TopCareer Identitas Berkarier di radio
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
Top Career Issue
Bangun Identitas Kalau Mau Berkarier di Radio 8
Pelaku di industri radio mengaku sangat bangga dengan profesinya. Tantangan yang sesungguhnya bagi mereka bukan antarsesama melainkan bagaimana menciptakan identitas. Oleh: Yuda Prihantoro & Lanny Kusumastuti Foto: Dok. Istimewa
TopCareer
Juni 2015
L
antunan musik dari yang sendu lalu berganti dengan dentuman beat yang cepat dari radio menemani telinga pagi dan malam dari banyak kaum urban profesional. Anda sendiri mungkin punya stasiun atau channel radio favorit. Alasannya beragam mulai dari playlist lagu-lagu yang dimainkan menjadi sesuatu yang Anda banget. Atau bisa jadi banyolan atau ocehan si penyiar yang membuat Anda kepincut. Apapun alasannya, mau tak mau radio seolah menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ada yang memandang radio sebagai sarana pengusir stress atau malah menjadi tempat orang itu ‘hidup’ menemukan dan menjalani passion kariernya. Nah, pada edisi kali ini Top Career akan coba menelisik lebih dalam mengenai karier dan industri radio di negeri tercinta.
Top Career Issue
Perkembangan Radio di Indonesia
Secara defacto radio siaran swasta nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme radio Kalau bicara soal radio terutama amatir yang dimotori kaum muda siaran radio di Tanah Air sedikit diawal Orde Baru tahun 1966. Secara menengok ke belakang tentu berkaitan yuridis keberadaan radio siaran dengan sejarah perjuangan. Pada swasta diakui, dengan prasyarat, zaman penjajahan, radio swasta di penyelenggaranya berbadan hukum dan kelola oleh warga asing yang berfungsi dapat menyesuaikan dengan ketentuan menyiarkan program untuk kepentingan Peraturan Pemerintah RI nomor 55 perdagangan. Sementara radio yang tahun 1970 tentang Radio Siaran Non dipegang pribumi menyiarkan program Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, untuk kepentingan pergerakan semangat kewajiban dan tanggung jawab radio kebangsaan. siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, Ketika pendudukan Jepang tahun perizinan serta pengawasannya. 1942, kebanyakan stasiun radio siaran
jumlah radio di Tanah Air ikut mengalami fluktuasi dengan tren positif selama beberapa periode terakhir. Data dari Statistik Ditjen Postel mencatat pada akhir 2009 jumlah stasiun radio di Indonesia ada 1.288 stasiun. Sementara di akhir 2013 meningkat menjadi 1.986 stasiun.
dikuasai oleh pemerintah. Programnya diarahkan pada propaganda perang Asia Timur Raya. Tapi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, para pejuang menguasai radio sehingga dapat mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 ke seluruh dunia. Selanjutnya sejak proklamasi kemerdekaan sampai akhir masa pemerintahan Orde Lama tahun 1965, radio siaran hanya diselenggarakan oleh pemerintah, dalam hal ini Radio Republik Indonesia atau RRI.
Seiring dengan fluktuasi kondisi politik ekonomi serta berkembangnya teknologi dan kemudahan untuk mengakses informasi, jumlah radio di Tanah Air ikut mengalami fluktuasi dengan tren positif selama beberapa periode terakhir. Data dari Statistik Ditjen Postel Semester II tahun 2009 mencatat pada akhir 2009 jumlah stasiun radio di Indonesia ada 1.288 stasiun yang terdiri atas 904 FM dan 384 AM. Sementara di akhir 2013 meningkat menjadi 1.986 stasiun yang terdiri 1.721 FM dan 265 AM.
2015 Juni
TopCareer
9
Top Career Issue
10
Hasil Munas Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) 2015 mengingatkan jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dalam konteks industri radio tingkat persaingan dan standar industri bakal semakin tinggi dan berlaku sama di seluruh negara Asean. Di satu sisi hal ini bisa memperkuat dan meningkatkan posisi industri radio diseluruh Indonesia. Masuknya modal luar negeri secara langsung, akses pasar dan perdagangan yang kian terbuka bisa mendorong peningkatan aktivitas promosi. Sejalan dengan itu investasi dalam industri radio diyakini bisa meningkat. Industri radio Indonesia yang baik akan meningkatkan belanja iklan radio menjadi 4-5 persen dari total belanja iklan, tidak dibawah 1 persen seperti saat ini. Lebih lanjut di sisi lain, industri radio akan dihadapkan pada persyaratan kualitas, standar, dan kompetensi yang tinggi. Hal ini bisa menimbulkan
TopCareer
Juni 2015
kesulitan tersendiri bagi para pelaku industri radio yang tidak siap dari sisi sistem, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya. Menurut beberapa literatur media dan broadcasting, sebagian besar sumber daya manusia atau praktisi radio di Indonesia saat ini kualitas dan kompetensinya masih dibawah negara Asean lainnya seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. PRSSNI juga mengingatkan agar para praktisi di industri radio segera bersiap. Dengan pemberlakuan MEA, para praktisi radio khususnya pada level manager dan direksi dari negara-negara Asean lainnya akan datang dan bekerja di Indonesia karena jumlah dan potensi industri radio di Indonesia yang besar. Di sisi lain kian beragamnya pilihan akan media informasi dan hiburan turut mempengaruhi tingkat konsumsi terhadap radio. Berdasarkan survei Nielsen mengenai konsumen media di
Top Career Issue
beberapa kota besar di Indonesia 2014 menunjukkan bahwa televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia (95%). Disusul oleh internet (33%), radio (20%), surat kabar (12%), tabloid (6%), dan majalah (5%). Adapun survei tersebut dilakukan di wilayah kota besar antara lain di luar Jawa meliputi Medan, Palembang, Denpasar, Makassar, dan Banjarmasin. Sementara wilayah Jawa meliputi Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Dalam hal konsumsi radio, konsumen di luar Jawa tercatat lebih banyak mendengarkan radio (37%) dibandingkan dengan konsumen di Jawa (18%). Konsumen di luar Jawa rata-rata mendengarkan radio melalui pesawat radio. Sementara konsumen di Jawa lebih banyak mendengarkan radio melalui telepon genggam. Pop Indonesia dan
dangdut merupakan jenis musik yang banyak digemari oleh para pendengar radio. Penduduk luar Jawa lebih banyak mendengarkan radio di sore hari, sementara di Jawa pada pagi hari. Data Nielsen juga mengungkapkan kalau jumlah pendengar radio konvensional di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Di Jakarta sendiri, jumlah pendengar radio konvensional hanya tersisa sekitar 10 jutaan. Padahal dulu pendengarnya mencapai lebih dari 14 juta pendengar. Dalam satu kesempatan Adrian Syarkawie, CEO sekaligus President Director PT Mahaka Media Tbk menilai ada perubahan cara orang dalam mendengarkan radio. Penurunan itu terjadi karena pendengar radio konvensional migrasi ke digital. Hal itu tidak terjadi di industri radio saja, media lain pun demikian. Era digital memaksa
11
2015 Juni
TopCareer
Top Career Issue
pekerja radio dituntut kreatif dan memiliki identitas yang khas. Sebab itu menjadi modal utama dalam merebut jumlah pendengar dan iklan yang kian terbatas. media konvensional, termasuk radio untuk beradaptasi dengan behaviour para audience. Radio dinilai perlu eksis dalam format digital agar tak kehilangan para pendengar setianya. Lantas bagaimana persaingan di industri radio itu sendiri? Dyar Dhana, Music Director (MD) radio Mustang mengungkapkan dalam urusan putar
12
TopCareer
Juni 2015
memutar musik, kebanyakan MD di radio malah justru saling support dan berbagi. Tidak ada yang saling menyimpan atau menciptakan keeksklusivitas dalam memiliki lagu. Sebab tujuannya samasama demi memajukan musik Indonesia. Secara terpisah, Ronal Surapradja, penyiar Radio Jak FM, berpendapat tiap radio memiliki segmentasi tersendiri.
Top Career Issue
Karena itu, ketika dikaitkan dengan persaingan antarradio, Ronal yang termasuk penyiar senior ini menilai semua dikembalikan ke pelaku dari masing-masing radio. Bagaimana para pelaku tersebut sebisa mungkin membentuk identitas pribadi sehingga pada akhirnya mereka bisa memiliki dan menciptakan pendengar yang loyal. Hal senada juga diutarakan, Sis Costello yang menjadi Program Director (PD) radio Mustang. Ia menilai tiap pekerja radio dituntut kreatif dan memiliki identitas yang khas. Sebab itu menjadi modal utama dalam merebut jumlah pendengar dan iklan yang kian terbatas. “Kue iklan di radio itu kecil dibanding dengan televisi apalagi ada media online. Jadi mereka ngambil porsi
lumayan banyak. Ada juga radio online, mereka ambil porsi lumayan banyak.
Untuk antisipasi ya kami bersaing untuk kreatif. Kami ke depankan kekreativitasan,” ujarnya.
Peluang Karier di Radio
Pelaku industri radio mengklaim mereka punya ‘kelebihan’ lain yang tidak dimiliki profesi-profesi lainnya. Jika nantinya ingin melebarkan karier di luar dunia radio, mereka merasa punya modal lebih unggul. Meski kadang jam kerja mereka melebihi jam kerja normal pada umumnya alias bisa 24 jam non-stop, mereka tetap mengaku enjoy. Saking enjoy-nya mereka bilang untuk coba rasain saja sendiri saja gimana
enaknya nyemplung di radio. Seperti nggak pengen keluar. Berangkat dari situ yuk coba kita tengok seperti apa si seluk beluk dan peluang dari masingmasing profesi yang ada di radio.
2015 Juni
TopCareer
13
Top Career Issue
Program Director
14
S
is Costello, Program Director (PD) Mustang menjelaskan tugas utama PD adalah bertanggung jawab atas running program di radio. Misalnya ada program yang tidak naik, atau iklan yang tidak sesuai jam tayang, mengatur penyiar menjadi sebagian peran dari seorang PD di sebuah radio. Karena beragam tugas dan tanggung jawab itulah, posisi PD di sebuah radio menjadi sangat vital. “Satu radio bisa terdengar bagus atau tidak dikendalikan oleh PD. PD yang bertanggung jawab atas penyiar yang tidak datang. Dia yang harus cari pengganti penyiar itu. Atau misalnya ada program yang baru diluncurkan program itu sukses atau
TopCareer
Juni 2015
tidak dia yang bertanggung jawab. PD juga bertanggung jawab atas event tahunan. Yang harus diruntuhkan ada tidak. Tidak hanya dianalisis oleh pasar, tapi juga ada analisis dari Nielsen. Dari situ kelihatan peringkat tiap program radio itu sendiri. Setiap program naik turun akan kelihatan. Dari situ PD akan menganalisis program itu layak diteruskan atau tidak selain survei internal,” tutur Sis. Selain itu tugas PD lainnya adalah menjadi partner kerja dari tim marketing atau sales. PD harus bisa menjelaskan kepada klien ketika sales melakukan selling presentasi dengan klien. Karena bisa saja sales atau marketing belum menguasai suatu program.
Top Career Issue
Jika terjadi demikian PD harus membantu menjelaskan kepada klien. Ketika nantinya ada feedback atau request by client, maka PD akan berdiskusi dengan tim kreatif dari radio yang bersangkutan untuk membuat suatu penawaran program yang diinginkan oleh si klien. Program bisa bentuk on air atau off air. “Kalau on air bentuknya bisa dalam talk show, kuis, atau sponsor acara. Dan kalau off air biasanya dalam bentuk aktivitas. Misalnya satu produk akan meluncurkan produk baru. maka PD juga yang bantu memberikan masukannya. PD create programnya. Misalnya roadshow kampus dalam bentuk edukasi. Contoh Mustang Academy, disana ada penjelasan soal manajemen radio. Nanti disana produk itu bisa pula promosi,” ujarnya. Terkait dengan jenjang karier, PD biasanya membawahi bagian koordinator off air, koordinator kreatif yang sekarang di Mustang menjadi produser, penyiar, traffic, music director (MD), dan tim produksi. Ke semuanya melakukan dan bertanggung jawab untuk report ke PD. Adapun sebelum menjadi PD, Sis sebelumnya sempat menempati posisi di divisi event, public relations (PR), dan divisi kreatif. “Tidak ada syarat khusus buat PD. Jadi ya kreatif saja. PD berat tanggung jawabnya harus 24 jam siap. Email harus buka terus. Monitor lagu iklan kalau mati harus dengerin radio terus. Kalau target menurun ya tanggung jawab PD,” tegas Sis yang termasuk orang lama di Mustang. Ketika disinggung tentang suka duka kerja di radio, Sis mengatakan kalau
dirinya sangat enjoy. “Kerja di radio asyik, tidak membosankan, menyenangkan bisa bertemu banyak orang. Untuk menempuh jenjang karier potensinya besar. Buktinya banyak orang-orang sukses langkah awal dari radio. Misalnya orang-orang yang sempat bersama Mustang. Contohnya Farhan, Novita Angie, Ari Untung, Bedu, Rico Ceper, Shena Indonesian Idol, Eno Netral. Orang-orang yang mau masuk dunia entertainment dari radio selain dari Mustang kaya Indra Bekti, Ruben. Karena terbiasa ngomong ya mungkin jadi bisa diperhitungkan kalau masuk ke dunia entertainment. Ada faktor yang diperhitungkanlah.” Sis mengatakan bahwa tiap pekerja radio dituntut kreatif dan memiliki identitas yang khas, termasuk PD. Sebab itu menjadi modal utama dalam merebut jumlah pendengar dan iklan yang kian terbatas. “Kue iklan di radio itu kecil dibanding dengan televisi apalagi ada media online. Jadi mereka ngambil porsi lumayan banyak. Ada juga radio online, mereka ambil porsi lumayan banyak. Untuk antisipasi ya kami bersaing untuk kreatif. Kami ke depankan kekreativitasan,” ujarnya.
2015 Juni
TopCareer
15
Top Career Issue
Public Relations
S
16
ebagai salah satu garda depan di sebuah radio, peran public relations (PR) dinilai sangat krusial. PR menjadi garda terdepan radio untuk menjalin kerjasama dan komunikasi dengan berbagai pihak. Seperti yang dilakukan oleh Anindhita Christina yang kini menjadi PR Coordinator untuk tiga radio sekaligus yakni Mustang FM, Lite FM, dan Kis FM. Dara cantik yang akrab di sapa Caca ini menjelaskan bahwa tugas utama PR di radio adalah menjalin kerjasama dan komunikasi dengan banyak pihak seperti majalah, televisi, koran, media-media online, dan lainnya. Selain itu PR juga menjalin kerjasama dengan beberapa event seperti konser dan pentas seni, serta ragam acara off air lainnya. Secara umum yang dibutuhkan untuk menjadi PR adalah kemampuan berkomunikasi dan bernegosiasi. Untuk PR ditempat kerja Caca saat ini terutama di Mustang, persyaratan yang dicari yang pertama adalah penampilannya. “Terus dilihat dari konsentrasi kita pas kuliah apa. Itu harus berhubungan dengan dunia PR. Pengalaman itu nomor ketiga.” Caca sendiri bergabung bersama Mustang sejak Juni 2014. Sebelumnya dara yang hobi nyanyi dan baca ini sempat bergabung sebagai Asisten Produser di MNC Channels dan PR di Openrice. Ketika ditanya mengenai perbedaan PR di Openrice dan Mustang ia berujar, “Beda di Openrice aku menjalin kerjasamanya dengan beberapa restoran.
TopCareer
Juni 2015
Kalau di Mustang lebih menjual program Mustang.” Terkait jam kerja, PR di Mustang diakuinya lebih fleksibel. “Kadang kalau ada meeting diluar aku tidak apa-apa kalau tidak ke studio. Untuk office hour-nya jam 10.00-17.00. Tapi kalau mau pulang lebih dari jam 5 tidak apa-apa. Kalau libur ada acara tetap masuk. Itungannya itu kerja lembur. Tapi kalau ada event diluar acara off air Mustang yang kami kerjasama itu tidak mesti datang juga tidak apa-apa.” Menjadi PR untuk tiga radio sekaligus diakui Caca menjadi satu tantangan tersendiri. Terlebih tiga radio yang dipegangnya memiliki segmentasi pendengar yang berbeda-beda. Mustang punya pasar pendengar anak muda umur 17-25 tahun. Sementara Lite dan Kis memiliki segmen masingmasing family dan eksmud (eksekutif muda). Secara struktural, Caca bertanggungjawab ke Marcomm (marketing communication). Sementara Marcomm bertanggung jawab langsung ke Head of Station Manager (SM). Dan berikutnya SM bertanggung jawab langsung ke owner. “Aku tidak punya bawahan. Kalau atasan langsung aku itu satu orang. Dua jabatannya Marcomm. Jam kerja pengaturannya fleksibel. Karena aku lebih sering jalin kerjasama langsung untuk tiga radio. Tapi balik lagi, aku tetap menyesuaikan segmentasi. Kadang tidak bisa langsung tiga-tiganya. Jadi cuma bisa Lite dengan Kis. Atau Kis dengan Mustang,” ujarnya.
Top Career Issue
J
Music Director
ika Anda mendengarkan lagu-lagu yang diputar di sebuah radio sejak awal hingga akhir dari jam siaran radio tersebut adalah music director (MD) sosok dibalik yang mengatur susunannya atau biasa dikenal dengan si pembuat playlist-nya. Karena peran krusial itulah MD harus bisa mengontrol ego sehingga playlist yang diputar sesuai dengan segmentasi dari radio tersebut. Kalau kata Dyar Dhana yang menjadi MD radio Mustang, seorang MD itu punya banyak ‘keistimewaan’. “Tanggung jawabnya membuat playlist music di radio. Dan dia bertanggung jawab atas lagulagu yang diputar di radio. Lagunya yang sesuai dengan segmentasi dari radio tersebut. Mustang segmentasi anak muda umur sekitar 15-25 tahun. Nah kira-kira lagu yang cocok untuk umur itu apa. Menyesuaikan lagu-lagu dengan segmentasinya. Flow tempo lagunya kaya apa biar tidak membosankan,” kata Dyar. Lanjutnya, tugas lain dari MD adalah menjalin kerjasama dengan label-label musik. Bagi Dyar MD bisa dibilang sebagai ‘jembatan’ antara industri musik Indonesia dengan pendengar khalayak. Otomatis label-label memperkenalkan musiknya pertama kali ke radio lewat MD. Karena itu, MD harus menjalin kerjasama yang baik dengan industri musik atau dengan label-label. Jadi keuntungannya si artis bisa promo di radio. Dan radio bisa mendapatkan feedback yang baik karena kedatangan artis atau bisa kerjasama off air.
Untuk Mustang, Dyar memiliki cara tersendiri dalam menyusun playlist-nya. “Jalur pemilihan musik dari top billboard chart atau top iTunes. Kenapa iTunes? iTunes kan berbayar otomatis orang suka sama lagu itu. Dan otomatis banyak orang yang ingin mendengarkan lagu itu. Jika lagu itu ada di chart iTunes bisa jadi high rotation-nya diperbanyak. Karena ini lagu lagi happening nih orang banyak yang suka. Otomatis orang ingin dengerin lagu ini. Untuk pemilihan lagu seperti itu.” Kecintaan dan passion-nya yang tinggi akan musik diakui Dyar menjadi alasan mengapa ia sangat enjoy dan bangga bisa menjadi MD. “Saya juga bukan pendengar musik saja, tapi pelaku juga musisi. Saya senang bekerja seperti hobi yang dibayar. Itu sangat menyenangkan banget. Saya melihat jerih payah memperdengarkan kawan-kawan musiknya sangat tinggi jadi saya ikut serta mendukung industri musik Indonesia karena passion.” Selain menjadi MD, Dyar nyatanya juga masih aktif ngeband. Kendati memiliki band sendiri, Dyar tidak serta merta dengan gampang memasukkan lagunya ke dalam playlist Mustang. “Saya harus membedakan mana yang ngeband mana yang bekerja. Jadi MD harus universal harus menghilangkan ego. Kami harus mendengarkan apa yang mau didengarkan masyarakat. Saya sendiri suka rock alternatif.” Kalau di Mustang, MD berada di bawah program director (PD) dan station manager (SM). Adapun untuk MD di Mustang hanya ada satu orang. Sementara di radio lain bisa memiliki dua orang MD terlebih jika radio tersebut memainkan semua genre musik. “Musik di Mustang 24 jam diatur oleh saya sendiri. Kalau dari sisi pendapatan hampir saya ditutup dengan passion. Kalau ada yang lebih besar Alhamdullilah. Saya bekerja dengan senang. Ada kebanggaan tersendiri ketika
2015 Juni
TopCareer
17
Top Career Issue
18
playlist-nya Mustang bagus. Gue sempet kaya senjata makan tuan, ketika gue lagi galau ke inget mantan gara-gara playlist gue. Enjoy the playlist,” ujarnya sambil tertawa. Selain faktor tersebut, Dyar menilai MD juga punya besar dalam ikut serta memajukan musik Indonesia. Tidak sedikit artis yang terbantu karena peran MD. “Contoh Mustang coba dengarkan ke khalayak untuk artis baru dan input bagus eh terkenal. Dari situ si artis saling kerjasama yang baik dengan MD, kami saling kerjasama dengan artis, manajemen artis, dan label. Kaya punya kebanggaan tersendiri bisa berhasil membantu musik Indonesia. Gue dulu tahu awal lo hehehee.” Sebelum menjadi MD di Mustang sejak Agustus 2014, Dyar mulai 2010 sudah terlebih dulu menjajal profesi sebagai penyiar dan produser di radio lain. Baginya tiap orang bisa menjadi MD asalkan punya kemampuan untuk membaca selera dan kemauan pasar disamping syarat utama harus mencintai musik itu sendiri. “Sebetulnya orang yang tahu semua program segmentasinya kemana ya yang dengerin siapa saja ya, jam-jam orang maunya dengar apa saja. Alangkah baiknya mereka tahu dulu programmya apa saja. Lebih punya taste musik yang bisa menahan egonya sendiri. Jangan semaunya ego sendiri. Lo harus ikutin maunya pasar tuh gimana.” Dyar menampik bahwa persaingan di radio menyebabkan MD dari masing-masing radio saling bersaing. Kenyataan yang ada dilapangan adalah sesama MD saling bantu, saling sharing. Bahkan meskipun itu radio kampus. “Ada waktu dimana MD keluar ke label bareng-bareng minta materi terbaru. Jadi kaya aneh sih sebenernya ketika MD pada sharing lagu. Para MD saling sharing pure mendukung musik Indonesia. Sudah banyak pelaku musisi kerjasama dengan MD. Contoh Noah mengeluarkan single Separuh Aku serentak kerjasama dengan para MD. Saat itu satu Indonesia puterin lagu Noah. Gimana caranya MD kerjasama dengan label.” Ketika ditanya jenjang karier selepas MD yang diincarnya, pria berusia 24 tahun
TopCareer
Juni 2015
ini mengaku masih sangat menikmati posisi MD sehingga belum terpikirkan untuk mengisi posisi lain selain MD. “Ketika dikasih jabatan lebih tinggi saya masih menikmati jadi MD. Banyak orang menginginkan title MD, karena selepas dari MD dia bisa kemana saja. Kenal banyak orang di industri musik seperti kenal banyak label, kenal promotor, kenal PH, kenal artisnya. Ketika jenjang MD sudah mulai habis mereka bisa buka EO, bisa gabung juga di label atau promotor musik. Musik itu luas. Banyak yang didapat ketika menjabat MD, bisa kenal artis manajemen, banyak banget link kemanamana.” “Dukanya belum ada Alhamdullilah belum ada. Belum ada merasakan hal yang tidak suka. Karena balik lagi lakukan dengan passion lo. Do it with passion. Dunia radio bisa dibilang pintu pertama menjadi entertainer. Kita coba balikin ke dulu orang terkenal lewat radio, biasanya penyiar dulu baru jadi presenter. Kalau suka ngomong, bawel, kenapa tidak coba siaran saja. Itu kan hal yang mengasyikkan lo dibayar cuma buat ngomong doang. Asal lo bawel, lo cocok jadi penyiar. Menurut gue seperti itu. Ketika lo sudah nyemplung lo akan ketagihan. Lo akan coba divisi lain seperti redaksi, MD, off air itu akan mengasyikkan.”
Top Career Issue
Penyiar
S
elain playlist musiknya, nilai jual dari satu radio ada dibarisan penyiar. Tak heran jika banyak radio seolah tergantung pada ‘keampuhan’ dari penyiarpenyiar dalam berebut pendengar. Dari profesi ini pula muncul banyak entertainer kenamaan berkualitas. Alhasil, ada anggapan bahwa penyiar punya modal lebih jika ingin banting setir atau terjun ke profesi lainnya. “Radio kaya sekolah. Alumni radio lebih unggul ketimbang bukan alumni radio. Lihat saja MC (master of ceremony) host seperti Indy Barends, Indra Bekti, Farhan, Ferdi Hasan, yang ngalamin radio beda sama yang nggak ngalamin. Karena mereka dilatih kreatif, dilatih ngomong, dilatih berpikir cepat, dilatih ngeles. Itu latihan tiap hari masa tidak ada hasilnya. Tidak pernah kehabisan omongan orang yang kerja di radio pintar ngomong,” ujar Ronal Surapradja entertainer kenamaan yang juga siaran di radio Jak FM. Jika Anda suka ngomong atau bawel, Anda sudah punya satu modal untuk menjadi penyiar di radio. Tapi itu saja tidak cukup. Ronal mengingatkan untuk menjadi penyiar yang baik tidak bisa instan. Si penyiar harus terus membekali diri dengan banyak referensi, pengalaman, sama eksperimen. Karena jika sekali tidak kreatif maka akan ‘kelibas’ dengan penyiar lainnya. Sebelum kecemplung di dunia keartisan, Ronal terlebih dulu menjadi penyiar di Bandung sejak 1999. Pada awal siaran ia mengenang kalau bayarannya hanya Rp4.000 per jam. Seiring dengan keberhasilannya di dunia entertainment, pria yang kini menjadi produser musik ini mengaku siaran bisa menjadi sumber pendapatan yang bisa diperhitungkan. “Kalau sekarang saya hitungannya bukan per jam lagi. Ada hitungan khusus. Ketika ke Jak FM, sudah menjadi seseorang kalau aku
ada hitungan khusus. Jangan lihat apa yang saya dapatkan sekarang tapi apa yang proses saya lakukan. Gue penyiar yang dari berbagai zaman. Masih zaman kaset ngalamin, ngalamin cd. Saya sudah terbukti penyiar berbagai zaman dan teknologi. Karier saya panjang di radio. Sudah banyak pencapaian dari siaran,” ujarnya. Ronal yang kini siaran primetime pagi bersama Tike Priatnakusumah (Tike) membagi saran untuk menjadi penyiar yang baik harus bisa menciptakan identitas sendiri alias tidak bisa asal tiru. “Ada orang yang siaran di radio yang kelasnya A plus plus plus. Jadi kalau siaran harus ngomongin mobil Jaguar aku masuk bengkel, lo nggak punya man. Nggak jujur dan nggak kan terjiwai. Karena ngelakuin itu. Pendengar kami juga sama. Karena jujur energinya sampai. Tapi ya itu kembali ke pilihan. Ada penyiar yang hidupnya harus party terus kalau tidak akan dikucilkan ke pergaulan radio itu. Jadi harus jujur siaran. Makanya siaran saya sama Tike natural tidak mencoba melucu,” kata Ronal.
2015 Juni
TopCareer
19
Top Career Issue
20
Latar utama yang membuat Ronal berkarier lama di radio atas dasar kecintaannya akan musik. Kalau bahasa kerennya karena passion-nya di musik. “Kesedihan saya tidak tahu bentuk anak saya di pagi hari. Karena saya siaran. Itu pengorbanan terberat. Tapi kerja yang paling nikmat adalah hobi yang dibayar. Saya hobi ngomong, hobi bercanda dibayar. Saya tidak pernah berasa kerja. Kerja yang cuma ngomong ini sudah membawa saya kemanamana. Secara materi juga wow,” tutur Ronal. Secara terpisah, duo penyiar Mustang Fajar Ibel dan Febicil juga menilai passion terhadap musik dan dunia penyiaran menjadi landasan kariernya. Keduanya tercatat sudah siaran bareng sejak November 2014 di program Zona Pegasus. Si Ibel memulai karier di radio sejak 2010, sementara Febicil sejak 2008. “Kita bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan berdasarkan passion,” ujar keduanya yang ditemui disela siaran primetime sore. Menurut Febicil tantangan menjadi penyiar adalah bagaimana untuk bisa terus menjaga mood. “Dukanya kalau tidak lagi mood. Nggak boleh kalah sama mood. Gimana caranya bisa ngalahin mood. Kalau siaran itu kan bermain dengan theater of mind. Kalau bete sedikit kan pasti kedengeran sama pendengar. Gimana kita bisa mengatasi mood itu. Kita punya mood booster yang sama yaitu kopi,” ujarnya sambil tertawa. Terkait saran untuk orang yang mau berkarier diprofesi ini ketiganya seolah sepaham bahwa orang tersebut harus terus mengasah kompetensi dirinya. “Syarat utama jadi penyiar. Cewe jangan cadel abjad. Terus juga tidak mesti ekstrovert, banyak open minded. Suara juga dipertimbangkan tapi bisa dilatih, dulu suara kami juga
TopCareer
Juni 2015
cempreng. Kaya vocal coach, kaya latihan nyanyi. Penyiar harus punya wawasan yang luas, aware sama keadaan dan isu sekitar. Apalagi kalau pengen jadi penyiar di Jakarta yang informasi kaya arus ombak. Melek informasi sama fokus. Jangan sok tahu,” ujar Ibel dan Febicil dengan nada semangat. Faktor menciptakan kesempatan juga menjadi hal yang harus dilakukan jika ingin menjadi penyiar. “Tidak ada sesuatu yang berat untuk siaran. Orang yang punya kemampuan itu banyak orang yang punya kemampuan dan dapat kesempatan itu yang tidak banyak. Kalau merasa sudah punya kemampuan untuk jadi penyiar ya tinggal cari kesempatan. Kalau tidak mampu cari kesempatan ya bikin kesempatan,” ujar Ronal. Febicil dan Ibel keduanya sepakat juga penciptaan kesempatan menjadi hal penting harus diperhatikan dalam hal ini. “Kami bisa jadi penyiar karena nasib dan hoki. “Bisa siaran itu hoki. Dulu awalnya radio sebelumnya, gue magang dulu jadi redaksinya. Karena bawel, saya disuruh coba
siaran. Setelah dua tahun pindah ke Mustang coba apply dan diterima. Padahal sebelum sudah apply tapi tidak dipanggil,” kenang Febicil si pencinta kucing. “Kalau gue dulu awalnya, radio lama cari penyiar yang tahu musik-musik indie untuk program Groundzero. Kebetulan gue indie banget. Gue dulu nggak tahu musik-musik dan artis mainstream kemudian dipanggil untuk ngisi program itu. Sudah itu siaran. Pada saat lagi diluar dipanggil kepala redaksinya Mustang, ditawarin buat siaran di Mustang. Ya maulah. Hoki lagi. Waktu itu masih penyiar reguler,” kenang Ibel yang hobinya berolahraga. TCM
Company of Choice
Loyalitas Antar Gen FM ke Puncak
24
Eksistensi Gen FM tak diragukan lagi. Radio yang telah mewarnai dunia penyiaran Indonesia selama delapan tahun kini semakin percaya diri dengan menjadi salah satu radio papan atas di negeri sendiri. Dengan kekuatan sumber daya manusia yang dimiliki, radio dengan tagline “Suara Musik Terkini” yang menyasar pasar anak muda tersebut terus berinovasi memberikan sajian program terbaik. Oleh & Foto: Lanny Kusumastuti
D
alam menjaga eksistensinya Gen FM selalu melakukan survei rutin kepada para pendengarnya dalam menentukan program dan musik yang disajikan. “Kami mencoba untuk memberikan apa yang pendengar mau,” kata Head of Marketing Public Relations Gen FM Ainur Rafikah. “Apa yang disajikan di Gen FM sifatnya lebih menjadi teman, jadi media hiburan yang simpel bagi pendengar.” Keberhasilan Gen FM sebagai radio nomor satu saat ini didukung
TopCareer
Juni 2015
oleh SDM yang berkualitas. Dalam proses perekrutannya Gen FM mempertimbangkan orang-orang yang memiliki kesan dan minat yang tinggi terhadap radio dan musik juga semangat untuk berkembang. “Mereka yang kami hire adalah yang punya visi, misi, dan mimpi yang sama serta punya semangat juang yang tinggi. Kebanyakan mereka disini nggak mencari karier tapi mereka antusias untuk samasama membangun dan maju bersama radio ini,” ujar Fika, sapaan Ainur Rafikah.
Company of Choice
Kemal & TJ Penyiar Gen FM
Untuk jenjang karier di Gen FM, tidak terbatas pada satu jenjang karier. Seluruh karyawan memiliki kesempatan berkembang untuk mendapatkan karier yang lebih baik sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Lebih lanjut Fika mengungkapkan adanya kemungkinan pindah jabatan ke divisi lain dimana HRD melihat kompetensi dan bakat yang dimiliki karyawankaryawannya selama mereka merasa mampu dan mau menjalaninya. “Jenjangnya memang pendek, tapi grade-nya terus naik. Kami selalu melakukan evaluasi melalui KPI (Key Performance Indicator) sebagai alat ukur keberhasilan secara individu maupun divisi. Orang-orang dengan kemauan tinggi yang punya potensi kami berikan training. Yang punya bakat dan minat bisa kami kasih kesempatan. Ketika mereka memutuskan untuk berkarier ditempat lain itu bisa menjadi modal experience yang dibawa dari Gen FM,” tuturnya. Sekilas struktural dalam tubuh
Gen FM tidak ada yang berbeda dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Akan tetapi, ada posisi berbeda di Gen FM. Jika di perusahaan umum sejenisnya menekankan pada promosi radio, Gen FM memiliki tim aktivasi radio sendiri. “Kami punya banyak posisi disini dan mungkin orang nggak nyangka ternyata ada banyak jenis karier di radio selain penyiar, program director, music director, dan sales. Kami juga memiliki divisi desain,” aku Fika. Responsibility, loyalty, honesty, and pride merupakan hal yang ditekankan manajemen Gen FM untuk SDM value. Ketika menjadi bagian dalam Gen FM mereka diharapkan tak hanya berkerja dengan kemampuan soft skill dan hard skill, namun harus disertai attitude yang baik. Disadari Fika bahwa attitude pun harus datang dari kesadaran diri. Kebanggaan menjadi bagian dari Gen FM yang menjadi radio nomor satu merupakan buah kerja keras,
2015 Juni
TopCareer
25
Company of Choice
26
loyalitas, dan kenyamanan. Mereka menganggap Gen FM sebagai rumah kedua yang nyaman untuk berkembang bersama-sama dengan tetap menjunjung nilai kekeluargaan diatas nilai profesionalisme sebagai tuntutan profesi. Menghadapi persaingan radio di Indonesia, Gen FM masih berada dalam koridornya dengan misi mendukung musik Indonesia. Diakui Fika bahwa keadaan industri musik Indonesia saat ini tidak dalam posisi sebaik tahun 2007 dimana Gen FM mulai mengudara. “Kami juga tetap kasih pendengar lagu-lagu yang mereka request biar mereka nggak lari,” kata Fika. Disisi industri musik Indonesia yang sedang menurun, Gen FM berharap tetap bisa mendukung musisi Indonesia melalui kerjasama dengan memberikan referensi musik yang diinginkan oleh telinga pendengarnya. Berkaitan dengan misi mendukung musisi Indonesia, Gen FM selain terus memutarkan lagu-lagu Indonesia juga merealisasikan misi tersebut
TopCareer
Juni 2015
melalui campaign bersama penyiar Gen FM dengan tajuk “Botakin TJ Tapi Jangan Botakin Musik Indonesia.” Kegiatan yang dilakukan di acara Car Free Day tersebut, TJ sebagai perwakilan dari Gen FM bersedia mengorbankan mahkota kepalanya untuk mendukung musik Indonesia dan memerangi pembajakan. Secara bisnis diakui Fika bahwa hal tersebut merupakan langkah persuasif kepada pendengar dan sebagai bentuk dukungan kepada musisi.
Company of Choice
Hal persuasif lain juga dilakukan Gen FM dalam upaya menumbuhkan kepedulian sosial para pendengarnya. Seperti diketahui belum lama ini sempat ramai di media sosial tentang kisah supir taksi yang ingin merayakan ulang tahun anaknya. Adalah Anka, penyiar Gen FM, yang kali pertama mengekspos hal tersebut lewat via posting-annya. Ketika itu, Anka menemukan supir taksi yang menaruh foto anaknya didekat kemudi yang diakui untuk memicu semangat bekerja dari si supir. Anka kemudian mem-posting-nya melalui media sosial dengan maksud menumbuhkan kepedulian sosial. “Jadi nggak cuma memperhatikan diri sendiri tapi juga peduli terhadap kebaikan apa yang bisa kami berikan,” ujar Fika.
Berkaitan dengan hal tersebut pula, perusahaan mengapresiasi dengan menjadikan tanggal 29 April sebagai Hari Inspirasi untuk Gen FM dan Jak FM. TCM
Responsibility, loyalty, honesty, and pride merupakan hal yang ditekankan manajemen Gen FM untuk SDM value. Ketika menjadi bagian dalam Gen FM mereka diharapkan tak hanya berkerja dengan kemampuan soft skill dan hard skill, namun harus disertai attitude yang baik.
2015 Juni
TopCareer
27
Company of Choice
Pengelolaan Kreatif ala Mustang
30
Tiga dekade seolah menjadi salah satu pembuktian PT Radio Utama Mustang atau lebih dikenal dengan radio Mustang bisa terus bertahan di papan atas dalam peta industri radio di Tanah Air. Radio berfrekuensi 88 FM ini tak bosan melahirkan program serta jebolan-jebolan berkualitas. Oleh: Yuda Prihantoro Foto: Lanny Kusumastuti
T
he Rhythm Of The City menjadi ciri identitas yang dikenal dari Mustang. Menyasar segmentasi kaum muda berusia 17-25 tahun, radio yang bermarkas di Menara BCA Jakarta ini coba terus bersaing di peta industri
TopCareer
Juni 2015
radio Jakarta. Kian menjadi perkara yang tidak mudah ketika segmentasi yang diperebutkan adalah pasar kaum muda. Selain harus bersaing dengan radio lain yang banyak menyasar segmen legit tersebut, Mustang kini juga dihadapkan
Company of Choice
pada adanya tren pergeseran cara pendengar dalam menikmati siaran radio atau musik pada umumnya. Tak ayal hal tersebut ‘memaksa’ para pekerja Mustang untuk lebih kreatif dalam
yang dilakukan oleh duo penyiarnya yakni Fajar Ibel dan Febicil. Siaran spesial tersebut dilakukan dalam merayakan ulang tahun Mustang yang ke-30 pada 1 Mei lalu. Dalam siaran
31
membaca keinginan dan tren pasar ke depannya. Hal itulah yang diakui Sis Costello, Program Director (PD) Mustang sebagai pekerjaan rumah timnya. Pria yang akrab dipanggil dengan Sis ini menilai setiap pekerja di Mustang di tuntut untuk lebih kreatif dalam segala hal. “Munculnya radio baru banyak tantangan. Persaingan cukup ketat di Jakarta. Kue iklan di radio itu kecil dibanding dengan televisi. Apalagi ada media dan radio online, mereka ambil porsi lumayan banyak. Untuk antisipasi yang kita bersaing untuk kreatif. Kami kedepankan sisi kreatif,” ujarnya. Salah satu bukti kekreativitasan yang baru saja Mustang lakukan dengan menggelar rekor siaran 88 jam non-stop
spesial itu hadir 30 artis ternama. Siaran itu masuk dalam rekor siaran terlama di Jakarta. Selain sisi kekreativitasan yang dikedepankan, sisi kebersamaan dan totalitas juga menjadi hal yang terus dibangun dalam budaya kerja di Mustang. Ibel menyiratkan contoh hal itu bisa dilihat dari siaran 88 jam non-stop. “Semuanya saling support. Hari ketiga kami siaran sudah merem. Jadi kami siaran sudah ngigo nggak nyambung. Tapi semua saling bantu. Colongan tidur tiap 15 menit. Dari halhal seperti itu yang justru memicu kami lebih kreatif. Itu inspirasi pecut. Kami bikin apalagi ya. Gali sisi kreativitas kami lebih dalem lagi,” ujar Ibel.
2015 Juni
TopCareer
Company of Choice
32
Sebagai salah satu orang paling lama di Mustang, Sis berpendapat sejak lama budaya kebersamaan memang terus dipertahankan dan dikembangkan Mustang. “Di Mustang suasananya akrab terbuka tidak eksklusif. Tidak ada penghalang bagi yang ingin masuk ke dalam. Mustang lebih terbuka. Karena radio kan inginnya dekat dengan pendengar. Sesama karyawan disini sama-sama tidak ada membedakan status sosial. Disini harus sama melayani. Down to earth, rendah hati.” Selain budaya kekeluargaan, lanjut Sis, ada budaya yang terus Mustang kembangkan yakni budaya saling berkunjung ke rumah sesama pekerjanya. “Kami saling berkunjung.
TopCareer
Juni 2015
Kami ingin mengenal secara keseluruhan. Kami ingin kenal dengan keluarga. Jadi tidak kenal secara pribadi tapi secara keluarga. Ada teman kesusahan juga saling bantu saling mengunjungi. Kami juga saling outing ke pulau dengan sesama teman dan juga dengan pendengar. Budaya itu yang terus kami bangun.” “Sekarang yang paling lama di Mustang cuma saya dan satu orang lain. Selama kerja di Mustang asyik. Tidak membosankan, menyenangkan bisa bertemu banyak orang. Untuk menempuh jenjang karier potensinya besar. Buktinya banyak orang-orang sukses langkah awal dari radio. Misalnya orang-orang yang sempat bersama Mustang. Contohnya Farhan, Novita Angie, Ari Untung, Bedu, Rico Ceper, Shena Indonesian Idol, Eno Netral, dan masih banyak lainnya,” tutur Sis yang sudah hampir 2 dekade di Mustang. Kentalnya budaya kekeluargaan di Mustang juga dirasakan Anindhita Christina, Public Relations (PR) Coordinator Mustang. Semenjak bergabung sejak Juni 2014, dara cantik yang biasa disapa dengan Caca ini mengaku sangat menikmati suasana kerjanya. “Kebanggaan kerja di Mustang adalah kekeluargaan. Kalau misalnya ada farewell sedihnya luar biasa. Saya sangat enjoy kerja di Mustang.” Caca mengungkapkan dalam urusan mencari pekerja, Mustang biasanya mencari orang-orang yang memiliki semangat dan berjiwa muda. “SDM di Mustang rata-rata mencari yang punya jiwa muda. Tidak harus remaja ada yang tua. Tapi punya taste yang bisa selera muda. Kriteria utama jiwa muda.”
Company of Choice
Selain menerima pekerja, setiap tiga bulan sekali Mustang juga terima anak magang untuk divisi redaksi. Caca mengungkapkan turn over di Mustang kebanyakan di divisi redaksi terutama untuk script writer. “Disini Mustang tidak ada rotasi posisi. Tapi kalau kami bisa bantu divisi lain tidak apa-apa. Tidak ada senioritas. Disini sangat welcome. Kami juga biasa mengadakan gathering untuk mempererat sesama. Biasanya satu tahun dua kali. Di Mustang juga bebas bersuara mengeluarkan pendapat. Ide biasanya kita garap bersama. Seminggu
sekali kami biasakan untuk itu.” Caca menjelaskan SDM yang ada di stasiun Mustang saat ini ada sekitar 28 orang. Terdiri atas 1 station manager (SM), 1 program director (PD), 1 traffic, 1 music director (MD), 1 public relations (PR), 8 produksi, dan 15 penyiar. Sementara sisanya di kantor pusat seperti bagian admin, finance, dan lainnya. Ke depan, Caca mengatakan pihaknya akan terus berupaya membuat banyak inovasi dan terus melakukan evaluasi terhadap tren dan perkembangan pasar. TCM
Di Mustang suasananya akrab terbuka tidak eksklusif. Tidak ada penghalang bagi yang ingin masuk ke dalam. Mustang lebih terbuka. Karena radio kan inginnya dekat dengan pendengar. Sesama karyawan disini samasama tidak ada membedakan status sosial. 33 Disini harus sama melayani. Down to earth, rendah hati.
Anindhita Christina Public Relations
Febicil & Fajar Ibel Penyiar
Sis Costello Program Director
Dyar Dhana Music Director
2015 Juni
TopCareer
Menikmati Karier dengan Idealisme dan Hobi
Profile
34
TopCareer
Juni 2015
Ronal Surapradja Penyiar Radio
Profile
Ronal Surapradja, artis sekaligus komedian Tanah Air ini memulai karier panjangnya lewat dunia radio. Menjalani profesi sebagai penyiar menurutnya adalah bentuk idealisme diri yang diwujudkan dengan memilih profesi melalui passion diri. Oleh & Foto: Lanny Kusumastuti
M
enjadi seorang penyiar telah dijalaninya sejak tahun 1999 di Bandung sambil menyelesaikan studi S1-nya. “Sempat berhenti enam bulan karena harus fokus skripsi,” ungkap Ronal. “Selain passion, yang menyetir saya adalah hobi. Hobi saya ya ngomong.” Berbicara dan bercanda yang ia anggap sebagai hobi rupanya telah banyak mengantarkan dirinya kebanyak pengalaman hidup. Ia pun menceritakan bagaimana ia meniti karier sebagai penyiar radio, “Kalian tahu nggak berapa bayaran saya siaran dulu? Saya itu dulu cuma dibayar Rp 4.000-35.000 per jam, itu tahun 1999-2005, sekarang sih beda, gajinya sama kayak gaji gubernur,” katanya sambil bercanda kepada Top Career. Ia mengakui bahwa bekerja dengan passion mengantarkannya pada kenikmatan hidup dimana ia menjalani hobi berbicaranya sebagai profesi dan mendapatkan bayaran atas hobi yang ia kerjakan saat ini. “Kerja yang paling nikmat itu hobi yang dibayar, saya nggak berasa kerja.” Menjadi seorang penyiar radio bukanlah pekerjaan mudah karena penyiar harus membangun theater of
mind para pendengarnya. Bagi Ronal, ia tak ingin menjadi penyiar yang berbicaranya dibuat-buat. Tujuannya adalah ingin menjadi orang yang seru dan menjadi teman ngobrol bagi pendengarnya yang kebanyakan sedang dalam perjalanan pagi hari menuju tempat kerja. Jujur adalah poin yang ia pegang dalam menjalani kehidupannya. Selain hobi berbicara, bapak ini juga hobi membaca dan menonton film. Hal tersebut dijadikannya sebagi referensi kuat untuk bahan siarannya setiap hari. “Pagi sebelum siaran adalah me time saya, saya sarapan sambil baca koran dan nggak boleh ada yang ganggu. Saya selalu baca tiga koran, Kompas, Tempo, dan Republika. Karena tiga koran itu mewakili tiga sudut pandang berbeda,” akunya. Menghadapi kerasnya persaingan radio bagi Ronal bukanlah suatu ketakutan. Ia menghadapinya persaingan dengan terus memperluas referensi. “Yang lebih ganteng, pintar, lucu dari saya banyak. Kalau saya nggak memperkuat itu (referensi) dan nggak kreatif pasti kelibas.” Jika dilihat banyaknya alumni penyiar radio seperti Indra Bekti, Indy Barends, Farhan, Ferdi Hasan, dan
2015 Juni
TopCareer
35
Profile
36
sebagainya yang sukses, karier menjadi seorang penyiar menjanjikan. Ronal pun mengakui hal tersebut, karena baginya siaran diibaratkan sebagai sekolah dimana setiap harinya ia dituntut untuk berpikir cepat dan mengasah kemampuan public speaking. Sebagai orang lama di radio, Ronal telah mengalami berbagai zaman di dunia siaran radio. “Zaman sekarang sudah ada komputer, saya dari zaman kaset pakai radio tape terus pindah ke CD. Kalau jadi DJ tuh saya masih pakai vinyl. Terbuktilah ya insya Allah dari berbagai zaman dan berbagai teknologi sudah saya alami,” ungkapnya. Berbagai hal telah dialami, berbagai medan yang telah ia lewati dan hal yang paling nikmat dari semuanya adalah siaran. Ia mengakui kenikmatan itu ia rasakan karena tahu segala proses yang dijalani selama menggeluti karier di radio mulai dari penyiar sekaligus menjadi program director juga berbagai perkembangan teknologi yang ia alami di radio. Kecintaannya terhadap dunia radio memang membuktikan ketika menjalani profesi yang dicintai akan memberikan kenikmatan luar biasa. Selain berbakat dalam berbicara, musik merupakan salah satu bagian hidup yang tak terlepaskan dari Ronal. Setelah memiliki dua album yang bertajuk Ronal Disko dan Rocknal, kini ia terus memperdalam passion-nya dengan
menjadi seorang produser musik. “Saya ingin mencoba hal baru jadi orang dibelakang layar, yang saya produseri juga teman-teman saya, kebetulan memiliki visi, misi, otak, dan jiwa yang nggak jauh beda.” Dalam memproduseri musisi pun Ronal termasuk selektif. Pria kelahiran 26 Mei ini memilih musisi yang dianggapnya dapat bertanggungjawab atas karya yang dibuat. “Saya nggak akan bikin musik yang nggak saya suka. Saya suka musisi yang bertanggungjawab dengan karyanya, semua artis yang saya sign punya karya ciptaan sendiri, mengerti lagunya dan bisa mempertanggungjawabkannya secara live,” ujar Ronal. Aktualisasi diri yang dilakukan tak hanya dengan bergaul dengan siapa saja yang ia temui. Upaya selektif dalam memilih orang-orang yang diajaknya bekerja juga menjadi cara untuk memperluas wawasan dirinya. Menurutnya, bekerja dengan orangorang hebat yang memiliki wawasan yang lebih darinya merupakan suatu bentuk kenikmatan spiritual orgasm bagi seorang seniman, bukan money orgasm. “Dari awal karier saya pakai hati, saya tidak akan pernah meledak diatas. Saya hanya mengerjakan apa yang saya suka,” katanya. Hanya mengerjakan apa yang ia suka memang terasa sangat idealis, namun
Menurut ronal bekerja dengan orang-orang hebat yang memiliki wawasan yang lebih darinya merupakan suatu bentuk kenikmatan spiritual orgasm bagi seorang seniman, bukan money orgasm.
TopCareer
Juni 2015
Profile
itulah yang menjadi pegangan hidupnya bergelut sebagai entertainer. Penyiar yang mengidolakan musisi era 1980-an seperti Ikang Fauzi, Vina Panduwinata juga Faris RM ini beranggapan bahwa musik era 1980-an tersebut memiliki notasi musik yang indah juga berkarakter. Ia memandang musik sebagai kendaraan ke masa lalu juga sebagai makanan untuk jiwa. Hari-harinya pun tak lepas dari musik, hingga ia mengklaim dirinya sebagai pemburu konser. Kehausan dirinya terhadap musik nyatanya telah membawanya berkeliling dunia untuk menyaksikan musisi favoritnya, U2. “September nanti saya akan berangkat ke Amsterdam nonton konser tur dunia U2,” paparnya. Berbicara mengenai keluarga, ia menjadikannya sebagai paket pengecas jiwa ketika menghadapi banyak masalah dalam pekerjaan. “Kalau semangat lagi low, kerjaan juga lagi kurang bagus, diam dirumah atau pulang ke Bandung ketemu orangtua wah ke charge banget
tuh spiritual,” katanya. Kesedihan rupanya juga dialami Ronal selama menjalani siaran pagi. “Saya nggak pernah tahu bentuk anak saya pagi hari,” ungkapnya yang harus berangkat pagi untuk siaran pukul 6.0010.00 WIB di Jak FM. Bahasan seputar keluarga pun sering dibawakannya dalam siaran. Hal tersebut ia ungkapkan kepada para pendengarnya karena kemungkinan besar hal tersebut juga dialami oleh para pendengarnya. Cerita Ronal dan Tike (partner utama siaran di Jak FM) mengenai keluarganya pun berdampak pula pada popularitas anak-anak mereka. Sebagai seorang penyiar yang telah malang melintang ia terus menunjukkan komitmennya dalam menghadapi persaingan di dunia radio. “Saya tidak pernah takut dengan persaingan, saya ingin membuktikan komitmen, totalitas, dan profesionalitas saya kepada pendengar juga untuk profesi saya,” ujarnya. TCM
2015 Juni
TopCareer
37
GTC Activity
CIMB Niaga Gandeng GTC Gelar Pelatihan
40
S
eperti arus informasi yang kini kian deras, persaingan di industri perbankan kian lama kian ketat. Kondisi ini direspons oleh CIMB Niaga dengan memperkuat jajarannya. Untuk itu, CIMB Niaga menggandeng PT Global Top Career dengan menggelar pelatihan pada 8-9 Mei 2015. Adalah Agus Suthedjo dan Benny Chrisdianto yang bertindak sebagai fasilitator dalam pelatihan tersebut. Agus Suthedjo, pemilik Permata Indonesia Group dan fasilitator PT Global Top Career, tampil sebagai fasilitator pada hari pertama. Dengan materi serta pembawaan yang menarik
TopCareer
mei 2015
dan fresh, Agus Suthedjo memberikan banyak pengetahuan tambahan untuk para peserta. Disampaikan dengan gayanya yang khas, kian menambah keseruan dari pelatihan ini. Tak kalah seru, Benny Chrisdianto yang menjadi fasilitator di hari kedua kian melengkapi pengetahuan para peserta. Peserta didorong untuk memiliki mindset dan perilaku yang tepat termotivasi untuk mencapai target. Sehingga nantinya diharapkan para peserta kian mantap dan mampu meningkatkan kompetensinya dibidang terkait guna memenangkan persaingan yang kian sengit. TCM
GTC Activity
41
2015 mei
TopCareer