FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI DESA NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG Elmi Noviana Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRACT Background: Life expectancy and the number of elderly people have increased by 22.5% annually. The Posyandu for elderly is only active in the early establishment. The elderly people who visit Posyandu are degreasing. factors associated with the decline in visits to the elderly elderly neighborhood health center include: knowledge of the elderly, the distance between home and neighborhood health center location, facilities and infrastructure, lack of information about posyandu elderly, economic and income, lack of family support and any other facilities provided by the government. Destination: determine the factors associated with the decline in visits to the elderly elderly posyandu. Method: This research uses analytic obsevatinal research with cross sectional approach. This study used a questionnaire. The sample of this study included 65 elderly people in the village Ngempon using purposive sampling. Analysis of the data used is the analysis of the data used is the chi-square test. Results: The results of the study most of the less knowledgeable respondents (50,0%) who did not regularly make visits to elderly .responden posyandu neighborhood health center with the distance away also greater (65,8%) who did not regularly perform kunjungan.Responden with unsupportive family support also greater (81,1%) and irregular visits to the neighborhood health center. Based on the bivariate analysis of the three variables, namely knowledge (p = 0.001), the distance (p = 0.41), family support (p = 0.001) concluded that there is a relationship factors associated with decreased visits to the elderly elderly posyandu. Suggestion: It is expected that the community, especially the elderly should further enhance their knowledge through active follow posyandu activities Keywords: Knowledge, Distance homes, Family Support, visit the Elderly PENDAHULUAN Menurut Subagio (2008), suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen. Dari seluruh provinsi di Indonesia, ada 11 provinsi yang penduduk lansianya sudah lebih dari 7%, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan lima provinsi dengan persentase lansia terendah adalah: Papua (2,15 persen); Papua Barat (2,92
persen), Kepulauan Riau (3,78 persen), Kalimantan Timur (4,53 persen), dan Riau (4,86 persen). Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah lansia Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa pada tahun 2012 dari yang hanya 19 juta jiwa pada tahun 2006. Hasil rekapitulasi data Dinas Kesehatan Jawa tengah mencatat 3 juta jiwa
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
1
lansia terdapat di Jawa tengah. Angka ini menunjukkan peningkatan jumlah lansia sebesar 22,5% dari 2.323.541 pada tahun 2010 (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012). Di Indonesia, pelayanan kesejahteraan sosial bagi warga usia lanjut secara umum boleh dikatakan masih merupakan hal yang baru. Hal ini dikarenakan prioritas yang diberikan pada populasi usia lanjut yang baru saja mulai diperhatikan. Dibanding Negara maju, misalnya Amerika dan Australia, Indonesia sangat tertinggal dalam hal pemberian kesejahteraan bagi lansia ini (Martono, 2009). Pelayanan sosial lanjut usia (lansia) adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya (Depkes, 2007). Salah satu bentuk pelayanan sosial lanjut usia yaitu posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan pos pelayanan terpadu terhadap lansia di tingkat desa/kelurahan dalam wilayah kerja masing-masing puskesmas. Adapun tujuan dari pembentukan posyandu lansia yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga, dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan dan komunikasi antara masyarakat usia lanjut (Ismawati, 2010). Penyakit yang sering dijumpai pada lansia dikemukakan ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua,yakni gangguan sirkulasi darah,seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, ginjal, gangguan metabolisme hormonal seperti : diabetes melitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid, gangguan pada persendian seperti : osteoartritis. Menurut The National Old People’s Welfare Council di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni : Depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan,gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes melitus, gangguan pada defekasi. Sedangkan penyakit lanjut usia di Indonesia ada 7 macam yakni : penyakit sistem pernapasan, penyakit kardiovaskuler dan pembuluh darah, penyakit
2
pencernaan, penyakit sistem urogenital, penyakit sistem metabolik/endokrin, penyakit persendian pada tulang, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh keganasan. ( Azizah, 2011). Peningkatan populasi lansia mendorong pemerintah untuk merumuskan berbagai kebijakan dan pelayanan kesehatan usia lanjut, ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dalam mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. (Ismawati, 2010). Pelayanan kesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan aktfitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti makan,minum,berjalan,mandi, berpakaian, naik-turun tempat tidur, buang air besar atau air kecil dan sebagainya, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan tinggi badan, pencatatan dalam grafik indeks masa tubuh (IMT), pengukuran tekanan darah, perhitungan denyut nadi, pemeriksaan gula darah, pelaksaan rujukan kepuskesmas bila ada rujukan, penyuluhan, kunjungan rumah oleh kader didampingi puskesmas bagi lansia yang tidak hadir diposyandu, pemberian makanan tambahan (PMT) dan kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia dan jalan santai. (Azizah, 2011). Menurut Budiawan (2004) faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kunjungan lansia ke posyandu lansia antara lain : pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana, kurangnya informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindaraan terhadap suatu objek tertentu. Supriyatno (2005), mengemukakan bahwa pengetahuan yang salah tentang tujuan dan manfaat
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Posyandu dapat menimbulkan salah persepsi yang akhirnya kunjungan lansia ke Posyandu rendah. Bila pengetahuan lebih dapat dipahami, maka timbul suatu sikap dan perilaku untuk berpartisipasi. Selain itu tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi perilaku individu, yang mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin tinggi kesadaran untuk perperan serta, dalam hal ini adalah melakukan kunjungan ke Posyandu lansia. Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) anatara dua benda atau tempat yaitu anatara jarak eumah dengan posayndu. Jangkauan pelayanan Posyandu dapat ditingkatkan dengan bantuan pendekatan maupun pemantauan melalui kegiatan Posyandu (Budioro, 2002). Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau di tempat khusus yang dibangun masyarakat (Effendy, 2008). Dukungan keluarga adalah dorongan/motivasi yang diberikan oleh keluarga untuk membantu lansia ikut berperan dalam kegiatan posyandu. Untuk memenuhi pelayanan secara holistik dibutuhkan dukungan dari keluarga. Di Indonesia kebanyakan para lansia tinggal bersama keluarganya (anak). Keluarga menghendaki lansia tinggal bersama agar dapat dirawat oleh keluarga, hal ini memberi manfaat bagi kedua belah pihak sehingga lansia dapat merasakan kedamaian berada di tengah-tengah keluarga. Sedangkan keluarga dapat memetik manfaat kepuasan batin dalam memberikan pengabdian, balas budi dan membahagiakan orang tua. Cara ini sesuai dengan agama, maupun budaya yang mengikat mereka. Permasalahan bagi lansia adalah permasalahan kesehatan, oleh karena itu peran keluarga sangat diperlukan sebagai bentuk dukungan bagi lansia terutama dalam memeriksakan kesehatan secara rutin ke Posyandu Lansia. Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia, karena merasa memperoleh dukungan keluarga, secara emosional karena merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati maupun tidak. ( Rahayu, 2008 ).
Kegiatan Posyandu Lansia yang berjalan dengan baik akan memberikan kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan dan program Posyandu Lansia tersebut sangat baik dan banyak memberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya para lansia berupaya memanfaatkan adanya Posyandu Lansia tersebut sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal. ( Rahayu, 2008 ). Fenomena di lapangan menunjukan fakta yang berbeda, Posyandu Lansia ternyata hanya ramai pada awal pendirian saja, selanjutnya lansia yang memanfaatkan Posyandu semakin berkurang terutama dikelurahan ngempon. Berdasarkan data yang didapatkan dari bidan desa Ngempon jumlah lansia yang ada di kelurahan ngempon sejumlah 259 orang. Jumlah lansia yang aktif melakukan kunjungan ke posyandu dari 3 posyandu sejumlah 45 orang, 32 orang jarang melakukan kunjungan dan 98 orang tidak pernah berkunjung ke posyandu disebabkan karena kesibukan lansia bekerja dan 79 lansia malas berkunjung ke Posyandu serta 5 orang lansia menderita sakit berat dianataranya 3 orang menderita penyakit TBC, 1 orang stroke dan 1 orang menderita penyakit diabetes melitus (DM). Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan Kunjungan lansia ke posyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun 2014. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian merupakan metode atau cara mengadakan penelitian sehingga penelitian dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Arikunto, 2010). Desain penelitian ini bersifat observational analitik. Dari segi waktu penelitian bersifat cross sectional. Yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) artinya tiap subjek penelitian di amati pada waktu yang sama. (Notoamodmojo, 2010)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
3
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang sebanyak 259 lansia. Sampel Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Teknik Purposive Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, ciri atau sifatsifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 65 lansia. Adapun kriteria responden dalam penelitian ini adalah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi penelitian ini yaitu : 1) Lansia yang bisa baca tulis; 2) Lansia yang memiliki kemampuan mendengar dengan baik; 3) Lansia yang berusia 60 sampai 74 tahun; 4) Lansia yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia yang sedang sakit parah dan yang tidak bersedia menjadi responden. Pengumpulan Data Data Primer Dalam memperoleh data primer, peneliti melakukan wawancara pada responden. Dalam penelitian ini yaitu data tentang kunjungan lansia, tingkat pengetahuan lansia, jarak rumah dengan posyandu dan dukungan keluarga di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Data Sekunder Data skunder didapatkan tidak langsung dari subyek penelitian. (Riyanto, 2011). Dalam penelitian ini yaitu data tentang gambaran umum Desa Ngempon Kecamatan Bergas
4
Kabupaten Semarang diperoleh dari buku profil. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah dengan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Sugiyono, 2010). Analisis Data Analisa Univariat Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kunjungan lansia terhadap posyandu lansia. Analisis bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Untuk mengetahui hubungan kedua variabel tersebut dilakukan dengan uji statistik, uji statistik yang digunakan uji Chi-Square. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Pengetahuan Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Lansia Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 18 27,7 Cukup 19 29,2 Kurang 28 43,1 Total 65 100,0 Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang (43,1%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 18 orang (27,7%).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
Jarak Rumah Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden tentang Jarak Rumah Lansia Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Jauh 35 53,8 Dekat 30 46,2 Total 65 100,0 Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar jarak rumah responden Jauh (53,8%) dan sebagian kecil jarak rumah dekat (46,2%). Dukungan Keluarga Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden tentang Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Mendukung 31 47,7 Tidak 34 52,3 Mendukung Total 65 100,0
Berdasarkan Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mendapat dukungan dari keluraga (52,3%) dan sebagian kecil mendapat dukungan dari keluarga (47,7%). Kunjungan Lansia Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Responden tentang Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Kunjungan Frekuensi Persentase (%) Teratur 27 41,5 Tidak 38 58,5 teratur Total 65 100,0 Berdasarkan Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak teratur melakukan kunjungan (58,5%) dan sebagian kecil teratur melakukan kunjunan (41,5%).
Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas. Tabel 5. Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Kunjungan Lansia Total Pengetahuan Tidak teratur teratur p-value f % F % F % Baik 4 10,5 14 51,9 18 27,7 0,001 Cukup 15 39,5 4 14,8 19 29,2 Kurang 19 50,0 9 33,3 28 43,1 Total 38 100 27 100 65 100 Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan kurang (50,0%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan responden yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu (33,3%). Responden yang berpengetahuan Cukup yaitu (39,5%) tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan
hanya (14,8%) yang teratur melakukan posyandu. Reponden yang berpengetahuan baik (51,9%) teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan hanya (10,5%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,001), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
5
yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa
Ngempon Kecamatan Semarang.
Bergas
Kabupaten
Hubungan Jarak Rumah dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Tabel 6. Tabulasi Silang Jarak Rumah Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Kunjungan Lansia Total Jarak Tidak teratur teratur p-value f % F % F % Jauh 25 65,8 10 37,0 35 53,8 0,041 Dekat 13 34,2 17 63,0 30 46,2 Total 38 100 27 100 65 100 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan persentase responden dengan jarak rumah jauh lebih besar yaitu (65,8) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan yang teratur melakukan ke posyandu (37,0%). Persentase responden yang jarak rumah dekat juga lebih besar yaitu (63,0%) yang teratur melakukan kunjungan keposyandu dibandingkan dengan yang tidak
teratut melakukan kunjungan ke posyandu (46,2%). Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,041), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Tabel 7. Tabulasi Silang Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Kunjungan Lansia Total Dukungan keluarga Tidak teratur Teratur p-value f % F % F % Tidak Mendukung 31 81,1 3 11,1 34 52,3 0,001 Mendukung 7 18,4 24 88,9 31 47,7 Total 38 100 27 100 65 100 Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan persentase responden dengan keluarga yang tidak mendukung lebih besar yaitu (81,1) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan yang teratur melakukan ke posyandu (11,1%). Persentase responden dengan keluarga yang mendukung juga lebih besar yaitu (88,9%) yang teratur melakukan kunjungan keposyandu dibandingkan dengan yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu (18,%) Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,001), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia
6
di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. PEMBAHASAN Analisis Univariat Pengetahuan Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebagian besar reponden yang diteliti memiliki pengetahuan kurang sebanyak 28 orang (43,1%) dan sebagian kecil berpengetahuan baik sebanyak 18 orang (27,7%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pengetahuan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
merupakan salah satu indikasi yang dapat mengubah sikap dan prilaku seseorang. Semakin kurang tingkat pengetahuan seseorang maka semakin rendah pula kunjungannya Ke Posyandu Lansia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, dimana sebagian besar responden yang diteliti memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan responden menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke Posyandu, karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh responden baik dari tempat pelayanan kesehatan maupun dari berbagai media tentang pentingnya lansia melakukan kunjungan posyandu lansia. Oleh karena itu, perlu diadakan bimbingan konseling, penyuluhan dan pengarahan terhadap lansia agar kunjungan ke posyandu lansia dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Notoadmojo (2003). Menurut Fallen (2010), bahwa pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu merupakan salah satu kendala lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu. Dimana pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Dengan pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Astuti (2010) dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki pengetahuan yang kurang tentang kunjungan posyandu lansia sebanyak 45 orang (61,6%) dari 73 responden yang diteliti dan sebagian kecil memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 9
orang (12,3%). Dalam penelitiannya tersebut menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang didapatkan oleh seseorang. Semakin banyak informasi yang didapatkan, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Jarak Rumah Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa lebih banyak responden yang jarak rumah jauh dari posyandu lansia sebanyak 35 orang (53,8%) dibandingkan dengan jarak rumah dekat sebanyak 30 orang (46,2%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa jarak rumah menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh responden untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada umumnya, semakin jauh jarak rumah yang harus ditempuh oleh responden ke posyandu lansia, maka semakin rendah pula tingkat kunjungannya ke posyandu lansia. Rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, dari hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa masih banyaknya responden yang jarak rumahnya jauh mengalami penurunan kunjungan lansia ke posyandu lansia disebabkan karena banyak faktor . salah satu diantaranya disebabkan karena faktor biaya, jauhnya jarak rumah yang harus ditempuh oleh responden ke posyandu lansia membuat responden harus mengeluarkan biaya untuk datang ke posyandu lansia tersebut. Karena responden tidak memiliki cukup biaya untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan sehingga kunjungan ke posyandu lansia menjadi rendah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, disarankan kepada pemerintah setempat untuk menyediakan tempat pelayanan kesehatan yang mudah di jangkau oleh responden agar derajat kesehatannya dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau di tempat khusus yang dibangun masyarakat (Effendy, 2008).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
7
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) anatara dua benda atau tempat yaitu antara jarak rumah dengan posayndu. Jangkauan pelayanan Posyandu dapat ditingkatkan dengan bantuan pendekatan maupun pemantauan melalui kegiatan Posyandu (Budioro, 2002). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Fitri Mega Tari (2011) dari hasil penelitiannya diketahui bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki jarak rumah yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan sebanyak 33 orang (60,0%) dan sebagian kecil jarak rumahnya dekat sebanyak 22 orang (40,0%) dari 55 responden yang diteliti. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa jarak rumah dari tempat pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Dukungan Keluarga Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mendapatkan dukungan dari keluraga untuk datang ke posyandu lansia sebanyak 34 orang (52,3%) dan sebagian kecil mendapat dukungan dari keluarga sebanyak 31 (47,7%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diterangkan bahwa dukungan keluarga sangat berperan penting dalam mendorong minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia. Namun dalam hal ini, sebagian besar responden yang diteliti tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk datang ke posyandu lansia. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor pemicu rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Masih banyaknya lansia yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk datang ke posyandu lansia disebabkan karena sebagian besar keluarga responden menginginkan keluarganya di rawat di rumah. Selain itu juga, ada yang disebabkan karena kurangnya perhatian keluarga terhadap lansia. Beberapa faktor di ataslah yang menjadi faktor penyebab rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia.
8
Hal ini sesuai dengan salah satu teori yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan suatu upaya yang diberikan kepada orang lain meliputi moral dan material agar orang yang diberikan dukungan menjadi termotivasi dalam melakukan kegiatan (Sarwono, 2003). Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan lansia, karena merasa memperoleh dukungan keluarga, secara emosional karena merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya dan perilaku suatu kegiatan atau aktifitas yang dapat diamati maupun tidak. ( Rahayu, 2008 ). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Rahma (2012) dari hasil penelitiannya tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden yang diteliti tidak mendapatkan dukungan dari keluarga sebanyak 65 orang (89,0%) dari 73 responden yang diteliti. Kunjungan Lansia Hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 38 orang (58,8%) dan sebagian kecil responden teratur melakukan kunjungan sebanyak 27 orang (41,5%). Berdasarkan hasil penelitian ini sebagian responden tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu di sebabkan karena faktor pengetahuan responden tentang posyandu lansia rendah sehingga minat responden untuk datang ke posyandu itu kurang. Faktor jarak rumah dengan lokasi posyandu jauh juga sangat mempengaruhi kunjungan responden ke posyandu karena membutuhkan biaya untuk datang ke posyandu. Faktor dukungan keluarga juga sangat mempengaruhi kunjungan responden ke posyandu,karena dengan adanya dukungan dari keluarga sangat berperan penting dalam mendorong minat dan kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu Lansia disamping itu lansia juga menjadi termotivasi dalam melakukan kunjungan ke posyandu. Hal ini sesuai denga teori mengatakan faktor yang berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia adalah pengetahuan,jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana, kurangnya
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan,kurangnya dukungan dari keluarga dan adanya fasilitas lain yang di berikan oleh pemeintah. (Budiawan, 2004). Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Lansia dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan kurang sebesar (50,0%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan responden yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebesar (11,1%). Responden yang berpengetahuan Cukup sebesar (39,5%) tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan hanya (14,8%) yang teratur melakukan posyandu. Sebagian besar responden yang berpengetahuan baik (51,9%) teratur melakukan kunjungan ke posyandu dan hanya (10,5%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu. Sedangkan dari hasil analisis diperoleh p value sebesar 0,001, karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa pengetahuan sangat berpengaruh terhadap kunjungan yang dilakukan oleh lansia. Masih banyaknya responden yang pengetahuannya kurang tidak teratur dalam melakukan kunjungan lansia ke posyandu disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh responden tentang pentingnya melakukan kunjungan ke posyandu lansia. Informasi yang didapatkan menjadi salah satu faktor penting bagi responden untuk meningkatkan kunjungan ke posyandu lansia. Kemudian masih banyaknya responden yang pengetahuannya cukup tidak teratur dalam melakukan kunjungan lansia diakibatkan karena masih kurangnya tingkat kesadaran lansia tentang pentingnya melakukan kunjungan ke posyandu lansia dan kesibukan lansia untuk bekerja sebagai petani, walaupun lansia memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, namun tanpa dibarengi oleh tingkat kesadaran yang tinggi maka kunjungannya ke posyandu lansia akan semakin menurun. Sedangkan masih adanya
responden yang tingkat pengetahuannya baik, namun tidak teratur dalam melakukan kunjungan posyandu diakibatkan karena kurangnya kemauan untuk datang ke posyandu lansia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : umur, pendidikan, pengalaman, lingkungan, sosial budaya dan informasi yang didapatkan (Notoatmodjo, 2003) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiannya Astuti (2010) dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki pengetahuan yang kurang tentang kunjungan posyandu lansia sebanyak 45 orang (61,6%) dari 73 responden yang diteliti dan sebagian kecil memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 9 orang (12,3%). Dalam penelitiannya tersebut menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang didapatkan oleh seseorang. Semakin banyak informasi yang didapatkan, maka semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hubungan Jarak Rumah dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa persentase responden dengan jarak rumah jauh lebih besar yaitu (65,8%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan yang teratur melakukan ke posyandu (37,0%). Persentase responden yang jarak rumah dekat juga lebih besar yaitu (34,2%) yang teratur melakukan kunjungan keposyandu dibandingkan dengan yang tidak teratut melakukan kunjungan ke posyandu (63,0%). Sedangkan dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value (0,041), sehingga ditemukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dijelaskan bahwa jarak rumah yang terlalu jauh menjadi salah satu kendala yang harus dilalui oleh responden untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan. Karena jarak rumah yang terlalu jauh dari tempat pelayanan kesehatan membuat responden merasa enggan untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
9
disamping itu juga responden harus mengeluarkan biaya sehingga responden enggan untuk datang berkunjung ke posyandu. Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, balai RT, atau di tempat khusus yang dibangun masyarakat (Effendy, 2008). Hubungan jarak posyandu dengan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu, jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalalmi kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu dengan demikian keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa persenatase responden dengan keluarga yang tidak mendukung lebih besar yaitu (81,6%) yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan yang teratur melakukan ke posyandu (11,1%). Persentase responden dengan keluarga yang mendukung juga lebih besar yaitu (88,9%) yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan yang tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu (18,4%). Sedangkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,001), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penurunan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh responden untuk melakukan kunjungan ke posyandu lansia.
10
Apabila dukungan dari keluarga tidak didapatkan oleh responden, maka akan berpengaruh terhadap kunjungan ke posyandu lansia. Namun jika dilihat dari hasil penelitian bahwa masih adanya responden yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk melakukan kunjungan ke posyandu lansia diakibatkan karena kurangnya perhatianya keluarga terhadap lansia. Akan tetapi, ada juga yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga karena keluarga responden menginginkannya di rawat di rumah saja dan sebagian keluarga responden menitipkan anaknya untuk dijaga oleh responden sementara keluarga bekerja. Hal inilah yang menjadi faktor rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian dukungan oleh keluarga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang keduanya saling berhubungan. Faktor internal berasal dari individu itu sendiri meliputi faktor tahap perkembangan yaitu pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbedabeda pada setiap rentang usia (bayi–lansia). Selanjutnya adalah faktor pendidikan atau tingkat pengetahuan. Dalam hal ini kemampuan kognitif yang membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor–faktor yang berhubungan dengan penyakit dalam upaya menjaga kesehatan dirinya. Kemudian, faktor emosi yang mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakan sesuatu. Respon emosi yang baik akan memberikan antisipasi penanganan yang baik terhadap berbagai tanda sakit namun jika respon emosinya buruk kemungkinan besar akan terjadi penyangkalan terhadap gejala penyakit yang ada (Rahayu, 2008). Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan diantaranya pada saat melakukan penelitian sebagian responden tidak ada dirumah sehingga membuat peneliti mencari responden yang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,001), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,041), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara jarakr umah dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan p value (0,001), karena p value < 0,05 maka dikatakan Ho ditolak berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kunjungan lansia keposyandu lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. SARAN Hendaknya pihak institusi ikut berperan serta di dalam memasyarakkan program posyandu lansia melalui kegiatan pengabdisan masyarakat dengan kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat pada umumnya dan lansia khususnya mengenai manfaat posyandu lansia. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih kompleks tentang posyandu lansia maupun faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi penurunan kunjungan lansia. Hendaknya tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan atau informasi tentang manfaat posyandu lansia sehingga dapat meningkatkan motivasi lansia mengikuti kegiatan posyandu dan penempatan posyandu sebaiknya tidak jauh dari rumah lansia agar keinginan lansia datang ke posyandu tinggi. Hendaknya lansia lebih meningkatkan pengetahuannya melalui aktif mengikuti posyandu lansia yang di adakan setiap bulan oleh tenaga kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
[4] Budioro, S. 2002. Lanjut Usia dan Perawatan Gerontik. Yogjakarta : Nuha Medika. [5] Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2012.Profil Kesehatan 2012. http : // Profil Kesehatan di Jawa Tengah. html. Diakses tanggal 10 januari 2013. [6] Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta: JNPK-KR. [7] Effendy. 2008. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan masyarakat. Editor: Yasmin Asih ed2. Jakarta : EGC. [8] Fallen, dkk. 2010. Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika [9] Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika [10] Henniwati. 2008. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI: jakarta. [11] Ismawati, S, C. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika [12] Lilik Ma’rifatul, A. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu. [13] Martono, S. 2009. Psikologi Keperawatan.Jakarta :PT Raja Grafindo Persada. [14] Notoatmodjo, S. 2003. Metodelogi Penelitian Kebidanan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. [15] Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. [16] Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. [17] Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[1] Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta
[18] Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[2] BKKBN, 2012. Usia Harapan Hidup. Http;:// Usia Harapan Hidup.html. Diakses tanggal 15 januari 2014
[19] Nugroho. T, Ari S. 2008. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika
[3] BKKBN. 2012. Teknik Fasilitas. Http;;//Teknik Fasilitas.html. Diakses pada januari 2014.
[20] Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
11
[21] Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press [22] Riyanto A.2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika [23] Sadirman, A.M. 2011. Keperawatan Usia Lanjut. Jakarta : Raja Grafindo Persada
12
[24] Srayono, dkk. 2011. Metoddologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta. Nuha Medika. [25] Sugiyono. 2013. Statistik Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Untuk
[26] Wawan, dkk. 2010. Pengetahuan,Sikap, Dan Prilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia di Desa Ngempon Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang