HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG NUTRISI SEIMBANG DENGAN POLA MAKAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD ISLAM AL-AZHAR 9 KEMANG PRATAMA BEKASI Yuli Pramita Sari 1, Hening Pujasari 2 1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok – 16424 2. Dosen Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok – 16424 E-mail:
[email protected]
Abstrak Masalah mengenai nutrisi pada anak usia sekolah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Penelitian ini membahas hubungan antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif. Sampel penelitian berjumlah 243 siswa yang terdiri dari kelas 3, 4, dan 5 di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 15 pernyataan tentang tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dan 20 pernyataan mengenai pola makan sehari-hari. Melalui hasil analisis chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi (p=0,052; α=0,05). Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk orang tua agar memperhatikan pola makan dalam keluarga, khususnya anak. Kata kunci: nutrisi seimbang; pola makan; usia sekolah
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEVELS KNOWLEDGE ABOUT BALANCED NUTRITION AND EATING PATTERN OF SCHOOL-AGED CHILDREN IN ALAZHAR ISLAMIC ELEMENTARY SCHOOL 9 KEMANG PRATAMA BEKASI Abstract Nutrition problem on school-age children is increasing every year. The aim of the study was to investigate the relationship between levels knowledge about balanced nutritional and eating pattern of school-aged children. Descriptive correlative design was used in this study. The study samples were amounted to 243 school-age children 3rd, 4th, and 5th grade in Al-Azhar Islamic Elementary School 9 Kemang Pratama Bekasi, using stratified random sampling method. The study was used questionnaires which consists of 15 questions about balanced nutrition levels of knowledge and 20 questions about daily eating pattern for its instrument. The study found that there was no relation between balanced nutritional levels of knowledge with eating pattern of schoolage children in Al-Azhar Islamic Elementary School 9 Kemang Pratama Bekasi (p=0,052; α=0,05). It is recommended to parents to be more concern about family eating pattern, especially children. Keywords: balanced nutrition; eating pattern; school-aged
Pendahuluan Anak yang dikategorikan ke dalam usia sekolah yaitu anak-anak yang rentang usianya 6 sampai 12 tahun (Potter & Perry, 2005). Periode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
masa kanak-kanak, dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz 2009). Pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut jika terlambat tiba di sekolah, menyebabkan anak-anak sering menyimpang dari kebiasaan makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji, 2003). Ketika memasuki awal usia sekolah, rasa suka dan tidak terhadap suatu makanan mulai terbentuk dan berlanjut sampai masa pertengahan usia sekolah. Akan tetapi, ketika memasuki masa akhir usia sekolah kecenderungan terhadap suatu pilihan makanan mulai berakhir dan anak-anak mulai merasakan banyak makanan yang beragam. Berbeda dengan umur sebelumnya yang masih bergantung pada orang tua yang masih menyediakan makanan, pada usia ini anak mulai memiliki rasa untuk memutuskan secara mandiri makanan yang ingin mereka makan (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz 2009). Anak lebih aktif memilih makanan yang disukai. Pada usia sekolah anak membutuhkan asupan nutrisi yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya karena anak lebih banyak melakukan aktivitas fisik. Sebelum ke sekolah anak perlu makan pagi yang cukup untuk menghindari penurunan kadar gula darah dan untuk memudahkan dalam menerima pelajaran. Anak usia sekolah juga perlu mempersiapkan berbagai perubahan hormonal yang akan terjadi saat menjelang remaja (Potter & Perry, 2005). Menurut penelitian Deni & Dwiriani (2009), sebanyak 40% anak usia sekolah memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah, 43.8% anak memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang, dan hanya 16.2% anak yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi. Anak biasanya mempunyai kebiasaan jajan makanan tinggi kalori yang rendah serat. Tersedianya restoran siap saji, pengaruh media massa, dan godaan keberagaman makanan “junk food” yang sangat besar, memudahkan anak untuk mengonsumsi makanan rendah kalori, di mana tubuh membutuhkan lebih banyak energi untuk membakar makanan tersebut dari pada energi yang diterima, seperti gula, zat tepung, dan lemak yang berlebihan (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Kebiasaan pola makan yang tinggi kalori dan rendah serat seperti itu akan sangat berbahaya bagi kesehatan anak.
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji ternyata menimbulkan masalah baru karena makanan siap saji umumnya mengandung lemak, karbohidrat, dan garam yang cukup tinggi, tetapi kandungan vitamin larut air dan seratnya sedikit. Bila konsumsi makanan jenis ini berlebih akan menimbulkan masalah gizi lebih yang merupakan faktor risiko beberapa penyakit degeneratif yang saat ini menempati urutan pertama penyebab kematian. Menurut penelitian Srivastava, Mahmood, M Srivastava1, Shrotriya1 & Kumar (2011) ditemukan angka malnutrisi dan underweight tertinggi pada kelompok usi 6 sampai 12 tahun (anak usia sekolah). Sebanyak 51,8% anak usia sekolah mengalami gangguan nutrisi menurut penelitian mereka. Pola makan yang tinggi kalori ini bertolak belakang dengan kebutuhan gizi yang meningkat pada masa akhir usia sekolah. Peningkatan gizi dibutuhkan untuk persiapan menuju pertumbuhan remaja. Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan (Dudek, 2006). Anak perempuan yang sudah menstruasi akan mengalami perubahan siklus hormonal yang terjadi setiap bulan. Selain zat besi, zat gizi yang banyak dibutuhkan adalah vitamin C yang juga berperan banyak untuk meningkatkan antibodi. Demikian juga vitamin E yang berfungsi untuk memelihara kulit. Berdasarkan hasil Riskesdas (2007), prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) adalah 13.3 % dan perempuan sebanyak 10.9%. Sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9.5% dan perempuan sebanyak 6.4%. Sedangkan menurut Riskesdas (2010), sekitar 70% anak usia sekolah kurang mendapat asumsi energi yang dibutuhkan. Terlihat peningkatan yang signifikan pada jumlah anak usia sekolah yang mengalami kekurangan nutrisi. McKinley (2005), melakukan penelitian tentang wawasan anak-anak mengenai makanan dan gizi. Hasil penelitian ini menunjukkan hambatan dan motivasi untuk makan sehat pada anak usia sekolah menuju usia remaja cukup menjadi masalah. Masalah utama yang ditemukan peneliti yaitu kurang tersedianya makanan sehat yang menarik dan terjangkau di kantin sekolah. Beberapa penelitian yang ditemukan hanya memaparkan prevalensi keadaan status nutrisi anak usia sekolah dan tingkat pengetahun anak usia sekolah tentang nutrisi. Belum ada penelitian yang membahas hubungan tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbangan dengan pola makan pada anak usia sekolah. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahuan anak tentang nutrisi seimbang.
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Tinjauan Teoritis Menurut Kozier, Erb, Berman, & Snyder (2004), nutrisi adalah apa yang orang makan dan bagaimana tubuh menggunakannya, sedangkan nutrien adalah bahan kimia organik dan anorganik yang dapat ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk membentuk fungsi tubuh yang tepat (proper body functioning). Asupan makanan yang adekuat mengandung enam nutrien yang seimbang, yaitu air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Makanan mengandung nilai nutrisi yang berbeda-beda dan tidak ada makanan yang mengandung semua komponen nutrien penting. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah dasar akan lebih maksimal jika kebutuhan nutrisi anak dapat terpenuhi. Salah satu pembiasaan yang penting bagi anak adalah sarapan pagi. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang makan pagi mempunyai sikap dan prestasi sekolah yang lebih baik dari pada anak yang tidak sempat sarapan (Muhilal & Damayanti, 2006). Penelitian oleh Pollit, Leibel, dan Greefield menunjukan pada anak usia 9 – 11 tahun dengan nutrisi baik, kemampuan pemecahan masalahnya dipengaruhi oleh makan pagi. Tanpa sarapan, pada tengah hari persedian glukosa menurun sehingga anak kekurangan energi yang dibutuhkan otak untuk dapat berkonsentrasi. Makanan pagi menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari, yaitu sekitar 450 – 500 kalori dengan 8 – 9 gram protein (Muhilal & Damayanti, 2006). Prinsip diet sehat berlaku bagi anak usia sekolah, namun banyak faktor yang mempengaruhi pilihan anak-anak dalam memilih makanan sehingga dapat mempengaruhi asupan gizi mereka. Ketersediaan makanan yang tepat di rumah, di sekolah, dan di restoran cepat saji adalah penting untuk mencapai asupan gizi yang memadai dan mencapai asupan yang sehat. Penyediaan makanan sekolah berkualitas baik adalah penting, tetapi harus diingat bahwa sebagian besar makanan anak adalah tanggung jawab orang tua sehingga pendidikan gizi dan kesehatan kepada orang tua untuk anak-anak sangat diperlukan. Pembiasaan pola makan sehat harus benar-benar ditanamkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Salah satu pembiasaan yang penting bagi anak adalah sarapan pagi. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak yang makan pagi mempunyai sikap dan prestasi sekolah yang lebih baik dari pada anak yang tidak sempat sarapan (Muhilal & Damayanti, 2006).
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 3, 4, dan 5 SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama. Sampel merupakan siswa kelas 3, 4, dan 5 yang sesuai dengan kriteria inklusi yang ditetapkan. Alasan peneliti memilih tempat penelitian ini, diantaranya 1) Sekolah terletak di pinggir jalan raya, yang dapat mempengaruhi kebersihan makanan maupun minuman yang dijual di lingkungan sekolah; 2) Banyaknya tempat perbelanjaan di sekitar sekolah mempengaruhi peningkatan konsumsi makanan capat saji, makanan ringan, ataupun “junk food”; 3) Banyaknya media publikasi di sepanjang jalan yang dapat mempengaruhi kebiasaan makan anak. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling dengan pendekatan stratified random sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 243 siswa. Jumlah ini diperoleh dari rumus estimasi proporsi menurut Nursalam (2008) dengan N=495 dan e=0,05. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner valid (Cronbach Alpha=0,877; r=0,309 s.d. 0,746) tentang tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dan pola makan, yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Data yang diperoleh diolah menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis tendensi sentral dan distribusi frekuensi digunakan untuk menjelaskan karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang, dan pola makan. Sedang analisis Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah.
Hasil Penelitian Karakteristik responden yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, dan kelas. Anak usia sekolah yang ikut dalam penelitian ini 95% diyakini berusia antara 9,69-9,94 tahun, dengan rata-rata berusia 9,82 tahun. Diantaranya yang termuda berusia 8 tahun dan tertua berusia 12 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, anak laki-laki yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 118 orang (49,0%) dan perempuan sebanyak 123 orang (51,0%). Sedangkan berdasarkan kelas, siswa kelas 3 sebanyak 66 orang (27,4%), kelas 4 sebannyak 79 orang (31,8%), dan kelas 5 sebanyak 96 orang (39,8%).
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Variabel tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan tinggi dan rendah. Tingkat pengetahuan tinggi jika jumlah skor lebih dari nilai median, sedangkan tingkat pengetahuan rendah jika didapatkan jumlah skor kurang dari sama dengan nilai median. Hasil data menunjukan bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 64,7% (156 orang) memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang nutrisi seimbang dan sebanyak 35,3% (85 orang) memiliki pengetahuan rendah tentang nutrisi seimbang. Gambaran secara rinci dapat dilihat dari distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Distribusi Jawaban Responden (kelas 3, 4, dan 5) di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi terhadap Variabel Tingkat Pengetahuan tentang Nutrisi Seimbang, Mei 2013 (N=241)
No
Pertanyaan
Benar
Salah
∑
%
∑
%
1
Nutrisi adalah apa yang dimakan setiap hari
219
90,9
22
9,1
2
Anak sekolah membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk pertumbuhan Tidak makan bisa membuat orang tetap segar Salah satu kegunaan dari makanan sehat adalah memberikan tenaga pada tubuh Makan makanan sehat dapat menambah tenaga Kesehatan kita dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal/lingkungan rumah Jajanan baik untuk kesehatan tubuh Makanan dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan Makan makanan sehat membuat tubuh terhindar dari penyakit Makan makanan sehat membuat kita segar Tidak makan bisa membuat orang jatuh pingsan Jajanan berwarna-warni baik untuk dimakan Kegiatan seperti olahraga membutuhkan energi yang lebih baik Makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh Makan banyak bagus untuk kesehatan Rata-rata
238
98,8
3
1,2
4 240
1,7 99,6
237 1
98,3 0,4
240 212
99,6 88,0
1 29
0,4 12,0
39 240
16,2 99,6
202 1
83,8 0,4
233
96,7
8
3,3
236 207 7 235
97,9 85,9 2,9 97,5
5 34 234 6
2,1 14,1 97,1 2,5
241 138 182
100 57,3 75,5
0 103 59
0 42,7 24,5
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Dari 15 pernyataan yang diberikan, didapatkan 75,5% responden memilih jawaban benar. Semua responden menjawab benar bahwa makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh dan sebanyak 90,9% responden mengetahui bahwa nutrisi adalah apa yang dimakan setiap hari. Hampir sebagian responden, yaitu sebanyak 98,8% mengetahui bahwa anak sekolah membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk pertumbuhan. Sebanyak 99,6% responden mengatakan makanan dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan makan makanan sehat
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
dapat menambah tenaga. Salah satu masalah yang terlihat dari distribusi jawaban responden di atas adalah hampir setengah dari responden (42,7%) mengatakan bahwa makan banyak bagus untuk kesehatan. Variabel pola makan dikategorikan menjadi pola makan baik dan pola makan tidak baik dengan nilai tengah dari jumlah skor minimun dan skor maksimal menjadi cut off point. Hasil data menunjukan bahwa sebagian besar, yaitu sebanyak 68,5% (165 orang) memiliki pola makan baik dan sebanyak 31,5% (76 orang) memiliki pola makan tidak baik. Gambaran secara rinci dapat dilihat dari distribusi jawaban responden terhadap pernyataan variabel pola makan pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Distribusi Jawaban Responden (kelas 3, 4, dan 5) di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi terhadap Variabel Pola Makan (N=241) No
Pertanyaan
1 2 3
Saya biasa makan nasi tiga kali sehari Saya makan buah satu potong setiap hari Saya minum susu sekurang-kurangnya satu gelas/ kotak setiap hari Saya makan secara teratur tiga kali setiap hari Saya makan makan ringan (snack) seperti chiki-chiki Saya makan ikan Saya makan 3 x sehari untuk kesehatan tubuh Saya suka makan sayuran yang berwarna hijau Orang tua saya memberi tahu apa saja makanan yang sehat Setiap hari menu makanan saya berbedabeda Saya makan dengan jadwal waktu yang teratur Saya berhenti makan jika sudah merasa kenyang Saya minum air putih 8 gelas setiap hari Saya makan kentang Saya makan keju sekurang-kurangnya 1 kali setiap minggu Saya minum vitamin setiap hari Saya makan semua jenis makanan yang disiapkan oleh orang tua Saya merasa sering lapar jika sedang hujan atau saat udara dingin Saya makan sambil menonton TV Saya terus makan ketika merasa makanan tersebut enak dan merasa sulit untuk berhenti Rata-rata
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TP
KK
S
Sl
∑
%
∑
%
∑
%
∑
%
12 31 43
5,0 12,9 17,8
81 132 82
33,6 54,8 34,0
51 50 58
21,2 20,7 24,1
97 28 58
40,2 11,6 24,1
8
3,3
76
31,5
52
21,6
105
43,6
21
8,7
181
75,1
34
14,1
5
2,1
5 6
2,1 2,5
128 63
53,1 26,1
75 58
31,1 24,1
33 114
13,7 47,3
21
8,7
92
38,2
62
25,7
66
27,4
8
3,3
38
15,8
72
29,9
123
51,0
5
2,1
46
19,1
78
32,4
112
46,5
22
9,1
89
36,9
54
22,4
76
31,5
7
2,9
46
19,1
58
24,1
130
53,9
34 16 55
14,1 6,6 22,8
107 155 123
44,4 64,3 51,0
61 56 33
25,3 23,2 13,7
39 14 30
16,2 5,8 12,4
21 15
8,7 6,2
102 83
42,3 34,4
50 68
20,7 28,2
68 75
28,2 31,1
37
15,4
89
36,9
61
25,3
54
22,4
10 34
4,1 14,1
70 105
29,0 43,6
78 50
32,4 20,7
83 52
34,4 21,6
21
8,5
94
39,2
58
24,1
68
28,2
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Dari 20 pernyataan tentang pola makan yang diberikan, didapatkan paling banyak yaitu sebesar 39,2% responden menjawab kadang-kadang. Tetapi secara umum pola makan responden dikatakan baik. Sebanyak 51% mengatakan orang tua mereka selalu memberi tahu apa saja makanan yang sehat dan sebanyak 31,1% mengatakan selalu memakan semua jenis makanan yang telah disiapkan oleh orang tua mereka. Responden juga mengatakan makan dengan jadwal yang teratur (43,6%), setiap hari menu makanan berbeda-beda (46,5%), dan berhenti makan jika sudah merasa kenyang (53,9%). Walaupun secara umum pola makan responden baik, tetapi masih ada hal-hal yang masih kurang baik seperti 75,1% responden kadang-kadang makan makanan ringan (snack) seperti chiki-chiki, hanya 11,6% responden yang selalu makan buah satu potong setiap harinya, hanya 13,7% responden yang makan ikan, hanya 16,2% responden yang minum air putih 8 gelas setiap hari, dan sebanyak 42,3% responden hanya kadang-kadang minum vitamin setiap hari. Melalui uji Chi-Square diperoleh nilai ρ = 0,052. Pada penelitian ini digunakan nilai α = 0,05. Sehingga ditemukan ρ (0,052) > α (0,05) dan dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan di SD Islam AlAzhar 9 Kemang Pratama Bekasi. Responden dengan tingkat pengetahuan rendah dan memiliki pola makan baik sebanyak 127 responden (67,2%). Responden dengan tingkat pengetahuan tingi dan memiliki pola makan baik sebanyak 38 responden (73,1%). Sedang responden dengan tingkat pengetahuan rendah dan pola makan tidak baik sebanyak 62 responden (32,8%).
Pembahasan Rata-rata responden berusia 9,82 tahun dengan standar deviasi 0,966, mayoritas berusia 10 tahun. Hal ini dikarenakan responden paling banyak diperoleh dari kelas 5 yang jumlahnya lebih banyak. Distribusi ini memungkinkan tingkat pengetahuan anak usia sekolah semakin baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2010) bahwa semakin bertambahnya usia semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin responden, distribusi frekuensi responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi lebih banyak berjenis kelamin perempuan, sehingga kesempatan perempuan
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
lebih besar menjadi responden penelitian. Hampir setiap kelas jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan perbanding 3:2. Penelitian ini melibatkan anak usia sekolah karena berdasarkan hasil Riskesdas (2007), prevalensi anak usia sekolah kurus (laki-laki) adalah 13.3% dan perempuan sebanyak 10,9%, sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah gemuk (laki-laki) adalah 9,5% dan perempuan sebanyak 6.4%. Di samping itu, menurut Riskesdas (2010), sekitar 70% anak usia sekolah kurang mendapat asumsi energi yang dibutuhkan. Terlihat peningkatan yang signifikan pada jumlah anak usia sekolah yang mengalami kekurangan nutrisi. Pada penelitian ini, didapatkan sebagian besar anak usia sekolah memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang nutrisi seimbang dan sisanya memiliki memiliki rendah pengetahuan tinggi tentang nutrisi seimbang. Hal ini kemungkinan terjadi dengan dukungan lingkungan keluarga dan informasi yang didapat di sekolah yang dapat meningkatkan pengetahuan anak mengenai nutrisi seimbang. Semua anak dalam penelitian ini menjawab benar bahwa makanan sehat sangat dibutuhkan oleh tubuh dan hampir semua responden juga menjawab benar bahwa anak sekolah membutuhkan nutrisi yang lebih banyak untuk pertumbuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Romdiyatin (2001) di SD Muhammadiyah, pada sekolah itu pengetahuan responden tentang nutrisi sebagian besar baik. Tingkat pengetahuan pada anak usia sekolah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang nutrisi seimbang diantaranya pendidikan, usia, pengalaman, lingkungan, dan sumber informasi (Notoatmodjo, 2010). Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut (Notoatmodjo, 2010). Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan adalah lingkungan sosial, yaitu faktor sosial ekonomi. Dari segi sosial ekonomi SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama ini merupakan salah satu sekolah dengan sosial ekonomi menengah ke atas, ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa orang tua yang mengatakan biaya sekolahnya yang berkisar Rp650.000,00 sampai Rp800.000,00 setiap bulannya. Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik memungkinkan untuk lebih memiliki sikap positif dalam
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
memandang diri dan masa depannya serta pengetahuan yang lebih luas dibandingkan individu yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Dalam penelitian Thamrin (2008) diketahui bahwa siswa yang memiliki status ekonomi keluarga yang lebih baik memiliki pengetahuan dan kebiasaan makan yang lebih baik pula. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini, dengan dukungan sosial ekonomi keluarga yang baik ini dapat membantu meningkatkan informasi anak mengenai nutrisi seimbang. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu sumber informasi. Sumber informasi utama pada anak usia sekolah yaitu keluarga dan ditambah dari sekolah. Dengan dukungan status ekonomi yang baik dimungkinkan dapat mendorong orang tua untuk mencari informasi lebih banyak dan lebih baik. Menurut hasil penelitian Maulana, Sirajuddin, & Najamuddin (2012), menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang nutrisi seimbang. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya informasi tentang nutrisi yang didapat dari sekolah dan lingkungan sekitarnya. Penelitian Maulana, Sirajuddin, & Najamuddin ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni & Dwiriani (2009), sebagian besar anak usia sekolah memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah dan hanya sepersepuluh anak yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tinggi. Pengetahuan anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan mereka. Hasil analisis data menunjukan bahwa lebih banyak responden yang memiliki pola makan baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pola makan tidak baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2012), mengatakan bahwa sebagian besar anak usia sekolah memiliki pola makan baik dan sisanya memiliki pola makan tidak baik. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhendra (2010), menunjukan bahwa lebih dari setengah respondennya yang anak usia sekolah memiliki pola makan yang baik. Penelitian yang dilakukan oleh University of Milan menyebutkan bahwa faktor lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pola makan anak-anak (Scaglioni, Salvioni, & Galimberti, 2008). Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa orang tua berperan besar dalam menentukan pola makan anak. Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 51% responden mengatakan orang tua mereka selalu memberi tahu apa saja makanan yang sehat. Orang tua telah memberikan cukup
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
informasi kepada anak tentang bagaimana pola makan yang baik. Sebanyak 31.1% responden mengatakan selalu memakan semua jenis makanan yang disiapkan oleh orang tua. Orang tua memainkan peran penting dalam perkembangan anak, termasuk preferensi makanan dan asupan energi. Perilaku makan anak dapat diatur melalui serangkaian tindakan peraturan yang ditujukan untuk membantu anak-anak beradaptasi dengan lingkungan mereka (Scaglioni, Salvioni, & Galimberti, 2008). Pada penelitian ini terlihat orang tua telah mengatur pola makan anak dengan baik. Terlihat dari sebanyak 31.5% responden mengatakan makan dengan jadwal waktu yang teratur dan sebanyak 46.5% mengatakan setiap hari menu makanan mereka berbeda-beda. Dengan baiknya pengetahauan dari orang tua akan mendukung pola makan yang baik pada anak usia sekolah. Pola makan selain terbentuk dari pengetahuan yang dimiliki, juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kebiasaan makan di rumah dan lembaga pendidikan tempat anak bersekolah. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Pembiasaan makan pagi di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah salah satu contoh pembiasaan yang baik. Anak-anak tidak dibiasakan jajan di warung kala mereka istirahat sekolah. Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakanmakanan-makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buahbuahan atau sayuran diantara waktu-waktu makan dsb. Lingkungan sekolah dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak (Rosa, 2011). Pengaturan makan untuk anak sekolah bertujuan membentuk kebiasaan makan yang baik dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik dan kognitif yang optimal secara teratur, guna mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal, berat badan normal, menikmati makanan, dan menurunkan risiko mendertia penyakit kronis (Muhilal & Damayanti, 2006). Hayati (2009) mengungkapkan bahwa anak usia sekolah membutuhkan keseimbangan diet nutrisi yang baik seperti kebutuhan akan kalori, protein, mineral, lemak perhari untuk pertumbuhan anak. Secara keseluruhan literatur menunjukkan bahwa kebiasaan makan yang baik teratur adalah cara terbaik untuk memastikan kinerja mental dan perilaku yang optimal setiap saat. Sebaliknya, anak-anak dengan status gizi buruk yang terkena perubahan fungsi mental dan atau tingkah laku yang dapat diperbaiki, untuk batas tertentu, dengan langkah-langkah diet (Bellisle, 2004).
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Penelitian ini bisa dikatakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elliot (2009) di Kanada. Elliot mengatakan bahwa anak usia sekolah lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat, mereka lebih menyukai junk food seperti pizza dan gorengan. Penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian Allen (2011) di pedesaan Arkansas tentang pengetahuan anak tentang makanan yang sehat dan menyatakan bahwa mayoritas anak lebih mengenal jenis makanan yang tidak sehat dibandingkan makanan sehat. Faktor lain yang mempengaruhi pola makan adalah personal preference. Pada penelitian ini bisa dikatakan personal prefrence responden telah cukup baik. Hampir setengah dari responden setiap hari selalu makan dengan menu makanan yang berbeda-beda. Responden selalu memakan semua makanan yang telah disiapkan oleh orang tua dan makan dengan jadwal yang teratur. Pola makan selain terbentuk dari pengetahuan yang dimiliki, juga dipengaruhi oleh kebudayaan, kebiasaan makan di rumah, dan lembaga pendidikan tempat anak bersekolah. Suatu kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Kebiasaan makan pagi di rumah atau membawa bekal dari rumah adalah salah satu contoh kebiasaan yang baik. Anak-anak tidak dibiasakan jajan di warung kala mereka istirahat sekolah. Selanjutnya pola makan dalam keluarga harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan makan makanan dengan gizi seimbang, tidak membiasakan makan makanan atau minuman manis, membiasakan banyak makan buah-buahan atau sayuran diantara waktu-waktu makan. Selain lingkungan di rumah, lingkungan sekolah juga dapat membentuk kebiasaan makan bagi anak-anak (Rosa, 2011). Keadaan jajanan di sekolah memungkin untuk ikut mempengaruhi kebiasaan makan anak. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah repsonden dalam penelitian kadang-kadang makan makanan ringan (snack) seperti chiki-chiki. Walaupun secara umum hasil penelitian didapatkan pola makan anak sekolah pada SD Islam Al-Azhar 9 ini baik, tetapi ada beberapa hal yang masih kurang baik dan perlu diperhatikan. Hasil penelitian didapatkan lebih dari setengah responden hanya kadang-kadang mengkonsumsi ikan, sebagai salah satu sumber protein ikan dibutuhkan untuk meningkatkan daya tangkap dan kecerdasan anak. Dalam pola makan yang lainnya, didapatkan hanya sebagian kecil responden yang minum susu sekurang-kurangnya setu gelas/kotak setiap harinya dan lebih dari setengah responden yang hanya kadang-kadang makan keju sekurangkurangnya 1 kali setiap minggu, sedangkan untuk konsumsi sayur berwarna hijau hanya
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
sebagian kecil responden saja yang setiap hari makan sayur berwarna hijau. Hasil ini sesuai dengan penelitian Gopalan (2003), jumlah konsumsi susu dan hasil olahnya sebagai sumber utama kalsium masih sangat rendah pada anak usia sekolah, begitu pula dengan konsumsi sayuran berdaun hijau yang merupakan sumber kalsium yang baik masih kurang. Pada anak usia sekolah tambahan susu setiap harinya sangat diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi mereka, begitu juga dengan sayuran hijau. Dari hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi. Hal ini bisa dikatakan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni & Dwiriani (2009) yang menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan gizi dengan status gizi pada anak sekolah dasar di Bogor. Pada penelitian ini ini terlihat sebagian besar responden (127 orang) memiliki tingkat pengetahuan rendah dan memiliki pola makan baik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga yang baik. Dibuktikan dengan sebanyak 46.5% responden mengatakan setiap hari makan dengan menu yang berbeda-beda dan sebanyak 31.5% responden mengatakan makan dengan jadwal waktu yang teratur. Walaupun tingkat pengetahuan reponden sebagian besar rendah tentang nutrisi seimbang, tetapi mereka memilki pola makan yang baik dengan dukungan keluarga. Hasil penelitian ini juga bisa dikatakan sejalan dengan penelitian Yulianto (2001) dan Marbun (2002) yang tidak menemukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan gizi anak dan status gizi. Keadaan ini kemungkinan dapat terjadi karena peranan orang tua dalam mendukung pola makan anak. Peran orang tua dalam memberikan pengetahuan mengenai nutrisi sangatlah penting. Orang tua merupakan contoh langsung bagi anak, bagaimana cara dan perilaku orang tua dalam memilih makanan atau bahan makanan akan mempengaruhi perilaku makan anak (Moore, 2009). Sosial ekonomi keluarga pada tempat penelitian ini adalah dengan status ekonomi menengah ke atas. Sehingga dengan status ekonomi ini dimungkinkan dapat mendukung pola makan yang baik pada anak-anak mereka. Faktor lain yang dapat mempengaruhi pola makan adalah kehangatan dan dukungan orang tua terhadap anak akan berpengaruh pada ketertarikan anak untuk melakukan aktivitas yang positif. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa status nutrisi pada usia 6 – 12 tahun sangat
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
dipengaruhi keluarga dan saudara tuanya (Brown, 2005). Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan berdampak luas pada kehidupan seluruh anggota keluarga dan menjadi dasar penyediaan pola pengasuhan yang tepat dan bermutu, termasuk asuhan nutrisi (Depkes, 2000). Walaupun secara umum pola makan responden sudah baik, tetapi masih ada beberapa hal-hal yang masih kurang baik. Lebih dari setengah responden kadang-kadang makan makanan ringan (snack) seperti chiki-chiki. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Deni & Dwiriani (2009), snack yang paling sering dikonsumsi anak usia sekolah paling sering adalah jenis fast food seperti pizza dan minuman berkarbonasi. Tetapi menurut penelitian tersebut, tidak ada hubungan antara kebiasaan mengonsumsi snack, soft drink dan fast food dengan tingkat pengetahuan gizi dan pemahaman sikap gizi.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Karakteristik responden anak usia sekolah dasar dalam penelitian ini berada pada rentang 8 – 12 tahun dengan rata-rata usia 9,82 tahun. Sedangkan menurut jenis kelamin responden, proporsi hampir sama antara laki-laki dan perempuan b. Sebagian besar anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang nutrisi seimbang c. Sebagian besar anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi memilki pola makan yang baik 68,5% d. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang nutrisi seimbang dengan pola makan pada anak usia sekolah di SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi (ρ=0,052, α=0,05).
Saran Berdasarlan penelitian yang telah dilakukan peneliti mempunyai beberapa saran yang membangun sebagai berikut: a. untuk peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan observasi langsung selain melalui kuesioner untuk melihat pola makan seseorang sehingga hasilnya lebih valid, penting
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
untuk melakukan 24 hours recall untuk melihat secara utuh keadaan nutrisi responden, dan meningkatkan koordinasi antara peneliti dan pihak tempat penelitian sangat diperlukan untuk mendukung jalannya penelitian b. untuk masyarakat atau orang tua dapat lebih memperhatikan keadaan nutrisi dan pola makan pada anak-anak mereka dan sangat penting untuk memberikan informasi tentang nutrisi seimbang dan memberikan contoh pola makan yang baik c. untuk penyelenggara pendidikan sekolah dasar dapat meningkatkan program pendidikan kesehatan mengenai nutrisi dan pola makan yang lebih aplikatif sesuai kurikulum yang ada d. untuk pihak sekolah dapat meningkatkan pemantauannya terhadap jenis makanan yang ada di kantin sekolah untuk mendukung membiasakan dan meningkatkan pola makan yang baik pada siswa SD Islam Al-Azhar 9 Kemang Pratama Bekasi, serta mengadakan penyuluhan tentang nutrisi seimbang dan pola makan yang baik untuk para siswa
Kepustakaan Allen, S. (2011). Children’s knowledge of healthy and unhealthy foods and its correlation with body mass index. 24 Juni 2013. Bellisle, F. (2004). Effect of diet on behavior and cognition in children. British journal of nutrition. Brown,. E.,J. (2005). Metode mencari penyebab kekurangan gizi pada anak-anak. Jawa Tengah: Depkes RI. Dudek, S.G. (2006). Nutrition essentials for nursing practice. New York: Lippincont Williams & Wilkins. Dwiriani, C. M., & Deni. (2009). Pengetahuan gizi, aktifitas fisik, konsumsi snack dan pangan lainnya pada murid sekolah dasar di Bogor yang berstatus gizi normal dan gemuk. Jurnal gizi dan pangan, Juli 2009. Elliot, C. (2009). Healthy food looks serious: How children interpret packaged food products. 24 Juni 2013. Gopalan, C. (2003). Nutrition research in Southeast Asia. New Delhi: WHO. Hastuti, S. (2012). Pola makan siswa kelas IV, V, dan VI Sekolah Dasar Negeri Purworejo Tahun Pelajaran 2012/2013.Yogyakarta: Fak. Ilmu Keolahragaan UNY. Hayati, M. (2009). Pengaruh peer edukasi tentang jajanan sehat terhadap perilaku anak usia sekolah di kota Lhokseumawe Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis master tidak diterbitkan, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice. 7th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Maulana, L., Sirajuddin, S., & Najamuddin U. (2012). Gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap status gizi SD Inpres 2 Pannampu. (Skripsi). FKM Universitas Hasunuddin Makassar. Marbun, R. (2002). Hubungan konsumsi makanan, kebiasaan jajan dan pola aktifitas fisik dengan status gizi siswa (studi di SD Santa Maria 45) tahun 2000. [Tesis]. FKM UI. McKinley, M. C. (2005). It’s good to talk: children’s views on food and nutrition. European Journal of Clinical Nutrition. Moehji, S. (2003). Ilmu gizi 2: Penanggulangan gizi buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. Moore, M. C. (2009). Nutritional assesment and care. 6th Edition. St.Louis: Mosby. Muhilal & Damayanti, D. (2006). Hidup sehat. Gizi seimbang untuk anak usia sekolah. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Sagung Setyo. Polit, D. F. & Beck, C. T. (2008). Nursing research: generating and assessing evidence for nursing practice (8th ed.). Philadelphia: Lippincott Company. Potter, P. & Perry, A. (2005). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice. 4th ed. St.Louis: Mosby. Romdiyatin, I. Hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan jajan pada anak sekolah di SD Muhammadiyah Wedi Kabupaten Klaten tahun 2001 (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro. Rosa, R. (2011). Pengetahuan gizi dan keamanan pangan jajanan serta kebiasaan jajan siswa Sekolah Dasar di Depok dan Sukabumi (Skripsi). Bogor: IPB. Scglioni, S., Salvioni M., & Galimberti, C. (2008). Influence of parental attitudes in the development of children eating behavior. British journal of nutrition. Srivastava, A., Mahmood, S. E., Srivastava, P. M., & Kumar B. (2011). Nutritional statys of school age children. Archives of public health. Suhendra. (2010). Gambaran pola makan siswa kelas V dan VI SD Negeri Boja 1 Kecamatan Boja Kabutan Kendal. Jawa Tengah. Thamrin, M.A., Kusharto, C. M., & Setiwan, B. (2008). Kebiasaan makan dan pengetahuan reproduksi remaja putri peserta pusat informasi dan konseling kesehatan reproduksi wanita. Jurnal gizi dan pangan. 124 -131.
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013
Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M., & Schwartz, P. (2009). Wong essential of pediatric nursing. 7th ed. St.Louis: Mosby Inc. Yuliato. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi murid SDN Daerah Tertinggal kel. 5 Ulu 1 Kota Palembang tahun 2001. [Skripsi]. FKM UI.
Hubungan Tingkat..., Yuli Pramita Sari, FIK UI, 2013