TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA
EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERNISASI DAN GLOBALISASI PASCA REFORMASI
Disusun oleh : Nama
: Ook Mandagi
NIM
: 06.12.1752
Jurusan
: S1 – Sistem Informasi
Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer “AMIKOM” Yogyakarta 2011
A. Latar Belakang Pancasila yang dari waktu ke waktu telah melalui eksistensinya, dari zaman orde lama sampai sekarang zaman reformasi. Pancasila telah melalui masa yang panjang dan telah terbukti dapat menjadi dasar dan landasan yang dapat menyatukan sekian banyak suku-suku yang ada di negara tercinta Indonesia. Dengan bertambahnya umur kemerdekaan negara kita Indonesia Pancasila sebagai dasar dan pedoman negara seharusnya sudah mendarah daging dalam setiap warganegaranya. Karena Pancasila inilah dasar Negara yang dapat menyatukan perbedaan-perbedaan ang ada.
Pancasila merupakan pintu sekaligus ruangan Indonesia yang perlu dipelihara bangsa Indonesia. Pasalnya, Pancasila merupakan pintu persatuan yang sangat penting bagi bangsa ini. (Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto)
Tapi sayangnya mau tidak mau di zaman modernisasi sekarang harus d akui
nilai-nilai
Pancasila
telah
luntur.
Indonesia
sekarang
sangat
membutuhkan Pancasila tapi sayangnya pancasila hanya di pandang sebagai lambing dan ideology semata tanpa adanya implementasinya. Ini di karenakan ideologi Pancasila dari waktu ke waktu tidak berkembang malah justru semakin luntur dalam implementasi dan pengamalannya. Oleh karena itu ideologi Pancasila harus masuk ke semua bidang, terutama dalam pendidikan karena dari pendidikan tersebut dapat ditanamkan nilai-nilai pancasiala ke dalan jiwa pemuda-pemuda Indonesia. Pemudapemudi Indoesia adalah aset yang akan menjaga eksistensinya di tengah modernisasi dan dlobalisai sekarang ini, kemudian ekonomi, politik ,social ,budaya, maupun hukum dan keamanan guna mencegah kemunduran negara di segala bidang yang bisa mengancam Indonesia.
B. Pembahasan 1. Modernisasi Modernisasil adalah keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik diharapkan akan tercapai kehidupan yang lebih makmur, naju , serta berkembang. Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Dampak Positif Modernisasi : o Perubahan Tata Nilai dan Sikap, adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat yang irasional menjadi rasional. o Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini. o Tingkat Kehidupan yang lebih Baik, Dibukanya industri atau industrialisasi
berdasarkan
teknologi
yang
sudah
maju
menjadikan nilai dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan modernisasi. Dampak Negatif Modernisasi : o Pola Hidup Konsumtif, Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
o Sikap Individualistik, Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi
maju
membuat
mereka
merasa
tidak
lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. o Gaya Hidup Kebarat-baratan, Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain o Kesenjangan
Sosial,
Apabila
dalam
suatu
komunitas
masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik. o Kriminalitas, Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena
menipisnya
rasa
kekeluargaan,
sikap
yang
individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif. Modernisasi di Indonesia Negara Indonesia sekarang ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern, Indonesia sendiri sudah mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti layaknya yang ada di kehidupan sehari – hari seperti Televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan lainnya, sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki kajian – kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat Indonesia lebih modern.
Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama dengan Negara lain dan saling melengkapi kebutuhan antara satu
dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun teknologinya. Indonesia sedang berada dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri. 2. Globalisasi Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teoritis yang dapat dilihat, yaitu: o Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan
yang
memiliki
konsekuensi
nyata
terhadap
bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut. o Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital. o Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah
sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi
seharusnya
dipahami
sebagai
"seperangkat
hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan. 3. Reformasi Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa.Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru Kendati demikian, kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin
4. Keberadaan Pancsila setelah Reformasi Dalam merumuskan
Konggres Indonesia
Kongres sudah
III
berada
Pancasila dalam
di
kondisi
Surabaya "Gawat
Pancasila", karena Pancasila sudah dibiarkan menjauh dari ranah ideologi,
politik,
pendidikan,
ekonomi,
sosial,
dan
kultural.
Ekesistensi Pancasila di Indonesia pada masa sekarang atau reformasi dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu : o Ilmu pengetahuan dan Pendidikan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia seharusnya memudahkan semua lapisan masyarakat untuk dapat memahami dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tapi di karenakan adanya kesenjangan yang terlalu jauh menyebabkan kurang meratanya ilmu pengetahuan dan pendidikan yang di dapatkan oleh masyarakat. Selain itu masih banyak warga negara Indonesia Belum memahami
Pancasila.
Dikarenakan
kurang
memadainya
kurkulum
pendidikan
Pancasila.
Bahkan
cenderung
menghilang. Hilangnya Pancasila dari kurikulum sekolah semakin menyulitkan masyarakat untuk memahami apa itu Pancasila Anggota Komisi X DPR, Reni Marlinawati, mengaku heran Pemerintah tidak memberikan porsi pendidikan Pancasila yang cukup dalam kurikulum sekolah, padahal pendidikan formal merupakan media paling cocok untuk membentuk karakter seseorang, apalagi terkait faham nasionalisme. “Sekarang Pancasila sudah mengalami degradasi, tanpa kita sadari sudah ada pengikisan terhadap nilai-nilai Pancasila,” (Okezone.com)
o Politik, Pancasila pasca reformasi lalu didekonstruksi habishabisan karena dianggap
bagian dari kekuasaan yang
ditumbangkan. Sadar tidak sadar itu adalah kesalahan kolektif kita
sebagai
tersingkirkan
bangsa. dalam
Sehingga tatanan
nilai
kehidupan
Pancasila berbangsa
mulai dan
bernegara pada masa reformasi saat ini. “Saat masa reformasi, Pancasila dianggap sebagai penyebab masalah karena merupakan peninggalan zaman Orde Baru, sehingga nilai dari dasar negara itu tersisihkan” (Ketua DPR Marzuki Alie)
Selain itu dari kongres Pancasila ke-III di surabaya Indonesia sudah berada dalam kondisi "Gawat Pancasila", kegawatan tersebut dipicu oleh perubahan sistem norma setelah terjadi amandemen UUD 1945 yang di dalamnya tinggal 25 pasal yang asli dan 174 pasal yang baru, sehingga menimbulkan kekacauan sistem kelembagaan, tidak berfungsi
secara optimal, malfungsi, disfungsi, dan akhirnya terjadi tumpah tindih tugas dan ada tugas yang telantar. Dalam situasi krisis sekarang ini, peserta berpendapat bahwa dasar hukum bagi pendirian lembaga tersebut tidak harus dengan UU baru, melainkan cukup dengan Inpres disertai petunjuk teknis pemasyarakatan dan pembudayaan Pancasila dan UUD 1945. o Sosial Budaya, Bentuk tatanan kehidupan bangsa yang sudah bergeser dari nilai Pancasila, yakni begitu mudahnya masyarakat timbul amarah hingga memunculkan konflik horizontal. Hal itu berimbas dengan semakin banyaknya pengkotakan anak bangsa yang berdasarkan etnis atau golongan tertentu.
o Pertahanan dan Keamanan. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), Budi S Soepandji, mengatakan, saat ini Pancasila dalam keadaan "terjepit" di antara pusaran radikalisme dengan liberalisme. Pancasila masih kokoh sebagai ideologi, pandangan hidup dan dasar negara. Namun pada kenyataannya muncul berbagai fenomena yang menunjukkan penerapan Pancasila semakin jauh dari harapan dan cita-cita pendiri bangsa. Pola pikir, pola sikap dan pola tindak berbagai komponen bangsa tidak lagi mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila Di sisi lain pluralitas yang belum mampu dikelola menjadi
alat
pemersatu
justru
menjadi
sesuatu
yang
menakutkan bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Sejarah maupun keberadaan Pancasila mulai dilupakan.
Kondisi saat ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan mulai diabaikan. Ini ditandai pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang makin meningkat. Pemahaman yang kurang terhadap rasa persatuan dan kesatuan
bangsa
kerap
menimbulkan
konflik
SARA,
etnonasionalime sempit yang menjurus ke gerakan separatisme. Sementara itu, toleransi antarumat beragama juga terdegradasi. "Kemiskinan, ketidakadilan, dan fanatisme agama yang sempit menjadi lahan subur bagi tumbuhnya faham radikalisme. Kondisi ini menyatakan bahwa Pancasila berada di antara pusaran radikalisme dan liberalisme sehingga diperlukan sejumlah langkah konkret.
5. Bagaimana Pancasila seharusnya Solusi o Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila KOMPAS.com
Keragaman
nilai
dalam
Pancasila
merupakan modal dasar pendidikan karakter. Kita tidak perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model pendidikan karakter karena basis kekuatan karakter bangsa telah kita miliki. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita jadikan acuan pembelajaran beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya menjadi wacana dan sulit untuk dilaksanakan dikarenakan berhenti pada tataran wacana kognitif. Hal tersebut mengakibatkan kelemahan karakter masyarakat. Sekolah seharusnya mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi bahan-bahan nilai dalam pendidikan karakter. Misalnya, toleransi, penghargaan terhadap kepercayaan lain melalui kegiatan-kegiatan permainan yang menarik. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi bagian penting dalam rantai karakter bangsa. Memberadabkan sesama manusia menjadi modal utama dalam relasi sosial. Salah satu faktor dalam pendidikan karakter adalah kemampuan untuk
memberikan apresiasi kepada orang lain. Melalui kegiatan praktis
misalnya
kerapian,
kebersihan
diri,
ketekunan
merupakan proses belajar untuk menjadi beradab. Hal tersebut dapat diajarkan melalui manajemen konflik. Sebagian orang melihat konflik adalah hal tabu sehingga konflik disingkirkan dari ranah pembelajaran. Padahal, dalam konflik, kita dapat saling memberadabkan manusia. Konflik tentu bukan berarti anarkis, konflik dapat diajarkan melalui proses debat dan pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa pendidikan manajemen konflik
bertujuan untuk
memberadabkan manusia dengan saling menghargai. Sila Persatuan Indonesia mampu diuraikan dengan mengenalkan budaya Indonesia secara fisik. Berbagai hasil kebudayaan nasional sebagai contoh kebijaksanaan lokal adalah pintu masuk bagi pemahaman persatuan. Karakter persatuan yang mendasar adalah cinta Tanah Air. Proses cinta Tanah Air tentu tidak perlu lagi dengan cara-cara yang sangat abstrak.
Karakter ini dapat dibangun dengan membangun kreativitas siswa, tentu dengan masih membawa ciri khas kebudayaan daerah. Kreativitas siswa sangat erat dengan kemampuan memahami secara kognitif (competence). Dengan bantuan teknologi, kita dapat mengenalkan keragaman daerah dengan mudah. Bukan hanya itu saja, proses kreativitas juga makin mudah dengan bantuan teknologi. Karakter cinta Tanah Air dapat sangat terbantu dengan kehadiran alat modern sehingga dalam mengajar pun kita lebih mudah dan menarik. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan adalah sila yang saat ini selalu menjadi acuan dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Satu masalah yang menarik adalah kita memiliki dasar nilai demokratis, namun tidak dapat dilaksanakan. Nilai demokrasi yang mendasar adalah taat asas, sesuai prosedur dan menghargai martabat orang lain sesuai hati nurani (conscience).
Inilah yang dapat disampaikan dalam pembelajaran pendidikan karakter siswa. Siswa dikenalkan dengan prosedur yang benar dan sesuai aturan/asas yang berlaku. Hal ini bukan untuk mengajak siswa menjadi pribadi yang semata patuh, namun mengajak mereka menjadi pribadi yang taat. Taat adalah bagian dari disiplin maka cara sila keempat ini dapat diawali dengan memberikan latihan disiplin diri untuk menghargai proses yang melibatkan orang lain. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan basis kepekaan sosial yang sangat mendasar. Manusia yang berkarakter salah satu indikasinya adalah mampu berjuang untuk sesama, bukan utuk dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keadilan sosial, keadilan sosial tidak perlu lagi dibahas dalam cakupan yang luas dan menerawang, namun dalam kegiatan sehari-hari siswa. Apakah siswa telah berbela rasa (compassion) kepada siswa lain? Hal inilah yang dapat diuraikan dalam pembelajaran sehari-hari. Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk meletakkan kembali Pancasila sebagai acuan dasar dalam membentuk karakter siswa. Terbukti Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai keutamaan hidup yang mampu menyejahterakan masyarakat Indonesia. Sejahtera berarti bebas dari tindakan anarkis, lepas dari masalah fundamentalitas agama, radikalisme kesukuan, dualisme minoritas-mayoritas, dan perekonomian yang stabil dan merata. Satu-satunya jalan mewujudkan kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter.
Sekali lagi, tentunya, pendidikan karakter tidak dapat direduksi pada tataran angka. Bukan berarti sulit dilakukan, hanya
membutuhkan
keberanian
pihak
sekolah
untuk
meletakkan pendidikan karakter pada ranah afeksi siswa. Pemahaman terhadap Pancasila secara utuh tentu menjadi syarat pokok setiap pendidik.
o Politik Pancasila harus memimpin dan mengarahkan bangsa dalam situasi yang gawat sekalipun, artinya sebagai dasar statis dan bintang petunjuk arah negara dan bangsa. Oleh karena itu, pembudayaan
Pancasila
harus
bersifat
wajib
bagi
penyelenggara negara, partai politik, masyarakat pers, dunia usaha, dan seluruh warga. Nilai Pancasila harus dbuat sebagai pedoman kehidupan bangsa untuk dikembangkan secara substansi, metode, strategi dan model pembudayaan Pancasila. Kepada para penyelenggara negara, di harapkan mereka menjadi teladan dalam pengamalan dan pengamanan nilai Pancasila, lalu semua partai politik sebagai salah satu pilar demokrasi
dan
organisasi
kemasyarakatan
juga
wajib
melaksanakan pembudayaan Pancasila bagi pengurus dan anggotanya. o Sosial Budaya Untuk mengatasi terjadinya kemerosotan nilai-nilai pancasila dalam tatanan social budaya salah satunya adalah dengan cara meningkatkan sosialisasi. Salah satu bentuk sosialisasi yang perlu diacungi jempol adalah seperti yang dilakukan oleh Yayasan Kepustakaan Bung Karno Bali dengan meluncurkan Buku Besar Hari Lahirnya Pancasila. o Pertahanan dan Keamanan Jangan melupakan sejarah. Sangat penting kita pelajari esensi di balik sejarah karena dalam sejarah terkandung nilai teladan dan moral yang tidak tenilai. Untuk itu diperlukan langkah nyata dan sistematis yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Upaya aktualisasi sistematik yang dilakukan mencakup upaya yang bersifat politik, praktis, dan operasional.
Selain itu upaya politis sangat diperlukan mengingat Pancasila lahir melalui proses politik yang melibatkan seluruh kelompok dan golongan. Teladan yang ditunjukkan pendahulu bangsa harus dapat dijadikan contoh untuk menyusun rencana aksi guna melakukan aktualisasi nilai-nilai Pancasila
DAFTAR PUSTAKA
1. Pancasila Pintu Persatuan, oleh Imam Prihadiyoko, KOMPAS.com ,2008 http://nasional.kompas.com/read/2008/09/19/23492759/pancasila.pintu.persat uan 2. Pancasila Masih Dibutuhkan, Fachry. (NWO) , KOMPAS.com , 2008 http://nasional.kompas.com/read/2008/09/01/00143939/pancasila.masih.dibut uhkan 3. Ideologi Pancasila Harus Masuk ke Semua Bidang , di kutip dari Taufiq Kiemas , Editor: Suryanto, 2011 ,http://www.antaranews.com/berita/263361/ideologi-pancasila-harus-masukke-semua-bidang 4. Modernisasi, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011 , http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi 5. Globalisasi, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011 , http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi 6. Reformasi,
Wikipedia
bahasa
Indonesia,
ensiklopedia
bebas,
http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi 7. Pendidikan Pancasila & Agama Dinilai Kurang Memadai , Tri Kurniawan – Okezone, 2011 http://news.okezone.com/read/2011/06/04/337/464446/pendidikan-pancasilaagama-dinilai-kurang-memadai 8. Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila, Penulis adalah guru SMA Kolese De Britto Yogyakarta , Editor IG Kingkin Teja Angkasa , 6 Desember 2010, Compas.com, http://nasional.kompas.com/read/2010/12/06/11371340/ 9. Nilai Pancasila tersingkir saat era Reformasi, Dikutip dari Ketua DPR Marzuki Alie, Editor: Ruslan Burhani , 2011, AntaraNews.com , http://www.antaranews.com/berita/261232/ketua-dpr--nilai-pancasilatersingkirkan-saat-era-reformasi, 10. Peserta Kongres III
Surabaya munyatakan “Gawat Pancasila”, Editor:
Priyambodo RH, ANTARA News, 2011,
http://www.antaranews.com/berita/261322/peserta-kongres-iii-surabayanyatakan-gawat-pancasila 11. Pancasila “Terjepit” , Di kutip Dari Budi S Soepandji , Editor: Ade Marboen , 2011, (ANTARA News) http://www.antaranews.com/berita/264192/pancasila-terjepit