ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A DENGAN ASTHMA PADA NY. Y DI DUSUN PASAR SALASA RT. 01 RW. 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III keperawatan di STIKes Muhammadiyah Ciamis
Disusun oleh : EGI RIZKI SETIADI NIM. 13DP277019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN CIAMIS 2016
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A DENGAN ASTHMA PADA NY. Y DI DUSUN PASAR SALASA RT. 01 RW. 03 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 20161 Egi Rizki Setiadi2, Heni Marliany3 ABSTRAK
Penyakit saluran pernapasan merupakan merupakan penyebab kedua paling banyak menyebabkan kematian setelah gangguan pembuluh darah. Angka kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan atas atau asthma di UPTD Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis sebanyak 2210 kasus dengan 33%. Dampak penyakit asthma bila sering dan berlangsung lama tanpa pengobatan memadai, penyakit ini bisa menyebabkan perubahan bentuk thorak, salah satu bronkus dapat tersumbat, kegagalan nafas dan kegagalan jantung bahkan kematian. Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif, metode penulisan yang digunakan dengan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selama penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. Y yang dimulai dari tanggal 15 Juni - 18 Juni 2016, penulis menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : pola nafas tidak efektif pada Ny. Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah asthma, resiko kekambuhan penyakit asthma berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga menangani pencegahan penyakit asthma, kurangnya pengetahuan tentang Penyakit Asthma pada keluarga Ny. Y berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah asthma. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. Y selama 4 hari dari tanggal 15 Juni - 18 Juni 2016 masalah yang muncul tidak semua dapat teratasi.
Kata Kunci Kepustakaan Keterangan
: Asuhan Keperawatan, Keluarga, Asthma : 13 buah, 2008-2015 : 1 judul studi kasus, 2 Nama mahasiswa/I STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan
berikutnya.
lingkungannya
serta
Apalagi faktor
bila
ekonomi,
karena
pekerjaan
penderita
harus
dan selalu
berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri (Savira, 2013). The Global Asthma Report, melaporkan bahwa jumlah penderita asma di dunia diperkirakan mencapai 334 juta pada tahun 2014 (Savira, 2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, prevalensi asma nasional di Indonesia mencapai 4,5%. Artinya, dari
1
2
220 juta penduduk Indonesia terdapat 9 juta penduduk yang menderita asma. Sedangkan di Jawa Barat prevalensi asthma sebesar 4,12% dari 7.040 kasus dan dari 43.413.973 jiwa (Oemiati, 2010), di Kabupaten ciamis sebesar 8.596 kasus dari 1.768.532 jiwa (Dinkes, 2016). Asthma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang. Penyebab asthma merupakan penyakit keturunan dan sebagian orang menderita asthma karena alergi terhadap sumber tertentu yang berasal dari faktor lingkungan. Dampak penyakit asthma bila sering dan berlangsung lama tanpa pengobatan memadai, penyakit ini bisa menyebabkan perubahan bentuk thorak, salah satu bronkus dapat tersumbat, kegagalan nafas dan kegagalan jantung bahkan kematian (Junaidi, 2010). Salah satu bentuk terapi pernapasan yang dapat diberikan kepada pasien asma adalah latihan Pursed Lips Breathing (PLB). PLB merupakan dilakukan
suatu dengan
teknik
pernapasa,
menahan
udara
dimana yang
proses
dikeluarkan
ekspirasi melalui
pengerutan bibir dengan tujuan untuk melambatkan proses ekspirasi. Membuat bibir mengerucut seolah-olah meniup lilin, menimbulkan perlawanan melalui saluran udara yang memungkin kan pengosongan
3
paru-paru secara sempurna kemudian menggantikannya dengan udara baru dan segar. Penelitian Natalia (2007), mendukung pendapat diatas. Penelitian ini meneliti efektivitas latihan PLB dan tiup balon terhadap peningkatan Arus Puncak Ekspirasi pada pasien asthma bronkial rawat inap di RSUD Banyumas dengan metode penelitian quasi eksperimen, desain two group pre post test design. APE merupakan nilai kekuatan aliran udara maksimal paru untuk menilai ada dan berat obstruksi pada pasien asma. Menurut Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, Prevalensi asthma di perkotaan umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan, karena pola hidup di kota besar meningkatkan resiko terjadinya asthma. Table 1.1 Data Penyakit 10 Besar di wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis tahun 2015 Jenis Penyakit Jumlah Persentase Infeksi Saluran Pernafasan Atas 2210 33% Hipertensi 1092 16% Pulpa dan Jar.Perapikal 763 11% Gastroduodenitesis 618 9% Diare 450 7% Dermatitis 364 5% Dispepsia 357 5% Asma 311 5% Migren dan sindrom nyeri kepala 299 5% Influenza 271 4% Jumlah 6.735 100% Sumber : Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015”
Berdasarkan data diatas, penyakit asma menduduki peringkat ke 8 sebanyak. 311 kasus atau 11%. Salah satu tindakan dalam rangka
4
mencegah timbulnya penyakit asthma yaitu dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar menjaga kesehatan keluarganya. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, mempunyai
peran
masin-masing
dan
menciptakan
serta
mempertahankan suatu budaya. (Reisner,1980 dalam Setyowati,S dan Murwani,A, 2008). Keluarga Tn. A adalah salah satu keluarga binaan wilayah kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng dan salah satu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan (menderita penyakit asthma)
yang selama
kurang lebih tiga tahun berobat ke
Puskesmas dan Rumah Sakit secara rutin atau sampai sekarang ini masih menderita asthma. Berdasarkan
latar
belakang
tersebut
maka
penulis
mengambil kasus yang didokumentasikan ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A dengan Asthma pada Ny. Y di Dusun Pasar Salasa RT. 01 RW. 03 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016 “.
5
B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memperoleh pengalaman yang nyata dalam aplikasi keperawatan komunitas atau kesehatan masyarakat serta mampu melaksanakan
asuhan
keperawatan
secara
langsung
dan
komprehensif meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian secara komprehensif terhadap keluarga
yang
menderita
asthma,
yang
terdiri
dari
pengumpulan data, perumusan masalah dan memprioritaskan masalah. b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan terhadap anggota keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita asthma. c.
Mampu melakukan rencana keperawatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita asthma.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita asthma. e. Mampu melakukan evaluasi terhadap keperawatan keluarga dengan asthma. f.
Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan asthma.
6
C. Metode Penulisan Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu berupa studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengambilan data yang digunakan sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab secara langsung yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu kompunikasi yang direncanakan. 2. Observasi/Pengamatan Observasi/Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadadan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. 3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik yang dipergunakan untuk memperoleh data objektif dari riwayat kepercayaan klien. 4. Studi Dokumentasi Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan asuhan keperawatan. 5. Studi Kepustakaan Untuk memperoleh data-data klien yang komperhensif, perawat dapat membaca sumber yang berhubungan dengan masalah klien. Memperoleh sumber sangat membantu dalam asuhan
7
keperawatan yang benar dan tepat. (Setyowati,S. dan Murwani, A. 2008)
D. Sistematika Penulisan Sistem penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS Menjelaskan tentang konsep tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga yang meliputi 1) konsep dasar meliputi pengertian keluarga, tipe keluarga, tahap dan peran keluarga, 2) konsep keluarga resiko tinggi meliputi pengertian keluarga resiko tinggi, penyebab resiko tinggi, dampak keluarga resiko tinggi terhadap fungsi keluarga, 3) proses keperawatan
kesehatan
keluarga terdiri dari
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, 4) tinjauan teoritis asuhan keperawatan keluarga dengan asthma. BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Meliputi tinjauan kasus dan pembahasan yang mencakup : pengkajian
keperawatan
dan
diagnosa keperawatan,
8
perencanaan,
pelaksanaan
keperawatan,
evaluasi
keperawatan keluarga dengan asthma. Pembahasan, yang berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan proses keperawatan yang telah dilakukan dan yang dianalisis kesenjangannya dari tinjauan teoritis. BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI Simpulan
dan
Rekomendasi
BAB
IV
mengambil
kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran dan rekomendasi pelaksanaan tindakan terhadap masalah yang ditemukan sesuai dengan tujuan penulisan karya tulis ilmiah.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar 1. Konsep Keluarga a. Definisi Keluarga Menurut Al-Quran Surat Al-Furqon ayat 54
Artinya : “ Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu dia jadikan manusia itu (pula) keturunan dan musharah
(hubungan)
kekeluargaan
yang
bersal
dari
perkawinan, seperti menantu, ipar, mertua dan sebagainya”. Menurut
Friedman
(1998)
dalam
santun
(2008)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut Sayekti (1994) dalam Setiadi (2008) keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup
bersama
atau
seorang
10
laki-laki
atau
seorang
11
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga. Menurut Burgess dkk, (1963) dalam Achjar Komang (2010) keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah tangga, anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan peran sosial keluarga. Dari
definisi
di
atas
ditarik
kesimpulan
bahwa
pengertian keluarga adalah suatu unit terkecil yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal disatu tempat / rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masingmasing dan mempertahankan suatu kebudayaan. Definisi inii memfokuskan
pada
bagaimana
keluarga
melaksanakan
fungsinya. b. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Sesuai
dengan
fungsi
pemeliharaan
kesehatan,
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :
12
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga setiap anggotanya Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa
yang
terjadi
dan
seberapa
besar
perubahannya. 2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuia dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga. 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Perawatan ini bisa dilakukan dirumah
apabila
keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk
13
memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. 4) Memepertahankan susana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluaraga. 5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara kelurga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008) c.
Fungsi Keluarga 1) Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga,perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggoa keluarga dan bagaimana keluarga mengembangakan sikap saling menghargai. 2) Fungsi sosialisasi Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksii atau hubungan dalam keluarga,sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,norma,budaya dan perilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit . Sejauhmana pengetahuan keluarga
14
mengenai sehat-sakit.Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehehatan,
mengambil
keputusan,
melakukan
pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah : a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan,
yang
perlu
dikaji
adalah
sejauhmana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda-gejala faktor penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah. b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambill keputusan mngenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana
kemampuan
keluarga
mengertii
mengenai sifat dan luasnya masalah. (2) Apakah
masalah
kesehatan
dirasakan
oleh
keluarga. (3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami. (4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit
15
(5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada. (6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. (7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. c) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana penyakitnya
keluarga (sifat,
mengetahui
penyebaran,
keadaan komplikasi,
prognosa, dan cara perawatannya). (2) Sejauhmana keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan. (4) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang
bertanggung
jawab,
sumber
keuangan / finansial, fasilitas fisik, psikososial). (5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
16
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
sumber-
sumber keluarga yang dimiliki. (2) Sejauhmana
keluarga
melihat
keuntungan/manfaat pemeliharaan lingkungan. (3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi. (4) Sejauhmana
keluarga
mengetahui
upaya
pencegahan penyakit. (5) Sejauhmana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi. (6) Sejauhmana
kekompakan
antara
anggota
keluarga. e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan
fasilitas/pelayanan
kesehatan
di
masyarakat. Hal yang perlu dikaji adalah : (1) Sejauhmana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan. (2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungankeuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
17
(3) Sejauh
mana
tingkat
kepercayaan
keluarga
terhadap petugas dan fasilitas kesehatan (4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan. (5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. 4) Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah : a) Berapa jumlah anak b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga c) Metode apa yg digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga 5) Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: a) Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. b) Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
18
d. Tipe Keluarga Menurut Allender 2001 dalam (Achjar 2010 ) tipe keluarga terdiri dari: 1) Keluarga Tradisional a) Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b) Keluarga Besar (Extended Family) Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, bibi, paman) c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak. d) Single Parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. e) Single Adult adalah rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa saja. f)
Kelurga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
19
2) Keluarga Non Tradisional a) Commune Family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. b) Orang
tua
(ayah/ibu)
yang
tidak
ada
ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. c) Homoseksual adalah dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tangga. e. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap-tahap perkembangan dan tugas keluarga menurut Jhonson R-Leny R, (2010) adalah sebagai berikut : 1) Tahap 1, keluarga baru menikah Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial, dan mendiskusikan rencana memiliki anak. 2) Tahap 2, keluarga dengan anak baru lahir. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaftasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan
seksual
dan
kegiatan,
mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
20
3) Tahap 3, keluarga dengan anak usia pra sekolah Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi, beradaftasi dengan anak baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lai (tua) juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat baik dalam waktu untuk individu, pasangan dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi); pembagian
tanggung
jawab
anggota
keluraga
;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 4) Tahap 4, keluarga dengan anak usia sekolah. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak kurang diperoleh dari
sekolah
keintiman
atau
pasangan;
masyarakat) memenuhi
mempertahankan kebutuhan
yang
meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga. 5) Tahap 5, keluarga dengan anak remaja. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab
21
mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi; mempertahankan hubungan intim dalam keluarga; mempertahankan komunikasi terbuka antara
anak
dan
orang
tua;
hindarkan
terjadinya
perbedaan, kecurigaan, dan permusuhan mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 6) Tahap 6, keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadii keluarga besar, memepertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dii masyarakat;penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah. 7) Tahap 7, keluarga usia pertengahan Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan indvidu dan pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasai dan memuaskan dengan anak-anaknya dan sebaya; meningkatkan keakraban pasangan.
22
8) Tahap 8,keluarga usia tua. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan pasangannya; adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi kehilangan pasangan, kekuatan
fisik,
mempertahankan
dan
penghasilan
keakraban
pasangan
keluarga, dan
saling
merawat; melakukan live review masa lalu. f.
Stres dan Koping Keluarga 1) Stresor jangka pendek dan panjang a) Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu 6 bulan b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan 2) Strategi koping yang digunakan Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
2. Konsep Keluarga Resiko Tinggi a. Definisi Keluarga resiko tinggi atau rawan kesehatan yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
23
beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan (Setiadi 2008) b. Keluarga Yang Tergolong Resiko Tinggi dalam Bidang Kesehatan, meliputi : 1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut : a) Tingkat sosial ekonomi keluarga masih rendah. b) Keluarga kurang atau tidak mampu
mengatasii
masalah kesehatan sendiri. c) Keluarga
dengan
keturunan
yang
kurang
baik/keluarga dengan penyakit keturunan. 2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tingg kebidanan waktu hamil. a) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun) b) Menderita kekurangan gizi/anemia c) Menderita hipertensi d) Primipara/multipara. e) Riwayat persalinan dengan komplikasi. 3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena : a) Lahir prematur/BBLR b) Berat badan sukar naik c) Lahir dengan cacat bawaan
24
d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi. e) Ibu
menderita
penyakit
menular
yang
dapat
mengancam bayi atau anaknya. 4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga : a) Anak yang tidak diketahui dan pernah dicoba untuk digugurkan b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan. c) Ada anggota keluarga sering sakit d) Salah satu orang tua (suami/istri) meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga (Setiadi, 2008). c.
Asthma Dari pembahasan konsep keluarga resiko tinggi diatas, salah satu keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan
yaitu
keluarga
yang
mempunyai
masalah
kesehatan, dan salah satu masalah kesehatan yang terjadii dalam keluarga adalah Asthma. Berikut adalah pembahasan tentang penyakit Asthma. 1) Pengertian Asthma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan
karena hiperaktivitas
25
terhadap
rangsangan
tertentu
yang
menyebabkan
peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara (Junaidi 2010). 2) Etiologi a) Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan
dapat
menimbulkan
serangan
asthma
misalnya debu rumah, dan polusi. b) Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus influenza meruapakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asthma. c) Tekanan jiwa bukan penyebab asthma tetapi pencetus asthma,
karena
banyak
orang
yang
mendapat
tekanan jiwa tetapi tidak menjdi asthma. Faktor inii berperan mencetuskan serangan asthma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. d) Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat Sebagian
penderita
asthma
akan
mendapatkan
serangan asthma bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. e) Obat-obatan Beberapa klien dengan asthma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya.
26
f)
Polusi udara Klien asthma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung
hasil
pembakaran
dan
oksida
fotokemikal, serta bau yang tajam. g) Lingkungan kerja Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang menyumbang 2-15 % klien dengan asthma (Muttaqin, 2012) 3) Manisfestasi Klinis Serangan asthma dapat terjadi secara tiba-tiba, di tandai dengan nafas yang berbunyi mengi atau bengek, batuk,
dan
sesak
nafas.
Serangan
asthma
bisa
berlangsung dalam beberapa menit, jam, bahkan selama beberapa hari (Junaidi, 2010) 4) Penatalaksanaan Medis Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َفإِ َذا لِ ُك ِّل،اء َب َرأَ ِبإِ ْذ ِن هللاِ دَ ا ٍء د ََوا ٌء ِ ُأ َ صي ِ ْب د ََوا ُء ال َّد “ Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah” (HR Muslim 2204).
27
Hadits diatas menyimpulkan bahwa sikap keluarga terhadap yang sakit yaitu merawat anggota keluarga nya, memberikan obat
yang
sesuai
dengan
penyakitnya,
membawa
ke
pelayanan kesehatan, dan mendo’akanna maka kesembuhan akan datang atas izin Allah SWT. Penatalaksanaan Asthma meliputi:
a) Pengobatan Farmakologi 1) Agonis beta : metaproterenol( alupent, metrapel) bentuknya
aerosol,
bekerja
sangat
cepat,
diberikan sebanyak 3-4 kali semprot, dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit. 2) Metilxatin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 X sehari. Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini dberkan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan 3) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan
respon
yang
baik, harus
diberikan kortikosteroid, steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4 x semprot setiap hari. Pemberian steroid dalam jangka yang lama mempunyai efek samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
28
4) Kromolin dan Iprutropium bromide ( atroven) kromolin
merupakan
obat
pencegah
asthma
khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprutropium Bromide di berikan 1-2 kapsul 4 x sehari . b) Nonfarmakologi 1) Penyuluhan. Penyuluhan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan
klien
tentang
penyakit
asthma
sehingga klien secara sadar menghindari faktorfaktor pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada tim kesehatan. 2) Menghindari faktor pencetus Klien perlu di bantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungan nya, di ajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien. 3) Fisioterapi Dapat
di
gunakan
untuk
mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat di lakukan dengan postural drainase, perkusi dan pibrasi dada. (Muttaqin, 2010)
29
3. Proses Keperawatan Keluarga a. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seseorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat di lakukan antara lain: riwayat dan tahap perkembangan kelurga, data lingkungan, struktur kelurga, fungsi kelurga penyebab masalah kelurga dan koping yang di lakukan kelurga, harapan kelurga dan pemriksaan fisik( Jhonson L & Leny R 2010) b. Perencanaan Perencanaan adalah bagian dari fase
diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi
atau
meminimalkan
stresor
dan
intervensi
dirancang berdasarkan 3 tingkat pencegahan primer,untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,pencegahan sekunder untuk
memperkuat
garis
pertahanan
sekunder
dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisiten (Anderson & Mc Farlane 2000 dalam Achjar Komang, 2010)
30
c.
Implementasi Implementasi merupakan langaakah yang dilakukan setelah perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah dari keluarga, mendirikan keluarga. sering kali perencanaan program yang sudah baik tidak diikutii dengan waktu yang cukup untuk melaksanakan implementasii (Achjar Komang, 2010)
d. Evaluasi Evaluasi disususn menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan somatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan) dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu : 1) Evaluasi berjalan (sumatif) adalah evaluasi jenis inii dikerjakan
dalam
bentuk
pengisian
format
catatan
perkembangan dan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga. format yang dipakai adalah format SOAP. 2) Evaluasi
akhir
(formatif)
adalah
evaluasi
jenis inii
dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin
semua
tahap
dalam
proses
keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-
31
data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi. (Setiadi, 2008).
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Atshma 1. Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seseorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. a. Identitas Identitas Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama,, hubungan keluaraga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan) tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama, satus sosial aktivitas keluarga. b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga ini, riwayat keluarga suami istri. c. Data lingkungan Karakteristik
rumah,
karakteristik
lingkungan,
mobilitas
keluarga,hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung.
32
d. Struktur keluarga Pola komunikasi, pengambilan keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga. e. Fungsi Keluarga Fungsi
ekonomi,
fungsi
sosial,
fungsi
perawatan
atau
pemeliharaan kesehatan, fungsi reproduksi, fungsi afektif. f. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga. (Jhonshon L dan Leny R, 2010) g. Harapan keluarga (terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada) h. Pemeriksaan fisik (Tanggal pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik
anggota
keluarga
lain,
aspek
pemeriksaan
fisik,
kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik. (Achjar Komang, 2010) 2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Dengan Atshma a. Pengertian diagnosa keperawatan Menurut Achjar Komang (2010) diagnosis keperawatan adalah klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
33
Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdsarkan jenis diagnosis seperti : 1) Diagnosis sehat /wellness Diagnosis sehat
/wellness
digunakan
bila
keluarga
mempunyai potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif. 2) Diagnosis ancaman (resiko) Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan data maladaptif yang kemungkinan timbulnya gangguan. 3) Diagnosis nyata / gangguan Diagnosis
gangguan
digunakan
bila
sudah
timbul
gangguan atau masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaftif. Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima tugas keluarga. Sign atau tanda (S). Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak akan
tidak
mungkin
diatur
sekaligus
mengingat
ada
keterbatasan, untuk itu perlu disusun skala prioritas. Dan dibawah ini tabel dalam menentukan skala prioritas.
34
Tabel 2.1 Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan NO KRITERIA NILAI BOBOT Sifat masalah Skala : - Tidak atau kurang sehat 3 1. 1 - Ancaman kesehatan 2 - Keadaan sejahtera 1 Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : - Dengan Mudah 2 2. 2 - Hanya Sebagian 1 - Tidak dapat 0 Potensi masalah untuk dicegah Skala : - Tinggi 3 3. 1 - Cukup 2 - Rendah 1 Menonjolnya masalah Skala :- Masalah berat, harus segera ditangani 2 4. 1 - Ada masalah, tidak perlu ditangani 1 - Masalah tidak dirasakan 0 Sumber : (Ali, 2010) Skoring : cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah : 1) Tentukan skor untuk setiap kriteria. Skor Angka Tertinggi
X
Bobot
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot 3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria. 4) Skor tertinggi adalah lima dan sama dengan untuk semua kriteria (Ali, 2010)
35
Penentuan prioritas dengan kriteria skala : 1) Untuk krteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. 2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan : a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga. c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu. d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan dukungan. 3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan : a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang yang tepat untuk memperbaiki masalah. d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.
36
4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai perespsii atau bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut. b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya bronkhokontriksi, bronkhopasme edema mukosa dan dinding bronkhlus, serta sekresi yang kental. 2) Resiko
tinggi
ketidakefektifan
pola
nafas
yang
berhubungan dengan peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia, dan ancaman gagal nafas. 3) Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan nafsu makan. 4) Gangguan Activity Daily Living yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum, keletihan. 5) Cemas yang berhubungan dengan adanya ancamab kematian yang di bayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas) 6) Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat mengenai proses penyakit dan pengobatan (Muttaqin, 2012)
37
c.
Diagnosa
keperawatan
dihubungkan
dengan
5
tugas
kesehatan keluarga. 1) Ketidakefektifan dengan
bersihan
jalan
ketidakmampuan
nafas
keluarga
berhubungan
dalam
merawat
anggota keluarga dengan masalah asthma. 2) Pola
nafas
tidak
ketidakmampuan
efektif
keluarga
berhubungan
dalam
merawat
dengan anggota
keluarga dengan masalah asthma. 3) Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga tentang nutrisi bagi penderita asthma. 4) Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 5) Kecemasan
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan. 6) Kurang
pengetahuan
tentang
penyakit
asthma
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah asthma 3. Intervensi Keperawatan (Muttaqin 2012 dalam Suhendi, 2015) a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah asthma.
38
1) Kaji warna kekentalan, dan jumlah spuntum 2) Atur posisi semifowler atau posisi yang nyaman pada klien 3) Ajarkan cara batuk efektif 4) Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase, Perkusi, dan fibrasi dada. b. Pola
nafas
tidak
efektif
pada
berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah Asthma 1) Kaji tingkat pengetahuan
tentang pencegahan dan
perawatan penyakit asthma. 2) Diskusikan dengan keluarga tentang pencegahan dan perawatan penyakit asthma. 3) Beri penyuluhan mengenai pencegahan dan perawatan penyakit asthma dengan cara menghirup uap air,memberi posisi semi fowler. 4) Demontrasikan cara menghirup uap air,posisi semi fowler. 5) Tanyakan kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan penyakit asthma dengan cara menghirup uap air,posisi semi fowler. 6) Berikan
kesempatanan
mempraktekan
cara
pada
menghirup
memberikan posisi semi fowler.
keluarga uap
air
dan
untuk cara
39
c.
Kurangnya pengetahuan tentang Penyakit Asthma Bronchiale pada keluarga
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal masalah Asthma. 1) Kaji
tingkat
pengetahuan
tentang
pencegahan
dan
perawatan penyakit asthma. 2) Diskusikan dengan keluarga tentang pencegahan dan perawatan penyakit asthma. 3) Beri penyuluhan mengenai pencegahan dan perawatan penyakit
asthma
dengan
cara
senam
asthma,
penggunaan masker dan obat tradisional. 4) Demontrasikan cara senam asthma,penggunaan masker dan membuat obat tradisional. 5) Tanyakan kepada keluarga tentang pencegahan dan perawatan penyakit asthma dengan cara senam asthma, penggunaan masker dan obat tradisional. 6) Berikan kesempatan pada keluarga untuk mempraktekan cara senam asthma, penggunaan masker dan cara membuat obat tradisional. d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 1) Kaji keluhan sesak, pusing dan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit. 2) Bantu
dalam pemenuhan
personal higiene
(mandi,
berpakaian, bab, bak) anggota keluarga yang sakit.
40
e. Kecemasan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan 1) Kaji tingkat ansietas keluarga yang menderita penyakit asthma. 2) Beri dukungan emosional pada keluarga yang menderita penyakit asthma. 3) Anjurkan keluarga untuk tetap berada di dekat keluarga yang menderita penyakit selama serangan akut. f.
Perubuhan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga
tentang
nutrisi
bagi
penderita asthma. 1) Timbang berat badan 2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang nutrisi bagi penderita asthma. 3) Beri penyuluhan tentang nutrisi bagi penderita asthma.
DAFTAR PUSTAKA Achjar, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. Al-Quran Surat Al-Furqon ayat 54. HR Muslim No. 2204. Sumber: (https://muslim.or.id) Jhonson R., Lenny R. (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Junaidi, Iskandar. (2010). Penyakit Paru dan Saluran Nafas. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Muttaqin, Arif. (2010). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Medika. Muttaqin, Arif. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika. Natalia, (2007). Latar Belakang Asma. (repo.unand.ac.id) Oemiati, Ratih,dkk, (2010). Faktor Faktor Yang Berhubungan
dengan
Penyakit Asma di Indonesia. (ejournal.litbang.depkes.go.id) Santun. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Median. Savira, Novi (2013). Makalah Asma.(http://berbagh.blogspot.co.id) Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setyowati, S. dan Murwani, A. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga, Jogjakarta : MITRA CENDIKIA Press.
Suhendi, Dinda, 2015. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. E Dengan Asthma Pada Tn.E di Dusun Cintaharja Desa Kujang Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015. Tidak Dipublikasikan
UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015.Tidak Dipublikasikan (HanyaLaporan)