PENGHARUH PEM BERIAN EKSTRAK JAHE MERAH (ZINGIBER OFFICINALE ROSC) TERHADAP KADAR URIC ACID PENDERITA HIPERURISEMIA DI RT 03 RW 09 DESA KARYAWANGI KECAMATAN PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT Enjel Aprilia Senge Fakultas Keperawatan Universitas Advent Indonesia Abstract This research is motivated by research Mudrikah (2006) which proved that red ginger extract can reduce levels of uric acid in rats. The purpose of this study was to determine the effect of red ginger extract on levels of uric acid in adult male patients with hyperuricemia. The method used in this study is a true experiment with methods research design using a pretest-posttest design. The population used in this study were adult males aged over 30 years who suffer from hyperuricemia. The sample in the study amounted to 12 people who were divided into two groups and were selected by purposive sampling. The instrument used is a measure of uric acid and easy touch GCU documentation sheet to record the levels of uric acid respondent. The results showed that the levels of uric acid in men with hyperuricemia before red ginger extract are in the category of hyperuricemia. After being given a red ginger extract at a dose of 18.5 mg / kg for 14 days , the average value uruc acid levels decreased to normal experimental group while the control group remained in the category of hyperuricemia . There was a significant effect of red ginger extract on levels of uric acid in men with hyperuricemia in the experimental group. Suggestions for Rural Cadres Karyawangi expected to be input to provide health education about the benefits of red ginger extract to lower the levels of uric acid . For the field study is expected to be used as a baseline in developing research on the effect of red ginger extract on levels of uric acid gout arthritis sufferers. Keywords : gout, hyperuricemia , red ginger Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penelitian Mudrikah (2006) yang membuktikan bahwa ekstrak jahe merah dapat menurunkan kadar uric acid pada tikus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar uric acid pada pria dewasa penderita hiperurisemia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode true experiment dengan rancangan penelitian menggunakan pretest-postest design. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pria dewasa berusia diatas 30 tahun yang menderita hiperurisemia. Sampel pada penelitian berjumlah 12 orang yang dibagi menjadi dua kelompok dan dipilih secara purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah alat ukur uric acid easy touch GCU dan lembar dokumentasi untuk mencatat kadar uric acid responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar uric acid pria penderita hiperurisemia sebelum pemberian ekstrak jahe merah berada dalam kategori hiperurisemia. Setelah 1
2 diberi ekstrak jahe merah dengan dosis 18,5 mg/kg BB selama 14 hari, nilai rata- rata kadar uruc acid kelompok eksperimen turun menjadi normal sementara kelompok kontrol tetap berada pada kategori hiperurisemia. Ada pengaruh yang signifikan dari pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar uric acid pria penderita hiperurisemia pada kelompok eksperimen. Saran untuk Kader Desa Karyawangi diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memberikan penyuluhan kesehatan mengenai manfaat pemberian ekstrak jahe merah untuk menurunkan kadar uric acid. Untuk bidang penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar dalam mengembangkan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar uric acid penderita gout arthritis. Kata kunci: asam urat, hiperurisemia, jahe merah Latar Belakang Hiperurisemia adalah suatu keadaan dengan peningkatan konsentrasi asam urat dalam darah. Batasan hiperurisemia pada laki- laki dan perempuan tidak sama. Laki- laki menderita hiperurisemia bila kadar asam urat serum lebih dari 7mg/dl. Sementara pada perempuan terjadi jika kadar asam urat serum diatas 6, 0 mg/dl (Putra, 2009). Besarnya angka kejadian hiperusemia pada masyarakat Indonesia belum ada data yang pasti. Prevalensi hiperurisemia pada penduduk di Jawa Tengah adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7% pada perempuan (Christie dkk, 2011). Sementara penelitian yang dilakukan oleh indrawan (2005) pada penduduk kota Denpasar Bali mendapatkan prevalensi hiperurisemia sebesar 18, 2 %. Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan 80% penduduk dunia masih menggunakan pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman yaitu tanaman obat yang sudah lama dikenal yaitu jahe merah (Gholib, 2011). Kandungan-kandungan kimia yang ada dalam jahe merah (zingiber officinale Rosc.) bermanfaat untuk kesehatan tubuh, yang berfungsi sebagai obat untuk asma, batuk, sakit perut, masuk angin, mual, muntah, dapat menambah nafsu makan dan meningkatkan stamina, serta membantu menetralisir tumpukan sisa asam urat (Wijayakusuma, 2006). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Mudrikah pada tahun 2006 di Institut Pertanian Bogor, pada tikus selama tujuh hari dengan memberikan ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) yang dosisnya sebesar 115,58 mg/kg BB mampu menurunkan konsentrasi asam urat serum tikus sebesar 45,51%. Bila dilihat dari persentasenya, maka jahe merah memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar asam urat. Penelitian yang dilakukan oleh Saputri (2011) mengenai ekstrak etanol jahe merah (zingiber officinale Rosc.) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus jantan putih selama 14 hari, disimpulkan bahwa jahe merah dapat menurunkan kadar asam urat dengan mencari dosis yang tepat pada penderita hiperurisemia. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat adakah pengaruh pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar uric acid penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Tujuan khusus dari penelitian ini, adalah:
3 1. Mengukur kadar uric acid penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi sebelum pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc). 2. Mengukur kadar uric acid penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi setelah pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc). 3. Menganalisa pengaruh sebelum dan sesudah pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar uric acid penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Kader Desa Karyawangi, sebagai bahan penyuluhan tentang pengaruh pemberian ekstrak jahe merah terhadap asam urat. 2. Bidang penelitian, sebagai bahan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Tinjauan Pustaka Jahe merah (zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman obat yang dalam termasuk kelompok tanaman temu- temuan atau tumbuhan rumpun berbatang semu atau berimpang. Menurut Damayanti (2013: 53) jahe merah (zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe terutama sebagai bahan minuman, bumbu masak dan obat- obatan tradisional. Penyebaran tanaman jahe merah (zingiber officinale Rosc.) kini sampai di wilayah tropis dan subtropis, contohnya Indonesia. Di Indonesia sendiri, nama lain jahe merah (zingiber officinale Rosc.) adalah jahe sunti (Matondang, 2010). Tetapi banyak nama lain dari jahe merah (zingiber officinale Rosc.) dari berbagai daerah di Indonesia seperti: Halia, jae, alia, laiae, alia dan lahia (Matondang, 2010). Jahe merah (zingiber officinale Rosc.) memiliki jenis akar serabut, berwarna putih kotor. Rimpangnya lebih kecil, bercabang- cabang, tebal dan agak melebar (tidak silindris), berwarna kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat agak kasar, berwarna merah sampai jingga muda. Aromanya tajam dan rasanya sangat pedas (Sudewo, 2004 dalam Rahayu, 2010). Panjang akar 17,03-24,06 cm, diameter akar 5,36-5,46 mm, panjang rimpang 12,33-12,60 cm, tinggi rimpang 5,86-7,03 cm, berat rimpang 0,29-1,17 kg (Santoso, 2007: 17). Batang jahe merah (zingiber officinale Rosc.) berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun, serta memiliki bulu-bulu lembut (Haryoto, 2007: 8). Jahe merah (zingiber officinale Rosc.) berdaun tunggal, berselang-seling teratur, warna daun lebih hijau, permukaan daun atas berwarna hijau muda, jika dibanding dengan bagian bawah. Bentuk daun bulat panjang dan tidak lebar. Helai daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul (Sudewo, 2004 dalam Rahayu, 2010). Bunga Jahe merah (zingiber officinale Rosc.) adalah bunga majemuk berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya lebih ± 25 cm, berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk tabung, bergigi tiga. Tanaman ini mempunyai buah yang berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna coklat dengan biji berwarna hitam (Ravindran dan Babu, 2005).
4 Ekstrak Jahe merah mengandung 3- 7 % golongan senyawa fenol seperti flovanoid dan alkaloid. Flovanoid bekerja sama seperti alopurinol sebagai penghambat enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat akan terhambat (Hayati, 2004). Alkaloid dalam ekstrak jahe merah mampu menghambat sintesis dan pelepasan leukotrin sehingga mengurangi rasa nyeri. Penelitian in vitro jahe merah (zingiber officinale Rosc) yang mengandung gingerol merupakan komponen kimia yang memiliki khasiat analgesik, antipiretik dan antiinflamasi yang dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dengan cara menghambat aktivitas siklooksigenase dan lipooksigenase dalam asam arakidonat sehingga menyebabkan penurunan prostaglandin dan leukotrin yang merupakan dua buah mediator inflamasi (Mudrikah, 2006). Hiperurisemia adalah suatu keadaan yang menunjukkan kadar asam urat dalam darah meningkat dan mengalami kejenuhan (Mudrikah, 2006). Menurut penelitian Saputri (2011) hiperurisemia adalah suatu keadaan saat terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah. Klasifikasi hiperurisemia berdasarkan penyebabnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Hiperurisemia primer. Dapat disebabkan oleh produksi yang berlebih karena kelainan metabolisme purin. Asupan purin dari makanan yang berlebihan menjadi penyebab meningkatnya kadar asam urat. sekresi yang berkurang karena ekskresi asam urat yang abnormal (Saputri, 2011). Berdasarkan data ditemukan bahwa 99 % kasus hiperurisemia primer, karena penurunan sekresi 80-90 % dan karena produksi yang berlebih 10-20 %. 2. Hiperurisemia sekunder. Terjadi karena proses penyakit seperti kanker dan penggunaan obat- obatan tertentu (Saputri, 2011). Aspirin, memiliki dua mekanisme kerja pada asam urat yaitu dosis rendah sebagai penghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat (Doherty 2009). Kanker limfoma dan kanker darah adalah dua jenis kanker yang bisa menjadi penyebab pada naiknya kadar asam urat dalam tubuh, di mana adanya peningkatan proses penghancuran DNA yang meningkatkan kadar asam urat (Sutanto, 2013:20). 3. Hiperurisemia idiopatik. Hiperurisemia idiopatik adalah hiperurisemia yang belum diketahui penyebabnya. Sekitar 20 % penderita hiperurisemia idiopatik berhubungan dengan genetik (Saputri, 2011). Faktor lain seperti genetik yang juga dapat menyebabkan asam urat berlebih adalah kerena kelaianan enzim spesifik 1% yaitu karena peningkatan aktifitas enzim Phosphoribosyle Pyrophosphate (PRPP), dan kekurangan sebagian dari enzim HGPRT (Putra, 2009). Menurut Christie dkk (2011) dan Sutanto (2013) tanda dan Gejala klinik hiperurisemia dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu: 1. Stadium I (asimtomatik).Tidak ada gejala yang jelas, nyeri tidak terasa. Pada pemeriksaan darah kadar asam urat tinggi (Christie dkk, 2011). 2. Stadium II (akut). Pada tahap ini, kondisi hiperurisemia atau kondisi kadar asam urat yang tinggi menyebabkan penumpukan kristal asam urat di persendian. Pada tahap akut ini, serangan muncul secara mendadak. Biasanya penderita akan terbangun pada malam hari karena rasa sakit akibat meradangnya sendi yang terserang. Lokasi yang sering menjadi tempat serangan pertama adalah sendi pangkal jempol kaki. Rasa sakit di sendi cenderung akan mereda dalam hitungan hari (3- 10 hari) meskipun tidak diobati (Sutanto, 2013: 33).
5 3. Stadium III (Interkritikal). Tahap interkritikal bisa berlangsung dari 6 bulan hingga 2 tahun setelah serangan pertama terjadi (Sutanto, 2013: 34). Pengendalian kadar asam urat dalam tubuh mutlak diperlukan karena semakin tinggi kadar asam urat dalam tubuh yang menetap lama, semakin besar potensi serangan berikutnya terjadi lebih cepat (Sutanto, 2013: 35). 4. Stadum IV (Kronik/ tofus). Pada stadium ini penderita terus menderita artritis yang kronis dan tophi sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga. Akhirnya sendisendi dapat rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi. Akan terjadi pembengkakan pada sendi yang terserang dan membentuk seperti benjolan. Benjolan tersebut disebut tofus, yaitu banyaknya massa kristal urat yang tertimbun dalam jaringan lunak dan persendian yang disebut Kristal MSU (monosodium urat monohidrat). Tofus paling sering berkembang di siku, lutut, jari kaki, dan tendon Achilles (Sutanto, 2013: 35- 36). Metodologi Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode true eksperiment dengan pretest-posttest design. Penelitian true eksperiment adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2010). Dalam pretest-posttest design terdapat dua kelompok yang masing- masing dipilih secara purposive sampling. Intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini ialah pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc) selama 14 hari, tetapi pada kelompok kontrol intervensi tidak diberikan. Perubahan yang dilihat adalah pengaruh pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar uric acid pria penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Prinsip etika yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti meminta izin secara tertulis kepada Dekan Fakultas Keperawatan untuk meminta izin kepada subjek yang akan dilakukan penelitian. Dalam surat tersebut dijelaskan mengenai tujuan, kegunaan penelitian, serta perlindungan terhadap kerahasiaan subjek penelitian. Setelah izin berlaku lalu data dikumpulkan. 2. Sebelum melakukan penelitian peneliti juga meminta izin kepada aparat desa setempat (RT 03 RW 09). 3. Sebelum data dikumpulkan, peneliti terlebih dahulu memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan serta prosedur penelitian. 4. Subjek bersedia secara sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. 5. Subjek bersedia menandatangani informed consent. 6. Kerahasiaan hasil penelitian responden wajib dijamin peneliti. Langkah-langkah prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebgai berikut: 1. Meminta ijin dari aparat setempat (RT 03 RW 09) serta subjek 2. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan pemilihan partisipan yang memenuhi kriteria sebanyak 12 orang. 3. Penulis membuat janji kepada responden tersebut 4. Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada partisipan, yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) terhadap kadar
6
5. i.
ii.
iii.
6. 7. 8.
uric acid penderita hiperurisemia di RT 03 RW 09 Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat. Menjelaskan mengenai prosedur penelitian yang akan dilakukan: Pengukuran kadar uric acid akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) dan sesudah 14 hari pemberian ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.). Prosedur pengukuran kadar uric acid. Pengukuran kadar uric acid akan menggunakan alat tes darah easy touch GCU. Pertama-tama peneliti akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan, yang diawali dengan pengambilan darah yang dilakukan salah satu jari partisipan, awalnya dengan membersihkan jari dengan alcohol swab, dibiarkan kering sendiri, setelah itu peneliti menusukkan lanchet pada jari partisipan tersebut. Lalu darah yang sudah keluar dari jari partisipan segera dimasukkan pada strip uric acid yang telah dimasukkan kedalam easy touch GCU. Setelah itu dengan menggunakan alcohol swab luka bekas pengambilan darah ditekan kurang lebih selama 1 menit untuk menghentikan perdarahan. Setelah pengambilan sampel darah kurang lebih 20 detik, hasil dari kadar asam urat akan muncul pada layar alat tersebut. Prosedur pengolahan ekstra jahe merah (zingiber officinale Rosc.). pertama-tama peneliti mencuci tangan dengan sabun, kemudian jahe merah (zingiber officinale Rosc.). untuk menghilangkan kotoran pada kulit jahe merah (zingiber officinale Rosc.), jahe merah (zingiber officinale Rosc.) tersebut dicuci dengan air yang mengalir. Lalu jahe merah (zingiber officinale Rosc.) diiris tipis, kemudian dikeringkan dengan oven selama 30- 36 jam pada suhu 40-60 hingga diperoleh jahe merah kering. Jahe merah kering lalu digiling sehingga diperoleh serbuk jahe kering. Serbuk jahe merah (zingiber officinale Rosc.) yang kering ini diekstrak dalam kantong ekstraksi kemudian masukan dalam panci dengan perbandingan air 1: 4 lalu panaskan di atas kompor sehingga mencapai suhu 100 . Hitung satu jam dari air mendidih lalu tuang ke waterbath. Setelah larutan ekstrak menjadi kental dalam waterbath, larutan ekstrak dipekatkan dengan evaporator. Setelah kering ekstrak diblender sampai halus, hingga diperoleh ekstrak yang berupa bubuk jahe merah (zingiber officinale Rosc.). Selanjutnya, peneliti menambahkan air matang sampai volume ekstrak menjadi 200 ml tanpa campuran bahan lain apapun pada gelas ukur. Dibuat dengan steril dan diberi selama 14 hari. Meminta persetujuan untuk menjadi partisipan. Jika setuju, maka peneliti meminta partisipan untuk menandatangani informed consent. Partisipan penelitian akan diberikan ekstrak jahe merah (zingiber officinale Rosc.) dengan dosis 18, 5 mg/ kg BB. satu kali sehari selama 14 hari. Setelah 14 hari dilakukan intervensi pemberian ekstrak air jahe merah (zingiber officinale Rosc.), akan dikukur kembali kadar uric acid untuk dijadikan data post-test prosedur pengukuran kadar uric acid yang dilakukan sama dengan prosedur 4. ii.
Penelitian dimulai pada tanggal 14-28 Febuari 2014. Dalam proses pengumpulan data responden diseleksi dengan mengukur kadar uric acid menggunakan alat tes darah easy touch GCU setelah itu peneliti memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Ros) terhadap kadar uric acid pria penderita hiperurisemia.
7 Untuk menjawab masalah pertama dan masalah kedua dengan mencari nilai ratarata kemudian klasifikasikan. Untuk menjawab masalah ketiga maka dilakukan uji hipotesa menggunakan t-hitung.
Hasil dan Analis Kadar Uric Acid Responden Sebelum Pemberian Ekstrak Jahe Merah N
1 2 3 4 5 6 Total Ratarata
Kelompok Eksperimen
Kelompok kontrol
X1 9, 0 11,2 8, 5 7, 9 9, 0 8, 6 54, 2
Y1 8, 3 9, 9 8, 0 12, 8 8, 9 9, 5 57, 4
=
=
=
= 9, 03
=
= 9, 56
Menunjukkan hasil pemeriksaan kadar uric acid sebelum pemberian ekstrak jahe merah pada kelompok eksperimen adalah 9, 03 mg/dl kategori hiperurisemia dan kadar uric acid pada kelompok kontrol adalah 9, 56 mg/dl juga termasuk kategori hiperurisemia. Kadar Uric Acid Responden Setelah Pemberian Ekstrak Jahe Merah N
1 2 3 4 5 6 Total Ratarata
Kelompok Eksperimen
Kelompok kontrol
X2 5, 4 6, 2 6, 0 6, 0 5, 1 5, 1 33, 8
Y2 8, 2 9, 6 9, 2 12, 4 9, 0 9, 7 58, 1
=
=
=
= 5, 63
=
= 9, 68
Menunjukkan hasil rata- rata pemeriksaan kadar uric acid setelah pemberian ekstrak jahe merah pada kelompok eksperimen selama empat belas hari adalah 5, 63 mg/dl masuk dalam kategori normal. Sementara kadar uric acid pada kelompok kontrol
8 adalah 9, 68 mg/dl setelah pemberian ekstrak jahe merah selama empat belas hari tetap dalam kategori hiperurisemia. Hasil Pengolahan Data Uji Hipotesa N
Kelompok Eksperimen X1
X2
D
1
9, 0
5, 4
3, 6
0, 2
2
11, 2
6, 2
5
3
8, 5
6, 0
4
7, 9
5
Kelompok Kontrol Y2
Y2
D
D-
0, 04
8,3
8,2
0,1
0, 21
0, 044
1, 6
2, 56
9,9
9,6
0, 3
0, 41
0, 168
2, 5
-0, 9
0, 81
8,0
9,2
-1,2
-1, 09
0, 188
6, 0
1, 9
-1, 5
2, 25
12,8
12,4
-0,4
0, 51
0, 260
9, 0
5, 1
3, 9
0, 5
0, 25
8,9
9,0
-0,1
0, 01
0, 0001
6
8, 6
5, 1
3, 5
0, 1
0, 01
9,5
9,7
-0,2
-0, 09
0, 0081
Tota
54, 2
33, 8
20,4
0
5, 92
57,4
58,1
-0,7
-0, 04
1, 6682
D-
l
=
=
SD
=
=
=
=
=
= =
= =
=
= = Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh nilai t-hitung kelompok eksperimen sebagai berikut:
Jadi, thitung = 7, 64 Berdasarkan tabel diatas maka diperoleh nilai t-hitung kelompok kontrol sebagai berikut:
Jadi , thitung = -0,46
9 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Kadar uric acid pria penderita hiperurisemia sebelum mengkonsumsi ekstrak jahe merah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol termasuk dalam kategori hiperurisemia. 2. Kadar uric acid pria penderita hiperurisemia setelah mengkonsumsi ekstrak jahe merah kelompok eksperimen termasuk dalam kategori normal. Sementara kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi termasuk dalam kategori hiperurisemia. 3. Ada perbedaan yang signifikan dari pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar uric acid pria penderita hiperurisemia pada kelompok eksperimen sementara tidak ada perbedaan yang signifikan tanpa diberikan intervensi terhadap kadar uric acid pria penderita hiperurisemia pada kelompok kontrol. Saran 1. Kader Desa Karyawangi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang manfaat mengkonsumsi ekstrak jahe merah terhadap asam urat. Sehingga dapat diterapkan oleh penderita hiperurisemia di Desa Karyawangi sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan kadar asam urat. 2. Bidang Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk mengembangkan penelitian berikutnya mengenai pengaruh pemberian ekstrak jahe merah terhadap kadar uric acid penderita gout arthritis.
Daftar Pustaka 1. Christie, Pratiwi dan Padmasari. 2011. Gout dan Hiperurisemia [Makalah]. Universitas Gadjah Mada, Fakultas Farmasi [Online]. Available: xa.yimg.com/kq/groups/40920657/1093964501/name/GOUT. 2. Damayanti, D. 2013: 53 Pintar Meracik Sendiri Ramuan Herbal Untuk Penyakit Asam Urat, Kolesterol, Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Araska. 3. Hayati. 2004. Potensi Ekstrak Jahe Merah (zingiber officinale Rosc.) dan Campurannya Dengan Herba Suruhan (Peperomia pellucida [L] ) Sebagai Antihiperurisemia Pada Tikus [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 4. Indrawan. 2005. Peran Gizi Dalam Penatalaksanaan Hiperurisemia. [Online]. Available: http://www.academia.edu/5219493/Peran_gizi_dalam_penatalaksanaan_hiperurisemi a_dan_pirai. [2011]. 5. Matondang. 2010. Khasiat Jahe Merah. [Online]. Available: . [2010]. 6. Mudrikah. 2006. Potensi Ekstrak Jahe Merah (zingiber officinale Rosc.) dan Campurannya Dengan Herba Suruhan (Peperomia pellucida [L] ) Sebagai Antihiperurisemia Pada Tikus [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
10 7. Putra. 2009. Definisi, Prevalensi, Klasifikasi Etiologi Gout dan Hiperurisemia. [Online]. Available: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31060/4/Chapter%20II.pdf. [2013]. 8. Ravindran & Babu. 2005. Buah Jahe Merah. [Online]. Available: respiratory.ipb.ac.id/bitsream/handle/123456789/59269/G10hhp.pdf 9. Santoso. 2007. Jahe Gajah. [Online]. Available: books.google.com/books?isbn=979497238X. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 10. Saputri. 2011. Pengaruh Pemberian Kombinasi Ektstrak Air Akar Tanaman Akar Kucing (Acalypha indica Linn.) Dengan Ekstrak Etanol 70% Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) Terhadap Penurunan Kadar Asam urat Tikus Putih Jantan [Skripsi]. Depok: Program Studi Farmasi. 11. Sudewo. 2004. Khasiat Jahe Merah. [Online]. Available: jamu.biologi.ub.ac.id/?page_id=819. [2010]. 12. Sugiyono. 2010. Desain Penelitian Pra Eksperimen. [Online]. Available: http://samoke2012.wordpress.com/2012/09/28/desain-penelitian-pra-eksperimen/ [28 September 2012]. 13. Sutanto. 2013. Asam Urat Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Penerbit Buku Pintar.