HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI SD MARDI RAHAYU UNGARAN KABUPATEN SEMARANG
Rizki Yulaeni*), Mona Saparwati**), Umi Aniroh***) *) Alumnus Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Obesitas atau kegemukan telah menjadi masalah laten. Usia 5-15 tahun merupakan usia yang cukup rentan untuk menderita obesitas sejak dini. Sebagian besar obesitas diduga disebabkan oleh interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karena itu penatalaksanaan obesitas pada anak dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik dan modifikasi pola hidup sebaiknya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikutsertakan keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa kelas 1-6 di SD Mardi Rahayu Ungaran yang berjumlah 173 siswa. Tehnik sampling yang digunakan adalah Sampling Aksidental dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang. Uji statistik yang dilakukan adalah uji kolmogorof smirnov. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden mempunyai pola makan berlebihan yaitu sebanyak 31 responden (48,4 %). Sedangkan pada tingkat obesitas diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami obesitas yaitu sebanyak 39 responden (60,9 %). Dari hasil uji statistik menggunakan uji kolmogorov smirnov diketahui ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran dengan nilai p = 0,001 Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan tambahan dan bacaan untuk meningkatkan pengetahuan terutama bagi ibu ataupun orang tua yang memiliki anak usia sekolah dalam hal pemberian nutrisi dalam takaran pola makan yang tepat guna mencegah kejadian obesitas pada anak Kata kunci
: Pola makan, Obesitas, Anak
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 1
ABSTRACT Obesity has become a latent problem. The age of 5-15 years is quite vulnerable to suffer from obesity early on. Most obesity is thought to be caused by an interaction between genetic factors and environmental factors. Therefore, the management of obesity in children by means of diet, increase physical activity and lifestyle modifications should be carried out in a multidisciplinary by including the family. The purpose of this study is to determine the correlation between diet and the occurence of obesity in children aged 7-12 years at Mardi Rahayu Elementary School Ungaran. This study design used correlational descriptive with cross sectional approach. The population in this study were all students in grades 1-6 at Mardi Rahayu Elementary School Ungaran as many as 173 students. The sampling technique used convenience sampling with total sample 64 people. Statistical tests performed was kolmogorof Smirnov test. Based on this research, the majority of respondents have a pattern of overeating as many as 31 respondents (48,4 %). While the rate of obesity is known that most of the respondents are obese as many as 39 respondents (60.9%). From the statistical test by using Kolmogorov Smirnov test diet is known to have a correlation with the incidence of obesity in children aged 7-12 years at Mardi Rahayu Elementary School Ungaran with p value = 0,001 Hopefully with this research can provide additional and readings to increase knowledge, especially for mothers or parents who have children of school age in terms of providing doses of nutrients in the correct diet to prevent obesity in children Key word
: Diet, Obesity, Children PENDAHULUAN
Latar Belakang Obesitas merupakan keadaan status nutrisi dengan penyebab multifaktor yang selalu dihubungkan dengan peningkatan resiko dan mortalitas beberapa penyakit seperti jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus dan kanker. Obesitas mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan, status psikososial, kualitas hidup dan usia harapan hidup. Penurunan beban penyakit pada obesitas dalam populasi dapat diupayakan dengan mengidentifikasi faktor – faktor resiko obesitas, yang nantinya dapat dimodifikasi melalui program intervensi (Metcalf et al, 2000). Pada anak berusia 6 – 12 tahun atau yang sering disebut sebagai usia sekolah, periode perkembangan merupakan salah satu tahap perkembangan ketika anak diarahkan menjauh dari kelompok keluarga dan berpusat di dunia hubungan sebaya yang lebih luas. Pada
tahap ini terjadi perkembangan fisik, mental, dan sosial yang kontinu, disertai penekanan pada perkembangan kompetensi keterampilan. Pada tahap ini, kerja sama sosial dan perkembangan moral dini lebih penting dan relevan dengan tahap – tahap kehidupan berikutnya. Periode ini merupakan periode kritis dalam perkembangan konsep diri (Wong, 2009:111). Obesitas atau kegemukan telah menjadi masalah laten yang tidak hanya dijumpai di Indonesia namun juga di berbagai belahan dunia. Pada era globalisasi saat ini, usia 5-15 tahun merupakan usia yang cukup rentan untuk menderita obesitas sejak dini. Untuk itu, Anda sebagai orang tua harus senantiasa selalu memperhatikan berat badan anak. Kebiasaan anak menonton televisi dalam waktu yang lama, pola makan yang tidak sehat, dan kurangnya ruang gerak yakni diyakini menjadi beberapa faktor penyebabnya (Tilong, 2014:102).
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 2
Prevalensi obesitas pada anak meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Disamping itu, obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi menderita penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari. Pola makan merupakan cara seseorang atau sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh – pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan tidak teratur seperti porsi yang berlebihan yang tidak terkontrol dan menjadi suatu kebiasaan pada anak sehingga menyebabkan status gizi pada anak akan menjadi lebih atau over weight (Sulistyoningsih, 2011). Penelitian di Semarang menunjukkan, dari 1.730 anak usia enam hingga tujuh tahun, diketahui 12% menderita obesitas dan 9% kelebihan berat badan (Nurcahyo, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 19 Januari 2015 di SD Mardi Rahayu Ungaran Jawa Tengah, dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa dari 10 siswa yang telah dilakukan pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak dan tinggi badan menggunakan mikrotis kemudian dihitung dengan menggunakan rumus IMT dan menggunakan tabel Body Mass Index diperoleh bahwa dari 10 siswa yang dipilih secara acak, 6 siswa mengalami obesitas, 2 siswa mengalami kelebihan berat badan (overweight) dan 2 siswa memiliki berat badan yang ideal. Dari hasil wawancara yang dilakukan, 5 anak yang mengalami obesitas dan 1 anak yang mengalami overweight memiliki pola makan berlebih. Sementara itu, satu anak obesitas, 2 anak yang tidak mengalami obesitas dan 1 anak overweight mengatakan bahwa pola makan mereka memiliki pola makan normal.
Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat ditemukan adalah adakah hubungan antara pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 712 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk memilih dan menentukan pola makan yang terdiri dari jenis,waktu serta porsi pemberian makan kepada anak usia sekolah tanpa menimbulkan kejadian obesitas. BAHAN DAN CARA Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan korelasi antara kedua variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Cross sectional yaitu pendekatan dimana pengumpulan atau pengukuran data variabel bebas dan terikat dilakukan satu kali pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 di SD Mardi Rahayu Ungaran Kabupaten Semarang. Populasi Dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1-6 di SD
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 3
Mardi Rahayu Ungaran yang berjumlah 173 siswa. Sampel Sampel dalam penelitian ini berjumlah 64 responden dengan teknik sampling yang dipakai adalah Convenience Sampling atau Sampling Aksidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2013 dalam Susila, 2014). Analisis Data Analisis Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan pola makan dan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun yang berada di SD Mardi Rahayu Ungaran. Analisis Bivariat Analilis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Chi Square (X²). Namun apabila hasil tidak memenuhi syarat, maka diuji dengan menggunakan uji alternatif KolmogorovSmirnov.
HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Gambaran pola makan pada anak usia 712 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Tabel 1. Distribusi frekuensi pola makan pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Pola PersenFrekuensi makan tase (%) Kurang 8 12,5 Normal 25 39,1 Berlebihan 31 48,4 Total 64 100,0 Gambaran kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Tabel 2. Distribusi frekuensi kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Kejadian PersenFrekuensi obesitas tase (%) Tidak 25 39,1 obesitas Obesitas 39 60,9 Total 64 100,0 Analisa Bivariat Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Tabel 3. Tabulasi silang pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran
Pola makan Kurang Normal Berlebihan Total
Obesitas Tidak obesitas Obesitas N % N % N 5 62,5 3 37,5 8 18 72,0 7 28,0 25 2 6,5 29 93,5 31 25 39,1 39 60,9 64 p value
Total % 100,0 100,0 100,0 100,0 =0,001
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 4
PEMBAHASAN Analisa Univariat Gambaran pola makan pada anak usia 712 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pola makan berlebihan yaitu sebanyak 31 responden (48,4 %). Pola makan yang tergolong berlebihan pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan sering makan snack lebih dari 2 waktu dalam sehari (48,4 %), selalu makan nasi/jagung/ubi/roti/mie (karbohidrat) sebagai makanan pokok setiap hari (39,1 %), sering mengkonsumsi lauk pauk seperti tahu, tempe, daging, ayam, telur (48,4 %), sering mengkonsumsi kue-kue jajanan (20,3 %), sering makan makanan junk food seperti hamburger, spaghetty, kentucky (ayam goreng tepung) atau friedfries (kentang goreng instant) dalam 1 minggu dan setiap hari (34,4 %), selalu minum susu (31,9 %). Beberapa hal tersebut merupakan beberapa indikator terhadap pola makan responden yang berlebihan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfatimah (2013), diperoleh hasil bahwa faktor yang tidak berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun adalah jenis kelamin, pendidikan orang tua, kebiasaan makan utama dan faktor yang berhubungan dengan obesitas pada anak usia 6-12 tahun adalah kebiasaan makan fast food dan kebisaan minum soft drink. Selain itu berdasarkan hasil penelitian Ismawati (2013), didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan jajanan dengan status kesehatann (p>0,05) besar nilai r (r=0,220) artinya hubungan pola konsumsi makanan jajanan dengan status kesehatan rendah/lemah yaitu hanya 22% hubungan pola konsumsi makanan jajanan dengan
status kesehatan. Simpulan pada penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi makanan jajanan dengan status keseahatan anak usia sekolah di SDN Ketintang I Surabaya. Pola makan yang menyebabkan obesitas adalah makan tidak pada saat lapar dan makan sambil menonton TV atau mengerjakan sesuatu seperti pekerjaan rumah atau membaca. Untuk mencapai tujuan diet / pola makan sehat tersebut tidak terlepas dari masukan gizi yang merupakan proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta menghasilkan energi (Sukirman, 2007). Gambaran kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami obesitas yaitu sebanyak 39 responden (60,9 %). Kriteria penentuan obseitas pada sebagian besar responden tersebut dapat dilihat dari nilai z score ≥ + 2. Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh (body fat) (Rachmad dkk, 2009:10). Prevalensi obesitas pada anak meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Disamping itu, obesitas pada anak berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi menderita penyakit metabolik dan penyakit degeneratif dikemudian hari. Data Riset kesehatan Dasar (RISKESDAS tahun 2010) Menyatakan terjadi peningkatan prevalensi kegemukan pada anak di Indonesia yaitu dari 12,2% pada tahun 2007 menjadi 14% pada Tahun 2010. Sebanyak 19,6% anak di Daerah Khusus Ibukota jakarta masuk dalam kategori gemuk (obesitas/kelebihan berat badan). Penelitian yang dilakukan di empat belas kota besar di Indonesia, angka
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 5
kejadian obesitas pada anak tergolong relatif tinggi, antara 10-20% dengan nilai yang terus meningkat hingga kini. Edukasi nutrisi anak pada orang tua terus digencarkan, mengingat negeri Indonesia masih memilikifenomena paradoks pediatrik yang unik, jutaan anak mengalami malnutrisi, sementara di lain sisi jutaan anak pula yang mengalami obesitas. Faktor makanan ringan selain makanan rumah (jajan) diduga sebagai kambing hitam.Belakangan ini, banyak anak-anak yang sudah kelewat gemuk. Riset mengenai obsitas anak pernah banyak dilakukan. Dalam tabulasi tinggi badan seluruh responden, terdapat 35,93% responden obesitas yang memiliki tinggi badan dibawah 145 cm. Hal ini menyebabkan ketidak seimbangan antara pertumbuhan tulang dan badan responden itu sendiri. Dalam sebuah penelitian dinyatakan bahwa anak yang mengalami kelebihan berat badan mulai dari usia tiga tahun adalah salah satu faktor risiko mengalami kelebihan berat badan pada usia 12 tahun (Nader, 2006 dalam Nirwana, 2012). Selain dapat menyebabkan penyakitpenyakit seperti diabetes, darah tinggi atau penyakit jantung, anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan atau kegemukan juga sering mengalami gangguan bergerak dan terganggu pertumbuhannya karena timbunan lemak yang berlebihan pada organ-organ yang seharusnya berkembang, misalnya pertumbuhan tulang anak (Nirwana, 2012). Analisa Bivariat Hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan kolmogorov smirnov dengan taraf signifikansi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,001. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pola makan khususnya pada anak usia 7-12 tahun sangat berpengaruh terhadap kejadian obesitas yang sering menimpa mereka. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan pola makan berlebihan yaitu sebanyak 29 (93,5 %) responden mengalami obesitas. Pola makan berlebihan yang menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya obesitas pada sebagian besar responden adalah pola makan yang tidak sehat dimana tidak ada keseimbangan dalam pemenuhan menu dan gizi yang dimakannya. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya responden yang sering makan snack lebih dari 2 waktu dalam sehari (48,4 %), selalu makan nasi/jagung/ubi/roti/mie (karbohidrat) sebagai makanan pokok setiap hari (39,1 %), dan sering mengkonsumsi kue-kue jajanan (20,3 %) serta sering makan makanan junk food seperti hamburger, spaghetty, kentucky (ayam goreng tepung) atau friedfries (kentang goreng instant) dalam 1 minggu (34,4 %). Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori. Pola makan anak jaman sekarang yang cenderung mengkonsumsi jenis-jenis makanan cepat saji dan jajanan yang tidak terkontrol kadar gizinya menjadikan mereka mudah menderita obesitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yamin pada tahun 2013, yaitu terdapat hubungan antara asupan energi dengan kejadian obesitas pada anak sekolah dasar. Dari data yang telah terkumpul, sejumlah 4,6% memiliki pola makan kurang namun mengalami obesitas. Dari data yang di dapat, responden yang memiliki pola makan kurang rata-rata jarang sarapan namun selalu makan malam, jarang mengkonsumsi fast food dan jarang makan di jam tambahan selain sarapan, makan siang dan makan malam. Diketahui pula terdapat 3,12% responden memiliki pola makan berlebihan
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 6
tetapi tidak mengalami obesitas. Dikatakan memiliki pola makan berlebih karna dalam data penelitian diketahui bahwa mereka selalu mengkonsumsi karbohidrat di setiap jam makan pagi, siang dan malam, selalu mengkonsumsi susu setiap hari, serta sering makan di jam tambahan selain pagi, siang dan malam. Mereka tidak mengalami obesitas dikarenakan faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas bukanlah hanya konsumsi karbohidrat dan makan di jam tambahan saja. Meskipun mereka melakukan hal demikian, namun terdapat point dimana mereka jarang mengkonsumsi snack setiap hari, jarang mengkonsumsi kue-kue jajanan, jarang minum minuman kemasan serta jarang mengkonsumsi junkfood atau makanan cepat saji. Responden yang tidak mengalami obesitas tersebut juga mengatakan bahwa mereka jarang mengkonsumsi makanan cepat saji. Pernyataan demikian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa orang mengenai hubungan antara konsumsi fastfood terhadap peningkatan berat badan. Meningkatnya konsumsi fastfood diyakini merupakan satu masalah, karena masalah obesitas meningkat pada masyarakat yang keluarganya banyak keluar mencari makanan cepat saji dan tidak mempunyai waktu lagi untuk menyiapkan makanan di rumah (WHO, 2000). Penelitian yang dilakukan Ida (2001) di Bali menemukan banyaknya jenis fast food yang dikonsumsi berpengaruh terhadap terjadinya obesitas, yaitu semakin banyak jenis fast food yang dikonsumsi maka semakin tinggi kejadian obesitas. Namun dalam hasil penelitian yang dilakukan peneliti, juga diketahui bahwa sebanyak 28,12% responden memiliki pola makan normal dan tidak mengalami obesitas padahal mereka sering dan selalu mengkonsumsi makanan junk food seperti hamburger, spaghetty, kentucky dan friedfries (sering 84,21%, selalu 25,79%). Responden tersebut dapat masuk dalam kategori berpola makan normal serta tidak
mengalami obesitas karena dikarenakan sebanyak 63,15% responden mengatakan jarang mengkonsumsi minuman kemasan seperti teh, minuman yang memiliki rasa buah ataupun minuman kemasan lainnya dan juga terdapat 63,15% responden yang jarang makan di jam tambahan selain sarapan, makan siang dan makan malam. Mungkin perlu dilakukan penelitian mengenai konsumsi junk food yang terkontrol sehingga tidak menyebabkan obesitas. Karna saat ini menurut pengamatan peneliti, maraknya junk food yang beredar luas di Indonesia terlalu mudah dan nyata untuk dijadikan penyebab utama terjadinya obesitas pada anak tanpa mengetahui bagaimana konsumsi junk food yang terkontrol sehingga masyarakan dapat lebih mengendalikan pola konsumsi mereka terhadap junk food agar tidak menimbulkan ataupun menyebabkan obesitas baik pada anak maupun orang dewasa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Responden yang mempunyai pola makan berlebihan yaitu sebanyak 31 responden (48,4 %). Responden yang mengalami obesitas yaitu sebanyak 39 responden (60,9 %). Ada hubungan pola makan dengan kejadian obesitas pada anak usia 7-12 tahun di SD Mardi Rahayu Ungaran dengan nilai p = 0,001 Saran Harapan peneliti bagi masyarakat dengan terselesaikannya penelitian ini ialah supaya masyarakat mengetahui dan mengerti tentang pentingnya menjaga pola makan agar tidak menimbulkan kondisi yang dapat merugikan kesehatan masyarakat itu sendiri misalnya obesitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan bagi orang tua tentang bagaimana menciptakan pola makan yang seimbang
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 7
bagi sang buah hati dengan memperhatikan kandungan gizi, porsi, juga waktu pemberian sehingga dapat menurunkan angka kejadian obesitas pada anak di Indonesia.
(9) Sartika Ratu, Ayu. 2011. Jurnal Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 515 Tahun Di Indonesia. http://www.google.com/urljournal.ui.a c.id. diakses 30 Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
(10) Soegih R & Wiramihardja K. (2009). Obesitas Permasalahan & Terapi Praktis. Jakarta : Sagung Seto.
(1) Dahlan M.S. 2013. Statisktik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 5. Salemba medika : Jakarta (2) Sunyoto, Danang. 2012. Statistik Kesehatan. Nuha Medika. Jogjakarta (3) Hasdianah dkk. (2014). Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika. (4) Hidayat A.A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika. (5) Istiany A & Rusilanti. (2014). Gizi Terapan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset. (6) Nirwana A.B. (2012). Obesitas Anak & Pencegahannya. Yogyakarta : Nuha Medika. (7) Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. (8) Santoso S & Ranti A.L. (2013). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta.
(11) Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Graha Ilmu : Jogjakarta. (12) Suyanto dan Susila. 2015. Metodologi Penelitian Cross Sectional. Boss Script : Klaten Selatan. (13) Tilong A.D. (2014). Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Makanan & Minuman Anak. Jogjakarta : Laksana. (14) Tilong A.D. (2014). Rahasia Pola Makan Sehat. Jogjakarta : Flash Books. (15) Wong D.L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta : EGC. (16) Yamin, S. dan Kurniawan, H. (2009). SPSS Complete: Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan Software SPSS, Buku Seri Pertama. http://www.statsdata.my.id/2012/04/an alisis-korelasi.html diakses 5 Februari 2015.
Hubungan Antara Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia 7-12 Tahun Di SD Mardi Rahayu Ungaran 8