UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS
SHEILA SAFIRA 0806334445
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS Diajukan sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Ners
SHEILA SAFIRA 0806334445
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa profesi sampai pada penyusunan Karya Ilmiah Akhir Ners ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan; (2) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi Profesi (3) Ibu Ns.Tri Widyastuti, S.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini; (4) Segenap tim dosen keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini; (5) Mamie, Papa, Atin, Kak Dilla, Raziqa, dan Udo yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; (6) Satya Dharmayukti, yang telah melibatkan diri di kegiatan profesi saya dan yang telah memberi saya semangat saat saya menghadapi kesulitan dan kebosanan dalam profesi ini; (7) Teman-teman satu kelompok saya, Danisya, Ncel, Sheila, Mpit, Mbak Wiji yang telah banyak memberikan bantuan baik dukungan, semangat dan bekerjasama dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini; (8) Keluarga Bapak D, khususnya Ibu M dan An.S yang mau menerima saya dalam asuhan keperawatan keluarga yang saya berikan; (9) RW 07 dan segenap kader yang telah bersedia tempatnya dijadikan lahan praktik dan banyak membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan (10) Tim peminatan komunitas yang kompak dan selalu bekerjasama dengan baik dalam proses peminatan ini;
v Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
(11) Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung, sadar maupun tidak sadar telah saya repotkan atau membantu saya dalam pengerjaan proposal penelitian ini (12) Seluruh teman-teman seperjuangan, profesi FIK UI angkatan 2012/2013, karena kalian lah yang berjalan bersama saya melewati semua proses ini
Akhir kata, saya berharap laporan ini dapat membawa manfaat positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
Depok, 9 Juli 2013 Penulis
vi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Sheila Safira : Ners : Asuhan Keperawatan Kesehatan Perkotaan pada Keluarga Bapak D dengan Ketidakseimbangan Nutrisi pada Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
Kemiskinan adalah salah satu akibat urbanisasi yang berdampak langsung terhadap masalah gizi. Karya ilmiah akhir ini menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bapak D dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita yang dilakukan selama 7 minggu. Penyebab dari ketidakseimbangan nutrisi pada Anak S (27 bulan) yaitu kurangnya pengetahuan ibu dan asupan yang tidak adekuat akibat sulit makan. Intervensi yang dilakukan bersifat kognitif, afektif dan psikomotor dengan menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Implementasi unggulan yang telah dilakukan yaitu pembuatan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan (zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur). Evaluasi yang didapat yaitu adanya peningkatan berat badan Anak S dari 8,6 kg menjadi 8,8 kg, Ibu M telah menyediakan makanan dengan menu bervariasi sesuai triguna makanan. Kata kunci: balita, gizi kurang, triguna makanan
viii Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
ABSTRACT Nama Program Studi Judul
: Sheila Safira : Ners : The Nursing Care Processes on Mr. D’s Family with Insufficient Nutrition in Toddler in RW 07, Kelurahan Cisalak Pasar, Depok
Poverty is one of the results of urbanization that have direct impact on nutritional issues. This study discussed the 7 weeks of nursing care on the family of Mr D with an imbalance of nutrients on toddler. The cause of an imbalance of nutrients on Client S (age 27 months) was lack of mother’s knowledge and inadequate nutritional intake due to difficult to eat. The intervention included cognitive, affective and psychomotor tasks by using five family health approaches. Primary implementation that had been done was making the schedule of balanced and varied food menu based on nutritional food balance (contain energy substances, builder substances and control substance). The evaluation found that since Mrs M has provided Client S with varied food menus according to nutritional food balance, there was an increase in body weight of Client S from 8.6 kg to 8.8 kg. Keyword: toddler, insufficient nutrition, nutritional food balance
ix Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................iii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv KATA PENGANTAR...........................................................................................v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS................................................vii ABSTRAK............................................................................................................viii ABSTRACT............................................................................................................ix DAFTAR ISI.........................................................................................................x DAFTAR TABEL.................................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................7 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................7 1.4.1 Tujuan Umum ..............................................................................7 1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................7 1.5 Manfaat Penulisan ..................................................................................8 1.5.1 Manfaat Umum .............................................................................8 1.5.2 Manfaat Khusus ............................................................................8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9 2.1 Konsep Perkotaan ................................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Perkotaan ..................................................................... 9 2.1.2 Masalah Nutrisi pada Masyarakat Perkotaan ................................. 10 2.2 Keluarga dengan Anak Balita ................................................................. 11 2.2.1 Keluarga dengan Balita .................................................................. 11 2.2.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Balita .............................. 13 2.2.3 Masalah-masalah pada Keluarga dengan Balita ............................ 14 2.2.4 Peran Perawat Keluarga ................................................................. 17 2.3 Asuhan Keperawatan dengan Balita Gizi Kurang .................................. 18 2.3.1 Pengkajian ...................................................................................... 18 2.3.2 Penegakkan Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah ......... 24 2.3.3 Perencanaan ................................................................................... 25 2.3.4 Implementasi .................................................................................. 26 2.3.5 Evaluasi .......................................................................................... 28 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................................ 31 3.1 Pengkajian ............................................................................................... 31 3.2 Diagnosis Keperawatan........................................................................... 33 3.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan ...................................................... 33 3.4 Implementasi ........................................................................................... 36 3.5 Evaluasi ................................................................................................... 39 3.5.1 Evaluasi Formatif ........................................................................... 39 x Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
3.5.2 Evaluasi Sumatif ............................................................................ 43 3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian ...................................................... 44 BAB 4 ANALISIS SITUASI............................................................................... 46 4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................................ 46 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP ............. 49 4.3 Analisis Program Inovasi Penyusunan Menu Seimbang dan Bervariasi pada Balita Berdasarkan Triguna Makanan dengan Konsep dan Penelitian Terkait .................................................................................... 51 4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ......................................... 52
BAB 5 PENUTUP................................................................................................ 53 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 53 5.2 Saran ........................................................................................................ 53 5.2.1 Kader RW 07 ................................................................................. 53 5.2.2 Puskesmas Cimanggis .................................................................... 54 5.2.3 Institusi Pendidikan ........................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
xi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga.. ........................................................20 Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Anak 0-60 Bulan Berdasarkan Indeks.....22 Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga..........................................25
xii Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Bapak D Lampiran 2 Diagnosa Keperawatan Keluarga Bapak D Lampiran 3 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak D Lampiran 4 Catatan Perkembangan (Evaluasi SOAP) Keluarga Bapak D
xiii Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah perkotaan merupakan masalah yang mengancam baik masa sekarang maupun masa depan penduduk perkotaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia atau karena kondisi lingkungan. Perkembangan perkotaan menimbulkan perubahan dan dapat berdampak buruk baik dalam hal sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Perkembangan akan terus berlangsung tanpa memperhatikan dampak yang terjadi pada masyarakat perkotaan (Nyoman, 2001 dalam Isro’i, 2008).
Salah satu masalah yang timbul di perkotaaan adalah kemiskinan yang mempengaruhi cara warga untuk mendapatkan kebutuhan pokok termasuk bahan makanan.
Kemiskinan
menyebabkan
munculnya
masalah
gizi
akibat
ketidakmampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggota keluarga. Masalah ini diperburuk dengan adanya ancaman lingkungan yang menyebabkan kondisi kesehatan yang memburuk (Allender & Spradley, 2005).
Kemiskinan dan kelaparan merupakan salah satu target yang menjadi fokus dari MDG’s. MDG’s (millenium development goals) merupakan suatu upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diharapkan mampu dicapai pada tahun 2015. MDG’s ini memiliki target yang nantinya akan digunakan untuk membangun Indonesia yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dan hak-hak warga negaranya demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Visi pembangunan MDG’s dalam hal gizi yaitu untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat optimal (Depkes RI, 2011).
Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Ukuran kualitas sumber daya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
1 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
2
sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat (Bappenas, 2007). Upaya peningkatan SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kemang anak sejak pembuahan sampai mencapai remaja. Pemenuhan kebutuhan dasar anak pada masa tumbuh kembang ini, seperti perawatan dan makanan bergizi yang diberikan dengan penuh kasih sayang, dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas, dan produktif (Sururi, 2006).
Indonesia memiliki dua masalah gizi utama, yaitu gizi kurang makro dan gizi kurang mikro. Gizi kurang makro merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan karena kekurangan asupan energi dan protein. Masalah gizi mikro adalah masalah gizi yang disebabkan karena ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Kekurangan gizi mikro yaitu kurang zat besi, yodium, dan vitamin A yang menyebabkan kekeringan selaput ikat mata karena kekurangan vitamin A (Sururi, 2006).
Balita merupakan kelompok resiko tinggi terhadap terjadinya masalah gizi. Risiko tinggi yang dapat terjadi pada balita disebabkan oleh faktor resiko biologis, seperti kelahiran dengan berat badan lahir rendah dan usianya masih muda dengan pertahan tubuh dan sistem pencernaan yang masih imatur. Hal ini membuat resiko penyakit dan masalah nutrisi lebih besar terjadi pada anak usia balita (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Fenomena gizi buruk pada balita terjadi di beberapa daerah di Indonesia dan terus mengalami peningkatan. Tahun 2004, kelompok gizi kurang dan gizi buruk mencapai 28,47% di Indonesia (Depkes, 2004). Supari (2006) dalam Siswono (2006) mengungkapkan bahwa terdapat 3.957 anak dan balita di Indonesia yang menderita busung lapar dan 76.178 anak dengan gizi kurang per Desember 2005. Tahun 2006, jumlah gizi buruk mengalami lonjakan dari 1.8 juta pada tahun 2005 menjadi 2.3 juta pada tahun 2006 (UNICEF, 2006 dalam Sinung, 2006).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
3
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki masalah gizi buruk sebagai masalah sosial dan kesehatan. Sebanyak 25.735 kasus balita dengan gizi buruk ditemukan pada tahun 2005. Eri (2007) mengungkapkan bahwa tingginya kasus gizi buruk di Jawa Barat ini disebabkan karena menurunnya daya beli masyarakat terutama di daerah Cirebon, Bandung, dan Cianjur, yang merupakan kantong-kantong kemiskinan di Jawa Barat.
Fenomena gizi buruk pun terjadi pada warga di Kota Depok. Sebanyak 1.133 balita mengalami gizi buruk pada tahun 2005 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 933 balita di tahun 2006 dengan jumlah balita sebanyak 114.980 orang (Dinkes Kota Depok, 2010). Dinkes Kota Depok (2010) mengungkapkan bahwa kecamatan yang memiliki kasus gizi buruk terbanyak adalah Kecamatan Pancoran Mas, yaitu sebanyak 321 balita, dan kemudian diikuti oleh Kecamatan Cimanggis dengan jumlah balita dengan gizi buruk sebanyak 228 balita.
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Cimanggis yang merupakan bagian dari Kota Depok yang perlu diperhatikan pula masalah gizi balitanya. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Program Spesialis Komunitas FIK UI (2013) ditemukan sebanyak 25% balita di Cisalak Pasar memiliki status gizi kurang. Hasil survey tersebut juga mengungkapkan sebanyak 50% sikap orang tua tidak mendukung gizi balita dan memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi balita. Hasil screening yang dilakukan mahasiswa FIK UI di posyandu RW 07 Cisalak Pasar menemukan sebanyak 12,1% balita memiliki status gizi kurang.
Upaya pemerintah dalam menurunkan angka gizi buruk sudah dilakukan melalui pemberian makanan tambahan (PMT) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan tatalaksana gizi buruk pada tenaga kesehatan. Upaya yang dilakukan pemerintah ini berhasil menurunkan angka gizi buruk di Indonesia menjadi 10,1% pada tahun 1998, kemudian 8,1% pada tahun 1999, dan 6,3% pada
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
4
tahun 2001. Tahun 2002, terjadi peningkatan kembali angka gizi buruk menjadi 8% (Safi’i, 2008).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani masalah gizi buruk adalah dengan membuat program-program prioritas. Program prioritas ini terdiri dari program
Promosi
Kesehatan
dan
Pemberdayaan
Masyarakat,
program
Lingkungan Sehat, program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan program Perbaikan Gizi Masyarakat. Salah satu sasarannya adalah menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20% (termasuk penurunan prevalensi gizi buruk menjadi 5% pada tahun 2009 (Hernawati, 2009).
Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah gizi pada balita yaitu melalui pendekatan keluarga. Pendekatan terhadap keluarga dapat dilakukan dengan promosi keluarga sadar gizi maupun pemberdayaan keluarga. Promosi keluarga sadar gizi bertujuan agar dipraktekkannya norma keluarga sadar gizi bagi seluruh keluarga di Indonesia untuk mencegah terjadinya masalah kurang gizi khususnya gizi buruk. Kegiatan promosi keluarga sada gizi dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sosial budaya (lokal-spesifik). Pemberdayaan keluarga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mengetahui potensi ekonomi keluarga dan mengembangkannya untuk memenuhi kebutuhan gizi seluruh anggota keluarga. Keluarga miskin yang anaknya menderita kekurangan gizi perlu diprioritaskan sebagai sasaran penanggulangan kemiskinan (Hernawati, 2009)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, 2012). Keberadaan balita dan kondisi kesehatannya sangat bergantung pada keluarga, sehingga pendekatan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
5
keluarga merupakan cara yang tepat untuk menangani masalah yang terjadi pada balita (Hernawati, 2009).
Proses keperawatan keluarga dilakukan untuk menangani gizi kurang melalui pendekatan keluarga. Proses keperawatan ini dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan, penatalaksanaan, dan evaluasi tindakan keperawatan. Pengkajian dilakukan untuk mendeteksi adanya masalah kesehatan dalam keluarga, meliputi data dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, serta fungsi perawatan kesehatan keluarga. Masalah kesehatan keluarga akan terdeteksi setelah dilakukan pengkajian, untuk kemudian ditegakkannya diagnosa keperawatan yang dapat bersifat aktual, resiko, maupun potensial. Setelah penegakkan diagnosa, akan disusun perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami dan tingkat prioritas masalahnya berdasarkan hasil skoring. Setelah dilakukan penatalaksanaan berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan yang telah dibuat, hasil dari penatalaksanaan tersebut dievaluasi perkembangan keluarga dan keberhasilan tindakan yang telah dilakukan dillihat dari tingkat kemandirian dan kemajuan kondisi kesehatan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga yang dikelola oleh mahasiswa adalah keluarga Bapak D yang tinggal di RW 07 Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis Depok, dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan khususnya pada An. S (27 bulan) yang merupakan anak satu-satunya dari Bapak D (37 tahun) dan Ibu M (36 tahun). Hasil pengkajian pertumbuhan didapatkan berat badan An S 8,6 kg dengan tinggi badan 77 cm dan lingkar lengan atas 13 cm. Data tersebut menunjukkan bahwa An. S memiliki status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U (Kemenkes, 2010). Menurut pengakuan dari Ibu M, An. S tidak memiliki riwayat penyakit flek paru dan tidak pernah mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu. Tanda dan gejala anak dengan gizi kurang tampak dari kondisi fisik An. S, yaitu badan tampak kurus, rambut tipis dan kemerahan, dan kulit yag kering dan bersisik. Sehari-sehari, Ibu M memberikan makanan berupa nasi dengan sup sayuran, atau
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
6
dengan sup. Ibu M tidak pernah menyediakan makanan dengan menu lengkap dengan sayuran dan buah, dan selalu memberikan jajanan seperti snack yang dijual di sekitar rumah. Ibu M juga tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai pentingnya kebutuhan gizi untuk balita.
Intervensi keperawatan keluarga yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai gizi seimbang pada balita. Pada intervensi ini, perawat menjelaskan mengenai definisi dari gizi seimbang, pentingnya gizi seimbang untuk anak usia balita, menjelaskan definisi dari gizi kurang pada balita, tanda dan gejala dari gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang pada balita. Demonstrasi pemilihan bahan makanan dan pembuatan jadwal makanan yang mengandung gizi seimbang dilakukan untuk mningkatkan kemampuan psikomotor keluarga.
Intervensi unggulan yang dilakukan terhadap keluarga Bapak D yang dilakukan adalah penyusunan jadwal menu seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan pada balita. Modifikasi makanan yang dilakukan yaitu dengan mengikutsertakan keluarga dalam melakukan demonstrasi pembuatan nugget sayur dan pembuatan pudding tinggi karbohidrat tinggi protein, serta mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan dengan warna mencolok agar tampak lebih menarik, seperti menggunakan bayam merah, wortel, jagung, dan tomat. Intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan Ibu M tentang kebutuhan gizi terutama pada anak usia balita dan untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi pada An. S. Khomsan (2006), mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang diketahui seorang ibu tentang sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan, serta pengetahuan dalam mengolah dan menyiapkan makanan mempengaruhi status gizi balita. Rendahnya pengetahuan tentang gizi dapat mempengaruhi
ketersediaan
pangan
dalam
keluarga,
yang
selanjutnya
mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan yang berdampak pada kekurangan gizi pada balita (Suhardjo, 2005).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
7
1.2 Rumusan Masalah Hasil screening yang dilakukan di posyandu RW 07 Cisalak Pasar ditemukan sebanyak 12,1% balita memiliki status gizi kurang dengan 8 balita diantaranya memiliki status gizi buruk. Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah gizi kurang atau gizi buruk pada balita ini yaitu melalui promosi keluarga sadar gizi dan pemberdayaan keluarga, namun hal ini belum optimal dilakukan oleh tenaga kesehatan non-profesional. Sejalan dengan target MDG’s untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan dan menurunkan angka kematian anak yang dapat dilihat dari prevalensi ballita dengan kurang gizi, mahasiswa melakukan melalui pendekatan ke keluarga dengan anak dengan gizi kurang atau gizi buruk. Pendekatan ini bertujuan agar masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita dengan gizi kurang dapat diatasi atau dicegah dan menekan angka kejadian gizi buruk di wilayah setempat.
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran asuhan keperawatan kepada keluarga Bapak D dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh khususnya pada An. S.
1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Memberikan gambaran mengenai pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak D
2.
Memberikan gambaran mengenai analisis masalah dan penegakkan diagnosa keperawatan yang terjadi pada keluarga Bapak D
3.
Memberikan gambaran mengenai perencanaan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada keluarga Bapak D
4.
Memberikan gambaran pemberian intervensi keperawatan unggulan yang diimplementasikan kepada keluarga Bapak D
5.
Memberikan gambaran hasil implementasi intervensi unggulan pada keluarga Bapak D
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
8
1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Umum Secara umum, hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan penambah wawasan bagi perawat komunitas ataupun tenaga kesehatan yang bekerja di masyarakat dalam melakukan intervensi terkait dengan penanganan masalah gizi kurang.
1.4.2 Manfaat Khusus Manfaat hasil asuhan keperawatan secara khusus yaitu: 1.
Aplikatif
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga dan untuk menerapkan intervensi inovasi pada keluarga dengan gizi kurang. Hasil asuhan keperawatan ini dapat pula dijadikan pedoman bagi perawat kesehatan masyarakat (perkesmas) dan petugas program gizi untuk memantau perkembangan kondisi gizi balita, mendeteksi adanya status gizi buruk atau gizi kurang secara dini, dan terus memotivasi keluarga dengan gizi kurang untuk mengoptimalkan asupan gizi pada balita dengan status gizi kurang atau gizi buruk, terutama di daerah yang bersang kutan. 2.
Keilmuan
Hasil asuhan keperawatan ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan terutama yang berkaitan dengan intervensi inovasi dalam mengatasi masalah gizi kurang. 3.
Metodologi
Hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan tinjauan literatur untuk penelitian selanjutnya terutama yang berkaitan dengan prevalensi gizi kurang pada balita.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perkotaan 2.1.1 Pengertian Perkotaan Pengertian dari kota ditinjau secara geografis maupun morfologi. Kota dalam tinjauan geografis adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsurunsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di belakangnya. Kota dalam tinjauan fisik atau morfologi menekankan pada bentuk kenampakan fisikal dari lingkungan kota yang terdiri dari 3 unsur morfologi kota, yaitu penggunaan lahan, pola-pola jalan, dan tipe atau karakteristik bangunan (Yunus, 1999).
Kawasan perkotaan merupakan wilayah dengan karakteristik kepadatan penduduk mencapai 50 jiwa per ha atau lebih, yang sebagian besar penduduknya berusaha bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan jasa (Bappenas, 2009). Sumardjito (2000), menyatakan bahwa perkotaan memiliki ciri-ciri khas, yaitu tempat pusat pemukiman dan kegiatan penduduk, tempat dengan kepadatan penduduk tinggi, mempunyai watak dan corak heterogen, mempunyai ciri khas kehidupan kota, mempunyai batas wilayah administrasi, dan mempunyai hak otonomi.
Iswanto (2010) mengungkapkan bahwa kawasan perkotaan berkembang dengan pesat. Perkembangan kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari perkembangan penduduk maupun kegiatan masyarakat perkotaan yang semakin sulit
dikontrol
sehingga
sehing menimbulkan
persoalan-persoalan
yang
menyangkut persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem, dan area), maupun terhadap penduduk atau penghuninya. Perkembangan yang terjadi pada kawasan perkotaan tidak memperhatikan dampak yang dapat terjadi terhadap lingkungan maupun masyarakat perkotaan sehingga banyak permasalahan yang terjadi di perkotaan. Perkembangan perkotaan itu sendiri dapat menimbulkan
9 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
10
dampak dalam hal ekonomi, sosial, maupun dampak kesehatan (Allender & Spradley, 2005; Iswanto, 2010; Stanhope & Lancaster, 2004).
Masyarakat perkotaan merupakan warga yang tinggal di daerah perkotaan atau yang disebut dengan urban community. Dampak perkembangan perkotaan salah satunya adalah pada bidang kesehatan, khususnya pada masyarakat perkotaan. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan diperlukan untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya masalah kesehatan dan melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan (Allender & Spradley, 2005).
2.1.2 Masalah Nutrisi pada Masyarakat Perkotaan Perkotaan, ditinjau dari kondisi lingkungan fisiknya, secara umum diasosiaikan dengan pengangguran, kemiskinan, polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja, seksualitas, dan sebagainya. Sarlito (1992) mengungkapkan bahwa kondisi fisik dan kondisi sosial di perkotaan tidak menyenangkan akibat adanya perbedaan di kelas sosial ekonomi yang semakin lama semakin jelas terasa. Hal ini dapat dilihat dari golongan yang berkuasa akan terus berkembang sementara golongan yang tidak berkuasa akan semakin sulit untuk berkembang. Fenomena lain yang terjadi pada kehidupan perkotaan adalah adanya sifat kompetitif yang sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang menitikberatkan pada keuntungan secara ekonomis.
Persaingan yang kuat di bidang sosial ekonomi pada masyarakat perkotaan menyebabkan tingginya angka kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan mempengaruhi pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, termasuk di dalamnya adalah pemenuhan bahan makanan. Keluarga miskin cenderung melewatkan makan atau mengabaikan rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi saat tidak memiliki uang. Kondisi ini diperburuk dengan kondisi di lingkungan perkotaan dimana harga jual bahan makanan dan bahan pokok lainnya tinggi, sehingga pemenuhan kebutuhan pokok pada masyarakat perkotaan mengalami
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
11
kesulitan, termasuk di dalamnya pemenuhan bahan makanan (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).
Pemenuhan nutrisi pada masyarakat perkotaan mengalami konsekuensi akibat perkembangan perkotaan yang pesat (Argenti, 2000). Konsekuensi pertama adalah berkurangnya lahan pertanian di perkotaan akibat banyaknya pmbangunan perumahan, lahan industri, dan juga insfrastruktur perkotaan. Hal ini mengakibatkan tergantungnya pemenuhan kebutuhan bahan makanan perkotaan terhadap daerah pedesaan. Konsekuensi berikutnya adalah meningkatnya kuantitas bahan makanan yang dibutuhkan oleh daerah perkotaan. Konsekuensi ketiga adalah adanya perubahan terhadap pola konsumsi dan perilaku pembelian makanan pada masyarakat perkotaan. Konsekuensi keempat yaitu pada masyarakat dengan ekonomi lemah, pemenuhan kebutuhan nutrisi akan dikesampingkan, karena kemiskinan membuat mereka tidak peduli zt gizi dan kualitas makanan dan hanya untuk memenuhi kebutuhan akan rasa laparnya saja.
Masyarakat pada daerah perkotaan rata-rata membayar 30% lebih mahal untuk mendapatkan bahan makanan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat perkotaan juga memiliki waktu yang relatif lebih sempit untuk mengolah dan menyiapkan makanan. Hal ini menyebabkankan meningkatnya permintaan untuk makanan cepat saji dan tanpa memperhatikan kualitas bahan makanan yang digunakan, dan berakibat terhadap gizi pada balita karena gizinya tidak terpenuhi sesuai kebutuhannya (Argenti, 2000).
2.2 Keluarga dengan Anak Balita 2.2.1 Keluarga dengan Balita Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki peran sosial yang berbeda satu sama lain dengan ciri saling berhubungan dan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
12
ketergantungan antar individu (Suprajitno, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dan memiliki peran sosial dari tiap-tiap anggotanya dan saling ketergantungan antar satu sama lain.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menyatakan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu: 1.
Fungsi afeksi: merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
2.
Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi: sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga, merupakan tempat berlatih bagi anak untuk berkehidupan sosial.
3.
Fungsi reproduksi: fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4.
Fungsi ekonomi: keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi
perawatan/pemeliharaan
kesehatan:
yaitu
fungsi
untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Keluarga memiliki fungsi dalam melakukan perawatan atau pemeliharaan kesehatan anggota keluarga. Fungsi pemeliharaan keluarga ini dibagi menjadi lima fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh keluarga (Maglaya et all., 2009). Fungsi tersebut yaitu: 1.
Mengenal masalah kesehatan keluarga
2.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3.
Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4.
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
5.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal keluarga
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
13
2.2.2 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Balita Friedman, Bowden, & Jones (2003) mengungkapkan bahwa keluarga dengan balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak baru lahir adalah: 1.
Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai bagian dari keluarga)
2.
Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari anggota keluarga
3.
Membantu kenyamanan hubungan pernikahan
4.
Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan kakek-nenek.
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervemsi dengan keluarga agar keluarga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga. Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah adalah: 1.
Pencapaian kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan, privasi, dan keamanan
2.
Mengsosialisasikan anak-anak
3.
Mengintegrasikan keanggotaan anak baru dengan memenuhi kebutuhan anak lainnya
4.
Memelihara kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua-anak), keluarga besar, serta lingkungan.
Berdasarkan tugas perkembangan tersebut, tanggung jawab yang harus dilakukan oleh keluarga adalah membentuk individu dalam keluarga menjadi lebih berpotensi. Balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Orang tua memiliki peran yang penting dalam masa ini untuk memberikan perhatian, dukungan, dan waktu agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya dalam dimensi fisik, mental, dan sosial.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
14
2.2.3 Masalah-masalah pada Keluarga dengan Balita Balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan diperlukan perhatian yang lebih dan khusus. Proses tumbuh kembang pada balita sangat pesat, diantaranya pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental, dan sosial. Pertumbuhan balita sangat dipengaruhi beberapa hal diantaranya jumlah dan mutu makanan, kesehatan balita, tingkat ekonomi, pendidikan, dan perilaku orang tua (Depkes, 2000).
Balita termasuk ke dalam agregat yang memiliki resiko tinggi. Kelompok balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi dan rawan penyakit serta kelompok yang paling banyak menderita KEP (Kekurangan Energi Protein). Kondisi yang dapat menyebabkan balita rawan gizi dan rawan penyakit adalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007). a.
Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan dewasa
b.
Anak balita mempunyai ibu yang bekerja sehingga perhatian ibu berkurang
c.
Anak balita sudah mulai main di tanah, lingkungan yang kotor sehingga memungkinkan untuk terkena infeksi
d.
Anak balita belum bisa memilih makanannya, peran perilaku orang tua yang didasari pengetahuan sangatlah penting.
Balita membutuhkan zat-zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, perbaikan atau penggantian sel-sel yang rusak, pengaturan tubuh, dan kekebalan terhadap penyakit. Zat gizi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral dengan jumlah kalori dalam makanan berdasarkan komposisi banyaknya zat gizi yang terkandung. Kalori yang dibutuhkan balita lebih banyak perkilogram berat badannya daripada orang dewasa, tidak hanya untuk kebutuhan fisik, tetapi juga untuk pertumbuhannya dan perkembangannya (Husaini, 2002).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
15
2.2.3.1 Gizi Seimbang pada Balita Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan
pengeluaran
zat-zat
yang
tidak
digunakan
untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001). Balita, sebagai suatu fase kehidupan yang berisiko tinggi akan kekurangan gizi dan penyakit, membutuhkan suatu pola makanan sehat dengan gizi seimbang yang menuntun balita agar tidak kekurangan gizi. Pemberian makanan balita dengan gizi seimbang ini bertujuan agar balita mendapatkan gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh. Zat gizi, yang berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang tepat dan benar merupakan solusi yang tepat untuk memperbaiki masalah kekurangan gizi (Supariasa, 2001).
Suharjo (2003) mengungkapkan bahwa gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi dalam satu hari yang beragam dan mengandung triguna makanan. Triguna makanan merupakan zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Direktorat Gizi Masyarakat; Suharjo, 2003).
a. Zat Tenaga Zat tenaga merupakan zat makanan yang akan menjadi sumber energi bagi tubuh. Zat tenaga dibutuhkan anak untuk beraktivitas sehari-hari. Sumber dari zat tenaga ini merupakan karbohidrat dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana (gula, pasir, dan gula merah) dan karbohidrat kompleks (tepung, beras, jagung, dan gandum). Lemak merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat. Lemak bisa didapat dari margarin, mentega, minyak goreng, lemak hewan atau lemak tumbuhan. Untuk bahan makanan yang mengandung zat tenaga bisa didapatkan dari beras, kentang, ubi, roti, singkong, terigu, biskuit, minyak goreng, serta kacang-kacangan (Widjaja, 2007).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
16
b. Zat Pembangun Zat pembangun merupakan zat makanan yang penting bagi pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak bagi tubuh. Sumber dari zat pembangun ini adalah protein. Protein bisa didapat dari ikan, susu, telur, tahu, dan tempe (Widjaja, 2007).
c. Zat Pengatur Zat pengatur merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah kecil dan pada umumnya dapat dibentuk oleh tubuh. Sumber dari zat pengatur ini adalah vitamin dan mineral. Zat pengatur berfungsi untuk meningkatkan kekebalan anak terhadap penyakit, menumbuhkan dan memperkiuat jaringan, dan mengatur keseimbangan cairan tubuh (Widjaja, 2007).
2.2.3.2 Masalah Gizi Kurang pada Balita Gizi kurang merupakan suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap suatu atau beberapa zat gizi yidak terpenuhi, atau zat gizi tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat (Zega, 2010). Gizi kurang disebabkan karena tubuh kekurangan satu atau beberapa zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Hal-hal yang dapat menyebabkan gizi kurang adalah karena makanan yang dikonsumsi kurang atau mutunya rendah atau bahkan keduanya. Gizi kurang juga disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh karena tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang disebut kurang energi dan protein (KEP). Tubuh gagal untuk menyerap dan menggunakannya karena zat gizi yang dikonsumsi sedikit. Penderita yang sering mengalami gizi kurang diantaranya adalah balita karena pada usia balita termasuk kelompok yang rentan. Jika kebutuhan zat gizinya tidak tercukupi, maka balita akan mudah terkena
penyakit
(Soekirman,
2000).
Gizi kurang terkait dengan dampak sosial ekonomi keluarga maupun negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri. Kondisi gizi kurang akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi gizi kurang ini juga sering disertai dengan defisiensi asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
17
diperlukan bagi tubuh. Gizi kurang akan mempengaruhi sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme sehingga mudah sekali terkena infeksi (Depkes, 2002).
Masalah gizi kurang merupakan masalah yang sangat penting menjadi perhatian karena
dampaknya
secara
langsung
terhadap
gangguan
pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas. Kekurangan zat gizi makro (vitamin dan mineral) akan mengakibatkan terjadinya gangguan pertumbuhan. Ketidakcukupan konsumsi zat gizi pada usia balita akan berdampak pada kondisi gagal tumbuh karena pada masa balita kebutuhan gizinya tidak terpenuhi dan akan mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak karena masa ini merupakan masa dimana meningkatnya pertumbuhan secara pesat (Depkes, 2002).
2.2.4 Peran Perawat Keluarga Perawat keluarga mempunyai peranan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan terhadap keluarga yang rentan dan beresiko terhadap masalah kesehatan. Perawat kesehatan keluarga merupakan pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan berfungsi untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga dengan cara mengoptimalkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Effendi, 2009). a.
Pendidik, yaitu perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b.
Koordinator, yaitu perawat berkoordinasi agar pelayanan komprehensif dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi agar tidak terjadi tumpang tindih atau pengulangan.
c.
Pelaksana, yaitu perawat memberikan perawatan langsung kepada klien keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
d.
Pengawas kesehatan, yaitu perawat melakukan kunjungan yang teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
18
e.
Konsultan, yaitu perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Hubungan perawat dan keluarga harus terbina dengan baik, kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi, dan kualitas informasi yang disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya dibutuhkan agar keluarga dapat meminta nasehat kepada perawat.
f.
Kolaborasi, yaitu perawat bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
g.
Fasilitator, yaitu perawat membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi. Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
h.
Penemu kasus, yaitu perawat menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat sehingga terhindar dari ledakan kasus atau wabah.
i.
Modifikasi lingkungan, yaitu perawat melakukan modifikasi baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
2.3 Asuhan Keperawatan dengan Balita Gizi Kurang 2.3.1 Pengkajian Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa pengkajian merupakan proses pengumpulan informasi dan penilaian secara profesional mengenai arti dari informasi yang telah didapatkan. Pada asuhan keperawatan keluarga, informasi yang perlu dikumpulkan meliputi data umum keluarga, data lingkungan keluarga, data struktur keluarga, data fungsi keluarga, data stress dan koping keluarga, dan data mengenai fungsi perawatan kesehatan. a.
Data Dasar Keluarga Hal yang perlu dikaji dari data dasar atau data umum keluarga adalah nama kepala keluarga, wilayah tempat tinggal, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga.
b.
Data Lingkungan Keluarga Data yang perlu dikaji dari lingkungan keluarga meliputi karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan di sekitar tempat tinggal dan komunitas yang
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
19
lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga. c.
Data Struktur Keluarga Data yang perlu dikaji dari struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran keluarga, dan nilai dan norma yang dianut oleh keluarga.
d.
Data Fungsi Keluarga Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, sosialisasi dan tempat bersosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan.
e.
Data Stress dan Koping Keluarga Data yang perlu dikumpulkan untuk mengkaji stress dan koping keluarga meliputi stressor jagka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga dalam berespon saat menghadapi masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional.
f.
Data Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Fungsi perawatan kesehatan keluarga dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang meliputi kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.
g.
Data Pemeriksaan Fisik untuk Masalah Gizi Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan untuk mengkaji adanya masalah gizi adalah tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas. Pengkajian untuk masalah bisa pula disertai dengan observasi pada kondisi kulit apakah kusam atau cerah, apakah halus atau bersisik, apakah elastis atau kering. Kondisi rambut juga dapat mengindikasikan adanya masalah gizi, terutama apabila balita memiliki kondisi rambut yang rapuh, kering, tipis, dan depigmentasi (Wong, 2003).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
20
Data
Sumber Data
Wawancara anggota keluarga
-
Bertanya dan mendengarkan
mengenai kejadian dari masa lalu
-
Genogram
hingga saat ini yang signifikan
-
Ecomap
-
Observasi rumah keluarga
-
Observasi interaksi keluarga
-
Pengalaman yang diceritakan
Data objektif
anggota keluarga Data Subjektif
-
Pengalaman observasi kerabat yang diceritakan
-
Instrument pengkajian yang diisi oleh keluarga
Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Perawat yang telah melakukan pengumpulan informasi mengenai keluarga kemudian menganalisis dan mengklasifikasikan data-data tersebut untuk kemudian mengartikan maknanya. Masalah potensial yang ditemukan perawat akan digali lebih dalam pada area yang berhubungan dengan masalah tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.1.1 Pengkajian Status Gizi pada Balita dengan Masalah Gizi Kurang Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis, yang meliputi pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001). Status gizi dapat dinilai secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan klinis, biokimia, antropometri, dan biofisik. Pengukuran secara tidak langsung dapat dilakukan dengan survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Penilaian status gizi secara antropometri membutuhkan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
21
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002).
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Parameter yang biasa digunakan dalam pengukuran antropometri diantaranya: a.
Umur: faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi karena kesalahan penentuan umur akan menyebabkan kesalahan pula pada interpretasi status gizi.
b.
Berat badan: menggambarkan jumlah protein, lemak, air, dan mineral pada tulang dan merupakan faktor terpenting dalam pengukuran antropometri, serta paling sering digunakan terutama pada masa balita untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.
c.
Tinggi badan: parameter yang penting bagi keadaan tubuh di masa lampau dan sekarang jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supariasa, 2002).
Gibson (2005) menyatakan bahwa pengukuran antropometri memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan dari pengukuran antropometri ini antara lain: a.
Prosedurnya aman, sederhana, dan dapat mencakup jumlah sampel yang besar.
b.
Alatnya murah, tahan lama, dan mudah dibawa.
c.
Tidak membutuhkan tenaga ahli, cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat, misalnya kader posyandu.
d.
Metodenya tepat dan akurat karena dapat dibakukan, serta dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan gizi.
e.
Dapat mendeteksi riwayat gizi seseorang di masa lampau dan dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu.
Indikator antropometri merupakan kombinasi dari berbagai macam parameter. Indikator antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
22
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Gambaran status gizi dapat dilihat dari indikator antropometri tersebut. Perbedaan penggunaan indeks antropometri dapat memberikan gambaran status gizi yang berbeda pula (Gibson, 2005). Penilaian status gizi balita dilakukan dengan cara angka berat badan dan tinggi badan dikonversikan ke dalam bentuk nilai berstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri balita WHO. Kemudian berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut ditentukan klasifikasi status gizi balita dengan batasan sebagai berikut.
Indeks
Kategori Status Gizi
Ambang Batas
Gizi Buruk
< -3 SD
Gizi Kurang
-3 SD sampai dengan -2 SD
Gizi Baik
-2 SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih
> 2 SD
Sangat pendek
< -3 SD
Pendek
-3 sampai dengan -2 SD
Normal
-2 SD sampai dengan 2 SD
Tinggi
> 3 SD
Berat Badan Menurut Panjang
Sangat Kurus
< -3 SD
Badan
Kurus
-3 SD sampai dengan -2 SD
Atau
Normal
-2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk
> 2 SD
Berat Badan Menurut Umur
Panjang Badan Menurut Umur Atau Tinggi Badan Menurut Umur
Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Tabel 2. 2 Kategori dan Ambang Batas Anak 0-60 Bulan Berdasarkan Indeks (Kemenkes RI, 2010)
a. Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, yang dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan anak. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, seperti tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat badan digunakan sebagai indikator yang terbaik untuk mengetahui status gizi dan tumbuh kembang anak. Sedikit saja perubahan dapat terdeteksi melalui pengukuran berat badan. Pada keadaan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
23
normal, yaitu saat keadaan kesehatan baik dan terdapat keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Saat keadaan sedang tidak normal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lambatdari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan yang labih tersebut, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini (current nutritional status) (Soetjiningsih, 1995; Supariasa, 2002). Kelebihan dan kelemahan indikator BB/U, antara lain, sensitif terhadap perubahan kecil, memerlukan data umur yang akurat, pengukuran yang berulang dapat mendeteksi masalah pertumbuhan karena infeksi atau KEP (Kekurangan Energi Protein), baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, bila ada edema atau asites dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru, dan sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang.
b. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua terpenting. Ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Kenaikan tinggi badan berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesar pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi pesat kembali (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi dan berhenti pada umur 18-20 tahun. Pada keadaan normal, tinggi badan akan bertambah seiring dengan adanya pertambahan umur. Namun, pertumbuhan tinggi bada kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama (Soetjiningsih, 1995; Supariasa, 2002). Indeks antropometri tinggi badan menurut umur memiliki kelebihan dan kelemahan, yaitu baik untuk mengetahui status gizi masa lampau (kronik), sebagai indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa, namun ketepatan umur sulit untuk didapat (Hartriyanti & Triyanti, 2009).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
24
c. Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang) dan merupakan indeks yang independen terhadap umur. Terdapat pengecualin jika anak usia >2 tahun tetapi belum bisa berdiri sendiri dengan tegak dan yang diukur adalah panjang badannya, maka hasil pengukuran harus dikuranfi 0,7 cm. Kelebihan dan kelemahan dari indeks BB/TB ini adalah indikator status gizi saat ini, tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (kurus, normal, gemuk), namun membutuhkan dua macam alat ukur dan pengukuran relatif lebih lama (Supariasa, 2002; WHO, 2005).
2.3.2 Penegakkan Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah Diagnosis keperawatan keluarga mencakup diagnosis keperawatan untuk keluarga sebagai subsistem yang dimiliki dan merupakan hasil dari pengkajian keperawatan yang dilakukan sebelumnya. Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses hidup yang aktual, resiko, maupun potensial (NANDA, 2012). 1.
Masalah aktual, defisit atau gangguan kesehatan, ditegakkan apabila adanya tanda dan gejala gangguan kesehatan pada saat dilakukan pengkajian.
2.
Masalah resiko atau ancaman kesehatan, ditegakkan apabila terdapat data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3.
Potensial, berupa keadaan sejahtera atau wellness, ditegakkan bila keluarga dalam keadaan sejahtera tanpa masalah kesehatan, sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan.
Prioritas masalah perlu ditentukan dalam tahap ini untuk menetapkan masalah apa yang dapat diselesaikan, harus diselesaikan, dan merupakan masalah yang tepat untuk diselesaikan bersama perawat keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
25
2003). Priotitas masalah dapat ditentukan berdasarkan perhitungan dan scoring yang dilakukan bersama-sama dengan keluarga.
No Kriteria 1 Sifat masalah Aktual (Tidak/kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera 2
3
4
Skor
Bobot
3 2 1
1
Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Sebagian Tidak dapat
2 1 0
2
Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Sedang Rendah
3 2 1
1
Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani Masalah tidak dirasakan
2 1
1
0
Tabel 2.3 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus: Skoring :
Skor
x Bobot
Angka tertinggi
2.3.3 Perencanaan Tahap ini mencakup perawat dan keluarga terlibat dalam pengembangan rencana keperawatan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan intervensi dengan hasil yang diharapkan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) dan disertai dengan kriteria hasil dan metode. Menurut Lawson & Peate (2009)
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
26
menetapkan tujuan dan kriteria hasil dalam keperawatan menggunakan prinsip SMART yaitu: 1.
Spesific: tujuan harus tepat, objektif, dan eksplisit untuk klien dan tenaga kesehatan
2.
Measurable: harus teridentifikasi cara yang jelas untuk mengukur apakah tujuan sudah tercapai atau belum
3.
Achievable: tujuan harus dapat dicapai oleh keluarga berdasarkan pada kemampuan dan kondisi keluarga
4.
Realistic: tujuan harus realistis sesuai dengan kondisi yang ada
5.
Time-oriented: tujuan harus memiliki target waktu yang jelas kapan akan dicapai dan dapat berupa jangka panjang maupun jangka pendek.
Setelah menetapkan tujuan, perawat dan keluarga menentukan cara-cara alternatif untuk mencapai tujuan. Sumber-sumber yang dapat mendukung pelaksanaan intervensi diidentifikasi. Contoh sumber yang dapat digunakan adalah kekuatan internal keluarga yang mencakup sistem pendukung keluarga, sumber perawatan mandiri keluarga, dan dukungan komunitas dan lingkungan fisik.
2.3.4 Implementasi Implementasi atau penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan perbaikan ke arah perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidak mampuan dan kesulitan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, yaitu tingkah laku yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga melihat akibat masalah kesehatan terhadap dirinya dan keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan dalam menurunkan masalah.
Implementasi yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengatasi masalah gizi yaitu dengan diberikannya penyuluhan kesehatan kepada keluarga balita mengenai gizi seimbang, demonstrasi pembuatan makanan selingan yang dapat
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
27
membantu memenuhi kebutuhan gizi balita, atau melakukan modifikasi pada makanan agar dapat meningkatkan motivasi atau nafsu makan anak. Pembuatan jadwal makan dengan sistem reward dan pembuatan menu makanan sehari-hari juga dapat dilakukan kepada keluarga dengan balita gizi buruk. Salah satu implementasi yang diunggulkan yang dilakukan pada keluarga adalah pembuatan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan pada balita. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dalam memberikan makanan cukup gizi dan meningkatkan kesadaran keluarga tentang pentingnya gizi yang cukup untuk balita.
Jadwal menu makanan yang berhubungan dengan pola asuh makan bertujuan untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan kebutuhan anak di usia balita. Mashitah, Soekirman, dan Martianto (2005) dalam penelitiannya mengenai hubungan pola asuh makan dan status gizi di Desa Mulya Harja, Bogor mengungkapkan bahwa pola asuh makan yang diberikan di dalam rumah tangga kepada anak usia balita secara tidak langsung berhubungan dengan baik buruknya status gizi. Hal ini dibuktikan dengan 60,4% balita yang memiliki status gizi kurang diberikan pola asuh makan yang sedang, dan 33% diantaranya diberikan pola asuh makan yang buruk. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sausan (2009) di Surabaya. Hasil penelitian Sausan (2009) menemukan hampir setengah dari balita yang memiliki pola asuh makan cukup memiliki status gizi normal dan sebanyak 30% balita yang memiliki pola asuh makan yang baik memiliki status gizi normal pula. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara pola asuh makan dengan status gizi balita di Kelurahan Tambak Wedi, Surabaya.
Pembuatan menu makanan yang bervariasi berdasarkan triguna makanan dapat memenuhi gizi balita dan diharapkan dapat meningkatkan berat badan anak usia balita. Wijanarka (2012) dalam penelitiannya mengenai modifikasi makanan “RASTTLE” (beras-tempe-tolo-lele) membuktikan bahwa modifikasi makanan tersebut dapat meningkatkan berat badan balita dengan gizi kurang. Pembuatan RASTTLE ini berdasarkan pertimbangan dari bahan-bahan makanan lokal yang
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
28
digunakan mudah didapat, harganya murah dan terjangkau, dan mengandung kadar nutrisi yang tinggi dan dibutuhkan balita.
Pembuatan menu yang bervariasi merupakan upaya untuk mengatasi sulit makan dan gizi kurang. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan oleh Nurhayati dan Sudewi (2009) yang membuat variasi menu berdasarkan tren makanan populer untuk anak balita. Tren makanan yang populer untuk anak usia balita yaitu dengan karakteristik sehat, disenangi balita, murah harganya, dan mudah didapat. Jenis variasi makanan balita yang telah dikembangkan yaitu stik tahu, pangsit kacang hijau, tahu mata bola, telur terbenam, perkedel fantasi, martabak mie, sate bolabola coklat singkong, scotel lumba-lumba, dan bola-bola pisang. Menu ini dibuat mengandung tinggi kalori dan tinggi protein karena diberikan untuk anak dengan gizi kurang dan sulit makan. Variasi hidangan makanan untuk balita ini terbukti disenangi oleh balita dan meningkatkan motivasi balita untuk makan.
2.3.5 Evaluasi Evaluasi pada keperawatan keluarga dilakukan berdasrkan kriteria hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Perawat
melakukan
perbandingan
antara
hasil
penatalaksanaan dengan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif maupun sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Evaluasi formatif dibuat berdasarkan pola SOAP, dengan S (subjective) sebagai ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan; O (objective) sebagai suatu keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang objektif; A (analysis) yang merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif; dan P (planning) yang merupakan perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
29
Evaluasi sumatif dilakukan setelah seluruh proses keperawatan telah selesai. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Asmadi (2005) mengungkapkan bahwa metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir asuhan keperawatan untuk menanyakan respon klien dan keluarga terkait asuhan keperawatan. Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan, yaitu: 1.
Tujuan tercapai, yaitu jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan
2.
Tujuan tercapai sebagian, yaitu jika klien menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan
3.
Tujuan tidak tercapai, yaitu jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru
Tingkat kemandirian keluarga juga merupakan suatu bentuk evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan telah selesai. Depkes RI (2006) menjelaskan bahwa kemandirian keluarga dibagi menjadi empat tingkatan berdasarkan kemampuan keluarga memenuhi kriteria kemandirian. Kriteria kemandirian keluarga tersebut terdiri dari: 1.
Menerima petugas perawatan kesehatan
2.
Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
3.
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar
4.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5.
Melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan
6.
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7.
Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Berdasarkan kriteria kemandirian keluarga, tingkat kemandirian keluarga dikategorikan sebagai berikut: a.
Tingkat kemandirian I, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria kemandirian 1 dan 2
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
30
b.
Tingkat kemandirian II, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5
c.
Tingkat kemandirian III, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6
d.
Tingkat kemandirian IV, yaitu ketika keluarga dapat memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7 dan merupakan tingkat kemandirian yang paling tinggi.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Kepala keluarga adalah Bapak D yang tinggal di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok. Saat ini rumah yang ditempati oleh keluarga Bapak D adalah rumah dari keluarga Ibu M yang diwariskan kepada Ibu M. Tipe keluarga adalah keluarga inti (nuclear family) dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia balita, yang di dalam rumah ditempati oleh Ayah, Ibu, dan 1 anak, yaitu An. S (27 bulan). Ayah adalah Bapak D (37 tahun) yang bekerja sebagai pegawai dengan penghasilan kurang dari Rp 3.000.000/bulan dan Ibu adalah Ibu M (36 tahun) yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dengan kesehariannya mengurus rumah dan mengurus anak. Bapak D merupakan pengambil keputusan dalam urusan keluarga, seperti keuangan dan rekreasi, dan Ibu M merupakan pengambil keputusan dalam hal pemilihan bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari di dalam rumah tangga. Bapak D dan Ibu M berasal asli dari Cisalak Pasar, Depok, Jawa Barat dan bersuku Betawi, dan mengaku tidak ada mitos atau kepercayaan tertentu yang diyakini terkait masalah kesehatan keluarga. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Ruangan rumah keluarga Bapak D dan Ibu M tidak ditemukan barang-barang yang berasal atau menunjukkan identitas daerah asal. Keluarga Bapak M beragama Islam. Keluarga Bapak M melaksanakan sholat lima waktu dirumah dan terkadang dilakukan secara berjamaah. Bapak D bekerja sebagai pegawai dengan pendapatan perbulan dibawah 3 juta rupiah. Menurut Ibu M, penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Riwayat kesehatan keluarga Bapak D yakni Ibu M mengatakan bahwa An. S (27 bulan) lahir normal dengan berat badan lahir 2.700 gram. Selama ini, An. S sulit makan dan berat badannya 8,6 kg di penimbangan posyandu sebelumnya dan memiliki tinggi badan 77 cm. Hasil observasi pada kondisi tubuh An. S didapatkan bahwa An. S tampak memiliki rambut yang tipis dan berwarna kemerahan, serta kulit tampak kusam dan permukaan kulit kering dan bersisik.
31 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
32
Ibu M mengatakan bahwa An. S tidak mudah terserang penyakit, biasanya penyakit yang dialami An. S adalah demam, batuk, dan pilek. An. S memiliki riwayat imunisasi lengkap sampai campak. Dari hasil pemeriksaan dengan status gizi berdasarkan Kemenkes (2010), yaitu menurut indeks BB/U, An. S memiliki status gizi anak dengan gizi kurang menurut usianya, karena berada di bawah garis -2 SD dengan ambang batas -3SD = 8,5 kg dan -2 SD = 9,5 kg. Status gizi yang dimiliki An. S berdasarkan indeks BB/PB pun kurus dengan ambang batas 3SD = 8,0 kg dan -2SD = 8,7 kg. Ibu M mengatakan An. S tidak memiliki riwayat flek paru dan tidak pernah mengalami batuk-batuk lebih dari 2 minggu. Ibu M mengatakan telah memberikan ASI kepada An. S hingga usia 2 tahun dan saat ini An. S sudah melewati masa penyapihan. Dalam pemberian makan, Ibu mengatakan sudah memberikan An. S makanan yang cukup. Biasanya makan yang diberikan adalah nasi dengan sup sayur namun yang dimakan diberikan kuahnya saja karena An. S tidak suka memakan sayurnya, dan dengan telur. Dalam 1 kali makan, Ibu M mengatakan An. S mampu menghabiskan 3-5 suap nasi. Saat ini anak S menyukai susu formula namun Ibu M memberikannya tergantung dengan kemauan An. S. Saat usia A. S 6-10 bulan, Ibu M mengaku memberikan makanan pendamping ASI seperti bubur bayi dan dilanjutkan dengan tim dengan sayur dan hati ayam atau sapi. Saat ini, Ibu M adalah penyedia makanan di rumah. Ibu M lebih memilih untuk menyediakan makanan sendiri untuk keluarganya. Biasanya makanan buatan Ibu M yang disukai oleh An. S adalah tahu goreng dan telur dadar. Ibu M mengaku jarang memasak menu lengkap dengan sayuran dan buah di rumah, terutama untuk An. S. Di dalam jadwal pmberian makan yang diberikan oleh Ibu M didapatkan bahwa tidak ada pemberian cemilan atau makanan selingan yang rutin yang diberikan kepada An. S, namun Ibu M sering membelikan jajanan kepada An. S seperti snack yang dijual di warung terdekat. Ibu M menyadari keadaan anaknya yang kurus namun tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saat ini Ibu M memberikan makanan yang menurutnya bergizi untuk An. S dan membelikan jajanan untuk An. S sesuai dengan keinginan An. S. Dari hasil wawancara mengenai pengetahuan tentang gizi, Ibu M tidak dapat menjelaskan kebutuhan gizi yang diperlukan oleh anak usia balita dan tidak memahami mengenai kondisi gizi kurang.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
33
3.2 Diagnosis Keperawatan Berdasarkan data yang ditemukan pada saat pengkajian dapat disimpulkan bahwa diagnosis keperawatan yang dapat ditegakkan yakni ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.
3.3 Perencanaan Tindakan Keperawatan Perencanaan tindakan keperawatan dibuat berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh keluarga. Tujuan umum dari tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga Bapak D adalah diharapkan setelah dilakukan pertemuan sebanyak 7 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An. S yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan dari An. S. Tujuan umum ini kemudian dijabarkan menjadi tujuan khusus yang akan dicapai keluarga berdasarkan 5 tugas kesehatan keluarga.
Tujuan khusus 1 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga mampu mengenal masalah gizi kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi dari gizi kurang, menjelaskan tanda dan gejala dari kurang gizi, menjelaskan penyebab kurang gizi, dan mampu mengidentifikasi adanya anggota keluarga dengan masalah kurang gizi. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan kembali definisi gizi dengan tepat dan benar, mampu menyebutkan definisi dari kurang gizi, mampu menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala kurang gizi, mampu menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan keluarga menyadari adanya anggota keluarga yang memiliki masalah gizi kurang.
Tujuan khusus 2 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami giri kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menjelaskan akibat dari kurang gizi dan berdiskusi untuk mengambil keputusan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
34
untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat dari gizi kurang dan keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 3 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami giri kurang dalam waktu 3 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menjelaskan definisi triguna makanan, menjelaskan komponen dari triguna makanan, menyebutkan cara mengatasi kurang gizi, menyebutkan cara memilih makanan, menjelaskan cara mengolah makanan, dan mendemonstrasikan cara mengolah makanan. Penjelasan mengenai triguna makanan juga disertai dengan berdiskusi bersama keluarga untuk menyusun jadwal menu makanan yang mengandung gizi seimbang sehingga gizi anak dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Ibu diminta untuk membuat model menu makanan yang mengandung triguna makanan untuk setiap waktu makan pada saat menyusun menu makanan.
Penyusunan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan. Hari pertama implementasi penyusunan menu seimbang dan bervariasi, Ibu M menyusun jadwal nasi, sayur bayam merah dan telur dadar untuk makan pagi; kemudian nasi, sayur bayam merah, dan ikan tongkol goreng suir untuk makan siang; dan nasi, ikan tongkol goreng suir, dan jus alpukat untuk makan sore. Hari kedua implementasi penyusunan menu seimbang dan bervariasi, Ibu M menyusun jadwal nasi tahu dan sup ceker untuk makan pagi; nasi, sup ceker, dan jus jambu untuk makan siang; dan nasi tahu dan sup ceker untuk makan sore. Hari ketiga implementasi penyusunan menu seimbang dan bervariasi, Ibu M menyusun jadwal nasi, tempe goreng, dan sup tomat untuk makan pagi; nasi, telur mata sapi, dan jus alpukat untuk makan siang; dan nasi, sup tomat, dan telur dadar untuk makan sore. Hari keempat implementasi penyusunan menu
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
35
seimbang dan bervariasi, Ibu M menyusun menu nasi hati ayam dan nugget sayur untuk makan pagi; nasi hati ayam dan jus jambu untuk makan siang; dan nasi hati ayam dan nugget sayur untuk makan sore.
Demonstrasi mengolah makanan dilakukan bersama keluarga, yaitu dengan memasak sayuran yang sebelumnya dicuci dahulu kemudian dipotong-potong dan dimasak tidak terlalu matang. Perawat juga menjelaskan mengenai makanan selingan sehat dan makanan selingan yang tidak sehat serta mendemontrasikan pembuatan makanan sehat yang membantu memenuhi kebutuhan gizi anak. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan komponen
dari
triguna
makanan
besera
contoh
makanannya,
mampu
menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan, keluarga mampu mengolah makanan sederhana dengan cara yang tepat dan benar, mampu menyebutkan tujuan dari pemberian makanan selingan, jenis makanan selingan (cemilan) sehat dan tidak sehat, dan keluarga dapat mendemonstrasikan kembali pembuatan makanan selingan sehat yang dilakukan oleh perawat.
Tujuan khusus 4 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menjelaskan kepada keluarga mengenai cara penyajian makanan, menyebutkan cara untuk mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan menjelaskan mengenai lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. Modifikasi makanan dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, seperti pembuatan nugget sayur dan membuat sup dengan sayur-sayuran berwarna mencolok seperti bayam merah, wortel, dan tomat. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami dan kesempatan untuk bertanya diberikan kepada keluarga. Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
36
motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita, dan keluarga mampu membuat modifikasi makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan balita.
Tujuan khusus 5 dari tindakan keperawatan yang dilakukan adalah keluarga mampu menggunakan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk meningkatkan gizi balita dalam waktu 1 x 45 menit. Tujuan ini dapat dicapai dengan menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di sekitar lingkungan tempat tinggal keluarga, menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan. Penjelasan ulang terhadap materi yang belum sepenuhnya dipahami
dan
kesempatan
untuk
bertanya
diberikan
kepada
keluarga.
Reinforcement positif juga diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan motivasi keluarga. Standar evaluasi dari tindakan keperawatan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi, keluarga mampu menyebutkan manfaat dari mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan keluarga mengatakan bersedia untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan status gizi anak.
3.4 Implementasi Tujuan khusus 1 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengenal masalah gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk memperkenalkan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita yaitu mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian gizi, mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian kurang gizi, mendiskusikan bersama keluarga mengenai tanda dan gejala kurang gizi, mendiskusikan bersama keluarga mengenai penyebab kurang gizi, dan membantu keluarga dalam mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dilihat dari tanda dan gejala yang dimiliki. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
37
ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 2 dari intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk membantu keluarga dalam mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang gizi yaitu mendiskusikan bersama keluarga mengenai akibat dari kurang gizi, membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah kurang gizi yang terjadi pada anggota keluarganya, dan membantu keluarga untuk mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kurang gizi. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 3 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk membantu keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang yaitu mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mengatasi masalah gizi kurang, mendiskusikan bersama keluarga mengenai triguna makanan, menyusun jadwal menu makanan seimbang bersama keluarga dan memotivasi untuk menyediakan menu seimbang yang telah dijadwalkan, mendiskusikan cara meningkatkan berat badan anak dengan memenuhi kebutuhan gizi sesuai kebutuhan balita, mendiskusikan cara memilih bahan makanan, mendiskusikan dan mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan. Penjelasan mengenai triguna makanan disertai dengan berdiskusi bersama keluarga untuk menyusun jadwal menu makanan yang mengandung triguna makanan sehingga gizi anak dapat terpenuhi sesuai kebutuhannya. Ibu diminta untuk membuat model menu makanan yang mengandung triguna makanan untuk setiap waktu makan pada saat menyusun menu makanan. Demonstrasi mengolah
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
38
makanan dilakukan bersama keluarga, yaitu dengan memasak sayuran yang sebelumnya dicuci dahulu kemudian dipotong-potong dan dimasak tidak terlalu matang. Perawat juga menjelaskan mengenai makanan selingan sehat dan makanan selingan yang tidak sehat serta mendemontrasikan pembuatan makanan sehat yang membantu memenuhi kebutuhan gizi anak.Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 4 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah kurang gizi. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk membantu keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yaitu mendiskusikan bersama keluarga cara menyajikan makanan yang dapat meningkatkan nafsu makan anak, mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan mendiskusikan bersama keluarga tentang modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi balita. Modifikasi makanan dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan anak, seperti pembuatan nugget sayur dan membuat sup dengan sayur-sayuran berwarna mencolok seperti bayam merah, wortel, dan tomat. Penggunaan alat makan yang bergambar dan menarik bagi anak pun disarankan oleh perawat dan dillakukan oleh keluarga agar dapat meningkatkan motivasi anak untuk makan. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Tujuan khusus 5 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan perawat untuk membantu keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita yaitu mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal,
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
39
mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat juga memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya jika ada materi yang tidak jelas, serta menjelaskan kembali materi yang belum dikuasai oleh keluarga. Reinforcement positif juga diberikan kepada keluarga atas usaha yang telah dilakukan keluarga.
Intervensi atau implementasi yang menjadi unggulan yang dilakukan oleh perawat yaitu menyusun jadwal menu seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan pada balita. Intervensi ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi anak dalam mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung gizi seimbang. Gizi yang terpenuhi sesuai dengan kebutuhan anak usia balita pun menjadi tujuan dari intervensi ini.
3.5 Evaluasi Asuhan keperawatan keluarga dilakukan sebanyak 12 kali pertemuan. Pertemuan ini terdiri dari pengkajian sebanyak 2 kali pertemuan dan penatalaksanaan intervensi keperawatan sebanyak 10 kali pertemuan. Berikut merupakan rangkuman gambaran evaluasi dari semua proses penatalaksanaan yang telah dilakukan terhadap keluarga Bapak D.
3.5.1 Evaluasi Formatif 3.5.1.1 Evaluasi Subjektif Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 1, yaitu keluarga mengatakan arti dari gizi seimbang adalah gizi yg lengkap yg memenuhi kebutuhan tubuh dan mengandung 3 zat yang diperlukan tubuh, keluarga mengatakan arti dari gizi kurang adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan gizi yang cukup, serta keluarga mengatakan tanda dan gejala kurang gizi yaitu anak tampak kurus, rambut tipis, lemas, kulit kering, pucat, dan anak tidak ceria. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 2, yaitu keluarga megatakan akibat dari kurang gizi yaitu gangguan tumbuh
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
40
kembang, gampang sakit, dan sulit berpikir dan keluarga mengatakan mau merawat An. S dengan gizi kurang. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 3, yaitu keluarga mengatakan cara mengatasi gizi kurang yaitu dengan memberikan makanan gizi seimbang, makan teratur, dan makan cukup sesuai kebutuhan, keluarga mengatakan bahwa triguna makanan terdiri dari 3 zat yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur, keluarga mengatakan bahwa zat tenaga berasal dari nasi, kentang, ubi, singkong, atau kacang-kacangan, keluarga mengatakan zat pembangun berasal dari ikan, telur, tempe, dan daging, keluarga mengatakan zat pengatur berasal dari buah-buahan & sayur-sayuran. Keluarga juga mengatakan bahwa cara memilih makanan yaitu makanan bergizi, bahan makanan masih segar tidak berbau tidak sedap/layu, harga terjangkau, kemudian cara untuk mengolah makanan yaitu dgn dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama, dan keluarga mengatakan akan menyediakan menu seimbang dan bervariasi setiap hari, memberikan makanan selingan dan mengusahakan untuk menyediakan buah untuk anak. Keluarga menyebutkan jadwal makanan yang akan disediakan untuk hari berikutnya. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 4, yaitu keluarga mengatakan cemilan sehat adalah makanan ringan yang membantu memenuhi gizi anak, seperti bubur kacang hijau, bubur sumsum, pudding, dan roti, keluarga menyebutkan cara menyajikan makanan yaitu menunya bervariasi, patuh pada jadwal menu makanan, dan jumlah makanan sesuai kebutuhan, keluarga mengatakan cara mengatasi anak yg sulit makan yaitu tidak memaksa anak tetapi ikuti kemauan anaknya untuk makan sambil bermain, beri makan sesuai selera anak agar tidak bosan, tidak memberi makan yg manis sebelum makan, dan menyajikan makanan dalam bentuk yg menarik. Keluarga juga mengatakan lingkungan yang dapat meningkatkan nafsu makan anak yaitu dengan makan bersama teman sebaya atau anggota keluarga, menggunakan alat makan yang menarik, dan makan sambil bercerita. Evaluasi subjektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 5, yaitu keluarga mengatakan fasilitas kesehatan terdekat adalah RS Tumbuh Kembang, puskesmas, dan bidan, keluarga
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
41
mengatakan manfaat berkunjung ke pelayanan kesehatan: periksa kesehatan anak, mendapatkan penyuluhan kesehatan, dan keluarga mengatakan akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan.
3.5.1.2 Evaluasi Objektif Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 1 yang dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu mengenal masalah gizi kurang yang ditandai dengan menyebutkan definisi dari gizi seimbang dan gizi kurang dengan benar, menyebutkan tanda dan gejala dari gizi kurang, menyebutkan penyebab balita kekurangan gizi, dan keluarga telah mampu mengidentifikasi adanya anggota keluarga yang mengalami kurang gizi berdasarkan tanda dan gejala yang dimiliki. Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 2 yang dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, yang ditandai dengan keluarga telah mampu menyebutkan akibat dari gizi kurang pada balita jika tidak ditangani, dan telah mengambil keputusan untuk merawat An. S yang mengalami gizi kurang. Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 3 yang dilakukan sebanyak 3 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi, yang ditandai dengan keluarga telah mampu menyebutkan triguna makanan dan sumber-sumbernya, menyebutkan cara mengatasi masalah kurang gizi pada balita, membuat jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan, menyebutkan cara memilih dan mengolah makanan yang baik dan benar, mendemonstrasikan cara mengolah makanan, keluarga telah mampu menyebutkan definisi dari cemilan sehat, manfaat cemilan sehat, tujuan dari pemberian cemilan sehat, mampu memilih jenis cemilan sehat dan tidak sehat dengan menggunakan food model, dan telah mampu membuat cemilan sehat berupa puding tinggi karbohidrat dan tinggi protein (puding yang berbahan dasar tepung terigu dan telur) sebanyak 1 kali. Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 4 yang
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
42
dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anak dengan gizi kurang, yang ditandai dengan keluarga telah mampu menyebutkan cara menyajikan makanan, menyebutkan cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, mampu menyebutkan cara untuk menciptakan lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita seperti menggunakan alat makan yang menarik bagi anak, serta keluarga mampu membuat modifikasi makanan nugget sayur. Evaluasi objektif yang telah dicapai keluarga setelah diberikan tindakan keperawatan untuk tujuan khusus 5 yang dilakukan sebanyak 1 x 45 menit, yaitu keluarga telah mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan status gizi balita, yang ditandai dengan keluarga telah mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal dan mampu menjelaskan manfaat dari mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan.
Pemeriksaan fisik terkait masalah gizi pada balita dilakukan di akhir pertemuan sebagai bentuk keberhasilan dari intervensi keperawatan yang dilakukan. Berat badan An. S mengalami peningkatan yaitu sebanyak 0,2 kg. Setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap An. S, berat badan sebelumnya (8,6 kg) mengalami peningkatan menjadi 8,8 kg.
3.5.1.3 Analisis Evaluasi Penatalaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga Bapak D dilakukan berdasarkan perencanaan tindakan keperawatan yang dibuat untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan asuhan keperawatan. Dari hasil penatalaksanaan tindakan keperawatan, didapatkan hasil bahwa tujuan khusus 1 -5 telah tercapai dengan baik.
3.5.1.4 Rencana Tindak Lanjut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7 kali pertemuan dan ditandai dengan adanya peningkatan berat badan pada An. S, keluarga memiliki tugas selanjutnya yang bersifat mandiri, yaitu melanjutkan pemberian pola makan dengan gizi seimbang pada An. S, memberikan motivasi An. S untuk
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
43
meningkatkan asupan gizi, dan mengikuti penimbangan berat badan rutin di posyandu terdekat.
3.5.2 Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan dan bertujuan untuk menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Evaluasi sumatif dilakukan dengan cara wawancara dengan keluarga di akhir pertemuan dan observasi perubahan perilaku terkait tindakan keperawatan yang telah dilakukan (Asmadi, 2005). Wawancara yang dilakukan berdasarkan pada tujuan umum dan tujuan khusus dari tindakan keperawatan.
Tujuan khusus 1 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengenal masalah gizi kurang. Tujuan ini tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang keluarga Bapak D telah penuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga telah mampu menyebutkan definisi dari gizi, definisi dari kurang gizi, menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang, menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi kurang, dan keluarga telah mampu mengidentifikasi bahwa terdapat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 2 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah penuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga mampu menyebtkan 2 dari 3 akibat dari gizi kurang dan keluarga telah mengambil keputusan untuk merawat An. S yang mengalami gizi kurang.
Tujuan khusus 3 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang bermasalah gizi kurang. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah dipenuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga mampu menyebutkan komponen dari triguna makanan beserta contohnya, keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
44
kurang gizi, keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan, keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan, keluarga telah mampu mendemonstrasikan cara mengolah makanan dengan baik dan benar, keluarga telah mampu menyusun jadwal menu makanan seimbang sesuai dengan triguna makanan, keluarga telah mampu membuat menu variasi makanan yang memenuhi gizi seimbang, dan keluarga telah mampu menyediakan makanan dengan porsi yang dibutuhkan di usia balita.
Tujuan khusus 4 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga yang bermasalah kurang gizi. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah dipenuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga telah mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, keluarga telah mampu menyebutkan 4 dari 5 cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, dan keluarga telah mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An. S.
Tujuan khusus 5 dari intervensi yang dilakukan yaitu keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan. Tujuan ini telah tercapai sepenuhnya oleh keluarga Bapak D. Kriteria yang telah dipenuhi untuk mencapai tujuan ini yaitu keluarga telah mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi, keluarga dapat menyebutkan manfaat dari melakukan kunjungan, dan keluarga mengatakan akan mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan An. S.
3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Tingkat kemandirian keluarga meningkat setelah dilakukannya intervensi keperawatan. Tingkat kemandirian yang dimiliki keluarga saat ini adalah tingkat kemandirian II. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk menerima petugas perawatan kesehatan yang datang berkunjung, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kurang gizi dengan benar, memanfaatkan fasilitas
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
45
pelayanan kesehatan sesuai anjuran, dan melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan. Perawatan sederhana yang telah mampu dilakukan keluarga yaitu menyusun jadwal menu makanan seimbang yang sesuai dengan triguna makanan, mampu menyediakan modifikasi makanan untuk meningkatkan motivasi makan An. S, mengadakan waktu untuk makanan selingan yang bergizi di sela-sela waktu makan.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari Kecamatan Cimanggis, Depok. Kelurahan ini terdiri dari 8 rukun warga (RW). RW 01 sampai dengan RW 07 merupakan wilayah pemukiman dengan mayoritas kepala keluarga memiliki status ekonomi menengah kebawah, dan RW 08 merupakan wilayah perumahan dengan mayoritas status ekonominya menengah ke atas.
Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki fasilitas kesehatan atau puskesmas kelurahan. Fasilitas kesehatan terdekat yang dapat dijangkau dari Kelurahan Cisalak Pasar adalah Puskesmas Kecamatan Cimanggis yang berjarak sekitar 1,5 km dari Kelurahan Cisalak Pasar. Selain Puskesmas Kecamatan Cimanggis, terdapat pula fasilitas pelayanan kesehatan lain di sekitar Kelurahan Cisalak Pasar, seperti Rumah Sakit Tumbuh Kembang dan beberapa praktik klinik dokter atau klinik bidan. Posyandu dilakukan rutin di Kelurahan Cisalak Pasar guna meningkatkan status gizi balita dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa residen spesialis komunitas FIK UI (2013) mengungkapkan bahwa masalah gizi kurang pada balita terbanyak terdapat di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar.
Rekapitulasi registrasi penduduk RW 07 di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis, Depok memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.248 jiwa pada bulan Desember 2012, dengan 1.243 jiwa memiliki jenis kelamin laki-laki dan 1.005 memiliki jenis kelamin perempuan. Mayoritas penduduk di RW 07 memiliki tingkat pendidikan sekolah menengah atas (SMA) dan memiliki mata pencaharian sebagai karyawan swasta, pedagang, wiraswasta, penarik ojeg, supir angkot, PNS, dan buruh dengan pendapatan sekitar Rp 1.000.000 sampai dengan Rp 5.000.000 perbulan.
46 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
47
Daerah pemukiman RW 07 tampak padat dengan sebagian besar bangunannya merupakan bangunan permanen dan merupakan rumah pribadi. Rumah kontrakan tersedia bagi warga pendatang baru dengan luas 2,5 meter x 7,5 meter yang memiliki 2 pintu (depan dan belakang), 4 jendela (2 jendela depan dan 2 jendela belakang), 1 kamar mandi, dan terdapat teras seluas 1 meter x 2,5 meter di depan rumah. Padatnya pemukiman yang ada di RW 07 membuat sinar matahari tidak masuk secara adekuat di beberapa rumah. Umumnya, penduduk di RW 07 tidak memiliki pembuangan sampah permanen di depan rumah. Biasanya mereka menggunakan kantung plastik atau kardus sebagai tempat pembuangan sampah yang selanjutnya akan diangkut oleh petugas kebersihan yang dikelola oleh RW. Namun ada pula warga yang membakar sampah yang berserakan di sekitar lingkungan pemukiman. Keadaan parit atau saluran air di sekitar RW 07 mengalir dengan lancar dengan sister terbuka. Namun ada beberapa parit yang tersumbat akibat adanya tumpukan sampah dedaunan atau sampah plastik. Sumber air bersih yang didapatkan warga di RW 07 berasal dari sumur/PAM.
RW 07 merupakan RW terbesar di Kelurahan Cisalak Pasar. Warga harus melewati jalan raya beraspal yang dapat dilewati oleh kendaraan beroda empat untuk mencapai RW tersebut. Tampak sebagian jalan di RW 07 rusak dan berlubang. Banyaknya kendaraan roda empat atau lebih yang dapat melewati wilayah RW 07 menyebabkan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor.
Cara warga RW 07 Cisalak Pasar mendapatkan bahan-bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari sangat mudah. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki pasar yang letaknya sekitar 1 km dari RW 07. Selain itu, terdapat banyak tukang sayur berjualan di setiap RT, warung yang menjual kebutuhan pokok dan makanan ringan, serta banyak penjaja makanan yang berkeliling melewati wilayah RW 07.
RW 07 memiliki tiga posyandu yang diselenggarakan di RT yang berbeda disebabkan karena banyaknya balita di RW 07. Kegiatan posyandu ini rutin dilakukan sebanyak 1 kali dalam sebulan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di posyandu RW 07 yaitu penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
48
pemberian makanan tambahan. Posyandu RW 07 dibagi menjadi Posyandu Flamboyan 1, Posyandu Flamboyan 2, dan Posyandu Flamboyan 3 yang dilakukan di tanggal yang berbeda.
Posyandu Flamboyan 1 mengelola balita yang tinggal di RT 01 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Posyandu diadakan setiap tanggal 11 setiap bulannya dan sekitar 60 balita mengunjungi posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Posyandu Flmaboyan 1 diadakan di salah satu rumah kader dengan lahan yang digunakan seluas 2 meter x 1,5 meter. Keterbatasan lahan pada posyandu Flamboyan 1 menyebabkan tidak aktifnya sistem posyandu 5 meja. Meja 4 tidak dilakukan fungsinya oleh kader dan pada meja 5 tidak diisi oleh petugas kesehatan. kader yang bertugas di posyandu Flamboyan 1 berjumlah 5 orang. Makanan tambahan yang disediakan di posyandu flamboyan 1 adalah sosis cepat saji, wafer, atau biskuit.
Posyandu Flamboyan 2 mengelola balita yang tinggal di RT 03, RT 04, RT 05, RT 06, dan RT 07. Balita yang mengunjungi posyandu yaitu sekitar 60 orang balita. Posyandu Flamboyan 2 ini diadakan rutin 1 kali dalam sebulan pada tanggal 19 setiap bulannya. Flamboyan 2 dilakukan di aula RT 05 yang cukup luas untuk diaktifkannya sistem posyandu 5 meja, yaitu seluas 4,5 meter x 3,5 meter. Kader yang bertugas di Flamboyan 2 sebanyak 6 orang. Makanan tambahan yang disediakan di Posyandu Flamboyan 2 adalah telur rebus, bubur, biskuit, susu, atau sup.
Posyandu Flamboyan 3 mengelola balita yang tinggal di RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Balita yang mengunjungi posyandu ini berjumlah sekitar 40 hingga 50 orang balita. Posyandu Flamboyan 3 diadakan rutin 1 kali dalam sebulan pada tanggal 17 setiap bulannya. Posyandu Flamboyan 3 dilakukan di halaman rumah salah satu kader dengan luas 2,5 meter x 2,5 meter dan tidak diaktifkannya sistem posyandu 5 meja, terutama meja 5 karena tidak adanya petugas kesehatan yang hadir di kegiatan posyandu tersebut. Jumlah kader yang bertugas di Posyandu
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
49
Flamboyan 3 sebanyak 3 hingga 5 kader. Makanan tambahan yang diberikan adalah bubur kacang hijau atau puding.
RW 07 memiliki satu posbindu yang diadakan rutin setiap 1 kali dalam satu bulan. Di dalam kegiatan posbindu ini dilakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan gula darah darah sewaktu, pemeriksaan kolesterol, dan pemeriksaan asam urat. Lansia juga mendapatkan pemberian obat dan vitamin dari petugas kesehatan yang hadir saat kegiatan tersebut.
Pendidikan atau penyuluhan kesehatan mengenai masalah gizi kurang belum pernah dilakukan di RW 07, baik oleh kader, petugas kesehatan, maupun mahasiswa. Pengetahuan yang dimiliki kader mengenai program gizi pun kurang. Warga RW 07 antusias saat diadakannya penyuluhan kesehatan mengenai gizi balita dan keluarga pun terbuka terhadap kehadiran mahasiswa maupun petugas kesehatan yang datang berkunjung.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP Masalah gizi yang terdapat pada keluarga Bapak D terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita. Hal ini mempengaruhi ibu dalam memilih bahan makanan dan menyajikan makanan dalam keluarga. Ibu lebih memilih untuk menyediakan makanan cepat saji di rumah tanpa memperhatikan kandungan gizi yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Cara pengolahan makanan pun tidak diperhatikan oleh ibu. Ibu M juga tidak mampu untuk menyediakan buah-buahan bervitamin di rumah karena menurutnya harga buah cukup mahal meskipun jarak yang ditempuh untuk mendapatkan bahan makanan dekat. Lebih memilih makanan cepat saji, tidak memperhatikan kualitas bahan makanan, dan harga bahan pangan yang tinggi merupakan akibat dari perkotaan yang dapat berdampak pada masalah gizi jika disesuaikan dengan pendapat yang diungkapkan oleh Argenti (2000).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
50
Keluarga Bapak D tinggal di wilayah yang memiliki kegiatan posyandu yang rutin dilakukan setiap 1 kali dalam sebulan. Posyandu ini bertujuan untuk mendeteksi adanya balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk, yaitu sebanyak 14 orang balita. Keluarga Bapak D cenderung lebih memilih untuk menghidangkan makanan cepat saji untuk menghemat waktu dan tidak memperhatikan kandungan gizi yang ada pada makanan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Argenti (2000), yang menyatakan bahwa adanya konsekuensi pada pemenuhan nutrisi pada masyarakat yang merupakan akibat dari proses perkembangan perkotaan yang pesat, yaitu lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji tanpa memperhatikan kualitas bahan makanan.
Masalah gizi merupakan salah satu masalah di perkotaan akibat proses urbanisasi. Perkembangan perkotaan menyebabkan meningkatnya angka kemiskinan dan juga meningkatnya harga kebutuhan pokok, termasuk bahan makanan, meskipun pada masyarakat perkotaan akses untuk mendapatkan bahan pokok menjadi lebih mudah (Soeroso, 2008). Keluarga Bapak D tinggal di daerah perkotaan dan memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan sumber bahan pangan maupun kebutuhan sehari-hari. Kelurahan Cisalak Pasar yang ditempati keluarga Bapak D memiliki pasar yang letaknya sekitar 1 km dari RW 07 dan dapat dicapai melalui berbagai akses seperti dengan motor, angkutan umum, atau dengan jalan kaki.
Status ekonomi keluarga Bapak D yang menengah kebawah dapat menjadi penghambat untuk memenuhi kebutuhan pokok dan bahan makanan yang bergizi. Daerah perkotaan memiliki harga bahan makanan relatif yang lebih tinggi (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999). Harga bahan makanan yang tinggi menyebabkan keluarga dengan kondisi ekonomi yang lemah mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan yang bergizi. Masyarakat akan lebih memilih bahan makanan yang dapat dijangkau dengan harga murah dan hemat.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
51
4.3 Analisis Program Inovasi Penyusunan Menu Seimbang dan Bervariasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Intervensi unggulan yang dilakukan oleh mahasiswa adalah pemberian pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan dan menyusun menu makanan yang bervariasi berdasarkan triguna makanan. Hal-hal yang disampaikan dalam pendidikan kesehatan yaitu definisi dari triguna makanan dan zat-zat gizi yang termasuk
dalam
triguna
makanan,
serta
contoh-contoh
makanan
yang
mengandung zat-zat gizi triguna makanan. Pembuatan jadwal menu makanan dibuat untuk mengarahkan ibu menyediakan makanan dengan triguna makanan dan dibuat setiap kunjungan. Tujuan dari dilakukannya intervensi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran Ibu mengenai pentingnya gizi seimbang bagi balita. Perawat juga memberikan pendidikan kesehatan mengenai cara mengolah bahan makanan, agar zat gizi yang terkandung tidak rusak atau hilang, dan menyajikan makanan agar anak menjadi termotivasi untuk makan. Pengadaan makanan selingan dan cara membuat makanan selingan untuk An. S pun dilakukan sebagai salah satu cara untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi balita. Hal ini sesuai dengan Suhardjo (2005) yang mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi balita adalah pengetahuan ibu tentang gizi. Rendahnya pengetahuan gizi dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dalam keluarga yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi pangan. Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada balita (Suhardjo, 2005). Hal ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan Syukriawati (2011) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada usia balita pun menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi balita.
Pembuatan jadwal menu makanan seimbang dan bervariasi berdasarkan triguna makanan dilakukan untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan pada balita yang memiliki status gizi kurang dan untuk meningkatkan motivasi anak untuk makan. Hasil evaluasi setelah dilakukannya penyusunan jadwal menu makanan dan variasi makanan menunjukkan bahwa adanya peningkatan berat badan anak
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
52
sebesar 0,2 kg yang membuktikan bahwa intervensi ini berhasil. Hasil intervensi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mashitah, Soekirman, dan Martianto (2005), yang mengungkapkan bahwa pola asuh makan dan status gizi secara tidak langsung memiliki hubungan dengan baik atau buruknya status gizi balita. Hasil intervensi ini pun sesuai dengan penelitian Wijanarka (2012) dimana variasi makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein sangat dibutuhkan terutama pada balita dengan status gizi kurang. Variasi makanan yang dilakukan Wijanarka (2012) ini terbukti dapat meningkatkan berat badan balita.
Variasi menu yang diberikan kepada An. S mampu meningkatkan motivasi An. S untuk makan. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurhayati dan Sudewi (2009) yang mengungkapkan bahwa makanan yang bervariasi dibuat berdasarkan tren makanan yang populer untuk anak balita. Penyediaan makanan yang bermacammacam terbukti dapat meningkatkan motivasi anak untuk makan.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan Pemecahan masalah dapat dilakukan oleh keluarga, kader, petugas kesehatan yang bertugas di RW 07, dan perawat. Keluarga diharapkan untuk tidak menyerah begitu saja ketika anak mengalami masalah gizi. Keluarga dapat membantu anak memenuhi kecukupan gizinya dengan selalu menyediakan makanan yang mengandung triguna makanan di setiap waktu makan dan mengadakan waktu untuk pemberian makanan selingan. Keluarga juga dapat menggunakan alat makan yang bergambar atau berwarna mencolok sehingga anak dapat membangun mindset bahwa makan itu sama menyenangkannya seperti bermain.
Kader juga dapat ikut serta dalam pemecahan masalah gizi pada keluarga. Kader dapat terus memotivasi keluarga dan menyediakan makanan tambahan saat melakukan kunjungan ke keluarga dan memberikan motivasi kepada keluarga. Kader juga berperan sebagai pengawas yang mengawasi cara ibu memberikan dan menyediakan makanan untuk anaknya. Pengetahuan yang telah diberikan kepada kader mengenai gizi seimbang dan triguna makanan juga dapat digunakan untuk
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
53
memberikan pendidikan kesehatan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh keluarga.
Mahasiswa menganjurkan adanya peran dari tenaga kesehatan yang bertugas di RW 07 Cisalak Pasar untuk mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai gizi balita sesuai dengan triguna makanan. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan ibu mengenai pemilihan bahan makanan yang sesuai dan bergizi untuk balita, diharapkan jumlah balita dengan status gizi kurang atau gizi buruk menurun. Tenaga kesehatan di RW 07 pun diharapkan dapat terus memotivasi ibu dalam pemberian makanan dengan gizi seimbang pada balita dan melakukan perawatan sederhana melalui kunjungan ke rumah keluarga dengan balita gizi kurang atau balita gizi buruk.
Pemecahan masalah gizi tidak terlepas dari peran perawat. Mahasiswa menyarankan diadakannya kunjungan minimal satu bulan sekali untuk melihat adanya peningkatan atau perkembangan kondisi kesehatan pada balita dengan gizi kurang. Perawat di poli anak di puskesmas dapat mengikutsertakan keluarga dengan balita kurang gizi ke dalam kegiatan PPG atau Program Pemenuhan Gizi yang diadakan di puskesmas.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Intervensi unggulan yang diberikan kepada keluarga Bapak D adalah memberikan pendidikan kesehatan triguna makanan dan menyusun jadwal menu makanan yang bervariasi berdasarkan triguna makanan, dan pembuatan makanan yang menarik bagi anak seperti membuat sup dengan sayuran yang berwarna mencolok seperti bayam merah, wortel, jagung, dan tomat. Pemberian intervensi unggulan ini dinyatakan berhasil yang ditandai dengan adanya peningkatan berat badan An. S sebanyak 2 ons, dari 8,6 kg menjadi 8,8 kg. Tingkat kemandirian yang dimiliki oleh keluarga telah meningkat yaitu tingkat kemandirian III, dimana keluarga telah mampu menerima petugas perawatan kesehatan yang datang berkunjung, menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran, dan melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan.
5.2 Saran 5.2.1 Kader RW 07 Petugas kesehatan yang bertugas di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar dapat melakukan pendidikan kesehatan di RW setempat dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang pada balita dan triguna makanan. Bagi kader setempat, disarankan untuk membuat kelompok diskusi dengan ibu balita dengan gizi buruk sehingga ibu bisa saling bertukar cerita mengenai perkembangan anaknya dan memecahkan masalah gizi bersama. Kader juga disarankan untuk memotivasi para ibu untuk terus meningkatkan asupan gizi seimbang untuk para balita dan mengelola beberapa keluarga yang memiliki balita dengan status gizi kurang.
53 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
54
5.2.2 Puskesmas Cimanggis Puskesmas Cimanggis diharapkan dapat meningkatkan kinerja perkesmas (perawat kesehatan masyarakat) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah yang dikelola oleh puskesmas. Perawat poli anak yang bertugas di puskesmas setempat juga dapat melakukan kunjungan untuk memantau perkembangan kondisi kesehatan dan mengikutsertakan keluarga dalam kegiatan PPG di poli anak
5.2.3 Institusi Pendidikan Mahasiswa disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas intervensi triguna makanan khususnya pada keluarga dengan balita gizi kurang dan mengembangkan ilmu mengenai gizi, serta menemukan intervensi inovasi baru yang dapat meningkatkan status gizi balita.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice. (5th ed). Philadelphia : Lippincott. Almatsier, S. (2003). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Argenti, O. (2000). Feeding the cities: food supply and distribution. Achieving urban food and nutrition security in the developing world. Asmadi. (2005). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Bappenas. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Bappenas. (2007). Laporan perkembanganpencapaian millenium development goals Indonesia 2007. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan
dan
Penelitian
Kesehatan.
http://www.litbang.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008).
Profil
kesehatan
Indonesia
2008.
Jakarta.
http://www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2003). Pemantauan pertumbuhan balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan.
52 Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
53
Eri. (2007). Kondisi gizi buruk pada balita di Jawa Barat. Dipetik Juni 20, 2013, dari
Dinas
Kesehatan
Provinsi
Jawa
Barat:
http://www.diskes.jabarprov.go.id Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.
Tesis.
Program
Studi
Pasca
Sarjana.
Kekhususan
Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Fivi. (2006). Hubungan pola asuh dengan status gizi anak batita di Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006. Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. Gibson, R. S. (2005). Principles of nutrition assesment. Edisi ke- 2. New York: Oxford University. Hartriyanti, Y., & Triyanti. (2007). Peilaian status gizi, dalam gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hernawati, I. (2009). Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers.
International Thomson
Publishing Company. Husaini. (2002). Empat Sehat Lima Sempurna.Jakarta : Bumi Aksara. Husin, C. R. (2008). Hubungan pola asuh anak dengan status gizi balita umur 2459 bulan di willayah terkena tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nangroe Aceh Darussalam tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera Utara. Isro'i, G. A. (2008). Hubungan antara pelaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan status gizi pada balita di Desa Kebondowo Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
54
Iswanto, J. (2010). Konsep Kesehatan Perkotaan. Retrieved Juni 20, 2013, from Slideshare: http://www.slideshare.net Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta. Kemenkes RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta. Khomsan, A. (2006). Solusi makanan sehat. Jakarta: PT Raja Grafindo. Lawson, L., & Peate, I. (2009). Essential nursing care: a workbook for clinical practice. United Kingdom: Wiley Blackwell. Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Mashitah, T., Soekirman, & Martianto, D. (2005). Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak batita di desa mulya harja. Media Gizi & Keluarga. Nurhayati, A., & Sudewi. (2009). Reka cipta menu balita sebagai upaya mengatasi sulit makan dan kurang gizi pada balita. Media Pendidikan, Gizi, dan Kuliner. Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta. Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008). Tidak dipublikasikan. Pudjiadi.(1997). Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Safi'i, A. (2008). Gambaran penyelenggaraan pelatihan tatalaksana gizi buruk dalam rangka persiapan therapeutic feeding center (TFC) di Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat tahun 2008 (Skripsi). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Sarlito. (1992). Psikologi lingkungan. Jakarta: Grafindo Sausan. (2009). Hubungan pola asuh makan dengan status gizi balita 13-59 bulan di posyandu srikandi 4 kelurahan Tamban Wedi Surabaya. Sedyaningsih, E. R. (2011, Januari 26). DEPKES: Target MDGs Bidang Kesehatan. Retrieved Juni 2013, 20, from Wartapedia: http://wartapedia.com
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
55
Sediaoetama, A. D. (2006). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid 1. Jakarta : PT Dian Rakyat. Soekirman, et all. (2000). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Soekonjono. (1998). Kajian sosial ekonomi perluasan wilayah perkotaan ibukota Kabupaten Nganjuk. Retrieved Juni 20, 2013, from The Digilib: http://www.thedigilib.com/ Soetjiningsih. (1995). Tumbuh kembang anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Suhardjo. (2005). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Suharjo. (2003). Perencanaan pangan dan gizi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Supariasa, D. N. (2001). Penilaian status gizi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Supariasa, D. N. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sururi, M. (2006). Dipetik Juni 20, 2013, dari Penanggulangan gizi buruk: http://www.dinkespurworejo.go.id/ Syukriawati, R. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 (Skripsi). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wicaksono, T. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan perumahan untuk tujuan komersial di kawasan Trogosari Kulon, Semarang (Skripsi). Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Widjaja. (2007). Gizi tepat untuk perkembangan otak dan kesehatan balita. Jakarta: Agromedia Pustaka. Wijanarka, A. (2012). RASTTLE (beras-tempe-tolo-lele) meningkatkan berat badan balita kurang gizi. Jurnal Poltekkes Kemenkes Yogyakarta .
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
56
Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Yunus, H. S. (1999). Struktur tata ruang kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Zega, H. R. (2010). Status gizi balita dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010 (skripsi). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
LAMPIRAN
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 PENGKAJIAN KELUARGA I.
Data Umum
1.
Nama Keluarga (KK)
: Bapak D
2.
Alamat
: RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok
3.
Komposisi Keluarga
:
No
Nama
JK
Usia
Hub. dgn KK
Pendidikan
Pekerjaan
1.
Bapak D
L
37tahun
Kepala Keluarga
SMA
Pegawai
2.
Ibu M
P
36 tahun
Istri
SMP
IRT
3.
An. S
P
28 bulan
Anak
-
-
4. Genogram
Keterangan Orang tua Bapak D (Ayah) meninggal karena sakit dan penyebabnya tidak diketahui secara jelas. Ayah Bapak D meninggal ketika Bapak D berusia 23 tahun. Orang tua Bapak D (Ibu) meninggal tidak lama setelah kepergian Ayah dari Bapak D yaitu sekitar dua tahun setelahnya dan tidak diketahui juga penyebabnya. Bapak D lahir pada tahun 1976 di kelurahan Cisalak, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Bapak D saat ini bekerja sebagai pegawai dan memiliki pendapatan kurang dari Rp 3.000.000/bulan. Bapak D tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau paru. Bapak D tidak pernah ada di rumah saat perawat melakukan kunjungan sehingga masalah kesehatannya tidak terkaji.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 Orang tua Ibu M (ibu) telah meninggal. Beliau meninggal karena pengaruh faktor usia yang sudah mencapai lanjut usia. Ibu M mengatakan selama hidupnya, ibunya tidak pernah mengeluh sakit di leher atau sakit kepala. Ibu dari Ibu M meninggal ketika Ibu M berusia sekitar 21 tahun. Orang tua Ibu M (ayah) saat ini masih hidup dengan kondisi sehat. Ayah dari Ibu M tinggal dengan adik dari Ibu M yang masih di daerah Cisalak Pasar. Ibu M mengatakan ayahnya rutin memeriksakan diri ke dalam kegiatan lansia di RW tempat tinggalnya setiap satu bulan sekali (posbindu). Ibu M merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Saudara laki-lakinya yang merupakan anak pertama telah meninggal dunia karena maag kronik. Ibu M memiliki 3 saudara laki-laki dan 2 saudara perempuan yang juga tinggal tidak jauh dari Cisalak Pasar. Ibu M mengeluh memiliki riwayat penyakit maag sejak SMA dan Ibu M mengeluh sering merasa mual jika telat makan. Keluhan yang dirasakan saat ini terkadang lambung terasa perih/ nyeri, perut terasa kembung, mual, pusing, dan mudah lelah. Ibu M merasakan keluhan tersebut terutama apabila telat makan atau ketika setelah makan makanan yang keras dan banyak mengandung gas dan setelah minum kopi atau teh. Anak pertama dari Bapak D dan Ibu M yaitu An. S (27 bulan) terkaji masalah kesehatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Berat badan yang dimiliki An. S yaitu 8,6 kg dengan tinggi badan 77 cm. An. S tampak kurus. Dari penampilan fisiknya dapat dilihat bahwa anak memiliki rambut yang berwarna kemerahan dan tipis, selain itu kulitnya pun kering dan bersisik. 4.
Tipe Keluarga Tipe Keluarga Bapak D adalah Nuclear family, yaitu dalam satu rumah terdiri dari ayah, ibu,
dan anak. 5.
Suku Bapak D berasal dari asli cisalak pasar, Depok Jawa Barat dan bersuku betawi. Bahasa sehari-
hari yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Ibu M juga berasal dari Cisalak pasar namun wilayah dekat kelurahan, Depok Jawa Barat dan bersuku betawi. Bahasa keseharian Ibu M adalah bahasa indonesia daam kesehariannya. Cara berpakaian keluarga cukup yang mencerminkan pakaian daerah asalnya. Mereka berpakaian seperti biasa. Ibu M sering berbusana mengenakan daster. Dalam acara keluargapun, Ibu M dan Bapak D mengenakan pakaian batik dan busana muslim rapi. Di dalam ruangan rumah keluarga Bapak D dan Ibu M tidak ditemukan barang-barang yang berasal atau menunjukkan identitas daerah asal. 6.
Agama Keluarga Bapak D beragama Islam. Keluarga Bapak D sering melaksanakan sholat lima waktu
dirumah bejamaah dengan keluarga. Kegiaan pengajian rutin RW untuk kalangan bapak-bapak yang biasanya diadakan setiap jumat malam, Bapak D kadang mengikutinya, sedangkan Ibu M jarang mengikuti kegiatan rutin pengajian ibu-ibu. 7.
Status Sosial Ekonomi Keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 Saat ini Bapak D bekerja sebagai pegawai. Pendapatan yang didapat adalah kurang dari Rp 3.000.000/bulan. Ibu M tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga yang kesehariannya mengurus rumah dan keluarga. Sumber keuangan kluarga Bapak D hanya berasal dari Bapak D. 8.
Aktivitas Rekreasi Keluarga Berdasarkan hasil wawancara, keluarga Bapak D dan Ibu M jarang melakukan aktivitas rekreasi
keluar seperti mengunjungi tempat wisata. Kegiatan rekreasi yang selama ini dilakukan adalah menonton televisi atau berkumpul bersama keluarga dirumah.
II. Riwayat dan Data Perkembangan Keluarga 9.
Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Tahap perkembangan keluarga Bapak D dan Ibu M saat ini adalah keluarga dengan anak usia
balita, dimana anak Bapak D dan Ibu M yaitu An. S yang berusia 27 bulan. 10. Tahap perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi Friedman, Bowden, & Jones (2003) mengungkapkan bahwa keluarga dengan balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan keluarga dengan anak prasekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak baru lahir adalah: a. Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai bagian dari keluarga). Hasil observasi, Bpk S dan Ibu M tampak saling mendukung dalam menyelesaikan masalah keluarga. b. Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari anggota keluarga. Untuk poin ini keluarga telah mampu menyelesaikan konflik yang muncul dengan cara berdiskusi bersama yang biasanya dilakukan di waktu makan malam. c. Membantu kenyamanan hubungan pernikahan. Untuk poin ini keluarga sudah mampu memenuhi dapat dilihat dari seluruh anaknya sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan luar rumah seperti lingkungan pekerjaan dan masyrakat dan mandiri dalam bersosialisasi selain dengan anggota keluarga. d. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan kakek-nenek. Pada poin ini keluarga Bapak D sudah terlaksana karena dari beberapa kunjungan, rumah Bapak D sering dikunjungi oleh keluarga besar seperti Nenek dari Ibu M, adik dari Ibu M dan anakanaknya. 11. Riwayat Keluarga Inti Bapak D berasal dari Cisalak sama seperti Ibu M yang juga berasal dari Cisalak, hanya berbeda wilayah RW saja. Mereka berknalan ketika sewaktu usia Ibu M sekitar 29 tahun. Mereka sering bertemu karena tempat kerja Bpk S dekat dengan rumah Ibu M. Kemudian mereka pacaran selama kurang lebih 2 tahun dan akhirnya menikah pada saat Ibu M berusia 31 tahun. Kebahagiaan mereka bertambah lengkap dengan lahirnya anak pertama pada tahun 2011 bernama An. S (27 bulan).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 12. Riwayat Keluarga Sebelumnya Ibu M memiliki riwayat gastritis/ mag sejak usia remaja yaitu sekitar usia 20an. Keluhan sampai saat ini masih dirasakan terutama apabila Ibu M terlambat makan, makan jenis makanan tertentu seperti makanan yang asam atau pedas.
III. Lingkungan 13. Karakteristik Rumah Rumah Bapak D yang saat ini dihuni merupakan rumah warisan keluarga dari Bapak D. Karakteristik bangunan terbuat dari bahan bangunan permanen yang beratapkan genteng serta sebagian seng dengan status kepemilikan saat ini adalah milik sendiri. Rumah terletak di daerah RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Rumah ini terdiri dari 1 ruang tamu yang digabung dengan ruang keluarga, 1 dapur, 2 kamar tidur, dan 1 kamar mandi. Pada ruang tamu terdapat 1 set sofa beserta mejanya dan televisi. Pada ruang makan terdapat meja dan tanpa kursi. Pada area dapur terdapat kompor gas dan lemari piring, serta alat-alat masak yang dibutuhkan. Kamar mandi tampak bersih. Dekorasi rumah tidak terlalu rumit, setiap jendela disertai dengan gorden. Di bagian dinding ruang tamu terdapat foto-foto keluarga. Ukuran rumah 5 x 10 meter memiliki ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan dan jendela depan, jendela kamar samping terlihat sering dibuka. Sumber air keluarga yaitu dari pompa air. Pembuangan limbah keluarga yaitu septi tank berada di samping rumah. Pembuangan sampah diangkut oleh tukang sampah keliling dg iuran Rp 10.000/ bulan. Denah Rumah :
14. Karakteristik Tetangga dan komunitas Penduduk RT 02 RW 07 (dimana Bpk S tinggal) sebagian besar merupakan penduduk asal Betawi. Dalam kesehariannya, Ibu M berkumpul dengan tetangga sekitar rumah yang masih merupakan keluarganya saja, namun jarang berinteraksi dengan tetangga yang lain.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 15. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Bpk S sudah lama tinggal di rumah yang sekarang sejak masih kecil bersama dengan orang tuanya. Baru kemudian setelah Bapak D membentuk keluarga dengan Ibu M, Bapak M tinggal di rumah pemberian keluarga Ibu M. Tidak ada mobilisasi yang dilakukan keluarga terkait dengan tempat tinggal yang dihuni. 16. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Keluarga Bpk D dan Ibu M yang terlihat cukup aktif dalam berinteraksi dengan warga sekitar adalah Ibu M. Ibu M rutin dalam memeriksakan anaknya ke posyandu setiap bulan dan rutin mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat. Selain Bpk D, dalam keluarga yang cukup aktif dalam berinteraksi dengan warga sekitar yaitu An. S yang terlihat sering mengobrol dan bermain dengan tetangga sekitar rumah selain keluarga. Bapak D terlihat jarang berinteraksi dengan warga sekitar dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah atau bekerja. 17. Sistem Pendukung Keluarga Dalam hal finansial, keluarga Bapak D tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun. Semua kebutuhan keluarga di tanggung oleh Bapak D dari hasil kerjanya.
IV. Struktur Keluarga 18. Pola Komunikasi Keluarga Dalam hal komunikasi, keluarga Bapak D menggunakan strategi komunikasi yang fungsional. Hal tersebut dibuktikan dengan apabila terdapat masalah dalam keluarga, Bapak D berinisiatif untuk mengumpulkan anggota keluarga dan mengkomunikasikan bersama-sama. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. 19. Struktur Kekuatan Keluarga Dalam hal kekuasaan, Bapak D memegang kekuasaan penuh. Semua pengambil keputusan terletak pada Bapak D. Dalam proses pengambilan keputusan, Bapak D tetap mempertimbangkan masukan dari anggota keluarga lain yaitu istri (Ibu M). 20. Struktur Peran Keluarga Bapak D masih bekerja yaitu sebagai pegawai, penghasilan keluarga seua berpusat kepada Bapak D. Dengan demikian Bapak D masih menjalankan perannya sebagai kepala keluarga dan masih menafkahi keluarganya. Ibu M juga menjalankan perannya sebagai istri dan ibu, yaitu melayani suami dan mengurus anak dan rumah serta memenuhi keperluan sehari-hari dirumah. 21. Nilai dan Norma Budaya Nilai dan norma budaya yang dianut oleh Bapak D adalah nilai-nilai sesuai dengan ajaran Islam. Budaya yang ada di keluarga adalah betawi. Keluarga Bapak D saat ini lebih menjunjung nilai keislamanya dan hanya mengikuti tradisi budaya yang sesuai dengan agama.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 V. Fungsi Keluarga 22. Fungsi Afektif Keluarga Bapak D bersama dengan keluarganya hidup rukun, meskipun terkadang terdapat masalah keluarga namun mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah secara musyawarah atau bersama-sama. 23. Fungsi Sosialisasi Interaksi dan sosialisasi dalam keluarga Bapak D lancar terhadap istri dan anak karena dari kecil Bapak D sangat memperhatikan perilaku anaknya, mengajarkan perilaku sopan santun dan sikap saling menghargai. Anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam menyampaikan pendapat apabila terdapat maslah dalam keluarga. 24. Fungsi Perawatan Keluarga Anak S memiliki masalah gizi kurang dari kebutuhan tubuh dengan berat badan 8,6 kg dan tinggi badan 77 cm. Ibu M mengaku belum pernah melakukan usaha apapun untuk meningkatkan nafsu makan atau berat badan anaknya. Biasanya anak S hanya makan 3-5 suap dalam sekali waktu. Ketika anak S tidak mau melanjutkan makannya, Ibu M tidak membujuk anak S untuk kembali makan. Ibu M hanya menuruti kemauan anaknya. Ibu M menyadari bahwa An. S memiliki badan yang kurus karena Ibu M menyadari bahwa An. S sulit makan. Biasanya makan yang disediakan oleh Ibu M adalah sup berkuah, Ibu M juga mengatakan biasanya yang diberikan oleh Ibu M adalah kuah dari sup tersebut. Terkadang Ibu M juga memberikan telur dadar. Ibu M tidak mengetahui manfaat pentingnya kebutuhan gizi bagi anak usia balita. Berdasarkan hasil wawancara, Ibu M mempunyai riwayat gastritis/ maag dan hipertensi. Ibu M mengatakan riwayat gastritis/ maag sejak masih muda yaitu sekitar usia 20 an sampai saat ini terkadang masih kambuh. Ibu M mengatakan bahwa keluhan maag kambuh apabila Ibu M terlambat makan, banyak pikiran, dan apabila setelah makan jenis makanan tertentu seperti makn pedas atau makan asam. Keluhan yang dirasakan yaitu lambung perih, perut kembut, mual, dan terkadang merasa pusing. Pengkajian terkait pengetahuan pengetahuan keluarga tentang masalah gizi balita masih kurang. Ibu M tidak mengetahui gizi itu apa, tidak mengetahui komponen gizi yang dibutuhkan oleh anak, dan tidak mengetahui sumber-sumber makanan bergizi. Keluarga juga tidak mengetahui dampak dari kurang gizi pada balita. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perawatan yang dilakukan oleh keluarga untuk mningkatkan nafsu makan anaknya. Pengkajian terkait pengetahuan pengetahuan keluarga tentang masalah maag atau gastritis masih kurang. Keluarga kurang mengetahui mengenai akibat dari gastritis/ maag apabila tidak tertangani dengan baik. Hal tersebut dibuktikan ketika mahasiswa menanyakan mengenai akibat dari maag itu sendiri apabila tidak tertangani dengan baik, keluarga belum mampu menyebutkan salah satu akibatnya. Keluaga mampu menyebutkan beberapa cara pencegahan untuk mengatasi maag seperti makan teratur, mengurangi makan makanan yang asam seperti cuka, jeruk, belimbing. Mengenai cara
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 perawatannya, selama ini yang keluarga lakukan terutama Ibu M untuk mengatasi perih atau ketika maag kambuh adalah dengan minum obat maag saja. Keluarga Bapak D khususnya Ibu M mengatakan pernah mengunjungi pelayanan kesehatan ketika masih muda dan keluhan parah pada waktu itu sampai muntah dan tubuh Ibu M lemas. Saat ini, Ibu sudah jarang mengunjungi pelayanan kesehatan untuk memeriksakan masalah kesehatan terkait gastritis/ maag.
VI. Stress dan Koping Keluarga 25. Stressor Jangka Pendek Keluarga Bapak D mengatakan bahwa saat ini tidak ada masalah khusus dalam keluarga yang menjadi masalah bersama. 26. Stressor Jangka Panjang Stressor jangka panjang pada keluarga Bapak D adalah masalah keuangan. Ibu M mengatakan bahwa penghasilan yang dimiliki oleh Bapak D terkadang tidak mampu memenuhi setiap kebutuhan keluarga, terutama jika ada kebutuhan mendadak yang cukup mendesak. 27. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah Keluarga Bapak D dalam merespon masalah adalah dengan bersyukur terhadap apa yang terjadi. Mereka percaya bahwa setiap masalah yang muncul merupakan ujian kehidupan yang selalu harus diserahkan kembali kepada Allah serta harus ikhlas menjalaninya. 28. Strategi Koping yang Digunakan Bapak D dalam mengatasi masalah lebih kepada mekanisme koping adaptif dengan meningkatkan aktivitas spiritualitas (berdo’a) dan menyelesaikan masalah. Ibu M tidak berpikir untuk menghindari masalah akan tetapi berusaha untuk menghadapi dengan kesabaran. 29. Strategi Adaptasi Disfungsional Menurut Bapak D cara yang biasa keluarga gunakan dalam mengatasi masalah adalah dengan berdiskusi bersama dengan anggota keluarga. Ibu M lebih cenderung pendiam dan menerima setiap ke[utusan Bapak D.
VII. Harapan Keluarga Keluarga berharap dalam pemberian layanan kesehatan tidak membedakan tingkat ekonomi dari keluarga. Pemberian layanan kesehatan harus lebih baik lagi. Keluarga berharap penyuluhan kesehatan dari keluarga sampai masyarakat lebih sering dilakukan karena penyuluhan yang ada dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai cara perawatan anggota keluarga dengan masalah kesehatan tertentu.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1 VIII. Pemeriksaan Fisik No. 1.
Pemeriksaan
Ibu M
An. S
TTV TD (mmHg) Nadi (x/menit) Suhu (0C) Napas (x/menit)
110/70 88 36.5 20
90/60 93 36.5 23
38 150 16,9 Sebagian besar rambut berwarna hitam, persebaran rambut merata, rambut ikal dan tipis. Kebersihan : bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Kebersihan: baik, simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat penumpukan serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
8,6 77 17,5 Rambut berwarna kemerahan, penyebaran rambut merata, rambut tipis Kebersihan : bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
2. 3. 4. 5.
BB (kg) TB (cm) IMT Kepala
6.
Mata
7.
Telinga
8.
Hidung
9.
Mulut dan gigi
10.
Dada / toraks
11.
Abdomen
12.
Ekstrimitas
Tidak berlendir, tidak terdapat lesi, tidak ada obstruksi di hidung. Kebersihan: gigi kuning, tidak tercium bau, sebagian besar gigi masih utuh dan lengkap. Simetris, kebersihannya bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada tarikan dinding dada. Auskultasi paru: bronchial (+), bronkovesikular (+), vesicular (+), Rh -/-, Wh -/-. Auskultasi jantung: DJ I dan DJ II (+), murmur (-), gallops (-). Kebersihannya bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada keluhan mual/ muntah, bising usus 10 x/menit (normal), tidak teraba distensi abnormal.
Kebersihan: baik, simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat penumpukan serumen, tidak ada gangguan pendengaran. Tidak berlendir, tidak terdapat lesi, tidak ada obstruksi di hidung. Kebersihan: gigi rapih, tidak ada karies, tidak tercium bau tidak sedap, gigi lengkap. Simetris, kebersihannya bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada tarikan dinding dada. Auskultasi paru: bronchial (+), bronkovesikular (+), vesicular (+), Rh -/-, Wh -/-. Auskultasi jantung: DJ I dan DJ II (+), murmur (-), gallops (-). Kebersihannya bersih, tidak terdapat lesi, tidak ada keluhan mual/ muntah, bising usus redup 6 x/menit (normal), tidak teraba distensi abnormal.
Dalam keadaan normal/baik, tidak ada lesi, dapat berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari
Dalam keadaan normal/baik, tidak ada lesi, dapat berjalan dan melakukan aktivitas
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 1
13
Kulit
dengan baik. Turgor kulit tidak elastis. Warna kulit kuning langsat. Teraba sedikit kering.
sehari-hari dengan baik. Turgor kulit tidak elastis). Warna kulit cokelat. Teraba kering dan bersisik, kulit tampak kusam.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2 DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D
I.
Analisis Data Pengkajian Keluarga Bapak D Khususnya Ibu M 1. Analisa Data DATA (SIGN-SYMPTOM)
Data Subjektif Ibu M mengatakan An. S sulit makan Ibu M mengatakan bahwa An. S jika makan hanya 3-5 suap dalam sekali makan Ibu M mengatakan An. S tampak kurus Ibu M mengatakan An, S tidak memiliki riwayat penyakit paru atau penyakit lain sebelumnya Ibu M mengatakan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan nafsu makan An. S Ibu M mengatakan tidak mengetahui kebutuhan gizi untuk anak usia balita Ibu M mengatakan An. S makan 3 kali seharri, yaitu pagi, siang, dan sore Ibu M mengatakan tidak adanya pemberian makanan selingan Ibu M mengatakan An. S rajin dan rutin meminum susu Data Objektif TTV : HR 110 x/menit, RR 23 x/menit, Suhu 36,5 oC (aksila), dan TD 90/60 mmHg BB/PB : BB 8,6 kg/ PB 77 cm (Usia 27 bulan) Status Gizi: BB/U : kurus (-3 SD = 8,5 kg dan -2 SD = 9,5 kg) PB/U : sangat pendek (< -3 SD = 78,1 cm) BB/PB : kurus (-3 SD = 8,0 kg dan -2 SD = 8,7 kg Kepala : rambut tipis, berwarna kemerahan Kulit : kulit tampak kusam, permukaan kulit kering dan bersisik. Data Subjektif Ibu M mengatakan memiliki riwayat maag sejak remaja sekitar usia 20an. Ibu M mengatakan kadang merasa lambung perih, mual, pusing dan kembung apabila maag kambuh terutama durasakan ketika terlambat makan atau makan makanan yang keras, terlalu asam dan pedas Ibu M mengatakan nafsu makan saat-saat ini mulai berkurang Ibu M mengatakan terkadang menunda waktu makan Ibu M mengatakan apabila maag sedang kambuh cara yang digunakan selama ini adalah dengan minum obat maag Ibu M mengatakan jarang berolahraga dalam kesehariannya Data Objektif Kesadaran umum: baik, usia Ibu M 36 th
Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada An. S
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Hasil pengukuran TD Ibu M adalah 110/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit, RR: 18 x/menit, Suhu: 36,5oC. BB38 kg, TB 150 cm cm, IMT (16,9) Data Subjektif Ibu M mengatakan sering pusing karena merasa kurang berkualitas tidurnya Ibu M mengatakan sering tidur malam karena banyak cucu yang terkadang mengajak bermain atau berisik ketika akan tidur Data Objektif Ibu M tampak lemah ketika berinteraksi dengan mahasiswa Ibu M mengalami penurunan aktivitas terutama olahraga Ibu M terkadang merasa mengantuk pada siang hari
Gangguan pola tidur pada Ibu M
2. Rumusan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan pada keluarga Bapak D khususnya Ibu M adalah: a. Diagnosa 1: Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S b. Diagnosa 2: Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis c. Diagnosa 3: Gangguan pola tidur pada Ibu M
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 2 II.
Skoring Penentuan Prioritas Diagnosa Keperawatan pada Keluarga Bapak D 1. Skoring Diagnosa
No 1
2
3
DIAGNOSA KELUARGA Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S
KRITERIA
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Gangguan pola tidur pada Ibu M
SKOR
BOBOT
JUMLAH
Sifat masalah
3
1
3/3 x 1 = 1
Kemungkinan Masalah dapat Diubah
2
2
2/2 x 2 = 2
Potensi Masalah Dapat Dicegah
2
1
2/3 x 1 = 2/3
Menonjolnya Masalah Sifat masalah
2
2
2/2 x 1 = 1
3
1
3/3 x 1 = 1
Kemungkinan Masalah dapat Diubah
1
2
1/2 x 2 = 1
Potensi Masalah Dapat Dicegah
2
1
2/3 x 1 = 2/3
Menonjolnya Masalah Sifat masalah
1
1
1/2 x 1 = 1/2
2
1
2/3 x 1 = 2/3
Kemungkinan Masalah dapat Diubah
1
2
1/2 x 2 = 1
Potensi Masalah Dapat Dicegah
2
1
2/3 x 1 = 2/3
Menonjolnya Masalah
1
1
1/2 x 1 = 1/2
PEMBENARAN An. S memiliki status gizi kurang. Hal ini dapat dilihat dari BB An. S yaitu 8,6 kg dgn TB 77 cm, Lila 13 cm. An. S berada di batas -3SD dan -2SD menurut BB/U dan BB/TB.
Ibu M memiliki riwayat maag sejak remaja dan sampai saat ini terkadang masih sering kambuh, BB saat ini 38 kg, TB 150 cm (IMT=16,9). Pola makan Ibu M kurang teratur dan cederung memundurkan waktu makan. Ibu M memiliki perubahan pola tidur terkait intensitas dan kualitas. Ibu M mengeluh terkadang merasa kurang segar ketika bangun pagi dan terkadang pusing. Tidur malam 5-6 jam, dan tidur siang kurang lebih 1 jam.
2. Prioritas Diagnosa Keperawatan PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.
SKOR 4 2/3
S 2
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
3 1/6
sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis 3
Gangguan pola tidur pada Ibu M
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
2 5/6
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK D No 2.
Diagnosa Keperawatan Ketidakmampuan keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Tujuan Jangka Panjang Jangka Pendek Setelah dilakukan Setelah dilakukan pertemuan pertemuan sebanyak 1 sebanyak 4 kali x 45 menit, keluarga: kunjungan, ketidakefek-tifan 1. Mampu mengenal pemeliharaan masalah gastritis, kesehatan pada dengan: keluarga Bapak D, Menyebutkan definisi khususnya Ibu M gastritis dengan gastritis dapat teratasi
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung
Intervensi Keperawatan
a.
b. c.
d. e. f. g.
Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu: a. makan terlalu banyak dan cepat. b. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). c. Makan tidak teratur. d. Alkohol e. Kebiasaan merokok f. Stres
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi Lampiran 3
g. Minuman berkafein
yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga f.
Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 tanda-tanda maag, yaitu: a. nyeri ulu hati, b. mual,muntah, c. TD menurun, pusing d. Keringat dingin e. Nadi cepat f. Nafsu makan menurun g. kembung h. sakit kepala,
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita gastritis (maag).
Respon verbal
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
masalah kesehatan gastritis (maag), dengan: Respon verbal Menyebutkan akibat gastritis (maag)
Respon afektif Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan: Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: a. Perdarahan pada lambung. b. Luka pada dinding lambung. c. Kebocoran pada dinding lambung d. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan). Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyakit maag. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Respon verbal Respon psikomoto-rik Mendemontrasikan cara kompres air hangat
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu: 4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
maag, yaitu: a. Segera makan jika timbul keluhan b. Minum air putih hangat c. Makan makanan yang lunak d. Makan dengan porsi sedikit tapi sering e. Beri kompres air hangat Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
Respon verbal Respon afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita maag, yaitu: a. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di dinding. b. Makan bersama-sama dan saling bercerita.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
a.
b. c. d.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. c. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
a. b.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. Lampiran 3
Respon Verbal
c. Menciptakan lingkungan yang bersih. d. Kurangi stress
c.
d. e. f.
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan: Respon verbal Menyebutkan tandatanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tandatanda maag yang harus dirujuk, yaitu: a. bila gejala tidak hilang. b. Bila muntah/BAB berwarna coklat kehitaman seperti kopi.
a. b.
c. d.
Respon verbal e. Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Respon afektif Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
f.
Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Lampiran 3
mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit maag. Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
2.
Ketidakmampuan keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, ketidakefek-tifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak D, khususnya Ibu M dengan gastritis dapat teratasi
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal masalah gastritis, dengan: Menyebutkan definisi gastritis
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung
h.
i. j.
k. l. Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi Lampiran 3
Respon verbal Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu: h. makan terlalu banyak dan cepat. i. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). j. Makan tidak teratur. k. Alkohol l. Kebiasaan merokok m. Stres n. Minuman berkafein
Respon verbal Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Mengidentifikasi anggota keluarga yang
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 tanda-tanda maag, yaitu: i. nyeri ulu hati, j. mual,muntah, k. TD menurun, pusing l. Keringat dingin m. Nadi cepat n. Nafsu makan menurun o. kembung p. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
yang belum dimengerti m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan n. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga h. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag i. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan n. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga h. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag i. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi Lampiran 3
menderita gastritis (maag).
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis (maag), dengan:
yang telah dijelaskan n. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga c. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. d. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar. Respon verbal
Menyebutkan akibat gastritis (maag)
Respon afektif
Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: e. Perdarahan pada lambung. f. Luka pada dinding lambung. g. Kebocoran pada dinding lambung h. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan). Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
h. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyakit maag. i. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. j. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart k. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan l. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti m. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan n. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Lampiran 3
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan:
d. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan e. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit f. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Respon verbal
Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
Respon verbal Respon psikomoto-rik
Mendemontrasikan cara kompres air hangat
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan maag, yaitu: f. Segera makan jika timbul keluhan g. Minum air putih hangat h. Makan makanan yang lunak i. Makan dengan porsi sedikit tapi sering j. Beri kompres air hangat Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
Respon verbal Respon afektif
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu:
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
e.
f. g. h.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
d. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. e. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan Lampiran 3
4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
Respon Verbal
untuk penderita maag, yaitu: e. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di dinding. f. Makan bersama-sama dan saling bercerita. g. Menciptakan lingkungan yang bersih. h. Kurangi stress
yang dicapai oleh keluarga
g. h.
i.
j. 5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan:
Menyebutkan tandatanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Respon verbal
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tandatanda maag yang harus dirujuk, yaitu: c. bila gejala tidak hilang. d. Bila muntah/BAB berwarna coklat kehitaman seperti kopi.
k. l.
g. h.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
i.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. Lampiran 3
Respon afektif
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit maag.
Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
j. k. l.
Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal c. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal c. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
c. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. d. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan
Setelah dilakukan
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, ketidakefek-tifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak D, khususnya Ibu M dengan gastritis dapat teratasi
pertemuan sebanyak 1 x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal masalah gastritis, dengan: Menyebutkan definisi gastritis
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung
o.
p. q.
r. s. t. Respon verbal Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
u. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu: o. makan terlalu banyak dan cepat. p. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). q. Makan tidak teratur. r. Alkohol s. Kebiasaan merokok t. Stres u. Minuman berkafein
Respon verbal Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag p. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan u. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Lampiran 3
(maag)
Respon verbal
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita gastritis (maag).
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis (maag), dengan: Menyebutkan akibat gastritis (maag)
tanda-tanda maag, yaitu: q. nyeri ulu hati, r. mual,muntah, s. TD menurun, pusing t. Keringat dingin u. Nadi cepat v. Nafsu makan menurun w. kembung x. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag p. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan u. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga e. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. f. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: i. Perdarahan pada lambung. j. Luka pada dinding lambung.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
o. Diskusikan bersama keluarga apa yang Lampiran 3
Respon afektif
Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan:
k. Kebocoran pada dinding lambung l. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan). Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
g. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan h. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit i. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Respon verbal
Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
Respon verbal Respon psikomoto-rik
diketahui keluarga mengenai penyakit maag. p. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. q. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart r. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan s. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti t. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan u. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan maag, yaitu: k. Segera makan jika timbul keluhan l. Minum air putih hangat m. Makan makanan yang lunak n. Makan dengan porsi sedikit tapi sering o. Beri kompres air hangat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
i.
j. k.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. Lampiran 3
Mendemontrasikan cara kompres air hangat
Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
Respon verbal Respon afektif
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu: 4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
Respon Verbal
5. Mampu menggunakan fasilitas
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita maag, yaitu: i. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di dinding. j. Makan bersama-sama dan saling bercerita. k. Menciptakan lingkungan yang bersih. l. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tanda-
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
l.
Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
g. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. h. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. i. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
m. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. n. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. p. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. q. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Lampiran 3
kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan:
Menyebutkan tandatanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
tanda maag yang harus dirujuk, yaitu: e. bila gejala tidak hilang. f. Bila muntah/BAB berwarna coklat kehitaman seperti kopi.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
r.
Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
m. Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. n. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. p. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. q. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. r. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal e. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal e. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Lampiran 3
f. Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
e. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, ketidakefek-tifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak D, khususnya Ibu M dengan gastritis dapat teratasi
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal masalah gastritis, dengan: Menyebutkan definisi gastritis
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung
Respon verbal Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu:
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
v.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. w. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan bb. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga v. Diskusikan bersama keluarga apa yang Lampiran 3
v. makan terlalu banyak dan cepat. w. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). x. Makan tidak teratur. y. Alkohol z. Kebiasaan merokok å. Stres ä. Minuman berkafein
w. x.
y. z.
Respon verbal Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita gastritis (maag).
aa. Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 tanda-tanda maag, yaitu: y. nyeri ulu hati, z. mual,muntah, å. TD menurun, pusing ä. Keringat dingin ö. Nadi cepat aa. Nafsu makan menurun bb. kembung cc. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
2. Mampu mengambil Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
bb.
diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag w. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan bb. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga g. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. Lampiran 3
keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis (maag), dengan:
h. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar. Respon verbal
Menyebutkan akibat gastritis (maag)
Respon afektif
Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: m. Perdarahan pada lambung. n. Luka pada dinding lambung. o. Kebocoran pada dinding lambung p. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan). Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
v. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyakit maag. w. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. x. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart y. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan z. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti aa. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan bb. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga j.
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan:
Respon verbal
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan k. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit l. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil Lampiran 3
Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
Respon verbal Respon psikomoto-rik
Mendemontrasikan cara kompres air hangat
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan maag, yaitu: p. Segera makan jika timbul keluhan q. Minum air putih hangat r. Makan makanan yang lunak s. Makan dengan porsi sedikit tapi sering t. Beri kompres air hangat Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
Respon verbal Respon afektif
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu: 4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
m. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya n. Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. o. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. p. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
j.
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita maag, yaitu: m. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. k. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. l. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
Respon Verbal
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan:
Menyebutkan tandatanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Respon verbal
Respon verbal
Respon afektif
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan
dinding. n. Makan bersama-sama dan saling bercerita. o. Menciptakan lingkungan yang bersih. p. Kurangi stress
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tandatanda maag yang harus dirujuk, yaitu: g. bila gejala tidak hilang. h. Bila muntah/BAB berwarna coklat kehitaman seperti kopi.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
s.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. t. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. u. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. v. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. w. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. x. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
s.
Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. t. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. u. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. v. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. w. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. x. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Keluarga dapat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
untuk dirujuk.
menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit maag. Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal g. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi h. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal g. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi h. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
g. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. h. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
2.
Ketidakmampuan keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, ketidakefek-tifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak D,
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 45 menit, keluarga:
1. Mampu mengenal masalah gastritis, dengan:
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. Lampiran 3
khususnya Ibu M dengan gastritis dapat teratasi
Menyebutkan definisi gastritis
lambung
Respon verbal Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu: ö. makan terlalu banyak dan cepat. aa. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). bb. Makan tidak teratur. cc. Alkohol dd. Kebiasaan merokok ee. Stres ff. Minuman berkafein
Respon verbal Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis (maag)
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 tanda-tanda maag, yaitu: dd. nyeri ulu hati, ee. mual,muntah, ff. TD menurun, pusing gg. Keringat dingin hh. Nadi cepat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan ii. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan ii. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar Lampiran 3
Respon verbal
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita gastritis (maag).
ii. Nafsu makan menurun jj. kembung kk. sakit kepala,
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan ii. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga i.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis (maag), dengan:
j.
Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
Respon verbal
Menyebutkan akibat gastritis (maag)
Respon afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: q. Perdarahan pada lambung. r. Luka pada dinding lambung. s. Kebocoran pada dinding lambung t. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan).
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
cc. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyakit maag. dd. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. ee. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart ff. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk Lampiran 3
Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan:
Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
Respon verbal Respon psikomoto-rik
Mendemontrasikan cara kompres air hangat
m. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan n. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit o. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Respon verbal
Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
bertanya tentang materi yang disampaikan gg. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti hh. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan ii. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan maag, yaitu: u. Segera makan jika timbul keluhan v. Minum air putih hangat w. Makan makanan yang lunak x. Makan dengan porsi sedikit tapi sering y. Beri kompres air hangat Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
q.
r. s. t.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
Respon verbal Respon afektif
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu: 4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
Respon Verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita maag, yaitu: q. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di dinding. r. Makan bersama-sama dan saling bercerita. s. Menciptakan lingkungan yang bersih. t. Kurangi stress
m. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. n. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. o. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
y. z.
aa.
bb. 5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan:
Menyebutkan tanda-
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tandatanda maag yang harus dirujuk, yaitu: i. bila gejala tidak hilang. j. Bila muntah/BAB berwarna coklat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
cc. dd.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
tanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Respon verbal
kehitaman seperti kopi.
y. z.
Respon afektif
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit maag.
Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
aa. bb. cc. dd.
Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal i. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi j. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal i. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi j. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Lampiran 3
i. j.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Lampiran 3
No 2.
Diagnosa Keperawatan Ketidakmamp uan keluarga Bapak D dalam merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pada Ibu M dengan gastritis
Tujuan Jangka Panjang Jangka Pendek Setelah dilakukan Setelah dilakukan pertemuan pertemuan sebanyak sebanyak 4 kali 1 x 45 menit, keluarga: kunjungan, ketidakefek-tifan pemeliharaan 1. Mampu mengenal kesehatan pada masalah gastritis, keluarga Bapak dengan: D, khususnya Ibu Menyebutkan definisi M dengan gastritis gastritis dapat teratasi
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar
Respon verbal
Keluarga menyebutkan maag adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung
Rencana Intervensi
a. b. c.
d. e. f. g.
Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab maag, yaitu: a. makan terlalu banyak dan cepat. b. Bumbu terlalu banyak (pedas, asam). c. Makan tidak
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian penyakit maag. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian penyakit maag dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya masalah penyakit maag b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya Lampiran 3
teratur. d. Alkohol e. Kebiasaan merokok f. Stres g. Minuman berkafein
tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Menyebutkan tanda dan gejala masalah gastritis (maag)
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 tanda-tanda maag, yaitu: a. nyeri ulu hati, b. mual,muntah, c. TD menurun, pusing d. Keringat dingin e. Nadi cepat f. Nafsu makan menurun g. kembung h. sakit kepala,
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda penyakit maag b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita gastritis (maag).
Respon verbal
Keluarga menyebutkan Ibu M menderita maag.
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala penyakit maag. b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis (maag), dengan: Menyebutkan akibat gastritis (maag)
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 akibat penyakit maag, yaitu: a. Perdarahan pada lambung. b. Luka pada dinding lambung. c. Kebocoran pada dinding lambung d. Diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan).
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyakit maag. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat penyakit maag dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Mengambil keputusan untuk mengatasi gastritis (maag)
Respon afektif
Keluarga mengatakan akan mengatasi penyakit maag.
a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang sakit c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 3
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan gastritis, dengan: Menyebutkan cara perawatan penderita maag.
Mendemontrasikan cara kompres air hangat
Respon verbal
Respon verbal Respon psikomoto-rik
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 5 cara perawatan maag, yaitu: a. Segera makan jika timbul keluhan b. Minum air putih hangat c. Makan makanan yang lunak d. Makan dengan porsi sedikit tapi sering e. Beri kompres air hangat
a.
Anggota keluarga mampu melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag
a. Diskusikan bersama keluarga cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara melakukan kompres air hangat untuk mengurangi nyeri maag. c. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
b. c. d.
Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat maag datang dan bagaimana hasilnya Diskusikan cara perawatan penyakit maag dengan menggunakan flifchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara perawatan penyakit maag. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu: 4. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag.
Respon verbal Respon afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan minimal 2 dari 4 modifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita maag, yaitu: a. saling mengingatkan untuk makan tepat waktu, bila perlu buat reminder di kertas yang digantung di dinding. b. Makan bersamasama dan saling bercerita. c. Menciptakan lingkungan yang bersih. d. Kurangi stress
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
a. b.
c. d. e. f.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita maag. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
5. Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan perawatan sakit maag, dengan:
Menyebutkan tandatanda penyakit maag yang harus dirujuk.
Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Respon Verbal
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 tanda-tanda maag yang harus dirujuk, yaitu: a. bila gejala tidak hilang. b. Bila muntah/BAB berwarna coklat kehitaman seperti kopi.
a.
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal b. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
b.
c. d. e. f.
Diskusikan kepada keluarga tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. Jelaskan kepada keluarga tentang tanda-tanda penyakit maag yang harus dirujuk. dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali hal yang telah disampaikan. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 3
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa penyakit maag.
Respon afektif
Keluarga a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas mengunjungi kesehatan. pelayanan kesehatan b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk untuk pemeriksaan dan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. pengobatan penyakit maag.
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Diskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal a. Motivasi keluarga untuk menyebut ulang manfaat fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi b. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Lampiran 3
Lampiran 4
CATATAN PERKEMBANGAN Nama Perawat yang Mengkaji Nama Individu Tgl/No. 1 22/5/2013
: Sheila Safira, S.Kep : An. S (27 bulan) & Ibu M (36 tahun)
Diagnosa Implementasi Keperawatan Ketidakseimba 1. Memberikan pendkes ngan nutrisi : kepada keluarga kurang dari mengenai: kebutuhan -pengertian gizi tubuh seimbang -pengertian gizi kurang -tanda & gejala anak dgn gizi kurang -akibat dari kurang gizi 2. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami kurang gizi dengan menjelaskan tanda & gejala anak kurang gizi dan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki tanda & gejala tersebut. 3. Membantu keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi anggota keluarga yang mengalami kurang gizi 4. Menanyakan kembali pada keluarga ttg pengertian gizi seimbang, kurang gizi, tanda & gejala kurang gizi, penyebab kurang gizi, dan akibat dari kurang gizi. 5. Menanyakan kembali kepada keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga dgn gizi kurang 6. Mendiskusikan kepada keluarga mengenai cara mengatasi gizi kurang 7. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 8. Memberikan reinforcement positif atas
Evaluasi S: keluarga mengatakan - arti dari gizi seimbang adalah gizi yg lengkap yg memenuhi kebutuhan tubuh dan mengandung 3 zat yang diperlukan tubuh - 3 zat yg dibutuhkan tubuh adalah zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. - gizi kurang adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan gizi yang cukup -tanda & gejala dari kurang gizi yaitu anak tampak kurus, rambut tipis, lemas, kulit kering, pucat, dan anak tidak ceria. -tanda & gejala gizi kurang yg terlihat dari An. S adalah anak tampak kurus -penyebab dari gizi kurang adalah makan sedikit, makan tidak teratur, dan anak sakit -akibat dari kurang gizi yaitu gangguan tumbuh kembang, gampang sakit, dan sulit berpikir -mau merawat An. S dgn resiko gizi kurang -cara mengatasi gizi kurang yaitu dgn memberikan makanan gizi seimbang, makan teratur, dan makan cukup sesuai kebutuhan O: -keluarga dpt menyebutkan defini gisi seimbang & gizi kurang dgn benar -keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi -keluarga dpt menyebutkan 5 dari 6 tanda & gejala kurang gizi - keluarga dpt menyebutkan 3 akibat kurang gizi -keluarga dpt mengidentifikasi anggota keluarga yg beresiko kurang gizi -keluarga memutuskan utk merawat
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Ttd Perawat Sheila
jawaban keluarga
2 23/5/2013
Ketidakseimba 1. Mengevaluasi TUK 1 & ngan nutrisi : TUK 2: kurang dari -menanyakan kembali kebutuhan definisi gizi seimbang tubuh -menanyakan kembali penyebab gizi kurang -menanyakan kembali akibat dari gizi kurang 2. Menanyakan kembali cara mengatasi anak gizi kurang 3. Melakukan TUK 3: -menjelaskan kepada keluarga ttg triguna makanan -menyebutkan cara memilih makanan -menjelaskan cara mengolah makanan -mengelompokkan bahan makanan sesuai triguna makanan -demonstrasi pengelompokkan bahan makanan sesuai triguna makanan dgn menggunakan food model 4. Membuat jadwal menu makanan untuk hari berikutnya : pagi : nasi+sayur bayam merah+ telur dadar siang : nasi+sayur bayam merah+ ikan tongkol goreng suir sore : nasi+ikan tongkol goreng suir+jus alpukat 5. Memberikan reinforcement positif
Lampiran 4 anggota keluarga dgn resiko gizi kurang -keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang A: -TUK 1 & TUK 2 tercapai -TUK 3 tercapai sebagian P: -evaluasi TUK 1 & TUK 2 -melakukan TUK 3: triguna makanan & pengelompokan bahan makanan berdasarkan triguna makanan S: keluarga mengatakan Sheila - arti dari gizi seimbang adalah gizi yg lengkap yg memenuhi kebutuhan tubuh dan mengandung 3 zat yang diperlukan tubuh -penyebab dari gizi kurang adalah makan sedikit, makan tidak teratur, dan anak sakit -akibat dari kurang gizi yaitu gangguan tumbuh kembang, gampang sakit, dan sulit berpikir -cara mengatasi gizi kurang yaitu dgn memberikan makanan gizi seimbang, makan teratur, dan makan cukup sesuai kebutuhan -triguna makanan terdiri dari 3 zat yaitu zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur -zat tenaga berasal dari nasi, kentang, ubi, singkong, atau kacang-kacangan -zat pembangun berasal dari ikan, telur, tempe, dan daging -zat pengatur berasal dari buahbuahan & sayur-sayuran -cara memilih makanan yaitu makanan bergizi, bahan makanan masih segar tidak berbau tidak sedap/layu, harga terjangkau -cara mengolah makanan yaitu dgn dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama -keluarga mengatakan akan memenuhi menu makan seimbang di hari berikutnya: pagi : nasi+sayur bayam merah+ telur dadar siang : nasi+sayur bayam merah+
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
untuk setiap jawaban keluarga 6. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
3 24/5/2013
Ketidakseimba 1. Mengevaluasi TUK 3 ngan nutrisi : yang telah dilakukan: kurang dari menanyakan kembali kebutuhan komponen triguna tubuh makanan & contohnya 2. Mengevaluasi menu makanan yang diberikan hari ini (pagi & siang) 3. Memberikan pendkes mengenai cara memilih dan mengolah makanan yang baik 4. Mendemonstrasikan cara mengolah makanan 5. Menjelaskan porsi yang dibutuhkan pada balita
Lampiran 4 ikan tongkol goreng suir sore : nasi+ikan tongkol goreng suir+jus alpukat O: -keluarga dpt menyebutkan kembali definisi gizi seimbang, -keluarga dpt menyebutkan kembali penyebab, tanda & gejala, dan cara mengatasi dari gizi kurang -keluarga dpt menyebutkan triguna makanan -keluarga dpt menyebutkan bahan makanan sesuai kandungan zat triguna makanan -keluarga dpt menyebutkan 4 cara mengolah makanan yang tepat -keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan -keluarga dpt mendemonstrasikan pengelompokan bahan makanan sesuai triguna makanan A: -TUK 1 & 2 tercapai -TUK 3 tercapai sebagian P: -evaluasi TUK 3 yg sudah dilakukan -evaluasi menu makanan di kunjungan berikutnya -mengikutsertakan keluarga dlm TUK 3 modifikasi makanan yaitu pembuatan nugget sayur di komunitas -melanjutkan TUK 3 : memberikan pendkes serta mendemontrasikan cara mengolah makanan S: keluarga mengatakan Sheila -trigunamakanan terdiri dari zat tenaga yaitu karbohidrat & lemak, zat pembangun yaitu protein, dan zat pengatur yaitu vitamin & mineral. -zat tenaga berasal dari nasi, ubi, singkong, jagung, dan kacangkacangan -zat pembangun berasal dari ikan, telur, daging, tempe & tahu -zat pengatur berasal dari sayursayuran dan buah2an. -keluarga mengatakan jadwal makan untuk besok. Pagi: nasi tahu 2/3 gelas + sup ceker 1 gelas
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
6. Membuat jadwal menu harian anak sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan: Pagi: nasi tahu 2/3 gelas + sup ceker 1 gelas Siang: nasi 2/3 gelas+sup ceker 1 gelas+jus jambu 1 gelas Sore: nasi tahu 2/3 gelas+ sup ceker 1 gelas 7. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 8. Memberi reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menyusun menu seimbang
4 30/05/201 3
Ketidakseimba 1. Mengevaluasi menu ngan nutrisi : makan yang diberikan di kurang dari hari sebelumnya kebutuhan 2. Mengevaluasi menu tubuh makanan yang diberikan hari ini (pagi & siang 3. mengevaluasi cara memilih dan mengolah makanan yang baik 4. Membuat jadwal menu harian anak sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan:
Lampiran 4 Siang: nasi 2/3 gelas+sup ceker 1 gelas+jus jambu 1 gelas Sore: nasi tahu 2/3 gelas+ sup ceker 1 gelas -keluarga mengatakan akan menyediakan menu seimbang & bervariasi setiap hari. -keluarga mengatakan akan memberikan makanan selingan dan mengusahakan memberikan buah untuk anak. O: -keluarga dpt menyebutkan komponen triguna makanan serta contohnya dgn benar -keluarga dapat membuat jadwal menu yang bervariasi dan bergizi seimbang -keluarga dapat mendemonstrasikan cara mengolah & memasak sayur sederhana dengan benar -keluarga telah membuat menu makan sesuai yang telah dijadwalkan: pagi : nasi+sayur bayam merah+ telur dadar siang : nasi+sayur bayam merah+ ikan tongkol goreng suir A: -TUK 1 & 2 tercapai -TUK 3 tercapai sebagian P: -mengevaluasi jadwal makanan yang diberikan kepada anak -mengevaluasi cara mengolah makanan -menyusun jadwal menu seimbang untuk hari berikutnya S: Sheila -keluarga mengatakan hari sebelumnya memberikan nasi tahu, sup ceker, dan jus jambu sebagai menu makanan. -keluarga mengatakan menu makan pagi ini : nasi 2/3 gelas, nugget sayur 2 potong, sup bayam merah 1 gelas. -cara memilih makanan yaitu makanan bergizi, bahan makanan masih segar tidak berbau tidak sedap/layu, harga terjangkau -cara mengolah makanan yaitu dgn
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Pagi: nasi 2/3 gelas+ tempe goreng 2 buah + sup tomat 1 gelas siang: nasi 2/3 gelas+telur 1 butir+jus alpukat 1 gelas sore: nasi 2/3 gelas+sup tomat 1 gelas+telur 1 buah 5. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 6. Memberi reinforcement positif atas usaha keluarga
5 03/06/201 3
Ketidakseimba 1. Memberikan pendkes ngan nutrisi : mengenai pemberian kurang dari makanan selingan sehat kebutuhan yang meliputi: definisi tubuh cemilan sehat, manfaat, tujuan, jenis cemilan sehat & tidak sehat 2. Mendemonstrasikan memilih cemilan sehat & tidak sehat dengan menggunakan food model 3. Mengevaluasi menu makanan yang diberikan hari ini
Lampiran 4 dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama -keluarga mengatakan jadwal makan untuk besok: Pagi: nasi 2/3 gelas+ tempe goreng 2 buah + sup tomat 1 gelas siang: nasi 2/3 gelas+telur 1 butir+jus alpukat 1 gelas sore: nasi 2/3 gelas+sup tomat 1 gelas+telur 1 O: -keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan yang baik -keluarga dpt menyebutkan 4 cara mengolah bahan makanan yang benar -keluarga telah membuat menu seimbang sesuai dengan yang dijadwalkan -keluarga telah membuat variasi makanan nugget sayur A: -TUK 1 & TUK 2 tercapai -TUK 3 tercapai sebagian P: -mengevaluasi menu makanan seimbang yang diberikan di hari berikutnya -mengikutsertakan keluarga dalam TUK 3: pendkes dan pemberian makanan selingan sehat pada anak di komunitas. -membuat menu seimbang untuk hari berikutnya S: keluarga mengatakan Sheila -cara memilih makanan yaitu makanan bergizi, bahan makanan masih segar tidak berbau tidak sedap/layu, harga terjangkau -cara mengolah makanan yaitu dgn dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama -cemilan sehat adalah makanan ringan yang membantu memenuhi gizi anak -tujuan cemilan sehat yaitu untuk
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
4. Membuat jadwal menu harian anak sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan: Pagi: nasi hati ayam2/3 gelas+ nugget sayur 2 buah siang: nasi hati ayam2/3 gelas+jus jambu sore: nasi hati ayam 2/3 gelas+nugget sayur 2buah 5. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya 6. Memberi reinforcement positif atas usaha keluarga
6 11/6/2013
Ketidakseimba ngan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
1.
2.
3.
mendiskusikan kepada keluarga mengenai cara penyajian makanan menjelaskan kepada keluarga mengenai cara mengatasi anak yg sulit makan menjelaskan kepada keluarga mengenai lingkungan yg dpt meningkatkan nafsu
Lampiran 4 membantu memenuhi kebutuhan gizi anak -manfaat dari cemilan sehat yaitu aman bagi balita, bergizi, harga terjangkau -jenis cemilan sehat: bubur kacang hijau, susu kedelai, bubur sumsum, pudding, roti -jenis cemilan tidak sehat: gorengan, minuman bersoda, cemilan ber-MSG -keluarga mengatakan menu makan hari ini: nasi, tempe, dan sup tomat. -keluarga mengatakan menu makan utk hari berikutnya: Pagi: nasi hati ayam2/3 gelas+ nugget sayur 2 buah siang: nasi hati ayam2/3 gelas+jus jambu sore: nasi hati ayam 2/3 gelas+nugget sayur 2buah O: -keluarga dpt menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan yang baik -keluarga dpt menyebutkan 4 cara mengolah bahan makanan yang benar -keluarga dpt menyebutkan definisi, tujuan, dan manfaat dari cemilan sehat -keluarga dpt menyebutkan 5 contoh cemilan sehat & 3 cemilan tidak sehat -keluarga dpt mengelompokkan jenis cemilan dengan tepat A: -TUK 1 & TUK 2 tercapai -TUK 3 Tercapai P: -melanjutkan TUK 4 & TUK 5 S: keluarga mengatakan Sheila -cara menyajikan makanan yaiu menunya bervariasi, patuh pada jadwal menu makanan, dan jumlah makanann sesuai kebutuhan -cara mengatasi anak yg sulit makan yaitu tidak memaksa anak tetapi ikuti kemauan anaknya untuk makan sambil bermain, beri makan sesuai selera anak agar tidak bosan, tidak memberi makan yg manis sebelum
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
4. 5.
6.
7.
8.
7 12/06.201 3
Ketidakseimba ngan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
1. 2.
3.
makan anak mendiskusikan fasilitas kesehatan terdekat mendiskusikan manfaat kunjungan ke pelayanan kesehatan memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya memberi reinforcement positif
menanyakan kembali definisi gizi seimbang menanyakan kembali tanda & gejala anak gizi kurang menanyakan kembali macam-macam zat yang dibutuhkan tubuh (triguna makanan) dan contoh sumber makanannya
Lampiran 4 makan, dan menyajikan makanan dlm bentuk yg menarik -lingkungan yg meningkatkan nafsu makan anak yaitu dengan makan bersama teman sebaya atau anggota keluarga, menggunakan alat makan yang menarik, dan makan sambil bercerita -fasilitas kesehatan terdekat adalah RS Tumbuh Kembang, puskesmas, dan bidan -manfaat berkunjung ke pelayanan kesehatan: periksa kesehatan anak, mendapatkan penyuluhan kesehatan -akan berkunjung ke pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan O: -keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan -keluarga dapat menyebutkan 5 prinsip cara mengatasi anak sulit makan -keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yg mendukung utk meningkatkan nafsu makan anak - keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi -keluarga mampu menyebutkan 2 manfaat mengunjungi fasiltas pelayanan kesehatan A: -TUK 1 & TUK 2 tercapai -TUK 3 tercapai -TUK 4 & 5 tercapai P: -evaluasi TUK 1 - TUK 5 -evaluasi berat badan dan tinggi badan anak S: keluarga mengatakan Sheila - arti dari gizi seimbang adalah gizi yg lengkap yg memenuhi kebutuhan tubuh dan mengandung 3 zat yang diperlukan tubuh -tanda & gejala dari kurang gizi yaitu anak tampak kurus, rambut tipis, lemas, kulit kering, pucat, dan anak tidak ceria. -trigunamakanan terdiri dari zat tenaga yaitu karbohidrat & lemak,
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
4.
menanyakan kembali cara mengolah makanan yang baik dan benar 5. menanyakan kembali contoh cemilan sehat dan cemilan tidak sehat 6. menanyakan kembali cara modifikasi lingkungan untuk meningkatkan nafsu makan 7. menanyakan kembali fasilitas kesehatan terdekat dan manfaat berkunjung ke fasilitas kesehatan 8. memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga 9. melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan 10. menyebutkan rencana tindak lanjut untuk keluarga, yaitu rutin untuk menimbang berat badan di posyandu, dan membuat makanan yg bervariasi dan bergizi seimbang untuk anak 11. melakukan terminasi
Lampiran 4 zat pembangun yaitu protein, dan zat pengatur yaitu vitamin & mineral. -zat tenaga berasal dari nasi, ubi, singkong, jagung, dan kacangkacangan -zat pembangun berasal dari ikan, telur, daging, tempe & tahu -zat pengatur berasal dari sayursayuran dan buah2an -cara mengolah makanan yaitu dgn dicuci dulu stelah itu baru dipotong, peralatannya dicuci bersih, beras dicuci 2x, sayuran tidak dimasak terlalu lama -jenis cemilan sehat: bubur kacang hijau, susu kedelai, bubur sumsum, pudding, roti -jenis cemilan tidak sehat: gorengan, minuman bersoda, cemilan ber-MSG -lingkungan yg meningkatkan nafsu makan anak yaitu dengan makan bersama teman sebaya atau anggota keluarga, menggunakan alat makan yang menarik, dan makan sambil bercerita -akan menimbang berat badan anak rutin di posyandu setiap bulan, dan memberikan menu makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang O: -keluarga dpt menyebutkan kembali definisi gizi seimbang dgn baik & benar -keluarga dpt menyebutkan kembali tanda &gejala kurang gizi -keluarga dpt menyebutkan kembali triguna makanan dan contohnya dgn baik dan benar -keluarga dpt menyebutkan cara mengolah makanan dgn baik dan benar -keluarga dpt menyebutkanjenis cemilan sehat & jenis cemilan yg tidak sehat -lingkungan yg meningkatkan nafsu makan anak yaitu dengan makan bersama teman sebaya atau anggota keluarga, menggunakan alat makan yang menarik, dan makan sambil bercerita -fasilitas kesehatan terdekat adalah RS Tumbuh Kembang, puskesmas,
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
8 14/06/201 3
Ketidakmamp uan keluarga Bpk D merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pd Ibu M dgn gastritis
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gastritis/ maag 2. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya 3. Menanyakan kembali tentang pengertian gastritis/ maag 4. Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab sakit gastritis/ maag: Makan terlalu banyak dan cepat, bumbu terlalu banyak (pedas, asam), makan tidak teratur, Kuman, alkohol, aspirin, merokok, stres 5. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab sakit gastritis/ maag 6. Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala sakit gastritis/ maag yaitu: nyeri ulu hati, mual, muntah, kelemahan, keringat dingin, sakit kepala, cegukan/ sendawa, perut kembung, penurunan nafsu makan. 7. Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi penyebab sakit gastritis/ maag pada Ibu E 8. Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala sakit gastritis/ maag pada Ibu E
Lampiran 4 dan bidan -berat badan An. S: 8,4 kg -tinggi badan An. S: 75,2 cm A: -TUK 1 - TUK 5 tercapai -BB/TB -BB/U -TB/U P: -timbang BB di pertemuan terakhir -lanjutkan diagnosa ke 2 S: Sheila -keluarga dapat menjelaskan pengertian gastritis/ maag yaitu penyait yang disebabkan karena kebiasaan menunda waktu makan -keluarga dapat menyebutkan 4 dari 8 penyebab gastritis/ maag yaitu makan yang tidak teratur, stress, makan makanan yang terlalu asam, makanan makanan yang mengandung kuman penyebab maag -keluarga dapat menyebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala gastritis/ maag yaitu nyeri/ perih pada bagian lambung (uu hati), perut kemung, mual, mudah merasa lelah, dan nafsu makan menurun -keluarga menyebutkan Ibu M mengalami gastritis/ maag -keluarga menyebutkan 2 dari 4 akibat apabila gastritis/ maag tidak ditangani dengan tepat yaitu nyeri hebat, perdarahan lambung yang dapat ditandai dengan muntah darah -Keluarga termotivasi untuk mengatasi masalah gastritis/ maag yang dialami Ibu M O: -keluarga mampu menjelaskan pengertian gastritis/ maag dengan benar -keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 penyebab gastritis/ maag dengan benar -keluarga mampu menyebutkan 5 dari 9 tanda dan gejala gastritis/ maag dengan benar -keluarga mampu mengidentifikasi Ibu E mengalami gastritis/ maag -keluarga mampu menyebutkan 2
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Lampiran 4
9 17/06/201 3
Ketidakmamp uan keluarga Bpk D merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pd Ibu M dgn gastritis
9. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang muncul pada Ibu M 10. Bersama dengan keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga 11. Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga 12. Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari sakit gastritis/ maag apabila tidak tertangani dengan baik, yaitu:Nyeri hebat pada perut, gangguan penyerapan makanan, diare (bila makan yang mengiritasi lambung tidak dimuntahkan), perdarahan pada lambung 13. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali akibat sakit gastritis/ maag apabila tidak tertangani dengan baik 14. Mendiskusikan kembali dengan keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan sakit gastritis/ maag 15. Memberikan reinforcement positif atas jawaban keluarga dan keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan sakit gastritis/ maag 1. Mengevaluasi definisi, penyebab, tanda dan gejala, akibat 2. Menjelaskan cara pencegahan sakit gastritis/ maag dengan menggunakan lembar balik dan leaflet, yaitu:menjaga pola makan teratur, mengurangi kebiasaan minum kopi/ teh, mengurangi kebiasaan
dari 4 akibat apabila gastritis/ maag tidak ditangani dengan tepat A: -TUK 1 tercapai -TUK 2 tercapai P: -evaluasi TUK 1&2 -lanjutkan TUK 3
S: -keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan sakit gastritis/ maag yaitu tidak menunda waktu makan, mengurangi stress dan mengurangi jenis makanan yang teralu pedas/ asam/ berbumbu tajam -keluarga mampu menyebutkan 5 dari 8 cara perawatan sakit gastritis/ maag yaitu melakukan relaksasi dengan napas dalam, kompres air
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
Sheila
makan makanan yang terlalu pedas, terlalu asam, dan berbumbu tajam, olahraga cukup, mengurangi stress 3. Menjelaskan cara perawatan sakit gastritis/ maag, yaitu:menghindari makanan yang keras hingga gejala berkurang, istirahat cukup, membuat jadwal makan yang teratur, memodifikasi diet (mengurangi jenis makanan yang menjadi penyebab sakit maag), melakukan relaksasi: napas dalam, melakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri ulu hati, membuat ramuan tradisional: minuman sari kunyit, minum obat maag secara teratur/ bila keluhan tidak dapat diatasi dengan cara diatas. 4. Memberikan reinforcement positif atas kemampuan keluarga menjelaskan cara perawatan sakit gastritis/ maag 5. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara perawatan sederhana untuk mengatasi masalah sakit gastritis/ maag: latihan relaksasi (napas dalam) dan kompres hangat 6. Memberi kesempatan keluarga untuk melakukan relaksasi (napas dalam) dan kompres hangat 7. Mendemonstrasikan latihan relaksasi (napas dalam) dan kompres hangat 8. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mengulang kembali relaksasi (napas dalam) dan kompres hangat 9. Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan oleh keluarga
Lampiran 4 hangat dibagian perut yang sakit, mengurangi jenis makanan yang menjadi penyebab maag, stirahat cukup, dan minum obat apabila sakit tidak hilang dengan cara-cara sebelumnya -keluarga mampu menyebutkan manfaat relaksasi (napas dalam) yaitu untuk mengatasi sakit gastritis/ maag ketika sedang kambuh terutama ketika perih dirasakan -keluarga mampu menyebutkan cara untuk napas dalam yaitu dengan menarik napas melalui hidung pelanpelan, kemudian tahan sebentar kurang lebih 3 detik, dan keuarkan perlahan-lahan melalui mulut dengan membentuk huruf O, latihan dilakukan boleh kapan saja sebanyak 10-15 kali setiap kali latihan -keluarga mampu menyebutkan manfaat kompres hangat yaitu untuk mengatasi sakit gastritis/ maag ketika sedang kambuh terutama ketika perih dirasakan -keluarga mampu menyebutkan cara kompres hangat yaitu menyediakan botol kaca bekas, handuk, dan air hangat. Masukkan air hangat kedalam botol kaca yang telah disediakan kemudian tutup rapat. Lapisi botol kaca yang berisi air hangat dengan handuk atau kain tipis, kemudian letakkan botol kaca yang sudah dilapisi handuk diatas perut yang sakit (ulu hati). Lakukan kompres 10-15 menit, kemudian ganti air dalam botol apabila air sudah mulai dingin. -keluarga mengatakan akan melakukan latihan napas dalam sehari 5-10 x -keluarga mengatakan akan melakukan kompres hangat apabila maag sedang kambung dan terasa labung perih O: -keluarga menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan sakit gastritis/ maag dengan benar - keluarga mampu menyebutkan 5 dari 8 cara perawatan sakit gastritis/
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
10 18/06/201 3
Ketidakmamp uan keluarga Bpk D merawat anggota keluarga yang sakit khususnya pd Ibu M dgn gastritis
1. Mendiskusikan dengan keluaga mengenai manfaat modifikasi lingkungan keluarga dengan sakit gastritis/ maag: supaya sakit maag tidak bertambah parah, mengurangi frekuensi kambuh maag 2. Mendiskusikan dengan keluarga mngenai cara memodifikasi lingkungan keluarga dengan sakit gastritis/ maag: membiasakan makan bersama keluarga, saling mengingatkan untuk makan sesuai jadwal, menciptakan lingkungan bersih, tenang dan rapi, menguragi stress, melakukan aktivitas ringan, memasak nasi dngan menambah air supaya tampak lunak/ sedikit lembek
Lampiran 4 maag dengan benar -keluarga mampu menyebutkan cara relaksasi napas dalam dengan benar -Ibu E mampu mempraktekkan cara relaksasi: napas dalam dengan benar -keluarga mampu menyebutkan cara kompres hangat dengan benar -keluarga mampu mempraktekkan cara kompres hangat pada bagian ulu hati dengan benar A: -TUK 3 tercapai P: -Mereview pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan sakit gastritis/ maag pada Ibu E -Memotivasi keluarga untuk lakukan latihan relaksasi: napas dalam pada saat maag kambuh maupun tidak sedang kambuh -Memotivasi keluarga untuk melakukan kompres hangat apabila maag sedang kambuh dan terasa perih pada bagian lambung S: Sheila -Keluarga dapat menyebutkan dua manfaat dari modifikasi lingkungan untuk penderita gastritis/ maag yaitu supaya sakit maag tidak bertambah parah, mengurangi frekuensi kambuh maag -Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7 cara memodifikasi lingkungan untuk penderita gastritis/ maag yaitu membiasakan makan bersama keluarga, saling mengingatkan untuk makan sesuai jadwal, menguragi stress, memasak nasi dengan menambah air supaya tampak lunak/ sedikit lembek -Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 manfaat mengunjungi pelayanan kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan -Keluarga mampu mnyebutkan tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013
3. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan 4. Memberikan pujian atas usaha keluarga untuk mau mencoba mengurangi aktivitas, membiasakan makan bersama dalam satu keluarga 5. Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, mendapatkan perawatan, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan 6. Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan 7. Menjelaskan kepada keluarga tentang jenisjenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik dokter. 8. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan 9. Menimbang kembali berat badan An. S sebagai evaluasi terhadap masalah nutrisi
Lampiran 4 dokter -Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda sakit gastritis/ maag yang harus dirujuk ke pelayanan kesehatan yaitu apabila keluhan seperti mual yang disertai muntah terus-menerus hingga badan lemas atau disertai muntah darah, nyeri/ perih pada lambung yang tidak hilang dengan obat O: -Keluarga mampu mengelompokkan jenis makanan yang aman bagi lambung dan jenis makanan yang harus dihindari dibatasi untuk penderita gastritis/ maag -Keluarga mampu menyebutkan dua manfaat dari modifikasi lingkungan untuk penderita gastritis/ maag dengan benar -Keluarga mampu menybutkan 4 dari 7 cara modifikasi lingkungan untuk penderita gastritis/ maag dengan benar -Keluarga terlibat dalam modifikasi lingkungan untuk penderita gastritis/ maag yaitu membiasakan makan bersama dengan keuarga, masak nasi dengan menambah air lbih supaya lebih lunak/ sekdikit lembek -Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 manfaat mngunjungi pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah gastritis/ maag dengan benar -Keluarga mampu menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi untuk mengatasi masalah gastritis/ maag dengan benar -Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 tanda dari gastritis/ maag yang perlu segera merujuk ke pelayanan kesehatan dengan benar -BB An. S 8,8 kg A: - TUK 4 tercapai -TUK 5 tercapai P: terminasi
Asuhan keperawatan ..., Sheila Safira, FIK UI, 2013