Sumolang
Zr. Endah Purwanti K.
Patut Ritonga, Dr., Sp.OG.
Agung Rahmatullah
KLINIK GIZI
Hernita,Bd
HARYANTO
Tri Isnani,Bd
POLI MATA
Windy Hendriani,Bd
Zr. Grace Sampul
Laelatul Hasanah,Bd
IMS & LJJS
Ronika Natalie Saragi,Bd
Heni Puspawati, Dr.
Niken Yunita,Bd
Zr. Grace Sampul
Wiwit Rahayu,Bd
LANSIA
Muaina Firdaus,Bd
Bd. Sri Mulyati
Suparti Hikmah
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
76
Lanjutan Lanjutan Bagian Pelayanan Kesehatan
Gizi
Farmasi
Kesehatan Masyarakat
NUTRISIONIS AHLI
APOTEKER
EPIDEMIOLOG KESEHATAN
NENDAH AULIA, SKM
dra. Eko Yusprihani, Apt
Neny Agustini
NUTRISIONIS TERAMPIL
ASITEN APOTEKER
SANITARIAN AHLI
Tri Mauresti, SAA
SRI SUPRAPTININGSIH
Ahmad Zaenal Abidin, SAA
SANITARIAN TERAMPIL PAIDA LUMBAN RAJA
PENGAWAS FARMASI & MAKANAN
PENYULUH KESEHATAN
Agung Setiayanti, S. Farm. Apt.
HIDAYATI,Bd
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
77
Lampiran 3.1 Seleksi, Evaluasi, dan Reevaluasi Pemasok oleh Tim Pengadaan Puskesmas Kecamatan Matraman
Mulai Informasi pemasok
Daftar pemasok
Seleksi pemasok
Tidak
— Arsip pemasok — Fax surat penawaran produk — Sumber lain
— Daftar pemasok
— Seleksi pemasok
Ya Daftar pemasok terpilih
Tidak
— Daftar pemasok terpilih
Persetujuan
Kembali ke pemasok
— Daftar pemasok tidak terpilih Ya Penetapan daftar pemasok terpilih
Tidak
— Daftar pemasok terpilih — Surat perjanjian — Brosur
Terjadi masalah? Ya Reevaluasi pemasok
B
— Daftar pemasok terpilih
A Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
78
Lanjutan Seleksi, Evaluasi, dan Reevaluasi Pemasok Puskesmas Kecamatan Matraman
B
A
Tidak
Terpilih? Ya
Tim pengadaan; Kepala puskesmas Penetapan pemasok terpilih
— Daftar pemasok terpilih
Tim pengadaan Evaluasi pemasok berkala
— Daftar pemasok terpilih
Terpilih? Tidak Ya
Tidak
Penetapan pemasok terpilih
— Daftar pemasok terpilih
dokumentasi
— Daftar pemasok terpilih
selesai
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
79
Lampiran 3.2 Penilaian Seleksi Pemasok Puskesmas Kecamatan Matraman
Seleksi pemasok baru: Nilai 1. Mutu sampel
30
Jika mutu sampel produk sesuai spesifikasi
30
Jika mutu sampel tidak sesuai dengan spesifikasi
30
2. Kemampuan kirim
10
Jika kemampuan kirim dibawah 1 minggu
10
Jika kemampuan kirim 1-2 minggu
5
Jika kemampuan di atas 2 minggu
0
3. Harga yang ditawarkan
30
Jika harga dibawah rata-rata 3 pemasok
30
Jika harga sama dengan rata-rata 3 pemasok
15
Jika harga di atas rata-rata 3 pemasok
0
4. Syarat pembayaran
20
Jika pembayaran tunai
0
Jika pembayaran 1-2 minggu
10
Jika pembayaran di atas 2 minggu
20
5. Profil perusahaan Jika memiliki SIUP, NPWP, sertifikat pemasok,
10 10
surat keterangan domisili Diterima jika nilai ≥ 80 Ditolak jika nilai < 80
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
80
Lampiran 3.3 Penilaian Evaluasi Pemasok Puskesmas Kecamatan Matraman
Seleksi pemasok: Nilai 1. Mutu sampel
30
Jumlah pembelian sesuai spesifikasi x 30 Jumlah pembelian
2. Ketetapan kirim
20
Jumlah pengiriman tepat waktu x 20 Jumlah pengiriman
3. Harga yang ditawarkan
30
Jika harga dibawah rata-rata 3 pemasok
30
Jika harga sama dengan rata-rata 3 pemasok
15
Jika harga di atas rata-rata 3 pemasok
0
Diterima jika nilai ≥ 65 Ditolak jika nilai < 65
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
81
Lampiran 3.4 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Mulai Petugas Pengadaan Barang Mengumpulkan rencana kebutuhan barang dari tiap-tiap unit
Seleksi kebutuhan sesuai angaran
Membagi kebutuhan barang dalam beberapa pembelian
Mengirim surat undangan penawaran harga kepada pemasok Ya
Menyeleksi surat penawaran harga dari pemasok
Tidak
Ya
— Lembar kebutuhan barang
— Lembar kebutuhan barang — Jumlah anggaran — Lembar kebutuhan barang
— Daftar distributor — Surat undangan
— Surat penawaran harga — Daftar pemasok — Biodata rekanan
Membuat surat pesanan Petugas Pemeriksa Barang Menerima kedatangan barang Kembali ke pemasok Tidak
Memeriksa kesesuaian barang Barang Ya Menyerahkan ke bendaharawan barang Petugas Gudang Selesai
— Surat pesanan — Lembar kebutuhan barang — Berita acara penerimaan barang
— Berita acara pemeriksaan barang
— Surat jalan — Berita acara penerimaan barang Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
82
Lampiran 3.5 Penerimaan, Penyimpanan, dan Pendistribusian Material Puskesmas Kecamatan Matraman Mulai Bagian Pengadaan Informasi rencana kedatangan material
Penanggung jawab gudang Penerimaan Material
Tidak
Periksa kualitas dan kuantitas. Sesuai? Ya
Penyimpanan
Tidak
— Rencana kedatangan material — Surat jalan — Daftar penerimaan barang
— Surat jalan — Daftar penerimaan barang — Laporan pemeriksaan material
— Data Stok
Pengeluaran Barang Ya
Kembali ke pemasok
Pengeluaran dan distribusi
— Laporan pengeluaran barang
Dokumentasi
— Daftar penerimaan barang — Data stok — Laporan pemakaian barang
Selesai
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
83
Lampirahn 3.6 Pendistribusian Material oleh Penanggung Jawab Gudang Puskesmas Kecamatan Matraman
Mulai
Penanggung jawab obat puskesmas keluarahan atau penanggung jawab jawab unit pelaksana
— Formulir/ lembar permintaan, LP/LPO
Informasi rencana kebutuhan
— Formulir/ lembar permintaan
Pelaksanaan distribusi
Penanggung jawab obat, penanggung jawab unit pelaksana, dan penanggung jawab gudang.
Periksa jumlah dan jenis. Sesuai? Ya
Pengeluaran dan distribusi
Penanggung jawab obat puskesmas kelurahan dan kecamatan
— Data Stok
Tidak
Kembali ke gudang
Dokumentasi
— Formulir/ lembar permintaan dan distribusi , LP/LPO — Kartu stok
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
84
Lampiran 3.7 Pelayanan Kamar Obat oleh Petugas Kamar Obat Puskesmas Kecamatan Matraman
Mulai
Pasien mengambil bil urut nomor
— Nomor urut
Menerima resep
— Kertas resep
Memeriksa kelengkapan resep
— Kertas resep
Dikembalikan ke poli terkait
tidak
ya
tidak
Membuat etiket
— Kertas resep
Meracik/mengisi obat
— Kertas resep — Etiket obat
Memeriksa kesesuaian obat dnegan resep
— Kertas resep — Etiket obat — Kemasan obat
Apakah sesuai? ya Menyerahkan obat kepada pasien
Mencatat pemakaian obat yang sesuai dengan resep yang masuk
— Kertas resep — Obat dalam Kemasan — Obat dalam Kemasan
— Buku Harian pengeluaran obat harian — Kertas resep
Selesai Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
GAMBAR
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Jumlah Resep di Apotek Puskesmas Matraman Tahun 2012 Bayar
Askes
Astek
Gakin
gratis
113867
19497 6709 Bayar
2862
Askes
Astek
9349
Gakin
gratis
Jumlah Resep di Apotek Puskesmas Matraman Tahun 2012 16000
Jumlah resep
14000 12000 10000
BAYAR
8000
ASKES
6000
ASTEK
4000
GAKIN
2000
GRATIS
0
JUMLAH
Bulan
Gambar 4.1 Jumlah resep di apotek Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2012.
85
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
Total pemakaian obat 2012
86
10 pemakaian obat terbanyak dalam tahun Parasetamol 500 mg 2012 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0
Klorfeniramin maleat (CTM) Amoksisilin 500 mg Vitamin B kompleks Gliseril guaiakolat 100 mg Antasida doen tablet Asam askorbat vit C 50 mg
Nama Obat
Gambar 4.2 Sepuluh Pemakaian Obat terbanyak dalam tahun 2012.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013
REKAPITULASI LAPORAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR) DI PUSKESMAS KECAMATAN MATRAMAN JAKARTA TIMUR PERIODE JANUARI – DESEMBER 2012
ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm.
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
1206313652
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Tujuan .................................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM .............................................................................. 4 2.1 Penggunaan Obat Rasional ..................................................................... 4 2.2 Diare Non Spesifik................................................................................ 11 2.3 Influenza .............................................................................................. 14 2.4 Migren ................................................................................................. 15 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN........................................................ 17 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................ 17 3.2 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 17 3.3 Cara Kerja ............................................................................................ 17 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 19 4.1 Pemakaian Antibiotik pada Resep ......................................................... 19 4.2 Pemakaian Injeksi pada Myalgia ........................................................... 24 4.3 Pemakaian Obat Generik....................................................................... 24 4.4 Jumlah Item Obat yang Digunakan tiap Resep ...................................... 25 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 27 5.1 Kesimpulan........................................................................................... 27 5.2 Saran .................................................................................................... 27 DAFTAR ACUAN...............................................................................................29
ii
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi menurut Data Pemeriksaan. ............................. 12 Tabel 2.2 Tatacara pemberian cairan berdasar umur pada kasus diare berat. ..... 14 Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman. .. 31 Tabel 4.2 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman. .. 32 Tabel 4.3 Persentase Penggunaan Obat Generik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.. . 33 Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Obat tiap resep untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.. . 34 Tabel 4.5 Hubungan jumlah item obat dan efek samping obat.. ........................ 35
iii
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp. 4.1 Formulir Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Matraman ......................................................................................... 36
iv
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman. ..................................................................................... 37 Gambar 4.2 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA Periode JanuariDesember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman... ...................... 38 Gambar 4.3 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.. .................................................................................... 39 Gambar 4.4 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.. .................................................................................... 40 Gambar 4.5 Rata-rata jumlah obat yang digunakan pasien tiap resep untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman... ............................................... 41
v
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu kebutuhan esensial manusia, terutama jika dikaitkan dengan perannya sebagai komponen penting bagi pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, ketersediaan obat yang aman dan efektif dalam jumlah dan jenis yang cukup harus senantiasa dijamin di setiap lini pelayanan kesehatan. Dalam konteks ini obat juga harus tersedia setiap saat diperlukan oleh masyarakat (Dwiprahasto, 2011). Peresepan dan penggunaan obat merupakan salah satu andalan utama pelayanan kesehatan dipuskesmas (Dwiprahasto, 2006). Namun, adanya perkembangan obat yang begitu pesat sering tidak dapat dibendung dengan mekanisme kontrol yang memadai (Dwiprahasto, 2011). Oleh karena itu, pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional menjadi penting disini, yaitu pengelolaan obat yang dilaksanakan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan (safety), dan mutu (quality) obat terjamin, serta penggunaan obat harus diberikan secara tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, dan senantiasa waspada terhadap kemungkinan efek samping obat yang tidak diinginkan (Sutrisna, 2011). Penggunaan obat dikatakan tidak rasional adalah jika terjadi polifarmasi, penggunaan antibiotik secara tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, pemberian resep yang tidak sesuai dengan kliniks dan diagnosis, dan swamdikasi yang tidak tepat (Bahaudin, 2010). Beberapa penelitian menemukan bahwa penggunaan obat di pusat pelayanan kesehatan cenderung berlebih. Pada berbagai penyakit yang ringan dan dapat sembuh sendiri seperti misalnya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare, penggunaan antibiotika cenderung tinggi. Di samping itu, jenis obat yang diresepkan juga sangat beragam (Dwiprahasto, 2006). Sebagai contoh, penelitian oleh Dwiprahasto (2006) mendapati bahwa penggunaan obat untuk ISPA dan myalgia di puskesmas berlebihan dan umumnya dalam bentuk polifarmasi. Penggunaan injeksi untuk myalgia sangat tinggi yaitu rata-rata lebih dari 40%. Selain itu, pada penelitian lain penggunaan antibiotika 1
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
juga cenderung tinggi dan umumnya justru diberikan pada penyakit atau kondisi yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika. Dari studi yang dilakukan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UGM dalam Dwiprihasto (2011) ditemukan berbagai penggunaan antibiotika yang jauh dari ideal. Dimana, hampir semua penderita ISPA non pneumonia (92-98%), baik dewasa maupun balita mendapatkan paling tidak satu jenis antibiotika jika mereka berobat ke puskesmas (Kristin, et al, 1998). Di praktek swasta, fenomena ini ternyata juga tidak berbeda, penggunaan antibiotika yang tidak sesuai mencapai 82-89% (Torres et al, 2000). Hal ini menjadi salah satu cermin betapa antibiotika telah keliru diberikan kepada mereka yang justru tidak memerlukannya (Dwiprahasto, 2004). Dampak buruk penggunaan obat yang berlebihan, khususnya antibiotika, adalah dapat mengubah ekologi kuman dan menimbulkan seleksi kuman resisten. Penggunaan antibiotik
yang tidak bijak juga menimbulkan masalah infeksi
nosokomial khususnya oleh kuman yang resisten terhadap beberapa antibiotik sekaligus. Konsekuensi logis berikutnya adalah meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang diikuti dengan meningkatnya lama dan biaya rawat. Dampak penggunaan yang tidak rasional atas obat lainnya selain meningkatnya kejadian efek samping dan interaksi obat, juga merupakan pemborosan (Sadikin, 2011). Salah satu strategi untuk penerapan Penggunaan Obat Rasional (POR) adalah dengan menetapkan kebijakan atau regulasi Penggunaan Obar Rasional (POR) yang harus didata oleh puskesmas dan dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan masing-masing kecamatan. Regulasi ini salah satunya diterapkan pada Puskesmas Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Dimana puskesmas ini melakukan pendataan Penggunaan Obat Rasional (POR) pada resep yang masuk di apotek tiap bulannya. Dengan adanya data POR ini, selanjutnya diperlukan adanya analisis Penggunaan Obat Rasional (POR) untuk memantau penggunaan obat secara tepat untuk pasien. Parameter yang dapat dianalisa dalam penggnaan obat rasional (POR) yaitu pemakaian antibiotik, injeksi, dan jumlah jenis obat tiap resep, penggunaan obat generik untuk pasien pada penyakit ISPA, diare, dan myalgia. Berdasar atas hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan pengkajian mengenai analisis Penggunaan obat rasional (POR) pada Puskesmas Kecamatan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
3
Matraman. Pada pengkajian kali ini, analisis data Penggunaan Obat Rasional (POR) Puskesmas Kecamatan Matraman dilakukan dari bulan Januari hingga Desember 2012. Yang mana data yang diperoleh tersebut adalah data yang dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur tiap bulan. Parameter yang dianalisis adalah pemakaian antibiotik, injeksi, jumlah obat yang diberikan kepada pasien tiap resep, jumlah obat generik yang digunakan. Penggunaan obat yang dianalisa adalah obat yang dipakai dalam pengobatan ISPA, diare, dan myalgia.
1.2 Tujuan a. Mendapat data Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Matraman dari bulan Januari hingga Desember 2012. b. Memperoleh analisis Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan
Matraman dari bulan Januari hingga Desember 2012.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggunaan Obat rasional Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode yang adekuat dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarkat banyak. Namun, diketahui lebih dari 50% obat-obatan di dunia yang diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif, dan tidak efisien. Terbalik dengan kondisi tersebut, sepertiga dari penduduk dunia kesulitan mendapatkan akses memperoleh obat esensial sehingga obat-obatan menjadi mahal (perlu tercapainya "cost effective medical interventions" (Bahaudin, 2010). Hermansyah dan Ramadhy (2010), secara singkat, mengemukakan bahawa pemakaian obat dikatakan tidak rasional apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Vance & Millington, 1986). Di sini terkandung aspek manfaat, risiko efek samping dan biaya. Dalam publikasi ilmiah mereka, dijelaskan pula bentuk-bentuk ketidakrasionalan pemakaian obat yang dapat dikelompokkan sebagai berikut (Hermansyah dan Ramadhy, 2010): 1. Peresepan boros (extravagant), yakni peresepan dengan obat-obat yang lebih mahal padahal ada alternative yang lebih murah dengan manfaat dan keamanan yang sama. Termasuk di sini mestinya adalah peresepan yang terlalu berorientasi ke pengobatan simtomatik sampai mengurangi alokasi obat-obat yang lebih vital. Misalnya pemakaian obat-obat antidiare yang berlebihan dapat menurunkan alokasi untuk oralit yang notabene lebih vital untuk menurunkan mortalitas. 2. Peresepan berlebihan (over prescribing), terjadi bila dosis obat, lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan melebihi ketentuan. Juga peresepan dengan obat-obat yang sebenarnya tidak diperlukan dapat dikategorikan dalam bentuk ketidak-rasionalan ini. 3. Peresepan yang salah (incorrect prescribing), mencakup pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, diagnosis tepat tetapi obatnya keliru, pemberian obat ke 4
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
5
pasien salah. Juga pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi lain yang diderita bersamaan. 4. Peresepan majemuk (multiple prescribing), yakni pemakaian dua atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup hanya diberikan obat tunggal saja. Termasuk di sini adalah pengobatan terhadap semua gejala yang mungkin tanpa mengarah ke penyakit utamanya. Sebagai contoh, di Puskesmas pasien yang datang rata-rata akan menerima obat + 4 jenis per episode kunjungan. 5. Peresepan kurang (under prescribing) terjadi kalau obat yang diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama pemberian terlalu pendek. Bentuk-bentuk ketidakrasionalan dalam praktek banyak dijumpai, dan mungkin jarang terdeteksi jika tidak ditelaah secara mendalam apakah suatu pola peresepan tertentu sudah optimal atau belum. Walaupun mungkin ada keragaman antar
berbagai
daerah
pelayanan,
tetapi
umumnya
bentuk-bentuk
ketidakrasionalan pemakaian obat menunjukkan pola yang mungkin serupa. Beberapa contoh yang sering dijumpai, misalnya: 1. Pemakaian antibiotika dan bukannya oralit pada kasus-kasus diare akut. 2. Pemakaian antibiotika untuk infeksi-infeksi saluran nafas akut yang nonbakterial (ISPA ringan) 3. Pemakaian suntikan tanpa indikasi jelas padahal pemakaian obat secara oral juga dimungkinkan. 4. Pemakaian berbagai tonikum dan multivitamin tanpa indikasi medik yang tepat. 5. Pemberian obat secara berondongan (shotgun) dengan berbagai macam obat tanpa dasar jelas. 6. Pemakaian hormon untuk perangsang nafsu makan dan pertumbuhan pada anak, 7. Pemakaian steroid secara sembarangan untuk terapi simtomatik berbagai kondisi, 8. Pemakaian profilaksi antibiotika untuk semua tindakan bedah tanpa indikasi yang jelas. 9. Pemakaian antibiotika profilaksi pada kondisi malnutrisi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
6
Penggunaan
obat
rasional
dalam
prakteknya
diperlukan
untuk
meningkatkan sefektivitas dan efisiensi belanja obat yang merupakan salah satu upaya
cost
effectie
medical
interventions.
Disamping
itu
juga
untuk
mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau, mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat yang dapat membahayakan pasien dan meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan kesehatan (Bahaudin, 2010). Pemakaian obat yang tidak rasional dapat menimulkan dampak negatif. Dampak negatif pemakaian obat yang tidak rasional sangat luas dan kompleks, menurut Hermansyah dan Ramadhy (2010) secara ringkas dampak tersebut dapat digambarkan seperti berikut: 1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan mempengaruhi mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung atau tidak langsung. Secara luas juga dampak negatifnya terhadap upaya penurunan mortalitas dan morbiditas penyakit-penyakit tertentu. Misalnya, kebiasaan untuk selalu memberi antibiotik. Masalah penggunaan antibiotika yang tidak rasional akan terkait dengan masalah resistensi. Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa konsekuensi yang fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal berespon terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit (prolonged illness), meningkatnya resiko kematian (greater risk of death) dan semakin lamanya masa rawat inap di rumah sakit (length of stay) (Utami, 2012). 2. Dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan Pemakaian obat-obatan tanpa indikasi yang jelas, untuk kondisi-kondisi yang sebetulnya tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan, baik dari sisi pasien maupun sistem pelayanan. Dokter mungkin kurang memperhatikan dampak ekonomi ini, tetapi bagi pasien yang harus membayar atau bagi sistem pelayanan yang harus menanggung biaya pengobatan, hal ini akan sangat terasa. Kebiasaan peresepan yang terlalu tergantung pada obat-obat paten yang mahal, jika ada alternatif obat generik dengan mutu dan keamanan yang sama, jelas merupakan beban dalam pembiayaan dan merupakan salah satu bentuk ketidak rasionalan. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
7
3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping obat Kemungkinan risiko efek samping obat dapat diperbesar oleh pemakaian obat yang tidak tepat. Ini dapat dilihat secara individual pada masing-masing pasien atau secara epidemiologik dalam populasi. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis (multiple prescribing) maupun dosis (over prescribing) jelas akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping. Pemakaian antibiotika secara berlebihan juga dikaitkan dengan meningkatnya resistensi kuman terhadap antibiotik yang bersangkutan dalam populasi (Levy, 1982). Ini mungkin merupakan contoh dampak efek samping yang kurang nyata pada seorang
penderita
tetapi
jelas
merupakan
konsekuensi
serius
secara
epidemiologik. 4. Dampak psikososial Pemakaian obat secara berlebihan oleh dokter seringkali akan memberikan pengaruh psikologik pada masyarakat. Masyarakat menjadi terlalu tergantung pada terapi obat walaupun intervensi obat belum tentu merupakan pilihan utama untuk kondisi tertentu. Lebih parah lagi kalau kemudian karena terlalu percaya atau tergantung pada intervensi obat, bentuk-bentuk intervensi lain untuk kondisi tertentu tersebut lalu ditinggalkan. Sebagai contoh, karena terlalu percaya bahwa pemakaian obat seperti aspirin secara terus-menerus akan dapat mencegah penyakit jantung koroner, maka profilaksi-profilaksi yang lebih penting terhadap faktor risiko yang sudah jelas misalnya, tidak merokok lantas diabaikan. Atau dalam klinik, karena terlalu percaya pada pemberian profilaksi antibiotika maka tindakan-tindakan aseptik pada pembedahan lalu tidak diperhatikan secara ketat. Beberapa dampak negatif yang diutarakan tersebut mungkin jarang terperhatikan sewaktu dokter menulis resep atau memutuskan pengobatan, tetapi baru akan jelas kalau dikaji secara khusus dan luas. Mungkin masih banyak dampak-dampak negatif lain yang belum tercakup, tetapi yang penting adalah bahwa kemungkinan-kemungkinan terjadinya dampak negatif tersebut bukanlah sematamata sesuatu yang teoritis saja. Salah satu strategi untuk penggunaan obat rasional (POR) adalah dengan menetapkan kebijakan atau regulasi Penggunaan Obar Rasional (POR) yang harus didata oleh puskesmas dan dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan masing-masing Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
8
kecamatan. Informasi yang terdapat dalam data Penggunaan Obat Rasional tiap bulan adalah data n, A hingga data H. Dimana, n adalah jumlah pasien yang di data, A adalah jumlah item obat tiap resep yang diberikan kepada pasien, B adalah jumlah pasien yang mendapat antibiotik, C adalah jumlah pasien yang mendapat injeksi, D adalah jumlah obat generik yang diberikan, E adalah rata-rata jumlah obat yang digunakan pasien tiap resep (A/n), F adalah persentase pasien yang mendapat antibiotik (B/n x 100%), G adalah persentase pasien yang mendapat injeksi (C/n x 100%), dan H adalah persentase obat generik yang digunakan (D/A x 100%). Informasi-informasi tersebut didapat dari resep yang mengindikasikan diagnosis untuk penyakit dengan kode 1302 (ISPA), 0102 (Diare), dan 21 (myalgia). Dalam hal ini, ISPA lebih mengarah pada penyakit influenza dengan gejala seperti batuk, sedangkan yang dimaksud diare adalah diare non spesifik, dan myalgia adalah migren. Resep dengan diagnosis penyakit tersebut diperoleh dari resep masuk yang dipilih secara acak dari total resep yang masuk setiap harinya. Bentuk formulir laporan Penggunaan Obat Rasional (POR) Puskesmas Kecamatan Matraman tertera pada Lampiran 1.
2.1.1 Definisi Penggunaan Obat Rasional Pengertian Penggunaan Obat Rasional (POR) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 1985 adalah Penggunaan obat rasional bila : 1. Pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhannya 2. Periode waktu yang adekuat 3. Harga yang terjangkau
2.1.2 Batasan penggunaan obat rasional Batasan POR terkait erat dengan kriteria dalam penggunaan obat agar rasional ketika dikonsumsi oleh pasien. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan kriteria penggunaan obat rasional yaitu meliputi:
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
9
2.1.2.1 Tepat diagnosis Obat yang tepat diagnosis adalah obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis penyakit yang diderita pasien tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat pun dapat salah.
2.1.2.2 Tepat indikasi penyakit Obat yang tepat indikasi penyakit adalah obat yang diberikan harus yang tepat atau sesuai bagi suatu penyakit yang diderita oleh pasien.
2.1.2.3 Tepat pemilihan obat Pemilihan obat yang tepat yaitu jika obat yang dipilih memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
2.1.2.4 Tepat dosis Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai. 1. Tepat Jumlah Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup. 2. Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tetrasiklin tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi dan menurunkan efektifitasnya. 3. Tepat interval waktu pemberian Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam. 4. Tepat lama pemberian
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
10
Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari.
2.1.2.5 Tepat penilaian kondisi pasien Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien yaitu antara lain harus memperhatikan kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi.
2.1.2.6 Waspada terhadap efek samping Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya.
2.1.2.7 Mutu obat baik dan terjangkau Obat yang efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau dapat dicapai misalnya dengan membeli obat melalui jalur resmi.
2.1.2.8 Tepat tindak lanjut (follow up) Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke dokter.
2.1.2.9 Tepat penyerahan obat (dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
11
2.1.2.10 Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan Dalam pengobatan pasien hendakny apatuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan. Namun, adakalanya ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan obat terjadi. Ketidakpatuhan minum obat tersebut dapat terjadi dengan alasan sebagai berikut : 1. Jenis sediaan obat beragam 2. Jumlah obat terlalu banyak 3. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering 4. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi 5. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat 6. Timbulnya efek samping
2.2 Diare non Spesifik Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Diare akut adalah buang air besar lembek/cair konsistensinya encer, lebih sering dari biasanya disertai berlendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Diare nonspesifik adalah diare yang bukan disebabkan oleh kuman khusus maupun parasit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.2.1 Penyebab Penyebabnya adalah virus, makanan yang merangsang atau yang tercemar toksin, gangguan pencernaan dan sebagainya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.2.2 Gambaran Klinis Diare memiliki gambaran klinis sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007):
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
12
1. Demam yang sering menyertai penyakit ini memperberat dehidrasi. Gejala dehidrasi tidak akan terlihat sampai kehilangan cairan mencapai 4 – 5% berat badan. 2. Gejala dan tanda dehidrasi antara lain : 1) Rasa haus, mulut dan bibir kering 2) Menurunnya turgor kulit 3) Menurunnya berat badan, hipotensi, lemah otot 4) Sesak napas, gelisah 5) Mata cekung, air mata tidak ada 6) Ubun-ubun besar cekung pada bayi 7) Oliguria kemudian anuria 8) Menurunnya kesadaran, mengantuk 3. Bila kekurangan cairan mencapai 10% atau lebih penderita jatuh ke dalam dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan kematian. Tabel 2.1 Klasifikasi dehidrasi menurut data pemeriksaan Derajat Dehidrasi Pemeriksaan Tidak dehidrasi
Dehidrasi ringansedang
Dehidrasi Berat
Keadaan umu
Baik, sadar
gelisah
Lesu, tidak sadar
Mata
normal
cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut dan lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Normal,
Turgor kulit
tidak Kehausan,
ingin Malas
minum
atau
haus
minum banyak
tidak dapat minum
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali
sangat
lambat
2.2.3 Diagnosis Ditentukan dari gejala buang air besar berulang kali lebih sering dari biasanya dengan konsistensinya yang lembek dan cair (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
13
2.2.4 Penatalaksanaan WHO telah menetapkan 4 unsur utama dalam penanggulangan diare akut yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007): 1. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi. 2. Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama diare dan dalam masa penyembuhan. 3. Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis. 4. Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk dan cara mencegah diare di masa yang akan datang. 5. Dasar pengobatan diare akut adalah rehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama adalah tentukan derajat dehidrasi. 6. Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap dehidrasi karena kolera.
2.2.4.1 Pada penderita diare tanpa dehidrasi: ( Terapi A ) 1. Berikan cairan (air tajin, larutan gula garam, oralit) sebanyak yang diinginkan hingga diare stop, sebagai petunjuk berikan setiap habis BAB o Anak < 1 thn : 50 – 100 ml o Anak 1 – 4 thn : 100 – 200 ml. o Anak > 5 tahun : 200 – 300 ml o Dewasa : 300 – 400 ml 2. Meneruskan pemberian makanan atau ASI bagi bayi 2.2.4.2 Pada penderita diare dengan dehidrasi ringan – sedang (Terapi B) : 1. Oralit diberikan 75 ml/kg BB dalam 3 jam, jangan dengan botol. 2. Jika anak muntah (karena pemberian cairan terlalu cepat), tunggu 5-10 menit lalu ulangi lagi, dengan pemberian lebih lambat (satu sendok setiap 2-3 menit).
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
14
2.2.4.3 Pada penderita diare dengan dehidrasi berat ( Terapi C ) : 1. Diberikan Ringer Laktat 100 ml yang terbagi dalam beberapa waktu 2. Setiap 1-2 jam pasien diperiksa ulang, jika hidrasi tidak membaik tetesan dipercepat. Setelah 6 jam (bayi) atau tiga jam (pasien lebih tua) pasien kembali di periksa Tabel 2.2 Tatacara pemberian cairan berdasar umur pada kasus diare berat Pemberian kemudian 70
Umur
Pemberian pertama 30 mL/kg
Bayi (< 12 bulan)
Dalam 1 jam
Dalam 5 menit
> 12 bulan
Dalam 30 menit
2,5 jam
ml/kg
2.3 Influenza Influenza tergolong infeksi saluran napas akut (ISPA) yang biasanya terjadi dalam bentuk epidemi. Disebut common cold atau selesma bila gejala di hidung lebih menonjol, sementara “influenza” dimaksudkan untuk kelainan yang disertai faringitis dengan tanda demam dan lesu yang lebih nyata (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.3.1 Penyebab Banyak macam virus penyebabnya, antara lain Rhinovirus, Coronavirus, virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus. Biasanya penyakit ini sembuh sendiri dalam 3 – 5 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.3.2 Gambaran Klinis Influenza memiliki gambaran klinis sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007): 1. Gejala sistemik khas berupa gejala infeksi virus akut yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nafsu makan hilang, disertai gejala lokal berupa rasa menggelitik sampai nyeri tenggorokan, kadang batuk kering, hidung tersumbat, bersin, dan ingus encer. 2. Tenggorokan tampak hiperemia. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
15
3. Dalam rongga hidung tampak konka yang sembab dan hipermia. 4. Sekret dapat bersifat serus, seromukus atau mukopurulen bila ada infeksi sekunder.
2.3.3 Diagnosis Untuk mengetahui komplikasi perlu dilakukan pemeriksaan: auskultasi paru, status telinga pada anak, EKG pada yang mengeluh nyeri dada (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.3.4 Penatalaksanaan Penatalaksanaan influenza adalah sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007): 1. Anjuran istirahat dan banyak minum sangat penting pada influenza ini. Pengobatan simtomatis diperlukan untuk menghilangkan gejala yang terasa berat atau mengganggu. 2. Parasetamol 500 mg 3 x sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 x sehari baik untuk menghilangkan nyeri dan demam. 3. Untuk anak, dosis parasetamol adalah : 10 mg/kgBB/kali, 3 – 4 kali sehari 4. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder.
2.4 Migren (myalgia) Serangan nyeri kepala sesisi yang berulang, beragam beratnya, lamanya dan kekerapannya mungkin merupakan serangan migren. Migren klasik diawali selama lebih dari 60 menit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.4.1 Penyebab Migren dapat disebabkan oleh adanya gangguan vaskuler (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.4.2 Gambaran Klinis Migren memiliki gambaran klinis sebagai berikut (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007): Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
16
1. Nyeri kepala khas berdenyut, unilateral dan bertambah berat setelah aktivitas fisik. 2. Penderita mengeluh mual sampai muntah dan terdapat anoreksia, fotofobia atau fenofobia. 3. Migren klasik diawali atau disertai dengan gangguan sensorik, motorik atau suasana hati (mood). Pada periode awal ini penderita mungkin merasa gelisah, tidak nafsu makan dan mudah tersinggung. Gangguan motorik dapat berupa hemiparesis, sedangkan gangguan sensorik mungkin berupa parestesia, hemianopsia atau seolah melihat kilat.
2.4.3 Diagnosis Gejala yang timbul dari migren ini adalah timbulnya nyeri kepala sesisi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007).
2.4.4 Pelaksanaan Serangan migren sering dicetuskan oleh makanan tertentu, ketegangan emosi dan kelelahan fisik. Hal-hal itu harus diidentifikasi dan dihindarkan. Serangan tersebut diatasi dengan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007):
asetosal, parasetamol atau asam mefenamat 500 mg
tablet ergotamin 1mg, dosis disesuaikan kondisi penyakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 7 hingga 18 Januari 2012 di Puskesmas Kecamatan Matraman Jl. Kebon Kelapa Raya No. 29 Jakarta Timur.
3.2 Metode Pengumpulan Data Data Penggunaan Obat Rasional (POR) didapatkan dengan pengamatan langsung dan dari dokumen Puskesmas Kecamatan Matraman melalui apoteker dan bagian tata usaha. Selain itu, acuan teoritis yang digunakan diperoleh dari buku dan situs resmi dari internet yang dapat dipercaya. 3.3 Cara Kerja Analisis Penggunaan obat rasional menggunakan data yang berasal dari Penggunaan Obat Rasional (POR) Puskesmas Kecamatan Matraman dari bulan Januari hingga Desember 2012. Parameter-parameter yang dianalisis adalah jumlah obat yang diberikan kepada pasien tiap resep, persentase obat generik yang digunakan, persentase penggunaan antibiotik, persentase pemberian injeksi pada penyakit ISPA, diare, dan mialgia. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan ISPA adalah influenza, sedangkan diare adalah diare non spesifik, dan mialgia adalah migren. Cara kerja yang digunakan dalam analisa Penggunaan Obat Rasional (POR) adalah: 3.3.1 Pengumpulan Data Data diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Matraman dari data POR bulan Januari hingga Desember 2012 melalui apoteker.
3.3.2 Membandingkan Data yang Didapat dengan Teoritis Data teroritis dengan data POR dari Puskesmas Kecamatan Matraman di bandingkan. 17
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
18
3.3.3 Analisa Data Data yang diperoleh di analisis berdasar sumber-sumber teoritis. Hal yang di analisis yaitu data jumlah obat yang diberikan kepada pasien tiap resep, persentase obat generik yang digunakan, persentase penggunaan antibiotik, persentase pemberian injeksi pada penyakit ISPA, diare, dan mialgia.
3.3.4 Penarikan Kesimpulan dan Pemberian Saran Kesimpulan di ambil berdasar analisis terhadap data-data yang diperoleh disertai dengan pemberian saran atas kendala ataupun hambatan yang terjadi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pemakaian Antibiotik pada Resep Antibiotik adalah obat yang sangat dikenal, bukan hanya oleh kalangan medis, tetapi juga oleh masyarakat. Sayangnya, hampir semuanya mengenal antibiotik secara salah, dan ini terbukti dalam kenyataan bahwa antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan secara salah (misused). Masalah ketidaksesuaian dalam penggunaan antibiotik merupakan masalah irrational prescribing yang paling besar di dunia, dari dahulu sampai sekarang, di rumah sakit maupun di komunitas. Tidak mengherankan jika salah satu indikator penggunaan obat yang tidak rasional di suatu sarana pelayanan kesehatan adalah angka penggunaan antibiotik (Sadikin, 2011). Pada pengkajian di Puskesmas Kecamatan Matraman, pemakaian antibiotik tiap resep untuk pasien dengan diagnosis ISPA, diare non spesifik, dan myalgia secara keseluruhan berada pada rentang 52-86%. Penggunaan antibiotik pada ISPA cenderung lebih tinggi persentasenya dibanding dibanding pada diare non spesifik, kecuali pada bulan Agustus dimana persetase antibiotik ISPA (influenza) adalah 47% dan Diare adalah 58%. Pada akhir bulan tahun 2012 (Desember) persentase penggunaan antibiotik yang berada pada 61% dan 78%. Dimana penggunaan antibiotik untuk ISPA mengalami penurunan sedangkan pada diare mengalami kenaikan. Sedangkan pada myalgia tidak digunakan antibiotik dalam peresepannya pada tahun 2012 sehingga menunjukkan angka 0% dalam penggunaan antibiotiknya (Tabel 4.1 dan Gambar 4.1). Penggunaan antibiotik untuk ISPA dan Diare dalam peresepan ini tergolong tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor rasional maupun penyebab ketidakrasionalan. Faktor rasional berasal dari pertimbangan diagnosis dimana antibiotik seharusnya diberikan. Dengan kata lain, dalam kasus influenza ataupun diare diketahui terdapat infeksi oleh bakteri yang memerlukan adanya antibiotik sebagai salah satu terapinya.
19
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
20
Sementara itu, faktor-faktor yang menyebabkan ketidak rasionalan dalam pemberian antibiotik kemungkinan dapat disebabkan oleh (Hermansyah dan Ramadhy, 2010): 1. Kelemahan dalam bekal pengetahuan dan ketrampilan mengenai pemakaian obat (terapetika) baik yang didapat selama pendidikan (pre-service) atau kekurangan penyegaran-penyegaran sesudah menjalankan praktek (in service). Termasuk di sini adalah Intriksik faktor yang juga mencakup pengetahuan dokter tentang pasien, penyakitnya, dan obat yang akan diresepkannya. Dalam hal antibiotik, pengetahuan tentang kuman yang paling mungkin sebagai penyebab infeksi yang dihadapi sangat penting untuk menghindari pilihan yang salah. Pendekatan ini dikenal sebagai educated guess. Kemudian, pengetahuan tentang antibiotiknya sendiri untuk menghindari penggunaan dalam dosis, interval, dan durasi yang tidak tepat. Ini dipengaruhi oleh perolehan ilmu kedokteran termasuk ilmu terapeutik yang diterima sang dokter di masa pendidikannya 2. Generalisasi secara keliru pengalaman-pengalaman individual yang belum dianalisis secara tepat misalnya, ada alasan pemakaian tetrasiklin pada diare akut seperti ini: "...saya selalu memberikan tetrasiklin untuk pasien diare akut, karena menurut pengalaman kalau diberi tetrasiklin selalu sembuh...". 3. Anggapan-anggapan atau kepercayaan yang keliru tentang manfaat obat, misalnya: "...karena populasi kita lebih banyak malnutrisi, maka perlu lebih banyak antibiotika profilaksis pada keadaan gangguan-gangguan ringan seperti influenza....". 4. Ketidakmampuan menelaah setiap informasi secara kritik analitik (critical appraisal), sehingga setiap jenis informasi gampang sekali mempengaruhi pola kebiasaan peresepan. 5. Beban pelayanan pasien yang terlalu banyak sehingga setiap pasien tidak sempat ditangani secara optimal. 6. Rasa ketidakamanan (insecurity) dan ketidakpastian diagnostik ataupun prognostik. Karena takut jika diagnosis infeksi tidak tepat, maka langsung diberondong dengan berbagai jenis antibiotika. Karena takut jika penyakit,
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
21
walaupun ringan saja (misalnya infeksi) berkembang ke komplikasi yang berat, langsung diberi antibiotika. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional dapat menimbulkan masalah. Dampak buruk penggunaan antibiotik yang berlebihan selain mengubah ekologi kuman dan menimbulkan seleksi kuman resisten, penggunaan antibiotik yang tidak bijak juga menimbulkan masalah infeksi nosokomial khususnya oleh kuman yang resisten terhadap beberapa antibiotik sekaligus. Konsekuensi logis berikutnya adalah meningkatnya morbiditas dan mortalitas yang diikuti dengan meningkatnya lama dan biaya rawat. Dampak tersebut termasuk meningkatnya kejadian efek samping dan interaksi obat dan juga merupakan pemborosan (Sadikin, 2011). Untuk mengurangi pemakaian antibiotik yang tidak rasional maka diperlukan: 1. Peningkatan bekal pengetahuan dan ketrampilan mengenai pemakaian obat (terapetika) ataupun dilakukan penyegaran-penyegaran sesudah menjalankan praktek (in service). Termasuk dalam hal antibiotik, pengetahuan tentang kuman yang paling mungkin sebagai penyebab infeksi yang dihadapi sangat penting untuk menghindari pilihan yang salah. 2. Mengurangi dasar-dasar yang keliru terhadap penggunaan antibiotik, seperti peresepan antibiotik berdasar pengalaman individu. 3. Meniadakan anggapan-anggapan yang keliru tentang manfaat obat. 4. Menangani setiap pasien dengan teliti, termasuk segala keluhan-keluhan yang diuangkapkannya. Dengan maksud agar diagnosis dapat ditegakkan secara tepat sehingga mengurangi ketidak pastian diagnostik ataupun prognostik yang dapat berimbas pada pemakaian obat (antibiotik) yang serampangan. Jika perlu tenaga medis, ataupun dokter, perlu ditambah untuk mengurangi beban pelayanan pasien yang terlalu banyak yang berakibat pasien tidak sempat ditangani secara optimal.
4.1.1 Pemakaian Antibiotik pada Resep untuk ISPA ISPA dalam hal ini adalah influenza sebagaimana disesuaikan dengan kode yang tertera pada formulir Penggunaan Obat Raisonal (1302) merupakan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
22
penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain antara lain Rhinovirus, Coronavirus, virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Adenovirus (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Penanganan pada influenza pertama diberikan terapi non farmakologi berupa istirahat dan banyak minum sangat penting
pada
influenza
ini.
Pengobatan
simtomatis
diperlukan
untuk
menghilangkan gejala yang terasa berat atau mengganggu. Obat yang diberikan umumnya adalah Parasetamol 500 mg 3 kali sehari atau asetosal 300 – 500 mg 3 kali sehari baik untuk menghilangkan gejala nyeri dan demam. Sedangkan antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder seperti sekret bersifat serus, seromukus, atau mukopurulen atau ingus menjadi kental dan berwarna. Pada pengkajian penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Matraman tergolong tinggi, dimana persentasenya meliputi 52-86% (Gambar 4.2). Penyebabnya telah dikemukakan sebelumnya, yaitu dapat berupa faktor rasional maupun penyebab ketidak rasionalan pemakaian. Dalam hal ini, antibiotik yang umumnya digunakan dalam kasus influenza ini adalah kotrimoksazol (tablet/ sirup), sefadroksil (tablet), dan amoksisilin (tablet/ sirup). Amoksisilin merupakan antibiotik yang paling banyak diresepkan. Amoksisilin banyak diresepkan karena antibiotik ini dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif termasuk Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan Salmonella. Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif seperti Streptococcus pneumoniae, enterococci, nonpenicilinase-producing staphylococci, dan Listeria. Dalam hal ini, untuk pengobatan yang disebabkan oleh infeksi streptrococcus dan staphylococcal, amoksisilin tidak dapat digunakan secara sendirian. Amoksisilin diberikan dengan dosis 3 x 500 mg perhari untuk dewasa dan 20-40 mg/kg berat badan / hari terbagi dalam 3 dosis pada anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg. Laporan penelitian yang menunjukan durasi optimal penggunaan amoksisilin untuk pengobatan infeksi bakterial sekunder belum diketahui. Namun, sebagian besar pasien dengan infeksi bakterial sekunder menunjukan perbaikan klinis dalam waktu 48-72 jam setelah mendapatkan pengobatan antibiotik dengan dosis yang tepat (Rehana, Susilawati, & Sobri, 2007). Farmakokinetik amoksisilin cepat dan hampir sempurna diabsorbsi serta Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
23
tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diberikan bersamaan dengan makanan. Karena antibiotik ini termasuk golongan penisilin sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap hipersensitifitas pada obat ini (Dinas Kesehatan, 2011).
4.1.2 Pemakaian Antibiotik pada Resep untuk Diare Non Spesifik Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu atau gangguan lain. Diare akut adalah buang air besar lembek/cair konsistensinya encer, lebih sering dari biasanya disertai berlendir, bau amis, berbusa bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya. Sedangkan diare nonspesifik adalah diare yang bukan disebabkan oleh kuman khusus maupun parasit (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Klasifikasi diare dari Food and Drug Administration (FDA) menyatakan bahwa golongan diare akut nonspesifik adalah pasien dengan defekasi 3 kali atau lebih dalam sehari, tinja cair (watery stool) yang penyebabnya tidak dapat diidentifikasi (FDA, 2003). Penelitian RobinsBrowne dkk (1983) menemukan bahwa penyebab diare akut nonspesifik yang terbanyak adalah rotavirus (29%), Isolauri dkk (1991) melaporkan dari 74 anak pasien diare akut nonspesifik identik dengan diare virus dan diare ini biasanya bersifat epidemik/ familial. Namun, pasien sering mendapat antibiotik yang tidak rasional. Menurut penelitian, beberapa uji klinis yang membandingkan pemberian antibiotik dengan plasebo memperlihatkan bahwa kelompok yang mendapat antibiotik tidak lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan kelompok yang mendapat plasebo, justru resiko terjadi efek samping lebih besar. Selain itu, dalam tata laksana, diare akut nonspesifik semstinya tidak memerlukan terapi medikamentosa (pengobatan yang menggunakan obat-obatan) (Alasiry, Abbas, dan Daud, 2007). Dalam hal ini, antibiotik atau antimikroba pada kasus diare non spesifik hanya diberikan untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Pada pengkajian di Puskesmas Kecamatan Matraman pemberian antibiotik pada siare akut non spesifik masih tergolong tinggi dengan persentase yang diperoleh yaitu 55-77% (Gambar 4.3). Ini merupakan salah satu masalah utama Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
24
penangan diare akut yang sering dijumpai. Salah satu alasan pemberian obat untuk diare karena keluarga/orang tua pasien panik dan meminta dokter/petugas kesehatan untuk memberikan obat (Alasiry, Abbas, dan Daud, 2007). Antibiotik yang umumnya digunakan dalam kasus diare di Puskesmas Kecamatan Matraman adalah kotrimoksazol (tablet/ sirup), tetrasiklin, dan amoksisilin
(sirup).
kotrimoksazol.
Antibiotik
Alasan
yang
digunakannya
paling
banyak
kotrimoksazol
digunakan
adalah
(trimetoprim
dan
sulfametoksazol) adalah karena antibiotik ini merupakan antibiotik pilihan pertama untuk semua diare yang membutuhkan antibiotik. Namun begitu, kotrimoksazol adalah antibiotik yang perlu pengawasan khusus karena kotrimoksazol dapat menyebabkan efek samping yang serius, seperti diskrasia darah dan reaksi kulit yang berat (Stevens Johnson Syndrome) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Antibiotik pilihan kedua adalah amoksisilin (untuk infeksi telinga akut sebagai pilihan utama). Pada kasus disentri, antibiotik yang dianjurkan untuk Shigella adalah kotrimoksazol sebagai pilihan pertama. Sedangkan pada kasus kolera, tetrasiklin adalah antibiotik pilihan pertama (dianjurkan untuk kolera selama 3 hari) dan pilihan keduanya adalah kotrimoksazol (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
4.2 Pemakaian Injeksi pada Myalgia Pemakaian injeksi pada kasus myalgia di Puskesmas Kecamatan Matraman diketahui 0% pada periode Januari hingga Desmber 2012. Pemakaian ini dapat dikatakan sesuai dengan yang semestinya, dimana obat-obat yang digunakan untuk myalgia ada dalam bentuk oral sehingga tidak perlu diberikan secara injeksi (Tabel 4.2 dan Gambar 4.4). Adanya hal demikian di Puskesmas Kecamatan Matraman didukung oleh kesadaran akan dokter sebagai tenaga medis untuk menghindari kebiasaan memberikan injeksi untuk kasus seperti myalgia karena pemberian secara oral pun masih dapat dilakukan (Dwiprahasto, 2006).
4.3 Pemakaian Obat Generik pada Resep Obat generik adalah obat dengan nama kimia atau nama lazim. Menteri Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan pedoman umum pengadaan Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
25
obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) untuk meningkatkan penggunaan obat generik di sektor pemerntahan. Dimana, pada perinsipnya pengobatan untuk pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas adalah mutu obat terjamin, memenuhi kriteria, khasiat, keamanan , dan keabsahan obat serta memiliki izin edar (nomor registrasi) menerapkan konsepsi obat esensial dan dilaksanakan melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF). Di bidang peresepan obat, Menteri Kesehatan mengeluarkan permenkes no 085/Menkes/Perls/I/1988 tentang kewajiban menulis obat generik di rumah sakit pemerintah. Penggunaan obat generik di Puskesmas Kecamatan matraman berada pada persentase yang tinggi yaitu 82-100%. Penggunaan obat yang belum 100% generik ini disebabkan oleh adanya obat yang dibutuhkan namun tidak tersedia dalam bentuk generiknya, sebagai contoh adalah Diaform (obat diare) yang berisi kaolin dan pektin, serta suplemen seperti Neurobion yang berisi B1, B6 dan B12; Neurovit E yang berisi B1, B6, B12, dan vitamin E; serta Horvita.
4.4 Jumlah Item Obat yang Digunakan Tiap Resep Jumlah item obat yang terdapat pada tiap resep di Puskesmas Kecamatan Matraman priode Januari hingga Desember 2012 adalah berkisar antara 3,1-4,68 tiap resep dengan jumlah item obat paling sedikit tiap resep adalah untuk kasus myalgia (Tabel 4.4 dan Gambar 4.5). Penggunaan obat tiap resep ini tergolong cukup tinggi, hal ini mengingat adanya penggunaan obat yang terlalu banyak terkait adanya resiko efek samping dan interaksi obat. Dimana diketahui bahwa penggunaan obat hingga 5% dapat menimbulkan resiko efek samping 4,2% (USA) atau 3,3% (UK) (Yusmaninita, 2006). Hubungan jumlah item obat dengan efek samping obat tertera pada Tabel 4.5. Penggunaan obat yang cukup tinggi ini dapat disebabkan oleh alasan rasional dengan artian obat memang dibutuhkan dan sesuai dengan indikasi serta alasan yang menyebabkan ketidak rasionalan, misalnya karena polifarmasi. Penyebab dilakukannya polifarmasi diantaranya adalah adanya pengobatan untuk tiap gejala yang dikeluhkan pasien, kesulitan dalam penegakan diagnosis, ataupun karena dampak promosi, sebagai contoh obat flu harus ditambah imunomodulator dan antibiotika serta contoh lainnya adalah obat batuk harus ditambah mukolitik. Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
26
Kerugian yang diakibatkan oleh polifarmasi antara lain efek samping meningkat, berpotensi menimbul interaksi yang merugikan (interaksi farmasetik, farmakokinetik, ataupun farmakodnamik), menimbulkan kekhawatiran pasien karena mengkonsumsi obat yang banyak terhadap penyakit yang dideritanya, bila timbul efek samping sulit untuk menentukan penyebabnya, dan dapat meningkatkan biaya pengobatan atau pemborosan. Sebagai upaya untuk meminimalisir polifarmasi ini adalah peningkatan edukasi dan informasi pada dokter baik dalam hal penegakan diagnosis dan pemahaman akan obat dan terapi, serta edukasi pada pasien akan obat dan efek polifarmasi ataupun penggunaan obat yang berlebihan, serta dibutuhkan pula adanya peran serta ahli farmasi klinik ataupun spesialis farmakologi klinik ataupun apoteker dalam memberikan rekomendasi pada dokter dalam pemilihan obat yang tepat jenis dan jumlahnya pada pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Matraman untuk periode Januari hingga Desember 2012dan analisis data yang dihasilkan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemakaian antibiotik tiap resep dengan diagnosis ISPA dan diare non spesifik, berada pada rentang 52-86% dengan rata-rata 67,08. Pada myalgia tidak digunakan antibiotik dalam peresepannya sehingga menunjukkan angka penggunaan 0%. Pemakaian antibiotik yang tinggi pada ISPA dan diare ini dimungkinkan disebabkan oleh kelemahan pengetahuan dokter tentang obat dan terapi, digunakannya pengalaman individu sebagai dasar penggunaan antibiotik, anggapan yang keliru tentang manfaat obat, dan ketidakpastian diagnostik. 2. Penggunaan injeksi pada myalgia menunjukkan angka 0%, dimana angka ini telah sesuai dengan penggunaan obat yang rasional dalam hal injeksi untuk myalgia. 3. Penggunaan obat generik pada resep berada pada kisaran 82-100% dengan rata-rata 93,58. Hal ini disebabkan oleh adanya obat yang dibutuhkan yang tidak tersedia dalam bentuk generiknya. Obat dengan nama dagang disini adalah Diaform (obat diare), sementara yang lainnya adalah berupa suplemen seperti Neurobion, Neurovit E, dan Horvita. 4. Jumlah item obat yang digunakan pada resep tiap bulan rata-rata antara 3,14,68 item obat tiap resep, dengan rata-rata keseluruhan 3,92 item per resep. Jumlah tersebut, berdasar penelitian, menurut Yusmaninita dapat menimbulkan resiko efek samping obat 4,2% (USA) atau 3,3% (UK).
5.2 Saran Penggunaan obat yang kurang rasional pada Puskesmas Kecamatan Matraman termasuk pemakaian antibiotik yang tergolong tinggi dan pemakaian
27
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
28
jumlah item obat yang cukup tinggi (polifarmasi) dapat diminimalisir secara umum dengan: 1. Peningkatan bekal pengetahuan dan ketrampilan mengenai pemakaian obat (terapetika) ataupun dilakukan penyegaran-penyegaran sesudah menjalankan praktek (in service), khususnya terhadap antibiotika maupun dalam hal pemakaian jumlah atau jenis obat, termasuk efek adanya polifarmasi. Edukasi ini diberikan pada tenaga medis seperti dokter, apoteker, dan perawat. 2. Melalui proses edukasi dimaksudkan pula untuk meluruskan dasar-dasar yang keliru terhadap penggunaan antibiotik, seperti peresepan antibiotik berdasar pengalaman individu serta meniadakan anggapan-anggapan yang keliru tentang manfaat obat. 3. Dokter hendaknya menangani setiap pasien dengan teliti, termasuk segala keluhan-keluhan yang diuangkapkannya. Dengan maksud agar diagnosis dapat ditegakkan secara tepat sehingga mengurangi ketidak pastian diagnostik ataupun prognostik yang dapat berimbas pada pemakaian obat (antibiotik) yang serampangan. Jika perlu tenaga medis, ataupun dokter, perlu ditambah untuk mengurangi beban pelayanan pasien yang terlalu banyak yang berakibat pasien tidak sempat ditangani secara optimal. 4. Perlunya edukasi pada pasien tentang penyakit dan obat yang digunakannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
DAFTAR ACUAN
Alasiry, E., Abbas, N., dan Daud, D. (2007). Khasiat Klinik Pemberian Probiotik pada Diare Akut Nonspesifik Bayi dan Anak. Sari Pediatri, 8(3), Hal. 3641. Bahaudin, N. (2010). Implementasi Kebijakan Penggunaan Obat Rasional (POR) di Indonesia. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kKesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas
Kesehatan Kabupaten Grobogan. (2011). Amoksisilin. http://dinkes.grobogan.go.id/obat/74-amoksisilin.html. Diakses tanggal 20 Januari 2013. Pkl. 14:44.
Dwiprahasto, I. (2004). Antibiotic utilization in the treatment of acute respiratory infection in children seen in private practices in Yogyakarta Special Province. BIKed, 203, Hal. 126-134. Dwiprahasto, I. (2006). Peningkatan Mutu Penggunaan Obat di Puskesmas Melalui Pleatihan Berjenjang pada Dokter dan Perawat. JUrnal Manajemen Pelayanan Kesehatan,9(2). Hal. 94-101. Dwiprahasto, I. (2011). Penggunaan obat yang tidak rasional dan implikasinya dalam sistem pelayanan Kesehatan. FK-UGM: Bagian Farmakologi & Terapi. Hal 1-6. Food and Drug Administration, Department of Health and Human Services. (2003). Antidiarrheal drug products for over-the-counter human use. Federal Resister, 68(74). Hal. 18869-82. Handayani, R.S., Supardi, S., Rahani, dan Susyanty, A.L. (2009). Ketersediaan dan Peresepan Obat Generik dan Obat Esensial di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian di 10 Kabupaten/Kota di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 13(1), Hal. 54-60. Hermansyah, H., dan Ramadhy, A.S. (2010). Perawat dan Rasionalisasi Penggunaan Obat. Bulletin Ilmia STIKKU. Hal. 1-12. Isolauri E. (2003). Probiotics and infectious diarrhoea. Gut., 52, Hal. 436-7. 29
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
30
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik. Kristin E, Thobari JA, Kirmawanto P, Dwiprahasto I. (1998). Laporan Studi Data Dasar Pengelolaan dan Penggunaan Obat di Dati II Propinsi Jawa Timur. Bagian Farmakologi FK UGM dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Lenvy, B.S. (1982). Microbial resistance to antibiotics. An evolving and persistent problem. In: Anonymous (ed). Good Antimicrobial Prescribing. A Lancet review. London: Lancet Ltd. Hal. 4-19. Rehana, Susilawati, S., dan Sobri, I. (2007). Prosentase Pnggunaan Amoksisilin secara Rasional untuk Swamedikasi Salesma. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5(2), Hal. 67-75. Robins-Browne RM, Coovadia GM, Bodasing MN, Mackenjee MK. (1983). Treatment of acute nonspecicif gastroenteritis of Infant and young children with erythromycin. Am J Trop Med Hyg, 32(4). Hal. 886-90. Sadikin, Z.D. (2011). Penggunaan Obat Rasional. Journal Indonesia Association, 61(4), hal. 145-148. Sadikin, Z.D. (2011). Penggunaan Obat yang Rasional. Journal of the Indonesian Medical Association, 61(4). Hal. 145-148. Sutrisna, L.T.A.A. (2011). Rasionalitas Penggunaan Antibiotika dalam Penatalaksanaan Hordeolum di Bagian Mata RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2010. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Torres A, Aznar R, Gatell JM, et al. (2000). Incidence, risk, and prognosis factors of nosocomial pneumonia in mechanically ventilated patients. Am Rev Respir Dis, 142, Hal. 523-528. Utami, E.R. (2012). Antibiotka, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi. Sainstis, 1(1), Hal. 124-138. Vance M.A. dan Millington W.R. (1986). Principle of irrational drug therapy. International. Journal of Health Sciences, 16(3). Hal. 355-61. Yusmaninita. (2006). Rasionalitas Penggunaan Obat. Medik RSUP. H. Adam Malik: Sie Ketenagaan dan Pengendalian Mutu Bidang Penunjang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
TABEL
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Tabel 4.1 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Persentase Penggunaan Antibiotik (%) ISPA Diare Mialgia 52 62 0 86 55 0 85 55 0 90 60 0 76 71 0 76 71 0 68 55 0 47 58 0 63 47 0 82 77 0 80 55 0 78 61 0
Bulan (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
31
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
32
Tabel 4.2 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Bulan (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Persentase Penggunaan Injeksi (%) ISPA Diare Mialgia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
33
Tabel 4.3 Persentase Penggunaan Obat Generik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Bulan (2012) Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Persentase Penggunaan Obat Generik (%) ISPA Diare Mialgia 100 87 99 96 87 96 96 91 84 97 91 94 96 89 89 96 89 89 98 95 99 100 95 90 100 93 99 99 89 88 100 90 90 99 82 97
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
34
Tabel 4.4 Rata-rata Jumlah Obat tiap resep untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Rata-rata Jumlah Obat tiap Bulan (2012) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Resep ISPA Diare 3,38 3,76 4,05 3,95 4,1 4,00 4,45 4,35 4,05 4,62 4,05 4,62 4 3,77 3,95 4,53 4,37 3,95 4,5 4,68 4,25 3,90 4,33 4,39
Myalgia 3,48 3,57 3,2 3,35 3,43 3,43 3,32 3,84 3,53 3,5 3,1 3,28
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
35
Tabel 4.5 Hubungan jumlah item obat dan efek samping obat.
Jumlah Item Obat 0-5 6-10 11-15 16-20 > 21
Efek Samping Obat (USA) 4,2 7,4 24,2 40 45
Efek samping Obat (UK) 3,3 19,8
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Lampiran 4.1 Formulir Penggunaan Obat Rasional Puskesmas Kecamatan Matraman Formulir Indikator Peresepan Puskesmas Kecamatan Matraman Bulan “X” Tahun 2012
Tgl
No
Nama
Umur
Diagnosis
Jumlah Item Obat
Antibiotik Ya/Tdk
Injeksi Ya/tdk
Jumlah Generik
Nama Obat
Dosis
Jumlah Obat
Sesuai Pedoman Ya/tdk
a. b. c. d. a. b. c. d. a. b. c. d. n=
n=
n=
...
...
...
TOTAL 1302 RATA-RATA 1302 PRESENTASE 1302
A : ...
B : ...
C : ...
D : ...
E : ...
F : ... %
G : ... %
H : ... %
TOTAL 0102 RATA-RATA 0102 PRESENTASE 0102
A : ...
B : ...
C : ...
D : ...
E : ...
F : ... %
G : ... %
H : ... %
TOTAL 21 RATA-RATA 21 PRESENTASE 21
A : ...
B : ...
C : ...
D : ...
E : ...
F : ...%
G : ... %
H : ...%
Keterangan : n : Jumlah Pasien A : Jumlah Item Obat B : Jumlah pasien yang mendapat antibiotik C : Jumlah pasien yang mendapat injeksi D : Jumlah obat generik E : Rata-rata jumlah obat yang digunakan pasien/resep (A/n) F : Persentase pasien yang mendapat Antibiotik (B/n x 100 %) G : Persentase pasien yang mendapat injeksi (C/n x 100 %) H : Persentase obat generik yang digunakan (D/A x 100 %)
36 Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Universitas Indonesia
GAMBAR
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
Persentase (%)
Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
ISPA Diare Mialgia
Bulan
Gambar 4.1 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA, Diare dan Mialgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
37
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
38
% Pasien yang mendapat Antibiotik
Persentase Pasien yang Mendapat Antibiotik untuk Penyakit ISPA 100
86
90
90 76
80
82
76 68
70 60
85
52
63 47
50 40 30 20 10 0
Bulan (2012)
Gambar 4.2 Persentase Penggunaan Antibiotik untuk ISPA Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
80
78
39
Persentase Pasien yang Mendapat Injeksi 1 0,9 0,8
% injeksi
0,7 0,6 0,5 ISPA
0,4
Diare
0,3
Mialgia
0,2 0,1 0
Bulan (2012)
Gambar 4.3 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
40
Persentase Penggunaan Obat Generik penyakit ISPA, Diare, dan Mialgia
% Penggunaan Obat Generik
120 100 80 60 ISPA 40
Diare Mialgia
20 0
Bulan (2012)
Gambar 4.4 Persentase Penggunaan Injeksi untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013
41
Rata-rata Jumlah Obat yang Digunakan Pasien tiap Resep 5 4,5 4
Jumlah obat
3,5 3 2,5 ISPA
2
Diare
1,5
Myalgia
1 0,5 0
Bulan (2012)
Gambar 4.5 Rata-rata jumlah obat yang digunakan pasien tiap resep untuk ISPA, Diare, dan Myalgia Periode Januari-Desember 2012 Puskesmas Kecamatan Matraman.
Universitas Indonesia
Laporan praktek...., Roshamur Cahyan, FF, 2013