ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. N DENGAN STROKE PADA NY. Y DI DUSUN PASAR SAPTU RT. 01 RW. 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III keperawatan di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun oleh : AYU HIDAYAH NIM. 13DP277011
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN CIAMIS 2016
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. N DENGAN STROKE PADA NY. Y DI DUSUN PASAR SAPTU RT. 01 RW. 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 20161 Ayu Hidayah2, Heni Marliany3
ABSTRAK
Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Banyak faktor yang jadi penyebab stroke, yaitu gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan minuman bersoda, sering konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, dan juga obesitas. Menurut data di Kabupaten Ciamis angka kejadian stroke sebanyak 637 kasus. Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif, metode penulisan yang digunakan dengan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selama penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. N yang dimulai dari tanggal 15-18 Juni 2016, penulis menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : kurangnya pengetahuan tentang penyakit stroke berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dalam mengeal masalah penyakit stroke, intoleransi Aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. N selama 4 hari dari tanggal 15-18 Juni 2016 masalah yang muncul tidak semua dapat teratasi.
Kata Kunci Kepustakaan Keterangan
: Asuhan Keperawatan, Keluarga, Stroke : 16 buah, 2008-2014 : 1 judul studi kasus, 2 Nama mahasiswa/I STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Karakteristik penyakit pada lansia di Indonesia antara lain rheumatik, osteoporosis, osteoarthritis, hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, gastritis, ulcus pepticum, diabetes mellitus, obesitas, asma, TB paru, carsinoma/ kanker, senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb (Elsabernitat, 2012). Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi sehingga berakibat fatal atau bahkan dapat membatasi pasien selama bertahun-tahun sebagai orang cacat (Festy, 2014). Banyak faktor yang jadi penyebab stroke, pertama yang adalah gaya hidup yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan minuman bersoda, sering konsumsi makanan cepat saji, kurang aktivitas fisik, dan juga obesitas. Faktor kedua adalah risiko medis. Faktor ini dapat menyebabkan atau memperparah stroke. Seperti hipertensi, kolesterol tinggi, antherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), masalah jantung, diabetes, migrain, dan juga faktor keturunan (Anthony., dkk, 2015).
1
2
Angka kejadian stroke di Amerika Serikat, berada di urutan ketiga teratas sebagai penyebab kematian setelah penyakit jantung dan kanker. Kasus penderita stroke di negara tersebut mencapai 700 ribu orang per tahun (Fadjar, 2014). Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%), sedangkan di Provinsi Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4%) (Kemenkes, 2013). Table 1.1 Data Penyakit 10 Besar di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis tahun 2015 Jenis Penyakit Jumlah Persentase Infeksi Saluran Pernafasan Atas 2210 33% Hipertensi 1092 16% Pulpa dan Jar.Perapikal 763 11% Gastroduodenitesis 618 9% Diare 450 7% Dermatitis 364 5% Dispepsia 357 5% Asma 311 5% Migren dan sindrom nyeri kepala 299 5% Influenza 271 4% Jumlah 6.735 100% Sumber : Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015”
Berdasarkan data diatas, penyakit Stroke tidak termasuk ke dalam 10 besar penyakit di Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Ciamis Kabupaten Ciamis tahun 2015. Walaupun demikian penyakit stroke sering menimbulkan gangguan pada pederitanya, untuk itu perlu perawatan dan perhatian khusus bagi penderita dengan stroke terutama dalam keluarga.
3
Adanya kasus stroke ini salah satunya dipicu oleh rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai faktor resiko yang dapat menimbulkan stroke. Penyebab stroke adalah pecahnya (ruptur) pembuluh darah di otak dan atau terjadinya trombosis dan emboli. Gumpalan darah akan masuk ke aliran darah sebagai akibat dari penyakit lain atau karena adanya bagian otak yang cedera dan menutup atau menyumbat arteri otak. Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan dengan gejala lemas, lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian (Dianto, 2013). Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Kurniawati
(2010)
menunjukan pengalaman keluarga merawat penderita paska stroke menunjukkan dampak positif. Dukungan keluarga dan masyarakat menjadi faktor penting dalam membantu memberikan perawatan. Dukungan yang diberikan berupa informasi dan bantuan perawatan secara langsung mengenai perawatan di rumah dari petugas kesehatan. Perawatan tersebut diberikan berupa perubahan yang dialami, latihan gerak, dan jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita paska stroke. Sesuai
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga
mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Kemudian membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang
harus
dilakukan,
yaitu
: mengenal
masalah
4
kesehatan setiap anggotanya dengan perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga (Setiadi, 2008). Tugas tersebut merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera dikurangi atau bahkan teratasi. Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
pertolongan tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga dengan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada (Setiadi, 2008). Keluarga Tn. N adalah salah satu keluarga binaan wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng dan salah satu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan (menderita penyakit stroke) yang selama kurang lebih tiga tahun berobat ke Puskesmas dan Rumah Sakit secara rutin atau sampai sekarang ini masih menderita stroke.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil kasus yang didokumentasikan ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. N dengan Stroke pada Ny. Y di Dusun Pasar Saptu RT. 01 RW. 03 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016“.
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memperoleh pengalaman yang nyata dalam aplikasi keperawatan komunitas atau kesehatan masyarakat serta mampu melaksanakan
asuhan
keperawatan
secara
langsung
dan
komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap keluarga
yang
menderita
stroke,
yang
terdiri
dari
pengumpulan data, perumusan masalah dan memprioritaskan masalah. b. Mampu melakukan rencana keperawatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita stroke. c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita stroke.
6
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap keperawatan keluarga dengan stroke. e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan stroke.
C. Metode Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengambilan data yang digunakan sebagai berikut : 1. Wawancara Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar
pikiran
dan
perasaannya
yang
diistilahkan
teknik
komunikasi terapeutik. 2. Observasi/Pengamatan Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.
7
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
fisik
dalam
keperawatan
digunakan
untuk
mendapatkan
data objektif
dari riwayat
keperawatan
klien.
Pemeriksaan
fisik
sebaiknya
dilakukan
bersamaan
dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien. Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan keperawatan 4. Studi Dokumentasi Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan asuhan keperawatan. 5. Studi Kepustakaan Mendapatkan keterangan sebagai landasan dari berbagai literatur. (Setiadi, 2012).
D. Sistematika Penulisan Sistem penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Menjelaskan tentang konsep tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga yang meliputi 1) konsep dasar
8
meliputi pengertian keluarga, tipe keluarga, tahap dan peran keluarga, 2) konsep keluarga resiko tinggi meliputi pengertian keluarga resiko tinggi, penyebab resiko tinggi, dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga, 3) proses keperawatan kesehatan keluarga terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, 4) tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga dengan stroke. BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Meliputi tinjauan kasus dan pembahasan yang mencakup : pengkajian
keperawatan
perencanaan, keperawatan
dan
pelaksanaan keluarga
diagnosa keperawatan, keperawatan,
dengan
stroke.
evaluasi
Pembahasan
berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang telah dilakukan. BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan dan Rekomendasi: mengambil simpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran dan rekomendasi pelaksanaan tindakan terhadap masalah yang ditemukan sesuai dengan tujuan penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga Menurut Al-Quran Surat Al-Furqon ayat 54
Artinya : “ Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu dia jadikan manusia itu (pula) keturunan dan musharah
(hubungan)
kekeluargaan
yang
bersal
dari
perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya”. Menurut Friedman (1998) dalam Padila (2012) keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individuindividu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Menurut Sayekti (1994) dalam Padila (2012) keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang perempuan yang sudah
9
10
sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut Burgess dkk, (1963) dalam Komang (2010) keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga. Dari
definisi
di
atas
ditarik
kesimpulan
bahwa
pengertian keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal disatu tempat atau rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masingmasing dan mempertahankan suatu kebudayaan. Definisi inii memfokuskan
pada
bagaimana
keluarga
melaksanakan
fungsinya. b. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Sesuai
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu : 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari
11
adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa
yang
terjadi
dan
seberapa
besar
perubahannya. 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan ini bisa dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluaraga.
12
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008). c. Fungsi Keluarga Friedman (1998) dalam Padila (2012) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yakni: 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggoa keluarga dan bagaimana keluarga mengembangakan sikap saling menghargai. 2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksii atau hubungan dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
13
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehehatan,
mengambil
keputusan,
melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan,
yang
perlu
dikaji
adalah
sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda-gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill keputusan mngenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana
kemampuan
keluarga
mengertii
mengenai sifat dan luasnya masalah. (2) Apakah
masalah
kesehatan
dirasakan
oleh
keluarga. (3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. (4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit (5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
14
(6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. (7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana penyakitnya
keluarga (sifat,
mengetahui
penyebaran,
keadaan komplikasi,
prognosa, dan cara perawatannya). (2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (4) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang
bertanggung
jawab,
sumber
keuangan / finansial, fasilitas fisik, psikososial). (5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit. d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu dikaji adalah :
15
(1) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
sumber-
sumber keluarga yang dimiliki. (2) Sejauhmana
keluarga
melihat
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi. (4) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
upaya
pencegahan penyakit. (5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi. (6) Sejauhmana
kekompakan
antara
anggota
keluarga. e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan
kesehatan
di
masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan. (2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan. (3) Sejauhmana
tingkat
kepercayaan
terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
keluarga
16
(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. (5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a) Berapa jumlah anak b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c) Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga 5) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
17
d. Tipe Keluarga Menurut Sussman (1974), Macklin (1998) dalam Padila (2012) tipe keluarga terdiri dari: 1) Keluarga Tradisional a) Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b) Keluarga Besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, bibi, paman) c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d) Single Parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. e) Single Adult adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja. f)
Kelurga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut
18
2) Keluarga Non Tradisional a) Commune Family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b) Orang
tua
(ayah/ibu)
yang
tidak
ada
ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. c) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga e. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson dan Leny, (2010) adalah sebagai berikut : 1) Tahap 1, keluarga baru menikah Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan mendiskusikan rencana memiliki anak. 2) Tahap 2, keluarga dengan anak baru lahir. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaftasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan
seksual
dan
kegiatan,
mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
19
3) Tahap 3, keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lai (tua) juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi); pembagian
tanggung
jawab
anggota
keluraga
;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 4) Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperoleh dari
sekolah
keintiman
atau
pasangan;
masyarakat) memenuhi
mempertahankan kebutuhan
yang
meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. 5) Tahap 5, keluarga dengan anak remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
20
mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi; mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; mempertahankan komunikasi terbuka antara
anak
dan
orang
tua;
hindarkan
terjadinya
perbedaan, kecurigaan, dan permusuhan mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 6) Tahap 6, keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadii keluarga besar, memepertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dii masyarakat;penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah. 7) Tahap 7, keluarga usia pertengahan Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan indvidu dan pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasai dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya; meningkatkan keakraban pasangan.
21
8) Tahap 8, keluarga usia tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya; adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan
fisik,
mempertahankan
dan
penghasilan
keakraban
pasangan
keluarga, dan
saling
merawat; melakukan live review masa lalu. f.
Stres dan Koping Keluarga 1) Stresor jangka pendek dan panjang a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan 2) Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan (Padila, 2012)
2. Konsep Keluarga Resiko Tinggi a. Definisi Keluarga resiko tinggi atau rawan kesehatan yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
22
beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan (Setiadii 2008). b. Keluarga Yang Tergolong Resiko Tinggi dalam Bidang Kesehatan, meliputi : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut : a) Tingkat sosial ekonomi keluarga masih rendah. b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasii masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga
dengan
keturunan
yang
kurang
baik/keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil. a) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun) b) Menderita kekurangan gizi/anemia c) Menderita hipertensi d) Primipara/multipara. e) Riwayat persalinan dengan komplikasi. 3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena : a) Lahir prematur/BBLR b) Berat badan sukar naik c) Lahir dengan cacat bawaan
23
d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. e) Ibu
menderita
penyakit
menular
yang
dapat
mengancam bayi atau anaknya. 4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga : a) Anak yang tidak diketahui dan pernah dicoba untuk digugurkan b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga sering sakit d) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga (Setiadi, 2008). c. Stroke Dari pembahasan konsep keluarga resiko tinggi diatas, salah satu keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan
yaitu
keluarga
yang
mempunyai
masalah
kesehatan, dan salah satu masalah kesehatan yang terjadii dalam keluarga adalah stroke. Berikut adalah pembahasan tentang penyakit stroke. 1) Pengertian Stroke adalah keadaan yang terjadi saat otak rusak akibat aliran darah terganggu. Setiap bagian otak
24
bertanggung jawab atas fungsi tertentu sehinggga gela stroke bergantung pada daerah otak yang kekurangan suplai darah (Anthony, dkk, 2010). Stroke didefinisikan sebagai defisit (gangguan) fungsi
sistem
saraf
yang
terjadi
mendadak
dan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi
akibat
Gangguan
gangguan
peredaran
pembuluh
darah
otak
darah
di
dapat
otak. berupa
tersumbatnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan
memunculkan
kematian
sel
saraf
(neuron).
Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke (Rizaldy, 2010). 2) Klasifikasi Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi : a) Stroke Iskemik / Non Hemorogik Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah. b) Stroke Hemorogik Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
25
merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. (Rizaldy, 2010). 3) Gejala Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian otak yang terganggu. Otak manusia terdiri atas otak besar, otak kecil, dan batang otak. Otak besar terdiri atas bagian besar yang disebut hemisfer, yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Fungsi bagian tubuh sebelah kanan dikendalikan oleh hemisfer kanan. Otak terdiri atas lobus-lobus yang memiliki fungsi masing-masing. Gangguan pembuluh darah otak yang memberikan pasokan darah ke labous frontal dan pariental akan memberikan
gejala
kelemahan
anggota
gerak
dan
gangguan rasa (misalnya kebas di separuh anggota gerak). Stroke yang menyerang cerebelium memberikan gejala pusing berputar (vertigo). a. Kelumpuhan anggota gerak Kelumpuhan anggota gerak merupakan gejala yang umum dijumpai pada stroke. Bila seseorang tibatiba merasa kehilangan kekuatan pada salah satu lengan dan tungkai atau lengan dan tungkai pada satu sisi. Kelemahan pada umumnya sesisi, kanan atau kiri. Gangguan peredaran darah otak di sebelah kanan
26
akan
menyebabkan
kelemahan
anggota
gerak
sebelah kiri. Sebaliknya, gangguan pada otak sebelah kanan
menimbulkan
kelemahan
anggota
gerak
sebelah kiri. Kelemahan yang ringan pada umumnya kurang disadari. Pasien mengeluh kurang mampu mengancingkan baju atau tidak dapat memakai sandal dengan baik. b. Gangguan bicara Pasien stroke dapat pula menunjukan gejala bicara tidak jelas (pelo) atau tidak dapat bicara (afasia). Hal ini pada umumnya disebabkan oleh karena kelumpuhan saraf otak nomor lobus fronto temporal di otak. Pada keadaan normal lidah akan terjulur luruh, pada keadaan stroke lidah akan miring ke sisi yang lumpuh. c. Nyeri kepala Nyeri kepala merupakan keluhan yang umum dijumpai. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri kepala. Pada lebih dari 95% kasus, nyeri kepala bersifat primer dan dihubungkan dengan ketegangan otot atau migren. Pada 5% kasus, nyeri kepala disebabkan oleh sakit sekunder termasuk diantaranya adalah stroke. Nyeri kepala pada stroke bersifat
27
mendadak, dengan intensitas yang berat dan disertai gejala atau tanda gangguan saraf yang lain. d. Penurunan kesadaran Kesadaran manusia dipertahankan oleh sistem otak yang disebut ARAS. Sistem ini membuat seseorang terjaga. Pada kasus stroke yang langsung mengenai pusat sistem kesadaran atau mendesak pusat sistem kesadaran dapat dijumpai penurunan kesadaran.
Penurunan
kesadaran
yang
terjadi
mendadak haruslah dicurigai sebagai sebuah stroke, sampai terbukti bukan gejala stroke. Kasus stroke yagn disertai penurunan kesadaran pada umumnya dijumpai pada strike perdarahan. (Rizaldy, 2010). 4) Penatalaksanaan a) Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan b) Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian
perdarahan
dan
pencegahan
kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah. c) Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal/untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan
28
tindakan-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intraktanium. Bagi anggota keluarga yang menderita stroke, anggota keluarga yang lain harus bisa merawat keluarga yang sakit dengan baik. Hal yang pertama harus dilakukan adalah terus berdoa meminta kesembuhan dan kebaikan pada Allah SWT. Tidak ada penyakit yang berat bagi Allah. Dia yang menjadikan penyakit dan dia pula yang menyembuhkannya, sebagaimana diingatkan Allah dalam Al Quran surat Asy Syu’araa ayat 80 :
Artinya : dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku (Asy Syu’araa 80). Setelah itu keluarga harus memberi perhatian besar terhadap anggotanya yang menderita stroke, peran keluarga termasuk salah satu unsur dominan penyembuh stroke pada pasien (Elnury, 2014). 3. Proses Keperawatan Keluarga a. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seseorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Cara pengumpulan data
29
tentang keluarga dapat di lakukan antara lain: riwayat dan tahap perkembangan kelurga, data lingkungan, struktur kelurga, fungsi kelurga penyebab masalah kelurga dan koping yang di lakukan kelurga, harapan kelurga dan pemriksaan fisik (Jhonson dan Leny, 2010). b. Perencanaan Perencanaan adalah bagian dari fase
diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi
atau
meminimalkan
stresor
dan
intervensi
dirancang berdasarkan 3 tingkat pencegahan primer,untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,pencegahan sekunder untuk
memperkuat
garis
pertahanan
sekunder
dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisiten (Anderson & Mc Farlane 2000 dalam Komang, 2010). c. Implementasi Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, mendirikan keluarga. sering kali perencanaan program yang sudah baik tidak diikutii dengan waktu yang cukup untuk melaksanakan implementasii (Komang, 2010).
30
d. Evaluasi Evaluasi disususn menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan somatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu : 1) Evaluasi berjalan (sumatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan
dalam
bentuk
pengisian
format
catatan
perkembangan dan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP. 2) Evaluasi
akhir
(formatif)
adalah
evaluasi
jenis
inii
dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin
semua
tahap
dalam
proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat datadata, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi. (Setiadi, 2008).
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke 1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seseorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya.
31
a. Identitas Identitas Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama,, hubungan keluaraga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan) tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama, satus sosial aktivitas keluarga. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga ini, riwayat keluarga suami istri. c. Data lingkungan Karakteristik
rumah,
karakteristik
lingkungan,
mobilitas
keluarga,hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung. d. Struktur keluarga Pola komunikasi, pengambilan keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga. e. Fungsi Keluarga Fungsi
ekonomi,
fungsi
sosial,
fungsi
perawatan
atau
pemeliharaan kesehatan, fungsi reproduksi, fungsi afektif. f. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga. (Jhonshon dan Leny, 2010) g. Harapan keluarga (terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada)
32
h. Pemeriksaan fisik (Tanggal pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik
anggota
keluarga
lain,
aspek
pemeriksaan
fisik,
kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik (Komang, 2010). 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Stroke a. Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Komang (2010) diagnosis keperawatan adalah klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdsarkan jenis diagnosis seperti : 1) Diagnosis sehat /wellness Diagnosis
sehat
/wellness
digunakan
bila
keluarga
mempunyai potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif. 2) Diagnosis ancaman (resiko) Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan data maladaptif yang kemungkinan timbulnya gangguan.
33
3) Diagnosis nyata / gangguan Diagnosis
gangguan
digunakan
bila
sudah
timbul
gangguan atau masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaftif. Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima tugas keluarga. Sign atau tanda (S). Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak akan
tidak
mungkin
diatur
sekaligus
mengingat
ada
keterbatasan, untuk itu perlu disusun skala prioritas. Dan dibawah ini tabel dalam menentukan skala prioritas. Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan NO KRITERIA NILAI BOBOT Sifat masalah Skala : - Tidak atau kurang sehat 3 1. 1 - Ancaman kesehatan 2 - Keadaan sejahtera 1 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : - Dengan Mudah 2 2. 2 - Hanya Sebagian 1 - Tidak dapat 0 Potensi masalah untuk dicegah Skala : - Tinggi 3 3. 1 - Cukup 2 - Rendah 1 Menonjolnya masalah Skala :- Masalah berat, harus segera ditangani 2 4. 1 - Ada masalah, tidak perlu ditangani 1 - Masalah tidak dirasakan 0 Sumber : (Ali, 2010)
34
Skoring : cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah : 1) Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skor Angka Tertinggi
X
Bobot
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot 3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria. 4) Skor tertinggi adalah lima dan sama dengan untuk semua kriteria (Ali, 2010) Penentuan prioritas dengan kriteria skala : 1) Untuk krteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan : a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga. c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu. d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan dukungan.
35
3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan : a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang yang tepat untuk memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah. 4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai perespsii atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut. b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
penurunan aliran darah vena atau aretri. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. 3. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
kerusakan sistem saraf sentral. 4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan daya tahan. 5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. 6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memasukan makanan atau mengabsorbsi nutrisi (Kurniadi, 2012)
36
c. Diagnosa
keperawatan
dihubungkan
dengan
5
tugas
kesehatan keluarga. 1) Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah stroke. 2) Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 3) Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 4) Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 5) Defisit
perawatan
diri
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
mengenal nutrisi bagi penderita stroke. 3. Intervensi Keperawatan Keluarga a. Perfusi
jaringan
tidak
efektif
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah stroke. 1) Monitor fungsi bicara 2) Upayakan suhu dalam batas normal
37
3) Catat perubahan dalam penglihatan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 1) Kaji tanda dan gejala yang menunjukan ketidaktoleransi terhadap aktivitas. 2) Tingkatkan pelaksanaan rom pasif. 3) Buat jadwal latihan aktivitas secara bertahap untuk pasien dan berikan periode istirahat. 4) Berikan support dan libatkan keluarga dalam program terapi. 5) Berikan reinforcemen untuk pencapaian aktivitas sesuai program latihan. 6) Kolaborasi ahli fisioterapi 7) Bantu dengan aktivitas fisik teratur. 8) Batasi rangsangan lingkungan c. Kerusakan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarganya dengan penyakit stroke. 1) Identifikasi metode yang dapat dipahami oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan dasar 2) Sediakan metode komunikasi alternatif 3) Libatkan
keluarga
dan
diskusikan
masalah
untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi pasien. 4) Berikan support sistem untuk mengatasi ketidakmampuan 5) Ajarkan pasien berbicara sesuai kemampuan
38
6) Dengarkan pasien dengan penuh perhatian. d. Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana di rumah. 1) Tindakan mencegah resiko injuri atau jatuh 2) Bantu
meningkatkan
kemampuan
berjalan,
mempertahankan dan mengembalikan fungsi otonomik dan voluntary tubuh selama tindakan dan memulihkan penyakit atau injuri. 3) Libatkan keluarga dalam program terapi 4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktir, latihan resisitif dan ambulasi e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 1) Bantu kebutuhan mandi pasien 2) Ketahui tingkat ketidakmampuan pasien untuk perawatan diri. 3) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri f.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal nutrisi bagi penderita stroke. 1) Dukung pasien untuk mengkonsumsi makanan dengan porsi kecil tapi sering 2) Bantu dalam pemberian asupan diit makanan dan cairan yang seimbang.
39
3) Dukung pasien untuk perawatan gigi dan mulut 4) Berikan pasien makanan dan minuman ringan bernutrisi. 5) Anjarkan pasien bagaimana cara menyimpan makanan 6) Beri umpan balik untuk motivasi kebutuhan nutrisi. 7) Libatkan keluarga dalam pemberian support dan program terapi 8) Pertahankan nutrisi adekuat 9) Pertahankan pencatatan berat badan harian. 4. Implemetasi Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan
program.
Program
dibuat
untuk
menciptakan
keinginan berubah dari keluarga, mendirikan keluarga. sering kali perencanaan program yang sudah baik tidak diikutii dengan waktu yang cukup untuk melaksanakan implementasii (Komang, 2010). 5. Evaluasi Evaluasi disususn menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan somatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu : a. Evaluasi berjalan (sumatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan perkembangan dan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP. b. Evaluasi akhir (formatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
40
dicapai.
Bila
terdapat
kesenjangan
diantara
keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi (Setiadi, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran surat Asy Syu’araa ayat 80 dan surat Al-Furqon ayat 54. [internet] tersedia dalam http://www.fadhilza.com/2015/04/kesehatan/ayat-penyembuhberbagai-penyakit-dalam-al-quran.html. [diakses 24 Juni 2016]. Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Anthony. (2010). Stroke. Jakarta : Penebar Plus Bagus Indahono. (2014). Stroke Pembunuh Nomor 3 di Dunia. [internet] tersedia dalam https://m.tempo.co/read/news/2014/08/28/060602884/strokepembunuh-nomor-3-di-dunia. [diakses 22 Juni 2016]. Dianto. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Stroke Non Hemoragik..
[internet]
tersedia
dalam
https://efradianto.wordpress.com/2013/02/18/asuhankeperawatan-pada-klien-dengan-stroke-non-hemoragik/. [diakses 22 Juni 2016]. Elnury. (2014). Anda Harus Tahu, Ini Penanganan Stroke di Rumah. [internet] tersedia dalam http://radioelnury.com/news/kesehatan/anda-harus-tahu-inipenanganan-stroke-di-rumah-3.html. [diakses 24 Juni 2016]. Elsabernitat. (2012). Penyakit yang Sering terjadi pada Lansia. [internet] tersedia
dalam
https://elsabernitatatubeketsite.wordpress.com/2012/11/17/penyak it-yang-sering-terjadi-pada-lansia. [diakses 22 Juni 2016]. Festy. (2014). Peran Keluarga Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Medik Pada
Pasien
stroke.
[internet]
tersedia
dalam
http://fik.umsurabaya.ac.id/sites/default/files/jurnall/perankeluarga-dalam-pelaksanaan-rehabilitasi-medik-pada-pasienstroke.pdf . [diakses 22 Juni 2016].
Jhonson dan Lenny. (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Kemenkes. (2013). Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. [internet] tersedia dalam http://www.depkes.go.id/download.php. [diakses 22 Juni 2016]. Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Kurniadi, (2012). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Stroke Aplikasi Nanda, NOC, NIC. [internet] tersedia dalam http://asuhankeperawatanonline.blogspot.co.id/2012/03/asuhankeperawatan-pasien-dengan-stroke_03.html. [diakses 24 Juni 2016]. Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Rizaldy. (2010). Awas Stroke. Yogyakarta : Andi. Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu. Setyopranoto. (2011). Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. [internet] tersedia dalam http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_185Strokegejalapenatal aksanaan.pdf. [diakses 24 Juni 2016].