Weekly Review – Market Intelligence Analysis Group Trading Sector &Review Market Intelligence & Analysis Group Ringkasan
Dwi Mingguan – Last Update: 17 Oktober 2013
Ringkasan Hennes & Mauritz (H&M), peritel pakaian jadi asal Swedia, membuka gerai pertama di Indonesia dan segera membuka dua gerai lagi di Jakarta. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan tarif service charge pusat perbelanjaan akan mengalami kenaikan hingga 20% pada Januari 2014 menyusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Omzet ritel nasional diperkirakan berkisar Rp 118-125 triliun hingga kuartal III-2013, tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu yang didorong oleh kenaikan harga produk-produk ritel. Populasi yang belum begitu besar dengan daya beli terbatas membuat pertumbuhan ritel di kawasan Depok dan Bogor lambat. Hero Supermarket Tbk. (HERO) memprioritaskan pembangunan gerai mandiri (stand-alone), karena pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan gerai yang dibuka di mal atau pusat perbelanjaan. PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) melalui unit usahanya Matahari Food Division (MFD) yang mengelola Hypermart, Foodmart, dan Boston Health & Beauty, meresmikan gerai Hypermart ke-91 di Bangka Tengah. Pengembang ISPI Group melakukan pemancangan tiang perdana (ground breaking) Giant Express dan meluncurkan Greenery Shopping Avenue di kawasan terpadu Columbus Park, Bekasi. Tingkat hunian sektor ritel sewa di Jabodetabek pada tahun ini terus menunjukkan penurunan. Kendati Namun demikian, pasar ritel sewa dinilai tetap prospektif dalam beberapa tahun ke depan. PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) melakukan ekspansi dengan membuka Giant Supermarket ke-113 di Condong Catur, Yogyakarta dan merupakan gerai HERO keempat di Yogyakarta. Pasca implementasi Asean Economic Community (AEC) 2015, perusahaan dari negara-negara Asean diperkirakan semakin agresif masuk ke pasar Indonesia dengan menawarkan skema kemitraan berbentuk waralaba (franchise).
Dwi Mingguan Edisi VII – last Update : 17 Oktober 2013
Page 1
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Industri Retail H&M Buka 3 Gerai Di Jakarta Hennes & Mauritz (H&M), peritel pakaian jadi asal Swedia, membuka gerai pertama di Indonesia dan segera membuka dua gerai lagi di Jakarta. Karina Soegarda, Public Relation Manager H&M Indonesia mengatakan pada gerai pertama ini, H&M akan memperkenalkan koleksi Autumn 2013 dengan tema Drama With a Tomboy Spirit untuk koleksi perempuan dan contrasting shapes and new tailoring untuk koleksi laki-laki. Toko pertama ini menampilkan berbagai produk fesyen dan stylish looks untuk seluruh keluarga, termasuk high fashion baik untuk perempuan, laki-laki, anak muda, dan anak kecil. Harga yang dibanderol pun bervariasi mulai Rp59.000 untuk kaos, Rp179.000 model tunik, Rp249.000 blazer, Rp1,3 juta untuk koleksi Autumn 2013. Selain di Gandaria City, H&M juga akan menambah gerai baru di Pondok Indah Mall pada 9 Oktober 2013, dan Grand Indonesia pada kuartal I/2014. (Sumber: Bisnis Indonesia, 7 Oktober 2013). Service Charge Mal Akan Naik Lagi Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan tarif service charge pusat perbelanjaan akan mengalami kenaikan hingga 20% pada Januari 2014. Hal tersebut dilakukan menyusul kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pada Oktober ini dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP). Ketua Umum APPBI Handaka Santosa mengatakan kenaikan TDL ini akan berdampak langsung pada kenaikan tarif service charge. Komponen biaya listrik mencapai hingga 50% dari total biaya operasional. Kalau hanya dilihat dari kenaikan TDL, mungkin dampak kenaikan service charge mencapai 10%-15%. Tapi diperkirakan lebih, karena ada kenaikan upah juga. Seperti diketahui, total kenaikan TDL yang disebutkan mencapai 15%, telah mengalami kenaikan secara bertahap medio Januari, April, Juli, dan terakhir pada bulan ini. Meskipun begitu, berdasarkan hitungan dari APPBI, total kenaikan TDL mencapai hingga 27,5%. Secara lebih rinci, jelas Handaka, saat kenaikan TDL pada Januari, kenaikan tarif mencapai 10% dari tarif yang berlaku sebelumnya. Tarif kemudian kembali mengalami kenaikan pada April, yakni 5,11%, dan kembali naik 5,41% pada periode Juli. Kenaikan yang terjadi pada Oktober sebesar 4,62%, membuat total kenaikan TDL sepanjang 2013 mencapai 27,5%. Sementara itu, menurut Handaka, tarif sewa pusat perbelanjaan diperkirakan terus menanjak sepanjang 2014, karena pasokan yang ada semakin terbatas. TIDAK OTOMATIS - Senior Associate Director Retail Service dari Colliers International Indonesia Steve Sudijanto mengatakan kenaikan service charge memang umumnya tidak otomatis terjadi secara langsung, karena butuh tahap sosialisasi lebih dulu. Kenaikan pasti akan terjadi karena pengeluaran pemakaian energi tidak memperoleh subsidi dari pemerintah, sehingga akan dibebankan langsung kepada konsumen. Masing-masing pusat perbelanjaan akan memiliki kenaikan yang berbeda. Tidak bisa disamakan. Jika mempunyai area umum yang lebih besar, persentase kenaikan akan lebih tinggi. Berbeda dengan trade center yang area umumnya lebih sedikit. Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina APPBI Stefanus Ridwan menuturkan service charge sangat dipengaruhi oleh komponen listrik, sementara pemakaian bahan bakar minyak hanya sebagian kecil. Menurutnya, kenaikan TDL yang terjadi selama satu semester lalu telah membuat kenaikan service charge mencapai 28%, yang naik tiga kali secara bertahap. Dia mengatakan kenaikan service charge berpeluang terjadi mengikuti kenaikan upah minimum. Sementara itu, Stefanus menuturkan tarif sewa sudah ditetapkan sejak awal kontrakan tara pemilik dengan penyewa dalam jangka waktu tertentu, misalnya, 3 tahun. Selama masa kontrak biasanya tidak ada perubahan tarif sewa. (Sumber: Bisnis Indonesia, 7 Oktober 2013).
Dwi Mingguan Edisi VII – last Update : 17 Oktober 2013
Page 2
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Tumbuh 10%, Omzet Ritel Capai Rp 125 Triliun Omzet ritel nasional diperkirakan berkisar Rp 118-125 triliun hingga kuartal III-2013, tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu. Peningkatan tersebut didorong kenaikan harga produk-produk ritel. Hingga akhir kuartal III, omzet sudah sekitar 80-85% dari target penjualan tahun ini. Meski demikian, peningkatan itu lebih disebabkan kenaikan harga produk tanpa didukung kenaikan daya beli masyarakat. Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, mengatakan bahwa omzet ritel nasional diharapkan mencapai Rp 148 triliun, tumbuh 10% dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 135 triliun. Maraknya pembukaan gerai baru yang disertai kenaikan harga produk menjadi pendorong utama pertumbuhan omzet ritel tahun ini. Namun, lanjut Tutum, pertumbuhan tersebut tidak diikuti kenaikan daya beli masyarakat. Masyarakat membeli karena memang butuh. Jadi dari sisi kualitas sebenarnya industri ini tidak tumbuh. Tutum juga mengungkapkan, dari awal tahun, harga produk-produk ritel meningkat berkisar 10-15%. Peningkatan tersebut terpaksa dilakukan sebagai kompensasi melonjaknya beban operasional akibat kenaikan tariff bahan bakar minyak, upah minimum provinsi (UMP), tarif dasar listrik, dan tingginya inflasi. Kondisi tersebut, diakui Tutum, sangat menyulitkan bagi pelaku industry ritel nasional. Naiknya harga produk tidak lantas dimanfaatkan pengusaha ritel untuk meningkatkan margin. Kalau daya beli kuat, produsen bisa menaikkan harga disertai penambahan margin. Tetapi kalau daya beli melemah seperti sekarang, justru margin dipotong agar target Penjualan tetap bisa tercapai. Dia berharap, industri ritel nasional bisa mencapai pertumbuhan yang lebih baik tahun depan. Oleh karena itu, pihaknya berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk menciptakan iklim perekonomian dan politik yang kondusif sehingga bisa berdampak positif terhadap dunia usaha. Tutum mengharapakan bisa mencapai kestabilan pertumbuhan yang berkualitas dan hal itu bisa diraih jika daya beli masyarakat meningkat yang ditunjang pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. EKSPANSI GERAI - Di sisi lain, Tutum memastikan, pelaku industri ritel nasional akan terus menambah gerai-gerai baru hingga akhir tahun ini. Hal itu dilakukan sebagai upaya pengembangan bisnis yang dilakukan masing-masing peritel. Direktur Komunikasi Korporat Hypermart Danny Kojongian sebelumnya mengatakan, pihaknya akan membuka 20 gerai baru di Indonesia pada 2013. Pada Oktober ini, kata dia, Hypermart akan meresmikan gerai baru di Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Bogor (Jawa Barat), dan Yogyakarta. Ekspansi gerai baru itu diharapkan bisa membuat Hypermart meraih target penjualan sebesar Rp 13 triliun tahun ini. Hypermart merupakan salah satu bisnis inti PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) selain Foodmart dan Boston Health Center di bawah Matahari Food Division (MFD). Saat ini, MFD mengelola 89 gerai Hypermart, 28 Foodmart, dan 88 gerai Boston Health Center. Pada 2012, Hypermart mencetak pendapatan Rp 10,4 triliun, tumbuh 23,1% dibanding 2011. Hypermart menargetkan membuka 80 toko baru dalam lima tahun ke depan. Sementara itu, peritel asal Korea Selatan (Korsel), Lotte Mart, bakal membuka tiga gerai hipermarket dan tiga gerai wholesales. Keenam gerai tersebut akan melengkapi gerai Lotte Mart yang sudah mencapai 32 gerai di Indonesia. Senior Marketing Manager Lotte Mart Indonesia Muhammad Yudi Ng pernah mengatakan, pihaknya akan terus melakukan ekspansi dalam lima tahun ke depan. Setidaknya, Lotte Mart akan menambah 68 gerai baru hingga 2018. Langkah itu, kata dia, sejalan dengan strategi bisnis induk perusahaan di Korsel yang menargetkan dapat membuka 1.000 gerai di Asia hingga 2018. Dengan begitu, Lotte Mart dapat menjadi peritel terbesar di Asia. (Sumber: Investor Daily, Selasa 8 Oktober 2013). Pertumbuhan Mal Di Bogor Lambat Populasi yang belum begitu besar dengan daya beli terbatas membuat pertumbuhan ritel di kawasan Depok dan Bogor tak seperti lokasi lainnya. Petumbuhan mal baru di kawasan pinggiran Jakarta seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor terus terjadi seiring dengan diberlakukannya moratorium pembangunan mal di DKI Jakarta. Meskipun begitu, sebagian besar pertumbuhan pembangunan mal baru lebih didominasi di kawasan Tangerang, khususnya Serpong, dan di Bekasi. Menurut Head of Research Coldwell Banker Commercial Meyriana Kesuma, pertimbangan utama pembangunan mal adalah faktor Dwi Mingguan Edisi VII – last Update : 17 Oktober 2013
Page 3
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group populasi dan daya beli. Karena populasi di Tangerang dan Bekasi lebih tinggi. Banyak perumahan, artinya banyak orang. Memang banyak banget pasokan baru di Tangerang dan Bekasi. (Sumber: Bisnis Indonesia, 8 Oktober 2013). Hero Gencar Bangun Outlet Mandiri PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) memprioritaskan pembangunan gerai mandiri (stand-alone), karena pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan gerai yang dibuka di mal atau pusat perbelanjaan. Direktur Hero Edison Manalu menjelaskan hingga awal Oktober, perusahaan telah mendirikan empat Giant Hypermarket dan 11 supermarket stand-alone, jumlah outlet lebih besar dibandingkan dengan target ekspansi sepanjang tahun ini, berupa pembukaan hingga sembilan Giant Hypermarket serta 20-an Giant dan Hero Supermarket. Sampai Oktober akan tambah satu supermarket standalone lagi, hal itu untuk mendorong pendapatan perusahaan hingga akhir tahun. Dengan pembukaan gerai stand-alone, Edison mengklaim dapat memberikan benefit lebih banyak kepada pelanggan, karena lokasi pembangunan gerai yang lebih dekat. (Sumber: Bisnis Indonesia, 9 Oktober 2013). Hypermart Buka Gerai di Bangka Tengah PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) melalui unit usahanya Matahari Food Division (MFD) yang mengelola Hypermart, Foodmart, dan Boston Health & Beauty, meresmikan gerai Hypermart ke-91 di Jl Raya Koba, Pangkalanbaru, Bangka Tengah. Ekspansi di kota kedua kabupaten/kotamadya seperti di Bangka Tengah merupakan strategi yang telah dilaksanakan Hypermart sejak 2010. Gerai itu merupakan gerai kedua di Provinsi Bangka Belitung. Sebelumnya Hypermart hadir di Bangka Trade center. Gerai Hypermart di Bangka Tengah mengusung konsep compact seluas 3.500 meter persegi (m2) dengan total stock keeping unit (SKU) sebanyak 45 ribu item. Gerai itu menjual berbagai macam produk, mulai dari kebutuhan sehari-hari, buah-buahan dan sayuran segar, elektronik, peralatan dan perlengkapan rumah tangga, perlengkapan kendaraan bermotor, serta furnitur. Hingga 10 Oktober 2013, Matahari telah membuka 10 gerai Hypermart, yakni Ambon, Palembang, Bali, Pematangsiantar, Tegal, Mataram, Pangkalan Bun, Palu, Ponorogo, dan Bangka. Tahun ini, Matahari menargetkan membuka 20 gerai Hypermart, dimana sebagian besar berada di luar Jawa. (Sumber: Investor Daily, 10 Oktober 2013). ISPI Luncurkan Greenery Shopping Pengembang ISPI Group melakukan pemancangan tiang perdana (ground breaking) Giant Express dan meluncurkan Greenery Shopping Avenue di kawasan terpadu Columbus Park, Bekasi. Komiasaris ISPI Group, Preadi Ekarto, mengatakan pihaknya menggandeng PT Hero Group untuk menambah pengembangan kawasan pada proyek-proyeknya di Jabodetabek. Dia menyebutkan pusat ritel dengan luas tanah mencapai 5.000 m2 akan melengkapi keberadaan Columbus Waterpark di dalam area komersial Columbus Park seluas 4 hektare. Kawasan komersial tersebut, jelasnya, akan dikelilingi oleh kawasan ruko Greenery Shopping Avenue. Harga ruko di kisaran Rp 2 miliar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 11 Oktober 2013). Okupansi Ritel Sewa Menurun Tingkat hunian sektor ritel sewa di Jabodetabek pada tahun ini terus menunjukkan penurunan. Kendati begitu, pasar ritel sewa dinilai tetap prospektif dalam beberapa tahun ke depan. Colliers International Indonesia dalam Market Report Q3 mencatat pada kuartal ketiga tingkat hunian ritel sewa di Jabodetabek sebesar 81,2%. Jumlah tersebut mengalami penurunan 4,5%, sebab pada kuartal pertama okupansi sebesar 85,7%. Laporan tersebut menilai penurunan tingkat hunian tersebut tidaklah mengkhawatirakan sebab sebagian besar masih dipengaruhi oleh masuknya mal-mal baru pada 2013. Mal yang baru beroperasi mungkin memiliki tingkat komitmen yang tinggi ketika mereka pertama kali beroperasi, namun karena banyak dari mereka adalah mal-mal besar, tingkat kekosongan mereka telah mengoreksi tingkat hunian secara keseluruhan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Oktober 2013). Hero Buka Giant Supermarket Ke-112 PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) kembali melakukan ekspansi dengan membuka Giant Supermarket ke113 di Condong Catur, Yogyakarta. Direktur Hero Edison Manalu menjelaskan gerai yang mulai dibuka hari ini, Kamis (17/10) merupakan gerai HERO keempat yang dibuka di Kota Pelajar tersebut. Sebelumnya telah ada satu Hero Supermarket dan dua Giant Supermarket di Yogya, dan ini merupakan Dwi Mingguan Edisi VII – last Update : 17 Oktober 2013
Page 4
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Giant Supermarket ke-12 yang dibuka sepanjang 2013. Hingga akhir tahun perusahaan menargetkan untuk membuka 100 gerai, di antaranya adalah tujuh Giant Hypermarket serta 15—20 Giant dan Hero Supermarket, di samping gerai Guardian dan Starmart. Selain dibuka di pusat perbelanjaan, gerai baru itu juga dibangun secara mandiri. Gerai mandiri itu dinilai lebih memberikan kenyamanan bagi pelanggan. (Sumber: Bisnis Indonesia, Kamis 17 Oktober 2013). Waralaba Asing Serbu RI Pasca implementasi Asean Economic Community (AEC) 2015, perusahaan dari negara-negara Asean diperkirakan semakin agresif masuk ke pasar Indonesia dengan menawarkan skema kemitraan berbentuk waralaba (franchise). Ekspansi waralaba asal negara Asean di Tanah Air bahkan diperkirakan tumbuh hingga dua kali lipat dari kondisi saat ini. Ketua Komite Tetap Waralaba dan Lisensi Indonesia Amir Karamoy mengungkapkan selama ini rata-rata ada 11-12 perusahaan asal negara Asean yang masuk ke Indonesia. Saat tahun pertama AEC nanti, kemungkinan perusahaan yang masuk lebih banyak. Akan ada 15 pewaralaba Asean yang masuk pada tahun pertama, bertumbuh menjadi 18 di tahun ke dua, dan terus berkembang hingga bisa mencapai dua kali lipat pada tahun selanjutnya. Menurut Amir, dari seluruh negara di Asean, pewaralaba asal Malaysia dinilai paling agresif masuk ke pasar Indonesia, seiring dengan berbagai kesiapan dan dukungan pemerintah Negeri Jiran itu untuk membangun dan mengembangkan usaha waralaba atau kemitraan. Malaysia akan ekspansi di Indonesia dengan target akan membawa masuk 200 waralaba. Saat ini, ada sekitar 50-an yang terdeteksi. Selain Malaysia, negara yang juga siap menggempur Indonesia ialah Thailand dengan bisnis waralaba kuliner yang akan ditawarkannya. Perdana Menteri Thailand, menurutnya, telah secara langsung memerintahkan rencana pengembangan bisnis ke luar negeri dengan memberikan pembekalan mulai dari negosiasi, pembiayaan, hingga peningkatan kualitas. Selain dari Asean, Indonesia pun dilihat sebagai sasaran empuk negara-negara lain yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pasar bisnis waralaba, antara lain China yang dalam waktu dekat akan masuk ke dalam bisnis peralatan olah raga dan Jepang dengan bisnis di bidang kesehatan. Amerika dan sejumlah negara di Eropa juga tengah berniat mengembangkan kemitraan dengan pelaku usaha asal Indonesia. Amir menuturkan waralaba asing masih akan terus mengembangkan kepak sayapnya di Indonesia mengingat potensi pasar yang sangat besar, dengan jumlah penduduk yang mencapai 250 juta, di mana 80 juta di antaranya adalah penduduk kategori kelas menengah. PUSAT PENGEMBANGAN - Amir menegaskan untuk menghadapi semakin meningkatnya jumlah pewaralaba asing yang masuk, Indonesia harus segera memiliki Franchise Development Center (FDC). Lembaga itu, menurutnya, harus dibentuk bersama-sama antara asosiasi, Kadin, dan pemerintah yang secara fokus memfasilitasi dan memberikan pendampingan untuk pengembangan waralaba di Indonesia serta membantu memasarkannya di kancah internasional. Amir mengungkapkan selama ini waralaba di Indonesia masih berkembang secara sporadis. Bila pun ada kerja sama antara Kadin, Wali, dan pemerintah, hubungan itu hanya bersifat ad hoc dan tidak berkesinambungan. Hal tersebut, tutur Amir, sebetulnya telah dilakukan Malaysia yang secara khusus memiliki badan yang benar-benar secara serius menggarap industri waralaba mereka, baik dari sisi fasilitas permodalan, pemasaran, hingga ekspansi ke luar negeri. Bahkan ketika ada waralaba asing yang masuk ke Malaysia, sambungnya, badan tersebut yang membantu mencarikan mitra lokal. Evi Diah Puspitawati, pengamat waralaba dari International Franchise Business Management menilai masih banyak pewaralaba nasional saat ini yang lebih berorientasi pada keuntungan semata daripada mengembangkan bisnisnya secara jangka panjang. “Kalau kita tidak mampu bersaing, kita akhirnya hanya akan menjadi penonton, apalagi rata-rata [pewaralaba] yang masuk ke Indonesia sudah lebih siap.” Evi mengatakan secara kasat mata, jumlah pewaralaba Indonesia yang mampu bersaing di kancah internasional masih sangat minim. Waralaba yang berkembang di dalam negeri saja mungkin cukup banyak, tetapi pewaralaba yang siap bersaing secara global kelihatannya masih dalam hitungan jari. Sektor usaha yang dinilai paling siap menghadapi pasar global ialah bisnis di bidang spa dan kuliner. (Sumber: Bisnis Indonesia, Kamis 17 Oktober 2013).
Dwi Mingguan Edisi VII – last Update : 17 Oktober 2013
Page 5