ARTIKEL
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN INDUKSI OKSITOSIN DRIP DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KABUPATEN KENDAL
Oleh : Feni Ermawati NIM 030112a032
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2013
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN INDUKSI OKSITOSIN DRIP DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KABUPATEN KENDAL Feni Ermawati*) Faridah Aini**) Mala Primarti**) STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN *) Mahasiswa D-IV STIKES Ngudi Waluyo **) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi. Salah satu faktor penyebab asfiksia dari ibu yaitu adanya gangguan his. Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, hal ini dapat menyebabkan asfiksia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan induksi persalinan oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal yang dirawat di RSUD Dr. H. Soewondo pada bulan Januari – desember 2012 sebanyak 1206 orang. Sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling sebanyak 354 orang. Hasil penelitian dari 128 responden ibu bersalin dengan induksi oksitosin drip yang bayinya mengalami asfiksia sebanyak 64 responden (50,0%) dan yang tidak mengalami asfiksia yaitu 64 responden (50,0%). Dari 226 ibu bersalin tidak dengan induksi oksitosin drip yang bayinya tidak mengalami asfiksia sebanyak 145 responden (64,1%) lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 81 responden (35,9%). Hasil analisis didapatkan nilai p value = 0,013(α=0,05) artinya ada hubungan persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Upaya untuk mengurangi kejadian asfiksia neonatorum dapat dilakukan oleh para bidan dengan meningkatkan deteksi dini resiko persalinan dengan pemberian induksi persalinan oksitosin drip , dan dilakukan pengawasan yang benar dan tepat pada klien dengan persalinan induksi oksitosin drip agar tidak terjadi asfiksia neonatorum
Kata Kunci : Persalinan Induksi Oksitosin Drip, Asfiksia Neonatorum Daftar Pustaka : 24 (2004 – 2012).
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
ABSTRACT
Induction of labor is an act against pregnant women to stimulate the onset of contractions. One of the causes of asphyxia his mother is a nuisance. Some circumstances in the mother can lead to reduced blood flow through the placenta, so that the flow of oxygen to the fetus is reduced, it can cause asphyxia. The purpose of this study was to determine the relationship of induction of labor with oxytocin drip in hospital incidence of neonatal asphyxia Dr.H.Soewondo Kendal. The design of this research used analytical design with cross sectional aproach. The population in this study wass all maternal woment treated in RSUD Dr. H. Soewondo Kendal in January – December 2013 as many as 1206 respondents. The sample used purposive sampling as many as 354 respondents. The results from 128 respondents to the induction of maternal oxytocin drip that asphyxiated infants were 64 respondents (50,0%) and not experiencing asphyxia of 64 respondents (50,0%). The result obtain that from 226 respondents not to the induction of maternal oxytocin drip that not experiencing asphyxia of 145 (64,1 %) are higher than those who do not experiencing asphyxia as many as 81 (35,9%).Analysis results obtained p value = 0.013 (α = 0.05) means that there is a relationship of labor induction with incidence of neonatal asphyxia in Hospital Dr. H. Soewondo Kendal. Efforts to reduce the incidence of neonatal asphyxia can be done by the midwives to identify problems early pregnancy and labor induction of labor with oxytocin drip administration, and done the right and proper supervision to clients with drip oxytocin induction of labor to prevent neonatal asphyxia.
Keywords : Induction of Bibliographies : 24 (2004-2012).
labor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup tinggi
(Oxytocin
Drip),
Asphyxia
neonatorum
berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) angka kematian bayi (AKB) pada SDKI tahun 2007 sebanyak 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup (KH) dan pada tahun 2008 -2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup (KH) angka ini telah turun dari SDKI tahun 2007, namun penurunan ini masih jauh dari target MDGS (Millenium Development Goals) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 KH. Jika dibandingkan dengan Negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura (2/1000 KH), Malaysia (6/1000 KH), Thailand (12/ 1000 KH) dan Filipina
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
(26/1000 KH) AKB di negara kita jauh lebih tinggi. Sebagian besar penyebab kematian bayi adalah masalah yang terjadi pada bayi baru lahir (neonatal) yang berumur 0 – 28 hari masalah neonatal ini yaitu Asfiksia Neonatorum berada di urutan pertama (Depkes, 2011). Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa bayi baru lahir. Kematian BBL di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%), kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (Wiknjosastro, 2008). Hasil SDKI tahun 2007, AKB pada tingkat propinsi. Propinsi dengan AKB terendah adalah DIY Yogyakarta sebesar 19/1000 kelahiran hidup, Aceh sebesar 25/1000 kelahiran hidup, dan kalimantan Timur serta Jawa Tengah sebesar 26/1000 kelahiran hidup, Sedangkan AKB tertinggi terdapat di propinsi Sulawesi Barat sebesar 74/1000 kelahiran hidup, Nusa Tenggara Barat 72/1000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tengah sebesar 60/1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011). Pada tahun 2011, jumlah kematian bayi di Kabupaten Kendal sebanyak 191 bayi dari total 16.495 bayi yang lahir pada tahun 2011 atau angka kematian bayi sekitar 11,67/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi pada tahun 2011 mengalami kenaikan dari tahun 2009 dan 2010, hal ini menjadi perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal (DKK Kendal, 2011). Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal didapatkan jumlah ibu bersalin di Kabupaten Kendal tahun 2011
sebanyak 16.372 orang, kematian ibu sebanyak 27 orang dan kematian bayi sebanyak 191 bayi(DKK Kendal, 2011). Dari 7,7 juta kematian bayi setiap tahun lebih dari separuh terjadi pada waktu perinatal atau usia di bawah 1 bulan. Tiga perempat dari kematian ini terjadi pada minggu pertama kehidupan. Lebih jauh, untuk setiap bayi baru lahir meninggal, terjadi pula 1 lahir mati. Penyebab kematian adalah asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab lain (Winkjosastro, 2008). Sebagian kecil bayi tidak mampu bernafas efektif secara spontan saat lahir. Hal ini paling sering disebabkan oleh asfiksia yang muncul dengan berbagai tingkatan, tetapi dapat juga disebabkan oleh hal lain. Asfiksia tidak mudah didefinisikan. Asfiksia disebabkan oleh pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga menyebabkan hipoksia dan asidosis akibat pembentukan asam laktat dan penumpukan karbondioksida. Beberapa tanda klinis dapat dinilai dengan skor apgar, seperti apnea / bradipnea, bradikardia, sianosis, dan gangguan neurologis yang akan tampak bergantung pada beratnya asfiksia (Drew, 2008). Faktor yang dapat menimbulkan asfiksia adalah adanya gangguan sirkulasi menuju janin dikarenakan gangguan aliran pada tali pusat (lilitan tali pusat, simpul tali pusat, tekanan pada tali pusat, ketuban telah pecah, dan kehamilan lewat waktu. Pengaruh obat, karena obat bius saat persalinan juga dapat menyebabkan asfiksia. Sedangkan faktor dari ibu yaitu adanya gangguan his seperti tetania uteri atau hipertoni, turunnya tekanan darah dapat mendadak, vaso konstriksi arterial, dan gangguan pertukaran nutrisi atau O2 (Manuaba, 2010).
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang, hal ini dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir (Wiknjosastro, 2008). Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan. Indikasi dilakukan persalinan induksi yang berasal dari janin yaitu postmaturitas, ketuban pecah dini, dan inkompatibilitas rhesus. Sedangkan faktor dari ibu yaitu intra uterine fetal death (IUFD) dan dari faktor ibu serta janin yaitu preeklamsia berat (Mansjoer, 2007). Dampak dari kegagalan His tersebut menyebabkan persalinan lambat dan lama serta menyebabkan terjadi gangguan metabolisme ke arah asidosis dan dehidrasi yang memerlukan penanganan sesuai dengan penyebabnya. Bila hanya kekuatan His yang lemah maka dapat dilakukan upaya induksi persalinan dengan metode infus oksitosin (Manuaba, 2010). Oksitosin dianggap merangsang pengeluaran prostaglandin sehingga terjadi kontraksi otot rahim. Komplikasi yang penting diperhatikan pada induksi persalinan dengan oksitosin adalah ketuban pecah pada pembukaan kecil yang disertai pecahnya vasa previa dengan tanda perdarahan dan diikuti gawat janin, darah merah segar, plolapsus bagian kecil janin terutama tali pusat juga dapat terjadi. Terjadi gawat janin karena gangguan sirkulasi retroplasenta pada tetani uteri atau solusio plasenta. Tetania uteri yaitu his yang yang terlalu kuat dan sering, sehingga tidak terdapat kesempatan untuk relaksasi otot rahim, akibatnya yaitu, terjadinya partus presipitatus atau partus yang berlangsung dalam waktu 3 jam, yang mengakibatkan hal
yang fatal seperti terjadinya persalinan tidak pada tempatnya, terjadi trauma pada janin, trauma jalan lahir ibu yang luas, dan dapat menyebabkan asfiksia (Manuaba, 2010). Oksitosin mempunyai sejumlah efek terhadap sistem kardiovaskuler yaitu aliran darah dari uterus terjadi penurunan terutama disebabkan oleh tahanan ekstravaskuler di sekitar pembuluh-pembuluh darah uterus sebagai akibat peningkatan kontraksi rahim. Pada banyak kasus terlihat bahwa tanda-tanda fetal distres lebih dijumpai di antara pasien-pasien yang menerima tetesan oxytosin di banding dengan yang persalinannya tanpa stimulasi (Oxorn dan Forte, 2010). Banyak penyebab mengapa bayi mungkin tidak bernafas saat lahir. Sering kali hal ini terjadi ketika bayi sebelumnya mengalami gawat janin. Akibat gawat janin bayi tidak menerima oksigen yang cukup (Wiknjosastro, 2008). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Bersalin RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada tanggal 1 Januari - 31 Maret 2013 didapatkan ibu bersalin normal sebanyak 284 ibu, 66 ibu bersalin dengan di induksi dan 218 ibu bersalin tanpa diinduksi, dari 66 ibu yang bersalin dengan induksi terdapat 11 bayi yang mengalami asfiksia, 45 bayi tidak mengalami asfiksia dan 10 bayi mengalami IUFD, sedangkan dari 218 ibu bersalin tanpa induksi ada sebanyak 68 bayi yang mengalami asfiksia, dikarenakan persalinan dengan presentasi bokong dan partus macet, dan 150 bayi tidak mengalami asfiksia. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksisa neonatorun di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Wulandari pada tahun
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
2010 tentang tindakan induksi persalinan dengan tingkat asfiksia bayi baru lahir yang meneliti berbagai cara induksi persalinan dengan tingkat asfiksia bayi baru lahir. Sedangkan pada penelitian ini dibahas variabel antara induksi persalinan oksitosin saja dan apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak. B.
Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah “Bagaimanakah hubungan antara induksi persalinan oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal periode 1 Januari - 31 Desember 2012?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan induksi persalinan
oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal periode 1 Januari - 31 Desember 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pelaksanaan induksi persalinan oksitosin drip pada persalinan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal b. Mengidentifikasi kejadian asfiksia neonatorum akibat induksi persalinan oksitosin drip di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal c. Menganalisa hubungan induksi persalinan oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
KERANGKA KERJA PENELITIAN Kerangka Teori Faktor
yang
mempengaruhi
asfiksia neonatorum 1. persalinan a. partus lama b. partus dengan tindakan 2. Fetal a. anomali kongenital b. prematuritas c. ketuban pecah dini d. kehamilan (postmatur) e. IUGR f. Gemeli g. Tali pusat menumbung 3. ibu a. hipoksia ibu b. usia < 20 tahun / >35 tahun c. gravida > 4 d. sosial ekonomi rendah e. hipertensi f. hipotensi g. gangguan kontraksi uterus 4. plasenta a. plasenta yang tipis b. tidak menempel sempurna c. solusio plasenta d. plasenta previa
Induksi Persalinan 1. Cara kimiawi a. Metode steinche b. Metode drip/ infus oksitosin c. Oksitosin sublingual d. Induksi persalinan dengan prostaglandin 2. Cara mekanis a. Pemecahan ketuban b. Pemasangan laminaria stiff/busi (buggie) 3. Cara Kombinasi mekanis dan kimiawi
Asfiksia Neonatorum
Gambar 3.1. Kerangka Teori
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Kerangka Konsep Variabel Independent Persalinan Induksi Oksitosin Drip
Variabel Dependent Asfiksia Neonatorum
Gambar 3.2 Kerangka Konsep
METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah studi cross sectional yang merupakan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan paa saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor atau paparan dengan penyakit (Alimul, 2011) Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan ibu bersalin normal yang tercatat di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada bulan Januari – Desember tahun 2012 yang berjumlah 1206 orang. Pada penelitian ini populasi yang memenuhi kriteria sampel sebesar 354 responden. Tempat Penelitian Tempat yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Dalam penelitian ini peneliti selalu berpedoman pada norma dan etika. Etika dalam penelitian ini yaitu : 1. Anonimity (tanpa nama) 2. Confidentiality (Kerahasiaan) Pengolahan data Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi disajikan dalam bentuk tabel dan dipresentasikan dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Editing 2. Coding 3. Entry Data 4. Cleaning
HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada bulan Juli tahun 2013. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Cross Sectional yaitu dengan mengambil data sekunder ibu bersalin normal yang tercatat di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada bulan Januari – Desember tahun 2012. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 453 responden.. Hasil penelitian ini disajikan sebagai berikut. Analisa Univariat
Metode Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan Check list. Etika Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi
responden berdasarkan Persalinan Induksi Oksitosin Drip di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Induksi Persalinan (Oksitosin Drip) Diberikan induksi oksitosin drip Tidak diberikan induksi oksitosin drip Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
128
36,2
Asfiksia neonatorum Asfiksia
226
63,8
Tidak asfiksia
209
59,0
Jumlah
354
100,0
354
100,0
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan sebagian besar responden tidak diberi induksi persalinan (oksitosin drip) sebanyak 226 responden (63,8%).
Frekuensi 145
Persentase (%) 41,0
Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bayinya tidak mengalami asfiksia sebanyak 209 responden (59,0%).
Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 Analisa Bivariat Tabel 5.3 Hubungan antara persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 Induksi Persalinan (Oksitosin Drip) Diberikan Induksi oksitosin drip Tidak diberikan induksi oksitosin drip Jumlah
Asfiksia neonatorum Total Asfiksia Tidak asfiksia F % f % f % 64 50,0 64 50,0 128 100,0 81 145
35,9 40,9
145 209
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dijelaskan bahwa responden yang diberi induksi persalinan oksitosin drip mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 64 responden (50,0%) dan yang tidak mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 64 responden (50,0%) sedangkan responden yang tidak diberi induksi persalinan oksitosin drip sebagian kecil mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 81 responden (35,9%) dibandingkan yang tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu sebanyak 145 responden (64,1%). Hasil uji chi square didapatkan nilai p value = 0,013 < α = 0,05, artinya terdapat hubungan antara persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari Desember 2012.
64,1 226 59,1
354
p value 0,000
OR
1,790
100,0 100,0
BAB VI PEMBAHASAN Bab ini akan disajikan hasil penelitian yang meliputi persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum. Serta hasil penelitian tentang hubungan persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal pada bulan Januari – Desember 2012 A. Analisa Univariat 1. Persalinan Induksi Oksitosin Drip Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 dari 354 responden ibu bersalin dengan induksi oksitosin drip sebanyak 128 responden
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
(36,2%) dan yang tidak dengan induksi oksitosin drip sebanyak 226 responden (63,8%). Hasil penelitian dari 354 responden ibu bersalin tidak dengan induksi oksitosin lebih besar dari pada yang diberi induksi oksitosin drip yaitu sebanyak 226 responden (63,8%). Hal ini mungkin dikarenakan faktor persalinan ibu yang normal serta tidak adanya indikasi dilakukan induksi oksitosin drip. Karena sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mohctar (2011) Induksi persalinan adalah suatu upaya agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbul-nya his, sedangkan pada persalinan normal ibu bersalin saat umur kehamilan aterm dan his yang ditimbulkan juga cukup kuat. Hasil penelitian yang dilakukan dari 354 responden ibu bersalin dengan induksi oksitosin drip sebanyak 128 responden (36,2%), para tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal pada Bulan Januari – Desember 2012 memberikan induksi persalinan oksitosin drip pada ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini, ibu hamil serotinus, dan preeklamsia baik ringan maupun sedang. Induksi persalinan ialah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his (Winkjosastro, 2009). Salah satu cara yang digunakan untuk melakukan induksi persalinan yaitu dengan melakukan metode infus oksitosin (oksitosin drip) (Manuaba dkk, 2010).
Indikasi dari pemberian induksi persalinan menurut Norwits dan Schorge (2008) yaitu ibu pre eklamsia atau eklamsia, hipertensi kronik, hipertensi kehamilan diabetes gestasional. Indikasi dari janin yaitu korioamnionitis, pertumbuhan janin terhambat, riwayat lahir ketuban pecah dini, makrosomnia janin, kematian janin, riwayat lahir mati. Ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini memang sebaiknya diberi induksi persalinan agar persalinan cepat berlangsung dengan tujuan agar janin dalam kandungn tidak kekurangan air ketuban, selain itu juga mencegah terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Saefudin, 2006). Serotinus meupakan persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditaksir, janin disebut postmatur. Apabila janin tidak segera dilahirkan akan menimbulkan masalah janin berupa oligohidramnion. Dimana kelainan cairan amnion ini mengakibatkan gawat janin, keluarnya mekonium, juga tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak (Saifudin, 2006). Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, kegawatan janin atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak diobati. Apabila janin tidak segera dilahirkan akan menyebabkan komplikasi diantaranya yaitu trauma emosional yang berta terjadi infeksi bila ketuban pecah, juga dapat terjadi koagulopati bila
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu (Saefudin, 2006). Pre eklamsia meupakan komplikasi kehamilan yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg., edema dan proteinuria positif. Ibu bersalin yang mengalami pre eklamsia akan mengalami komplikasi berupa iskemia uteroplasenta (pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, persalinan prematur, solusio plasenta), spasme arteriolar (perdarahan serebral, gagal jantung, gangguan pembekuan darah ), kejang dan koma (Saefudin, 2006). Oleh karena itu ibu bersalin yang mengalami pre eklamsia sebaiknya segera diakhiri. Penelitian menurut Sri Handayani (2012) yang berjudul Hubungan Drip Oksitosin pada ibu bersalin fase aktif kala 1 terhadap nilai Apgar Score bayi baru lahir di RB Ummi tahun 2012 dengan menggunakan uji chi-square dan hasil ada hubungan antara drip oksitosin pada ibu bersalin fase aktif kala 1 terhadap nilai Apgar Score bayi baru lahir di RB Ummi tahun 2012. Selain memberi induksi persalinan berupa oksitosin drip kepada ibu bersalin normal, mereka memberikan induksi persalinan berupa gastrul ¼ tablet. 2. Asfiksia Neonatorum Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 dari 354 responden didapatkan responden yang bayinya mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 145 responden (41,0%) dan responden yang bayinya tidak
mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 209 responden (59,0%). Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan (Wiknjosastro, 2008). Berdasarkan hasil penelitian dari 354 reponden sebanyak 145 responden (41,0%) mengalami asfiksia neonatorum dikarenakan masalah yang berkaitan dengan keadaan ibu seperti partus macet, kontraksi atau his yang terlampau kuat, karena partus lama dengan tindakan seperti dilakukannya induksi persalinan dan juga dari faktor persalinan karena ketuban pecah dini. His yang terlampau kuat dapat meyebabkan gangguan sirkulasi uteroplasenter yang dapat mengganggu aliran darah yang mengangkut oksigen dari ibu ke janin yang dapat mengakibatkan asfiksia neonatorum. hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Mansjoer (2007) pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini dan kehamilan postmatur mempunyai indikasi untuk dilakukan induksi persalinan pada saat pemberian oksitosin terjadi perubahan sifat his yaitu meningkatnya tonus otot uterus yang mengakibatkan komplikasi terjadinya hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dan periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti., denyut jantung juga akan mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
benrangsur-angsur dan bayi memasuki apnu yang dikenal sebaga apnu primer. Perlu diketahui bahwa kondisi kesulitan bernafas dan tonus otot yang turun juga dapat tejadi akibat obat-obat yang diberikan kepada ibunya. Biasanya pemberian perangsangan dan oksigen selama periode apnu primer dapat merangsang terjadinya pernafasan spontan (Saefudin, 2008). Setiap janin akan mengalami hipoksia relatif pada saat segera setelah lahir dan bayi akan beradaptasi, sehingga bayi menangis dan bernafas. Asfiksia merupakan kelanjutan dari hipoksia ibu dan janin intrauterine (Muslihatun, 2010). Pada partus lama terjadi pembukaan serviks yang berlangsung lama yang menyebabkan malposisi pada kepala janin sehingga menyebabkan asfiksia, Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin. Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi – bayi pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara partus lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bagi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi kalau kepala bayi macet pada lantai perineum. Sebagian dokter beranggapan partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan(Oxorn dan Forte,2010). Hasil penelitian dari 354 responden yang bayinya tidak mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 209 responden (59,0%) lebih banyak dibandingkan dengan yang mengalami asfiksia di karenakan dari kondisi ibu bersalin yang tidak terdapat
masalah atau normal, baik pada kala 1 maupun kala 2 , kemudian karena faktor umur ibu antara 2035 tahun, pada usia ini adalah usia yang reproduktif yaitu organ reproduksi ibu yang berkaitan dengan kehamilan sudah matang sehingga akan memberikan cadangan makanan yang baik bagi janin melalui plasenta. Bayi tidak mengalami asfiksia karena tidak terdapat gangguan kontraksi uterus yang dapat menyebabkan aliran darah dari ibu yang mengangkut oksigen untuk janin terganggu yang dapat menyebabkan hipoksia pada ibu juga pada janin sehingga dapat mengakibatkan asfiksia neonatorum. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muslihatun (2010) bahwa faktor ibu yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum, adalah hipoksia ibu, usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida lebih dari 4, sosial ekonomi rendah, penyakit pembuluh darah yang mengganggu pertukaran dan pengangkutan oksigen, antara lain hipertensi, hipotensi, gangguan kontraksi uterus dan lain-lain. Faktor persalinan juga turut meningkatkan kejadian asfiksia neonatorum yaitu partus lama dengan tindakan. B. Analisa hubungan antara persalinan induksi oksitosin drip dengn kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 dari 128 responden ibu bersalin dengan induksi persalinan oksitosin drip yang bayinya mengalami kejadian asfiksia neonatorum maupun yang tidak mengalami asfiksia masing-masing
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
sebanyak 64 responden (50,0%). sedangkan dari 226 reponden ibu bersalin tidak dengan induksi persalinan oksitosin drip yang bayinya tidak mengalami kejadian asfiksia neonatorum lebih banyak yaitu ada 145 responden (64,1%) dibandingkan yang mengalami asfiksia neonatorum yaitu 81 responden (35,9%). Hasil chisquare pada nilai continuity correction di dapatkan nilai p value = 0,013< (α 0,05). Sehingga ada hubungan antara persalinan induksi oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Hasil penelitian dari 128 ibu bersalin induksi oksitosin drip terdapat 64 responden (50,0%) yang mengalami asfiksia. Pada ibu bersalin induksi oksitosin drip yang bayinya mengalami asfiksia dikarenakan pemberian oksitosin drip yang tidak terpantau dan diawasi pemberiannya sehingga his atau kontraksi yang ditimbulkan lebih kuat dan lebih lama. Sesuai yang dikatakan oleh Dewi (2010) apabila kontraksi rahim yang terlalu lama dan kuat dapat terjadi gangguan pada sirkulasi uteroplasenter yang dapat menghambat aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus terganggu dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin sehingga janin mengalami hipoksia, apabila janin mengalami hipoksia maka dapat berkelanjutan mengalami asfiksia atau komplikasi lain. Menurut Oxorn dan Forte (2010) tujuan pemberian infus oxytocin adalah untuk menimbulkan kontraksi rahim yang kuat yang lamanya 40 sampai 50 detik dan terjadi setiap 2 sampai 3 menit. Dalam pemberiannya harus waspada agar tidak terjadi kontraksi yang berlebihan yang sering dan lama sekali sehingga tidak ada masa interval antar kontraksi. Keadaan seperti ini membawa bahaya terjadinya ruptura
uteri, solusio placentae dan asfiksia neonatorum. Pada 128 ibu bersalin yang diinduksi oksitosin drip tetapi bayinya tidak mengalami asfiksia sebanyak 64 responden (50,0%) dikarenakan faktor janin yaitu janin yang cukup bulan sehingga sudah viable untuk hidup di luar kandungan. dan tidak terdapat kelainan kongenital, pada bayi yang tidak terdapat kelainan kongenital tidak terjadi gangguan pada organ yang digunakan untuk pernafasan sehingga jalan nafas tidak terhambat, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muslihatun (2010) bahwa faktor janin juga yang dapat menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum, antara lain prematur, IUGR, gemeli, talipusat menumbung, kelainan kongenital. Responden yang tidak diberi induksi persalinan oksitosin drip sebanyak 226 responden, dari 226 responden yang tidak mengalami kejadian asfiksia neonatorum lebih banyak yaitu ada 145 responden (64,1%) dibandingkan yang mengalami asfiksia neonatorum yaitu 81 responden (35,9%). Pada bayi yang mengalami asfiksia disebabkan karena persalinan letak sungsang, dan bayi prematur. Penelitan menurut Kartiningsih (2009) yang berjudul hubungan antara faktor ibu dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Pandan Arang kabupaten boyolali dengan menggunakan uji chi square dan hasil Ada hubungan faktor ibu dengan Asfiksia neonatorum dengan nilai P=0,017(α=0,05). Adanya hubungan antara induksi persalinan oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mansjoer (2007) bahwa faktor persalinan pada ibu bersalin yang diberi induksi drip karena ibu bersalin yang mengalami ketuban pecah dini, kehamilan post
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
matur dan preeklamsia baik ringan maupun sedang kebanyakan saat proses persalinan menimbulkan kontraksi yang terlalu kuat dan lama yang dapat menyebabkan bayi mengalami asfiksia setelah lahir. C. Keterbatasan Hasil Penelitian Adanya keterbatasan dalam penelitian ini sehingga hasilnya kurang sempurna. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan asfiksia seperti usia, paritas ibu, umur kehamilan ibu, dan berat bayi lahir tetapi tidak bisa diteliti sehingga hasil penelitian bias dan metode pengumpulan dengan metode dokumentasi, sehingga informasi yang dikumpulkan terbatas. Akan lebih baik apabila metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi secara langsung yaitu khususnya pada faktor- faktor yang mempengaruhi asfiksia sehingga peneliti dapat melihat langsung penyebab asfiksia lainnya. KESIMPULAN DAN SARAN
oksitosin drip yang bayinya mengalami asfiksia neonatorum maupun yang tidak mengalami asfiksia neonatorum masingmasing sebanyak 64 responden (50,0%). Hasil uji chi square pada nilai continuity correction didapatkan nilai p value = 0,013 < (α 0,05), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara induksi persalinan oksitosin drip dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012 B. Saran 1. Bagi Peneliti Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya dengan menggali faktor lain seperti usia ibu, paritas, umur kehamilan ibu, dan berat bayi lahir yang dapat menyebabkan kejadian asfiksia neonatorum sehingga hasilnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam upaya penurunan angka kematian bayi.
Kesimpulan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan 1. bu yang bersalin dengan induksi oksitosin drip sebanyak 128 reponden (36,2%) dan ibu bersalin tidak dengan induksi oksitosin drip masing-masing sebanyak 226 responden (63,8%). 2. bu bersalin yang bayinya mengalami asfiksia neonatorum lebih sedikit yaitu sebanyak 145 (41,0%) dan responden yang bayinya tidak mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 209 responden (59,0%). 3. bu bersalin dengan induksi
2. Bagi Rumah Sakit Dapat meningkatkan deteksi dini resiko persalinan dengan pemberian induksi persalinan oksitosinI drip, dan dilakukan pengawasan yang benar dan tepat pada klien dengan persalinan induksi oksitosin drip agar tidak terjadi asfiksia neonatorum. 3. Bagi Institusi Pendidikan I menjadi Dapat pengembangan keilmuan tentang persalinan induksi oksitosin drip yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum untuk mahasiswa dan lingkungan sekitarnya. 4. Bagi Ibu Bagi ibu hamil agar lebih Iaktif untk menyampaikan perkembangan yang
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
dirasakan terhadap tindakan yang diberikan pada saat persalinan yaitu pemberian oksitosin drip agar dapat terpantau dan terawasi bila terjadi kontraksi yang terlalu lama dan kuat yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum.
Leveno, dkk. 2009. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapis.
Achadiat, Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Dewi, Vivian Nanny L. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika. DINKES. (2011).Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten Kota Semarang . [Diakses tanggal 28 Februari 2013]. Didapat dari: http://www.dinkesjatengprov.go.id.p df. Drew, David. 2008. Resusitasi bayi Baru lahir. Jakarta : EGC DKK Kendal. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Kendal. Fauziah, Afroh. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta : Nuha Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. JNPK-KR/POGI. 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : JNPK-KR/POGI. Kemenkes. 2011. Profil data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. 19 Maret 2013. http://p3b.bappenas.go.id
Liu, David T.Y. 2008. Manual Persalinna (Labour Ward Manual). Jakarta : EGC.
Manuaba, Ide Ayu Chandranita, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Marmi, Rahardjo,K. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC. Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oxorn, Harry dan Forte, Williams R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Andi Offset. Pratiknya, Ahmad Watik. 2011. DasarDasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Saifuddin, B.A., dkk. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Setiawan, Ari dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan D III, D IV, S I dan S II. Yogyakarta : Nuha Medika. Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. Sugiyono.
2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hubungan Antara Persalinan Induksi Oksitosin Drip Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal