PERBEDAAN NILAI GULA DARAH PUASA SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN NASI MERAH PECAH KULIT (ORYZA NIVARA) PADA MAHASISWI DI ASRAMA PUTRI UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA BANDUNG DIFFERENCE VALUE OF FASTING BLOOD SUGAR BEFORE AND AFTER GIVING THE BROWN RICE (ORYZA NIVARA) TO STUDENTS AT GIRLS DORMITORY IN ADVENTIST UNIVERSITY OF INDONESIA BANDUNG TRIANA MARTALIA UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA ABSTRAK Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh informasi yang penulis dapatkan melalui wawancara dengan 15 mahasiswi di Asrama Lili Uiversitas Advent Indonesia (UNAI), sembilan diantaranya memiliki orang tua dengan riwayat Diabetes Melitus. Para mahasiswi ini memiliki risiko tinggi terkena Diabetes Melitus. Kesembilan mahasiswi ini belum mengetahui alternatif lain dalam mengontrol gula darah selain berolahraga. Salah satu alternatif tersebut adalah dengan mengonsumsi nasi merah pecah kulit. Tujuan penelitian ini adalah mengukur nilai gula darah puasa sebelum dan sesudah pemberian nasi merah pecahkulit di Asrama Putri Universitas Advent Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi keturunan Diabetes Melitus di Asrama Putri Universitas Adevnt Indonesia, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 orang yang dipilih secara purposive sampling. MEtode yang digunakan adalah metode eksperimen murni. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah glukometer merek Accu Check, nasi merah pecah kulit 150 gram serta dilengkapi catatan harian peserta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai gula darah puasa sebelum pemberian naai merah pecah kulit adalah 89 mg/dL. Nilai gula darah puasa sesudah pemberian nasi merah pecah kulit adalah 80,7 mg/dL. Ada perbedaan nilai gula darah puasa sebelum dan sesudah pemberian nasi merah pecah kulit sebesar 8,3 mg/dL. Saran kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Advent Indonesia Bandung sebagai bahan masukkan untuk promosi kesehatan tentang manfaat pemberian nasi merah pecah kulit terhadap nilai gula darah. Kepada bidang penelitian agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam penelitian mengenai pengaruh pemberian nasi merah pecah kulit terhadap nilai gula darah puasa pada masyarakat Diabetes Melitus.
2
Kata kunci: Nasi merah pecah kulit, Gula Darah Puasa, Serat. 1 ABSTRACT Background of this research by the authors got the information through interviews with 15 students of Lii Dormitory at Adventist University of Indonesia (UNAI), 9 of them had parents with a history of Diabetes Melitus. The students are included in the group who had a high risk of developing Diabetes Melitus. Ninth student did not know other alternatives to control blood glucose except exercise. The other alternative is brown rice. The purpose of this study to measure the value of Fasting Blood Sugar (FBS) before and after giving the brown rice on the Girls Dormitory Adventist University of Indonesia Bandung. Population in this study were female students with history of Diabetes Melitus from their parents, and the samples were 20 female students which chosen by purposive sampling. The method that used in this research is true experiment. The instruments was Accu Check Glucometer, 150 grams of brown rice and daily record sheets participants. These results indicate that the FBS before giving brown rice was 89.0 mg / dL. FBS after giving brown rice value was 80.7 mg / dL. There is a difference before and after the administration of brown rice by 8.3 mg / dL. To the Vice Chancellor for Student Affairs III Adventist University of Indonesia, as inputs to health promotion through seminars on the advantages of eating brown rice for Indonesian Adventist University academic community. The field of research that the results of this study can be used as a baseline to be developed in research on the effect of brown rice to fasting blood sugar for the person who has Diabetes Melitus. Key words: Brown rice, Fasting Blood Sugar, Fiber.
PENDAHULUAN Nasi merupakan makanan pokok sebagian masyarakat di dunia. Saat ini masyarakat masih mengikuti makanan yang dikonsumsi nenek moyang. Berdasarkan warnanya, nasi dibagi menjadi tiga, yaitu nasi putih, nasi merah, dan nasi hitam. Nasi merah memiliki indeks glikemik yang rendah dan dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan kelainan metabolik lainnya seperti DiabetesMelitus tipe dua.
3
Tera (2011) dalam penelitiannya di Semarang mengatakan bahwa dari 15 responden penderita Diabetes Melitus, 14 responden masih mengonsumsi nasi putih tiga kali sehari. Sisanya yaitu satu responden sudah mengonsumsi nasi merah tiga kali sehari. Tera melaporkan penelitian yang dilakukan oleh Oki et al tahun 2004, menunjukkan bahwa nasi merah pecah kulit mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan sekresi insulin oleh pankreas. Nasi merah merupakan salah satu makanan yang cukup populer dikalangan penderita hiperglikemia karena memiliki banyak manfaat. Salah satunya mengendalikan kadar gula darah. Nasi merah pecah kulit adalah nasi yang kasar, yang kulit arinya dikupas dengan menggunakan alat penumbuk padi (Babu, et al., 2009). Latar Belakang Penelitian yang dilakukan oleh Hsu, Kise dan Wang yang dilakukan di India tahun 2010 tentang 10 orang sehat yang dites dengan diberi makan nasi merah dan nasi putih. Hasil yang didapat adalah kadar gula darah lebih rendah 23,7% pada responden yang mengonsumsi nasi merah. Kemudian pada sembilan orang penderita Diabetes Melitus tipe dua dengan perlakuan yang sama, didapat kadar gula darahnya lebih rendah 35,6%. Imam (2012) melaporkan penelitian yang dilakukan oleh Hu, Dam dan Liu tahun 2001 di Malaysia yaitu membandingkan gula darah pasien Diabetes Melitus yang diberi makan nasi putih dengan pasien Diabetes Melitus yang diberi makan nasi merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah pasien Diabetes Melitus yang diberi makan nasi merah ternyata turun 9% sedangkan pasien Diabetes Melitus yang mengonsumsi nasi putih kadar gula darahnya meningkat 28%. Ismail (2012) melaporkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sun, Dona, Rob tahun 2010 di Malaysia. Penelitian menunjukkan bahwa mengganti nasi putih menjadi paling sedikit 50 gram nasi merah atau biji-bijian golongan karbohidrat sederhana mampu mengurangi risiko terkena Diabetes Melitus sebesar 16%. Hal ini disebabkan karena nasi merah memiliki kandungan gula yang lebih rendah dibandingkan dengan karbohidrat jenis lain. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 15 mahasiswi, sembilan diantaranya memiliki orang tua dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus. Para mahasiswi ini termasuk pada golongan yang memiliki risiko tinggi terkena Diabetes Melitus. Sembilan mahasiswi ini belum mengetahui bahwa ada beberapa cara untuk mencegah Diabetes Melitus selain berolahraga. Risiko ini dapat dicegah dengan menjaga diit makanan yang mampu mengontrol kadar gula darah seseorang. Salah satu makanan tersebut adalah nasi merah pecah kulit. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul: “PERBEDAAN NILAI GULA DARAH PUASA SEBELUM DAN SESUDAH MENGONSUMSI NASI MERAH PECAH KULIT (ORYZA NIVARA) PADA MAHASISWI DI ASRAMA PUTRI UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA BANDUNG”.
4
Tujuan Penelitian Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perbedaan nilai gula darah puasa sebelum dan sesudah mengonsumsi nasi merah pecah kulit pada mahasiswi di Asrama Putri UNAI Bandung. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi nilai gula darah puasa mahasiswi di Asrama Putri UNAI Bandung sebelum mengonsumsi nasi merah pecah kulit, mengidentifikasi nilai gula darah puasa mahasiswi di Asrama Putri UNAI Bandung setelah mengonsumsi nasi merah pecah kulit, mengidentifikasi perbedaan nilai gula darah puasa sebelum dan sesudah mengonsumsi nasi merah pecah kulit pada mahasiswi di Asrama Putri UNAI Bandung. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat berguna bagi: Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Advent Indonesia sebagai bahan masukkan untuk promosi kesehatan tentang manfaat pemberian nasi merah pecah kulit bagi sivitas akademika UNAI dalam mengontrol kadar gula darah, mahasiswa/I Universitas Advent Indonesia yang memiliki riwayat keturunan Diabetes Melitus sebagai alternatif dalam usaha mengontrol kadar gula darah melalui mengonsumsi nasi merah pecah kulit, bidang penelitian, sebagai bahan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Gomo (2010) nasi merah pecah kulit (Oryza Nivara) adalah pengolahan lanjutan dari beras merah pecah kulit yang telah melalui proses pemasakan dari beras merah pecah kulit. Seperti jenis nasi lainnya, nasi merah pecah kulit juga merupakan sumber karbohidrat. Cara memasak nasi merah pecah kulit pun sama seperti memasak nasi lain. Tetapi nasi merah pecah kulit memiliki zat antosianin yang tidak dimiiki oleh nasi putih. Nasi merah pecah kulit merupakan sumber karbohidrat, antioksidan, fitonutrien, mineral mangan, magnesium, tiamin, fosfor, vitamin B. Beras merah pecah kulit terdiri dari dua bagian utama, yaitu aleuron dan biji beras utama. Pada beras putih, aleuron sudah tidak ada lagi, padahal aleuron mengandung antosianin yang juga memiliki antosianin yang bermanfaat sebagai antioksidan. Berbeda dengan nasi putih, beras merah pecah kulit tidak melalui proses pengelupasan kulit sehingga manfaat alami dari beras merah pecah kulit tetap terjaga (Ahira, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zhang, Pan, Zong di Cina pada tahun 2011, kepada sekelompok penderita Diabetes Melitus yang diberikan perbandingan konsumsi nasi putih dan konsumsi nasi merah pecah kulit selama 16 minggu. Semua tanda faktor risiko diukur, seperti body mass index, lingkar pinggang, tekanan darah, gula darah, serum lipid dan konsentrasi insulin yang diukur sebelum dan sesudah penelitian. Setelah tindakan, kadar
5
low density lipoprotein pada penderita Diabetes Melitus yang mengonsumsi nasi merah pecah kulit berkurang sekitar 14% daripada yang mengonsumsi nasi putih (6%). Tekanan darah diastolik pun juga berkurang pada penderita yang mengonsumsi nasi merah. Clair (2011) menjelaskan bahwa gula darah puasa adalah pengukuran nilai gula darah yang dilakukan dengan puasa lebih dulu. Mahendra (2010:51) juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan gula darah puasa adalah kadar gula darah setelah puasa semalaman (>10 jam). Kadar glukosa darah yang tinggi menunjukkan bahwa produksi insulin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Menurut Sahrial (2013) menjelaskan bahwa tes gula darah puasa adalah tes untuk mengukur kadar glukosa darah seseorang setelah orang tersebut tidak makan 8-12 jam. Kadar gula darah normal pada saat seseorang puasa adalah 70-100 miligram perdesiliter (mg/dL). Turana (2013) menjelaskan bahwa ketika mengkonsumsi makanan manis secara berlebih, maka metabolisme akan bekerja lebih banyak. Glukosa yang diterima secara berlebih dapat meningkatkan asupan insulin dan pengeluaran energi menurun sehingga menyebabkan obesitas dan dapat memacu kepada diabetes. Darmasusila (2013) menyatakan saat seseorang mengkonsumsi gula secara berlebih, maka kadar insulin dalam tubuh akan meningkat. Selain itu, mengkonsumsi gula secara berlebih juga dapat meningkatkan resistensi insulin sehingga kemampuan tubuh untuk menurunkan kadar gula darah pun terganggu. Syaifudin (2009:301) mengatakan bahwa setelah makan, tubuh akan menstimulasi sel beta untuk memproduksi insulin. Insulin yang diproduksi oleh sel beta membuat gula darah berdifusi ke dalam sel dan akan dipakai sebagai energi dan mengubah gula darah menjadi glikogen di dalam hati atau menjadi lemak di jaringan adiposa. Jika kadar gula darah dalam tubuh menurun, maka produksi insulin juga akan menurun. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true eksperimental dengan rancangan control-group pretest-postest design. Desain ini digunakan untuk membandingkan hasil intervensi pada suatu kelompok yang diukur sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat glukometer merek Accu Check, nasi merah pecah kulit 150 gram, serta dilengkapi dengan lembar catatan harian responden. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi keturunan Diabetes Melitus. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 orang yang dipilih secara purposive sampling. Perhitungan dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 16 dengan prosedur Paired-Samples t-test.
6
HASIL DAN ANALISIS Untuk menjawab identifikasi masalah nomor satu yaitu: “Berapa nilai gula darah puasa sebelum pemberian nasi merah pecah kulit pada mahasiswi di UNAI Bandung?”, maka nilai gula darah puasa diukur dengan alat glukometer dengan merek Accu Check dicatat dan kemudian dihitung rata-rata nilai FBS dari masing-masing kelompok. Didapati bahwa nilai gula darah puasa pada kelompok eksperimen adalah 89 mg/dL sementara nilai gula darah puasa pada kelompok kontrol adalah 78,2 mg/dL. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata gula darah puasa peserta kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam kategori normal. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain olahraga dan juga perilaku diit. Seseorang yang mempunyai garis keturunan Diabetes Melitus dari orang tua (ayah atau ibu) memiliki risiko tinggi mendapat penyakit yang sama. Tetapi dalam penelitian ini kadar gula darah puasa peserta sebelum pemberian nasi merah pecah kulit adalah normal. Hal ini dapat disebabkan karena pola makan yang teratur di Asrama Universitas Advent Indonesia. Di samping itu peserta juga rata-rata berusia 20-21 tahun, dimana Diabetes Melitus Tipe Dua akan muncul setelah usia 30 tahun ke atas. Untuk mejawab identifikasi masalah nomor dua yaitu:” Berapa nilai gula darah puasa sesudah pemberian nasi merah pecah kulit pada mahasiswi di UNAI?”, maka nilai gula darah puasa diukur dengan alat glukometer dengan merek Accu check dicatat dan kemudian dihitung rata-rata nilai gula darh puasa dari masing-masinng kelompok. Hasil nilai gula darah puasa sesudah pemberian nasi merah adalah 80,7 mg/dL dan hasil nilai gula darah puasa kelompok kontrol 82,7 mg/dL. Nilai gula darah puasa peserta adalah normal. Dari analisis data dapat dilihat bahwa nilai rata-rata gula darah puasa peserta kelompok eksperimen adalah 89 mg/dL (normal) dan nilai rata-rata gula darah puasa kelompok kontrol adalah 78,2 mg/dL (normal) dan nilai rata-rata gula darah puasa sesudah pemberian nasi merah adalah 80,7 mg/dL dan nilai rata rata sesudah pemberian nasi putih adalah 82,7 mg/dL sehingga disimpulkan bahwa nasi merah mampu menurunkan kadar gula darah puasa sebesar 8,3 mg/dL. Hal tersebut dikarenakan kandungan nasi merah memiliki kadar serat larut (β glukan) yang cukup tinggi, sehingga dapat mengontrol kadar glikemik seseorang. Kadar serat yang tinggi di dalam makanan akan memperlampat respon insulin, yang juga akan menyebabkan lambatnya pemecahan karbohidrat sehingga tidak akan terjadi kenaikan kadar gula darah secara berlebih. Menurut Selby (2005:75) menjelaskan bahwa nasi merah mampu mengurangi penyerapan karbohidrat yang akan diubah menjadi glukosa dalam darah. Hal itu menunjukkan bahwa nasi merah bermanfaat untuk menstabilkan kadar gula dalam darah dan dapat membantu mengatasi penyakit Diabetes Melitus. Untuk mejawab identifikasi masalah nomor tiga “Adakah perbedaan nilai gula darah
7
puasa sebelum dan sesudah pemberian nasi merah pecah kulit terhadap nilai gula darah puasa pada mahasiswi di asrama Putri Universitas Advent Indonesia?”, maka untuk menguji hipotesa digunakan rumus t-test dengan rumus menurut Sugiyono(2008:122) yang ditampilkan dalam bentuk SPSS. Paired Samples Statistics Paired Samples Statistics Mean
N
Pair 1 pre_eksperim 89.000 en 0 post_eksperi men
Std. Std. Error Deviation Mean
80.700 0
10 13.79211
4.36145
10 10.59402
3.35012
Paired Samples Correlations Correlatio n
N Pair 1 pre_eksperimen post_eksperimen
&
10
.913
Sig. .000
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair pre_eksp 1 erimen 8.30000 post_eks perimen
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
5.98238 1.89180 4.02046
Upper
t
12.5795 4.387 4
Sig. (2tailed)
df
9
.002
8
Berdasarkan hasil olah data di atas, diketahui bahwa hasil thitung untuk nilai gula darah puasa kelompok eksperimen adalah 4,39 dan ttabel 2.26. Menurut Sudjana (2005:242) pada kriteria pengujian dua pihak, bila thitung < ttabel maka Ho diterima dan thitung adalah harga harga mutlak, jadi tidak dilihat (+) atau (-) dengan demikian 4,39 > 2.26, maka thitung > ttabel. Berarti nilai Ho ditolak dan Ha diterima dengan signifikansi pada taraf kepercayaan 95%. Nilai α = 0.05 dan dk=10-1=9. Analisis diatas menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai gula darah puasa sebelum dan sesudah pemberian nasi merah pecah kulit. Nasi merah pecah kulit yang diberikan sebanyak 150 gram selama tujuh hari mampu mengontrol dan menurunkan gula darah puasa. Bowden (2007:76) menjelaskan bahwa nasi merah memiliki beban glikemik yang rendah, yang berarti memiliki pengaruh yang sederhana terhadap kadar gula darah. β glukan yang terkandung pada nasi merah pecah kulit bermanfaat karena membantu dalam menstabilkan gula darah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah: Sebelum pemberian nasi merah pecah kulit, mahasiswi putri keturunan Diabetes Melitus di UNAI memiliki kadar gula darah yang normal dengan rata-rata 89 mg/dL pada kelompok eksperimen dan 78,2 mg/dL pada kelompok kontrol. Sesudah pemberian nasi merah pecah kulit, mahasiswi putri keturunan Diabetes Melitus di UNAI mengalami penurunan kadar gula darah dengan rata-rata 80,7 mg/dL dan 82,7 mg/dL pada kelompok kontrol. Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian nasi merah pecah kulit terhadap kadar gula darah puasa pada mahasiswi di Asrama Putri UNAI Bandung. Setelah mengadakan penelitian dan menarik kesimpulan, maka penulis ingin memberikan saran yang berguna bagi Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan bidang penelitian. Kepada Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan agar hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukkan untuk promosi kesehatan tentang manfaat pemberian nasi merah pecah kulit bagi sivitas akademika UNAI dalam mengontrol kadar gula darah. Agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk mengembangkan data penelitian mengenai pengaruh pemberian nasi merah pecah kulit terhadap kadar gula darah puasa pada masyarakat Diabetes Melitus. DAFTAR PUSTAKA Agatston. 2007. South beach diet. Jakarta: Gramedia. Airey, R. 2005. 50 Rahasia alami meringankan gejala batuk-pilek. Jakarta: Erlangga. Almatsier, S. 2006. Penuntun diet. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
9
Ambarini & Efendi. 2008. Menu sehari-hari untuk sebulan golongan darah AB. Jakarta: Gramedia. Babu, P., Subhasree, R., Bhakyaraj R. dan Vidhyalalshmi, R. 2009. American-Eurasian Journal of Agronomy. Brown rice-beyond the color reviving a lost health food - a review, 2 (2): 67-72, 2009. Darmasusila, I. 2013. Ini bahaya konsumsi makanan manis berlebihan bagi perkembangan anak. [Online] Available: http://poliklinik.petra.ac.id/index.php?r=artikel/lihat&id=dCfICind 13e4JpCIaRq3HizLORniqt1K8dGPNNIHTUU%3D [4 Oktober 2013]. Almatsier, S. 2006. Penuntun diet. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Ambarini & Efendi. 2008. Menu sehari-hari untuk sebulan golongan darah AB. Jakarta: Gramedia. Babu, P., Subhasree, R., Bhakyaraj R. dan Vidhyalalshmi, R. 2009. AmericanEurasian Journal of Agronomy. Brown rice-beyond the color reviving a lost health food - a review, 2 (2): 67-72, 2009. Darmasusila, I. 2013. Ini bahaya konsumsi makanan manis berlebihan bagi perkembangan anak. [Online] Available: http://poliklinik.petra.ac.id/index.php?r=artikel/lihat&id=dCfICind 13e4JpCIaRq3HizLORniqt1K8dGPNNIHTUU%3D [4 Oktober 2013]. Gropper. 2013. Advanced nutrition and human metabolism. 6th ed. USA: Belmont. Henrilson. 2009. Pemeriksaan gula darah. [Online] Available: http://ndiel2.wordpress.com/2011/05/30/pemeriksaan-gula-darah/ [15 September 2013]. Hsu, T., Kise, M. & Wang, M. 2008. Effects of Pre-germinated Brown Rice on Blood Glucose and Lipid Levels in Free-Living Patients with Impaired Fasting Glucoe or Type 2 Diabetes, 54:163-168. Hu, E., Pan, A. & Malik, P. 2012. White Rice Comsumption and Risk of Type 2 Diabetes: Meta-analysis and Systematic Review, 344:1-9, March 15.