HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OLIGOMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMK WIDYAPRAJA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG Rapi Hidayati*), Raharjo Apriatmoko**), Umi Aniroh***) *) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang. Desain dalam penelitian ini berbentuk deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran sebanyak 546 siswa dengan sampel 85 orang menggunakan teknik proportionate simple random sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan olahraga remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak baik yaitu sebanyak 46 responden (54,1%). Remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami oligomenore yaitu sebanyak 70 responden (82,4%). Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05). Sebaiknya remaja meningkatkan kebiasaan olahraga dengan membuat jadwal sehingga dapat mencegah kejadian oligominore
Kata Kunci : kebiasaan olahraga, kejadian oligomenore
ABSTRACT Oligomenorrhea is a prolonged menstrual cycle than regular menstrual cycle length, more than 35 days per cycle. Bleeding volume is generally less than the usual volume of menstrual bleeding. The purpose of this study is to find the correlation between exercise habits and oligomenorrhea in female adolescents at SMK Widyapraja Ungaran Semarang. This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. This population in this study was female adolescents at SMK Widyapraja Ungaran as many as 546 students with samples as many as 85 respondents that sampled by using proportionate simple random sampling technique. Data collecting instrument used questionnaires and data were analyzed by using chi square test. The results of this study indicate that the exercise habits of female adolescents at SMK Widyapraja Ungaran Semarang are mostly not good, as many as 46 respondents (54.1%). The female adolescents at SMK Widyapraja Ungaran Semarang are mostly not suffered from oligomenorrhea as many as 70 respondents (82.4%). There is a correlation between exercise habits and oligomenorrhea in female adolescents at SMS Widyapraja Ungaran Semarang, with p value of 0.039 (α = 0.05). It is recommended for the female adolescents to improve exercise habits by creating a schedule so as to prevent oligomenorrhea. Keywords : exercise habits, oligomenorrhea
PENDAHULUAN Latar Belakang Oligomenore merupakan lama siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid klasik, yaitu lebih dari 35 hari per siklusnya. Volume perdarahannya umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan haid biasanya. Kebanyakan kasus oligomenore kesehatan tubuh wanita tidak mengalami gangguan dan tingkat kesuburannya cukup baik. Siklus haid biasanya juga bersifat ovulator dengan fase proliferasi yang lebih panjang dibanding fase proliferasi siklus haid klasik (Handrik, 2006). Komplikasi yang paling menakutkan dari oligomenore adalah terganggunya kesuburan dan stres emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan memburuk bila oligomenorea mengarah pada fertilitas atau tanda dari keganasan. Beberapa wanita yang mengalami oligomenore terkadang juga mengalami kesulitan untuk hamil. Wanita tersebut mungkin mengalami
2
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular bila kadar estrogen yang menjadi penyebab. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus (Zumrohhasanah, 2008). Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus (Handrik, 2006). Kebiasaan berolahraga, saat menstruasi, terbukti lebih bermanfaat. Sebuah latihan intensitas sedang membantu dalam mengurangi kram (juga dikenal sebagai dismenore) dan juga menyimpan rasa kembung. Selain ini, berolahraga selama periode menstruasi juga membantu dalam sirkulasi darah yang efektif, sehingga mengurangi sakit kepala dan sakit lainnya dan nyeri yang disebabkan oleh hilangnya darah dan deplesi besi (Wiknjosastro, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang diperoleh data jumlah siswa perempuan sebanyak 546 orang dimana kelas X sebanyak 203 orang,
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
kelas XI sebanyak 162 dan kelas XII sebanyak 181 orang dan belum pernah dilakukan penelitian terkait dengan kebiasaan olahraga dan kejadian oligomenore. Hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan variabel kebiasaan olahraga dan kejadian oligomenore dengan menggunakan kuesioner sederhana terhadap 9 siswa perempuan diperoleh 5 siswa mengalami oligomenore dimana 3 orang mempunyai kebiasaan olahraga yang baik (olah raga 3 kali per minggu, sampai berkeringat yang dilakukan selama 30-60 menit setiap latihan) dan 2 orang mempunyai kebiasaan olahraga yang kurang (olah raga kurang 3 kali per minggu, tidak sampai berkeringat yang dilakukan selama kurang dari 30 menit setiap latihan). Diperoleh pula 5 siswa tidak mengalami oligomenore dimana 2 orang mempunyai kebiasaan olahraga yang baik (olah raga 3 kali per minggu, sampai berkeringat yang dilakukan selama 30-60 menit setiap latihan) dan 2 orang mempunyai kebiasaan olahraga yang kurang (olah raga kurang 3 kali per minggu, tidak sampai berkeringat yang dilakukan selama kurang dari 30 menit setiap latihan). Rumusan Masalah Adakah hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan kepada remaja putri tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligominore pada remaja putri. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat terutama remaja putri untuk
bisa mempersiapkan dirinya dalam menghadapi menstruasi khususnya yang dimungkinkan mengalami oligominore. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan atau mencari tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara cross sectional. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 15 Februari 2016. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang sebanyak 546 siswa (data per bulan Oktober 2015). Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran sebanyak 85 orang. Untuk mengantisipasi responden yang kemungkinan di dropout, maka penelitian menambahkan sampel sebanyak 8 orang siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate random sampling. Pengumpulan Data Data Primer Data primer pada penelitian ini adalah data yang di dapat langsung dengan cara membagikan kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel kebiasaan olahraga dan kejadian oligomenore. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini yaitu, data jumlah remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
3
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini dilengkapi dengan data karakteristik umur responden. Analisis Data Analisis Univariat Analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi dari tiap variabel yaitu variabel kebiasaan olahraga dan kejadian oligomenore. Analisis Bivariat Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Chi square (χ2) satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis. Analisis bivariat dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 20.0. HASIL PENELITIAN Gambaran Kebiasaan Olahraga Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semaran Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Olahraga Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Kebiasaan olahraga f % Tidak baik 46 54,1 Baik 39 45,9 Jumlah 85 100,0
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Olahraga Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Frekuensi olahraga f % Kurang dari 3x/minggu 46 54,1 3-5 x / minggu 39 45,9 Jumlah 85 100,0 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Olahraga Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Lama olahraga f % Kurang 30 menit / hari 46 54,1 30-60 menit / hari 39 45,9 Jumlah 85 100,0
Gambaran Kejadian Oligomenore Pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Oligomenore Pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Kejadian oligomenore f % Oligomenore 15 17,6 Tidak oligomenore 70 82,4 Jumlah 85 100,0
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Tabel 5 Hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Kejadian oligomenore p value Kebiasaan olahraga Oligomenore Tidak Total χ2 f % f % f % Tidak baik 4 8,7 42 91,3 46 100,0 4,267 0,039 Baik 11 28,2 28 71,8 39 100,0 Jumlah 15 17,6 70 82,4 85 100,0
4
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
PEMBAHASAN Analisis Univariat Gambaran Kebiasaan Olahraga Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Kebiasaan olahraga responden kategori tidak baik dimana sebagian besar dari mereka melakukan olahraga kurang dari 3 kali per minggu dengan lama pelaksanaan kurang dari 30 menit per hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang melakukan olahraga pada saat jadwal mata pelajaran olahraga. Responden yang mempunyai kebiasaan olahraga tidak baik salah satunya disebabkan oleh rasa malas itu sendiri juga dikarenakan anggapan bahwa melakukan olahraga itu selalu membutuhkan energi yang besar sehingga membuat responden malas melakukan olahraga. Mereka juga jarang melakukan olahraga, akibatnya badan seringkali kurang fit, cepat capek dan sering merasa ngantuk. Alasan yang sering mereka ungkapkan seperti sibuk dengan tugas-tugas, sehingga kadang malas meluangkan waktu untuk olahraga (ardiansyah, 2009). Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Setiawati (2010) yang berjudul hubungan tingkat pengetahuan dan sikap pada penderita hipertensi dengan perilaku olah raga di Desa Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan. Hasil penelitianmenunjukkan ada hubungan hubungan tingkat pengetahuan pada penderita hipertensi dengan perilaku olah raga di Desa Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan, dengan p value sebesar 0,000 (α = 0,05). Gambaran Kejadian Oligomenore Pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Siklus mentruasi menjadi lebih panjang pada kelainan ini, yaitu lebih dari 35 hari dan perdarahanya biasanya hanya sedikit. Kelainan ini biasnya terjadi karena adanya kelainan gangguan kejiwaan
seperti stres atau karena penyakit-penyakit tertentu (Andriyani (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang yang tidak mengalami oligomenore sebanyak 70 responden (82,4%). Olligomenorrhea atau oligomenore yaitu tidak mendapat haid padahal sudah masuk ke periode biasnya. Saat itu dia sudah beberapa kali mengalami menstruasi dan tidak sedang dalam keadaan hamil (Priyatna, 2009). Remaja putri yang tidak mengalami oligomenore diantaranya didukung oleh status gizi yang baik. Status gizi berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi organ reproduksi. Pada wanita dengan usia subur diperlukan status gizi yang baik dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat menstruasi terutama pada fase luteal. Pada fase ini terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Selama ini telah diketahui bahwa wanita dengan status gizi kurang memiliki resiko terjadinya gangguan siklus menstruasi. Akan tetapi, gangguan siklus menstruasi juga ditemukan pada wanita yang mengalami obesitas (Dieny, 2014). Analisis Bivariat Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang Seorang wanita yang mengalami kekurangan maupun kelebihan gizi akan berdampak pada penurunan fungsi hipotalamus yang tidak memberikan rangsangan kepada hipofisa anterior untuk menghasilkan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). Dimana FSH ini berfungsi merangsang pertumbuhan sekitar 3-30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur. Tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Sedangkan LH (luteinizing hormone) berfungsi dalam pematangan sel telur atau ovulasi (fase
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
5
sekresi) yang nantinya jika tidak dibuahi akan mengalami peluruhan (menstruasi), sehingga apabila produksi FSH dan LH terganggu maka siklus menstruasi juga akan terganggu. Berhubungan dengan menstruasi, secara khusus jumlah wanita anovulasi akan meningkat apabila berat badannya mengalami perubahan (meningkat atau menurun) (Francin, 2004, dalam Anggarini, 2012). Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisis. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu (Hastiantoro, 2009) Beberapa wanita memiliki produksi hormon prolaktin cukup tinggi. Hormon prolaktin ini sering kali membuat wanita tak kunjung menstruasi karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada kasus ini tidak masalah, justru sangat baik untuk memberikan kesempatan guna memelihara organ reproduksinya. Sebaliknya beberapa wanita juga mempunyai hormon prolaktin yang tinggi yang biasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Hastiantoro, 2009). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai χ2 hitung (4,267) > χ2 tabel (3,84) dan p value sebesar 0,039 (α = 0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang. Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-
6
masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbaangan hormon dalam tubuh. Masa remaja juga seringkali dihadapkan pada aktivitas fisik yang tinggi terutama berolahraga di sekolah, olahraga yang berlebihan dapat mengakibatkan nutrisi habis digunakan untuk aktifitas olahraga sehingga nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menunjang aktifitas hormon terganggu yang dapat mengakibatkan terjadinya oligomenorea (Banudi, 2013). Sementara disisi lain kebiasaan berolahraga saat menstruasi terbukti lebih bermanfaat. Sebuah latihan intensitas sedang membantu dalam mengurangi kram (juga dikenal sebagai dismenore) dan juga menyimpan rasa kembung di teluk. Selain ini, berolahraga selama periode menstruasi juga membantu dalam sirkulasi darah yang efektif, sehingga mengurangi sakit kepala dan sakit lainnya dan nyeri yang disebabkan oleh hilangnya darah dan deplesi besi (Wiknjosastro, 2012). Olahraga kesehatan teratur yang padat gerak, bebas stres, singkat (cukup 10-30 menit tanpa henti), adekuat, massal, mudah, murah, meriah dan fisiologis (bermanfaat dan aman). Massal adalah ajang silaturohmi, ajang pencerahan stres, ajang komunikasi sosial. Olahraga kesehatan membuat manusia menjadi sehat jasmani, rohani dan sosial, yaitu sehat seutuhnya sesuai konsep sehat WHO. Adekuat artinya cukup, yaitu cukup dalam waktu (10-30 menit) dan cukup intensitasnya. Intensitas olahraga yang cukup,yaitu apabila denyut nadi latihan mencapai 65-80 % DNM sesuai umur (denyut nadi maksimal sesuai umur = 220 – umur dalam tahun) (Giriwijoyo, 2007). Saat anda berolahraga, tubuh mengeluarkan beta-endorphins yang menangkal hormon stres yang menjalar ke tubuh, sehingga mendapati perasaan
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
nyaman, menyenangkan (Kusumawardhani, 2009).
dan
rileks
Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih ada keterbatasan dari penelitian yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh peneliti. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah masih adanya variabel lain yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti diantaranya status gizi, pola makan, dimana dimungkinkan variabel tersebut dapat mempengaruhi kejadian oligomenore. Penelitian ini hanya meneliti frekuensi olahraga akan tetapi belum meneliti jenis dan waktu olahraga. KESIMPULAN Kebiasaan olahraga remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak baik yaitu sebanyak 46 responden (54,1%). Remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar tidak mengalami oligomenore yaitu sebanyak 70 responden (82,4%). Ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian oligomenore pada remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang, dengan p value sebesar 0,039 (α = 0,05). SARAN Sebaiknya remaja putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang meningkatkan kebiasaan olahraga terutama frekuensi dan durasinya misalnya dengan membuat jadwal rutin setiap harinya. Peneliti selanjutnya diharapkan meningkatkan hasil penelitian dengan mengendalikan variabel lain dalam penelitian ini misalnya status gizi remaja putri sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA [1] Andira (2010). Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A. Plus Books [2] Andriyani (2012). Hubungan Riwayat Keluarga dan Keadaan Stres Dengan Terjadinya Dismenore Pada Mahasiswi FKM Unair. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlanggan Surabaya [3] Anggarani dan Subekti (2013). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka. Rihama. [4] August (2009) Memelihara Kesehatan Reproduksi Perempuan Sejak Dini. Perpustakaan Nasional : Yogyakarta [5] Basuki (2006). Dasar-Dasar Urologi. Malang: Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya [6] Chomaria (2009). Tips Jitu dan Praktis Mengusir Stress. Diva Press: Jogjakarta [7] Desmita (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja. Rosdakarya. [8] Dewi (2012). Gizi Saat Sindrom Menstruasi.Jakarta: Penertbit PT Bhuana Ilmu Populer [9] Hasibuan (2012). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Edisi 2,Jakarta: PT. Gunung Agung [10] Jackman (2006). Early Education Curriculum: A Child’s Connection to the World, Fourth Edition.USA: Delmar Cengage Learning [11] Kusmiran (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika [12] Lasmono dan Prambudi (2003). Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Indonesian Psychological Journal. Anima. Vol. 18, No. 4, 326340 [13] Notoatmodjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. [14] Nursalam (2011). Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang
7
[15] Prawirohardjo (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka [16] Priyatna (2009). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC [17] Proverawati & Misaroh (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh. Makna. Yogyakarta : Nuha Medika. [18] Rachmayunita (2007). Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta : Diglosia. Medika [19] Ridwan (2005). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. [20] Sarwono (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo
8
[21] Setiawan dan Saryono (2010). Metodologi Penelitian kebidanan. Nuha. Medika. Jakarta [22] Sugiyono (2011). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. [23] Sunaryo (2013). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC [24] Tarwoto et.,al (2010). Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika [25] Wiknonjastro (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina. Pustaka Sarwono Prawirohardjo. [26] Yosep (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Oligomenore pada Remaja Putri di SMK Widyapraja Ungaran Kabupaten Semarang