MEDICA MAJAPAHIT
Vol 7. No. 1, Maret 2015
HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KEMANTREN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO Abdul Muhith1 *) Mochammad Saiful Anam2 *) Email :
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study is to determine the relationship of exercise habits to the incidence of osteoporosis in the elderly. This research uses analytic design with cross sectional correlation. Entire elderly population in the Kemantren Village Tulangan district of Reinforcement Sidoarjo regency as many as 154 people to obtain a total of 32 samples were taken by purposive sampling. The results showed that from the 32 respondents who had enough exercise frequency are 16 respondents who are subjected to the risk of osteoporosis occurrence were as many as 13 respondent (40,625%) and low risk as much as 3 respondents (9,375%). While from 10 respondent (31,25%) who are well known of doing exercise, 5 respondents did kind of exercise walking. Data were analyzed using Spearman rank statistical test using SPSS version 16.0 and was obtained p (0,00) < 𝛼𝛼 (0,05), so Hο is rejected it means there is a connection with the exercise habits incidence of osteoporosis in the elderly in the village of IHC Elderly in Kemantren village Tulangan District of Sidoarjo. Exercise habits which are not done regularly and correctly movements will be easy to have symptoms of osteoporosis. Not only the exercise habits but also the gender of elderly will affect the incidence of osteoporosis. Elderly is expected to increase physical activity is good and right in order to get the ideal body. Keywords : exercise habist, osteoporosis, an elderly
1) Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 2) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto
74
MEDICA MAJAPAHIT
Vol 7. No. 1, Maret 2015
A. PENDAHULUAN Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap. Proses penuaan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan secara holistik, yaitu perubahan biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan seksual. Salah satu perubahan biologis pada lansia pada sistem musculoskeletal adalah terjadinya osteoporosis.1 Catatan pada tahun 2013 di Amerika, patah tulang belakang setiap tahun mencapai 1.200.000 kasus. Menurut hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes pada 14 profinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7%. Itulah sebabnya angka osteoporosis di Indonesia 6 kali lebih besar dari pada negara Belanda. Lima provinsi dengan resiko osteoporosis lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%). Berdasarkan hasil dari kader dan puskesmas di Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo bahwa 10 lansia telah di dapatkan 7 lansia (70%) mengalami osteoporosis dan 3 lansia (30%) mengalami osteopeni. Dari 7 lansia yang mengalami osteoporosis didapatkan sebanyak 5 lansia tidak melakukan olahraga (71%) dan sebanyak 2 lansia jarang melakukan olahraga (29%), sedangkan sebanyak 3 lansia yang mengalami osteopeni didapatkan 3 lansia jarang melakukan olahraga (100%). Salah satu penyebab osteoporosis yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain umur, jenis kelamin, status hormonal, ras, riwayat keluarga. Faktor yang dapat dikontrol yaitu alkoholisme dan minum kopi yang berlebihan, asupan kalsium dan vitamin D yang rendah, konsumsi daging merah dan minuman bersoda, imobilisasi yang lama, kurang gerak dan malas olahraga, dan merokok.2 Salah satu tindakan untuk mencegah atau memperbaiki osteoporosis adalah dengan berolahraga. Olahraga menyebabkan sel-sel tulang mengalami tarikan mekanis akibat latihan olahraga/latihan beban yang memberati tulang. Tarikan-tarikan itu menyebabkan masuknya ionion kalsium ke dalam sel diikuti produksi prostaglandin (kelompok asam
75
MEDICA MAJAPAHIT
Vol 7. No. 1, Maret 2015
lemak hidroksid yang merangsang kontraksi otot polos, merendahkan tekanan darah), dan meningkatkan aktivitas enzim, serta mengeluarkan hormon pertumbuhan. Akhirnya perubahan-perubahan ini dapat memicu pembentukan kembali tulang. Latihan-latihan yang terbebani oleh berat badan dan latihan kekuatan, seperti jalan kaki menjadi latihan yang paling baik untuk memenuhi kesehatan tulang. Berdasarkan hal tersebut tulisan ini bertujuan tentang hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian osteoporosis pada lansia di posyandu lansia Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. B.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan design penelitian cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara kedua variabel.3 Kepadatan tulang subyek diukur menggunakan alat densitometri. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probability sampling dengan jenis Purposive sampling.4 Populasi yang diteliti adalah seluruh lansia di Posyandu Lansia Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo dengan jumlah 154 orang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebiasaan olahraga dan variabel dependen adalah kejadian osteoporosis. Analisis data yang digunakan adalah uji spearman rank test.
C. HASIL PENELITIAN Hasil dari penelitian hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian osteoporosis pada lansia di posyandu lansia Desa Kemantren kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut. Pada pengukuran kepadatan tulang yang dilakukan menggunakan alat densitometri dapat diketahui bahwa dari 32 responden yang mempunyai frekuensi olahraga cukup sebanyak 16 responden yang sebagian besar mengalami kejadian osteoporosis resiko sedang sebanyak 13 responden (40,625%) dan resiko rendah sebanyak 3 responden (9,375%). Seperti yang tersaji dalam tabel 1.
76
MEDICA MAJAPAHIT
Vol 7. No. 1, Maret 2015 Tabel 1.
Kebiasaan Olah Raga Baik Cukup Kurang Total
Hubungan Kebiasaan Olahraga Dengan Kejadian Osteoporosis Pada Lansia Di Posyandu Lansia Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo. Osteoporosis Total Osteoporosis Osteopeni Normal f % f % f % f % 0 0 2 6,3 8 25,0 10 31,3 0 0 13 40,6 3 9,4 16 50,0 5 15,6 1 3,1 0 0 6 18,8 5 15,6 16 50,0 11 34,4 32 100
D. PEMBAHASAN Hasil uji statistik dengan bantuan SPSS versi 16,0 menggunakan Spearman rank, didapatkan ρ = 0,00, berarti ρ < α (0,05), sehingga H0 ditolak artinya terdapat hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian osteoporosis pada lansia di Posyandu Lansia Desa Kemantren Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo seperti pada tabel 1. Kebiasaan olahraga juga merupakan cara termudah dan termurah untuk tetap sehat, termasuk dalam pencegahan osteoporosis ini. Olahraga “Wight Bearing” seperti jogging, lari, angkat beban, bulu tangkis, tenis, atau olahraga lain akan membantu menjaga kepadatan tulang anda. Selain itu olahraga juga dapat memperkuat otot anda dan membantu keseimbangan postur anda sehingga kemungkinan terjadinya fraktur (patah tulang) lebih kecil.5 Osteoporosis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.2 Osteoporosis ditandai tinggi badan berkurang, bungkuk atau bentuk tubuh berubah, patah tulang, dan nyeri bila ada patah tulang.6 Hasil observasi yang telah di lakukan peneliti setelah mengukur kepadatan tulang responden di Desa Kemantren, didapatkan bahwa dari 32 responden yang mempunyai frekuensi olahraga cukup sebanyak 16 responden yang sebagian besar mengalami kejadian osteoporosis resiko sedang sebanyak 13 responden (40,625%) dan resiko rendah sebanyak 3 responden (9,375%). Dan disamping itu bisa juga dilihat dari kebiasaan olahraga masa lalu responden jika sering melakukan olahraga secara teratur
77
MEDICA MAJAPAHIT
Vol 7. No. 1, Maret 2015
dengan tehnik yang benar maka terjadinya osteoporosis juga lebih kecil. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara teori dengan fakta yang ada dimana kebiasaan olahraga dengan kejadian osteoporosis. Penelitian yang dilakukan peneliti sudah memperhatikan unsur-unsur yang dapat dijadikan patokan supaya hasil penelitian tidak menjadi bias yaitu dengan memperhatikan cara pengukuran kepadatan tulang. Dengan demikian olahraga bisa mencegah terjadinya pengeroposan tulang, menguatkan otototot tulang dan juga bisa membantu mencegah terjadi osteoporosis. E.
PENUTUP Posyandu lansia lebih meningkatkan pemberian informasi tentang aktivitas fisik dan membuat program olahraga seperti senam dan jalan sehat kepada lansia secara teratur, khususnya bagi lansia yang mengalami gejala osteoporosis sedang. Sehingga lansia dapat melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur dan sebaik mungkin. Agar bisa mencegah terjadinya osteoporosis dan mengurangi tingkat limitasi pada lansia. Lansia yang mengalami Gejala Osteoporosis diharapkan untuk menghindari jenis olah raga keras atau kompetitis seperti squash dan juga olahraga sit-up dengan kaki lurus, terlentang sambil mengangkat kedua kaki, meraih ibu jari kaki dan melengkupkan punggung karena dinilai membahayakan. Dan disarankan untuk membuat jadwal aktivitas atau olahraga secara rutin serta lebih mengutamakan aktivitas fisik seperti kelenturan (seperti peregangan tangan dan kaki, senam) kekuatan (jalan kaki, naik tangga).
DAFTAR PUSTAKA 1. Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2. Nurrahmani, Ulfa. 2012. Stop Osteoporosis. Yogyakarta : Familia 3. Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metodologi Penelitian Keperawatan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika 4. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika 5. Wibowo, Andry. 2011. 7 Cara Mudah Cegah Osteoporosis Sejak Dini.(Online) (http://www.kucoba.com. Diakses tanggal 28 Oktober 2011). 6. Pudjiastuti, Sri Surini. 2003. Fisioterapi Pada Lansia Cetakan Pertama. Jakarta : EGC.
78