UNIVERSITAS INDONESIA
PENGATURAN POLA MAKAN PADA ANAK USIA SEKOLAH KELUARGA BAPAK M DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: LEBIH DARI KEBUTUHAN TUBUH
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
RIO ALFIAN PRADANA 0906629624
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGATURAN POLA MAKAN PADA ANAK USIA SEKOLAH KELUARGA BAPAK M DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: LEBIH DARI KEBUTUHAN TUBUH
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
RIO ALFIAN PRADANA 0906629624
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014 ii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
iii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
iv
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul ”Pengaturan Pola Makan pada Anak Usia Sekolah Keluarga Bapak M dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh”. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada: 1. Orang tua dan adik tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi penulis. 2. Ibu Dra. Juniati Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 3. Ibu Fajar Tri Waluyanti, M.Kep., Sp.Kep,An., selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N). 4. Bapak Agus Setiawan, S.Kp., MN., DN., selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 5. Ibu Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp., MARS selaku pembimbing akademik penulis. 6. Najat, seorang teman, sahabat yang selalu mendukung penulis dalam menghadapi setiap masalah 7. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini. 8. drg. Anti selaku Kepala Puskesmas Sukatani yang telah bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. v
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
9. Teman-teman FIK angkatan 2009, terutama sahabat-sahabat saya, Aan, Ranti, Ijah, serta teman-teman FIK PKKMP peminatan Komunitas, terutama kelompok nutrisi anak usia sekolah RW 03 Agnes, Shinta, Rizky, Kak Debby, dan Kak Dewi, kalian memang hebat. 10. Keluarga Bapak M, khususnya Ibu M dan An. I yang telah menerima mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 11. Masyarakat di RW 03 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia menyediakan waktu dan tempat untuk kami. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini. semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan penulisan di masa yang akan datang.
Depok, Juli 2014
Rio Alfian Pradana, S.Kep
vi
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
vii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Rio Alfian Pradana, S.Kep : Ners : Pengaturan Pola Makan pada Anak Usia Sekolah Keluarga Bapak M dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Lebih dari Kebutuhan Tubuh
Gaya hidup merupakan akar masalah dari munculnya masalah obesitas pada masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak M dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak usia sekolah. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi ynag menjadi unggulan adalah pengaturan pola makan, yang terdiri dari jadwal makan dan porsi yang sesuai kebutuhan tubuh anak. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada anak. Kata kunci: Anak Usia Sekolah, Obesitas, Pola Makan
viii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Rio Alfian Pradana, S.Kep : Ners : Dietary adjustments in Mr. M’s Family School-Age Children with Nutritional Imbalance Problems: More than Body Requirement
Lifestyle is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process of Mr. M’s family with nutrition imbalance problem on school-aged children. Implementation to the family consisted of the cognitive, affective, and psychomotor that used the five family health tasks. Nursing interventions that became the main intervention was dietary adjustments, which consisted of feeding schedule and the corresponding portion of the child's body needs. The evaluation results showed that the weight loss in children. Keywords: School-Aged Children, Obesity, Diet
ix
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v vii viii xi xii xiii xiv
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1.4.1 Pendidikan Keperawatan ................................................. 1.4.2 Pelayanan Keperawatan................................................... 1.4.3 Penelitian Selanjutnya .....................................................
1 5 7 7 7 7 7 7 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan .............................................. 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ......................................................................... 2.1.2 Masalah Gaya Hidup dan Obesitas yang Terjadi di Perkotaan…………………………………… ................. 2.1.3 Peran Perawat Komunitas ............................................... 2.2 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah ...................................... 2.2.1 Keluarga........................................................................... 2.2.2 Anak Usia Sekolah ......................................................... 2.3 Obesitas pada Anak Usia Sekolah ........................................... 2.4 Gizi Seimbang ......................................................................... 2.4.1 Konsep Gizi Seimbang ................................................... 2.4.2 Pesan Gizi Seimbang untuk Anak Sekolah .................... 2.4.3 Pola Makan Sehat sesuai Gizi Seimbang ....................... 2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Obesitas .................................................................................... 2.5.1 Pengkajian Keluarga ........................................................ 2.5.2 Diagnosis Keperawatan ................................................... x
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
9 9 10 11 12 12 14 15 15 15 17 19 21 22 22
2.5.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .............................. 2.5.4 Implementasi Keperawatan ............................................. 2.5.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................... BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga .......................................... 3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ...................................... 3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. BAB 4 ANALISIS SITUASI & ANILISIS ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait ........................................................................................ 4.3 Analisis Intervensi Pengaturan Pola Makan sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian terkait...................... 4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................. 5.2 Saran ......................................................................................... 5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas ....................................... 5.2.2 Keluarga........................................................................... 5.2.3 Masyarakat/Kader ............................................................ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
23 23 24 25 28 29 30 31
34 35 36 38
40 41 41 41 42
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Porsi menurut Kecukupan Energi untuk Anak Usia Sekolah Tabel 2.2 Indeks Massa Tubuh menurut Usia (IMT/U)
xii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang
xiii
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Skoring Masalah Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 Evaluasi Sumatif Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga Lampiran 7
Jadwal dan Menu Makanan Keluarga
xiv
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam membangun bangsa Indonesia menjadi lebih baik, anak usia sekolah merupakan modal yang sangat penting. Itu dikarenakan jumlah anak usia sekolah cukup banyak. Sekitar 19,3 % penduduk Indonesia berada pada rentang usia 5-14 tahun (BKKBN, 2013). Jumlah tersebut dapat dijadikan modal untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut dapat dicapai jika pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah optimal.
Namun anak usia sekolah masih berisiko terpapar dengan berbagai masalah kesehatan. Allender dan Spradley (2005) mengatakan bahwa masalah gizi merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak sekolah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Edelman dan Mandle (2010) bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor gizi. Anak usia sekolah yang mengalami masalah gizi rentan terjangkit penyakit. Dampak obesitas pada anak menjadi faktor risiko terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus tipe 2, obstruksi sleep apnea, gangguan ortopedik, dan pseudotumor serebri (Hidayati, Irawan & Hidayat, 2008 dalam Budiyanti, 2011).
Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah gizi kurang pada anak-anak, tetapi di sisi lain ada fenomena gizi lebih yang cukup meresahkan anak sekolah di Indonesia. Prevalensi anak sekolah obesitas menurut tabel IMT/U pada rentang usia 5-12 tahun adalah 8,8 % (Riskesdas, 2013). Data tersebut sebenarnya menurun dari data sebelumnya pada tahun 2010 yang menyatakan prevalensi anak gemuk usia 6-12 tahun adalah 9,2% (Riskesdas, 2010).
Masalah gizi ternyata tidak hanya terjadi di daerah terpencil, tetapi juga terjadi di daerah perkotaan. Berdasarkan data Riskesdas (2013) angka tertinggi prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun terdapat di Provinsi DKI Jakarta, yang
1
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
2
merupakan daerah perkotaan, dengan 30,1%. Tingginya prevalensi obesitas anak disebabkan oleh pertumbuhan urbanisasi dan perubahan gaya hidup seseorang termasuk asupan energi (Sartika, 2011). Masyarakat perkotaan memiliki segmen tersendiri karena masyarakat perkotaan memiliki ciri-ciri dan karakter yang unik, berbeda dengan masyarakat pedesaan. Keunikan dan kekhasan masyarakat perkotaan juga terlihat dari masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan. Menurut Allender (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan perkotaan adalah lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan akses untuk mendapatkan kesehatan dan pelayanan sosial.
Anak usia sekolah di daerah perkotaan berisiko mengalami masalah gizi lebih karena ada keterkaitan dalam hal pola makan. Pola makan merupakan karakteristik kegiatan yang berulang kali dalam memenuhi kebutuhan akan makan termasuk macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari serta cara memilih makanan (Sulistyoningsih, 2011). Beberapa faktor penyebab obesitas pada anak di daerah perkotaan antara lain asupan makanan yang berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink, makanan jajanan seperti makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi menggunakan susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak (Stettler, dkk dalam Sartika, 2011). Hal ini diperparah dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan buah yang cukup sebagai sumber serat (Sartika, 2011).
Obesitas pada masa anak dapat meningkatkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2. Selain itu, juga berisiko untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan berpotensi
mengakibatkan
gangguan
metabolism
glukosa
dan
penyakit
degenerative seperti penyakit jantung, penyumbatan pembuluh darah, dan lainlain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun juga dapat menurunkan tingkat
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
3
kecerdasan karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi menurun dan cenderung malas akibat kelebihan berat badan (Sjarif dalam Sartika, 2011).
Obesitas juga mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak terutama aspek perkembangan psikososial (Budiyanti, 2011). Dampak perkembangan psikososial tersebut muncul karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal itu muncul dari dalam anak sendiri. Pada anak obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan teman dan memisahkan diri dari tempat bermain (Strauss & Pollack, 2003 dalam Budiyanti, 2011). Perasaan tersebut muncul karena kurangnya rasa percaya diri, persepsi diri yang negatif maupun rendah diri karena merasa berbeda dengan anak lain (Janssen, Craig, Boyce & Pickett, 2004 dalam Budiyanti, 2011). Faktor eksternal berasal dari teman-teman sebayanya (peer group), anak yang obesitas sering diolok-olok dan menjadi bahan ejekan teman-temannya dan sering tidak diikutkan dalam permainan (Budiyanti, 2011).
Keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam status gizi anak usia sekolah. Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya, menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dari anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Semakin besar peran keluarga akan semakin tinggi atau baik perilaku gizi anak (Saifah, 2011).
Dalam mengatasi masalah obesitas tersebut dibutuhkan peran serta berbagai pihak, salah satunya perawat komunitas. Peran perawat komunitas adalah melakukan prevensi primer, sekunder, dan tersier baik pada individu, keluarga, agregat, ataupun pada masyarakat (Helvie, 1998). Peran perawat komunitas dalam program pendidikan kesehatan tentang gizi meliputi pemilihan makanan sehat, resep makanan untuk keluarga, makan siang sehat yang dapat disiapkan anak sekolah, gangguan makan pada anak usia sekolah. Program promosi kesehatan untuk orang tua dapat berupa pemberian informasi gizi pada orang tua, kelompok perkumpulan orang tua, komite nutrisi orang tua, melakukan survey bersama guru
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
4
untuk mengkaji pendapat murid tentang makanan yang disukai (Anderson & McFarlane, 2000).
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada anak usia sekolah. Praktik penulis diawali dengan mendata berapa jumlah anak usia sekolah di RW 03 Kelurahan Sukatani, kemudian bekerja sama dengan para kader untuk mengetahui berapa jumlah anak usia sekolah yang mengalami masalah gizi. Setelah itu penulis menentukan keluarga yang akan menjadi kelolaan.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak M selama tujuh minggu yang bertempat di RT 07 RW 03 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Kota Depok. Keluarga Bapak M (41 tahun) dan Ibu M (44 tahun) memiliki tiga orang anak laki-laki, yaitu An. A (15 tahun), An. D (11 tahun), dan An. I (8 tahun). Keluarga Bapak M merupakan extended family dan memiliki masalah ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak usia sekolah.
An. I merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 45 kg, tinggi badan 136 cm, dan lingkar lengan atas 25 cm. Status gizi An. I berdasarkan tabel antropometri IMT/U Kemenkes (2010) termasuk dalam kategori obesitas. An. I memiliki ciri-ciri fisik berbadan gemuk, berat badan berlebih, lingkar lengan lebih dari normal serta memiliki kebiasaan sering makan dan ngemil. An. I juga memiliki nafsu makan yang besar, dalam sehari An. I dapat makan lima kali makan besar, dan sejak lahir berat badannya sudah lebih dari normal, yaitu 3900 gram.
Penulis melakukan proses asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi untuk menyelesaikan masalah gizi pada keluarga Bapak M. Pengkajian yang dilakukan menggunakan metode wawancara, observasi perilaku dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
5
Perencanaan intervensi dan implementasi merupakan strategi yang dilakukan untuk mengatasi masalah obesitas yang terjadi pada keluarga Bapak M. Evaluasi dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah selesai dilaksanakan. Penulis memberikan asuhan keperawatan berpusat pada lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status kesehatan anak dengan nutrisi yang adekuat.
Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak M melalui pendidikan kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga terkait masalah obesitas pada anak usia sekolah dengan menjelaskan kepada keluarga mengenai pengerian gizi seimbang, pengertian obesitas, penyebab obesitas, tanda gejala obesitas, serta akibat dari obesitas. Penulis juga mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara perawatan anggota keluarga yang mengalami obesitas, cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi yang dibutuhkan anak, penyusunan jadwal makan, penyusunan menu gizi seimbang bagi anak sekolah, serta penyusunan jadwal aktivitas anak.
Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi yang dipilih adalah pengaturan pola makan pada anak usia sekolah. Pengaturan pola makan tersebut mencakup penyusunan jadwal makan dan berapa porsi yang dibutuhkan oleh anak usia sekolah. Intervensi tersebut dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi penurunan berat badan anak dan peningkatan kedisiplinan anak dalam waktu dan porsi makan. An. I terlihat mulai mengurangi porsi makannya dan makan sesuai jadwal yang disepakati.
1.2 Perumusan Masalah Anak usia sekolah berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga membutuhan asupan nutrisi yang adekuat. Namun anak usia sekolah masih rentan terhadap masalah kesehatan, salah satunya masalah gizi. Masalah gizi yang terjadi
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
6
di Indonesia tidak hanya kasus gizi kurang, terdapat pula kasus gizi lebih dan obesitas yang juga cukup mengkhawatirkan.
Pada
masyarakat
perkotaan,
gaya
hidup
menjadi
faktor
yang
sangat
mempengaruhi dalam munculnya masalah gizi, khususnya obesitas pada anak usia sekolah. Gills dan Bar (2003) menemukan bahwa obesitas pada anak berhubungan dengan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan penggantinya, makanan cepat saji, makanan dan minuman yang manis serta tinggi kalori. Selain itu, kecenderungan memberikan susu formula kepada anak melebihi porsi yang dibutuhkan serta kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak usia sekolah di daerah perkotaan.
Masalah gizi sebenarnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Pemenuhan nutrisi pada anak usia sekolah bergantung pada beberapa faktor, salah satunya adalah keluarga. Keluarga memiliki peranan penting bagi peningkatan dan pengawasan gizi anak usia sekolah. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga, khususnya dalam hal status gizi anak usia sekolah. Peran perawat komunitas sangat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan tersebut. Perawat komunitas dapat melakukan tindakan preventif, misalnya memberikan pendidikan dan promosi kesehatan mengenai gizi anak sekolah.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga mengenai gizi seimbang dan pola makan. Intervensi mengenai pengaturan pola makan dengan porsi yang tepat merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat pada anak usia sekolah.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
7
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1
Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak M di RW 03 Kelurahan Sukatani, Kota Depok dengan masalah obesitas pada anak usia sekolah
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Memberikan gambaran mengenai hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak M 1.3.2.2 Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Bapak M 1.3.2.3 Memberikan gambaran mengenai perencanaan intervensi keperawatan berupa inovasi unggulan terkait pengaturan pola makan pada keluarga Bapak M. 1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai implementasi keperawatan pada keluarga Bapak M 1.3.2.5 Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada keluarga Bapak M 1.3.2.6 Memberikan gambaran mengenai intervensi unggulan untuk mengatasi obesitas yang diterapkan pada keluarga Bapak M
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Pendidikan Keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi yang adekuat pada anak usia sekolah melalui pengaturan pola makan.
1.4.2
Pelayanan Keperawatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai pengaturan pola makan dalam upaya pemenuhan asupan nutrisi yang adekuat pada anak usia sekolah.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
8
Penulisan ini dapat memberikan informasi bagi program perawat kesehatan masyarakat, khususnya program Unit Kesehatan Sekolah di Puskesmas Sukatani Depok dalam mengembangkan media promosi kesehatan tentang gizi anak usia sekolah dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data dasar dalam mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat melalui pengetahuan tentang pengaturan pola makan pada keluarga dengan masalah obesitas pada anak usia sekolah.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan atau tingkatan hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain serta mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non-agraris (Mansyur, 2008). Masyarakat perkotaan merupakan komunitas yang tinggal di daerah perkotaan dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan kota. Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang paling penting dalam melakukan praktik yaitu merupakan lahan keperawatan, kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik, berfokus pada populasi, menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri, mempromosikan tanggung jawab klien dan self care, menggunakan pengesahan/pengukuran dan analisa, menggunakan prinsip teori organisasi dan melibatkan kolaborasi interprofesional (Allender & Spradley, 2005).
Model keperawatan kesehatan perkotaan digunakan sebagai acuan perawat dalam melakukan dan memberikan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan perkotaan. Teori dalam keperawatan kesehatan perkotaan terdiri dari beberapa teori keperawatan komunitas (Stanhope & Lancaster, 2004), yaitu: a. Teori Nightingale Teori ini difokuskan pada lingkungan, baik lingkungan eksternal maupun hal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme serta kemampuan dalam pencegahan atau hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit, kecelakaan, atau kematian. Nightingale mendefinisikan konsep secara tepat dan tidak memisahkan lingkungan pasien dalam kondisi fisik, emosional, dan aspek-aspek sosial.
9
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
10
b. Millio’s Framework of Prevention Teori ini didasarkan bahwa pola-pola perilaku populasi dan individu yang membentuk populasi adalah hasil seleksi kebiasaan dari pilihan yang terbatas. Peran perawat kesehatan masyarakat adalah meneliti faktor-faktor penentu kesehatan masyarakat dan mencoba untuk mempengaruhi penentu melalui kebijakan publik. c. Salmon White’s Construct for Public Health Nursing Mark Salmon White (1982) menjelaskan bahwa kesehatan masyarakat merupakan upaya masyarakat yang terorganisir untuk melindungi, mempromosikan dan memulihkan kesehatan masyarakat dan keperawatan kesehatan masyarakat fokus untuk mencapai dan mempertahankan kesehatan masyarakat. d. Block and Josten’s Ethical Theory of Population Focused Nursing Derryl Block dan Lavohn Josten mengusulkan teori ini berdasarkan pemotongan antara bidang kesehatan masyarakat dan keperawatan. Tiga unsur penting dari keperawatan masyarakat terfokus yang berasal dari dua bidang, yaitu kewajiban pencegahan, keunggulan pencegahan, dan sentralitas yang berdasarkan hubungan perawatan (bina hubungan baik antara perawat dan masyarakat).
2.1.2 Masalah Gaya Hidup dan Obesitas yang Terjadi di Perkotaan Perilaku dan pola hidup masyarakat perkotaan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya obesitas. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar berakibat pada pergeseran pola makan masyarakat dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat menjadi pola makan barat dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat (Alwi, et al, 2010). Mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan saat ini sudah menjadi kebiasaan terutama oleh masyarakat perkotaan. Sebagian besar makanan cepat saji adalah makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak yang tidak baik bagi kesehatan (Kemenkes, 2014). Masalah gizi pada anak usia sekolah diakibatkan karena pemilihan makanan yang tidak tepat atau makan yang berlebihan (Allender &
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
11
Spradley, 2005); anak usia sekolah selektif terhadap makanan, cenderung mempunyai pilihan yang kuat terhadap satu jenis makanan atau makanan favorit (Stanhope & Lancaster, 2004); buruk dalam pemilihan makanan (Muscary, 2001); mulai timbul konflik dalam pemilihan waktu makan (Sulistyoningsih, 2011).
Perilaku gizi anak dalam pemilihan makanan dapat pula dipengaruhi oleh media massa. Hal tersebut diungkapkan oleh beberapa sumber, yaitu Stanhope & Lancaster (2004) mengatakan anak usia sekolah dalam memilih makanan mudah terpengaruh oleh iklan; televisi mempunyai hubungan dengan peningkatan konsumsi makanan tinggi lemak, gula, garam, dan minuman berkarbonat serta rendah mengkonsumsi buah dan sayur (Allender & Spradley, 2005; Maurer & Smith, 2005); makanan yang ditayangkan lewat televisi berisiko memberi pengaruh pada perilaku makan anak (McMurray, 2003).
2.1.3 Peran Perawat Komunitas Ruang
lingkup
peningkatan
praktik
kesehatan
keperawatan (promotif),
masyarakat
pencegahan
meliputi:
upaya-upaya
(preventif),
pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum menurut Stanhope & Lancaster (2004) kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: a. Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. b. Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. c. Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. d. Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
12
e. Melaksanakan
rujukan
terhadap
kasus-kasus
yang
memerlukan
penanganan lebih lanjut. f. Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. g. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. h. Melaksanakan asuhan keperawatan komunitas, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. i. Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas. j. Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait. k. Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.
2.2 Keluarga dengan Anak Usia Sekolah 2.2.1 Keluarga Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya. Keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anggota keluarga yang dapat menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dari anggota keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Hal tersebut terjadi karena keluarga yang terdiri dari dua atau lebih individu yang saling ketergantungan antara satu dengan yang lain melalui dukungan emosional, fisik, dan ekonomi (Kaakinen dkk, 2010). Menurut Friedman (2003) keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, memberikan asuhan fisik, emosional, dan mengarahkan pembetukan kepribadian.
Keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian pelayanan kesehatan. Dengan demikian, keluarga mempunyai peran yang penting dalam setiap aspek pelayanan kesehatan anggota keluarga, mulai dari tahap promosi kesehatan
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
13
sampai tahap rehabilitasi. Tahap tersebut disebut juga sebagai tahap sehat atau sakit dan interaksi keluarga yaitu: (a) Tahap upaya keluarga dalam promosi kesehatan. Promosi kesehatan dimulai di keluarga. Semua bentuk promosi kesehatan dan penurunan risiko merupakan peran yang penting dari keluarga. Beberapa bentuk promosi kesehatan, pencegahan, dan penurunan risiko antara lain berolah raga secara teratur, makan makanan yang lebih bergizi, menghentikan merokok, imunisasi, dan lain-lain; (b) Tahap penilaian keluarga terhadap gejala; (c) Tahap mencari perawatan; (d) Tahap merujuk dan mendapatkan perawatan; (e) Tahap respons akut klien dan keluarga terhadap penyakit; (f) Tahap adaptasi terhadap penyakit dan pemulihan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Keluarga merupakan faktor penguat terhadap pembentukan perilaku anak termasuk perilaku makan anak. Orang tua dianggap sebagai kunci utama dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai atau prinsip terlebih dahulu, setelah itu ditularkan ke anggota keluarga atau anak-anak (Syarkawi, 2008). Perilaku makan anak dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan orang tua dalam hal pemilihan makanan (Sulistyoningsih, 2011). Kebiasaan makan bersama dalam keluarga berdampak pada anak terhadap permodelan atau meniru perilaku orang tua mereka (Cullen et al, 2000)
Terdapat lima tugas kesehatan keluarga, yaitu kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang terjadi di keluarga, kemampuan mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan (Depkes, 2006). Lima tugas kesehatan keluarga tersebut disesuaikan dengan kemampuan keluarga terhadap prinsip gizi seimbang. Salah satu tugas kesehatan keluarga adalah praktik diet keluarga. Tugas keluarga dalam praktik diet adalah menyediakan jenis dan jumlah makanan bagi anggota keluarga, mendorong semua anggota keluarga untuk menyimpan catatan makanan tiga hari yang bermanfaat dalam mengkaji kualitas dan kebutuhan gizi keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
14
2.2.2 Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, mulai memasuki kehidupan sekolah dan berakhir menjelang pubertas (Saifah, 2011). Anak usia sekolah dalam masa tumbuh kembang merupakan kelompok (agregat) berisiko terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah dikatakan kelompok berisiko (at risk) ketika anak memiliki kondisi biologis, psikologis, atau sanitasi leingkungan yang buruk, sehingga anak berisiko untuk mengalami gangguan fisik, kognitif, atau perkembangan psikososial (Maurer & Smith, 2005).
Pertumbuhan fisik anak usia sekolah sangat khas, yaitu pertumbuhan lambat dan stabil (Stanhope & Lancaster, 2004). Pertumbuhan fisik anak usia sekolah yang lambat menyebabkan kebutuhan kalori juga menurun pada saat sebelum memasuki usia remaja (Hockenberry & Wilson, 2009). Hal tersebut didukung oleh Saifah (2011) yang menyatakan pertumbuhan anak sekolah mengalami kelambatan, masukan dan nafsu makan menurun, sehingga anak usia sekolah berisiko mengalami masalah gizi.
Selain pertumbuhan, perkembangan pada anak usia sekolah juga dapat menyebabkan risiko masalah gizi. Anak mulai mengembangkan hubungan sosial pada lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Kelompok teman sebaya merupakan salah satu agen sosialisasi terpenting pada kehidupan anak usia sekolah. Teman sebaya memberi pengaruh kuat untuk tidak bergantung pada orang tua. Selain dukungan yang baik, ikatan teman sebaya yang kuat juga terdapat sifat yang membahayakan. Tekanan teman sebaya dapat memaksa anak untuk mengambil risiko negatif (Hockenberry & Wilson, 2009). Salah satu pengaruhnya adalah pada pola makan. Pengaruh teman sebaya di sekolah akan menjadi lebih besar karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah dibanding dengan keluarga (Sulistyoningsih, 2011). Teman sebaya mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku anak usia sekolah dalam memilih makanan yang tidak sehat (Muscary, 2001).
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
15
2.3 Obesitas pada Anak Usia Sekolah Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Kral, 2001). Obesitas juga didefinisikan dengan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas IMT/U > 2 Standar Deviasi (WHO, 2005 dalam Kemenkes, 2012).
Tanda dan kriteria obesitas dapat dilihat secara klinis dan antropometris. Secara klinis penampilan fisik dari anak obesitas mudah dikenali karena mempunyai tanda dan gejala yang khas, antara lain wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi di dalam jaringan lemak. Cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan seorang anak mengalami obesitas atau tidak adalah dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT). IMT ditunjukkan dengan perhitungan berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (kg/m2), berkolerasi dengan lemak yang terdapat dalam tubuh (Syarif, 2002).
2.4 Gizi Seimbang 2.4.1 Konsep Gizi Seimbang Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. Pedoman gizi seimbang menggantikan slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 dan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi. Dengan mengimplementasikan pedoman tersebut diyakini bahwa masalah gizi beban ganda dapat teratasi (Kemenkes, 2014).
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
16
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat Pilar tersebut adalah (Kemenkes, 2014): Mengkonsumsi makanan beragam Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya, kecuali air susu ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai berusia enam bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan kaya vitamin, tetapi miskin kalori dan protein. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Melakukan Aktivitas Fisik Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang masuk ke dalam tubuh. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal Salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan yang sesuai tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
17
penyimpangan BB dari normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.
Gambar 2.1 Tumpeng Gizi Seimbang (Kemenkes, 2014)
2.4.2 Pesan Gizi Seimbang untuk Anak Sekolah a.
Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang, dan malam) bersama keluarga Anak dianjurkan makan secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan atau makan pagi, makan siang, dan makan malam untuk memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari. Anak juga dianjurkan selalu makan bersama keluarga untuk menghindarkan atau mengurangi mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi.
b.
Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya Ikan merupakan sumber protein hewani, sedangkan tempe dan tahu merupakan sumber protein nabati. Protein merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan sel atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk mengganti sel yang sudah rusak. Ikan selain sebagai sumber protein juga sumber asam lemak tidak jenuh dan sumber mikroprotein sehingga konsumsi ikan dianjurkan lebih banyak daripada konsumsi daging.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
18
c.
Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan Sayuran hijau maupun berwarna selain sumber vitamin, mineral juga sebagai sumber serat dan senyawa bioaktif yang tergolong sebagai antioksidan. Buah juga merupakan sumber vitamin, mineral, serat dan antioksidan.
d.
Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah Apabila jam sekolah sampai sore atau setelah sekolah ada kegiatan yang berlangsung sampai sore hari, maka makan siang tidak dapat dilakukan di rumah. Makan siang di sekolah harus memenuhi syarat dari segi jumlah dan keragaman makanan. Oleh karena itu, bekal untuk makan siang sangat diperlukan. Dengan membawa bekal dari rumah, anak tidak perlu makan jajanan yang kadang kualitasnya tidak bisa dijamin. Disamping itu perlu membawa air putih karena minum air putih dalam jumlah yang cukup sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.
e.
Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan, dan makanan selingan yang manis, asin, dan berlemak Mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan saat ini sudah menjadi kebiasaan terutama oleh masyarakat perkotaan. Sebagian besar makanan cepat saji adalah makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak yang tidak baik bagi kesehatan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan harus sangat dibatasi.
f.
Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur Setelah makan ada sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi. Sisa makanan tersebut akan dimetabolisme oleh bakteri dan menghasilkan metabolit berupa asam, yang dapat menyebabkan terjadinya pengeroposan gigi. Membiasakan membersihkan gigi setelah makan adalah upaya yang baik untuk menghindari pengeroposan atau kerusakan gigi.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
19
g.
Hindari merokok Merokok merupakan kebiasaan dan bukan merupakan kebutuhan, seperti halnya makan atau minum. Oleh karena itu, kebiasaan merokok dapat dihindari kalau ada upaya sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang lain (perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok berakibat tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-paru dan kesehatan reproduksi.
2.4.3 Pola Makan Sehat sesuai Gizi Seimbang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola merupakan sistem; cara kerja. Sedangkan makan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan memasukkan makanan ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya. Jadi pola makan dapat diartikan sebagai cara atau usaha dalam mengatur kegiatan makan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Menurut Kemenkes RI (2012) Pola konsumsi makan adalah susunan makanan yang biasa dimakan mencakup jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang/penduduk dalam frekuensi dan jangka waktu tertentu. Pola makan adalah karakteristik kegiatan yang berulang kali dalam memenuhi kebutuhan akan makan termasuk macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari serta cara memilih makanan (Sulistyoningsih, 2011). Menurut Batissini (2005) pola makan adalah segala sesuatu mengenai frekuensi konsumsi makanan, kebiasaan makan, konsumsi minuman, ukuran porsi, dan kualitas makanan sehari-hari. Anak usia sekolah mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, anak harus memiliki pola makan yang sehat untuk menunjang aktivitasnya.
Pola makan yang sehat berpengaruh positif pada diri anak seperti menjaga kesehatan, serta mencegah atau membantu menyembuhkan penyakit. Pedoman pola makan sehat untuk masyarakat secara umum yang paling baru diperkenalkan adalah “Gizi Seimbang Bangsa Sehat Berprestasi”. Slogan tersebut memiliki arti gizi seimbang menjadi syarat mutlak atau hal penting untuk mewujudkan generasi
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
20
atau bangsa yang sehat, cerdas, berprestasi, unggul bersaing sehingga menjadi perhatian dan disegani bangsa-bangsa lain dalam persahabatan global (Kemenkes, 2014).
Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk kelompok umur 7-9 tahun dan anak usia sekolah 10-12 tahun (Kemenkes, 2014): Tabel 2.1 Jumlah Porsi menurut Kecukupan Energi untuk Anak Usia Sekolah Bahan Makanan Nasi
Anak Usia 7-9 tahun 1850 kkal 4½p
Anak Usia 10-12 Tahun Laki-laki Perempuan 2100 kkal 2000 kkal 5p 4p
Sayuran
3p
3p
3p
Buah
3p
4p
4p
Tempe
3p
3p
3p
Daging
2p
2½p
2p
Susu
1p
1p
1p
Minyak
5p
5p
5p
Gula
2p
2p
2p
Keterangan: 1.
Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2.
Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3.
Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4.
Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5.
Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6.
Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7.
Susu sapi 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8.
Minyak 1 porsi = 1 sendok teh = 5 gr = 50 kkal
9.
Gula 1 porsi = 1 sendok makan = gr = 50 kkal
*) p : porsi
Jadwal makan yang ideal dijalankan agar mempunyai pola makan yang baik adalah lima kali dalam sehari, yaitu sarapan pagi, kudapan siang, makan siang, kudapan sore, dan makan malam (Markum dkk, 2002). Pola makan ini membagi porsi makan yang dianjurkan dalam panduan gizi seimbang (PGS) menjadi lima kali. Pembagian ini bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk terus
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
21
mencerna makanan dan menyerap nutrisi dari makanan dan merubahnya menjadi energi agar tubuh tidak kekurangan energi saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Pola makan lima kali sehari sangat cocok untuk diterapkan pada anak usia sekolah dalam usaha untuk penekanan aktivitas jajan anak, karena pola makan lima kali sehari akan membuat anak terus merasa kenyang dan membuat anak menjadi tidak jajan. Apabila pola makan tiga kali sehari, ketika anak merasa lapar maka anak akan memenuhinya dengan jajanan.
Almatsier (2002) menyatakan bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal. Kelebihan energi terjadi apabila melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan dalam hal jenis karbohidrat, lemak maupun protein, tetapi juga karena kurang gerak.
2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Obesitas 2.5.1 Pengkajian Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat
ini, tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
22
keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan
kesehatan
dilakukan
pada
seluruh
anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut, panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status gizi pada anak usia sekolah dapat dilakukan dengan menghitung nilai indeks massa tubuh (IMT) anak, kemudian membandingan nilai IMT dengan grafik IMT/U berdasarkan Standar WHO 2005 (Kemenkes, 2012). Tabel 2.2 Indeks Massa Tubuh menurut Usia (IMT/U) Indeks Indeks Massa Tubuh
Kategori Status Gizi
Ambang Batas (z-score)
Kurus
< -2 Standar Deviasi (SD)
menurut Usia (IMT/U)
Normal
-2 SD s/d 1 SD
Anak Usia 5 – 18 tahun
Gemuk
>1 SD s/d 2 SD
Obesitas
>2 SD
2.5.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis
keperawatan
adalah
pernyataan
yang
menggunakan
dan
menggambarkan respon manusia (Potter & Perry, 2005). Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil pengkajian, dirumuskan melalui
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
23
analisa data. Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.5.3 Perencanaan Asuhan Keperawatan Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada keluarga. Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi. Di dalam perencanaan asuhan keperawatan terdapat dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan tersebut juga memuat kriteria hasil yang diharapkan pada pasien setelah dilakukan intervensi keperawatan. Pembuata kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measureable, Achievable, Realistic, dan Time-oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.
2.5.4 Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan. Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi kurang, dan triguna makanan.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
24
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua khususnya ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan orang tua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi balita. Peningkatkan pengetahuan ibu mengenai triguna makanan merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
2.5.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah. Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang berorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan
kesehatan
dilakukan
pada
seluruh
anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak M (41 tahun) dan Ibu M (44 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja. Keluarga Bapak M memiliki tiga orang anak laki-laki yaitu An. A (15 tahun), An. D (11 tahun), dan An. I (8 tahun). Keluarga Bapak M merupakan tipe keluarga
25
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
26
extended family dimana dalam satu rumah terdapat satu keluarga inti ditambah dengan anggota keluarga lain, yaitu Bapak M, Ibu M, An. A, An. D, An. I, dan Nenek E. Keluarga Bapak M merupakan penduduk baru di lingkungan RT 07 RW 03 Sukatani, baru sekitar 3 tahun. Sebelumnya keluarga tinggal di daerah Cengkareng dan Gondrong. Keluarga Bapak M memutuskan untuk pindah rumah karena menurut keluarga daerah Depok lebih aman untuk ditinggali dibandingkan daerah yang sebelumnya. Namun bulan Juli nanti keluarga Bapak M akan pindah tempat tinggal lagi ke kampung halaman Ibu M di Lampung karena lingkungan di sana lebih kondusif untuk mendidik anak-anaknya.
Keluarga Bapak M menganut agama Islam. Bapak M berasal dari suku Minang, Sumatera Barat. Sedangkan Ibu M berasal dari suku Jawa. Bapak M sudah sejak lahir tinggal di Jakarta, berbeda dengan Ibu M yang merantau ke Jakarta setelah usia 20 tahun. Bapak M merupakan lulusan SMK jurusan kelistrikan. Sedangkan Ibu M adalah lulusan sekolah dasar. Pertemuan pertama antara Bapak M dan Ibu M adalah di Cengkareng. Kemudian mereka memutuskan menikah pada tahun 1997.
Bapak M bekerja sebagai sopir taksi. Sedangkan Ibu M sudah tidak bekerja lagi sejak melahirkan An. A, dan sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bapak M tidak menentu. Pendapatan Bapak M dari hasil menjadi sopir taksi berkisar Rp 50.000 – Rp 80.000 per hari. Ibu M mengatakan penghasilan keluarga tersebut sebenarnya masih kurang untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari, namun Ibu M selalu berusaha untuk memaksimalkan apa yang ada.
Riwayat kesehatan saat ini pada keluarga Bapak M adalah Ibu M memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus sejak lima tahun yang lalu. Selain itu Ibu M juga mengidap kanker payudara dan telah dilakukan operasi untuk pengangkatan kanker di payudara sebelah kiri pada tahun 2013 lalu. Namun Ibu M tidak mengikuti instruksi dokter untuk menjalani kemoterapi. Ibu M merasa takut dengan efek kemoterapi yang selama ini dia dengar dari saudara dan tetangga. Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
27
Pada pertemuan pertama, dilakukan pemeriksaan fisik terhadap An. I. Hasil pengukuran berat badan (BB) An. I adalah 45 kg dengan usianya 8 tahun 5 bulan. Tinggi badan An. I adalah 136 cm. Dari hasil tersebut didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) An. I adalah 24,32. Menurut tabel antropometri IMT/U (Kemenkes, 2010) An. I termasuk dalam kategori obesitas, yaitu di atas 3 SD. An. I memiliki LiLA 25 cm dan lingkar perut 85 cm. Secara penampilan fisik, An. I memiliki wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, serta penis tampak kecil karena tersembunyi di dalam jaringan lemak.
An. I lahir normal dengan BB lahir 3900 gr dan panjang badan 51 cm. Menurut Ibu M, sejak bayi BB An. I memang sudah besar dan keturunan dari ayahnya. Ibu M mengatakan An. I memiliki kebiasaan banyak makan dalam sehari dengan tidak ada jadwal yang tetap, hanya saat An. I merasa lapar maka dia akan makan. Dalam sehari An. I mampu makan berat sebanyak lima kali. An. I memiliki nafsu makan yang besar. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya. An. I mengatakan makanan yang dia sukai adalah ayam goreng, telur, dan jengkol. An. I mengatakan tidak suka makan sayur dan buah. Buah yang dia suka hanya durian dan mangga. An. I juga tidak suka makan ikan. Ibu M mengatakan An. I sering makan mie instan dengan nasi, minimal satu kali dalam sehari. Ibu M biasanya memasak nasi, dan lauk pauk satu kali dalam sehari. Makanan yang dimakan pada pagi hari akan dimakan juga saat sore hari. Namun, An. I biasanya menolak makanan yang dimasak oleh Ibu M, dia lebih menyukai makan mie instan.
Kegiatan sehari-hari An. I adalah sekolah dan bermain bersama teman-teman di sekitar rumahnya. An. I sekolah pagi hari sampai sekitar jam 10.00 WIB. Sesampainya di rumah, An. I biasa langsung tidur karena merasa lelah. Setelah tidur siang An. I makan siang, lalu bermain dengan teman-temannya. Namun An. I tidak biasa mencuci tangan setelah bermain. Biasanya An. I mandi sore setelah Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
28
bermain. Ibu M mengatakan An. I belum mandi dengan benar. Tidak seluruh bagian tubuh tersiram air. Sehingga tidak jarang Ibu M memandikan An. I. Ibu M mengatakan An. I sering makan permen dan coklat. Ibu M mengatakan beberapa gigi An. I hitam dan berlubang. Ibu M tidak tahu mengenai karies gigi. Ibu M mengaku belum memberikan apa-apa untuk mengatasi gigi berlubang. Ibu M mengatakan An. I masih asal-asalan dalam gosok gigi.
Saat ditanya mengenai obesitas, keluarga Bapak M belum dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak sekolah dengan obesitas. Keluarga Bapak M juga belum menyadari keadaan An. I sebagai suatu masalah sehingga belum melakukan apa-apa.
Keluarga Bapak M selalu mendiskusikan setiap masalah yang ada di dalam keluarga secara bersama-sama. Komunikasi antara Bapak M dan Ibu M terlihat berjalan dengan baik ketika mahasiswa berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga adalah masalah gizi yang terjadi pada An. I dan persiapan pindah sekolah anak-anak mereka ke Lampung. Stresor jangka panjang yang dihadapi keluarga Bapak M adalah masalah kesehatan Ibu M yang menderita DM dan kanker payudara, serta kenakalan ketiga anaknya yang sulit diatur orang tua. Kedua hal tersebut terlihat sangat mempengaruhi Ibu M, sehingga Ibu M kesulitan untuk tidur malam karena stress memikirkan itu.
3.2 Diagnosis Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian keluarga yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik didapatkan data antara lain BB An. I adalah 45 kg dengan usianya 8 tahun 5 bulan. Tinggi badan An. I adalah 136 cm. Dari hasil tersebut didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) An. I adalah 24,32. Menurut tabel antropometri IMT/U An. I termasuk dalam kategori obesitas, yaitu di atas 3 SD. An. I memiliki LiLA 25 cm dan lingkar perut 85 cm. Secara penampilan fisik, An. I memiliki wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
29
yang berlipat-lipat, serta penis tampak kecil karena tersembunyi di dalam jaringan lemak. An. I lebih suka makan mie instan dibandingkan masakan yang dibuat Ibu M. Dalam sehari An. I mampu makan berat sebanyak lima kali. An. I memiliki nafsu makan yang besar. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya.
Ibu M mengatakan An. I sering makan permen dan coklat. Ibu M mengatakan beberapa gigi An. I hitam dan berlubang. Ibu M tidak tahu mengenai karies gigi. Ibu M mengaku belum memberikan apa-apa untuk mengatasi gigi berlubang. Ibu M mengatakan An. I masih asal-asalan dalam gosok gigi. Ibu M mengatakan belum pernah ke puskesmas untuk merawat gigi An. I. Ibu M mengatakan sudah beberapa gigi An. I yang tanggal. Tampak beberapa gigi Anak I berlubang.
Dari
data-data
tersebut
dapat
ditegakkan
diagnosis
keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I, dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak M adalah ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I.
Definisi ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrient yang melebihi kebutuhan tubuh (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini terdapat satu diantara tanda-tanda berikut, yaitu (a) berat badan di atas 20% dari berat badan ideal untuk tinggi badan dan kerangka tubuh, (b) lipatan otot trisep >15 mm pada pria, (c) makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (misal ansietas), dan (d) makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal (misal situasi sosial).
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak enam kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
30
nutrisi An.I dengan adekuat. (1) Tujuan khusus 1, keluarga mampu mengenal masalah obesitas dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi obesitas, menyebutkan 3 dari 4 penyebab obesitas, menyebutkan 5 dari 7 tanda gejala obesitas, dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah obesitas. (2) Tujuan khusus 2, keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah obesitas dengan mampu menyebutkan 4 dari 6 akibat obesitas, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah obesitas. (3) Tujuan khusus 3, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah obesitas dengan mampu menyebutkan 2 dari 3 cara mengatasi masalah obesitas, menyusun jadwal menu seimbang, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan, menyebutkan jumlah makanan yang dibutuhkan dalam satu kali makan. (4) Tujuan khusus 4, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah obesitas pada anak dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara modifikasi lingkungan, melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi obesitas. (5) Tujuan khusus 5, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi masalah obesitas dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah obesitas pada anak usia sekolah. Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian obesitas, penyebab obesitas, tanda gejala obesitas, serta akibat dari obesitas. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan obesitas. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami obesitas. Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi obesitas, yaitu dengan memberikan informasi mengenai gizi seimbang, cara pemilihan bahan makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan yang sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan jadwal makan anak, dan penyusunan jadwal aktivitas anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
31
gizi seimbang. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga untuk mengatasi obesitas anak. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan secara rutin.
Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah pengaturan pola makan pada anak. Pengaturan pola makan yang dimaksud adalah makan sesuai jadwal yang ditetapkan dan dengan porsi yang tepat, tidak berlebihan. Mahasiswa menjelaskan porsi yang sesuai dengan usia An. I dan mencontohkan langsung seperti apa porsi yang tepat menggunakan food model dan makanan asli. Keluarga diminta untuk melakukan demonstrasi ulang penyiapan porsi tersebut. Kemudian mahasiswa bersama keluarga menyusun menu makan gizi seimbang dengan porsi yang tepat bagi An. I dalam sehari. Mahasiswa dan keluarga juga menyusun jadwal makan harian untuk An. I. Jadwal tersebut terbagi dalam lima waktu makan, yaitu makan pagi pukul 07.30, selingan pagi pukul 10.00, makan siang pukul 13.00, selingan sore pukul 15.30, dan makan malam pada pukul 18.30 WIB.
3.5 Evaluasi Keperawatan Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi dapat tercapai. Evaluasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan tingkat kemadirian keluarga.
Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An. I, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An. I menurun 4 ons, yaitu dari 45 kg menjadi 44,6 kg. Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu M mengatakan gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Ibu M mengatakan definisi obesitas adalah berat badan yang lebih dari normal. Ibu M mengatakan penyebab dari obesitas adalah kelebihan makan, kurang aktivitas, dan gangguan pencernaan. Ibu M mengatakan tanda dan gejala obesitas adalah tampak gemuk, BB berlebih, perherakan lamban, banyak makan, dan banyak tidur. Ibu M mengatakan An. I Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
32
terlihat gemuk, BB berlebih dan banyak makan seperti anak dengan obesitas. Ibu M mengatakan akibat dari obesitas adalah harga diri rendah, mudah sakit, darah tinggi, dan diabetes mellitus.
Ibu M mengatakan ingin merawat An. I dengan obesitas dengan cara mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu M mengatakan cara mengatasi obesitas yaitu dengan memberikan makanan menu seimbang, dan melakukan kegiatan jasmani. Ibu M mengatakan cara mengolah makanan yang baik adalah cuci tangan sebelum memasak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru dipotong, dan sayur jangan dimasak terlalu lama. Ibu M mengatakan cara memilih makanan yang baik adalah yang harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu, dan tidak berbau busuk. Ibu M juga telah berhasil membuat jadwal makan anak, dan menyebutkan porsi yang tepat untuk anak usia sekolah.
Ibu M mengatakan cara modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah obesitas adalah tidak menyediakan cemilan di rumah, konsistensi dari semua anggota keluarga, dan disiplin dalam pola makan. Ibu M mengatakan fasilitas kesehatan terdekat adalah puskesmas, klinik dokter, dan praktik bidan. Ibu M mengatakan manfaat ke pelayanan kesehatan adalah mendapat pemeriksaan kesehatan dan mendapat penyuluhan atau informasi kesehatan.
Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi seimbang dan obesitas. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab obesitas. Keluarga dapat menyebutkan 5 dari 7 tanda dan gejala dari obesitas. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 akibat obesitas bila tidak diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 cara perawatan masalah obesitas. Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak. Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
33
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk anak obesitas. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang
dapat
digunakan
untuk
penanganan
obesitas.
Keluarga
mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan obesitas.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bapak M berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan dengan keluarga menerima petugas perawat kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaat fasilitas kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
BAB 4 ANALISIS SITUASI & ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Profil Lahan Praktik Kecamatan Tapos memiliki tujuh kelurahan. Kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun. Puskesmas Kecamatan Tapos digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan Sukatani.
Luas wilayah Kelurahan Sukatani 4,74 km2 dengan jumlah rukun warga (RW) sebanyak 26 dan rukun tetangga (RT) sebanyak 184. Jumlah rumah tangga di Kelurahan Sukatani adalah 16.840 KK. Total penduduk adalah 57.941 jiwa, dengan pembagian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 28.789 orang laki-laki dan 29.152 orang perempuan. Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Sukatani adalah sebagai berikut 7.409 orang belum sekolah, 6.310 orang tidak tamat SD/sederajat, 5.176 orang tamat sekolah dasar (SD), 8161 orang tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), 21.437 orang tamat sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA), 3469 orang tamat akademik dan 6495 orang tamat perguruan tinggi. Fasilitas pendidikan atau sekolah yang terdapat di Sukatani terdiri dari 11 taman kanak-anak (TK), 11 SD, 5 SLTP, dan 2 SLTA. Sedangkan fasilitas kesehatan yang dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 1 balai pengobatan, 1 pos KB, dan 26 posyandu (BPS Kota Depok, 2013).
Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun warga (RW). RW 03 merupakan salah bagian wilayah dari Kelurahan Sukatani. Wilayah RW 03 terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07. Jumlah kader yang aktif sebanyak 12 orang. Mayoritas penduduk di RW 03 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.
34
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
35
Keadaan pemukiman di RW 03 cukup padat, dengan mayoritas perumahan merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada sebagian rumah. Tidak ada tempat pembuangan sampah umum, dan sebagian warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya. Biasanya warga membakar sampah rumah tangganya di belakang rumah masing-masing. Terdapat beberapa penjual sayur yang berjualan di RW 03. Di lingkungan RW 03 juga cukup banyak warung-warung yang menjual jajanan untuk anak sekolah.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 03 adalah praktik dokter, praktik bidan, posyandu, dan posbindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap satu kali dalam sebulan. RW 03 memiliki satu posyandu yang terdapat di RT 07. Jumlah anak usia sekolah di lingkungan RW 03 Sukatani adalah 190 anak. Dari hasil pengkajian mahasiswa pada keluarga kelolaan (18 keluarga) didapatkan 40% anak susah makan, 82,30% anak tidak suka makan sayur, 82,30% anak tidak membawa bekal ke sekolah, 47% anak lebih banyak jajan, 29,40% anak tidak makan bersama keluarga, 47,10% anak tidak memiliki jadwal makan, 82,30% ibu tidak membuat cemilan untuk anaknya, serta 47,10% ibu membiarkan anaknya jajan sembarangan. Selain itu, didapatkan data 50% anak memiliki status gizi normal, 22% anak kurus, 11% anak gemuk, dan 17% anak obesitas.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP Gaya hidup pada masyarakat perkotaan menjadi salah satu akar masalah obesitas. Gaya hidup yang dimaksud adalah pada pola makan masyarakat perkotaan yang sebagian besar terbiasa makan makanan cepat saji dan makanan instan, yang cenderung terlalu banyak mengandung lemak, protein, gula, garam, namun sedikit serat (Alwi, et al, 2010;
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
36
Kemenkes, 2014). Hal tersebut ditambah pula dengan sifat anak sekolah yang selektif terhadap makanan, dan cenderung mempunyai makanan favorit (Stanhope & Lancaster, 2004).
An. I mengatakan makanan yang dia sukai adalah ayam goreng, telur, dan jengkol. An. I mengatakan tidak suka makan sayur dan buah. Buah yang dia suka hanya durian dan mangga. An. I juga tidak suka makan ikan. Ibu M mengatakan An. I sering makan mie instan dengan nasi, minimal satu kali dalam sehari. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya. Ibu M biasanya memasak nasi, dan lauk pauk satu kali dalam sehari. Makanan yang dimakan pada pagi hari akan dimakan juga saat sore hari. Namun, An. I biasanya menolak makanan yang dimasak oleh Ibu M, dia lebih menyukai makan mie instan.
Masalah obesitas yang terjadi di RW 03 Kelurahan Sukatani teridentifikasi sekitar 17% dari jumlah anak usia sekolah yang terdapat di wilayah RW 03. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan gaya hidup yang terjadi di RW 03. Hal tersebut terlihat dari data-data 40% anak susah makan, 82,30% anak tidak suka makan sayur, 82,30% anak tidak membawa bekal ke sekolah, 47% anak lebih banyak jajan, 29,40% anak tidak makan bersama keluarga, 47,10% anak tidak memiliki jadwal makan, 82,30% ibu tidak membuat cemilan untuk anaknya, serta 47,10% ibu membiarkan anaknya jajan sembarangan (n = 18).
Jadwal makan yang ideal dijalankan agar mempunyai pola makan yang baik adalah lima kali dalam sehari, yaitu sarapan pagi, kudapan siang, makan siang, kudapan sore, dan makan malam (Markum dkk, 2002). Pola makan ini membagi porsi makan yang dianjurkan dalam panduan gizi seimbang (PGS) menjadi lima kali. Pembagian ini bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan tubuh untuk terus mencerna makanan dan
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
37
menyerap nutrisi dari makanan dan merubahnya menjadi energi agar tubuh tidak kekurangan energi saat melakukan aktivitas sehari-hari.
Pola makan lima kali sehari sangat cocok untuk diterapkan pada anak usia sekolah dalam usaha untuk penekanan aktivitas jajan anak, karena pola makan lima kali sehari akan membuat anak terus merasa kenyang dan membuat anak menjadi tidak jajan. Apabila pola makan tiga kali sehari, ketika anak merasa lapar maka anak akan memenuhinya dengan jajanan.
Ibu M mengatakan An. I memiliki kebiasaan banyak makan dalam sehari dengan tidak ada jadwal yang tetap, hanya saat An. I merasa lapar maka dia akan makan. Dalam sehari An. I mampu makan berat sebanyak lima kali. An. I memiliki nafsu makan yang besar. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya.
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi pada populasi anak sekolah di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah gizi pada anak sekolah sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan anak sekolah. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar terhadap status gizi anak sekolah. Keluarga mempumyai peranan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak.
4.3 Analisis Intervensi Pengaturan Pola Makan sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
38
Anak usia sekolah mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, anak harus memiliki pola makan yang sehat untuk menunjang aktivitasnya. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi anak (Depkes RI, 2010).
Menurut penelitian Saifah (2011), keluarga memiliki peran besar terhadap perilaku gizi anak, semakin besar peran keluarga akan semakin baik perilaku gizi anak. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Friedman, Bowden, dan Jones (2003) bahwa keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya, menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dari anggota keluarga. Hal ini berarti keluarga memiliki pengaruh dan penentu keberhasilan atau kegagalan anak dalam pola makannya.
Pengaturan pola makan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang, jadwal makan, dan porsi yang sesuai untuk anak usia sekolah. Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan berdasarkan pemeriksaan antropometri, penimbangan berat badan, Anak I mengalami penurunan berat badan sebanyak 4 ons. Saat ini Anak I masih berada pada status nutrisi obesitas.
Intervensi mengenai pengaturan pola makan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang diterima oleh anak tidak melebihi dari yang dibutuhkan tubuh. Hal tersebut diungkapkan Almatsier (2002) bahwa keseimbangan energi dicapai bila energi yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan sama dengan energi yang dikeluarkan. Keadaan ini akan menghasilkan berat badan ideal atau normal. Kelebihan energi terjadi apabila melalui
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
39
makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh. Akibatnya, terjadi berat badan lebih atau kegemukan.
Intervensi pengaturan pola makan tersebut diawali dengan menjelaskan pengertian gizi seimbang dan penyusunan menu gizi seimbang. Setelah itu, mahasiswa menjelaskan porsi yang sesuai dengan usia An. I, seperti yang terdapat pada Tabel 2.1 (halaman 20) mengenai jumlah porsi, dan mencontohkan langsung seperti apa porsi yang tepat menggunakan food model dan makanan asli. Keluarga diminta untuk melakukan demonstrasi ulang penyiapan porsi tersebut. Kemudian mahasiswa bersama keluarga menyusun menu makan gizi seimbang dengan porsi yang tepat bagi An. I dalam sehari. Mahasiswa dan keluarga juga menyusun jadwal makan harian untuk An. I. Jadwal tersebut terbagi dalam lima waktu makan, yaitu makan pagi pukul 07.30, selingan pagi pukul 10.00, makan siang pukul 13.00, selingan sore pukul 15.30, dan makan malam pada pukul 18.30 WIB. Jadwal tersebut telah disepakati bersama oleh An. I dan keluarga Bapak M.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan Aktivitas fisik merupakan salah satu cara untuk mengatasi obesitas. Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh. Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan yang masuk ke dalam tubuh (Kemenkes, 2014).
Kurniasih dkk (2010) mengatakan bahwa aktifitas santai yang diikuti dengan makan berlebihan akan menyebabkan kegemukan. Hal ini didukung oleh pendapat Edelman dan Mandle (2010) yang menyatakan aktifitas fisik yang kurang dapat Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
40
mendukung terjadi berat badan lebih. Sulistyoningsih (2011) juga menyatakan bahwa obesitas pada anak karena asupan energi yang masuk tidak seimbang dengan aktivitas fisik yang kurang.
Banyak cara untuk meningkatkan aktivitas fisik pada anak sekolah. Aktivitas fisik yang menyehatkan pada anak usia sekolah baik bermain maupun olahraga seperti sepak bola, bola basket, voli, bulutangkis, bersepeda. Permainan tradisional juga perlu dihidupkan kembali seperti permainan petak umpet, galasin, loncat tali, dan lain-lain (Saifah, 2011).
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Perilaku dan pola hidup masyarakat perkotaan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya obesitas. Perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar berakibat pada pergeseran pola makan masyarakat dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat dan serat menjadi pola makan barat dengan komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam, dan mengandung sedikit serat.
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya di RW 03, bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki anak usia sekolah dengan masalah obesitas. Berdasarkan pengkajian pada awal praktik didapatkan 17% anak usia sekolah mengalami obesitas (n =18).
Asuhan keperawatan keluarga dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada anak sekolah sebagai upaya untuk dapat memperbaiki status gizi anak sekolah. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga Bapak M, khususnya An. I. Tanda-tanda obesitas yang terdapat pada An I antara lain wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, serta penis tampak kecil karena tersembunyi di dalam jaringan lemak (Syarif, 2002). Dari data-data pengkajian tersebut dapat ditegakkan diagnosis ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I.
Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait obesitas pada anak usia sekolah adalah dengan pengaturan pola makan yang memperhatikan
40
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
41
jadwal dan porsi yang dibutuhkan oleh anak sekolah. Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada anak sekolah. Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi anak sekolah.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada keluarga Bapak M dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An. I, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An. I menurun 4 ons, yaitu dari 45 kg menjadi 44,6 kg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak M saat ini berada pada tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak M melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
5.2 Saran 5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi anak usia sekolah dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah obesitas pada anak usia sekolah agar disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampaian informasi dapat berjalan optimal. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan anak usia sekolah yang berisiko tinggi memiliki masalah gizi melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah obesitas pada anak sekolah.
5.2.2 Keluarga Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang gizi anak usia sekolah melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan, memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi. Keluarga diharapkan dapat memberikan makanan yang bervariasi dengan menu seimbang setiap harinya pada anak yang terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah dengan memperhatikan selera makan anak. Keluarga juga diharapkan memperhatikan pola makan anak, mulai dari jadwal makan sampai dengan porsi yang dimakan oleh anak, jangan sampai berlebihan dari Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
42
kebutuhan tubuh anak sekolah. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan anak usia sekolah dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi anak usia sekolah.
5.2.3 Masyarakat/Kader Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada anak usia sekolah dalam kegiatan posyandu, atau kegiatan lain seperti arisan RT/RW dan pengajian di lingkungan RW. Kader diharapkan melakukan kontrol berat badan tidak hanya pada anak balita, tetapi juga pada anak usia sekolah, yang terpusat di posyandu. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait masalah gizi yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Sukatani. Adanya pencatatan tentang masalah anak usia sekolah dengan obesitas tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah gizi dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing: promoting and protecting the public health. Sixth edition. Philadelphia: Lippincott Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. (2010). Community health nursing: promoting and protecting the public health. Seventh edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Almatsier, S. (2002). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Alwi I, Simadibrata K. M, Setiati S., Setiyohadi B., Sudoyo Aru W. (2010). Buku Ajar Ilmu penyakit dalam (Jilid III Ed. V). Jakarta: Interna Publishing Anderson, E.T., & McFarlane, J. (2000). Community as partner: theory and practice in nursing. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Batissini. (2005). Pola makan anak dan remaja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka BPS Kota Depok. (2013). Kecamatan Tapos dalam angka tahun 2013. Depok: BPS Kota Depok BKKBN. (2013). Profil kependudukan dan pembangunan di Indonesia tahun 2013. Jakarta: BKKBN Budiyanti. (2011). Analisis faktor penyebab obesitas pada anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 14 kota Semarang. Tesis FIK UI Carpenito, L.J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC Cullen, K.W., Baranowski, T., Rittenberry, L., Olvera, N. (2000). Socialenvironmental influences on children’s diets: results from focus group with African, Euro and Mexican-American children and their parents. Health Education, Res, 15, 581-590 Depkes. (2006). Pedoman keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas). Jakarta: Depkes RI Edelman, C.L., & Mandle, C.L. (2010). Health promotion throughout the life span. Seventh edition. St.Louis, Missouri: Mosby Friedman, M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2003). Family nursing: research, theory & practice. Fifth edition. New Jersey: Person Education Inc. Gills & Bar. (2003).
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Helvie, C.O. (1998). Advanced practice nursing in the community. United States of America: Sage Publications Inc. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essentials of pediatric nursing. Eight edition. St.Louis: Mosby Elsevier Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kaakinen, J.R., Duff, V.G., Coehlo, D.P., Hanson, S.M.H. (2010). Family health nursing: theory, practice, and research. Fourth edition. Philadelphia: F.A. Dafis Company Kemenkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta: Kemenkes RI Kemenkes. (2012). Pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah. Jakarta: Kemenkes RI Kemenkes. (2014). Pedoman gizi seimbang. Jakarta: Kemenkes RI Kral, J.G. (2001). Morbidity of severe obesity. Journal of Surgical Clinical North American, 81, 1039-1041 Kurniasih, D., Hilmansyah, H., Astuti, M.P., Imam, S. (2010). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. Fifth edition. Philippine: Argonauta Corporation Markum, dkk. (2002). Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Maurer, F.A. & Smith, C.M. (2005) Community public health nursing practice: health for families and populations. Third edition. McMurray, A. (2003) Community health and wellness a socioecological approach. Second edition. Australia: Mosby Muscary, M.E. (2001). Advanced pediatric clinical assessment: skill and procedures. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik, volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Riskesdas. (2010). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI Riskesdas. (2013). Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kemenkes RI Saifah, A. (2011). Hubungan peran keluarga, guru, teman sebaya, dan media massa dengan perilaku gizi anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Mabelopura kota Palu. Tesis FIK UI Sartika, R.A.D. (2011). Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1, Juni 2011: 37-43 Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and puclic health nursing. Sixth edition. St.Louis: Mosby Inc. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu Syarkawi. (2008). Pembentukan kepribadian anak: peran moral, emosional, dan sosial sebagai wujud integritas membangun jati diri. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
PENGKAJIAN KELUARGA A. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga
: Bapak M
2. Pekerjaan
: Sopir Taksi
3. Alamat
: RT 07 RW 03 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Depok
4. Komposisi keluarga: No
Nama
JK
Hub.dgan KK
Umur
Pendidikan
1.
Bapak M
L
Kepala keluarga
41 tahun
SMK
2.
Ibu M
P
Istri
44 tahun
SD
3.
An. A
L
Anak kandung
15 tahun
SMP
4.
An. D
L
Anak kandung
11 tahun
SD
5.
An. I
L
Anak kandung
8 tahun
SD
6.
Nenek E
P
Ibu kandung
68 tahun
SD
Genogram: 6
1
2
3
Keterangan genogram : 1. Bapak M (41 tahun)
4
5
Keterangan :
laki-laki
2. Ibu M (44 tahun) 3. An. A (15 tahun)
perempuan
4. An. D (11 tahun) 5. An. I (8 tahun) 6. Nenek E (68 tahun)
entry point meninggal
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Ket
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Keterangan :
Bapak M merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Bapak M tidak memiliki riwayat sakit tertentu. Bapak M merasa dirinya sehat dan tidak memiliki keluhan sakit apa-apa. Terkadang Bapak M hanya merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai bekerja, dan istirahat agar badannya kembali fit.
Ibu M merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Ibu M memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus sejak lima tahun yang lalu, dan kanker payudara. Ibu M telah menjalani operasi pengangkatan kanker payudara kirinya pada tahun lalu.
An. A merupakan anak pertama dari keluarga Bapak M. An. A memiliki riwayat penyakit flek paru saat ia kecil. Imunisasi tidak lengkap.
An. D merupakan anak kedua dari keluarga Bapak M. An. M juga memiliki riwayat imunisasi tidak lengkap.
An. I merupakan anak ketiga dari keluarga Bapak M, dan menjadi entry point dalam asuhan keperawatan keluarga. An. I memiliki riwayat imunisasi tidak lengkap. Sejak bayi BB An. I cukup besar. Saat ini An I mengalami masalah obesitas.
Nenek E merupakan ibu kandung dari Bapak M. Nenek E memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Namun saat ini dia merasa sehat, tidak memiliki keluhan apa-apa.
5. Tipe keluarga Keluarga Bapak M merupakan tipe keluarga extended family dimana di dalam satu rumah terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak M, Ibu M, An. A, An. D, dan An. I, serta ditambah dengan anggota keluarga lain, yaitu Nenek E.
6. Latar belakang budaya Keluarga Bapak M mempunyai latar belakang budaya campuran. Bapak M berasal dari Sumatera Barat sedangkan Ibu M berasal dari Lampung yang bersuku Jawa. Ibu M sejak kecil tinggal di Lampung, namun setelah usia 20 tahun memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbeda dengan Bapak M yang sejak kecil telah lahir dan menetap di Jakarta. Ibu M mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga.
7. Agama Keluarga Bapak M menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak M maupun Ibu M tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian di RT
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
dikarenakan pekerjaan Bapak M yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu M yang harus menjaga serta mengurus ketiga anaknya.
8. Status sosial ekonomi Bapak M memiliki pekerjaan sebagai sopir taksi. Sedangkan Ibu M sudah tidak bekerja lagi
sejak melahirkan An. A, dan sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bapak M tidak menentu. Pendapatan Bapak M dari hasil menjadi sopir taksi berkisar Rp 50.000 – Rp 80.000 per hari. Ibu M mengatakan penghasilan keluarga tersebut sebenarnya masih kurang untuk memenuhi semua kebutuhan sehari-hari, namun Ibu M selalu berusaha untuk memaksimalkan apa yang ada. 9. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Bapak M jarang pergi berekreasi bersama karena pekerjaan Bapak M cukup menyita waktu. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa dilakukan adalah berkunjung ke rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah.
Keluarga Bapak M lebih sering
menghabiskan waktu makan bersama di rumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 10. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Bapak M saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga remaja, dimana anak pertama Bapak M yaitu An. A saat ini berumur 15 tahun.
11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga remaja meliputi menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, menfokuskan hubungan perkawinan, serta berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak. Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak-anak. Hal ini terlihat dari An. A yang terlihat kurang komunikasi dengan Ibu M dan Bapak M.
12. Riwayat kesehatan keluarga inti Bapak M telah lama tinggal dan menetap di Jakarta bersama orang tuanya, meskipun dia berasal dari suku Minang. Ibu M merupakan pendatang baru di Jakarta dan merantau untuk mencari pekerjaan. Ibu M berasal dari Lampung. Pertemuan pertama antara Bapak M dan Ibu M adalah di
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Cengkareng. Mereka kemudian berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk berpacaran dan kemudian menikah pada tahun 1997. Pada tahun 1999 lahir An. A, lalu tahun 2003 lahir An. D, dan tahun 2006 lahir An. I.
Bapak M mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak M mengaku tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Bapak M menyadari pentingnya menjaga kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.
Ibu M mengatakan telah menderita diabetes sejak 5 tahun yang lalu. Ibu M juga mengatakan dia mengidap kanker payudara. Dia telah dioperasi pengangkatan payudara kiri sekitar satu tahun yang lalu. Namun Ibu M tidak mau mengikuti kemoterapi karena dia takut setelah mendengar cerita-cerita tetangga dan saudara mengenai efek kemoterapi. Ibu M mengatakan saat ini timbul lagi benjolan di payudaranya. Ibu M belum melakukan pengobatan lanjutan terkait kankernya ini.
13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Baik orang tua dari Ibu M maupun Bapak M tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, maupun diabetes mellitus. Ibu M mengatakan ayah dan ibunya tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat hingga saat ini. Bapak M dan Ibu M telah menikah selama 17 tahun. Bapak M mengatakan dirinya tidak memiliki keluhan penyakit, namun pada saat masih kecil Bapak M pernah dibawa berobat karena memiliki kepala dan perut yang besar namun kaki tangan kecil.
C. Lingkungan 14. Karakteristik rumah Tipe rumah Bapak M adalah bangunan permanen dengan status rumah milik pribadi. Rumah Bapak M memiliki 5 bagian, yaitu bagian untuk kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga untuk menonton televisi, dapur, serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Bapak M mengatakan jarak septic tank dengan sumber air sekitar 15 meter. Rumah Bapak M juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya digunakan untuk menjemur pakaian. Lantai rumah terbuat dari ubin dan keramik. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah di belakang rumah yang sampahnya dibakar jika sudah banyak. Keadaan rumah kurang tertata rapih karena Ibu M sedang sakit, tidak ada yang merapihkan rumah. Sirkulasi udara juga kurang baik karena jendela jarang dibuka.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Denah rumah:
Keterangan: : jendela : pintu
: pintu
Ruang Tamu
Ruang Keluarga Kamar Tidur
Kamar Mandi
Dapur
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: Keluarga Bapak M merupakan pendatang baru di lingkungan tempat mereka tinggal sekarang. Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Jawa sehingga keluarga Bapak M mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu dari tetangga Ibu M tampak sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak M tampak harmonis. Lingkungan RT tempat tinggal keluarga Bapak M merupakan lingkungan yang cukup padat, dan memiliki kegiatan RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian, arisan dan lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 10 orang sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.
16. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bapak M awalnya tinggal di Cengkareng selama empat tahun. Kemudian keluarga Bapak M pindah ke daerah Gondrong dan tinggal di sana selama 10 tahun. Keluarga Bapak M baru pindah ke Sukatani sekitar tiga tahun yang lalu. Keluarga Bapak M memutuskan untuk
pindah rumah karena menurut keluarga daerah Depok lebih aman untuk ditinggali dibandingkan daerah yang sebelumnya. Bapak M sejak kecil tinggal di rumah orang tua yang
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
berada di Cengkareng. Sedangkan Ibu M sebelum menikah tinggal di rumah orang tua yang berada di Lampung kemudian merantau ke Jakarta. Bapak M biasa beraktivitas di luar rumah dari pagi sampai malam hari karena tuntutan pekerjaannya sebagai sopir taksi. Bahkan tidak jarang Bapak M baru pulang ke rumah saat tengah malam. Ibu M saat ini tidak bekerja dan kegiatan sehari-hari Ibu M adalah mengurus anak-anak di rumah.
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Bapak M tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang usianya masih kecil mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul di rumah. Menurut Ibu M saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil menonton televisi dan bermain bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu M mengaku tidak mengikuti pengajian dan arisan di lingkungan RT maupun RW dikarenakan belum terlalu mengenal masyarakat sekitar dan terlalu sibuk mengurus anak-anak. Begitu pula dengan Bapak M lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja di luar rumah dan jarang bergaul dengan tetangga sekitar rumah. Anakanak Ibu M cukup baik dalam berinteraksi dengan sekitarnya karena di daerah rumah Ibu M banyak anak seusia An. I. Ibu M menjalin silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama lain.
18. Sistem pendukung sosial keluarga Keluarga Bapak M, yaitu kakak-adik Bapak M yang tinggal di Jakarta siap membantu bila dibutuhkan.
D. Struktur Keluarga 19. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak M adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah maka akan diselesaikan bersama. Ibu M mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan menanyakan pendapat Bapak M terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi permasalahan. Baik Bapak M maupun Ibu M sama-sama dekat dengan ketiga anaknya, dan sering berkomunikasi ketika waktu senggang.
20. Struktur kekuatan keluarga Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak M selaku kepala keluarga. Namun terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak M maka Ibu M yang mengambil keputusan terutama bila terkait urusan anak. Hal tersebut terjadi bila Bapak M sedang tidak ada di rumah dan terkait keseharian anak-anak yang lebih banyak dengan Ibu M.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
21. Struktur peran Bapak M adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan. Peran sebagai pencari nafkah utama keluarga pun telah dapat dijalankan oleh Bapak M dengan baik meskipun dengan penghasilan yang tidak terlalu besar. Ibu M sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya.
22. Nilai, norma dan budaya Keluarga Bapak M tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak M maupun Ibu M berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari keseharian keluarga. Bapak M mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang dianut keluarga Bapak M adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh Bapak M mengaku mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Sementara Ibu M menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma keluarga yang bertentangan dengan kesehatan secara umum.
E. Fungsi Keluarga 23. Fungsi afektif Ibu M mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak M dan Ibu M saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas satu sama lain. Ibu M terlihat memberikan perhatian kepada Bapak M, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ibu M, yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena Ibu M lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Namun bila Ibu M sedang ada urusan dan pergi, Bapak M yang menjaga anak-anak dan Bapak M terlihat cukup sabar mengurus anak-anak. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masing-masing.
24. Fungsi sosialisasi Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bapak M mengatakan sering mengajak anak-anak bermain dan berjalan-jalan bila ada waktu senggang. Sosialisasi anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti kegiatan yang ada di RW tetapi Ibu M mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An. I banyak memiliki
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumah.
25. Fungsi perawatan kesehatan Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada An. I, Ibu M mengatakan berat badan An. I sangat susah untuk turun sejak dulu karena nafsu makan An. I yang besar. An. I lebih menyukai memakan makanan selingan dibandingkan dengan makanan pokok. Ibu M mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai kebutuhan anak. Ibu M mengatakan selalu menyediakan makanan selingan seperti biskuit dan wafer untuk An I. Ibu M mengatakan An. I lebih menyukai memakan mie instan ditambah dengan nasi. Ibu M mengatakan belum melakukan apa-apa untuk mengatasi BB An. I yang terus bertambah. Ibu M mengatakan An. I memiliki kebiasaan banyak makan dalam sehari dengan tidak ada jadwal yang tetap, hanya saat An. I merasa lapar maka dia akan makan. Ibu M mengatakan dalam sehari An. I mampu makan berat sebanyak lima kali. An. I memiliki nafsu makan yang besar. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya.
Bapak M mengatakan tidak memiliki keluhan apa-apa dan selama ini merasa cukup sehat. Bapak M terkadang hanya merasa kecapean atau pegal-pegal setelah bekerja. Kemudian istirahat untuk menghilangkannya. Di sisi lain Ibu M memiliki keluhan masalah kesehatan. Ibu merasa lemas, mulut pahit, pusing, serta tampak lidah Ibu M pucat, putih. Setelah diperiksakan ke dokter, Ibu M terdiagnosa tipus. Ibu M menolak untuk dirawat di rumah sakit karena trauma dan khawatir mengenai biaya.
F. Stress dan Koping Keluarga 26. Stressor Jangka Panjang Kondisi kesehatan Ibu M merupakan stresor jangka panjang bagi keluarga. Ibu M mengatakan dia sangat memikirkan penyakitnya. Dia takut DM dan kanker yang dideritanya kambuh. Akibatnya Ibu M sangat sulit untuk tidur.
27. Stressor Jangka Pendek Ibu M mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah mengenai pendidikan ketiga anaknya. Keluarga Ibu M berencana pindah ke kampung halaman Ibu M di Lampung karena lingkungan di sana dianggap lebih aman untuk mendidik anak. Saat ini Ibu M harus mengurus kepindahan sekolah ketiga anaknya. Ibu M harus mengurusnya sendiri karena
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Bapak M sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Karena hal tersebut, Ibu M terlihat stress dan banyak pikiran. Ibu M mengatakan beberapa hari ini dia tidak bisa tidur.
28. Koping yang Digunakan Untuk stresor jangka panjang, koping yang dilakukan keluarga adalah me Untuk stresor jangka pendek, koping yang digunakan keluarga adalah mencoba meminta tolong keluarga terdekat di Lampung untuk membantu mengurus kepindahan sekolah ketiga anaknya.
G. Harapan keluarga terhadap perawat Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga sehingga keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.
H. Pemeriksaan Fisik Jenis
Bapak M
Ibu M
An. A
An. D
An. I
pemeriksaan Suhu
36,5 oC
36 oC
36,4 oC
36 oC
37,0 oC
Nadi
76 x/menit
72 x/menit
80 x/menit
84 x/menit
86 x/menit
RR
20 x/menit
20 x/menit
22 x/menit
24 x/menit
24 x/menit
TD
120/80 mmHg
110/80 mmHg
100/70 mmHg
90/60 mmHg
100/70 mmHg
BB
60 kg
46 kg
40 kg
35 kg
45 kg
TB
160 cm
150 cm
150 cm
138 cm
136 cm
Kepala
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
penyebaran
penyebaran
penyebaran
rambut tipis
penyebaran
rambut merata, rambut merata,
rambut merata,
agak
rambut merata,
rambut lurus
rambut lurus
rambut lurus
kemerahan
rambut lurus
hitam
hitam, agak
hitam
hitam
rontok Mata
Telinga
konjungtiva
konjungtiva
konjungtiva
Konjungtiva
Konjungtiva
tidak anemis,
tidak anemis,
tidak anemis,
tidak anemis,
tidak anemis,
pupil bulat
pupil bulat
pupil bulat
pupil bulat
pupil bulat
isokor
isokor
isokor
isokor
isokor
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan, bersih
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Hidung
Mulut dan gigi
Leher
Dada/thorax
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
bersih
bersih
bersih
bersih
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
keluhan, tidak
keluhan, tidak
keluhan, tidak
keluhan, tidak
keluhan, tidak
ada sekret
ada sekret
ada sekret
ada sekret
ada sekret
gigi masih
gigi masih
gigi utuh,
gigi utuh,
terdapat 3 gigi
utuh dan
utuh dan
terdapat
terdapat
yang
lengkap
lengkap
sedikit karies
sedikit karies
mengalami
gigi
gigi
karies
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
pembesaran
pembesaran
pembesaran
pembesaran
pembesaran
kelenjar getah
kelenjar getah
kelenjar getah
kelenjar getah
kelenjar getah
bening
bening
bening
bening
bening
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
pembesaran,
pembesaran,
pembesaran,
pembesaran,
pembesaran,
ronkhi (-),
ronkhi (-) dan
ronkhi (-) dan
ronkhi (+) dan
ronkhi (-) dan
wheezhing (-)
wheezhing (-)
wheezhing (-)
wheezhing (-)
wheezhing (-)
S1 & S2
S1 & S2
S1 & S2
S1 & S2
S1 & S2 normal
normal
normal
normal
normal
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
keluhan
keluhan
keluhan, BU
keluhan, BU
keluhan, BU (+)
(+)
(+)
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan,
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan,
keluhan, turgor
turgor kulit
turgor kulit
turgor kulit
turgor kulit
kulit normal
normal
normal
normal
normal
ANALISA DATA No. 1.
Data DS: Ibu M mengatakan BB An. I sejak lahir sudah cukup besar Ibu M mengatakan An. I lebih menyukai memakan mie
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
2.
instan ditambah dengan nasi Ibu M mengatakan belum melakukan apa-apa untuk mengatasi BB An. I yang terus bertambah Ibu M mengatakan An. I memiliki kebiasaan banyak makan dalam sehari dengan tidak ada jadwal yang tetap, hanya saat An. I merasa lapar maka dia akan makan. Ibu M mengatakan dalam sehari An. I mampu makan berat sebanyak lima kali. An. I memiliki nafsu makan yang besar. Ibu M juga mengatakan porsi yang dimakan An. I cukup banyak dibanding anak seusianya. An. I mengatakan makanan yang dia sukai adalah ayam goreng, telur, dan jengkol. An. I mengatakan tidak suka makan sayur dan buah. Buah yang dia suka hanya durian dan mangga An. I juga tidak suka makan ikan. Ibu M mengatakan An. I sering makan mie instan dengan nasi, minimal satu kali dalam sehari. Ibu M biasanya memasak nasi, dan lauk pauk satu kali dalam sehari. Makanan yang dimakan pada pagi hari akan dimakan juga saat sore hari. An. I biasanya menolak makanan yang dimasak oleh Ibu M, dia lebih menyukai makan mie instan.
DO: BB An. I 45 kg, TB: 136 cm, Usia : 8 tahun 5 bulan IMT An. I = 24,32 IMT/U di atas 3SD, kategori obesitas LiLA 25 cm An. I nampak gemuk, wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat, serta penis tampak kecil karena tersembunyi di dalam jaringan lemak DS: Ibu M mengatakan An. I sering makan permen dan coklat Ibu M mengatakan beberapa gigi An. I hitam dan berlubang Ibu M tidak tahu mengenai karies gigi Ibu M mengaku belum memberikan apa-apa untuk mengatasi gigi berlubang Ibu M mengatakan An. I masih asal-asalan dalam gosok gigi
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS Ibu M mengatakan belum pernah ke puskesmas untuk merawat gigi An. I Ibu M mengatakan sudah beberapa gigi An. I yang tanggal DO: Tampak beberapa gigi Anak I berlubang dan kehitaman
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
SKORING MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada aktual An. I ditandai dengan badan An. I yang gemuk, berat badan An. I 45 kg tinggi badan 136 cm, umur 8 tahun. IMT= 24,32. IMT/U obesitas Kemungkinan 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Keluarga sudah berusaha masalah untuk untuk mengatasi masalah ini diubah: mudah dengan selalu melarang An. I makan banyak. Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan masalah untuk telah berlangsung cukup lama. dicegah: tinggi Namun usia An. I yang masih muda, dapat diubah tergantung dari pola asuh orang tua, terutama Ibu M Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa masalah : masalah pada An. I harus segera segera ditangani. ditangani Total 5
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Ibu M mengatakan An. I Aktual masih asal-asalan dalam
menggosok gigi. Tampak beberapa gigi An. I hitam dan berlubang. An. I mengatakan suka jajan permen dan coklat. Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian Potensi masalah untuk
1
2
2
3
2
1
1/2 x 2 = 1
2/3 x 1 = 2/3
Keluarga belum melakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah Masalah sering terjadi berulang kali dan sudah cukup
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS dicegah: cukup Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
2
2
1
2/2 x 1 = 1
lama Keluarga mengatakan bahwa masalah pada An. I harus segera ditangani.
3 2/3
PRIORITAS MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I 2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait kebersihan diri An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan: karies gigi pada keluarga Bapak M khusus An. I
Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2 minggu keluarga Bapak M terutama An. I mampu memelihara kesehatan dengan efektif
Tujuan Tujuan khusus Kriteria Setelah pertemuan 4 x 45 menit, keluarga mampu : 1.Mengenal karies gigi pada anggota keluarga Respon dengan : Verbal a. Menjelaskan pengertian karies gigi Respon Verbal b. Menyebutkan penyebab karies gigi
Respon Verbal
c. Menyebutkan tanda/gejala karies gigi
Evaluasi Standar
Intervensi
Karies gigi adalah kerusakan 1..1 Jelaskan pada keluarga gigi berupa gigi berlubang tentang pengertian karies gigi. karena lapisan atas gigi 1..2 Anjurkan keluarga untuk (email) rusak akibat asam mengungkapkan kembali yang terjadi sebagai hasil pengertian karies gigi pembusukan sisa makanan. 1..3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga. 4 dari 6 Penyebab karies gigi adalah 1. Malas gosok gigi 1.2.2 Diskusikan dengan keluarga 2. Menggosok gigi tidak penyebab terjadinya karies bersih gigi. 3. Sering makan makanan 1.2.3 Anjurkan keluarga untuk yang manis seperti menyebutkan kembali permen, coklat dan es penyebab karies gigi. cream. 1.2.4 Jelaskan kembali penyebab 4. Makan terlalu panas atau karies gigi dengan bahasa yang terlalu dingin lebih sederhana jika keluarga 5. Kuman atau bakteri belum mencapai standar yang 6. Sisa makanan di gigi. ditentukan. 1.2.5 Beri reinforcement positif atas 3 dari 5 tanda/gejala karies jawaban yang diberikan kel. gigi :
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Verbal 2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat karies gigi pada anggota keluarga : a. Menjelaskan akibat karies gigi.
Respon verbal.
b.
Mengambil keputusan merawat anggota keluarga dengan karies gigi
3. Keluarga mampu
1. Gigi berlubang dan berwarna coklat sampai hitam. 2. Gigi terasa sakit 3. Gusi bengkak dan berwarna merah 4. Gusi berdarah 5. Nafas bau busuk
1.3.1 Jelaskan pada keluarga tanda tanda karies gigi. 1.3.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya. 1.3.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang tanda-tanda karies gigi yang telah di jelaskan. 1.3.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga 1.3.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
4 dari 6 akibat dari karies gigi: 1. Gigi mudah patah 2. Nafsu makan menurun 3. Infeksi mulut dan anggota 2.1.1 Beri penjelasan kepada badan yang lain. keluarga tentang akibat karies 4. Menyerang saraf gigi 5. Dapat menyebabkan 2.1.2 Beri kesempatan keluarga lumpuh untuk bertanya. 6. Penglihatan kabur. 2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali Keluarga mengatakan akibat jika karies gigi tidak merawat karies gigi pada ditangani. anggota keluarga. 2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
Respon
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
2.2.1 Gali pendapat keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS merawat karies gigi verbal pada anggota keluarga dengan : a. Menjelaskan cara perawatan karies gigi
Redemonst rasi
Cara-cara merawat karies gigi: 1. Biasakan menggosok gigi dari kecil. 2. Gosok gigi dua kali sehari. 3. Kurangi makan makanan yang merusak gigi.. 4. Makan makanan yang menyehatkan gigi (buah, sayur, ikan laut, daging dan susu). 5. Jika sakit gigi, maka perawatannya : - Kumur-kumur dengan air garam hangat. - Jika gusi bengkak kumur-kumur dengan air rebusan sirih. - Minum obat pereda rasa sakit seperti antalgin. - segera ke dokter gigi jika sakitnya tidak tertangani.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
bagaimana cara merawat karies gigi pada anggota keluarga yang telah dilakukan. 2.2.2 Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan merawat karies gigi pada anggota keluarga dengan tepat. 2.2.3 Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga.
Gunakan tehnik coaching 3.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan karies gigi. 3.1.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali apa yang telah disampaikan. 3.1.3 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga belum mampu mengungkapkan sesuai dengan standar. 3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS b. Setelah kunjungan selama 1x45, keluarga mampu: Mendemonstrasikan cara merawat karies gigi pada anggota keluarga.
Respon afektif
c. Merawat karies gigi pada anggota keluarga
Merawat karies gigi pada anggota keluarga: Cara menggosok gigi yang benar: 1. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluoride. 2. Gunakan sikat gigi berbulu halus dan rata. 3. Berkumur-kumur sebelum menggosok gigi. 4. Sikatlah semua permukaan gigi pada rahang atas dan bawah dengan gerakan maju mundur atau gerakan atas bawah selama 2 menit. 5. Lakukan masing-masing permukaan gigi sebanyak 8 gerakan. 6. Setelah semua permukaan disikat kumurlah dengan air bersih. Kunjungan tidak terencana Keluarga melakukan perawatan karies gigi
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat karies gigi pada anggota keluarga. 3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan. 3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih memerlukan. 3.2.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
4. Keluarga mampu memodifikasi Respon lingkungan yang untuk verbal merawat Karies gigi. a. Menyebutkan modifikasi lingkungan yang dalam merawat karies gigi.
Respon afektif b. Melakukan modifikasi lingkungan untuk merawat karies gigi
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan dan sosial untuk merawat anggota keluarga dengan karies gigi. Respon a. Menyebutkan verbal fasilitas kesehatan
Modifikasi lingkungan dalam merawat karies gigi : 1. Setiap anggota keluarga 3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga memiliki sikat gigi dalam merawat karies gigi sendiri. pada anggota keluarga 2. Mengingatkan anak untuk 3.3.2 Beri reinforcement positif atas sikat gigi secara teratur. usaha keluarga. 3. Sikat gigi di simpan dalam posisi tegak. 4. Periksa gigi setiap 6 bulan sekali. Kunjungan tidak terencana Kepada keluarga m elakukan modifikasi lingkungan merawat karies gigi.
Diskusikan dengan keluaraga cara memodifikasi lingkungan untuk merawat karies gigi Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali hal yang telah di diskusikan. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.
Fasilitas kesehatan dan sosial 4.2.1 Evaluasi kemampuan keluarga yang dapat digunakan dalam memodifikasi keluarga untuk menangani lingkungan dalam merawat
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS yang tersedia.
karies gigi pada anggota keluarga 1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 3. Dokter praktik 4. Praktik swasta lainnya
b. Menyebutkan Respon manfaat fasilitas verbal kesehatan.
karies gigi pada anggota keluarga. 4.2.2 Beri reinforcement positf atas perilaku yang positif yang telah dilakukan keluarga.
Manfaat fasilitas kesehatan: Memberi informasi/ tentang cara merawat karies gigi.
5.1.1
c. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Respon afektif & respon psikomotor ik
5.1.2 keluarga ke fasilitas kesehatan/sosial untuk membawa anggota merawat 5.1.3 karies gigi. 5.2.1
5.2.2 5.2.3
5.2.4
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang digunakan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan karies gigi. Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan digunakan. Beri pujian atas pilihan keluarga. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga manfaat fasilitas kesehatan. Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan. Beri pujian atas jawaban
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS yang diberikan keluarga. 5.3.1 5.3.2
5.3.3
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kes. Evaluasi penyalahgunaan fasilitas kesehatan oleh keluarga. Beri reinforcement positif jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimban gan nutrisi: lebih dari kebutuhan pada An. I.
Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 minggu kebutuhan nutrisi adekuat di keluarga Bapak M terutama Anak I.
Tujuan Tujuan khusus Kriteria Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu : 1.Mengenal masalah obesitas dengan : Respon d. Menjelaskan Verbal pengertian obesitas
e. Menyebutkan penyebab obesitas
Respon Verbal
f. Menyebutkan tanda dan gejala obesitas Respon
Evaluasi Standar
Intervensi
Obesitas adalah kelebihan berat badan melebihi berat badan normal.
1..4 Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian obesitas. 1..5 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan kembali pengertian obesitas. 1..6 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga.
Penyebab obesitas adalah 7. Kelebihan makan 8. Kurangnya aktifitas 9. Gangguan saluran pencernaan. 10. Gangguan metabolisme.
1.2.6 Diskusikan dengan keluarga penyebab obesitas. 1.2.7 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab obesitas. 1.2.8 Jelaskan kembali penyebab obesitas dengan bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum mencapai standar yang ditentukan. 1.2.9 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan kel.
5 dari 7 Tanda dan gejala Lakukan Coaching dengan obesitas: keluarga untuk mengenali tanda-
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Verbal
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi obesitas pada anggota keluarga : c. Menjelaskan akibat terjadi bila obesitas tidak diatasi dengan Respon segera verbal
d.
Mengambil keputusan
6. 7. 8. 9.
Gemuk BB berlebih. Pergerakan lamban. Lingkar lengan lebih dari normal. 10. Lemak subkutan sangat tebal. 11. Banyak makan dan mengemil. 12. Lebih banyak tidur.
Akibat lanjut dan obesitas 1. Harga diri rendah 2. Gangguan hubungan sosial. 3. Mudah sakit 4. Darah tinggi 5. Diabetes mellitus 6. Penyakit jantung 7. Jamur pada daerah lipatan tubuh 8. Meninggal.
Keluarga
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
tanda obesitas: 1.3.6 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda & gejala obesitas. 1.3.7 Motivasi keluarga untuk mengulang kembali tanda dan gejala obesitas. 1.3.8 Bersama-sama keluarga identifikasi tanda & gejala obesitas yang dialami anggota keluarga. 1.3.9 Yakinkan keluarga tentang tandatanda obesitas dengan membandingkannya sesuai standar normal. 1.3.10 Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga. Konseling kepada keluarga tentang akibat obesitas. 2.1.5 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat lanjut dari obesitas 2.1.6 Beri kesempatan keluarga bertanya. 2.1.7 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali akibat jika obesitas tidak ditangani segera. 2.1.8 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
2.2.1 Tanyakam keinginan keluarga mengungkapkan untuk merawat anggota keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
mencegah obesitas menjadi bertambah berat
Respon verbal
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami obesitas dengan : d. Menjelaskan cara perawatan Respon anggota keluarga verbal dengan obesitas
keinginan untuk merawat dengan obesitas. anggota keluarga dengan 2.2.2 Motivasi keluarga untuk merawat obesitas. anggota keluarga dengan obesitas. 2.2.3 Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
Cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas 1. Memberikan makanan dengan susunan menu seimbang. 2. Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat. 3. Melakukan kegiatan jasmani.
e. Mendemonstrasikan cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas. Respon psikomotor
Cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas: penyusunan menu seimbang.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Konseling keluarga tentang perawatan obesitas. 3.1.1 Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi obesitas pada anggota keluarga yang sudah dilakukan. 3.1.2 Kaji pencapaian hasil dari cara yang sudah diterapkan. 3.1.3 Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi obesitas pada anggota keluarga dengan tepat 3.1.4 Beri reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Konseling kelurga tentang perawatan obesitas 3.2.1 Gali pengalaman keluarga dalam mengatasi obesitas. 3.2.2 Diskusikan dengan keluarga tentang cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas. 3.2.3 Kenali kepada keluarga bahan
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
makanan penukar yang mampu dijangkau keluarga. 3.2.4 Ajarkan keluarga cara menyusun menu yang memenuhi kecukupan nilai gizi sesuai tingkat perkembangan. 3.2.5 Modifikasi jumlah kalori jika sudah mengalami perbaikan atau jika kondisi tidak berubah.
3.3.1
Cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas: penyusunan menu seimbang.
3.3.2
3.3.3
3.3.4
3.3.5 3.3.6
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Demonstrasikan cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas yaitu menyusun menu seimbang dengan jumlah kalori yang sesuai. Bersama-sama keluarga buat dafta menu anggota keluarga selama 10 hari dengan susunan yang bervariasi. Memonitor berat badan dan antropometri lainnya setiap seminggu sekali Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan. Ulangi demonstrasi jika keluarga masih memerlukanya Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Lakukan Coaching pada keluarga tentang gerakan jasmani. 3.4.1 Latih keluarga gerakan jasmani untuk mengurangi obesitas. 3.4.2 Tingkatkan kemandirian keluarga. 3.4.3 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
Cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas: latihan 3.5.1 jasmani
Redemonstrasi 3.5.2
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mencegah / menangani Obesitas c. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk merawat obesitas.
Konseling keluarga: 4.1.1 Diskusikan dengan keluarga cara meningkatkan intake nutrisi pada anak anggota keluarga dengan obesitas. 4.1.2 Tanyakan kepada keluarga cara yang akan dipilih dalam memodifikasi lingkungan Cara memodifikasi untuk meningkatkan nasu lingkungan untuk merawat makan anak. obesitas. 4.1.3 Evaluasi keefektifan dari 1. Tidak menyediakan metode yang sudah dipilih cemilan di rumah. keluarga. 2. Tidak menyediakan gula 4.1.4 Beri penguatan jika metode di meja makan yang di pilih telah 3. Konsistensi dari semua menunjukkan hasil. anggota keluarga. 4.1.5 Jika belum ada perubahan dari 4. Disiplin dalam pola Melakukan perawatan obesitas.
Kunjungan tidak terencana
Respon verbal
Evaluasi usaha keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan obesitas. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
makan.
4.1.6 4.1.7
d. Melakukan modifikasi lingkungan dalam merawat anggota keluarga dengan obesitas.
metode yang dipilih, kaji ulang dan modifikasi tehnik yang telah dipilih. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga.
4.2.3 Evaluasi kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan guna mengatasi obesitas pada anggota keluarga. 4.2.4 Beri reinforcement positf atas perilaku yang positif yang telah dilakukan keluarga. Melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi obesitas.
5.1.4
Kunjungan tidak terencana 5.1.5
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi obesitas. a. Menyebutkan Respon fasilitas verbal kesehatan yang tersedia.
Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan keluarga untuk mengatasi obesitas pada anggota keluarga 1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 3. Dokter praktik 4. Pos Gizi
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
5.1.6
5.2.5
5.2.6
Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga dalam mengatasi obesitas pada anggota keluarga. Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan yang akan digunakan. Beri pujian atas pilihan keluarga. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
5.2.7 b. Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon Verbal
Manfaat fasilitas kesehatan: 1. Memberi informasi/ 5.2.8 tentang cara perawatan obesitas. 2. Memberi pengobesitasan 5.3.4 terhadap obesitas yang dialami anggota 5.3.5 keluarga. 5.3.6 Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan untuk membawa anggota keluarga periksa atau berobesitas
c. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Pada kunjungan tidak terencana
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
manfaat dan fasilitas kesehatan. Tanyakan kembali pada keluarga manfaat fasilitas kesehatan. Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kes. Evaluasi penggunaan fasilitas kesehatan oleh keluarga. Beri reinforcement positif jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Nama KK Nama Klien DIAGNOSA Ketidak seimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
: Bapak M : An. I WAKTU Jumat, 9 Mei 2014 Pukul 10:00 – 10:30 WIB
IMPLEMENTASI Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Melakukan pengkajian keluarga Mendiskusikan dengan keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan An. I Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An. I Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
EVALUASI S: Bapak M dan Ibu M menyetujui kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW 03 Bapak M dan Ibu M menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Bapak M dan Ibu M menyadari BB An. I yang berlebih Ibu M mengatakan An. I sering makan, dan lebih menyukai mie instan ditambah nasi dibandingkan dengan makan lauk pauk bikinan Ibu M Ibu M mengatakan An. I suka makan permen dan coklat Ibu M mengatakan beberapa gigi An. I berlubang dan hitam O: Keluarga Bapak M terlihat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik Bapak M dan Ibu M berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan pada mahasiswa Keluarga Bapak M nampak antusias dalam membicarakan masalah yang ada pada An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I teridentifikasi
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
Kamis, 14 Mei 2014 Pukul 10:1511:00 WIB
Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, TB An. I Melakukan pengkajian 24 hours food recall Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An. I Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga Mengundang keluarga Bapak M untuk mengikuti acara penyuluhan gizi seimbang Memberikan reinforcement positif atas usaha yang
P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 sampai 3 S: Ibu M mengatakan An. I memang memiliki BB yang cukup besar sejak masih bayi Ibu M menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Ibu M mengatakan nafsu makan An. I besar, namun lebih sering makan nasi denganmie instan Ibu M mengatakan An. I menyukai mie, ayam, telur, tahu, tempe namun tidak menyukai sayur dan buahbuahan Ibu M mengatakan bersedia untuk menuliskan makanan yang dimakan An. I selama satu hari Ibu M mengatakan An. I jarang sakit atau batuk Ibu M mengatakan belum pernah memeriksakan An. I terkait berat badannya ke pelayanan kesehatan O: Ibu M berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
dilakukan keluarga
mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan keluarga TD Ibu M 120/80 mmHg Nadi 76x/menit RR 20x/menit Suhu 36,5 oC BB : 46 kg TB : 155 cm TD An. A 120/80 mmHg Nadi 80x/menit RR 18 x/menit Suhu 36 oC BB : 50 kg TB : 160 cm Nadi An. I 84x/menit RR 22 x/menit Suhu 36 oC BB : 45 kg TB : 136 cm IMT : 24,32 > 2 SD: obesitas An S tampak gemuk, wajah yang membulat, pipi yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat Beberapa gigi An.I tampak hitam dan berlubang
A:
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Masalah ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teridentifikasi
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
Kamis, 21 Mei 2014 jam 11:1512:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Bapak M
TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gizi seimbang pada anak usia sekolah dan triguna makanan Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian dari obesitas Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari obesitas Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala anak usia sekolah dengan obesitas Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi
P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 sampai 3 S: Ibu M mengatakan memiliki banyak pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut pada anak-anaknya Ibu M menyadari pentingnya penanganan masalah kesehatan yang ada pada anak-anaknya O: Ibu M dapat menyebutkan definisi dari gizi seimbang pada anak usia sekolah Ibu M dapat menyebutkan definisi dari obesitas Ibu M dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala obesitas Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab obesitas Ibu M menyadari An. I mengalami obesitas dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala tubuh yang kelebihan zat gizi Ibu M dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat obesitas Ibu M memutuskan untuk merawat An. I yang
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
penyebab obesitas pada An. I Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala obesitas pada An. I Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An. I Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An. I Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari obesitas pada An. I Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah obesitas pada keluarganya Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami obesitas TUK 3: Menjelaskan cara perawatan obesitas Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan obesitas Dengan menggunakan food model, melakukan demonstrasi terkait triguna makanan
mengalami obesitas. Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi obesitas Ibu M dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya dan mendemonstrasikan melalui food model A: - TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1-3 Karies gigi - Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 obesitas
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
Jumat, 23 Mei 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Meminta keluarga untuk meredemonstrasi pembagian triguna makanan Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi TUK 3 obesitas TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan obesitas Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan obesitas Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan yang benar Mendemonstrasikan cara pembuatan nugget sayur yang benar Meminta keluarga untuk melakukan redemonstrasi Membuat jadwal makan bersama keluarga Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
S: Ibu M mengatakan An. I belum makan mie instan hari ini Ibu M mengatakan An. I sarapan bubur ayam tadi pagi Ibu M mengatakan biasanya mengolah makanan dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian dipotong-potong Ibu M mengatakan mencoba membuat makanan dengan mencampurkan sayuran di dalamnya, seperti membuat nugget sayur, atau telur ditambahkan dengan wortel O: Ibu M memutuskan untuk merawat An. I yang mengalami obesitas Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi obesitas Ibu M memiliki pengetahuan baik tentang cara yang benar dalam mengolah makanan Ibu M dapat mendemostrasikan cara pembuatan makanan (nugget sayur) yang benar
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Ibu M bersedia membuat jadwal makan bersama keluarga A: TUK 3 tercapai sebagian
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I
Rabu, 4 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan obesitas Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan obesitas Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan yang benar Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang tepat untuk anak Mengajarkan penyusunan menu dengan gizi seimbang yang tepat untuk anak Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai usia untuk An. I Memberikan reinforcement positif atas keputusan
P: - Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 S: Ibu M mengatakan keadaan dirinya kurang sehat, terasa lemas, dan tidak nafsu makan Ibu mengatakan keadaan An. I sehat Ibu M mengatakan biasanya menyajikan makanan yang ada pada An. I, hanya nasinya saja yang hangat Ibu M mengatakan ingin melakukan berbagai cara agar BB An. I berkurang dan menjaga porsi makannya O: Ibu M memutuskan untuk melakukan perawatan masalah obesitas pada An. I Ibu M dapat menyebutkan menyebutkan kembali cara pengolahan makanan yang benar Ibu M dapat menyebutkan penyusunan menu dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan dan manfaat jadwal makan bersama
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
yang telah diambil oleh keluarga
keluarga Ibu M dapat menyebutkan kembali porsi makan yang sesuai untuk An. I A: - TUK 3 tercapai
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An I
Kamis, 5 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 4 dan 5 obesitas TUK 4: Dengan menggunakan lembar balik : Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan obesitas Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara menyajikan makanan untuk anak dengan obesitas Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat
P: - Melakukan TUK 4 dan 5 S: Ibu M mengatakan baik dirinya dan An. I tidak memiliki keluhan Ibu M mengatakan An. I sudah makan sesuai porsi dan jadwalnya O: Ibu M memutuskan untuk memodifikasi lingkungan yang mendukung An. I Ibu M dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An. I Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An. I Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu M dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Ketidakefektif an pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I
Selasa, 10 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 1 – TUK 3
TUK 1: Mahasiswa dengan menggunakan leaflet selama 1 x 45 menit: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian karies gigi adalah kerusakan gigi berupa gigi berlubang karena lapisan atas gigi (email) rusak akibat asam yang terjadi sebagai hasil pembusukan sisa makanan. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya tentang materi yang telah disampaikan Menanyakan kembali tentang pengertian karies
A: TUK 4 dan 5 tercapai P: - Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5
S: Ibu M mengatakan Ibu M mengatakan mulai mengajak An H makan bersama dengan An S Ibu M mengatakan mulai menyediakan makanan yang hangat dengan menu gizi seimbang Ibu M mengatakan berharap berat badan An S dapat turun Ibu M mengatakan mulai memilih jajanan cemilan yang sehat sesuai dengan anjuran Ibu M mengatakan saat ini An. I tidak rutin sikat gigi 2x/hari terkadang hanya 1x/hari. Ibu M mengatakan ada 2 buah gigi yang karies yaitu pada geraham kanan bawah Anak I. O:
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
gigi Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab karies gigi adalah: a. Malas gosok gigi b. Menggosok gigi tidak bersih c. Sering makan makanan yang manis seperti permen, coklat dan es cream. d. Kuman atau bakteri e. Sisa makanan di gigi Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab karies gigi Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala karies gigi, yaitu : a. Gigi berlubang dan berwarna coklat sampai hitam. b. Gigi terasa sakit c. Gusi bengkak dan berwarna merah d. Gusi berdarah e. Nafas bau busuk Mendorong keluarga untuk mengidentifikasi penyebab karies gigi pada An. I Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi An. I Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada anak. Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga\ Memberikan positive reinforcement atas usaha
Ibu M dapat menjelaskan kembali pengertian karies gigi Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab karies gigi Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 5 tanda gejala karies gigi Ibu M mampu mengidentifikasi penyebab karies gigi pada An. I Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 akibat dari karies gigi Ibu M mampu menyebutkan cara perawatan dan pencegahan karies gigi An. I dapat mendemonstrasikan kembali cara menggosok gigi yang benar A: TUK 1 – 3 tercapai P: Melakukan TUK 4 dan 5 Menilai tingkat kemandirian keluarga
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
yang dilakukan keluarga. TUK 2 : Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari karies gigi jika tidak diatasi segera, yaitu: a. Gigi mudah patah b. Nafsu makan menurun c. Infeksi mulut dan anggota badan yang lain. d. Menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh dan penglihatan kabur Memberikan positive reinforcement atas jawaban keluarga dan keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan karies gigi. TUK 3 : Mendiskusikan bersama keluarga tentang cara merawat karies gigi: a. Biasakan menggosok gigi dari kecil. b. Gosok gigi dua kali sehari. c. Kurangi makan makanan yang merusak gigi. d. Makan makanan yang menyehatkan gigi (buah, sayur, ikan laut, daging dan susu). Jika sakit gigi, maka perawatannya : a. Kumur-kumur dengan air garam hangat. b. Minum obat pereda rasa sakit seperti antalgin. c. Segera ke dokter gigi jika sakitnya tidak
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Ketidakefektif an pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I
Jumat, 13 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
tertangani. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara merawat karies gigi di rumah. Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan cara menggosok gigi yang benar: a. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluoride. b. Gunakan sikat gigi berbulu halus dan rata. c. Berkumur-kumur sebelum menggosok gigi. d. Sikatlah semua permukaan gigi pada rahang atas dan bawah dengan gerakan maju mundur atau gerakan atas bawah selama 2 menit. e. Lakukan masing-masing permukaan gigi sebanyak 8 gerakan. f. Setelah semua permukaan disikat kumurlah dengan air bersih. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara menggosok gigi yang benar. Mengucapkan salam Menyampaikan tujuan/maksud kedatangan Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan TUK 4 dan TUK 5 TUK 4 : Mendiskusikan bersama dengan keluarga
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
tentang cara modifikasi lingkungan dalam merawat gigi : a. Setiap anggota keluarga memiliki sikat gigi sendiri. b. Mengingatkan anak untuk sikat gigi secara teratur. c. Sikat gigi di simpan dalam posisi tegak. d. Periksa gigi setiap 6 bulan sekali. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara modifikasi lingkungan dalam merawat karies gigi
TUK 5 : Mendiskusikan bersama dengan keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan, yaitu : a. Puskesmas b. Rumah Sakit c. Dokter praktik d. Praktik swasta lainnya Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan. Mendiskusikan bersama dengan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan: memberi informasi/ tentang cara merawat karies gigi dan mengobati. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
kembali manfaat fasilitas kesehatan. Memberikan positive reinforcement bahwa ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan apabila masalah karies gigi tidak dapat ditangani dengan perawatan di rumah. Kamis, 19 Juni 2014 Pukul 10:3011:15 WIB
Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai TUK 5 Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak M Persiapan terminasi
S: O: Ibu M dapat menyebutkan definisi dari obesitas dan Ibu M dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala obesitas dan karies gigi Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab obesitas dan karies gigi Ibu M dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat obesitas dan karies gigi Ibu M memutuskan untuk merawat An. I yang mengalami obesitas dan karies gigi Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi obesitas dan karies gigi Ibu M dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi obesitas Ibu M belum dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk An. I Ibu M dapat menyebutkan cara pengolahan
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
makanan dengan benar Ibu M memutuskan untuk memodifikasi lingkungan yang mendukung An. I dengan obesitas dan karies gigi Ibu M dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An. I Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An. I Ibu M dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu M dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan
A: Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II menjadi III
Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh pada An S
Jumat, 20 Juni 2014 Pukul 15:3016:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Terminasi Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit Memberikan reinforcement positif terhadap
P: Melakukan terminasi S: Ibu M mengatakan dirinya dan An. I merasa sehat Ibu M mengatakan berterima kasih atas kunjungan dan ilmu yang diberikan mahasiswa Ibu M mengatakan akan tetap melakukan hal-hal yang telah diberitahukan Ibu M mengatakan berat badan An. I turun 0,4 kg saat dilakukan penimbangan Ibu M mengatakan senang atas penurunan BB An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
pencapaian yang telah diraih keluarga
berkat usaha bersama Ibu M berharap keluarganya dapat terus sehat O: Ibu M berespon baik terhadap masukan yang diberikan Terjadi penurunan berat badan 0,4 kg pada An. I A: Masalah Obesitas teratasi Masalah karies gigi teratasi P: - Melaporkan hasil kunjungan kepada kader - Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan terhadap status gizi An. I
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS FORMAT EVALUASI SUMATIF Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh pada An. I No 1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
RESPON KELUARGA Keluarga menyebutkan definisi dari obesitas, yaitu kelebihan berat badan melebihi berat badan normal. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab obesitas, yaitu: 1 Kelebihan makan 2 Kurangnya aktifitas 3 Gangguan saluran pencernaan. Keluarga mampu menyebutkan 5 dari 7 tanda dan gejala obesitas, yaitu: 1 Gemuk 2 BB berlebih. 3 Pergerakan lamban. 4 Lingkar lengan lebih dari normal. 5 Lemak subkutan sangat tebal Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 8 akibat obesitas jika tidak diatasi, yaitu: 1 Harga diri rendah 2 Gangguan hubungan sosial. 3 Mudah sakit 4 Darah tinggi 5 Diabetes mellitus 6 Penyakit jantung Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 cara perawatan masalah obesitas, yaitu: 1 Memberikan makanan dengan susunan menu seimbang. 2 Membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat. 3 Melakukan kegiatan jasmani Keluarga dapat menyusun menu seimbang Keluarga mampu mendemontrasikan pemberian makan sesuai porsi dengan gizi yang seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan anak Keluarga dapat mendemonstrasikan cara pengolahan makanan dengan benar
HASIL Ya Tidak √
√
√
√
√ √ √
√
Keluarga mampu mendemonstrasikan
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
Modifikasi intervensi
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS pengaturan jadwal makan pada anak 10) 11)
12) 13)
14)
15)
Keluarga mampu mengajak anak untuk latihan jasmani Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk obesitas, yaitu memodifikasi makanan dengan: 1 Tidak menyediakan cemilan di rumah. 2 Tidak menyediakan gula di meja makan 3 Konsistensi dari semua anggota keluarga Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi obesitas Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan obesitas, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah obesitas Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan obesitas, yaitu: puskesmas, RS, dan dokter praktek. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
√ √
√
√
√
√
√
Diagnosa 2: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. L No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi Ya Tidak 1 Keluarga mampu menyebutkan pengertian karies gigi yaitu kerusakan gigi berupa gigi berlubang karena lapisan √ atas gigi (email) rusak akibat asam yang terjadi sebagai hasil pembusukan sisa makanan. 2 Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 penyebab karies gigi. Penyebab: 1. Malas gosok gigi 2. Menggosok gigi tidak bersih √ 3. Sering makan makanan yang manis seperti permen, coklat dan es cream.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
3
4
5
6
7
8
9
4. Makan terlalu panas atau terlalu dingin Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 tanda/gejala karies gigi: 1. Gigi berlubang dan berwarna coklat sampai hitam 2. Gigi terasa sakit 3. Gusi bengkak dan berwarna merah Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 akibat karies gigi bila tidak diatasi 1. Gigi mudah patah 2. Nafsu makan menurun 3. Infeksi mulut Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan karies gigi: 1. Biasakan menggosok gigi dari kecil. 2. Gosok gigi dua kali sehari. 3. Kurangi makan makanan yang merusak gigi Keluarga mampu mendemonstrasikan cara menggosok gigi yang benar: 7. Pakailah pasta gigi yang mengandung fluoride. 8. Gunakan sikat gigi berbulu halus dan rata. 9. Berkumur-kumur sebelum menggosok gigi. 10. Sikatlah semua permukaan gigi pada rahang atas dan bawah dengan gerakan maju mundur atau gerakan atas bawah selama 2 menit. 11. Lakukan masing-masing permukaan gigi sebanyak 8 gerakan. 12. Setelah semua permukaan disikat kumurlah dengan air bersih. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah karies gigi 1. Setiap anggota keluarga memiliki sikat gigi sendiri. 2. Mengingatkan anak untuk sikat gigi secara teratur. 3. Periksa gigi setiap 6 bulan sekali Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi karies gigi
√
√
√
√
√
√
Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
10
11
untuk pemeriksaan gigi, perawatan/pengobatan karies gigi, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah karies gigi Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 3 fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan karies gigi, yaitu: puskesmas, RS, dan dokter praktek. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan karies gigi
√
√ √
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS TINGKAT KEMANDIRIAN Nama keluarga
: Bapak M
Alamat
: RT 07 RW 03 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos.
KESIMPULAN: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin
di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:
Kriteria Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
Ya √
Keluarga mengungkapk an masalah kesehatan yang dialami secara benar
√
Tidak
Pembenaran Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga, anggota keluarga selalu menerima kedatangan mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga Bapak M, terutama Ibu M dan Nenek E selalu menghentikan sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu M dan Nenek E juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Anak I juga terlihat antusias setiap kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut mendengarkan proses interaksi. Keluarga juga menerima masukan dari mahasiswa dengan menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa. Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga menjawab pertanyaan dengan jujur. Keluhan kesehatan yang diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Menurut keluarga, keberadaan mahasiswa bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang manajemen kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada.
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
√
Keluarga melakukan tindakan pencegahan
√
Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif
√
Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 2 masalah keperawatan yang ada, yaitu nutrisi lebih (obesitas) pada An. I, dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait karies gigi pada An. I. Selama intervensi keluarga diberikan oleh mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan. Setiap diskusi, Ibu M tampak antusias untuk mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga, misalnya saat Ibu M memasak makanan kesukaan anak, memodifikasi menu makan anak, dan memberikan makanan yang bergizi. Ibu M mendiskusikan tentang pemilihan menu makanan dan porsi yang tepat untuk An. I. Ibu M juga telah menyusun jadwal makan untuk An. I. Dari dua diagnosa keperawatan yang ditemukan, dua diagnosa telah diselesaikan. Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya: Memasak dan menyediakan makanan kesukaan anak Tidak menyediakan mie instan untuk An. I Mengambilkan makan untuk An. I sesuai porsi yang tepat Mengurangi An. I untuk makan yang manis-manis, seperti permen dan coklat Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan secara aktif, karena : Belum dapat menyediakan lingkungan yang sesuai untuk masalah obesitas Belum mengurangi jajan makanan yang kurang memiliki nilai gizi Belum dapat mengajak lingkungan sekitar untuk menerapkan gizi seimbang
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 7 JADWAL DAN MENU MAKANAN KELUARGA BAPAK M PKKMP KOMUNITAS
Jadwal dan Menu Makanan Waktu Makan
Bahan Makanan
Makan Pagi (07.30 WIB)
Selingan Pagi (10.00 WIB)
Makan Siang (13.00 WIB)
Selingan Sore (15.30 WIB)
Makan Malam (18.30 WIB)
Pengaturan pola ..., Rio Alfian Pradana, FIK UI, 2014