HUBUNGAN PERSALINAN PREMATUR DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 Dewi Maya Sari*), Masruroh**), Rosalina***) *) Alumnus Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Staf Pengajar Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ***) Staf Pengajar Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500 gram. Bayi yang lahir dini, organ-organ tubuhnya belum cukup matang sehingga sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim. Kemampuan paru-parunya yang belum sempurna seringkali mengakibatkan hambatan dalam sistem pernapasan. Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur. Tujuan peneliti adalah mengetahui hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014. Penelitian menggunakan desain penelitian analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional sebagai populasi bayi yang lahir spontan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Januari-Desember tahun 2014 sejumlah 589 bayi. Sebagai sampelnya 464 bayi menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh dari data sekunder catatan rekam medik. Analisa data menggunakan uji chi square test. Hasil penelitian dari 464 bayi lahir spontan yang mengalami persalinan prematur sejumlah 61 bayi (13,1%), dan yang mengalami asfiksia neonatorum sejumlah 122 bayi (26,3%). Ada hubungan yang signifikan antara persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang dengan ρ-value =0,001< α (0,05). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan perlu adanya upaya bagi ibu bersalin untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur selama kehamilan dan bersalin di tenaga kesehatan sehingga dapat dideteksi secara dini apabila adanya resiko-resiko dalam kehamilan dan untuk menurunkan angka persalinan prematur dan kejadian asfiksia neonatorum. Kata kunci: Persalinan prematur, Asfiksia neonatorum, Bayi baru lahir
ABSTRACT Preterm labor is a condition if the labor with gestational is less than 37 weeks or birth weight less than 2500 grams. The organs of an infant born prematurely are not mature enough which can be difficult for him to adapt to life outside the womb. The rudimentary ability of the lungs often results problems in the respiratory system. Neonatorum Asphyxia is the failure of the newborn to breathe spontaneously and regularly. The purpose of this study is to find the correlation between preterm labor and the incidences of neonatorum asphyxia at Ungaran Public Hospital Semarang Regency in 2014. This was an analytical correlative research with cross sectional approach. The population in this study was all infants born spontaneously at Ungaran Public Hospital Semarang Regency in January-December 2014 as many as 589 infants. The samples in this study were 464 infants sampled by using purposive sampling technique. The data were obtained from secondary data of medical records. The data were analyzed with chi square test. The results of this study of 464 infants born spontaneously, there were 61 infants (13.1%) having preterm labor. And there were 122 infants (26.3%) having neonatorum asphyxia. There was a significant correlation between preterm labor and neonatorum asphyxia at Ungaran Public Hospital Semarang Regency with ρ-value=0.001 α (< 0.05). Based on the results of this study, the mothers are expected to make regular antenatal care visits during pregnancy and childbirth to health providers so that it can be detected earlier if there are risks in pregnancy and to reduce the number of preterm labors and neonatorum asphyxia. Keywords: Preterm labor, Neonatorum asphyxia, newborn
PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di Indonesia masih cukup tinggi berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) angka kematian bayi (AKB) pada SDKI 2007 sebanyak 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup (KH) dan pada tahun 2008-2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (KH) angka ini telah turun dari SDKI tahun 2007, namun penurunan ini masih jauh dari target MDGs (Millenium Development Goals) ke-4 tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1.000 KH (BAPPENAS, 2013). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang 2013 Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 11,95 per 1.000 KH dan tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 13,19 per 1.000 KH mengalami
2
penurunan sebesar 1,24%. Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh BBLR (34%), asfiksia (24%), infeksi (23%), prematur (11%), dan lain-lain (8%) (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2013). Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga menimbulkan gangguan lebih lanjut, yang mempengaruhi seluruh metabolisme tubuhnya. Keadaan depresi pernapasan yang dimaksud adalah keadaan asfiksia yang terjadi kesulitan untuk mempertahankan pernapasan normal yang menyebabkan gangguan tonus otot (Manuaba, 2009). Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor dari ibu yaitu, hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, paritas jumlah anak yang dilahirkan, dan penyakit yang diderita ibu seperti hipertensi dan hipotensi. Kemudian faktor
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
plasenta yaitu, plasenta previa, dan solusio plasenta. Faktor dari janin yaitu, prematur, kehamilan ganda, gangguan tali pusat. Dan faktor dari persalinan yaitu, persalinan buatan/persalinan anjuran, dan partus lama yaitu persalinan lebih dari 18 jam (Desfauza, 2008). Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial meningkatkan kematian perinatal sebesar 65-75%, umumnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh kelahiran prematur dan pertumbuhan janin yang terhambat, keduanya sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi akan datang, kelainan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa secara keseluruhan. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram (Nugroho, 2012). Komplikasi yang ditimbulkan dari persalinan prematur adalah morbiditas tinggi yang diantaranya menyebabkan asfiksia RDS (Respiratory Distress Syndrome), tumbuh kembang tak normal. Serta mortalitas yang diantaranya menyebabkan asfiksia berat RDS, perdarahan intraventrikel, trauma persalinan, dan infeksi organ vital (Manuaba, 2009). Hasil studi pendahuluan yang di lakukan penulis di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 30 April 2015 mendapatkan data bulan Januari-Desember tahun 2013 sebanyak 725 ibu bersalin, yang mengalami persalinan prematur sebanyak 43 orang (5,9%), dan jumlah bayi yang mengalami asfiksia sebanyak 93 orang (12,8%) sedangkan pada tahun 2014 sebanyak 611 ibu bersalin, yang mengalami persalinan prematur sebanyak 73 orang (11,9%) dan jumlah bayi yang mengalami asfiksia sebanyak 126 orang (20,6%). Data ibu bersalin bulan Desember 2014 sebanyak
48 orang, yang mengalami persalinan prematur sebanyak 10 orang (20,8%). Ibu yang mengalami persalinan prematur dan bayinya asfiksia diantaranya sebanyak 5 orang (50%), ibu yang mengalami persalinan prematur dan bayinya BBLR sebanyak 3 orang (30%), dan ibu yang mengalami persalinan prematur dan bayinya infeksi sebanyak 2 orang (20%). Rumusan Masalah Adakah Hubungan Persalinan Prematur dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain untuk: 1) Mengetahui gambaran persalinan prematur di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014; 2) Mengetahui kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014; 3) Mengetahui hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014. Manfaat Penelitian Bagi Pihak RSUD Ungaran, dapat menambahkan informasi mengenai hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum. Selain itu, diharapkan bisa menjadi bahan informasi masyarakat untuk mengetahui hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum. METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada tanggal 6 - 12 Agustus 2015.
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
3
Populasia dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir spontan yang tercatat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Januari – Desember tahun 2014 sejumlah 589 bayi. Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan tidak berdasarkan strata, kelompok, atau acak, tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri. Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah 464 bayi yang lahir spontan di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Januari-Desember 2014. Pengumpulan Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data buku register Rekam Medik RSUD Ungaran tahun 2014. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi data. Lembar observasi dirancang dan diisi sendiri oleh peneliti dengan melihat buku register Rekam Medik RSUD Ungaran tahun 2014.
Analisis Data Analisis Univariat Analisa univariat adalah untuk mengetahui tabel distribusi frekuensi dari populasi masing-masing variabel yang diteliti. Analisis Bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persalinan premature dengan kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian ini menggunakan uji statistik Chi Square Test. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Persalinan Prematur Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persalinan Prematur di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, 2014 Persalinan Frekuensi Persentase Prematur (%) Prematur 61 13,1 Tidak Prematur 403 86,9 Jumlah 464 100,0
Kejadian Asfiksia Neonatorum Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, 2014 Asfiksia Frekuensi Persentase Neonatorum (%) Asfiksia 122 26,3 Tidak Asfiksia 342 73,7 Jumlah 464 100,0
Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan Persalinan Prematur dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang, 2014 Kejadian Asfiksia Neonatorum Total Persalinan Prematur Ya Tidak ρ-value f % F % f % Prematur 40 65,6 21 34,4 61 100 0,000 Tidak Prematur 82 20,3 321 79,7 403 100 Jumlah 122 26,3 342 73,7 464 100
Berdasarkan uji Chi Square Test diperoleh p-value 0,000. Oleh karena p4
value = 0,000 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
antara persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
preeklamsia dan gamelly adalah faktor resiko kelahiran prematur sedangkan jarak kehamilan, anemia ibu dan riwayat abortus bukan merupakan faktor resiko.
PEMBAHASAN Analisis Univariat Persalinan Prematur Bayi yang tidak mengalami persalinan prematur sejumlah 403 bayi (86,9%), sedangkan bayi yang mengalami persalinan prematur sejumlah 61 bayi (13,1%). Responden RSUD Ungaran tahun 2014 yang mengalami persalinan prematur dikarenakan beberapa faktor seperti perdarahan pada kehamilan baik dikarenakan plasenta previa atau solusio plasenta, KPD, eklamsia, penyakit yang diderita ibu dan riwayat prematur. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan prematur adalah faktor janin dan plasenta seperti perdarahan trimester awal, perdarahan antepartum, KPD, kehamilan ganda/gamely, polihidramnion. Faktor ibu seperti penyakit berat pada ibu, diabetes mellitus, preeklampsia/hipertensi, kelainan bentuk uterus/seviks, riwayat persalinan prematur/abortus berulang. Bayi prematur ini sering pula disertai dengan komplikasi, baik kelainan jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah : RDS (Respiratory Distress Syndrome), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotizing Entero Cilitis), sepsis. Kelainan jangka panjang sering berupa kelainan neurologic seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral dan prestasi sekolah yang kurang baik (Sarwono,2009). Hal diatas sesuai dengan hasil penelitian bahwa Novhita Paembonan (2013) dengan judul Faktor Resiko Kejadian Kelahiran Premature Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Kota Makasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat kelahiran prematur,
Asfiksia Neonatorum Bayi yang mengalami kejadian asfiksia neonatorum sejumlah 122 bayi (26,3%), bayi yang mengalami asfiksia neonatorum dikarenakan beberapa faktor seperti faktor ibu yaitu usia dan paritas ibu, faktor janin seperti prematur, dan janin kembar, faktor plasenta dan faktor persalinan seperti persalinan lama dan persalinan buatan. Sesuai dengan data di RSUD Ungaran tahun 2014 bahwa angka kejadian prematur adalah 61 kasus, gamelly 8 kasus, kelainan plasenta baik plasenta previa atau solusio plasenta sejumlah 13 kasus, persalinan dengan VE 43 kasus dan persalinan dengan presentasi bokong (manual aid) 9 kasus. Teori menyatakan bahwa bayi dengan asfiksia neonatorum akan beresiko mengalami beberapa komplikasi pada otak seperti hipoksia, edema serebri, jantung dan paru, kelainan pada system pencernaan dan ginjal (Maryunani, 2009). Asfiksia juga akan mengganggu perkembangan bayi pada tahap selanjutnya hal ini sesuai dengan hasil penelitian Respatiningrum (2012) dengan judul Hubungan Kejadian Asfiksia Neonaturom dengan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan di Ruang Anggrek RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2012, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian asfeksia neonaturom dengan perkembangan bayi usia 6-12 bulan dengan p-value =0,000. Analisis Bivariat Hubungan Persalinan Prematur dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Bayi yang lahir prematur di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang sebagian besar mengalami asfiksia neonaturum hal ini dikarenakan pada kelahiran prematur organ-organ tubuh bayi termasuk sistem pernafasan bayi belum sempurna, paru-
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
5
paru bayi belum matang sehingga beresiko mengalami kegagalan dalam proses pernafasan secara spontan di luar rahim sehingga bayi mengalami asfiksia. Selain itu bayi prematur tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai sehingga alveolus paru tidak dapat berkembang dengan baik yang menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa bayi yang lahir dini, organ-organ tubuhnya belum cukup matang sehingga sukar baginya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar rahim. Kemampuan paru-parunya yang belum sempurna seringkali mengakibatkan hambatan dalam sistem pernapasan (Kasdu, 2005). Teori lain menjelaskan bahwa bayi baru lahir agar bisa bernafas dengan bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Bayi prematur seringkali tidak menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai, sehingga alveolinya tidak tetap terbuka. (Marmi dkk, 2011). Hal ini sesuai dengan penelitian Ratih Indah Kartikasari (2010) yang berjudul Hubungan Faktor Risiko Multiparitas dengan Persalinan Preterm Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian merupakan kelompok usia 31-35 tahun (56,7%), umur kehamilan 37-40 minggu (50%) dan terdiri dari 38 pasien paritas tinggi. Penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 21 bayi (34,3%) yang lahir prematur tetapi tidak mengalami asfiksia hal ini dapat dikarenakan berbagai faktor salah satunya di RSUD Ungaran telah dilakukan pencegahan terhadap terjadinya asfiksia neonatorum pada bayi prematur dengan memberikan kortikosteroid pada 24 jam sebelum bayi lahir hal ini dapat membantu dalam proses pematangan paru.
6
Sesuai dengan teori bahwa bila bayi berisiko lahir prematur yang kurang dari 34 minggu pemberian kortikosteroid 24 jam sebelum lahir menjadi prosedur rutin yang dapat membantu maturasi paru-paru bayi dan mengurangi komplikasi sindrom distress pernafasan (Marmi & Rahardjo, 2012). Lebih lanjut hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 82 (20,3%) bayi tidak prematur mengalami asfiksia neonaturum. Hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi asfiksia neonaturum selain bayi prematur teori menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadi asfiksia neonatorum seperti faktor ibu yang meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu, paritas dan penyakit yang diderita ibu. Faktor plasenta seperti plasenta previa dan solusio plasenta. Faktor janin seperti kehamilan ganda dan gangguan tali pusat serta faktor persalinan seperti partus lama dan persalinan buatan. (Desfauza, 2008). Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Fani Marta Selly (2010) dengan judul Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP. DR. M. DJAMIL Padang Tahun 2010 dengan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum antara lain umur ibu 20-35 tahun (80%), paritas 1 dan ≥4 (55%), ibu tidak memiliki penyakit selama kehamilan (67,5%), dan melahirkan dengan tindakan (55%). Keterbatasan Penelitian Metode pengumpulan data hanya melihat data sekunder yang ada dari remak medik dimana terkadang peneliti tidak mendapatkan data yang lengkap, tulisan pada rekam medik yang kurang jelas sehingga peneliti harus melihat pada sumber lain seperti buku register pasien di bangsal serta tidak ada keterangan yang lengkap penyebab dari persalinan prematur dan kejadian asfiksia neonatorum.
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
KESIMPULAN Persalinan prematur di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Januari-Desember tahun 2014 sebagian besar yang mengalami persalinan prematur sejumlah 61 bayi (13,1%). Bayi yang lahir spontan yang tercatat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada bulan Januari-Desember tahun 2014 sebagian besar yang mengalami kejadian asfiksia neonatorum sejumlah 122 bayi (26,3%). Ada hubungan persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014 dengan p-value =0,001. SARAN Pihak RSUD Ungaran, diharapkan meningkatkan kualitas pelayanan di Rumah Sakit terutama dalam usaha mencegah terjadinya persalinan prematur dan penanganan persalinan prematur seperti dengan memberikan konseling pada ibu hamil agar selalu rutin memeriksakan kehamilannya/antenatal care (ANC) meskipun tidak ada keluhan minimal dilakukan 4 kali kunjungan. Institusi Pendidikan hendaknya digunakan sebagai masukan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa guna menambah wawasan tentang persalinan prematur dengan kejadian asfiksia neonatorum. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian dengan meneliti variabel lain yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum seperti partus lama, persalinan buatan, kehamilan ganda, dan gangguan tali pusat. DAFTAR PUSTAKA [1] BAPPENAS, 2013. Draft Final Laporan Pecapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2013.
[2] Bobak, Irine, M. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta : EGC. [3] Cunningham, F,G, dkk. 2006. Obstetric Williams, Ed. 23, Vol.2. Jakarta : EGC. [4] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/do kumen/2013/SDK/Mibankes/Profil 2012/BAB_I-VI_2012_fix.pdf. [Diakses tanggal 25 Maret 2015]. [5] Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Semarang: Dinkes Kabupaten Semarang. [6] Fani Marta Selly. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP. DR. M. DJAMIL Padang Tahun 2010. From: repository unand.ac.id [7] Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. [8] Kasdu, D. 2005. Kesehatan Wanita. Jakarta: Puspa Swara. [9] Krisnadi. 2009. Prematuritas. Bandung: Refika Aditama [10] Manuaba, Ida Bagus Gde. 2009. Patologi Obstetri. Jakarta: Buku kedokteran EGC. [11] Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed.3, jilid 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. [12] Marmi, Rahadjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar [13] Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. [14] Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. [15] Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014
7
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika [16] Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. [17] Novhita Paembonan. 2013. Faktor Resiko Kejadian Kelahiran Prematur Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Siti Fatimah Kota Makasar. From: repository.unhas.ac.id [18] Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. [19] Ratih Indah Kartikasari. 2010. Hubungan Faktor Risiko Multiparitas Dengan Persalinan Preterm Di RSUD. Dr. Soagiri Lamongan. From: eprints.uns.ac.id
8
[20] Sudarti Fauziah & Haikhi. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika [21] Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya. [22] Sukarni, Icesmi. 2014. Patologi: Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika. [23] Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. [24] Saryono. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. [25] ZR Arief dan Kristyanasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hubungan Persalinan Prematur Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang Tahun 2014