Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Plantation Sector Review Market Intelligence & Analysis Group Dwi Mingguan - Last Update : 21 Agustus 2013
Ringkasan Berita Industri CPO Pelemahan harga komoditas, khususnya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengakibatkan
indeks agribisnis turut melemah. Perbankan masih gencar menyalurkan kredit pada perkebunan kelapa sawit, karena dianggap memiliki risiko yang masih relative terkendali. Pembangunan industri hilir sawit di Kota Dumai, banyak mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah. Kota Dumai didorong untuk menjadi pusat kegiatan kelapa sawit nasional, sekaligus sebagai lokasi pelabuhan internasional. Kapasitas tampung Pelabuhan Dumai yang terbatas, mengakibatkan tumbuhnya pelabuhan-pelabuhan khusus (Pelsus) di sekitar wilayah Dumai. PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berencana menambah areal tanamnya seluas 8.000 hektare (ha), meskipun harga minyak sawit mentah (CPO) masih terus terkoreksi.
Berita Industri Perkebunan Lainnya
Produksi gula Indonesia tahun ini berpotensi menurun hingga 15% dibanding tahun sebelumnya. Curah hujan yang sangat tinggi menjadikan rendemen gula rendah, dan pasokan batang tebu atau sugar cane yang digiling sedikit jumlahnya. Bahkan berada dibawah kapasitas pabrik gula.
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 1
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Industri CPO Industri CPO – Hulu - Hilir
Pelemahan Harga Tekan Indeks Agribisnis – Pelemahan harga komoditas, khususnya minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengakibatkan indeks agribisnis turut melemah. Sejak awal tahun, harga CPO Malaysia menujukkan tren menurun 14% menjadi RM 2.260/ton dari sebelumnya RM2.630 per ton. Hal ini menyebabkan indeks agribisnis ikut melemah hingga 17%. Kinerja indeks agribisnis menjadi yang terendah kedua setelah sektor pertambangan, yaitu turun 34% sampai dengan 2 Agustus. Pergerakan CPO sangat berpengaruh terhadap kinerja indeks, karena 12 perusahaan dari 18 perusahaan yang tergabung dalam indeks agribisnis memiliki bisnis yang mayoritas disumbang oleh bisnis CPO. Ke 12 perusahaan tersebut memiliki bobot hampir 90% terhadap bobot total indeks agribisnis. Menurut Viviet S Puteri, analis AM Capital Securities, pelemahan indeks saham agribisnis hingga Agustus antara lain disebabkan oleh pelemahan harga komoditas akibat kelebihan pasokan, penurunan harga jual CPO asal Indonesia karena isu lingkungan, hingga hambatan ekspor ke beberapa negara. Pergerakan indeks sektor agribisnis diperkirakan belum akan membaik hingga akhir tahun ini. Kinerja saham juga masih agak sulit berkembang, karena valuasinya masih berada di bawah nilai wajar. Investor cenderung selektif membeli saham-saham di sektor ini. Investor lebih menyukai emiten yang sudah siap dengan industri hilirnya, seperti emiten-emiten yang memiliki refinery minyak goreng. Secara umum, pelemahan harga CPO berdampak negative kepada pergerakan saham emiten agribisnis. Hal itu tercermin dari kinerja sejumlah emiten agribisnis yang mencatat penurunan laba bersih antara 21% hingga 174% pada kuartal I 2013. Penurunan terbesar dicatatkan oleh PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dari Rp 84,7 miliar menjadi rugi bersih Rp 63 miliar. Empat emiten agribisnis terbesar yang mencakup PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk (SMAR), PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) mencatat rata-rata penurunan antara 38% sampai dengan 76%. Empat emiten ini memiliki bobot 73% atas total indeks agribisnis. Produksi hilir sawit dalam bentuk CPO dan minyak inti sawit (crude palm kernel oil/CPKO) sepanjang semester I 2013 mencapai 14,7 juta ton, naik 25,64% dibanding semester I tahun lalu 11,7 juta ton. Produksi tersebut setara 50% dari proyeksi produksi hingga akhir tahun sebesar 29,4 juta ton. Peningkatan produksi pada semester I tahun ini seiring perluasan area yang menghasilkan. Saat ini, lahan sawit di Indonesia mencapai 9,4 juta hektare, naik 8,04% dibanding semester I tahun lalu 8,7 juta hektare. Dari luas tersebut, lahan yang produktif di semester I mencapai 95%. Pada 2011, utilisasi mesin produksi hilir sawit baru mencapai 58%, dan pada 2012 meningkat menjadi 73%. Berdasarkan catatan asosiasi, dari total produksi hilir sawit sepanjang semester I 2013, 2,9 juta ton di antaranya diproduksi untuk segmen industri makanan, seperti mentega dan minyak curah. Sementara produksi oleokimia mencapai 600 ribu ton dan biodiesel 480 ribu ton. (Sumber: Indonesia Finance Today, 12 Agustus 2013)
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 2
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Perkebunan Kelapa Sawit Menjadi Primadona Perbankan di Sektor Komoditas – Perbankan masih gencar menyalurkan kredit pada perkebunan kelapa sawit, karena dianggap memiliki risiko yang masih relative terkendali. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) pada Mei 2013, kredit pertanian tumbuh 22% mencapai Rp 151 triliun dengan jumlah kredit bermasalah Rp 2,94 triliun. Sedangkan, komoditas pada kredit pertambangan dan penggalian tumbuh 18% menjadi Rp 131 triliun, dengan rasio kredit bermasalah Rp 1,09 triliun. Menurut Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baequni, BRI paling besar menyalurkan kredit komoditas ke kelapa sawit, karena sektor ini dinilai masih potensial. Sektor komoditas yang paling kecil dibiayai adalah batubara, karena risikonya tinggi. Pembiayaan agribisnis mencapai 39% dari total kredit korporasi. Sedangkan pembiayaan untuk minyak, batubara dan gas hanya sekitar 8,05%. Menurut Direktur Whosale Banking Bank Permata, Roy A. Arfandy, Permata akan selektif membiayai sektor komoditas karena harganya belum naik, kecuali kelapa sawit yang masih cukup baik, meskipun tetap selektif. Permata membiayai debitur-debitur lama di bidang kelapa sawit, yang sudah mempunyai pasar bagus dan berorientasi ke pasar ekspor. Sampai dengan Juni 2013, Permata memberikan kredit agribisnis sebesar Rp 5,34 triliun atau setara 5% dari total kredit Rp 106,9 triliun. (Sumber: Kontan, 14 Agustus 2013)
Dumai Jadi Pusat Hilir Sawit – Pembangunan industri hilir sawit di Kota Dumai, banyak mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan daerah. Kota Dumai didorong untuk menjadi pusat kegiatan kelapa sawit nasional, sekaligus sebagai lokasi pelabuhan internasional. Kota Dumai terletak di pantai timur Sumatera yang berseberangan dengan Singapura dan Malaysia. Kota Dumai memiliki lokasi strategis, karena hanya dipisahkan oleh Selat Malaka, dan masih berada di jalur pelayaran perdagangan internasional. Disamping itu, Kota Dumai berada di Propinsi Riau, yang memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 2,2 juta hektar. Kota Dumai telah ditunjuk menjadi salah satu lokasi pengembangan kawasan industri klaster berbasis minyak nabati. Pemerintah Kota Dumai telah mengalokasikan empat wilayah guna pengembangan kawasan industri strategis, diantaranya adalah Kawasan Industri Dumai dengan lahan seluas 5.084 hektar, Kawasan Industri Lubuk Gaung seluas 2.158 hektar, Kawasan Pengembangan Terpadu Dock Yard (Patra Niaga) dengan lahan seluas 300 hektar, serta Kawasan Pengembangan Pelabuhan sekitar 234,03 hektar. Keempat kawasan tersebut terletak dari Timur sampai Barat kota Dumai. Kawasan Industri Lubuk Gaung memiliki potensi menjadi tujuan investasi industri hilir sawit nasional. Di Kawasan Industri Lubuk Gaung telah tersedia fasilitas PDAM, dengan kapasitas air mencapai 600 liter/detik, pembangkit listrik milik PLN dengan kapasitas mencapai 3MW dan sambungan Telkom mencapai 3000 SST. Menurut Walikota Dumai, Khairul Anwar, Pemkot Dumai berencana memperdalam dasar laut sekitar pulai Mampu dan pulau Payung, supaya jalur pelayaran bisa langsung melewati Lubuk gaung menuju pelabuhan Dumai. Namun rencana ini butuh dukungan dana yang tidak sedikit dari pemerintah pusat. (Sumber: Info Sawit, Agustus 2013) Kondisi Geografis Kota Dumai, Riau
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 3
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Luas, volume Produksi CPO dan Jumlah PKS di Riau
Perkembangan Ekspor non Migas Kota Dumai, Riau
Pelsus Penyangga Pelabuhan Dumai – Kapasitas tampung Pelabuhan Dumai yang terbatas, mengakibatkan tumbuhnya pelabuhan-pelabuhan khusus (Pelsus) di sekitar wilayah Dumai. Wilmar Group merupakan salah satu pihak swasta yang ikut mengelola pelabuhan khusus tersebut. Wilmar Group telah mengelola pelabuhan khusus yang mampu menampung kapal bermuatan minyak nabati dan pupuk NPK dengan panjang dermaga 400 m, mencapai kedalaman 14 meter serta mampu menampung kapal dengan bobot 50 ribu dwt. Bahkan semakin meningkatnya arus barang, pihak Wilmar Group berencana meningkatkan kapasitas dermaga dengan memperpanjang dermaga menjadi 700 meter. Dengan investasi mencapai sekitar Rp 35,1 miliar yang rencananya bisa rampung tahun ini. Selain pelabuhan khusus milik Wilmar Group, ada satu pelabuhan lainnya yang berpotensi menjadi pelabuhan minyak nabati guna menunjang pesatnya pertumbuhan industri hilir di Kota Dumai, yakni pelabuhan Kuala Enok, sayangnya kata pengamat industri hilir dari Universitas Islam Riau, Azharuddin M Amin, pelabuhan Kuala Enok yang dibangun semenjak 1996 silam kondisinya masih sangat memprihatinkan. Lantaran semenjak 2010 silam, pelabuhan itu tidak juga difungsikan, padahal pada tahun 2011 silam telah dilakukan pembangunan tambahan penyaluran pipa dan sandaran kapal sepanjang 60 meter disebelah kiri dan 60 meter disebelah kanan. “Dengan konstruksi tiang beton, pagar besi dengan lantai papan,” kata Azaruddin. Merujuk informasi dari Pemerintah Daerah Kota Dumai, selain pelabuhan khusus milik Wilmar Group dan Kuala Enok. Ada pula pelabuhan khusus yang dikelola pihak Caltex atau Chevron guna mengangkut minyak mentah dan BBM dengan kedalaman 16 meter dan mampu menampung kapal dengan bobot 60 – 70 DWT. Serta pelabuhan yang dikelola Pertamina, pelabuhan ini memang diperuntukkan mengangkut minyak mentah dan BBM dengan kedalaman 15 meter. Sekaligus, dapat menampung kapal 60 ribu DWT. Jelasnya, pelabuhan sebagai urat nadi perdagangan perlu pula dilakukan modernisasi, supaya keinginan mengembangkan industri hilir nasional, tidak lagi terbentur biaya tinggi akibat mahalnya ongkos demurrage. (Sumber: Info Sawit, Agustus 2013) Infrastruktur Pelabuhan Milik Wilmar di Pelintung
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 4
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Dharma Satya Nambah Areal Tanam – PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berencana menambah areal tanamnya seluas 8.000 hektare (ha), meskipun harga minyak sawit mentah (CPO) masih terus terkoreksi. Sekitar 4.200 ha dari penanaman baru merupakan kebun sawit inti dan 3.800 ha untuk penambahan perkebunan plasma. Sampai dengan Juni 2013, Dharma Satya telah menambah areal tanam baru yang luasnya mencapai 4.195 ha atau 52,44% dari target areal tanaman baru tahun ini. Menurut Djojo Boentoro, Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara, jumlah areal tanam kelapa sawit sampai Juni telah mencapai 65.247 ha. Penanaman baru ini dilakukan demi menggenjot produksi tandan buah segar (TBS) dan CPO milik Dharma Satya. Berdasarkan laporan kinerja perusahaan, pada semester pertama tahun ini, produksi TBS Dharma Satya mencapai 555.570 ton atau naik 28% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Peningkatan volume produksi TBS karena meningkatnya luasan tanaman yang mature. Total area tanaman mature (menghasilkan) meningkat dari 42.333 hektar pada tahun 2012 menjadi 48.470 hektar di 2013. Produktivitas TBS juga mengalami peningkatan menjadi 11,9 ton per ha, atau meningkat 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain mencatatkan kenaikan produksi TBS, Dharma Satya juga mencatat adanya kenaikan TBS yang diproses menjadi CPO. Adapun TBS yang diproses mencapai 600.350 ton, naik 35,0% dibandingkan tahun yang lalu. Perolehan TBS tidak hanya berasal dari perkebunan inti dan plasma tetapi juga pembelian pihak ketiga. Sampai dengan Juni 2013, Dharma Satya memproduksi CPO sebanyak 145.397 ton atau naik 31,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Pada semester pertama tahun ini, penjualan CPO Dharma Satya juga mengalami kenaikan 30,5% menjadi 147.693 ton dibandingkan tahun lalu periode yang sama. Meski produksi dan penjualan peningkat, penurunan harga CPO membuat kinerja keuangan Dharma Satya terpengaruh. Pada semester pertama tahun ini, Dharma Satya membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,7 triliun atau relatif sama dengan penjualan pada periode yang sama tahun lalu. (Sumber: Kontan, 14 Agustus 2013)
Berita Industri Perkebunan Lainnya
Produksi Gula Larut Terguyur Hujan – Produksi gula Indonesia tahun ini berpotensi menurun hingga 15% dibanding tahun sebelumnya. Curah hujan yang sangat tinggi menjadikan rendemen gula rendah, dan pasokan batang tebu atau sugar cane yang digiling sedikit jumlahnya. Bahkan berada dibawah kapasitas pabrik gula. Menurut Aris Toharisman, Kepala Bidang Usaha dan Kerjasama Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), produksi gula nasional tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai 2,2 juta ton. Padahal tahun lalu, produksi gula bisa mencapai 2,59 juta ton. Kapasitas pabrik gula banyak yang tidak terpenuhi, bahkan beberapa pabrik terpaksa berhenti menunggu pasokan. Menurut Soemitro Samadikoen, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 5
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group (APTRI), dampak dari kondisi ini cukup panjang. Ongkos tebang serta biaya angkut tebu ke pabrik gula naik. Biaya tebang angkut petani semakin tinggi karena truk pengangkut tidak bisa langsung masuk ke sawah lahan tebu. Biaya tebang angkut tebu untuk tahun ini untuk jarak normal hingga 30 kilometer berada di kisaran Rp12.000-Rp13.000 per kwintal. Padahal tahun lalu hanya dikisaran Rp 8.000 – Rp 9.000 per kwintal. Berdasarkan data dari Dewan Gula Indonesia (DGI), jumlah pabrik gula yang ada mencapai 18 unit. Tahun lalu, ke 18 pabrik gula ini berhasil memproduksi gula sebesar 2,59 juta ton. Tahun ini, ada tambahan satu unit pabrik gula baru milik PT Gendhis Multi Manis (GMM). Pabrik gula yang berlokasi di Blora, Jawa Tengah diharapkan bisa beroperasi pada November 2013. Pada tahap awal, kapasitas giling pabrik baru ini 4.000 ton cane per day (TCD) atau 600 ton gula kristal putih per hari. Kapasitas giling ini akan dinaikkan menjadi 10.000 TCD tergantung pasokan tebunya. Menurut Ismed Hasan Putro, Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), RNI akan merevisi target - targetnya. Semula, RNI optimis bisa menghasilkan sebanyak 200.000 ton tahun ini. Namun, kini RNI hanya berani mematok target produksi sama seperti tahun lalu, yakni sekitar 168.000 ton. Tingkat rendemen gula RNI tahun lalu 7%. Sejak awal musim giling, hujan terus mengguyur di perkebunan tebu milik RNI. Hujan seperti ini berdampak terhadap pasok dan rendeman. Luas perkebunan tebu yang berada dibawah pengelolaan RNI dan petani plasma tahun lalu mencapai 52.059,6 hektare. Sedangkan jumlah tebu yang digiling mencapai lebih dari 4 juta ton. RNI memiliki pabrik gula dibeberapa wilayah seperti di Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta. Beberapa PG tersebut antara lain, PG Krebet Baru, PG Rejo Agung Baru, PG Sindang Laut, PG Karangsuwung, PG Tersana Baru, PG Jatitujuh, PG Subang, PT. PG Candi Baru. Masa giling tebu RNI dijadwalkan akan selesai pada bulan Oktober atau November mendatang. Harga lelang gula pada awal masa giling tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, yakni berada dikisaran Rp 9.800 per kg-Rp 10.000 per kg. (Sumber : Kontan, 2 Agustus 2013)
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Page 6
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Tabel Harga Komoditas Perkebunan
Komoditas
Pasar
Satuan
CPO Karet Kakao Kopi Gula
Tropical Oil Products Rotterdam CPO (CIF) SGX Singapore Exchange NYB- ICE Futures US Softs NYB- ICE Futures US Softs NYB- ICE Futures US Softs
USD/ton USD/kg USD/MT USD/lbs USD/lbs
Periode 01-Aug-13 02-Aug-13 05-Aug-13 06-Aug-13 07-Aug-13 08-Aug-13 09-Aug-13 12-Aug-13 13-Aug-13 14-Aug-13 15-Aug-13 16-Aug-13 19-Aug-13 20-Aug-13 21-Aug-13 22-Aug-13 825 827,5 830 830 830 830 830 820,0 840,0 855,0 855,0 855,0 855,0 870,0 847,5 850,0 244 244,3 242,5 246,3 245 245 245 257,5 261 260 259 261,7 261 257,3 259 259,6 2.301 2.291 2.364 2.374 2.442 2.466 2.463 2.473 2.428 2.456 2.436 2.445 2.464 2.477 2.420 2.420 115,60 118,25 119,65 117,90 121,05 122,05 122,90 123,45 120,60 122,65 121,85 120,50 119,25 114,95 113,50 113,20 16,83 16,79 16,56 16,55 16,78 16,82 16,98 17,16 17,25 17,25 17,19 16,94 16,53 16,47 16,32 16,28
Sumber: Bloomberg, diolah
Harga Tandan Buah Segar (TBS) Indonesia ( Periode Juni 2013)
Provinsi Jambi Riau Kaltim
Umur Tanaman (Tahun) ≥10 3 4 5 6 7 8 9 1.202,06 1.270,36 1.329,84 1.386,18 1.421,31 1.450,37 1.479,67 1.522,46 1.076,19 1.202,99 1.287,79 1.324,58 1.375,46 1.418,25 1.483,13 1.504,50 1.075,83 1.099,61 1.120,63 1.149,76 1.161,23 1.189,74 1.217,53 1.226,92
Dwi Mingguan Edisi III – last Update : 21 Agustus 2013
Harga Referensi Rata-Rata CPO CPO CPKO 6.997,07 3.223,00 7.106,87 3.286,34 6.461,02 2.555,56 Page 7