1608 u.M u
AKHIR PENEL!TIAN
Hubungan kadar Hepcidin dengan status besi pada Inflamasi Akibat Obesitas Pada Anak:
NADIRAH RASYID RIDHA
FAKULTASKEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
:..APO RAN AKHIR PENELITIAN
Hubungan kadar Hepcidin dengan status besi pada Inflamasi Akibat Obesitas Pada Anak
NADIRAH RASYID RIDHA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013
SUSUNAN TIM PENELITI
1.
NADIRAHRASYIDRIDHA
PENELI1'I UTAMA
2.
SA'DIYAH MANDA TIKUPADANG
PENELITI 1
3.
UFYTRlSNAWATY
PENELITI 2
KATA PENGANTAR Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara kadar dengan inflamasi akibat
hepcidin dan status besi
obesitas pada anak dengan menggunakan desain penelitian
Cross
Sectional. Penelitian ini membandingkan kadar hepcidin pada anak obesitas dengan berat badan normal. Obesitas merupakan suatu inflamasi kronik derajat ringan. Mekanisme inflamasi kronik ini
akan memicu pelepasan mediator inflamasi seperti
TNF
a dan IL- 6 yang akan memicu sel
hepatosit untuk melepaskan hepcidin.
Hepcidin merupakan kunci regulasi hemostasis besi. Ketika kadamya meningkat maka hepcidin akan menyebabkan intemalisasi dan degradasi dari ferroportin sehingga besi di sirkulasi akan menurun sehingga terjadi anemia, yang dikenal dengan anemia penyakit kronik. Akibat anemia pada inflarnasi karena obesitas dapat menyebabkan penurunan dari fungsi kognitif. Makanisme patofisiologinya adalah pada regulasi yang dipicu oleh aktivitas eritropoiesis, regulasi yang berkaitan dengan cadangan besi, regulasi yang berkaitan dengan inflamasi, dan suatu sinyal jalur mandatory. Penelitian yang berkaitan dengan hepcidin pada obesitas masih sangat terbatas, sehingga penelitian ini dapat membuka
wawasan baru tentang salah satu dampak
dari obesitas. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah mendukung penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada ProfDr.dr.Dasril Daud, SpAK, selaku pembimbing yang senantiasa membantu
dan me.mberi
semangat dalam penyelesaian penelitan ini. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada para reviewer yang senantiasa mengoreksi, membimbing dan mengarahkan peneliatian ini sampai pada penulisan laporan akhir. Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada para pengelola RISBINIPTEKDOK, yang telah memberikan
bantuan dana, sehingga penelitian ini
dapat berjalan. Makassar, 18 Februari
2013
Nadirah Rasyid Ridha
ii
ABSTRAK Hubungan kadar Hepcidin dengati status besi pada Inflamasi Akibat Obesitas Pada Anak
Fendabuluan. Angka kejadian obesitas yang tinggi pada anak disertai komplikasi jangka panjang
yaitu gangguan
homeostasis besi
membuktikan hubungan kadar
sehingga
mengarahka� kepada peneliti untuk
hepcidin terhadap status besi pada inflamasi akibat obesitas pada
anak. Metode. Telah dilakukan penelitian
cross sectional mengenai peran hepcidin terhadap gangguan
homeostasis besi pada anak obesitas. Sampel berasal dari siswa SMP Z yang terpilih di Makassar yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini berlangsung dari September sampai Nopember
2012. Basil. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi adalah 20 obes, 20 superobes dan 35 BB normal. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna rerata kadar
hepcidin pada obes dengan BB normal dengan nilai p=0,850 tetapi terdapat perbedaan bermakna rerata kadar
hepcidin pada superobes dengan BB normal (p=0,012), rerata IL-6 antara obes
dengan BB normal
(p=O,Ol), superobes dengan
dengan BB normal
BB
normal
(p=O,OOO), rerata hs-CRP
antara obes
(p=0,004), superobes dengan BB normal (p=O,Oll), rerata sTfR antara
superobes dengan BB normal
(p=0,05),
Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa superobes terjadi peningkatan kadar hepcidin akibat inflamasi tetapi belum menyebabkan gangguan homeostasis besi sementara pada obes teijadi inflamasi tapi belum menyebabkan peningkatan kadar hepcidin. Kata
kunci. Obes, hepcidin, iirllamasi,status besi
iii
DAFTARISI Halaman
Kata
pengantar
Abstrak
11
Daftar lsi
iii
Daftar Tabel
IV
Daftar Lampiran
v
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar belakang masalah Tinjauan Pustaka Tujuan penelitian Manfaat penelitian Hipotesis
1 3 8 9
10
BAB II. METODE PENELITIAN
11
BAB III. HASIL PENELITIAN
18
BAB IV. PEMBAHASAN
32
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
38 -40
DAFTAR PUSTAKA UCAPAN TERIMA KASIH LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL Nomor Tabell
Halam an Distribusi status gizi (Obes, Superobes, BB normal) berdasarkan
19
jenis kelamin Tabel2
Tabel2. Distribusi status gizi (obes dan superobes) berdasarkan
19
jenis kelamin Tabel3
Nilai rerata umur antara kelompok Obes dan BB Normal
20
Tabel4
Tabel4. Nilai rerata umur antara kelompok Supeobes
21
dan BB Normal Tabel5
Nilai rerata
hepcidin pada kelompok Obes dan BB normal
21
Tabel6
Nilai rerata
hepcidin pada kelompok Superobes dan Obes
22
Tabel 7
Nilai rerata hepcidin pada kelompok Superobes dan BB normal
22
Tabel 8
Nilai rerata IL-6 pada kelompok Obes dan BB normal
23
Tabel 9
Nilai rerata IL-6 pada kelompok Superobes dan Obes
23
Tabel lO
Nilai rerata IL-6 pada kelompok Superobes dan BB normal
24
Tabel 11
Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Obes dan BB normal
24
Tabel12
Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Superobes dan Obes
25
Tabel l3
Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Superobes dan BB normal
26
Tabel14
Nilai rerata ferritin pada kelompok Obes dan BB normal
27
Tabel15
Nilai rerata ferritin pada kelompok Superobes dan Obes
27
Tabel16
Nilai rerata ferritin pada kelompok Superobes dan BB normal
28
.
v
Tabel
17
Tabel 18 Tabel
19
Nilai rerata sTfR pada kelompok Obes dan
BB normal
29
Nilai rerata sTfR. pada kelompok Superobes dan Obes
29
Nilai rerata sTfR pada kelompok Superobes dan BB normal
30
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Naskah penjel asan kepada orang tua
Lampiran 2
Naskah persetujuan mengikuti penelitian
Lampiran3
Prosedur pemeriksaan ferritin
Lampiran 4
Prosedur pemeriksaan sTiR
Lampiran 5
Prosedur pemeriksaan IL-6
Lampiran6
Prosedur pemeriksaan Hepcidin
Lampiran
7
Persetujuan komisi erik
vii
BABI PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kejadian obesitas pada anak dan remaja meningkat pada 50 tahun terakhir. Sekitar dari 7 anak: akan mengalami kelebihan berat badan. Data dari National Health and Nutrition Ewmination Survey (NHANES) mendapatkan basil peningkatan jumlah anak dengan berat badan berlebih sebanyak 3 kali pada dekade 3 terakhir dari 4% menjadi 15% pada wnur 6 sampai 19 tahun. Sedangkan data dari National Longitudinal Survey of Youth mengemukakan bahwa teljadi peningkatan jumlah anak yang mengalami berat badan lebih pada umur 4 sampai 12 tahun pada 20 tahun terakhir ( Alemzadeh.R,2007). Obesitas atau kegemukan pada anak mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah menjadi epidemi global karena meningkat secara dramatis dalam 30 tahun terakhir sehingga sudah merupakan suatu problem kesehatan yang hams segera ditangani. Obesitas dapat dimulai pada usia berapapun, dan jika te:rjadi saat masa anak-anak berisiko tinggi menjadi obesitas saat dewasa. Obesitas pada anak secara khusus akan menjadi masalah karena berat ekstra yang dimiliki anak tersebut pada akhimya akan mengantarkan pada masalah kesehatan, meningkatkan penyakit penyerta, memendek:kan usia harapan hidup (Alemzadeh.R, 2007) Di Indonesia menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDA) pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi obesitas pada anak
2:
15 tahun adalah 10)% (laki-laki 13,9% dan
perempuan 23,8%) sedangkan umur 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%. Angka ini sama dengan estimasi dari WHO sebesar 10% pada anak 5-17 tahun (Hidayati,2007) Obesitas pada anak meningkatkan risiko obesitas ketika dewasa. Ini dihubungkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan Diabetes Mellitus. Selain itu obesitas dihubungkan dengan terjadinya inflamasi kronik derajat ringan. pada obesitas, jaringan adiposa akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia sehingga kebutuhan oksigen meningkat yang berakibat tetjadinya hipoksia. Untuk mengatasi hal tersebut dihasilkan berbagai macam stromal, sel vaskuler 1
:enn asuk fibroblast, sel endotelial vaskuler dan sitokin infalamatory seperti
TNF
a.,
IL- l , IL-6,
TGF-�. Jaringan adiposa juga mengandung limfosit, sel natural killer (sel NK), sel natural killer T (sel NK)
(Nishimura et al, 2009).
Hal yang sama dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sbarbati A, 2009 yang
menunjukkan bahwa terjadi akumulasi makrofag pada jaringan lemak penderita obesitas disertai degenerasi adiposit, fibrosis, dan akumulasi polimorfonuklear dan limfosit (Sbarbati, A et al, 2009 ).
Mediator inflamasi yang dihasilkan tersebut seperti interleukin 1(IL-l) dan
TNF
a.
yang
menyebabkan hipoferemia dan Interleukin 6 (IL-6) yang meningkatkan sintesis ferritin hati. IL-6 akan memicu ekspresi transkripsi gen hepcidin pada sel hepatosit melalui jalur interaksi Janus Kinase (JAK) dengan signal transduser and activator of traskription (STAT3) (Andreas NC,
2008). Hepcidin merupakan suatu hormon peptida yang kecil bemama asam amino 20-, 22-, atau 15-
basil pemecahan asam amino yang lebih besar dan merupakan suatu acute phase protein.
Hepcidin dihasilkan oleh hepatosit dan dapat dideteksi pada pada urin dan serum, ekspresinya
:meningkat pada inflamasi.
Walaupun studi mengenai hepsidin masih terbatas jumlahnya,
namun beberapa studi menyimpulkan bahwa hepcidin merupakan mediator langsung patogenesis 31lemia karena penyakit kronik yang beraksi sebagai negative regulator penyerapan besi pada !lSUS
dan pelepasan oleh makrofag sehingga pemenuhan kebutuhan besi untuk eritropoiesis
menjadi tidak adekuat (Nicholas Get al, 2007, Ganz T, 2006, Kemna et al, 2008). Hepcidin merupakan regulator
utama
dari homeostasis besi yang mengkoordinasi
�gunaan dan penyimpanan besi berdasarkan kebutuhan besi. Jika terdapat stimulasi terhadap sel
hepar oleh mediator inflamasi (IL-6 dan lipopolisakarida) yang dilepaskan karena proses
inflamasi akibat obesitas maka dapat meningkatkan produksi hepcidin sehingga terjadi internalisasi dan degradasi ferroportin. Akibatnya ferroportin pada permukaan sel akan berkurang, sehingga terjadi hambatan efluks besi dari makrofag dan sistem retikuloendotelial terjadi retensi besi) (Ganz, 2006). Hal ini menyebabkan jumlah besi dalam sirkulasi untuk proses eritropoiesis menurun, maka terjadilah anemia,
yang dikenal dengan istilah anemia karena penyakit kronik. 2
Pada anemia penyakit kronik, anemia yang terjadi adalah anemia nngan dengan jpellurunan kadar hemoglobin yang tidak terlalu rendah. Morfologi eritrosit umumnya normositik oorm
okrom, terjadi penurunan kadar besi serum, transferrin, dan saturasi transferrin, soluble
tranSferrin normal, sedangkan ferritin, kadar sitokin, Hs-crp meningkat Iron Disoreder Institute, 2006, Glader B, 2006). Akibat penurunan besi sirkulasi dapat menyebabkan gangguan eritropoiesis dan gangguan proses metabolisme sel-sel saraf termasuk sintesis neurotransmitter, pembentukan mielin dan pertumbuhan otak. Kekurangan besi dapat mempengaruhi berbagai fungsi kognitif, termasuk kontrol motorik, memori dan perhatian. Juga dihubungkan dengan perubahan tingkah lal-u, tumbuh kembang yang terhambat dan gangguan fungsi imun pada anak yang memegang peranan penting terhadap masa depan bangsa (Yager JY, 2002) Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti memandang perlu dilakukan penelitian mengenai peran hepcidin terhadap hemostasis besi pada anak obesitas. Sepengetahuan penulis, bingga saat ini penelitian tentang hal tersebut belum pemah dilakukan di Indonesia. 12.
TINJAUANPUSTAKA Hepcidin, yang juga dikenal dengan nama LEAP I (liver-expressed antimicrobial peptide-I),
adalah honnon yang diproduksi oleh hepar yang mengatur homeostasis besi. Selain itu, hepcidin juga merupakan mata rantai yang penting antara host defense dan metabolisme besi (Ganz T, 1006). Hepcidin pertama kali di isolasi dari darah oleh Krause dkk pada tahun 2000 dan k:emudian diisolasi dari urine oleh Park dkk. pada tahun 200 1 . Hepcidin disekresi masuk ke s:irkulasi dan mengatur penyediaan
zat
besi melalui ketjanya pada ferroportin, yaitu dengan
t.erikat pada ferroportin eli permukaan sel yang akan memicu fosforilasi tirosin, intemalisasi ferroportin, baik yang ada pada permukaan enterosit maupun yang terletak: pada permukaan ::nakrofag dan hepatosit, dan kemudian ferroportin didegradasi.
Hal
ini dapat menyebabkan
terbentinya penyediaan zat besi sehingga terjadi penurunan kadar besi serum (Ganz T, 2006; .Andrews NC, 2008). 3
Hepcidin disintesis di hati dalam bentuk propeptida yang terdiri dari 83 asam amino dan d:ikonversi ke peptida-peptida matur yang terdiri
memiliki aktivitas biologik adalah
25-AA
dari 20, 22, atau 25 asam amino, namun yang
hepcidin (Nicolas G, 2007; Ganz T, 2006; Andrews
C, 2008). Baru-baru ini ditemukan bahwa, selain disintesis di disintesis oleh sel lemak, kardiomiosit, netrofil
kecil
juga dapat
dan makrofag yang telah tersensitisasi oleh
bakteri, namun dalam kadar yang sangat rendah (Ganz EHJM dkk, 2008).
�ati, hepcidin
T, 2006; Andrews N, 2008; Kemna
Hepcidin mempunyai berat molekul yang kecil dan karena ukurannya yang
ini maka hepcidin dapat lolos pada filtrat glomerulus sehingga dapat ditemukan di urine
(Andrews NC, 2008).
Secara struktural, 25-AA
hepcidin merupakan peptida berbentuk jepit rambut dengan 8
sistein yang membentuk 4 ikatan disulfida dalam konfigurasi yang menyerupai tangga (Gambar 1 . Struktur ini mirip dengan sebagian besar peptida antimikroba dan secara
�emiliki aktivitas antimikroba yang ringan (Ganz T, 2006; Deicher R
in-vitro hepcidin
dan Horl WH, 2004).
Perkembangan baru yang penting dalam pengertian obesitas adalah konsep yang menandai obesitas sebagai suatu inflamasi kronik tingkat rendah (Valle dkk, 2005). Keadaan ini ditnnjukkan oleh adanya peningkatan kadar beberapa marker inflamasi dalam sirkulasi darah yaitu sitokin pro inflamasi
dan acute phase protein yang meningkat seperti IL-6, TNF-a, CRP
dan haptoglobulin. Namun meningkatnya
inflamasi menyebabkan meningkatnya resistensi
::;_crnlin dan gangguan lain yang berhubungan dengan obesitas, sepert dislipidemia, sindrom :netabolik. Anggapan inflamasi sebagai konsekuensi obesitas, ternyata hal ini memberi kesan 'OO.hwa obesitas terbukti sebagai
inflammatory disease (Trayhum, 2004).
4
Pada jaringan adipose obes ditandai dengan adanya inflamasi dan inftltrasi progresif makrofag (Chudek J, 2006). Perubahan pada adiposit mengakibatkan perubahan pada lingkungan sekitar dan modifikasi fungsi parakrin adiposit. Pada kondisi obesitas, adiposit mensekresi TNF dalam konsentrasi rendah yang dapat menstimulasi preadiposit. menghasilkan Monocyte
a
Chemoattractant-1 (MCP-1). Di sisi lain, sel-sel endotel juga mensekresikan 1\.1PC-1 sebagai respons terhadap sitokin. Karena itu, salah satu dari preadiposit atau sel endothel bertanggung jawab untuk menarik makrofag ke jaringan adiposa. Akumulasi makrofag dalam jaringan adipose dapat terjadi akibat adanya infiltrasi makrofag ke dalam jaringan adipose dan adanya transdifferensiasi preadiposit menjadi magrofag (Wellen dan Hotamisligil, 2005). Akumulasi magrofag pada jaringan adipose dapat meningkatkan sekresi sitokitl dan chemokin ini akan ::nengaktivasi kembali makrofag, menyebabkan mekanisme umpan balik. Peningkatan sekresi
Jeptin
(dan/atau penurunan produksi adiponektin) oleh adiposit juga berkontribusi terhadap
�ulasi
makrofag
melalui
.r::engembangkan adhesi
stimulasi
makrofag
transport
makrofag
ke
jaringan
adipose
dan
ke sel endotel (Wellen dan Hotamisligil, 2005). Akhimya
s:gnal insulin pada adiposit akan terganggu dan akan kemudian terjadi peningkatan lipolisis di �sit yang akhimya menyebabkan terjadinya resistensi insulin. (Wellen dan Hotamisligil,
:005). Pada obesitas, peningkatan jalur intlamasi dan metabolik ini ditegaskan dengan t!rjadinya tumpang tindih fungsi biologis antara makrofag dan adiposit yang bersama sama c:clepaskan sitokin proinflamasi, Fatty Acid-Binding Protein (FABPs), hormon-hormon nuklear ·
beberapa faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut memicu akumulasi lemak pada adipose dan
_esterol pada makrofag yang memicu resistensi insulin dan atereosklerosis. Sitokin pro
5
in.flamasi, TNF-a dan IL-6 akan melepaskan CRP di hati. Peningkatan IL-6 menunjukkan teijadinya inflamasi pada obesitas (Wellen dan Hotarnisligil, 2005). Cbesitas dihubungkan dengan inflamasi kronik derajat ringan. Akibat (Neels JG dan Olefsky ;).I, 2006) Inflamasi kronik dapat menyebabkan gangguan homeostasis besi dengan jalan :enurunkan absorbsi besi di usus dan hambatan penyaluran besi dari tempat penyimpanannya di oak:rofag dan sistem retikuloendotelial ke sirkulasi sehingga besi dalam sirkulasi berkurang. Makanisme tersebut atas dasar pengertian obesitas adalah konsep yang menandai bahwa hesitas sebagai suatu kondisi inflarnasi kronik derajat ringan (Valle dkk, 2005). Keadaan ini enmjukkan dengan adanya peningkatan kadar beberapa marker inflamasi dalam sirkulasi darah, }-aitu sitokin pro inflamasi dan acut phase protein yang meningkat pada obesitas; termasuk IL-6, 1NF a, CRP dan
haptoglobulin. Anggapan inflamasi sebagai konsekuensi obesitas, temyata
beri kesan bahwa obesitas terbukti sebagai inflammatory disease. (Trayhum, 2004)
:::Jem
Hal yang sama dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sbarbati A, 2009 yang oenunjukkan bahwa terjadi akumulasi makrofag pada jaringan lemak penderita obesitas disertai C!le'.:enerasi adiposit, fibrosis, dan akumulasi polimorfonuklear dan limfosit (Sbarbati A dkk, .:_{)9). Konsep lain menyatakan bahwa pada obesitas, jaringan adiposa akan mengalami :::::;,ertrofi dan hiperplasia sehingga kebutuhan oksigen meningkat yang berakibat teijadinya :::poksia. Pada kondisi hipoksia teijadi akumulasi dari HIF-la. HIF-lo. ini akan berikatan dengan E:RE
pada promoter hepcidin untuk menghasilkan hepcidin. Selain itu pada adiposit yang
- ksia akan teijadi peningkatan kadar IL-6 yang akan memicu ekspresi transkripsi gen
6
llt:pcidin pada sel hepatosit melalui jalur JAK dengan STAT3 (Andreas NC, 2008; -
Hinze KJ,
11).
Selain itu dinyatakan bahwa pada jaringan lemak obesitas juga menghasilkan suatu :::uktur yang mirip dengan sitokin yang di sebut leptin. Leptin ini memiliki reseptor yang be:dl.mgsi sebagai leptin-binding protein di dalam serum (Sinha dkk, 1996, Elmquist dkk, 1998). S.a.lah satu reseptor leptin yang berperan dalam penghantaran sinyal adalah OB-Rb yang dapat c::emberi kaan
sinyal melalui JAK/STAT3 untuk memodulasi transkripsi pada gen target
e:nasuk dalam hal memicu ekspresi gen
hepcidin (Hegyi dkk , 2004; Hinze KJ,2011).
Hal yang sama dilaporkan oleh Chung B dkk , 2007 bahwa setelah pemberian leptin pada sel !E::epatoma HuH7 berkesimpulan bahwa leptin dapat secara langsung meregulasi ekspresi
ulin. Melalui reseptor Ob-Rb, leptin dapat menginduksi transkripsi hepcidin melalui jalur �i JAK/ STAT3.
Penelitian yang pemah dilakukan sehubungan dengan hepsidin, anemia, inflarnasi karena cbStas antara lain yang dilakukan oleh Skinner AC dkk memperoleh basil terjadi peningkatan CRP >1,0 mg/1 pada anak obesitas umur 3-5 tahun (HR 2,29: p
umur
6-8 tahun dengan (HR; 2,00; P=0,04 9) dan peningkatan rasio
�transferin pada anak obesitas umur 9-11 tahun dengan (HR.; 7,06.P<0,001) (Skinner AC 2009). Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Richardson MW dkk memperoleh basil Hs-crp berkorelasi positif dengan BMI (p
7
dengan kadar Hs-crp tinggi dibandingkan dengan kadar Hs-crp rendah (p=0,016) (Richardson MW dkk, 2006).
Hasil penelitian Aeberli dkk menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
as::Ipan zat besi atau bioavailabilitas antara anak obesitas dengal} normal. Tetapi teljadi pe:ningkatan konsentrasi sTfR pada anak obesitas dibandingkan dengan anak normal dengan nilai ;
=
0,02. Kadar hepcidin juga lebih tinggi pada anak kelebihan berat badan dengan nilai p
=
..005. BMI berkorelasi signifikan terhadap sTfR (P=0,009), serum hepsidin (p=0,005), 3 petanda =flamasi, yaitu CRP (p
� dengan petanda inflamasi (Aeberli I dkk, 2009). Penelitian oleh Giudiche EM, pada 60 anak obes dan 50 kontrol menunjukkan hasil pada obes memiliki kadar besi dan saturasi transferin yang rendah (p < 0,05) dan memiliki kadar
E:zpcidin yang lebih tinggi (p=0,004). Terdapat korelasi langsung antara hepcidin dan derajat :oesitas (p= 0,0015),
hepcidin dan besi (p= 0,04), hepcidin dan saturasi transferin (P= 0,005),
idin dan leptin (p= 0,006) (Giudiche EM, 2009) - TUJUAN PENELITIAN
'=;U311 Umum
A'!:::nilai hubungan antara kadar hepcidin dan status besi dengan inflamasi akibat obesitas pada
-cjuan Khusus 1. Mengukur kadar hepcidin pada anak obesitas 2. Mengukur kadar hepcidin pada anak berat badan normal 3. Membandingkan kadar hepcidin pada anak obesitas dengan anak berat badan normal �.
Mengukur kadar status besi ( ferritin, soluble transferin reseptor) pada anak obesitas 8
5. Mengukur kadar status besi (ferritin, soluble transferin reseptor) pada anak berat badan normal 6. Membandingkan status besi (ferritin, soluble transferin reseptor) pada anak obesitas dengan berat badan normal
7. Mengukur kadar interleukin-6 pada anak obesitas 8. Mengukur kadar interleukin-6 pada anak berat badan normal
9. Membandingkan kadar interleukin-6 pada anak obesitas dengan berat badan normal 10. Menentukan hubungan antara kadar hepcidin, status besi dan interleukin-6 pada anak obesitas. MANFAAT PENELITIAN
U.
.!.spek pengembangan teor:i/ilmu I. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khazanah informasi ilmiah
mengenai kadar hepcidin, status besi dan IL-6 pada anak obesitas. 2.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya: Penelitian terhadap substrat yang bekerja antagonistik terhadap hepcidin untuk pengembangan terapi anemia akibat penyakit kronis seperti obesitas.
-.-;.spek aplikasi I. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar diagnostik terhadap gangguan homeostasis besi akibat peningkatan kadar hepcidin oleh karena inflamasi seperti obesitas.
2. Dengan mengidentifikasi hal tersebut diatas maka pencegahan dan
pengendalian
obesitas dapat merupakan rencana yang utama untuk menghindari terjadinya gangguan homeostasis besi.
9
i..5. HIPOTESIS
3ipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Kadar hepcidin lebih tinggi pada anak. obesitas dibandingkan dengan anak berat badan normal
2. Kadar marker inflamasi (IL-6) lebih tinggi pada anak obesitas dibandingkan dengan anak berat badan normal 3. Kadar hepcidin pada anak. obesitas yang inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan anak obesitas tanpa inflamasi 4.
Frekuensi gangguan homeostasis besi pada
anak obesitas yang inflamasi lebih banyak
ditemukan daripada anak obesitas tanpa inflamasi.
10
BAB II METODE PENELITIAN I. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional, yaitu meinbandingkan ferritin, soluble transferrin reseptor, IL-6 dan hepcidin serum pada anak obesitas dengan anak berat
.::::dan normal. :.. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Swasta di Makassar berdasarkan petunjuk � Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan dilaksanakan mulai bulan September 2012 sampai f.::nlah sampel terpenuhi. 3_ ?OPULASI PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah anak obesitas di salah satu SMP terpilih di Makassar. - SAMPEL DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL Sampel kasus adalah seluruh populasi teijangkau yang memenuhi kriteria -�k kontrol diambil dari anak dengan berat badan normal
penelitian.
setelah pemberian informed
::r-tSellt.
- PERKIRAAN BESAR SAMPEL
Perkiraan jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 40
orang, dengan tingkat
�cayaan yang dikehendaki adalah 95%. Bila proporsi obesitas pada populasi adalah 10%, :=gbt ketepatan absolut yang dikehendaki (d) 10% dengan tingkat kemaknaan (a) 1,96 dan Q = -?). maka besar sampel pada penelitian ini, sesuai perhitungan rumus sebagai berikut:
Za2 PQ n=
-----
11
=
(1,96ixO,lOx0,9
= 34 ,5 dibulatkan menjadi 40 Ilengan demikian masing-masing kelompok mempunyai jumlah sampel minimal sebesar 40. -- KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI -.1. Kriteria inklusi 1.
Anak obesitas dan anak berat badan nonnal sebagai kontrol
2. Usia 6-15 tahun 3.
Bersedia ikut dalam penelitian
r, Kriteria eksklusi
1. Menderita penyakit hati 2.
Menderita gagal ginjal .
3.
Mendapatkan transfusi darah dalam 3 bulan terakhir.
4. Mendapatkan kemoterapi. 5.
Sedang mengkonsumsi suplemen besi.
-- CARA KERJA -_I_ Alokasi Subyek
1.
Semua penderita yang memenuhi syarat dicatat nama,
umur, jenis kelamin, status
gizi, tanggal pengambilan darah sampel, tanggal pemeriksaan darah sampel, dan basil pemeriksaan Jaboratorium (darah rutin, ferritin, soluble transferrin reseptor, IL-6 dan
Hepcidin serum). 2. Sampel kontrol diambil dari anak berat badan nonnal tanpa anemia; dicatat umur, jenis kelamin, status gizi, tanggal pengambilan darah sampel, tanggal pemeriksaan darah sampel dan basil pemeriksaan laboratorium (darah rutin, ferritin, soluble transferin reseptor, IL-6 dan
Hepcidin serum).
12
ALUR PENELITIAN
--- �
· �.a �
DR, IL-6, Ferritin, sTfR,
Hepcidin
ANALISA DATA
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI VARIABEL
•
Dalam penelitian ini beberapa variabel dapat diidentifikasi berdasarkan peran dan skalanya. _
Identifikasi Variabel •
Marker lnflamasi (IL-6)
•
Kadar hepcidin
•
Kadar status besi
•
Sel lemak, sel hepar, sel ginjal.
•
Penyakit hati
•
Gagal ginjal
•
Mendapat suplemen besi
•
Mendapat kemoterapi
•
Mendapat transfusi dalam 3 bulan terakhir
•
Umur, jenis kelamin.
13
U.
Klasifikasi Variabel 1. Variabel bebas adalah marker inflamasi (IL-6) yang merupakan variabel
nwnerik
(ordinal). 2. Variabel tergantung adalah kadar hepcidin dan status besi (sTR Ferritin) merupakan variabel numerik (ordinal). 3.
Variabel antara adalah mekanisme yang menyebabkan terjadinya
peningkatan kadar
hepcidin dan gangguan kadar status besi. 4.
Variabel kendali yaitu gagal ginjal, penyakit hati, mendapat suplemen besi, mendapat kemoterapi, mendapat transfusi dalam3 bulan terakhir
5. Variabel random adalah umur,jenis kelamin.
-
DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBYEKTIF Definisi Operasional Marker inflamasi (IL-6) adalah kadar IL-6 yang diperoleh dari hasil pemeriksaan serum dengan menggunakan ELISA testkits - Quantikine HS hwnan IL-6 immunoassay.
- Kadar ferritin adalah kadar ferritin dalam serum yang diperoleh dari basil pemeriksaan dengan menggunakan alat Chemilwninescent immunometry. _
Kadar sTfr adalah kadar soluble transferin reseptor dalam serum yang diperoleh dari basil pemeriksaan dengan menggunakan alat Tina-Quant.
-
Obesitas adalah peningkatan indeks massa tubuh (IMT) � persentil 9 5 yang diperoleh berdasarkan rumus BB/TB2 dengan berat badan (BB) dalam kilogram dan tinggi badan fl'B) adalah tinggi badan dalarn meter.
c;
Hepcidin adalah
suatu
hormon yang diproduksi terutama oleh hepar dan juga diproduksi
dalam kadar kecil oleh sel lemak, kardiomiosit, netrofil dan makrofag yang telah rersensitisasi oleh bakteri. -
Kadar hepcidin serum adalah kadar hormon hepcidin yang diukur dengan pemeriksaan serum
menggunakan metode ELIZA dan dinyatakan dalam satuan ng/mL. - _-\nemia adalah pen urunan pada satu atau lebih dari parameter-parameter mayor eritrosit,
,aitu kadar hemoglobin, hematokrit atau jumlah eritrosit.
14
Kadar Hb adalah kadar
Hb
dalam
darah
tepi yang diperoleh dari basil pemeriksaan
spektrofotometer dengan cara sianmethemoglobin. - Umur adalah usia kronologis yang dihitung sejak hari kelahiran subyek bersangkutan hingga saat pemeriksaan. _
Jenis kelamin adalah subyek laki-laki atau perempuan.
OCriteria Obyektif 1. Hepcidin Dinyatakan dalam satuan ng/mL, nilai nonnalnya sesuai standar yang disertakan dalam kit pengujian. 2. Kadar IL-6 dinyatakan dalam satuan pq/ml. Nilai normal IL-6 adalah I 0-100 pq/ml Meningkat: > 100 pg/dl Menurun: < 10 pg/dl 3. Kadar ferritin dainyatakan dalam satuan IJg/dL
Nilai normal ferritin 12-140 11g/dL Meningkat : > 140 Jlg/dl. Menurun : < 12 Jlg/dl. 4.
Rasio sTfr/logferritin < 1 : APK, 1-2: campuran APK/ADB, >2: ADB
5.
Obesitas : BMI > persentil 95 Overweight: BMI > persentil 85 Berat badan n ormal: BMI persentil 75-85
6.
Umur dinyatakan dalam bulan terdekat dengan usia kronologis subyek dengan satuan bulan.
7. 8.
Jenis kelamin diyatakan dengan perempuan atau laki-laki Nilai Hb dan Hematokrit adjusted menurut usia dan jenis kelamin 15
Mean Hb (-2 SD)
Mean Hematokrit (-2 SD)
2-6 tahun
12,5 (1 1,5)
37 (34)
6-12 tahun
13,5 (11,5)
40 (3 5)
USIA & JENIS KELAMIN
12-18 tahun laki-laki
14,5 (13)
43 (37) .
12- 18 tahun perempuan
14 (12)
4 1 36)
I._ Pengolahan dan Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan sesuai tujuan danjenis data, kemudian =;;ilih metode statistik yang sesuai, yaitu: Analisis univariat Digunakan untuk: deskripsi data-data berupa deskripsi frekuensi, nilai rata-rata, standar rleviasi dan rentangan, median dan modusnya -
.
_.\nalisa bivariat: a
Uji-t Digunakan untuk: menganalisis data komparatif 2 kelompok tidak berpasangan dengan variabel bebas berskala numerik dan variabel tergantung berskala numerik yang datanya terdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama. Dalam hal ini digunakan untuk: membandingkan dua nilai rata-rata dari kelompok yang diukur marker inflamasi (IL-6)
dari anak obesitas dan subyek berat badan normal (variabel bebas). Uji Mann-Whitney Digunakan untuk menganalisis data komparatif 2 kelompok tidak berpasangan dengan variabel bebas berskala nominal dan variabel tergantung berskala numerik yang datanya tidak terdistribusi normal dan mempunyai varians yang berbeda. Dalam hal ini digunakan untuk membandingkan dua nilai
rata-rata dari kelompok yang diukur marker inflamasi
(IL-6) dari anak obesitas dan subyek berat badan normal (variabel bebas).
16
c.
il (Chi square) Untuk membandingkan nilai variabel yang berskala nominal dari dua atau lebih kelompok yang tidak berpasangan. Dalam hal ini membandingkan frekuensi basil kadar hepcidin dari kelompok anak dengan obesitas yang mengalami anemia akibat penyakit kronis dan kelompok anak tanpa anemia pada anak berat badan !lormal serta menghitung sensitivitas dan spesifisitas kadar hepcidin dalam mendiagnosis anemia akibat penyakit kronis pada anak. Penilaian hasil uji hipotesis dinyatakan sebagai berikut: ./
Tidak bennakna, hila p > 0,05
./
Bermakna, bila p :S 0,05
./
Sangat bermakna, bila < 0,01
17
BABV HASIL PENELITIAN .1. JUMLAH SAMPEL
Selama jangka waktu penelitian mulai bulan Juli 2012 sampai Nopember 2012, telah dilakukan fDtelitian cross sectional tentang kadar parameter homeostasis besi pada anak obesitas dan berat
.::.2rla.n normal sebagai kelompok kontrol yang berusia 12 tahun sampai 14 tahun 9 bulan di salah SDJ SMP swasta yang terpilih di Makassar. Pemeriksaan darah telah dilakukan pada 20 anak
:=.xs, 20 anak superobes dan 35 anak berat badan normal yang memenuhi kriteria inklusi. •.l. KARAKTERISTIK SAMPEL
.blah total subyek penelitian adalah 75 sampel yang terdiri dari 20 (26,6%) obes, 20 (26,6%) s::perobes dan 35 (46,6%) berat badan normal. Sampel penelitian terdiri dari 55 (73,3%) anak -laki (10 obes, 19 superobes, 26 berat badan normal) dan 20 (26,7%) anak perempuan (10
:es, 1 superobes, 9 berat badan normal). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat �n secara bermakna distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin antara obes, �obes, BB normal dengan uji chi-square menunjukkan hasil nilai p = 0,06 (p>0,05). Tabel 1 S!Omgkan hasil uji statistik distribusi status gizi berdasarkan jenis kelamin antara obes dan
� obes menunjukkan hasil terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,01 (p<0,0 5). -6el2
18
-ibel l. Distribusi status gizi (Obes, Superobes, BB normal) berdasarkanjenis kelamin
Status Gizi Obes
Superobes
BB Normal
Total
!lzti-laki
10(18%)
19(36%)
26(47%)
55( 100%)
-::!p !reiil uan
10(50%)
1(5%)
9(45%)
20(100%)
20(27%)
20(27%)
35(46%)
75(100%)
..'T'is kelamin
-square X2 = 1 0,38
�
df =
p = 0,06 (p > 0,05)
2
2. Distribusi status gizi (obes dan superobes) berdasarkanjenis kelamin Status gizi Jenis kelamin
Total Obes
Superobes
Laki-laki
10(34.0%)
19 (66,0%)
29(100%)
Perempuan
10 (91%)
1 (9%)
1 1 (100%)
Total
20(50%)
20(102%)
40(1 00%)
Chi square X2= 10,15
df=
p = 0,01 (p < 0,05)
1
Umur (tahun) subyek penelitian mempunyai nilai rentangan pok obes mempunyai nilai mean -- tahun dengan nilai rentangan ·
mean
�an
12-14,75 tahun. Pada
13,50 tahun, nilai median 13,83 tahun, standar deviasi
12,01-1 4,75
tahun. Pada kelompok superobes mempunyai
1 3,28 tahun, nilai median 13,25 tahun, standar deviasi 0,88 tahun dengan nilai
12-14,67 tahun. Pada kelompok BB normal mempunyai nilai mean 1 3,32 tahun, nilai
-.!6m 13,35 tahun, standar deviasi 0,88 tahun dengan rentangan 12-14,67 tahun. Hasil uji 19
s;;:::::1:istik antar a kelompok obes dengan
BB normal menunjukkan tidak terdapat perbedaan
O!cnakna dengan nilai p=0,477 (p>0,05). Tabel 5. Hasil uji statistik antara kelompok superobes
BB normal menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p=0,866 (p :>C..05). Tabel3
:-.zXI3. Nilai rerata umur antara kelompok Obes dan
BB Normal
Kelompok Umur (tahun)
BB Normal
Obes (n=2 0)
(n=35)
Mean
13,50
13,32
Median
13,83
13,35
0,97
0,88
Standar Deviasi Rentangan Uji t = 0,717
12-1 4,67
12 ,01-14,75
p = 0,477 (p >0,05)
df=53
-�1 4. Nilai rerata umur antara kelompok Supeobes dan BB Normal
Kelompok Umur (tahun)
Superobes
BB Normal
(n=2 0)
(n=35)
Mean
13,28
13,32
Median
13,25
13,35
0,88
0,88
Standar Deviasi Rentangan Uji t =- 0,170
12-14,67 d:f=53
20
12-14,67
p = 0,866 (p >0,05)
.:S� Penilaian Basil Pengukuran Hepcidin, IL-6, HS-CRP, Ferritin 3..:1 . Penilaian Basil Pengukuran Hepcidin
-z.:.e� 5. Nilai rerata hepcidin pada kelompok Obes dan BB normal Kelompok Hepcidin (ng/ml)
Obes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
15,78
16,05
Median
16,09
16,06
Standar Deviasi
3,96
5,59
Rentangan
8,82-24,12
4,97-24,72
Uji t=-0,191
p = 0,850 (p >0,05)
df=53
Kadar hepcidin pada kelompok obes mempunyai rentangan 8,82-24,12 ng/ml, mean = ..18 ng/ml, median 16,09 ng/ml dan standar deviasi 3,96 ng/ml. Sedangkan pada kelompok BB l mempunyai rentangan 4,97-24,72 ng/ml, mean 16,05 ng/ml, median 16,06ng/ml dan
::.=ma
�r deviasi 5,)9
ng/ml,
Hasil uji stat.istik ant�ra kedua kelompok pada 95% TK (-3,12 sampa.i
:.: � menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,850 (p>0,05). Tabel 5 Kadar hepcidin pada kelompok Supeobes mempunyai rentangan 1 1 ,44-34,13 ng/ml, �
20,19 nglml, median 19,89 ng/ml dan standar deviasi 5,69 ng/ml. Sedangkan pada
....k .:.;::mpo obes mempunyai rentangan 8,82-24,12 ng/ml, mean 15,78 ng/ml, median 16,09 ng/ml �
standar deviasi 8,82-24,12 ng/mi. Hasii uji statistik antara kedua kelompok pada 95% IK (
-
-- sampai -7,54)) menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilaip = 0,007 (p<0,05). -.l..':le 16 Kadar hepcidin pada kelompok Superobes mempunyai rentangan 8,82-34,13 ng/ml, mean _
.9 ng/ml,
median 19,89 ng/ml dan standar deviasi 5,69 ng/ml. Sedangkan pada kelompok BB
.::::=mi mempunyai rentangan 4,97-24,72 ng/mi, mean 16,05 ng/mi, median 16,06ng/ml dan u:::-rlar deviasi 5,59 ng/ml. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan terdapat � bermakna dengan nilaip = 0,012 (p<0,05). Tabel 7 21
-�1 6. Nilai rerata hepcidin pada kelompok Superobes dan Obes
Kelompok Hepcidin (ng/ml)
Superobes
Obes
(n=20)
(n=20)
Mean
20,19
15,78
Median
19,89
1 6,09
Standar Deviasi
5,69
3,96
1 1 ,44-34,13
Rentangan Uji t=-2,838
8,82-24,12 p = 0,007 (p<0,05)
df=38
-z"Jel 7. Nilai rerata hepcidin pada kelompok Superobes dan BB normal
Kelompok Hepcidin (ng/ml)
Superobes (n=20)
BB normal
(n=35)
Mean
20,19
16,05
Median
19,89
16,06
Standar Deviasi
5,69
5,59
Rentangan
8,82-34,13
4,97-24,72
Uji t=2,618
p = 0,012 (p <0,05)
df=53
22
.-3.2. Penilaian Basil Pengukuran IL-6 sebagai petanda inflamasi
-zhel 8. Nilai rerata IL-6 pada kelompok Obes dan BB normal
Kelompok IL-6 (pg/ml)
Obes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
5,22
2,42
Median
3,94
2,37
Standar Deviasi
4, 73
1,63
Rentangan
0,75-16,23
0,43-8,06
Uji mann-Whitney U=204.000
Z=-2,55
p = 0,01 (p <0,05)
Kadar IL-6 pada kelompok obes mempunyai rentangan 0,75-16,32 pg/ml, mean 5,22
-;nni , median 4,73 pg/ml, standar deviasi 4,73. Sedangkan pada BB normal mempunyai gan 0,43-8,06, mean 2,42 pgiml, median
�
2,37
pg/ml, standar deviasi 1,63 pg/mL Hasii uji
� antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna p = 0,01 (p<0,05). -�1 8 �1 9. Nilai rerata IL-6 pada kelompok Superobes dan Obes
Kelompok IL-6 (pglml)
Superobes (n=20)
Obes (n=20)
Mean
5,53
5,22
Median
5,69
3,94
Standar Deviasi
4,86
4,73
Rentangan Uji mann-Whitney U=l63,000
1 ,07-16,32 Z=-1,001 23
0,75-16,23 p = 0,717 (p >0,05)
Kadar IL-6 pada kelompok obes mempunyai rentangan 0,75-16,32 pg/ml, mean 5,22 --rnl, median 3,94 pg/ml, standar deviasi 4,73. Sedangkan pada Superobes mempunyai �gan
1,07-16,32, mean 5,53 pg/ml, median 5,69 pg/ml, standar deviasi 4,86 pg/ml. Hasil uji
� antara kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p =0,717 (p>0,05). Tabel 9 -:-zhel 10. Nilai rerata IL-6 pada kelompok Superobes dan BB normal
Kelompok IL-6 (pg/ml)
Superobes (n=20)
BB normal
(n=35)
Mean
5,53
2,42
Median
5,69
2,37
Standar Deviasi
4,86
1,63
Rentangan Uji mann-Whitney U=148,500
1 ,07-16,32 Z=-3,526
0,43-8,06 p = 0,000
(p <0,05)
Kadar IL-6 pada kelompok Superobes mempunyai rentangan 1,07-16,32 pg/ml, mean -�� pg/ml, median 5,69 pg!ml, standar deviasi 4,86. Sedangkan pada BB normal mempunyai
::::a :mng n 0,43-8,06, mean 2,42 pg/ml, median 2,37 pg/ml, standar deviasi 1,53 pg/ml. Hasil uji ··
antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bennakna dengan nilai p = stik ·
_oo (p<0,05). Tabel 10
Kadar hs-CRP pada kelompok obes mempunyai rentangan 0,29-7,62 mg/L, mean 1,72 =-:.i.., median 1, 13 mg/L, standar deviasi 2,02 mg/L. Sedangkan pada BB normal mempunyai �gan 0,00-3,48 mgfL, mean 0,70 mg/L, median 0,61 mg/L, standar deviasi 0,70 mg/L. Hasil statistik antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = (p<0,05). Tabel l l
24
:3.3 -!Del
Penilaian Basil Pengukuran hs-CRP petanda umum inflamasi 1 1 . Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Obes dan BB normal
Kelompok Hs-CRP (mg!L)
Obes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
1,72
0,70
Medlian
1,13
0,61
Standar Deviasi
2,02
0,70
0,29-7,62
0,00-3,48
Rentangan Uji mann-Whitney U=184,500
·
Z=-2,896
p = 0,004 (p <0,05)
12. Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Superobes dan Obes
Kelompok Hs-CRP (mg!L)
Superobes
Obes
(n=20)
(n=20)
Mean
2,77
1,72
Median
2,08
1,13
Standar Deviasi
2,50
2,02
Rentangan
0,62-9,53
0,29-7,62
Uji mann-Whitney U=3 17,500
Z=-2,502
25
p = 0,01 1 (p <0,05)
Kadar hs-CRP pada kelompok Superobes mempunyai rentangan 0,62-9,53 mg/L, mean 2;1.7 mg/L, median 2,08 mg/L, standar deviasi 2,50 mg/L. Sedangkan pada obes mempunyai :en:tangan 0,29-7,62 mg!L, mean 1,72 mg!L, median 1,13 mg/L, standar deviasi 2,02 mg/L. Hasil gi statistik antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0 1 1 (p<0,05). Tabel 12 :abel 13. Nilai rerata hs-CRP pada kelompok Superobes dan BB normal
Kelompok Hs-CRP (mg/L)
Superobes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
2,77
0,70
Median
2,08
0,61
Standar Deviasi
2,50
0,70
Rentangan Uji mann-Whitney U=63,000
0,62-9,53 Z=-5,022
0,00-3,48 p = 0,000 (p <0,05)
Kadar Hs-CRP pada kelompok superobes mempunyai rentangan 0,62-9,53 mg/L, mean _.,77 mg/L, median 2,08 mg/L, standar deviasi 2,50 mg/L. Sedangkan pada BB normal punyai rentangan 0,00-3,48 mg!L, mean 0,70 mg/L, median 0,61 mg/L, standar deviasi 0,70
::::rem
::Jg/1. Hasil uji statistik
antara kedua
kelompok menunjukkan terdapat perbedaan bermakna nilai
= 0,000 (p<0,05). Tabel 13
26
..1.4 Penilaian Basil Pengukuran ferritin 7'abel 14. Nilai rerata ferritin pada kelompok Obes dan BB normal
Kelompok. Ferritin (ug/dL)
Obes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
8 1 ,77
75,61
Median
73,60
71,07
Standar Deviasi
59,08
37,28
Rentangan
13,01-253,60
23,23-192,80
Uji t=0,475
df=53
p = 0,637
(p >0,05)
7abel 15. Nilai rerata ferritin pada kelompok Superobes dan Obes
Kelompok Ferritin (ug/dL)
Superobes
Obes
(n=20)
(n=20)
Mean
87,39
81 ,77
Median
79,03
73,60
Standar Deviasi
41,64
59,08
Rentangan Uji t=-0,348
29,60-190,40 df=38
13,01-253,60 p=
0,730 (p>0,05)
Kadar ferritin pada kelompok obes mernpunyai rentangan 13,01-253,60 ug/dL, mean !1,77 ug/dL, median 73,60 ug/dL, standar deviasi 59,08 ug/dL. Sedangkan pada BB normal .:ilempunyai rentangan 23,23 - 192,80 ug/dL, mean 75,61 ug/dL, median 71,07 ug/dL, standar 27
jeviasi 37,28 ug/dL. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,637 (p>0,05). Tabel 14 Kadar ferritin pada kelompok
obes
mempunyai rentangan 13,01-253,60 ug/d.L, mean
!1,77 ug/dL, median 73,60 ugldL, standar deviasi 59,08 ug/dL. Sedangkan pada superobes :nempunyai rentangan 29,60-190,40 ug/dL, mean 87,39 ug/dL, median 79,03 ug/dL, standar
:eviasi 41,64 ug/d/L. Hasil uji statistik
antara
kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat
_?erbedaan bennakna antara kedua kelompok dengan nilaip = 0,730 (p>0,05). Tabel 1 5 abel 16. Nilai rerata ferritin pada kelompok Superobes dan BB normal
Kelompok Ferritin (ng/ml)
Superobes
BB normal
(n=20)
(n=35)
Mean
87,39
75,61
Median
79,03
71,07
Standar Deviasi
41 ,64
37,28
29,60-1 90,40
Rentangan Uji t=0,317
23,23-192,80 p = 0,285 (p >0,05)
df=53
Kadar ferritin pada kelompok superobes mempunyai rentangan 29,60-190,40 ug/dL,
:nean 87,39 ug/dL, median 79,03 ug/dL, standar deviasi 41,64 ugldL. Sedangkan pada BB ::ormal mempunyai rentangan 23,23-192,80 mg!L, mean 75,61 mg/L, median 7 1 ,07 mg/L, tandar deviasi 37,28 mg/L. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menu�ukkan tidak !'rdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,285 (p>0,05). Tabel 16
28
V.3.5 Penilaian Basil Pengukuran sTfR
Tabel 17. Nilai rerata sTfR pada kelompok Obes dan BB normal Kelompok sTfR (nrnol/L)
Obes
BB nonnal
(n=20)
(n=35)
Mean
2,02
1 ,89
Median
1 ,90
1 ,83
Standar Deviasi
0,64
0,47
Rentangan
1 , 14-4,09
1 , 1 1-3,19
Uji t= 0,881
df=53
p = 0,382(p >0,05)
Kadar sTfR pada kelompok obes mempunyai rentangan 1, 14-4,09 nrnol/L, mean 2,02 "JIIl ol/L, median
1,90 nmol/L, standar deviasi 0,64 nmol/L. Sedangkan pada
B B normal
:nempunyai rentangan 1 , 1 1-3,19 nmol/L, mean 1,89 nrnol!L, median 1,83 nmol/L, standar :eviasi 0,47 nmoJ!L. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat ?erbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,382 (p>O,OS). Tabel 1 7 Kadar sTfR pada kelompok superobes mempunyai rentangan 1,38-3,17 nmol!L, mean _,.17 nmol/L, median 2,13 nmol!L, standar deviasi 0,54 nrnol/L. Sedangkan pada obes =-empunyai
rentangan 1,14-4,09 nmol/L, mean 2,02 nmol/L, median 1 ,90 nmol/L, standar
::eviasi 0,64 nmol!L. Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat �edaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,433 (p>O,OS). Tabel 1 8
29
Iabel
18. Nilai rerata sTfR pada kelompok Superobes dan Obes
Kelompok sTfR (nmol/L)
Superobes
Obes
(n=20)
(n=20)
Mean
2,17
2,02
Median
2,13
1,90
Standar Deviasi
0,54
0,64
Rentangan Uji t=-0,793
1,14-4,09
1,38-3,17
p = 0,433 (p>O,OS)
df=38
:-abel 19. Nilai rerata sTfR pada kelompok Superobes dan BB normal
Kelompok sTfR (nmol!L)
BB normal
Superobes (n=20)
(n=35)
Mean
2,17
1 ,89
Median
2,13
1,83
Standar Deviasi
0,54
0,47
Rentangan Uji t=2,005
1,11-3,19
1,38-3,17 p=
df=53
0,05 (p =0,05)
Kadar sTfR pada kelompok superobes mempunyai rentangan 1,38 -3,17 nmol/L, mean :7 nmol/L, median 2,13 nmol/L, standar deviasi 0,54 nmol/L. Sedangkan pada BB normal
_
�punyai rentangan 1,11-3,19 nmol/L, mean 1,89 nmol/L, median 1,83 nmol/L, standar ·asi 0,47 nmol!L Hasil uji statistik antara kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan kna antara kedua kelompok dengan nilaip = 0,05 (p=0,05).
·erma
30
BAB VI PEMBAHASAN VI.l. Karakteristik sam pel
Jari 40 anak obes di Sl\.1P swasta yang terpilih; 29 (72;5%) diantaranya adalah anak laki-laki,
sedangkan
1 1 (27,5%) anak perempuan. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna
�ibusi status gizi berdasarkan jenis kelamin antara obes dan superobes. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wolff
dkk, 2006 dalam penelitian obesitas pada anak 5-15 tahun
.=.endapatkan basil obesitas lebih banyak pada anak laki-laki (60%) daripada anak perempuan 40%). Penelitian oleh Brufani
dkk, 2001 di Italia menemukan bahwa obesitas lebih banyak
::itemukan pada anak laki-laki. (56,7%) daripada anak perempuan (43,3%). Penelitian yang 5akukan di Medan, 2007 juga memperoleh hasil anak laki-laki lebih banyak yang mengalami �s (17,75%) dibandingkan dengan anak perempuan (10,75%).
Steibeck, 2005 menyatakan
:ahwa anak perempuan menunjukkan peningkatan lemak tubuh sejak usia 4 tahun sehingga =-ereka mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak daripada anak laki-laki dan peningkatan ini =.elambat setelah memasuki masa remaja. Sebaliknya pada anak laki-laki berkembang terus imlpai usia dewasa
muda. Hasil penelitian ini juga mirip dengan Warouw, 2010 yang
=enemukan obes pada anak laki-laki 64,5% dan anak perempuan 35,5%. Lederman =:enemukan tidak
dkk, 2004
terdapat perbedaan risiko obesitas antara anak laki-laki dengan perempuan.
Penelitian ini mengambil sampel pada anak SMP usia 12 sampai 14,75 tahun. Alasan :engambilan sampel
ini adalah diharapkan anak-anak usia tersebut sudah sudah mengalami
:::Jflamasi kronik dan mengingat batasan usia anak 15 tahun, sehingga sampel yang di ambil tidak :::x!lebihi usia tersebut. Hal ini berdasarkan pada
data dari Riskesda, 2007 melaporkan prevalensi
:asional obesitas umum meningkat sesuai dengan pertambahan umur. Penelitian sebelumnya
..:eh Punthakee, 2006 memperoleh basil bahwa sudah terjadi peningkatan kadar hs-CRP pada .::Jak usia 9 tahun yang membuktikan bahwa sudah terjadi inflamasi kronik pada usia tersebut, clllngga usia 12-15 tahun diharapkan sudah terjadi inflamasi kronik. Hasil analisis statistik pada :enelitian ini bersifat homogen karena tidak didapatkan perbedaan bennakna rata-rata usia antara clompok obes dan BB normal.
31
1:.2. Kadar hs-CRP, ll.r6, Hepcidin, Ferritin, sTfR
Kadar Bs-CRP pada kelompok obes mempunyai rentangan 0,29-7,62 mg/L, mean 1,72
.:ng!L, median 1,13 mg/L, standar deviasi 2,02 mg/L. Pada superobes mempunyai rentangan 0,62-9,53 mg/L, mean 2,27 mg/L, median 2,08 mg!L, standar deviasi 2,50 mg/L Sedangkan pada 3B
normal mempunyai rentangan 0,00-3,48 mg/L, mean 0,70 mg!L, median 0,61 mg!L, standar
:eviasi 0,70 mg/L. Basil uji statistik antara kelompok obes dan BB normal menunjukkan :erdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilaip = 0,004 (p<0,05). Demikian 'Jtlla antara kelompok superobes dengan obes dan superobes dan BB normal terdapat perbedaan aermakna antara kedua kelompok dengan nilai
masing-masing p=0,01 dan p=O,OOO. Yang
::Jenunjukkan bahwa kadar hs-CRP pada superobes lebih tinggi daripada obes dan pada obes :eb ih tinggi dari BB normal. Hal
ini
sesuai dengan penelitian oleh Kapiotis dkk, 2006 yang
::1emperoleh basil rata-rata kadar hs-CRP pada obes lebih tinggi secara bermakna dibandingkan :engan BB normal dengan nilai p
hs-CRP
berbanding lurus dengan
IMT.
Hal
eJSebut menunjukkan bahwa pada kelompok obes dan superobes sudah terjadi inflamasi kronik arena nilai rata-rata sudah melebihi 1 mg/L dan bukan inflamasi akut atau inflamasi kronik : aserbasi akut karena nilai hs-CRP seluruh sampel tidak ada yang melebihi nilai 10 mg/L. f!.lai rata-rata IL-6 pada kelompok obes mempunyai rentangan 0,75-16,32 pglml, mean 5,22 -:-glml, median 4,73 pg/ml, standar deviasi 4,73. Sedangkan pada Superobes mempunyai :ntangan rmal
-
1 ,07-16,32, mean 5,53 pg/ml, median 5,69 pg/ml, standar deviasi 4,86 pglml. Pada BB
mempunyai rentangan 0,43-8,06, mean 2,42 pg/ml, median 2,37 pg/ml, standar deviasi
63 pg/ml. Basil uji statistik antara kelompok obes dan
BB
normal menunjukkan terdapat
-:-erbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,01 (p<0,05). Basil uji statistik =iara kelompok superobes dengan obes menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara edua kelompok dengan nilaip = 0,717 (p>0,05).Hasil uji statistic antara kelopmpok superobes .:.engan BB normal menunjukkan terdapat perbedaan bermakna anta kedua kelompok dengan
:;.!ai p=0,01 (p<0,05). 32
:W
ini
3MI
sesuai dengan penelitian yang dikukan oleh Aeberli dkk, 2009 yang memperoleh hasil
berkorelasi positif bermakna dengan IL-6 dengan nilai p
£aporkan oleh Roytblat dkk, 2012 yang memperoleh hasil terdapat perbedaan bermakna kadar :L-6 antara obes tanpa OSA dengan kontrol dengan nilai p<0,05.
� tersebut membuktikan bahwa pada obes dan superobes sudah terjatli inflamasi kronik yang 3tandai dengan peningkatan
kadar
IL-6. Patofisiologi meningkatnya kadar IL-6 pada obesitas
Jdalah jaringan adiposit mengalami hipertrofi dan hyperplasia sehingga kebutuhan oksigen ::1eningkat yang menyebabkan tetjadinya hipoksia. Pada adiposit yang hipoksia akan terjadi .:.kwnulasi makrofag yang akan melepaskan sitokin-sitokin seperti IL-6 sehingga kadar IL-6 akan _,eningkat. Hal tersebut membuktikan anggapan obesitas sebagai inflammatory disease. !elihat data hasil pengukuran IL-6 pada BB normal ada yang menunjukka
kadar
IL-6 yang
:::tggi sehingga pada BB normal juga terjadi inflamasi. Tapi kondisi inflamasi yang terjadi bukan arena obesitas tapi penyebab lain seperti mungkin ada mengalami caries dentis, kecacingan, �u alergi
yang tidak kami singkirkan dalam penelitian ini sehingga hal ini menjadi kelemahan
am penelitian ini. ::war bepcidin pada kelompok obes mempunyai rentangan 8,82-24,12 ng/ml, mean 15,78 ng/ml, ::edian 16,09 ng/ml dan standar deviasi 3,96 ng/ml. Sedangkan pada kelompok B B normal I..einpunyai rentangan 4,97-24,72 ng/ml, mean 16,05 ng/ml, median 16,06ng/ml dan standar .:eviasi 5,59 ng/ml.. Kadar hepcidin pada kelompok Supeobes mempunyai rentangan 11,44- ,13 ng/ml, mean 20,19 n.g/ml, median 19,89 ng/ml dan standar deviasi 5,69 ng/ml. Hasil ::!Iistik antara kelompok obes dan BB normal pada 95% M
IK
uji
(-3,12 sampai 2,58) menunjukkan
ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,850 (p>0,05). Hal ini berbeda dengan basil
-errelitian oleh Aberli dkk, 2009 yang memperoleh basil
kadar
bepcidin lebih tinggi secara
-�akna dibandingkan dengan BB normal dengan nilai p=0,0005. Demikian pula penelitian -en Giudicbe dkk, 2009 yang mendapatkan basil
kadar
hepcidin lebih tinggi pada obes di
:::ndingkan dengan BB normal dengan nilai p=0,0015. edangkan basil uji statistik antara kelompok superobes dengan obes 95% lK (-1,26 sampai -54) menunjukkan terdapat perbedaan bennakna dengan nilai p = 0,007 (p
kelompok superobes dan BB normal pada 95% 33
IK
(0,96-7,30) menunjukkan
rerdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,012 (p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi superobes dan obes sudah berbeda dala.m hal beratnya infla.masi, paparan lebih besar dan proses yang sudah berlangsung lama untuk merangsang pelepasan hepcidin. Sedangkan antara obes dan B B normal pergeseran nilai-nilai hepcidin belum menunjukk:an perbedaan yang bermakna artinya proses inflamasi yang terjadi pada kelompok obes. untuk memicu pelepasa hepcidin belum terlalu berat dan lama. Sehingga dapat di katakana bahwa meskipun pada obes sudah terjadi inflamasi tapi intensitas rangsangan dan lama pemparan infla.masi belum cukup untuk merangsng pelepda hepcidin oleh hati. Patofisiologi yang mendasari penelitian ini adalah bahwa jika terjadi stimulasi terhadap sel hepar oleh mediator infla.masi seperti IL-6 yang dilepaskan karena proses inflamasi akibat obesitas maka akan terjadi peningkatan kadar hepcidin. Induksi hepcidin oleh IL-6 dimediasi oleh STAT yang akan menginduksi pembentukan hepcidin. Selain itu ekspresi hepcidin juga oleh jaringan adiposit. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian sebelumnya tidak membedakan kadar hepcidin yang diperoleh berdasarkan derajat obesitas antara obes dan superobes) sehingga pergeseran nilai-nilai yang signifikan berdasarkan derajat obesitas tidak tampak. Ini mungkin menjadi nilai novel dalam penelitian ini. Jika dihubungakan dengan basil kadar hs-CRP, IL-6 dan hepcidin, menunjukkan bahwa pada obes sudah terjadi inflamasi kronik tapi belum cukup kuat untuk merangsang pelepasan hepcidin secara keseluruhan oleh karena menga.mati data yang ada temyata bahwa pada sebagian obesitas ada nilai-nilai hepcidin yang meningkat. Demikian pula pada kelompok BB normal terdapat beberapa sampel yang mengalami peningkatan kadar hepcidin, hal ini mungkin disebabkan karena terjadi perangsangan hepatosit untuk melepskan hepsidin akibat inflamasi yang bukan :nelalui jalur inflarnasi kronik akibat obesitas. Kadar ferritin pada kelompok obes mempunyai rentangan 13,01-253,60 ug/dL, mean 81,77 :lg/dL, median 73,60 ug/dL, standar deviasi 59,08 ug/dL. Sedangkan pada BB normal :oempunyai rentangan 23,23 ug/dL, mean 75,61 ug/dL, median 71,07 ug/dL, standar deviasi 37,28 ug/dL. Sedangkan pada superobes mempunyai rentangan 29,60- 190,40 ug/dL, mean 87,39 �dL, median 79,03 ug/dL, standar deviasi 41,64 ug/d/L. Hasil uji statistik antara kelompok 34
obes dan BB normal menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,637 (p>0,05). Hasil uji statistik antara kelompok superobes dan obes menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,637 (p>0,05. Hasil uji statistik antara kedua kelompok superobes dan BB normal menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai
p =
0,285 (p> 0,05). Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelwnnya oleh Qiudiche dkk, 2009 yang memperoleh hasil terdapat perbedaan bennakna kadar ferritin antara obes dan non obes dengan nilai p=0,009 Penelitian tersebut mirip dengan yang dilaporkan oleh Yanof dkk, 2007 yang memperoleh basil tidak terdapat perbedaan bennakna kadar ferritin antara obes dengan non obes dengan nilai p=0,99. ?atofisiologi terjadinya peningkatan ferritin pada obes adalah proses inflamasi yang terjadi pada ooes akan merangsang pelepasan sitokin seperti IL-6. Peningkatan IL-6 akan merangsang .:.epatosit untuk melepaskaan hepcidin. Hepcidin sebagai kunci regulator homeostasis besi dalam .:ml ini akan mengunci ferroportin sehingga besi dienterosit dan cadangan di makrofag tidak akan eluar ke sirkurasi tapi akan disimpan dalam bentuk ferritin, sehingga kadar ferritin akan :neningkat. Hasil penelitian ini tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna kadar ferritin !Dtara superobes dengan BB normal, meskipun kadar hepcidin pada superobes dengan B B ::ormal terdapat perbedaan bermakna,
hal
tersebut mungkin disebabkan oleh karena hepcidin
-ang dilepaskan oleh hepatosit belum cukup banyak, intensiasnya belum kuat dan pemaparan .::elum lama sehingga hepcidin belum mengintemalisasi dan degradasi ferroportin secara optimal �gga ferritin belum sepenuhnya terhalangi untuk dilepaskan ke sirkulasi. Namun demikian :cla beberapa sampel dari
obes dan superobes yang mengalarni peningkatan kadar ferritin namun
a rata-rata tidak menunjukkan perbedaan bermakna dibandingkan dengan BB normal.
;ecar
�un sampai dengan pembahasan ini tentang hs-CRP, IL-6 dan hepcidin telah menunjukkan '"3hwa pada obes sudah terjadi inflamasi kronik ditandai dengan peningkatan kadar hs-CRP dan :..-6 namun inflamasi tersebut rangsangannya belum cukup
kuat
untuk melepaskan sejumlah
�idin yang dapat menyebabkan hangguan homeostasis besi dalam hal ini peningkatan ::eycidin. Sedangkan pada superobes sudah te:rjadi inflamasi kronik yang ditandai dengan -eningkatan kadar hs-CRP dan IL-6 dan inflamasi yang terjadi sudah cukup
kuat
untuk
gsang pelepasan hecidin, namun hepcidin yang dilepaskan seluruhnya belum mampu
::::eran
35
:. : .' iJ __
menginternalisasi dan mendegradasi
ferroportin sehingga besi belum terhalangi sepenuhnya
untuk keluar ke sirk:ulasi. Kadar sTfR pada kelompok obes mempunyai rentangan 1,14-4,09 nmol/L, mean 2,02 nmol/L, median 1,90 nmoVL, standar deviasi 0,64 nmol/L. Kadar sTfR pada kelompok superobes
mempunyai rentangan 1,38�3 , 1 7 nmol/1, mean 2 , 1 7 nmol!L, medittn 2,13 nmol/L, standar deviasi 0,54 nmol/L. Sedangkan pada obes mempunyai rentangan 1 , 1 4-4,09 nmol/L, mean 2,02 nmol/L, median 1,90 mnol/L, standar deviasi 0,64 nmol/L.
Sedangkan pada BB nonnal
mempunyai rentangan 1 , 1 1-3,19 nmoi/L, mean 1,89 nmol!L, median 1,83 nmol/L, standar deviasi 0,47 nmol/L. Hasil uji statistik antara kelompok obes dan
BB normal menunjukkan tidak
terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,382 (p>0,05). Hasil uji statistik antara kelompok superobes dengan menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,433 (p>0,05) Sedangkan antara kelompok superobes dengan
BB normal menunjukkan terdapat
perbedaan bermakna antara kedua kelompok dengan nilai p = 0,05 (p=0,05). Hasil tersebut sesuai dengan yang dilaporkan oleh Aeberli
dkk, 2009 yang memperoleh basil
konsentrasi sTfR lebih tinggi pada obes dibandingkan dengan non obes dengan nilai p=0,02 dan yang dilaporkan oleh
Yanoff dkk, 2007 yang memperoleh basil konsentrasi serum reseptor
transferin lebih tinggi secara bermakna pada obes dibandingkan dengan non obes dengan nilai p= 0,0078. Kadar sTfR pada kondisi inflamasi seperti pada obes atau superobes memiliki kadar sTfr tidak berbeda bermakna dengan
BB normal. Pada penelitian ini diperoleh basil kadar sTfR pada
superobes lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan
BB normal mungkin disebabkan
oleh karena besi yang terdapat disirkulasi masih cukup banyak yang ditandai dengan tidak terdapatnya berbedaan bermakna kadar ferritin antara superobes dan
BB normal sehingga sTfr
yang dipresentasikan untuk menangkap transferrin yang telah mengikat besi masih cukup tinggi. Kelemahan
dari penelitian ini adalah bersifat cross-sectional yang tidak bias menilai
sudah berapa lama inflamasi sudah terjasi
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V. l . KESIMPULAN Berdasarkan basil penelitian disimpulkan bahwa: 1.
Rerata kadar hepcidin pada obes tidak berbeda bennakna dengan BB normal tapi rerata kadar hepcidin pada superobes lebih tinggi dibandingkan dengan BB normal
2.
Rerata kada IL-6 pada obes dan superobes lebih tinggi dibandingkan dengan BB normal
3.
Rerata kadar hs-CRP pada obes dan superobes lebih tinggi dibandingkan dengan BB normal
4.
Rerata kadar ferritiin pada obes dan superobes tidak berbeda bermakna dengan BB normal
5.
Rerata rasio sTfR!log ferritin pada obes dan superobes tidak bebeda bermakna dengan BB normal
V.l l. SARAN
Saran untuk penelitian Untuk dapat mengetahui gangguan homeostasis besi maka diperlukan penelitian lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan design kohort. Saran untuk pelayanan Penelitian ini mendukung data obes di Indoneia, yaiut obes pada anak menjadi abcaman kesehatan masyarakat sehinggs memerlukan gerakan dan perhatian dari semua pihak untuk bersama-sama melakukan gerakan pencegahan dan penatalksaan obesitas pada anak dan remaja.
37
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan r..:mat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini meskipun belum =gkat karena pemeriksaan hepcidin belum dapat dilakukan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan tanpa iha=tuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih ·Jada orang tua dan keluarga (suami dan anak-anak) yang mau mengerti dan mendukung saya .:nna penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: Pengelolan RISBINIPTEKDOK yang telah memberikan bantuan dana sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Para
panel pakar yang telah meloloskan dan selanjutnya memberikan masukan untuk perbaikan
pelaksanaan dan penulisan penelitian ini Prof.
dr. Irawan Yusuf, PhD, selaku dekan fakultas kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang telah mendukung penelitian ini Prof. Dr. dr. Dasril Daud, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan dan pemikiran yang sangat berharga dalam membantu penulis menyesesaikan penelitian ini. Bapak Anis AlasifY. dan Ety, Amd yang telah banyak membantu dalam pengurusan pengadaan bahan dan pengurusan administrasi penelitian ini.
38
DAFTAR PUSTAKA 1.
Agustriadi, 0., Suega, K. Mei 2006. Tinjauan Pustaka: Hepcidin Pada Anemia of Chronic
Disease. Jurnal Penyakit Dalam, Vol 7 No 2. pp. l41-8. t 2. Aj ioka, R., Prchal, J.T. September 1s 2008. The Hematologist: Novel Mechanism of Regulation
of
Hepcidin
and
Iron
Homeostasis,
(online),
(http://www. hematology.org/1326.aspx.htm , diakses 24 Agustus 2009). 3. Alemzadeh.R, Lifshitz Fima, Rising.R. Obesity in Children. In : Pediatric Endocrinology. 5th edition.Vol 1. Informa, NewYork. London. 2007 : 1 -25 4. Andrews, N.C. July 15th 2008. Forging a Field: The Golden Age of Iron Biology. Blood Journal, Vol 1 12, No. 2, pp. 219-30.
5. Daniels R.S, Annett K.D, Eckel H.R. AHA (American Heart Association) Scientific Statement: Overweight in Children and Adolescents, Pathophysiologic, Consequences, Prevention and Treatment. In: Circulation. 2005: 1999-2009 6. Deicher, R., Horl, W.H. 2004. Hepcidin: A Molecular Link Between Inflammation and Anaemia. Nephrology Dialysis Transplantation Journal, 19:521-524. 7. DRG Prohormon ELISA Augt 2007. Hepcidin analysis. USA: DRG International Corp. 8.
Ganz, T. 2006. Iron in Hematology: Hepcidin and Its Role in Regulating Systemic Iron Metabolism. Hematology Journal, pp.29-35.
9. Glader B. 2006. Anemia of inadequate Production: Anemia of Chronic Disease. In: Behrmen, R. E., Kliegman, R. M., Arvin, A M. (Eds). Nelson Textbook of h Pediatrics, 18t ed, p.2009. Philadelphia: Saunders Elsevier Co. 10. Hidayati, Irawan, Hidayat. Obesitas Pada Anak. BIKA FK UNAIR. RS Dr Setomo. www.Pediatric.com.2009 11.
Iron Disorder Institute. Nov
3rd
2006. Anemia of Chronic Disease, (online),
(http://www. irondisorders.org, diakses 24 Agustus 2009). 12. Kemna, E.H.J.M.,
Tjalsma, H., Willems, H.L., Swinkels, D.W. Jan 2008. Hepcidin: From
Discovery to Differential Diagnosis. Haematologica, 93: ( 1)90-97. 39
r ..
13. Lanzkowsky, P. 2005. Manual of Pediatric Hematology and Oncology. Saunders Elsevier, 4 th ed, p.788. 14. Llyoid
F.
Anemia. A lecture presentation, Palo Alto Medical Foundation. Palo Alto,
California. 15.
Medical
Encyclopedia.
May
2009.
Anemia
of
Chronic
disease,
(online),
(http://www.nlm.nih.gov/medlineplus, diakses 24 Agustus 2009). 16. Nishimura S, Manabe I, Nagai R. 2009. Adipose Tissue Inflammation in Obesity ang Metabolec Syndrome. The University of Tokyo Graduate School of Medicine, Japan. 17. Nicolas, G., Vaulont, S., Kahn, A. Jan 30th 2007. Use ofHepcidin As A Regulator ofiron Homeostasis, (online), (http://www.freepatentsonline.com/surechem.html, diakses 2 1
Agustus 2009. 18. Sbarbati A, Osculati F, Silvagni D, Benati D, Galie M, Camoglio FS, Rigotti G, Maffeis C. 2009. Obesity and inflammation: Evidence for an elementary lesion. American
Academic of Pediatrics, 220-3. 19. Skelton A.J., Rudolph D.C. 2007. Chapter 44 Textbook of Pediatrics, 18th ed, WB Saunders. 20.
Weiss, G., · Goodnough,
L. T.
Overweight and Obesity. Nelson
2005. Medical Progress: Anemia of Chronic Disease. The
New England Journal ofMedicine, 352:101 1-23. 21. Weiss,
G. 1999. Iron and Anemia of Chronic Disease. Kidney International Journal,
Vol.55, Suppl.69, pp. S-12-S-17. 22. Yager JY, Barfield DS. 2002. Neurologic Manifestations of Iron Deficiency m Childhood. Pediatr Neurol; 27:85-92 23. Zarychansky, R., Houston, D.S. August 2008. Anemia of Chronic Disease: A Harmful Disorder or An Adaptive, Beneficial Response?. Canadian Medical Association Journal, 179(4): 333-7.
40
Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN UNTUK 1\'IE�vAPAT PERSETU.T[JAL� DARI KELUARGA/ SUBYEK PENELITIAN Peranan Hepcidin Terhadap Status besi pada inflamasi akibat obesitas pada anak
Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan yang paiing penting di berbagai Negara. Obesitas merupakan keadaan patologik dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi Terdapat berbagai masalah kesehata.n yang akan timbul sehubungan dengan kondisi obesitas antara Jain terjadinya peradangan kronik. Ak:ibatnya, dapat mempengaruhi gangguan keseimbangan besi didalam tubuh. Berupa besi cadangan bisa normal atau meningkat, tapi besi dalam sirkulasi darah menurun, yang jika berlangsung lama akan menyebabkan suatu keadaan dimana darah tidak mampu mengerjakan tugasnya (mengantarkan oksigen dan zat-zat gizi ke seluruh bagian tubuh) secara adekuat. Kondisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan intelegensialkecerdasan anak.
anak termasuk tingkat
Kejadian akibat obesitas tersebut berhubungan dengan keberadaan suatu honnon yang disebut hepcidin. Kami bermaksud mengadakan penelitian untuk mempelajari peranan
hepcidin sebagai
nilai diagnostik Pada penderita obesitas yang mengalami gangguan keseimbangan besi tubuh. Diharapkan hasil penelitia:n ini akan bennanfaat untuk penanganan penderita yang mengalami gangguan keseimbangan besi tubuh akebat obesitas dan juga membantu pemerintah dalam rangka upaya menurunkan angka kejadian obesitas dengan segala konsekuensinya. Bila ibu
I
bapak setuju untuk berpartisipasi diharapkan ibu I bapak dapat memberikan persetujuan secara tertulis. Kami akan menanyakan dan mencatat identitas anak
I kemenakan ibu I bapak (nama,
alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, jenis makanan yang dimakan sehari-hari, riwayat mendapatkan tablet penambah darah, riwayat transfusi), serta penyakit lain. yang diderita anak/kemenakan ibufbapak. Selanjutn.ya akan dilakukan pern.eriksaan meiiputi pengukuran berat badan dan tinggi badan pada anaklkemenakan ibulbapak. Kami akan melakukan pemeriksaan darah
anak gemuk
kemudian mengukur kadar
hepcidin, IL-6, Ferritin, sTfR. Pengambilan darah akan dilakukan oleh petugas laboratorium yang sudah terlatih dan berpengalaman dengan menggunakan jarum suntik sekali pakai (masing masing satu jarum untuk penderita), semua biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh peneliti. Al'lakukan pada pembulnh
M"'hilan Aarah cehan,l!:>lr " v...... ... J . ......"'" ._/ .... ..... . ...o� ........, . ........ .1. ""'""'.. ......... ....
cr-
-
<>Ira ..n....
i.oi...i:"L
--
W,i
,Lu,i.,l.
¥.&.L
�
_
dan bahkan bias terjadi shock hila volume yang diarn.bil terlampau banyak. Namun. pengambilan
darah ini dilakukan oleh petugas terlatih sehingga efek samping seperti itu san.gat kecil 41
kemungkinannya, dan bila hal itu terjadi kami menyiapkan segala sarana yang dibutuhkan untuk penanganan efek samping tersebut secara memadai. Semua biaya pemeriksaan dan efek samping bila ada akan ditanggung oleh peneliti. Keikutsertaan anak I kemenakan ibu
I bapak dalam penelitian ini bersifat suka rela tanpa
I bapak dapat menolak ikut atau berhenti ikut dalam penelitian ini tanpa akan kehilangan hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh anak I kemenakan ibu I bapak. paksaan, karena itu ibu
takut
Semua data dari penelitian ini akan dicatat dan dipublikasikan tanpa membuka data pribadi anak I kemenakan ibulbapak. Data pada penelitian ini dalam file manual maupun elektronik Setelah membaca nilai diagnostik
akan dikumpulkan
dan disimpan
dan mengerti atas penjelasan yang kami berikan mengenai pentingnya
hepcidin serta tindakan yang akan kami lakukan, kami mengucapkan terima I bapak,
kasih atas kesediaan ibu I bapak bergabung dengan kami demi kesembuhan anak ibu serta partisipasinya dalam perkembangan iimu pengetahuan. Tanda tangan I identitas peneliti:
dr. Nadirah Rasyid Ridha, M.Kes, SpA
Nama
:
Alamat
: Taman Sudiang Indah Blok A4 No 5, Makassar
Telepon
: 081355353592
42
Lampiran 2 SURAT PERSETUJUAN Setelah mendengar, mengikuti dan menyadari pentingnya penelitian:
Peran Hepcidin Terhadap Status besi pada inflamasi akibat obesitas pada anak Maka saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Umur
. . ................................................ .
Alamat: ................................................
..
Menyetujui anak saya: ................................... :...... diikutkan dalam penelitian ini. Nama
..
...................................................
Jenis Kelamin: Laki!Perempuan Umur
: ............................tahun
Alamat: ..................................................
..
Saya mengerti bahwa pada pengambilan darah anak/kemanakan saya, darah diambil dengan memakai spuit sebanyak 5 cc denganj arum sekali pakai melalui pembuluh darah vena di lengan. Saya mengerti bahwa dapat teijadi keluhan seperti nyeri atau pusing bahkan sampai shock bila volume yang diambil terlampau banyak dan saya mengerti bahwa volume darah yang diambil pada anaklkemenakan saya ini masih dalam batas aman, seta dalam pengawasan petugas yang seksama ole.\1 orang yang terlatih, sehingga kemungkinan sangat kecil terjadi kondisi yang membahayakan tersebut. Namun jika teijadi kondisi yang membahayakan , dan petugas telah menyiapkan fasilitas penanganan yang optimal
maka pihak peneliti
dan memadai. Semua biaya
pemeriksaan dan biaya pengobatan bila teijadi komplikasi yang membahayak tersebut ditanggung oleh peneliti.
2012
Makassar, Saksi
Orangtua/Wali
(. . . .
1 . . . . .. .. . .. . .. . . . . . 2.. . . . . . . . . . . . . .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
)
.
Penanggung jawab Medis Prof. Dr.
dr. Dasril Daud, SpA(K)
Penanggung Jawab Peneliti
dr. Nadirah Rasyid Ridha. M.Kes. SpA
43
Lampiran 3 Prosedur pemeriksaan Ferritin Prinsip : Sampel serum pasien dan poliklonal antibodi yang dikonjugasi dengan alkali fosfatase diinkubasi bersama-sama dalam tes Unit yang berisi manik-manik berlapis antibodi monoklonal spesifik terhadap Ferritin, pada suhu 37°C selama 30 menit dengan pengguncangan berkala. Ferritin dalam sampel diikat untuk memben!Uk kompleks sandwich Antibody. Konjugat yang tidak berikatan d isingkirkan dengan pencucian secara permusingan. Sete1ah itu ditambahkan substrat dan tes unit diinkubasi lagi selama 10 menit. Substrat Chemiluminescenst PPD (suatu ester fosfat dari adaman tyldioxetan) mengalami hidrolisa dengan adanya alkali fosfatase membentuk senyawa antara yang tidak stabil. Terbentuknya senyawa ini secara terns menerus menghasilkan ernisi sinar cukup lama. Kompleks yang terikat, dengan demikian juga jumlah photon yang dipancarkan seperti terukur oleh luminometer berbanding lurus dengan konsentrasi Ferritin dalam sampel. Metode : Immunochemiluminescent Sampel : Jenis
:' Serum
Jumlah
: 500 IlL
Stabilitas : 7 hari pada 2-8°C 2 minggu pada -20°C Alat : Immulite 2000 Langkah Kerja : 1.
Lakukan Kalibrasi alat Jenis kalibrator Ferritin Adjustor
2. Lakukan Kontrol Jenis kontrol CON6 dan lyphocheck Immunoassay Plus Control Kontrol dilakukan setelah hasil kalibrasi memenuhi syarat. 3. Langkah Keija :
44
•
Masukan reagen wedge kedalam carousel reagent dan tekan [GO] pada alat untuk membaca barcode reagent. Cek status reagen pada layar monitor. • Urutkan sampel sesuai lembar keija dengan cara urutan dari kiri ke kamm dengan lubang No.1 dikosongkan. • Tuang serum kealam sampel cup holder, setelah dituang serum ditaruh ke lubang yang kosong begiru setersunya • Masukkan sampel cup holder diikuti Tes Unit Ferritin ke alat Imulite dan untuk selanjutnya ikuti instruksi kerja alat. Laki-laki : 28-365 nglmL Nilai Rujukan : Perempuan : 10-148 nglm TOTAL ALAT : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabung plain 6 cc Centrifuge 5702 (Eppendorf) Mikropipet (Socorex) Tabung Koaguio Rak tabung Immulite 2000 reader
45
Lampiran 4
Prosedur pemeriksaan sTfR Prinsip Tes Partikel yang diperkaya dengan pengujian immunoturbidimetric.
Reseptor transferin manusia yang terlarut, beraglunitasi dengan partikel lateks yang dilapisi dengan antibodi reseptor transferin yang anti-larut. Endapan ditentukan secara fotometris.
Reagen - cairan yang beker.ia Rl TES/HCl buffer: 20 mmol/L, pH 7,7; NaCl: 500 mmol/L; pengawet R2
Partikel lateks dilapisi dengan monoklonal anti-antibodi sTfR manusia (tikus); TRIS/HCI buffer: 20 mmol/L, pH 8,0; pengawet
Tindakan pencegahan dan peringatao
Untuk penggunaan ctiagnostik in vitro.
Latihan pencegahan normal diperlukan untuk menangani semua reagen laboratorium. Lembar data keselamatan tersectia bagi pengguna profesional sesuai permintaan. Pembuangan semua bahan limbah harus sesuai dengan peraturan lokal.
Penanganao Reagent Siap untuk digunakan. Campur pak
cobas c dengan baik sebelum ditempatkan di analyzer
Penyimpanan dan stabilitas STFR Periode penyimpanan pada 2-8°C
Lihat tanggal kadaluarsa pada Label pak cobas c.
Ketika digunakan on-board dan dibekukan pada penganalisis:
12 minggu
9% NaCl pengencer Periode penyimpanan pada 2-8°C
Lihat tanggal kadaluarsa pada
Ketika digunakan on-board dan dibekukan pacta penganalisis:
Label pak cobas c. 1 2 minggu
Pengumpulan Spesimen dan persiapan Untuk pengambilan spesimen dan persiapan, gunakan hanya tabung yang sesuai atau penampung koleksi . Hanya spesimen yang tercantum eli bawah yang diuji dan dapat diterima: Serum. Plasma: Li-heparin Tipe sampel yang terdaftar adalah sampel yang diuji dengan pilihan kumpulan tabung sampel yang secara komersial tersedia pada saat pengujian, yaitu tidak semua tabung yang produsen dites. Sistem pengumpulan sampel
ada dari
dari berbagai produsen yang berbeda mungkin
mengandung bahan yang berbeda, yang mungkin dalam beberapa kasus dapat mempengaruhi basil. Ketika mengolah sarnpel di tabung primer (sistem pengumpulan sampel), ikuti petunjuk 46
pabrikan tabung. Lakuk:an sentrifuga sampel yang mengandung endapan, sebelum melakukan penguJJan. Stabilitas: 3 hari pada 15-25°C 7 hari pada 2-8°C 4 minggu pada suhu (-1 5)-(-25)°C (hanya bekukan sekali) Bahan yang disediakan
Lihat bagian "Reagen- cairan yang bekerja" untuk reagen. Bahan yang dibutuhkan (tetapi tidak diberikan)
Lihat bagian "Informasi Memesan". Air distilasi Peralatan laboratorium umum Pengu.iian
Agar kinerja pengujian optimal, ikuti petunjuk yang diberikan dalam dokumen ini untuk analyzer yang dipertimbangkan. Mengacu pada manual operator yang tepat bagi instruksi pengujian spesifik-analyzer. Kinerja aplikasi yang tidak divalidasi oleh Roche, tidak dijamin dan harus didefirusikan oleh pengguna. Aplikasi untuk serum dan plasma definisi tes cobas c 3 1 1
Jenis pengujian Waktu reaksi I titik pengujian Panjang gelombang (sublutama) Arah reaksi Unit Pereaksi pipetting Rl
2
End Point
10 I 8-17 8001570 nm Menaik: mg!L (nmol/L, ng!mL) Pengencer (H20) 1 1 0 �-tL
R3
1 1 0 �-tL
Jumlah sampel
Sampel
Pengenceran sampel Sampel Pengencer (NaCI)
Normal Berkurang Meningkat
90
definisi tes cobas c 501 2 End Point Jenis pengujian Waktu reaksi I titik pengujian 1 0 I 13-25 800/570 run Panjang gelombang (sublutama) Menaik Arah reaksi mg!L (nmol/L, nglmL) Unit Pengencer (H20) Pereaksi pipetting 1 10 �-tL Rl l lO J.lL R3
47
f.lL
Jumlah sampel
Sampel
Pengenceran sampel Sampel Pengencer (NaCI)
Normal Berkurang Meningkat
Kalibrasi Kalibrator
S l : H20 S2-6: Preciset sTfR Model kalibrasi RCM2 Frekuensi Kalibrasi kalibrasi penuh - setelah reagen lot berubah - dan jika dibutuhkan, ikuti prosedur kontrol kualitas Keterlacakan: Metode ini telah dibakukan sesuai dengan persiapan referensi in-house. Kontrol Kualitas
Untuk kontrol kualitas, gunakan bahan kontrol yang tercantum dalam Bagian "Informasi Pemesanan". Bahan kontrol lain dapat digunakan sebagai tambahan. Interval dan batas kontrol harus diadaptasi ke laboratorium masing-masing sesuai dengan kebutuhan individu. Nilai yang diperoleh harus berada dalam batas yang ditentukan. Setiap laboratorium harus menetapkan pengukuran korektif yang akan diambil jika nilainya berada di luar batas. Ikuti peraturan pemerintah yang dapat diterapkan, serta panduan lokal untuk kontrol kualitas. Perhitungan
Sistem Roche I Hitachi cobas c secara otomatis menghitung konsentrasi analit untuk setiap sampel. Konversi faktor: mg/L X 1 1 . 8 = nmol/L a nmol/L x 0.085 = mg!L mg/L x 0.1 = mg/dL mg/dL x 10 mg/L a) Berdasarkan masa molekular 85 kDa untuk mensirkulasi reseptor transferin =
Keterbatasan - interferensi
Kriteria: Pemulihan dalam waktu ± 10% dari nilai awal pada konsentrasi sTfR 2.00 mg/L (0.20 mg/dL). Ikterus: Tidak ada gangguan signifikan sampai dengan indeks I 60 (perkiraan konsentrasi bilirubin terkonjugasi dan tak terkonjugasi: 1026 �mol/L (60 mg/dL)). Hemolisis: Tidak ada gangguan signifikan sampai dengan indeks H 800 (perkiraan konsentrasi hemoglobin: 497 �mol/L (800 mg/dL)). Lipemia (Intralipid): Tidak ada gangguan signifikan sampai dengan indeks L 1000. Ada korelasi yang lemah antara konsentrasi trigliserida dan indeks L (sesuai dengan turbiditas). Faktor rheumatoid <750 IU/mL tidak mengganggu. Tidak ada efek pengait terlihat hingga konsentrasi sTfR 80 mg/L Antibodi spesifik untuk sTfR. Tidak ada reaktivitas silang dengan diferrotransferrin, apotransferrin atau ferritin dibawah kondisi pengujian.
- --==--- --� � -=� - -=-= -=� � -= --
./
Obat: Tidak ada gangguan ditemukan pada konsentrasi terapetik dengan menggunakan panel obat umum. Dalam kasus gammopathy yang sangat jarang, dalam IgM jenis tertentu (Waldenstrom macroglobulinemia), dapat menyebabkan has.il yang tidak dapat diandalkan. Untuk pengujian menggunakan antibodi tikus, penemuan yang keliru bisa didapat dari sampel yang diambil dari pasien yang telah ditangani dengan antibodi monoklonal tikus, atau telah menerimanya untuk tujuan diagnostik. Untuk tujuan diagnostik, hasil yang ada harus selalu diukur sejalan deng� riwayat medis pasien, pemeriksaan klinis dan temuan lainnya. Persyaratan Cuci Khusus: penggunaan langkah cuci khusus diperlukan ketika kombinasi tes tertentu berjalan bersamaan dengan sistem Roche/Hitachi cobas c. Untuk informasi mengenai kombinasi tes yang memerlukan langkah cuci khusus, silah.kan mengacu pada versi terakhir dari Carry over evasion list yang ditemukan dalam NaOHDISMS!Multiclean Method Sheet dan manual operator untuk instruksi lebih jauh. Rentang pengukuran
0.50-40.0 mg/L (5.9-472 nmol/L, 0.05-4.00 mg/dL) Tentukan sampel yang memiliki konsentrasi lebih tinggi dengan fungsi jalankan ulang. Pelarutan sampel dengan fungsi jalankan ulang, adalah larutan 1 :2. Hasil dari sampel yang dilarutkan dengan fungsi jalankan ulang, otomatis dikalikan dengan faktor 2. Batasan deteksi lebih rendah 0.50 mg/L (5.9 nmol/L, 0.05 mg/dL) Batas deteksi yang lebih rendah merupakan tingkat analit terendah yang dapat terukur, dimana dapat dibedakan dari nol. Hal ini dihitung sebagai nilai yang mendasari tiga standar deviasi di atas standar terendah (standar 1 + 3 SD, pengulangan, n = 2 1 )
Nilai yang Diharapkan
Lalci-laki (n 208) (Usia 1 8-60 tahun)
2,2-5,0 mg I L
26-59 nmol/L
0.22-0.50 mg/dL
Wanita (n = 2 1 1) (Usia 18-45 tahun)
1 ,9-4,4 mg I L
22-52 nmol/L
0. 19-0.44 mg/dL
=
Setiap laboratorium harus menyelidiki kemampuan transfer dari nilai yang diharapkan, untuk populasi pasien sendiri danjika diperlukan, tentukan sendiri referensi kisarannya. Data kiner.ia spesifik
Data kinerja representatifpada analyzer tercantum di bawah ini. Hasil diperoleh di masing masing laboratorium dapat berbeda. Ketepatan!Presisi
Kemampuan reproduksi ditentukan dengan menggunakan sampel manusia dan kontrol di internal protokol (within-run n = 2 1 , total n = 63). Hasil berikut diperoleh:
49
Within-run
Mean pg/L (pmol/L, ng/mL}
SD pg!L (pmol/L, nglmL)
sTfR Control Set Level I sTfR Control Set Level 2
2 . I 6 (25.5, 0.22)
0.03 (0.35, 0.002)
1.5
6.82 (80.5, 0.68)
0.06 (0.71, 0.006)
0.9
Human serum 1 Human serum 2
1.93 (22.8, 0 . 1 9)
0.04 (0.47, 0.004)
2.1
3.38 (39.9, 0.34)
0.04 (0.47, 0.004)
1.3
Total
Mean pg!L (pmol/L, nglmL)
SD pg!L (pmol/L, nglmL)
cv
sTfR Control Set Level I
2.05 (24.2, 0.21)
0.08 (0.94, O.OI)
4.0
sTfR Control Set Level 2
6.67 (78.7, 0.67) 1.37 (16.2, 0.14)
0. 1 1 ( 1 .30, 0.01)
1.6
0.05 (0.59, 0.01) 0.2 (2.36, 0.02)
3.8
Human serum 3 Human serum 4
I2.I (143, 1 . 2 1 )
cv %
%
1.4
Perbandingan metode Nilai sTfR untuk serum manusia dan sampel plasma yang diperoleh pada analyzer (y)
Roche I Hitachi cobas c 50 I , dibandingkan dengan nilai yang ditentukan dengan menggunakan reagen yang sama pada analyzer (x) Roche I Hitachi 917. Ukuran sampel (n) = 1 19
Melewati I Bablok y =0.976x + 0.26 mg/L 't =
0.957
Regresi linier y
=
0.979x + 0.24 mg/L
r = 1.000
Nilai berkisar antara 1.41 hingga 39.9 mg/L (16.6 hingga 471 nmol/L, 0. 14 hingga 3.99 mg/dL).
50
Lampiran 5 Prosedur Pemeriksaan ll..,-6 Persiapan Sampel: 6.
Serum darah yang diambil disentrifuse untuk menghilangkan partikel.
7.
Serum dara.ll diambil dengan menggunakan teknik standard an sen.Ltb dipis�hlcan ti�ri sel-sel darah sesegera mungkin. Sampel dapat disimpan dalam suhu kamar selama 1 jam dan di sentrifuse selama 10 menit (4 °C) dan serum diekstraksi.
8.
Plasma darah yang dikumpulkan menggunakan natrium sitrat, EDTA dan heparin sebagai
9.
Ketika melakukan uj i secara perlahan-lahan membawa sampel darah ke suhu kamar.
antikoagulan.
Persiapan reagen: 1.
Ambil reagen kit dari lemari es dan simpan pada suhu kamar (20-25 °C). Aduk dengan lembut dan berputar sebelum pipetting.
'>... .
Kaaliber o:osl Yv>ncr�nt'�r ., .a .., ... ,.,.. · t'""'.a..a e;,""'.a.a...""'
..
TT \ f.1..l v\ "a>nnnr A nrro:on h .tt..j v .&.....&. .&. }-""""""' u.ow.a.a.f:>L4.1.&. val·tr 4.'-
.L...L
. sebelum pengencer""
u. .a...&. .
..
'T' <:> rnl v .a. 1L4&..&..t v llo+l.lr<>n &u... ...._......_
1
volume pengencer kaliberator II (5x) sampai 4 volume air suling atau deionisasi. Aduk sbelum digunakan. 3.
Cuci buffer ( l x); tambahkan 60 ml buffer wash (20x) dan encerkan sampai volume 1200 ml dengan air suling.
4.
Substrat solusi: substrat solusi
A dan B dicampur dalam volume yang sama sampai 1 5
menit sebelum digunak:an. Strips Used
2stri ps (16wells}
4 strips(32 wells) 6 st rp i s (48 w el ls) ellS} 8stnps(64w 10 strips (80 weUs) 12 strips (96 wells) u
r c. __
....
__
Substrate A (ml)
15 . 3.0 4.0
5.0 6.0 7.0
Substrate B (ml) 1.5
Substrate Solution (ml)
�.Q
10.0
3.0 4.0 6.0 7.0
.,_
51
3.0 6.0 8.0
12.0 14.0
Lampiran 6. Prosedur pemeriksaan Hepcidin )>
Persiapan pasien ../ Memberi penjelasan pada orang tua pasien mengenai tindakan pengambilan darah vena
.
../ Menenangkan subyek penelitian
)o- Persiapan spesimen Alat dan baban ../
Disposable syringe 3 ml
../
Alkohol, kain kasa dan plester
../
Lidocain 0,5% (bila perlu)
../
Pipet bermeter
./
Tabung polipropilen dengan antikoagulan (lithiwn heparin) berukuran 5 ml dan 2 ml
../
Media transpor dengan es
./ Media penyimpanan (Iemari pendingin) ./
Media pengiriman
(dry-ice dengan express mail)
v' DRG Hepcidin Prohormone ELISA Kit EIA-4644
Pengambilan spesimen (serum) ./
Subyek yang telah memenuhi kriteria inklusi kemudian diambil sampel darahnya melalui vena perifer sebanyak ukuran
./
i6
2 ml dan dimasukkan ke dalam tabung polipropilen ber·EDTA
5 mi.
Waktu pengambilan sampel darah diseragarnkan pada pagi hari jam 10.00 oleh 1 petugas terlatih dan spesimen diberi label identitas subyek penelitian.
v'
Sampel darah kemudian dibiarkan agar mengendap
(clotting) selama 30 menit pada suhu
kamar (19-24°C) dan serumnya dipisahkan dengan cara sentrifusi pada kecepatan 2200 g selama 10 menit. v'
Serum
16
dipipet segera setelah sentrifugasi dengan pipet sebanyak 0,5 - 1 ml dan
masukkan ke dalam tabung polipropilen berukuran 2 mi. ./
x
Tabung tersebut diberi label/kode subyek
Penyimpanan dan pengiriman spesimen
52
,/ Spesimen serum disimpan pada suhu
-80°C. Hindari freeze-thaw cycle (spesimen hanya
boleh membeku sekali hingga saat pemeriksaan laboratorium dilakukan). Setelah semua jumlah spesimen yang dibutuhkan terkumpul, spesimen kemudian dikirim dengan media transport spesimen (dry-ice dengan express mail).
)- Pemeriksaan hepcidin
Prinsip pengujian DRG
Hepcidin Prohormone ELISA Kit adalah suatu solid phase enzyme-linked
;mmunosorbent assay (ELISA) yang kerjanya berdasarkan pada prinsip competitive binding. Sumur-sumur mikrotiter dilapisi dengan antibodi poliklonal terhadap molekul prohormon
antigenic site pada
Hepcidin (28-47 aa). Prohormon hepcidin endogen dari sampel pasien
berkompetisi dengan konjugat biotin prohormon
hepcidin
untuk berikatan dengan antibodi
pelapis tersebut. Setelah inkubasi, konjugat yang tidak terikat kemudian dicuci. Jumlah dari konjugat biotin yang terikat adalah proporsi terbalik terhadap konsentrasi prohormon
hepcidin dalam sampel tersebut. Setelah penambahan larutan substrat tersebut, maka intensitas wama yang terjadi merupakan proporsi terbalik terhadap konsentrasi prohormon
hepcidin dalam sampel pasien. Cara kerja Komponen kit
1. lsi kit a.
Sumur-sumur mikrotiter, terdiri atas
12 x 8 strip, 96 sumur; masing-masing sumur
dilapisi dengan antibodi anti-hepcidin (poliklonal). b.
Standard (standard 0-6), 7 vial (lyophilized), 1 mL; konsentrasi 10, 50, 100, 250, 500, 1000 ng/mL peptida hepcidin sintetik (28-47). Berisi methylisothiazolone < 0,02% dan bromonitrodioxane < 0,02% sebagai pengawet.
c.
Kontrol, label
1 vial (lyophilized), 1 mL , nilai kontrol dan rentangannya terlampir pada
vial
atau
bromonitrodioxane
QC-Datasheet.
Berisi
methylisothiazolone
< 0,02% sebagai pengawet.
53
<
0,02%
dan
d. Assay buffer, 1 vial, 14 mL, mengandung methylisothiazolone < 0,02% dan bromonitrodioxane < 0,02% sebagai pengawet. e. Konjugat biotin, 1 vial, 14 mL, fragmen hepcidin terkonjugasi ke biotin, mengandung methylisothiazolone < 0,02% dan bromonitrodioxane < 0,02% sebagai pengawet. f.
Kompleks enzim, 1 vial, 14 mL, mengandung horseradish peroxidase, mengandung methylisothiazolone < 0,02% dan bromonitrodioxane < 0,02% sebagai pengawet.
g. Larutan substrat, 1 vial, 14 mL, tettrametilbenzidin (TMB) h. Larutan Stop, 1 vial, 14 mL, mengandung H2S04 0,5M. 1.
Larutan pencuci, 1 vial, 30 mL (dipekatkan 40 x)
J.
Perlengkapan dan bahan yang dibutuhkan namun tidak disertakan dalam kit pembaca lempeng mikrotiter terkalibrasi DRG (450 ± 10 nm), kertas serap dan aquades.
2. Penyimpanan dan stabilitas kit Saat disimpan pada suhu 2-8°C, reagen yg belum dibuka akan tetap reaktif hingga tanggal kadaluarsa Reagen yang sudah terbuka akan tetap reaktif selama 2 bulan jika disimpan pada suhu 2-8°C. 3. Persiapan reagen Biarkan semua reagen dan strip yang dibutuhkan mencapai suhu ruangan sebelum digunakan. Standard: larutkan lyophillized yang ada dalam vial standard dengan aquades 1 mL. Standard yang sudah dilarutkan akan tetap stabil selama 6 hari pada suhu 2-8°C. Untuk penyimpanan yang lebih lama bekukan pada suhu -20°C. Kontrol: larutk:an lyophillized yang ada dalam vial standard dengan aquades 1 mL dan biarkan selama minimal 10 menit, kocok kontrol beberapa kali sebelum digunakan. Kontrol yang sudah dilarutk:an ak:an stabil sela..Tia 6 hw-i pada su.'m 2-8°C. Untu.k penyimpanan yang lebih lama bekukan pada suhu -20°C. Larutan. penc.uci: C.::lmpurkan 30
!!ll
lamtan penc.uci yang dipebtbn dengan 1 170 air
yang telah di-deionisasi hingga mencapai volume akhir 1200 mL. Larutan pencuci yang telah dicampur stabil hingga 2 minggu pada suhu karnar. 4. Pengenceran spesimen 54
Jika pada pengujian
awal, spesimen mengandung kadar hepcidin yang melebihi standard
tertinggi, maka spesimen tersebut dapat diencerkan dengan assay
buffer dan diuji sesuai
yangn dijelaskan dalam prosedur pengujian. Untuk perhitungan konsentrasi maka faktor dilusi ini harus diperhitungkan juga. Misalnya:
a)
Pengenceran
b) Pengenceran
1 : 10 -7 1O�L serum + 90 �L assay buffer 1 : 1 00 -7 lOJ.!L larutan 1 : 1 0 + 90J.!L assay buffer
Prosedur pengujian b.
Semua reagen dan spesimen harus dibiarkan mencapai suhu ruangan sebelum digunakan. Semua reagen harus dicampur tanpa menimbulkan busa.
c.
Ketika uji telah dimulai maka harus diselesaikan tanpa interupsi
d.
Gunakan
pipet plastik sekali pakai m1tu.k tiap standard, kontrol atau
untuk
menghindari kontaminasi silang.
e. Absorbance (yang diserap) adalah fungsi dari waktu inkubasi dan suhu. Sebelum memulai uji, direkomendasikan agar semua reagen telah siap, tutupnya dilepas, semua sumur-sumur yang diperlukan telah disiapkan di tempatnya, dsb. Ini akan membuat jedah waktu yang hampir sama untuk tiap langkah prosedur tanpa interupsi.
f.
Sebagai ketentuan umum, reaksi enzimatik berbanding lurus terhadap waktu dan suhu.
g.
Setiap siklus harus menyertakan sebuah kurva standard.
h.
Langkah-langkah pengujian: 1.
Masukkan sumur mikrotiter sesuai jumlah sam pel ke dalam tatakannya,
2. Masukkan 100flLAssay buffer ke dalam masing-masing sumur, 3. Masukkan masing-masing 50J.!L standard, kontrol dan sampel pada sumur masmgmasing dengan menggunakaan ujung pipet sekali pakai,
4. Masukkan 100 JlL konjugat biotin ke dalam masing-masing sumur, 5 . Kocok selama 10 detik. Penting untuk benar-benar tercampur pada langkah ini, 6.
Inkubasi selama
120 menit pada suhu kamar (tanpa menutup lempengnya),
7. Tumpahkan keluar isi-isi sumur secara cepat, bilas sumur-sumur tersebut 5 kali dengan larutan pencuci yang diencerkan
(400 J.!L per sumur). Segera bersihkan tetesan yang
55
tersisa di sumur-sumur dengan kertas serap. Sensitivitas dan ketepatan uji ini sangat dipengaruhi oleh benar-tidaknya prosedur pencucian. 8.
Tambahkan 100� kompleks enzim ke masing-masing sumur,
9.
Inkubasikan selama 60 menit pada suhu kamar,
10. Segera turnpahkan keluar isi sumur-sumur tersebut. Bilas sumur-surnur tersebut 5 kali .
dengan larutan pencuci yang diencerkan (400
�-tL per sumur). Segera bersihkan tetesan
yang tersisa di surnur-sumur dengan kertas serap, 1 1 . Tambahkan 100� larutan substrat ke masing-masing sumur, 12. Inkubasikan selama 30 menit pada suhu kamar, 13. Hentikan reaksi enzimatik dengan cara menambahkan 100� larutan Stop ke masingmasmg surnur, 14. Baca OD pada 450±10 nm dengan
microliter plate reader dalam 10 menit setelah
menambahkan larutan stop. Perhitungan basil 1 . Hitung nilai absorbance rata-rata untuk tiap set standard, kontrol dan sampel pasien, 2.
Buat sebuah kurva
standard dengan cara memetakan rata-rata absorbance tersebut yang
diperoleh dari masing-masing
standard terbadap konsentrasinya dengan nilai absorbance
pada aksis vertikal (Y) dan konsentrasi pada aksis horisontal (X), 3.
Tentukan konsentrasi yang berkaitan
dari kurva standard dengan menggunakan nilai
absorbance rata-rata untuk tiap sampel.
4. Metode otomatis: hasil dalam IFU telah dihitung secara otomstis dengan menggunakan 4PL (4 Parameter Logistic) curve fit. Persamaan reduksi data lainnya dapat memberikan hasil-hasil yang sedikit berbeda, 5.
Konsentrasi sampel-sampel tersebut dapat segera dibaca dari kurva standard ini. Sampel sampel dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
standard tertinggi harus diencerkan
lagi. Untuk perhitungan konsentrasi maka faktor pengenceran ini harus diperhitungkan: Standard optical units (450 nm)
Standard 0 (0 ng/mL) 1.85 Standard 1 ( 10 ng/mL) I . 72
56
Standard 2 (50 ng/mL) 1.38 Standard 3 ( 100 nglmL) 1.17 Standard 4 (250 ng/mL) 0.82 Standard 5 (500 nglmL) 0.63 Standard 6 (1000 ng/mL) 0.48
57
KEI\r1ENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERS1TAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN J(OMISI ETII( PENELITIAN KESEHATAN Sel
JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KAM?US TAMALANREA KM. IO, Makassar. Telp. (041 1)5780103, Fax (04 1 1 ) 581431. Contact person dr. Agus�alim Bukhari,PhD,SpGK (HP. 081241 850858), email: agussalimbukhari @ yahoo.com
REKOMENDASI PERSETUJUAN ETIK
Nomor : 0 1 103 /H4.8.4.5.31 /PP36-KOMETJK/20 1 2
Komisi Etik Penelitian Keseha"tan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, setelah
melalui pembahasan dan penilaian, pada rapat tertanggal
1 7 Oktober 2012,
telah
memutuskan, protokol penelitian betjud u l : Peran Hepcidin terhadap Stat1ls Besi Pada Injlamasi Akibat Obesitas pada Anak ( Kajian Patomekanisme Gangguan Homeostasis Besi pada Anak Obesitas ) dengan Peneliti Utama: dr. Nadirab Rasyid Ridha.,SpA No. Register
0
0
2
9
yang diterima pada tangga l : 3 Oktober 2012 Petcail�an dit:;•·:rtti:l �a11ggo l : 22 Oktober 2012 dapat disetujui untuk dilaksanakan di SMP ZION di Makassar.
Persetujuan Etik ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan batas waktu pelaksanaan penelitian. Pada akhir penelitian, laporan pelaksanaan penelitian harus diserahkan kepada KEPK Fakultas Kedokterar
Unha.3. Jika
ada perubahan protokol dan /atau perpanjangan
penelitian, harus mengajukan kembali permohonan kajian etik penelitian (arn:mdemen protokol ).
Makassar, 23 Oktober 2012 Komisi Etil< Penc-:litian Kesehatan Fak. Kedokteran Unhas ·,
Ketua
Prof.Dr.dr.Survant As'a d .M.S NIP 19600504 1986 01 2 002
J;
MMed.Ph.D.S GK
700821 1999 03 I 001