HUBUNGAN ANTARA POLA BERMAIN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 2-6 DI SD NEGERI DENGKEK 01 PATI
ARTIKEL ILMIAH
OLEH: ENGGAR PUSPA ANDARI 010111a028
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN FEBRUARI, 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Artikel berjudul
Hubungan Antara Pola Bermain Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak Usia Sekolah Kelas 2-6 Di SD Negeri Dengkek 01 Pati
Disusun Oleh: Enggar Puspa Andari 010111a028 Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh Pembimbing
Ungaran, Februari 2016 Pembimbing Utama
Priyanto, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB NIDN. 0625047601
HUBUNGAN ANTARA POLA BERMAIN DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA ANAK USIA SEKOLAH KELAS 2-6 DI SD NEGERI DENGKEK 01 PATI
Enggar Puspa Andari* Priyanto, M.Kep., Ns., Sp. Kep.MB* Zumrotul Choiriyyah, S.Kep., Ns., M.Kes
ABSTRAK
Masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih diatas 5,0%. Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi pada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7% dan 7,7%. Masa anakanak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional. Populasi seluruh anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati sebanyak 156 anak. Metode pengambilan sampel dengan cara total sampling. Alat yang digunakan kuesioner pola bermain dan lembar rekap IMT. Uji statistik menggunakan korelasi Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan pola bermain anak sebagian besar aktif sebanyak 99 responden (63,5%) dan yang pola bermainnya pasif sebanyak 57 responden (36,5%). Kejadian obesitas terjadi pada 15 responden (9,6%), normal sebanyak 68 responden (43,6%), gemuk sebanyak 44 responden (28,2%), kurus sebanyak 16 responden (10,3%) dan sangat kurus sebanyak 13 responden (8,3%). Ada hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 1-5 di SD Negeri Dengkek 01 Pati dengan nilai p 0,001 < =0,05. Responden diharapkan bermain aktif sehingga dapat normal berat badannya dan perkembangannya lebih sehat. Responden yang kurus diharapkan menyeimbangkan kegiatan yang dilakukan dengan makanan yang cukup. Kata kunci
: Pola bermain, Obesitas
Kepustakaan
: 31 pustaka (2001 – 2013)
ABSTRACT The problem of obesity in children aged 6-12 years are still high, still above 9.2% or 5.0%. The prevalence of obesity in boys aged 6-12 years was higher than the prevalence in girls, namely respectively 10.7% and 7.7%. Childhood synonymous with playing time. In the past, children's games generally are a physical game that requires children running, jumping or other movements. However, it has been replaced by electronic games, computer, internet, or television that is simply done by just sitting in front of him without having to move. This is why children do not exercise, causing overweight This study is descriptive correlational approach used is a cross-sectional approach. Cross sectional approach. Population of all school-age children in primary school grade 2-6 Dengkek 01 Starch 156 children. The sampling method by total sampling. The tools used questionnaires pattern of play and IMT recap sheet. Using a statistical test Chi Square correlation. Results showed children's play patterns are mostly active as much as 99 respondents (63.5%) and the pattern of passive play as many as 57 respondents (36.5%). Obesity occurs in 15 respondents (9.6%), normal as many as 68 respondents (43.6%), fat as much as 44 respondents (28.2%), thin as many as 16 respondents (10.3%) and very thin as many as 13 respondents (8.3%). There is a relationship between the pattern of play with the incidence of obesity in school-age children in primary school grade 1-5 Dengkek 01 Starch with p value 0.001 <= 0.05. Respondents are expected to play an active so it can be normal weight and more healthy development. Respondents were skinny expected to balance the activities carried out with enough food. Keywords: Pattern play, Obesity Bibliography: 31 libraries (2001-2013)
Latar Belakang Anak usia Sekolah Dasar (6-12 tahun) mempunyai karakteristik banyak melakukan aktivitas jasmani. Oleh karena itu, pada masa ini anak membutuhkan energi tinggi untuk menunjang aktivitasnya. Keseimbangan gizi yang didapat melalui pola makan yang sehat akan berpengaruh positif terhadap kesehatan serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003). Obesitas atau kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai tulisan mengenai obesitas pada anak, ternyata banyak masalah yang dihadapi anak yang obesitas ini (Soetjiningsih, 2012). Di Indonesia, angka prevalensi obesitas juga menunjukkan angka yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2005, prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%. Prevalensi obesitas meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara maju maupun negara yang sedang berkembang (RISKESDAS, 2007). Menurut RISKESDAS (2010) secara nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu 9,2% atau masih diatas 5,0%. Prevalensi kegemukan pada anak laki-laki umur 6-12 tahun lebih tinggi dari prevalensi p ada anak perempuan yaitu berturut-turut sebesar 10,7% dan 7,7%. Berdasarkan tempat tinggal prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dibandingkan dengan prevalensi di perdesaan yaitu berturut-turut sebesar 10,5% dan 8,1%. Menurut Dietz (1983), anak beresiko kegemukan bila kedua orang tua juga kegemukan. Diperkirakan hal ini berkaitan dengan kebiasaan makan dan kebiasaan latihan fisik kedua orang tua diikuti oleh anak. Kegemukan juga lebih banyak makan makanan kecil yang manis-manis yang merupakan sumber tinggi kalori. Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang
mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan (Ade, 2012). Bermain merupakan suatu aktifitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan efektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan (Aziz, 2005). Selain karena masalah konsumsi pangan, aktifitas fisik pada anak juga mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak. Dulu permainan anak yang umumnya dilakukan adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat, atau gerakan lainnya, namun kini digantikan dengan permainan anak yang kurang melakukan gerak badannya seperti game elektronik, komputer, internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak (Almatsier, 2009). Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada siswa-siswi kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01, ditanyakan pola bermain pada anak-anak dari 10 anak 8 anak mengatakan permainan yang dilakukan adalah bermain game di internet, bermain playstasion, dan juga sering menonton televisi terlalu lama, 2 anak mengatakan bermain dengan teman dan bersepeda. Dari 5 anak yang pola bermainya lebih sedikit aktifitannya berat badannya lebih berat dari anak yang pola bermainnya diluar. Tetapi juga ditemukan 3 anak yang pola bermainnya berat tetapi berat badannya lebih dari yang aktifitasnya ringan. Saat wawancara dengan kepala
sekolah didapatkan ada beberapa anak yang obesitas dan mengalami gangguan dalam aktifitas. Berdasarkan studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati”. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan “Apakah ada hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati”.
Tehnik Sampling Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Menurut Sugiyono (2011), total sampling adalah teknik sampling dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel.
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Menurut Notoatmodjo (2010), deskriptif didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Studi korelasi merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subjek. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel independen dan dependen hanya dengan satu kali pada satu saat (Nursalam, 2011). Pengukuran variabel pola bermain dengan kejadian obesitas yang diteliti satu kali pada satu waktu. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati sebanyak 156 anak Sampel Sampel dalam penelitian ini seluruh anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati sebanyak 156 anak.
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebagian besar anak pola bermainnya aktif sebanyak 99 responden (63,5%) dan yang pola bermainnya pasif sebanyak 57 responden (36,5%).
HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi pola bermain pada anak usia sekolah di SD Negeri Dengkek 01 Pati Pola bermain Aktif Pasif Total
Frekuensi 99 57 156
Persentase (%) 63,5 36,5 100,0
Distribusi frekuensi kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SD Negeri Dengkek 01 Pati Kejadian Obesitas Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Obesitas Total
Frekuensi 13 16 68 44 15 156
Persentase (%) 8,3 10,3 43,6 28,2 9,6 100,0
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden normal sebanyak 68 responden (43,6%), gemuk sebanyak 44 responden (28,2%), kurus sebanyak 16 responden (10,3%), obesitas sebanyak 15 responden (9,6%) dan sangat kurus sebanyak 13 responden (8,3%).
Hubungan pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati Pola Bermain Sangat Kurus Aktif 8 (8,1%) Pasif 5 (8,8%) Jumlah 13 (8,3%)
Kejadian Obesitas Kurus Normal Gemuk Obesitas
X2
p
Total
12 49 28 2 99 19,363 0,001 (12,1%) (49,5%) (28,3%) (2,0%) (100,0%) 4 (7,0%) 19 16 13 57 (33,3%) (28,1%) (22,8%) (100,0%) 16 68 44 15 156 (10,3%) (43,6%) (28,2%) (9,6%) (100,0%)
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa pada anak yang pola bermainnya aktif lebih sedikit mengalami obesitas sebanyak 2 responden (2,0%) dan anak yang pola bermainnya pasif lebih banyak mengalami obesitas sebanyak 13 responden (22,8%). Berdasarkan uji chi square dapat dilihat bahwa nilai p 0,001 < =0,05 yang artinya Ha diterima sehingga ada hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati. PEMBAHASAN Pola bermain pada anak usia sekolah di SD Negeri Dengkek 01 Pati Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak pola bermainnya aktif sebanyak 99 responden (63,5%). Sebagian besar anak pola bermainnya aktif disebabkan masih banyaknya anak yang bermain di luar rumah dan di sekolah dimana kebanyakan jenis permainannya aktif. Menurut Moeslichatoen (dalam Simatupang, 2005), bermain merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan bagi semua orang. Bermain akan memuaskan tuntutan perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial, nilai- nilai dan sikap hidup. Permainan aktif banyak dilakukan karena secara umum bermain aktif banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal sedangkan kegiatan bermain pasif lebih mendominasi pada masa akhir kanakkanak yaitu sekitar usia pra remaja karena adanya perubahan fisik, emosi, minat dan lainnya.
Sebagian besar responden bermain aktif karena kebanyakan melakukan permainan bebas dan spontan. Berdasarkan hasil kuesioner permainan aktif paling banyak dilakukan adalah 61,5% bersepeda dan bulu tangkis. Permainan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu, gunanya untuk meningkatkan kreativitas anak, melatih motorik halus, melatih konsentrasi, ketekunan dan daya tahan, permainan pemberian atribut tertentu terhadap benda, melakukan penjelajahan, olah raga dll merupakan kegiatan yang ditandai oleh aturan serta persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan, kegiatan bermain musik misalnya bernyanyi. Hasil penelitian didapatkan responden yang pola bermainnya pasif sebanyak 57 responden (36,5%). Permainan Pasif yaitu anak memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukannya sendiri. Permainan pasif yang dilakukan seperti membaca, melihat komik, menonton film. Televisi bisa dianggap pengganti “pengasuh anak” karena anak menjadi asyik sendiri tanpa perlu terlampau banyak diawasi oleh orang tua, mendengarkan radio, mendengarkan music. Berdasarkan hasil kuesioner permainan aktif paling banyak dilakukan adalah 70,5% bermain HP, 57,1% menggambar dan 52,6% menonton TV. Menurut Hurlock (2009) karakteristik permainan pada masa anak- anak adalah anak kecil menirukan permainan anak yang lebih besar, yang menirukan dari generasi anak sebelumny. Berbagai macam permainan juga mengikuti pola yang dapat diramalkan misal, permainan balok kayu. Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia. Pada saat anak-anak mencapai usia sekolah, kebanyakan mainan mereka adalah sosial, seperti yang ada dalam kegiatan bermain kerja sama, tetapi hal ini dilakukan apabila mereka telah memiliki kelompok dan bersamaan
dengan itu, timbul kesempatan untuk belajar berteman dengan cara sosial. Kejadian obesitas pada anak usia sekolah di SD Negeri Dengkek 01 Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden normal sebanyak 68 responden (43,6%). Sebagian besar normal dan tidak terjadi obesitas diketahui dari pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu pada anak-anak dan remaja digunakan inikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U. Hasil penelitian didapatkan responden yang gemuk sebanyak 44 responden (28,2%) dan obesitas sebanyak 15 responden (9,6%). Obesitas umumnya menyebabkan akumulasi lemak pada daerah subkutan dan jaringan lainnya. Pada anak dan remaja pada usia dan jenis kelamin sama dikatakan obesitas apabila tebal lipatan kulit trisep berada di atas persentil ke-85. Lalu apabila tebal lipatan kulit trisep menunjukkan di atas persentil ke-95 anak atau remaja tersebut dikatakan super-obesitas (Soetjiningsih, 2004). Obesitas berbahaya bagi anak karena berhubungan dengan obesitas seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Hipertensi biasanya ditemukan saat usia dewasa. Namun masalah kesehatan yang berhubungan dengan komplikasi ini pernah terjadi pada anak-anak. Sekitar 40% anak yang obesitas dan sekitar 80% remaja yang obesitas akan menjadi obesitas pada usia dewasa. Penambahan berat badan biasanya dimulai pada usia 5-7 tahun, selama pubertas atau saat usia remaja awal (Wardlaw&Hampl, 2007). Dampak bagi anak yang mengalami obesitas dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Juanita, 2008), misalnya gangguan psikososial, rasa
rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini karena anak obese sering menjadi bahan olok-olokan teman main dan teman sekolah. Hasil penelitian masih ada responden yang kurus sebanyak 16 responden (10,3%)dan sangat kurus sebanyak 13 responden (8,3%). Pada masa anak-anak, total lemak tubuh meningkat minimal 16% pada perempuan dan 13% pada laki-laki. Total lemak tubuh akan meningkat untuk persiapan masa growt spurt saat remaja. Peningkatan total lemak tubuh dan pubertas terjadi lebih dulu pada perempuan dibandingkan laki-laki (19 % pada perempuan dan 14% pada laki-laki) sedangkan saat memasuki usia remaja awal laki-laki memiliki massa otot yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Brownet al, 2005 ). Kurusnya remaja dipengaruhi banyak hal seperti pola makan dan diet serta ketidak seimbangan asupan makanan pada remaja. Hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri Dengkek 01 Pati. Hal ini dapat dilihat pada anak yang pola bermainnya aktif lebih sedikit mengalami obesitas sebanyak 2 responden (2,0%) dan anak yang pola bermainnya pasif lebih banyak mengalami obesitas sebanyak 16 responden (28,1%). Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi anak, beberapa manfaat bermain antara lain (Tedjasaputra, 2001) untuk perkembangan aspek fisik, aspek motorik kasar dan motorik halus. aspek sosial, aspek emosi atau kepribadian, aspek kognisi, mengasah ketajaman penginderaan, mengembangkan keterampilan olahraga dan menari. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang dihasilkan sebagai sebagai suatu
pegeluaran tenaga (dinyatakan kilo-kalori). Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai maka secara berkelanjutan dapat mengakibatkan obesitas. Menurut Byrne & Hills (2007) usia anak-anak seharusnya melakukan aktivitas fisik sekitar 60 menit atau lebih setiap harinya. Adapun aktivitas fisik yang dapat dilakukan misalnya kegiatan olahraga di sekolah, permainan,berenang, jogging, berjalan dan bersepeda ke sekolah. Obesitas juga dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Menurut Dietz dalam Penuntun Diet Anak (2003), kemungkinan seorang anak berisiko menderita obesitas sebesar 80% jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan berisiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas.
Dengkek 01 Pati dengan nilai p 0,001 < =0,05. Saran 1. Bagi Responden Responden yang obesitas diharapkan bermain aktif sehingga dapat normal berat badannya dan perkembangannya lebih sehat. Responden yang kurus diharapkan menyeimbangkan kegiatan yang dilakukan dengan makanan yang cukup. 2. Bagi SD Negeri Dengkek 01 Pati Sekolah diharapkan memberikan olah raga teratur dan memperhatikan pola bermain siswanya agar seimbang sehingga perkembangannya dapat sesuai dengan tumbang anak. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kejadian obesitas seperti perilaku jajan atau pola makan anak.
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini untuk pola bermain yang imbang antara aktif dan pasif peneliti mengkaji kembali mana yang lebih banyak dilakukan anak. Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi obesitas seperti pola makan tidak diteliti.
Adisapoetra. (2006). Hubungan Antara Aktifitas Fisik dengan Status Kegemukan pada Kohort Anak Tahun 2001 di Kota Bogor. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI.
Kesimpulan 1. Pola bermain anak sebagian besar aktif sebanyak 99 responden (63,5%) dan yang pola bermainnya pasif sebanyak 57 responden (36,5%). 2. Kejadian obesitas terjadi pada 15 responden (9,6%), normal sebanyak 68 responden (43,6%), gemuk sebanyak 44 responden (28,2%), kurus sebanyak 16 responden (10,3%) dan sangat kurus sebanyak 13 responden (8,3%). 3. Ada hubungan antara pola bermain dengan kejadian obesitas pada anak usia sekolah kelas 2-6 di SD Negeri
Anggraini, F. (2003). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Pancoran. Jakarta Selatan. Skripsi : FKM UI.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Apriadji,WH. (1986). Gizi Jakarta : Penebar Swadaya.
Keluarga.
Arisman. (2011). Gizi dalam Kehidupan. Jakarta : EGC
Daur
Aziz. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Byrne & Hills. (2007). The Importance of physical Activity in the growth and
Development of Children. Routledge Taylor & francis group. London and New York.
Powers, P.S. (1980). Obesity. The Regulation of Weight. William and Wilkins Company. USA : Baltimore.
Dietz. (2001). Preventing Obesity In Children And Adolescent. Annu Rev Public Health.
Rahadjo. ( 2007). Aplikasi Teori Bermain Untuk Anak Usia Sekolah. Didaktika Vol 8, september 07
Faisal. 2010. Kendalikan Obesitas dan Diabetes. Jakarta: Indocamp.
Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Gibson, Rosalind S. (2005). Principles of Nutritional Assesment. Oxford University Press. New York. afar, Dr Dra Nurhaedar. 2009. Makalah Ilmiah Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe II. Sulawesi: Unhas Hurlock EB. (2011). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Juanita. (2008). Obesitas pada Anak. www.gizi.net Lusa. (2009). Gizi Seimbang pada Remaja dan Dewasa . dikutip dari http://www.lusa.web.id/gizi seimbangpada-remaja-dan-dewasa/ pada tanggal 13 Juli 2015. Matheson, et al., (2004). Children’s Food comsumption During Television Viewing. American Journal For Clinical Nutrition. Narendra. (2008). Tumbang Anak dan Remaja. Jakarta : CV Sagung. Seto. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit PT. Rineka Cipta. Nursalam dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika. Mutiah. (2010). Psiklogi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Pranada Media Group
Riskesdas. (2007). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007 . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI. Sjarif. (2002). Buku Ajar Obesitas Pada Anak dan Remaja . Jakarta : Hot Topics in Pediatrics II. Suastika.(2013). Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Wilayah Kecamatan Denpasar Selatan. Public Health and Preventive Medicine Archive Vol. 1 No. 1 : Bali Supartini.( 2005). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC Simatupang. (2005), Bermain sebagai upaya dini menanamkam aspek sosial bagi siswa sekolah dasar, Jurnal Pendidlkan Jasmani Indonesia, Volume 3, No.1, 2005. Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Stender, A., Dyerberg, J. & Asrup, A., (2007). Fast Food : Unfriendly And Unhealthy. International Journal of Obesity. Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alphabeta. Tedjasaputra, M.S. (2001). Bermain, Mainan, dan Permainan. Jakarta : Grasindo