TopCareer
Melirik Investasi via Tas Bermerek Untuk Pekerja
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
Top Career Issue
Melirik Investasi via Tas Bermerek Untuk Pekerja 18
Belanja barang fesyen kini tak lagi hanya sebuah kebutuhan atau kebanggaan semata, melainkan bisa pula menjadi investasi yang menjanjikan. Bagi para profesional terutama kaum hawa, mari simak bagaimana bisa mendapatkan keuntungan maksimal dari tas bermerek atau biasa disebut dengan branded bag. Oleh: Yuda Prihantoro dan Luhung Sapto Nugroho Foto: Dok. Fabulous Satchi & Istimewa
S
udah bukan rahasia, bagi beberapa kalangan terutama untuk kaum hawa, tas tak hanya sebatas pelengkap fesyen. Lewat penggunaan sebuah tas terlebih branded bag, kadar pede maupun status sosial pemakainya bisa terdongkrak. Harga yang fantastis ditambah dengan rupa serta kualitas yang menawan serta terkadang di produksi dalam jumlah terbatas membuat beberapa branded bag menjadi barang yang eksotis. Tak heran kenapa branded bag memiliki banyak ‘penganut’ setia di Indonesia. Tak hanya branded bag yang berstatus baru punya banderol fantastis. Branded bag secondhand nyatanya
TopCareer
April 2015
juga serupa. Bahkan bisa lebih mahal ketimbang harga jual kali pertama keluar. Tengok saja dalam sebuah acara lelang barang mewah di Heritage Auctions Dallas Amerika Serikat belum lama ini, sebuah tas Hermes Birkin yang dibuat dari kulit blue crocodile dengan hardware palladium terjual seharga USD113.525 atau setara Rp1,4 miliar apabila dikalikan dengan kurs saat ini Rp13.000 per USD1. Di Indonesia, pengguna branded bag diyakini kian banyak. Salah satu pemicunya adalah bertambahnya kelas menengah atas di Tanah Air. Kelas menengah menurut Bank Dunia adalah kelompok masyarakat yang
Top Career Issue
19
membelanjakan uangnya antara USD2 (sekira Rp26.000 dengan kurs USD1=Rp13.000) hingga USD20 per hari. Selama satu dasawarsa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono terjadi peningkatan kelas menengah dari 37 persen pada 2004 menjadi 56 persen dari total penduduk Indonesia. Dengan pertambahan, rata-rata 7 juta orang per tahun saat ini jumlah kelas menengah mencapai 131 juta orang.
2015 April
TopCareer
Top Career Issue
20
Boston Consulting Group mengestimasi pertumbuhan kelas menengah atas di Indonesia hingga 2020 diproyeksi mencapai 141 juta orang. Hal itu seiring tren konsumsi yang lebih berorientasi pada fungsionalitas dan kenyamanana. Menurut perusahaan konsultasi itu, perekonomian Indonesia yang relatif stabil menopang penciptaan gelombang kalangan menengah atas, baik dalam jumlah maupun daya beli. Dengan kondisi tersebut, Founder dan CEO Mobiliari Group Millie Stephanie mengaku tak heran jika lantas penjualan produk mewah akan banyak di Indonesia. ”Tahun 2030 akan ada 90 juta orang kaya baru. Merek-merek mewah akan masuk dan dibeli,” kata Millie seperti dilansir Bisnis. Pengamat gaya hidup Sonny Muchlison menuturkan tren sosialita mengoleksi barang branded sudah mulai muncul sejak era 1970-an. “Awalnya dari pejabat yang bepergian keluar negeri membawakan oleh-oleh untuk anak-anak mantan Presiden Soeharto. Mulai dari seperti parfum mahal dari Prancis, yang merupakan kota pusat mode dunia. Kalangan pengusaha yang dekat dengan Pak Harto. Kemudian para duta besar juga kerap memberikan cendera mata berupa berlian atau tas. Mereka paham barangbarang mewah apa saja yang menjadi selera anak-anak keluarga Pak Harto,” ujar Sonny. Sonny menambahkan untuk branded bag yang langka dan diproduksi terbatas memang nilai jualnya bisa meningkat
TopCareer
April 2015
beberapa tahun kemudian. Tapi, pengamat mode ini menyebut tren para selebriti mengoleksi tas mewah saat ini untuk meningkatkan strata sosial bukan untuk tujuan investasi. Luh Satwika Putri Lestarsi, pemilik situs www.FabulousSatchi.com yang menjual branded bag untuk secondary market mengatakan memiliki branded bag yang authentic telah menjadi lifestyle buat sebagian kalangan. “Seiring dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia yang terus membaik, maka demand terhadap luxury item juga meningkat. Seperti mobil yang sebelumnya dikategorikan barang mewah, maka saat banyak orang mampu, mobil tidak lagi dianggap barang mewah. Demikian pula halnya dengan tas branded,” ujar Satwika.
Beli Cermat untuk Investasi
Coba saja tengok branded bag seperti Hermes, Louis Vuitton, Balenciaga, Prada, juga Chanel, yang memiliki banderol cetar. Selain itu ada pula branded bag seperti Gucci, Kate Spade, Longchamp, Burberry, atau Furla, yang harganya masuk belasan juta rupiah. Bagi beberapa kalangan tentu harga yang mencapai puluhan, ratusan, hingga miliaran rupiah menjadi pertimbangan serius. Tapi harga selangit untuk branded bag tentu bukan jadi jalan buntu. Bagi beberapa perencana keuangan harga menjulang, bisa tetap Anda siasati. Yang
Top Career Issue
paling asyiknya lagi, Anda malah bisa mendapat berlipat untung meski merogoh kantong yang lumayan dalam. Perencana keuangan Lisa Soemarto mengatakan sebelum menjadikan barang mewah seperti branded bag sebagai investasi, seseorang harus terlebih dulu memenuhi sejumlah syarat. Yaitu memiliki cashflow yang positif, dana darurat yang tercukupi, terlindungi oleh asuransi, tidak memiliki utang konsumtif, dan memiliki rasio investasi yang sesuai dalam kategori likuid dan tidak likuid. Bila semua faktor tersebut telah dipenuhi, baru bisa bicara soal berinvestasi pada branded bag yang harganya tidak murah.
fesyen. “Jika salah beli, bisa jadi Anda malah mengalami kesulitan ketika ingin menjualnya kembali, atau malah harga akan turun.” Contohnya untuk membeli tas Hermes dibutuhkan waktu yang tidak singkat. Pasokan tas baru merek ini terbatas, sementara yang menginginkan tas Hermes jumlahnya jauh lebih banyak. Harganya di pasar sekunder otomatis menjadi tinggi. Lisa mengamati harga tas Hermes lima tahun lalu, kini bisa naik kira-kira 50 persen harganya di pasar sekunder. Sedangkan harga jual yang baru kenaikannya 30 persen dari harga beli lima tahun lalu. Artinya, tas Hermes bekas pakai masih mempunyai nilai 20
Syaratnya, pilihlah barang yang suatu saat bisa dijual untuk jadi uang. Barang yang bisa jadi investasi itu biasanya barang bermerek ternama, yang ketika dijual minimal harganya sama seperti saat membelinya. “Syaratnya, pilihlah barang yang suatu saat bisa dijual untuk jadi uang. Barang yang bisa jadi investasi itu biasanya barang bermerek ternama, yang ketika dijual minimal harganya sama seperti saat membelinya,” ujar Lisa. Lisa mengingatkan bahwa tidak semua branded bag tepat dijadikan produk investasi. Dari sekian banyak merek mewah hanya beberapa yang dipandang Lisa cocok. Beberapa merek tersebut adalah Hermes, Chanel, dan Louis Vuitton. Merek ini pada umumnya selalu naik harganya bila dilempar ke pasar tas bekas pakai. Lisa menyarankan Anda harus banyak mengamati majalah
persen lebih tinggi dari harga lima tahun sebelumnya. Dalam pemilihan tas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Lisa menyarankan agar Anda memilih model yang klasik atau limited edition. Tas yang berbahan kulit sapi, kulit buaya, atau kulit ular masih menjadi pilihan nomor satu. Baru selanjutnya ditempati oleh tas berbahan kanvas. Selain itu, warna yang dipilih pun diusahakan warna-warna basic, seperti hitam, coklat, atau abu. Sementara itu, Satwika mengatakan hampir semua branded bag pasti mengalami kenaikan harga setiap tahunnya. Tetapi hal itu tergantung
2015 April
TopCareer
21
Top Career Issue
model dan minat pasar. Menurutnya, saat ini branded bag yang bisa dijadikan investment item adalah Chanel Classic 2.55, Hermes Birkin, dan Hermes Kelly. “Dengan penggunaan yang apik dan penyimpanan kelengkapan yang baik, maka harga purna jual yang nanti didapatkan bisa lebih tinggi dari saat harga beli. Rata-rata kenaikan harga tas baru Chanel sekitar 8-12 persen. Sedangkan untuk Hermes antara 7-10 persen setiap tahunnya,” kata ibu dua anak ini. Menurut Satwika, untuk beberapa brand seperti Louis Vuitton, Chanel, dan Hermes memiliki sistem marketing
Eropa, Timur Tengah, Rusia dan India, Matthew Rubinger mengatakan tas mewah model klasik bisa memiliki nilai yang tinggi beberapa tahun kemudian. “Anda harus menjadi smart buyer, untuk beberapa item karya perancang ternama yang dibuat limited edition dan menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi bisa bernilai tinggi beberapa tahun kemudian. Perhatikan juga cara penyimpanan. Sebab, ini adalah hal yang paling penting,” kata Rubinger dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal pada November 2014 lalu. Jika sudah mulai paham branded bag mana yang Anda incar, kini tinggal
Dengan penggunaan yang apik dan penyimpanan kelengkapan yang baik, maka harga purna jual yang nanti didapatkan bisa lebih tinggi dari saat harga beli. Rata22 rata kenaikan harga tas baru Chanel sekitar 8-12 persen. Sedangkan untuk Hermes antara 7-10 persen setiap tahunnya. dan pricing yang unik. “Mereka tidak pernah mengadakan sale, setiap tahun harganya selalu naik dan tidak pernah memberikan diskon. Di sini tentunya memberi dampak positif bagi pemilik tas-tas tersebut. Katakanlah saat membeli tas Hermes harganya masih di angka puluhan juta, di tahun-tahun berikutnya sudah bisa naik sampai 30 persen,” ujarnya. Senior Vice President dan Direktur Internasional Christie’s untuk Asia, TopCareer
April 2015
mengatur siasat untuk memboyongnya. Prita Ghozie, perencana keuangan yang menggemari tas-tas bermerek premium mengatakan bukan hal mustahil bagi Anda untuk memiliki branded bag. Menurut Prita, sebuah tas atau benda lainnya baru bisa dikatakan investasi apabila dari memiliki tas tersebut, Anda mengalami hal berikut. Pertama, penghasilan bertambah karena branded bag digunakan untuk menunjang penampilan dalam bekerja. Indikatornya, jika Anda tidak punya tas tersebut, kredibilitas professional Anda mungkin
Top Career Issue
terpengaruh. Tapi, kalau tanpa tas tersebut order tetap lancar, artinya tas bukan investasi. Kedua, Anda bisa menjual kembali tas tersebut dengan harga sama atau bahkan lebih tinggi. Artinya, selama durasi Anda menggunakan tas tersebut, biayanya adalah gratis. Prita mengaku dari pengalaman mengoleksi branded bag selama belasan tahun, ia tidak pernah membeli dengan cara mencicil atau pun sampai menimbulkan utang kartu kredit. Menurutnya, ada beberapa trik dan kiat untuk menyiasati hal itu. Langkah awal adalah membuat wish-list tahunan. Setiap tahun, ia memasukkan pembelian branded bag ke dalam wish-list. Kemudian dengan membuat spending plan berdasarkan wish-list. Lanjut Prita ada beberapa cara untuk membeli branded bag yakni dengan menggunakan dana dari arus kas tahunan seperti bonus atau Tunjangan Hari Raya (THR). Kemudian dengan cara menabung setiap bulan sampai dana mencapai target. “Memiliki kesukaan belanja branded bag menurut saya sangat sah, apalagi kalau Anda adalah kaum pekerja. Terkadang belanja girlie stuff menjadi salah satu reward positif atas hasil kerja keras kita,” ujarnya. Lebih lanjut Prita mengingatkan bahwa langkah awal ketika Anda ingin membeli branded bag adalah melakukan financial check up. Caranya dengan mengetahui seberapa besar kemampuan
Anda menghabiskan dana untuk barang bermerek. Jika ternyata kondisi arus kas masih negatif, Anda tak layak memaksakan diri memburu branded bag. Tengok pula posisi dana darurat, apakah sudah ideal. Bagaimana dengan rencana keuangan utama seperti dana pensiun dan sekolah anak dan proteksi yang Anda miliki. Adakah tanggungan utang konsumtif. Kalau masih punya utang seperti kartu kredit tidak tepat jika memaksakan diri membeli branded bag. Setelah melakukan financial check-up, langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keuangan. Rencana keuangan harus memiliki tujuan spesifik, target dana yang jelas, dan target waktu penggunaan dana. Dengan perencanaan yang baik, Anda bisa tetap menjaga agar arus kas tidak terganggu ketika eksekusi pembelian datang. Selain itu, Anda bisa memilih waktu paling tepat untuk mendapatkan barang bermerek yang jadi idaman. Prita mencontohkan tahun depan Anda mengincar branded bag yang sekarang berharga Rp20 juta. Dengan asumsi inflasi 10 persen, maka target dana yang harus Anda kumpulkan adalah Rp22 juta. Karena target penggunaan dana termasuk jangka pendek, Lisa menyarankan untuk dikumpulkan biasa saja setiap bulan di tabungan. Beda skenario jika jika target pemakaian dana di atas tiga tahun. Anda bisa memutar dana di produk reksadana.
2015 April
TopCareer
23
Top Career Issue
Misal, tas incaran harganya Rp50 juta saat ini. Dengan menghitung faktor inflasi, empat tahun lagi ketika Anda akan membeli, harganya kemungkinan sudah melejit menjadi Rp 73,2 juta. Untuk itu, mulai sekarang Anda perlu menyisihkan dana investasi senilai Rp1,23 juta per bulan selama empat tahun di reksadana pendapatan tetap dengan asumsi imbal hasil rata-rata 10 persen per tahun.
membuat harga jadi melonjak tinggi. Begitu juga beban pajaknya yang tak kecil. Cara lain dengan membeli di branded secondhand via online. Barang branded bekas kondisinya tak selalu buruk. Jika jeli memilih dan beruntung, Anda berpeluang mendapatkan barang bermerek dengan kondisi bagus dan harga ramah. Akan tetapi, Anda harus memilih online yang tepat dan terpercaya salah satunya adalah www. Cari Jalur yang Pas FabulousSatchi.com Jalur pembelian branded bag tak Ketika memulai bisnis berjualan tas terbatas hanya di butik resminya. Dengan branded secondhand melalui online pada perencanaan, Anda punya waktu untuk 2012, Satwika tidak pernah menyangka menentukan kanal pembelian branded bisnisnya akan maju seperti sekarang. Ia bag yang paling menguntungkan
Cara lain dengan membeli di branded secondhand via online. Barang branded bekas kondisinya tak selalu buruk. Jika jeli 24 memilih dan beruntung, Anda berpeluang mendapatkan barang bermerek dengan kondisi bagus dan harga ramah. bagi kantong. Berikut beberapa jalur pembelian branded bag yang bisa Anda timbang. Pertama, butik resmi di luar negeri. Dengan menyambangi butik resmi di luar negeri kemungkinan Anda bisa lebih dulu update mendapatkan jenis branded bag yang belum masuk ke Tanah Air. Akan tetapi, mendatangi butik di mancanegara juga butuh modal yang tak sedikit. Jika selisihnya tidak banyak lebih baik membeli di butik dalam negeri saja. Kedua, melalui butik resmi di dalam negeri. Belanja di butik resmi tentu tidak meragukan Anda dari sisi keaslian barang. Namun, karena dijual dalam mata uang rupiah, selisih kurs bisa
TopCareer
April 2015
benar-benar memulainya dari nol. Tanpa pengetahuan sama sekali. Satwika mengadopsi nilai-nilai dan pemikiran dari Napoleon Hill mengenai rahasia kesuksesan sebagai filosofi bisnisnya. Hill adalah seorang penulis Amerika Serikat beraliran pemikiran baru yang menjadi salah satu produser genre sastra kesuksesan pribadi modern pertama. Ia dianggap sebagai salah satu penulis buku bertema kesuksesan terhebat. Salah satunya yang paling membekas dalam diri Satwika adalah nilai sebuah kejujuran. Ada banyak online shop. Dari sekian banyak online shop itu ada beberapa yang ‘nakal’. Dalam menjalankan bisnisnya Satwika memiliki prinsip selalu berusaha
Top Career Issue
berbuat baik kepada para konsumennya. Ia percaya perbuatan baik itu akan meninggalkan kesan bagi si konsumen. Karena itu, menurut Satwika, tidak sedikit pelanggannya yang melakukan repeat order. Contohnya, Vinia Lestianti Erwin. Perempuan yang akrab disapa Avin ini mengaku pernah mendapat pengalaman yang tidak mengenakkan saat membeli barang dari sebuah toko online. Sekitar 2012, ia memesan barang tapi setelah melakukan transfer pembayaran sebesar Rp10 juta, barang yang diidam-idamkan tak kunjung tiba. Sejak peristiwa itu Avin mengaku lebih suka membeli barang dari penjual yang sudah dikenalnya. Avin menyebut berbisnis dengan Satwika sangat menyenangkan karena dia mendapat informasi mengenai kondisi barang secara benar. Tidak ada yang ditutuptutupi. Satwika biasanya selalu menjelaskan kondisi barang yang dijual sebelum mulai bertransaksi. Kepada calon pembeli tas, Satwika akan menjelaskan kondisi barang termasuk jika ada cacat fisik. Selain itu, keaslian barang dijamin dengan adanya sertifikat. Sedangkan untuk consignment, Satwika akan menjelaskan persentase bagi hasil sebelum mulai dipasarkan. “Berbeda dengan penjual lain, mereka akan mark-up dari harga yang diberikan pemilik barang sementara Wika (panggilan akrab Satwika) hanya ambil komisi,” katanya. Menurut Avin kepercayaan menjadi kunci bisnis ini. “Apalagi sekarang
sudah ada sosial media. Kalau ada konsumen yang tidak puas beritanya akan menyebar dengan cepat ke manamana. Dan, di sinilah kehancuran bisnis ini,” kata perempuan pemilik rambut panjang dan tubuh semampai ini. Lebih lanjut ibu dua anak ini mengatakan lebih senang membeli barang dari orang yang sudah dikenal. Dan, kebetulan Satwika dan Avin sama-sama pernah bekerja satu kantor di sebuah bank asal Amerika. Lantaran itu pula Avin mengaku sudah beberapa kali berbisnis dengan Satwika. “Saya pernah beli dua tas dari Wika yakni merek Chanel sekitar Rp23 juta. Di butik, untuk tas yang sama dan baru harganya bisa Rp35 jutaan. Kemudian ada Balenciaga yang saya beli seharga Rp10 juta. Untuk tas baru harganya sekitar Rp20 jutaan. Saya juga pernah consignment tas dengan Wika untuk merek Louis Vuitton dan Tod’s,” kata eksekutif sebuah perusahaan finansial di bilangan Sudirman ini Sementara itu Indah, vokalis band beraliran jazz Maliq & D’Essential, mengungkapkan pendapat senada. Indah membeli tas Louis Vuitton dari Satwika. Pemilik nama lengkap Rivani Indriya Suwendi ini mengungkapkan Satwika selalu berkata jujur mengenai kondisi barang kepada setiap calon pembeli. “Di samping itu servis dari bu Satwika memuaskan. Dia akan menjelaskan kondisi barang kepada calon pembeli. Menunjukkan sertifikat keaslian barang termasuk jika kondisi barang memiliki cacat fisik,” katanya.
2015 April
TopCareer
25
Top Career Issue
Beberapa Branded Bag Termahal di Dunia
26
Urban Stachel Louis Vuitton
Pembuat : Louis Vuitton, Paris - Perancis Harga : USD 150.000 Keistimewaan : Terbuat dari sampah seperti botol, kantung teh, bungkus rokok, perban dan lain-lain sehingga nampak unik, Terinspirasi dari semangat daur ulang dan gerakan penghijauan
Lana Marks Cleopatra
Pembuat : Lana Marks, Florida - Amerika Serikat Harga : USD 250.000 Keistimewaan : Terbuat dari kulit perak metalik buaya. Dihiasi dengan 150 berlian putih dan hitam di atas emas putih 18 karat. Diproduksi hanya satu buah tas per tahun
TopCareer
April 2015
Top Career Issue
Chanel Diamond Forever
Pembuat : Chanel, Paris - Perancis Harga : USD 261.000 Keistimewaan : Bahan terbuat dari kulit buaya. Dihiasi dengan 334 butir berlian senilai 3,56 karat di atas emas putih 18 karat. Hanya diproduksi 13 buah saja di dunia
The Hermes Rose Gold and Diamond Crocodile Birkin
27
Pembuat : Hermes, Paris - Perancis Harga : USD 1,9 juta Keistimewaan : Terbuat dari kulit buaya. Rantainya terbuat dari jalinan 11.000 berlian. Pilihan lainnya tas bersisik 1.160 berlian. Limited, Hermes hanya membuat 3 unit saja di dunia.
1001 Nights Diamond Purse
Pembuat : House of Mouawad, Genewa - Swiss Harga : USD 3,8 juta Keistimewaan : Dihiasi 4.517 berlian dengan kadar 381 karat
Sumber: beragam
2015 April
TopCareer
Top Career Issue
Cara Merawat Branded Bag
Anda harus terlebih dahulu menentukan jenis kulit tas itu terbuat dari apa. Jangan menganggap semua kulit adalah sama. Ada berbagai jenis kulit yang memerlukan perawatan yang berbeda.
Untuk identifikasi jenis kulit tas, Anda bisa mengecek tag-nya. Ini akan membantu Anda menentukan produk untuk perawatan tas. Jika Anda masih tidak yakin maka berkonsultasilah dengan butik resminya.
28
Selalu simpan tas kulit Anda dalam kantong untuk meminimalisasi terkena debu. Pilih kantong berbahan lembut.
TopCareer
April 2015
Top Career Issue
Selalu simpan di tempat yang sejuk dan kering dimana udara dapat bersirkulasi untuk mencegah pertumbuhan jamur.
Selalu simpan tas Anda di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung karena risiko akan menyebabkan kulit tas memudar dan retak.
Hindari isian tas dengan kertas tisu untuk penyimpanannya karena bisa mengundang ngengat dan hama. Untuk alternatif gunakan bungkus gelembung.
Sumber: diolah
2015 April
TopCareer
29
Profile
36
Frederica Widyasari Dewi Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI)
TopCareer
April 2015
Profile
Tren Karier di Pasar Modal Bakal Kian Besar Kedinamisan seperti fluktuasi pasar yang terjadi tiap menit ditambah lagi sejumlah faktor baik eksternal dan internal yang mempengaruhi denyut pasar modal menjadi tantangan dan magnet tersendiri bagi Frederica Widyasari Dewi. Perempuan cantik yang kini menjabat sebagai Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai tren karier di pasar modal Tanah Air bakal kian bertumbuh. Bagaimana pandanganpandangan dia mengenai hal tersebut, mari simak perbincangan eksklusifnya dengan Top Career. Oleh: Yuda Prihantoro Foto: Istimewa
S
ebelum berkarier di pasar modal, Frederica Widyasari Dewi dikenal sebagai salah satu aktris nasional serta model era 1990-an. Beberapa judul sinetron yang pernah dibintanginya antara lain Doaku Harapanku, Angling Darma, Panji Manusia Milenium, dan Bulan Masih Perawan. Pada awal tahun 2000, ia melanjutkan studi keluar negeri dan memperoleh gelar MBA di California State University, Fresno, Amerika Serikat.
Dan semenjak 2004, perempuan yang akrab di kalangan wartawan dengan panggilan Mbak Kiki ini memutuskan untuk berkarier di dunia pasar modal. “Sejak saya terjun di pasar modal saya tidak pernah bosan. Sebab pasar dinamis. Belum lagi pergerakan di bursa kan pengaruhnya banyak. Itu selalu menarik buat saya,” ujarnya. “Pasar modal menjadi cita-cita saya sejak dulu. Apalagi semenjak melanjutkan
2015 2015Maret April
TopCareer
37
Profile
38
ke perguruan tinggi diluar negeri saya makin tertarik dengan pasar modal.” Posisi bergengsi sebagai Direktur Pengembangan BEI nyatanya tidak didapat dengan instan. Berkat performa apiknya, karier Kiki terus meningkat. Ia pernah menjabat sebagai corporate communication, kemudian sebagai Kepala Komunikasi Perusahaan, hingga pada 2009 ia dipromosikan menjadi Direktur Pengembangan periode 20092012. Dan terpilih kembali diposisi yang sama untuk periode saat ini. Ketika ditanyai mengenai karier di dunia pasar modal Indonesia, Kiki memperkirakan ke depan akan terus berkembang. Pengaruh-pengaruh dari media serta film-film tentang pasar modal seperti The Pursuit of Happyness dinilai Kiki juga turut memberikan andil dalam menginspirasi para generasi muda untuk berkarier di bidang tersebut. “Mulai banyak kini mahasiswamahasiswi yang tertarik dengan pasar modal. Mulai banyak yang cita-citanya kerja di sekuritas, jadi analis trennya mulai positif. Kini saja ada sekitar 119 kampus di Indonesia yang jadi bagian dari pengembangan pasar modal. Jadi saya melihat ke depan akan positif,” tuturnya. Penyandang gelar Diajeng Yogyakarta 1994 mengungkapkan bahwa selalu berupaya maksimal dan ikhlas menjadi salah satu senjata untuk kesuksesan dalam kariernya. “Saya mencoba selalu memberikan yang terbaik. Manusia berusaha maksimal dan untuk hasil saya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Saya juga selalu berpikiran positif. Sebab jika tidak bisa stres sendiri,” ujarnya sambil tertawa. Dunia pasar modal memang menyuguhkan tantangan yang cukup besar. Perkembangannya terbilang
TopCareer
April 2015
sangat dinamis. Banyak faktor yang mempengaruhi laju pasar modal. Tak hanya pengaruh mikro dan makro dari dalam negeri, faktor eksternal pun memberi andil besar. Apalagi posisi Kiki sebagai regulator pasar modal di Tanah Air. Jelas ia harus memiliki kompetensi yang luar biasa. Pekerja rumah Kiki sebagai Direktur Pengembangan BEI tentu seabrek. Akan tetapi, Kiki mengaku terus semangat dan merasa kian tertantang dalam memajukan pasar modal Indonesia. Ia mencontohkan dari sisi investor ritel yang memiliki rekening di pasar modal terus meningkat, kendati masih jauh dari yang diharapkan. “Saat saya baru masuk di pasar modal investor hanya sekitar 150 ribuan. Tapi sekarang sudah menyentuh angka 500 ribuan investor. Itu menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Kami terus melakukan pengembangan untuk mendorong pertumbuhan pasar modal krusial,” ujarnya. Beberapa langkah pengembangan yang dilakukan antara lain berencana mengusulkan ke pemerintah untuk memasukkan pasar modal dalam kurikulum mata pelajaran di tingkat sekolah menengah atas. Adapun tujuan program tersebut adalah memasyarakatkan pasar modal di Indonesia sehingga mempercepat proses peningkatan jumlah investor di BEI. Lewat jalur pendidikan ia berharap generasi muda akan banyak yang mulai melek pasar modal dan berpotensi sebagai investor pasar modal di masa depan. Untuk tahap awal, masalah pasar modal bisa dimasukkan ke mata pelajaran ekonomi. Langkah awal ini dinilai dapat memberikan pengetahuan kepada generasi muda. Dengan demikian, ke depan diharapkan
Profile
39
Saat saya baru masuk di pasar modal investor hanya sekitar 150 ribuan. Tapi sekarang sudah menyentuh angka 500 ribuan investor. Itu menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Kami terus melakukan pengembangan untuk mendorong pertumbuhan pasar modal 2015 April
TopCareer
Profile
40
ada transfer pengetahuan kepada masyarakat luas soal dunia yang oleh orang awam dianggap rumit. Menurutnya BEI terus berusaha untuk mengenalkan pasar modal kepada beragam lapisan masyarakat. Selain melalui jalur kementerian, jalur lain yang ditempuh untuk memperkenalkan pasar modal melalui komunitas-komunitas, dan kelompok ibu-ibu arisan. Menurut Kiki, trennya sekarang, orang lebih mudah dipersuasi bila melihat di komunitasnya sudah ada yang melakukan. Tak hanya dari sisi masyarakat, dari sisi korporasi, Kiki berharap jumlah perusahaan yang melantai di bursa bisa terus bertumbuh. Seperti diketahui jumlah emiten baru di Indonesia sejak 2010 mengalami pasang surut. Pada 2010 tercatat 24 emiten baru, pada 2011 tercatat 11 emiten baru, pada 2012 tercatat 24 emiten baru, pada 2013 tercatat 30 baru. Adapun jumlah perusahaan yang listing hingga Desember tercatat 502 emiten, atau terendah nomor dua di Asean. Negara yang jumlah emitennya masih rendah, yakni Filipina, tercatat hanya 260 perusahaan.
Untuk MEA, modal kita harus lebih besar dan diperkuat. Salah satunya adalah penguasaan Bahasa Inggris. Lisensi-lisensi terkait profesional juga harus dimiliki sehingga kita bisa tetap menunjukkan daya saing yang tinggi
TopCareer
April 2015
Profile
41
Di kawasan Asean, negara lainnya seperti Thailand jumlah emitennya sebanyak 603 perusahaan, Singapura sebanyak 770 perusahaan, dan Malaysia sebanyak 904 perusahaan.Sebagai perbandingan, di kawasan dunia, China mencapai 980 emiten, Hong Kong 1.729 perusahaan, Korea Selatan mencapai 1.829 perusahaan, Australia 2.056 perusahaan, Jepang 3.440 perusahaan, dan yang terbanyak yakni India 5.499 perusahaan.
Menanggapi tentang masyarakat ekonomi Asean (MEA) yang bakal dimulai aktif tahun ini, Kiki mengingatkan agar generasi muda dan pekerja-pekerja Indonesia agar mempersiapkan diri untuk itu. “Untuk MEA, modal kita harus lebih besar dan diperkuat. Salah satunya adalah penguasaan Bahasa Inggris. Lisensilisensi terkait profesional juga harus dimiliki sehingga kita bisa tetap menunjukkan daya saing yang tinggi,” sarannya.
2015 April
TopCareer
Profile
Pelayanan dengan Hati ala Satwika Lestari Membangun bisnis ini tidak terlepas dari dedikasi untuk memberikan servis yang terbaik, sekecil apapun order dari customer. 44
Oleh: Luhung Sapto Nugroho Foto: Dok. Pribadi
K
ehidupan memang misterius. Lika-likunya selalu menghadirkan sisi-sisi unik individunya dan membuka ruang untuk berkreativitas. Ujian dan cobaan kehidupan bukanlah penghambat yang semerta-merta mesti disesali. Ia adalah vitamin penguat bagi siapa saja yang ikhlas menjalaninya. Berbekal kreativitas, ketekunan dan kemauan yang keras, maka hal yang sekedar hobi bisa menjadi sumber penghasilan yang menjanjikan. Hal inilah yang dialami Luh Satwika Putri Lestari. Berawal dari hobinya mengoleksi tas telah menginspirasinya untuk menghadirkan wadah baru bagi para pecinta tas branded untuk berkesempatan memiliki tas authentic dengan harga yang lebih terjangkau. Satwika memulai karier di perbankan sebagai Management Development
TopCareer
April 2015
Program di Bank UOB Buana (sekarang UOB). Setelah proses pembelajaran satu tahun, lalu ditugaskan sebagai Relationship Manager di Privilege Banking UOB. Kariernya terus melesat sehingga mendapat tawaran posisi trainer. Singkat cerita, Satwika pindah ke Citibank. Jabatan terakhirnya adalah Training Coordinator under Insurance Business Group. Saat kariernya kian moncer, anak pertamanya sering sakit-sakitan. Di sinilah muncul dilema yang pasti ditemui oleh semua ibu pekerja. Satwika langsung banting setir dan melakukan career suicide demi kesembuhan anaknya.
Profile
45
Luh Satwika Putri Lestari 2015 April TopCareer Owner Fabulous Satchi
Profile
46
Arti kata Satchi sendiri berasal dari bahasa Sansekerta ‘Sat’ dan ‘Chid’ yang artinya “Truth & Knowledge” atau kebenaran dan pengetahuan. TopCareer
April 2015
Profile
“Saat resign, perlahan-lahan kesehatan anak saya mulai membaik dan saya pun mulai punya banyak waktu luang untuk memikirkan potensi bisnis yang bisa dijalani sembari mengandung anak kedua karena untuk kembali ke dunia kerja sudah tidak memungkinkan, karena tidak ada perusahaan yang akan merekrut wanita yang sedang hamil,” katanya di Jakarta pada awal Maret lalu. Awalnya Satwika mencoba menjual tas kulit ular dan baju-baju dari Bangkok, tetapi ternyata hasilnya kurang memuaskan. Salah seorang teman di kantor lama yang mengetahui dirinya berjualan online dan membuka blog meminta tolong kepada Satwika untuk menjualkan tas second merek Louis Vuitton.
membuat website www.FabulousSatchi. com. Kata Satchi diambil dari nama anak pertamanya Satchidananda. Adapun arti kata Satchi sendiri berasal dari bahasa Sansekerta Sat dan Chid yang artinya Truth & Knowledge atau kebenaran dan pengetahuan. “Sesuai namanya Satchi menjunjung tinggi kebenaran artinya produk yang ditawarkan dijamin keasliannya. Dan dari sisi pengetahuan, selain menjual, kami juga meng-educate customer kami tentang bagaimana membedakan barang asli dan tiruan melalui artikelartikel yang kami tampilkan di website,” ujar Satwika. Proses hulu sampai hilir banyak dipelajari along the way. Mulai dari pencarian barang, authentication,
Satwika memiliki prinsip di mana pun selalu berusaha berbuat baik, 47 maka perbuatan itu akan selalu berkesan bagi penerimanya. “Ternyata tidak berselang satu minggu berhasil terjual. Dari situlah awal mulanya kemudian teman-teman lain ikut menitipkan tas branded-nya melalui saya dan menjadi berkembang seperti sekarang ini,” jelas Satwika. Perempuan kelahiran Denpasar 31 tahun silam ini selalu percaya terhadap perbuatan baik. Satwika memiliki prinsip di mana pun selalu berusaha berbuat baik, maka perbuatan itu akan selalu berkesan bagi penerimanya. “Ini jugalah yang menjadi filosofi bisnis saya, sebuah rahasia kesuksesan dari Napoleon Hill,” sambung Satwika. Sejak 2012 Satwika mulai terjun ke bisnis tas branded second hand dan
pemasaran, hingga after sales service terus ditingkatkan mutunya. Untuk mendapatkan barang-barang, Satwika memperolehnya dari berbagai source seperti auction di luar negeri, estate sales, dan juga private collections. Lebih jauh Satwika menjelaskan ilmu marketing yang dipelajarinya saat kuliah di Deakin University di Melbourne, Australia dirasakan sangat berguna. Utamanya dalam mengimplementasikan konsep simple marketing seperti 4P’s yaitu Product, Price, Place and Promotion sebagai dasar yang harus diketahui setiap Enterpreneur. “Target market kami adalah wanita mid to high end dari berbagai macam
2015 April
TopCareer
Profile
profesi seperti profesional, karyawan, wirausaha dan juga kalangan artis,” ujar Satwika seraya menambahkan pelanggan Satchi mencakup seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Medan sampai ke Manokwari, Papua. Untuk luar negeri, ada juga pelanggan–pelanggan yang berdomisili di Singapura dan Kuala Lumpur. Menurutnya, word of mouth menjadi marketing tools yang paling efektif untuk bisnis ini. Kepuasan pelanggan dengan pelayanan Satchi menyebar dengan cepat. Di era digital ini, Satwika juga memanfaatkan media online seperti Kaskus, Toko Bagus, Instagram
Tetapi seiring dengan meningkatnya permintaan, maka brand yang ditawarkan mulai beragam seperti Hermes, Prada, Balenciaga, Christian Dior, dan lain-lain. “Kisaran harga yang ditawarkan juga beragam tergantung dari brand dan kondisi dari tas tersebut. Mulai dari satu juta rupiah sampai yang puluhan juta pun ada,” katanya. Saat nilai tukar Dollar terhadap Rupiah naik, harga tas ikut naik sehingga daya beli pelanggan menjadi berkurang. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Satchi lebih banyak menawarkan koleksi tas branded second.
Prospek bisnis ini di Indonesia masih sangat besar ke depan. Seiring perkembangan ekonomi yang membaik dan meningkatnya 48 peranan wanita di masyarakat, maka tidak memungkiri daya beli mereka pun semakin meningkat. dan Facebook untuk menjangkau lebih banyak calon pembeli. Satwika memilih berpromosi via website karena jangkauannya yang luas dan sesuai target market yakni sophisticated urban women, yang punya sedikit waktu untuk pergi ke mal dan mencari tas yang benar-benar mereka inginkan. Product range Satchi cukup beragam, mulai dari tas, clutch, dompet, sepatu, jam tangan dan aksesoris branded lainnya. Dengan meningkatnya minat pasar pada barang-barang branded second hand, produk yang ditawarkan di awal membuka bisnis ini hanya berkisar pada merek Louis Vuitton dan Chanel.
TopCareer
April 2015
“Kami membeli dan juga menerima consignment tas-tas dan fashion items branded dengan kondisi baik yang tentunya telah melewati proses authentication yang intensif sehingga kami jamin keasliannya,” tegasnya. Prospek bisnis ini di Indonesia, menurut Satwika, masih sangat besar ke depan. Seiring perkembangan ekonomi yang membaik dan meningkatnya peranan wanita di masyarakat, maka tidak memungkiri daya beli mereka pun semakin meningkat. Kebutuhan fesyen pun menjadi salah satu kebutuhan primer. Di negara-negara seperti Jepang, Singapura, dan Hong
Profile
Kong bisnis barang branded second ini sudah sangat maju dan bahkan butik-butiknya bisa ditemui di banyak sudut kota. Masyarakat di sana sudah aware bahwa barang asli lebih baik kualitasnya dari barang tiruan dan kesadaran yang tinggi terhadap “say no to fake”. “Ke depan, Satchi akan terus mengembangkan sayapnya sebagai wadah authentic branded secondhand yang terpercaya di Indonesia. Kami akan mulai merambah bisnis arloji second tahun ini dengan menargetkan customer mid
to high income male age 25 - 55 years old. Layanan via order online kami pun sudah launch, sehingga dapat memberikan service terbaik untuk konsumen kami,” katanya.
49
2015 April
TopCareer
Profile
Ageng Purwanto Bangun Identitas Sales BNI
44
Salah satu faktor yang menjadikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk kian besar adalah berkat kian mantapnya performa salesnya. Adalah Ageng Purwanto, General Manager Consumer & Retail Sales Distribution Division, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sosok dibalik pengembangan ujung tombak bank pelat merah tersebut. Oleh & Foto: Yuda Prihantoro
N
ama Ageng di dunia perbankan nasional bukan nama kemarin sore. Rekam jejak prestasi serta ragam inovasi yang ia buat menjadikan pria asal Kalimantan ini masuk ke dalam daftar profesional yang sangat diperhitungkan terutama di industri perbankan. Di temui di kantornya di Wisma BNI 46, pria ramah ini bukabukaan soal karier profesional dan pribadinya. Saat ini peran Ageng di BNI bisa dibilang krusial. Bagaimana tidak, ia menjadi sosok penting yang mengembangkan sales BNI. Tak hanya urusan pengembangan kemampuan, infrastruktur sistem menjadi pembenahan yang terus ia tingkatkan. “Di BNI saya membangun sales yang punya identitas. Sales yang punya identitas apa sih? Contoh misal saat sales dari beragam bank kumpul, sales BNI TopCareer
Maret 2015
punya ciri khas. Ketika kita tidak punya identitas maka kita tidak akan punya pengaruh. Kita tidak punya jati diri. Saya membangun sales BNI yang punya identitas. Atributnya simpel saja tidak ada yang ilmiah sudah ada di kita semua. Bikin lebih jelas,” kata Ageng dengan semangat. Lebih lanjut ia menjabarkan ada tiga hal utama terkait identitas tersebut. Pertama, sales itu harus punya yang namanya knowledgeable. “Kami harus knowledgeable dari A sampai Z. Kalau kerja di BNI harus tahu yang BNI punya apa aja produknya, apa saja bisnis pendukungnya, berapa cabang, punya atm berapa, tabungan apa aja, punya berapa ribu karyawan yang bisa membantu. Kadang-kadang mereka lupa. Jika tidak tahu bagaimana mereka bisa menjual ke nasabah. Mereka tahu tapi tidak aware.”
Profile
45
Ageng Purwanto
General Manager Consumer & Retail Sales Distribution Division, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
2015 Maret
TopCareer
Profile
46
Menurutnya, sales yang baik adalah yang memiliki percaya diri. “Pede itu akan muncul jika knowledgeable. Untuk bangun itu perlu infrastrukturnya. Karena itu saya bangun sales academy. Sales akan kehilangan identitas jika tidak bisa membantu customer.” Identitas yang kedua, lanjut Ageng, harus memiliki kemampuan yang baik. Kalau di sales bangun orang sales yang terbaik softskill dari basic sampai advance bagaimana di handle complain, bagaimana presentasi, bagaimana bersikap berperilaku penampilan. “Jadi kami training mereka. Skill untuk membangun identitas.” Dan Ketiga, selalu positif. “Contoh kalau di dalam lift jadi orang yang icebreaking. Coba kalau sombong. Sesama sales tidak kenal itu kan salah. Atribut ini tidak gampang karena tidak banyak yang ke arah situ. Kalau itu terjadi, warnanya ketika dikumpulin dengan bank lain itu bisa diketahui BNI. Tiga hal itu yang saya bangun di BNI saya bangun sejak saya masuk.” “Di BNI sudah ada sales culture menurut saya tidak ada fokus. Divisi ini dibentuk karena transformasi BNI punya bisnis model yang berubah dulunya product centri sekarang customer centri bisnis. Disitu bagaimana caranya mengimplementasi itu kemudian dibangun divisi saya supaya semua proses bisnis perilaku sales terstruktur,” lanjut Ageng. “Dari requirement karier seperti apa training reward itu kita bangun satu rangkaian. Dari 2001-2005 hari ini sudah ada hal yang kita bangun secara terintegrasi. Sales ada sistem monitoringnya dulu ada sales tapi tidak ada monitor. Kita bangun Sales Activity Performance Management (SAPM) itu satu-satunya
TopCareer
Maret 2015
alat yang dipakai sales untuk day to day mereka. Mereka punya kelola nasabah ada sistemnya kunjungan tercatat, update semua aktivitas mereka, kami bikin sistem.” Menurutnya untuk membangun itu semua ada beberapa hal yang dibenahi. People yang dibangun attitude-nya. “Untuk industri perbankan di bisnis consumer karena sifatnya ritel kecil-kecil kita butuh sistem lain dengan corporate banking. Kita bangun semua sales ketika mereka lakukan aktivitas bisa membuat mereka lebih gampang dan untuk leader-nya bisa melakukan monitornya. Jadi itu sistemnya kalau ngomongin prosesnya bagaimana kita bikin proses yang lebih baik untuk mendukung sales kompetitif sistemnya juga bisa mengcapture itu.” Pengalaman Ageng di dunia perbankan di mulai sejak 1990. Saat itu ia bergabung bersama Citibank. “Waktu awal masuk saya jadi tenaga outsourcing temporary staff ditaruh dibagian collection departemen penagihan. Itu tidak lama karena prestasi saya jadi permanen. 1990-1997 saya kerja di Citibank belajar banyak tentang perbankan. Saya bangun telesales di Citibank tahun 1996 untuk menjual produk investasi mutual fund. Jual reksadana lewat telemarketing. Saat itu belum dikenal luas. Menurut saya itu turning point di industri perbankan Indonesia. Dengan pengalaman saya yang panjang saya diminta Standard Chartered Bank untuk men-develop direct sales disana untuk menjual produk seperti kredit tanpa agunan,” ujarnya. “Kalau bicara channel sales, ada direct sales untuk bisnis kartu kalau dibandingkan selama 10 tahun terakhir cukup pesat. Tidak hanya
Profile
masalah sumber dayanya tapi juga masalah regulasinya. Kualitas sumber daya dan performance juga banyak berkembang. Sekarang makin ditata. Saya pikir development-nya luar biasa. Perkembangannya ikut memberikan banyak kontribusi bagi industri kartu kredit. Channel direct sales menjadi channel yang efektif di market.” Bicara mengenai leadership, Ageng mengatakan selalu berubah dari tahun ke tahun tergantung pada posisinya. “Waktu jaman pegang sales langsung bagaimana kita militansi. Sales harus
harus bisa menciptakan leader-leader baru suksesor mesti ada. bukan kalau tidak ada gue gagal. Leadership itu tujuannya harus bisa mengubah satu keadaan menjadi lebih baik. Kita harus memberikan nilai tambah kepada tim kita. Apa saja nilai tambah. Kita harus menyiapkan kaderisasi, mengubah perilaku mereka, kita harus bisa membuat satu visi yang bisa mengubah bisnis ditempat kita menjadi lebih baik. Leader harus punya visioner. Kita butuh membangun mimpi mau kemana,” ujar pria yang gemar golf serta ngegym ini.
Leader itu pengurangan. Contoh tidak boleh merokok sebagai leader kamu tidak boleh merokok. Apa yang diucapkan mengurangi. Tidak boleh terlambat ya tidak boleh terlambat. Leader itu tidak 47 pernah menambah selalu mengurangi. Kalau ngomong ya harus komitmen disiplin sales harus perform. Membuat disiplin yang sifatnya militan, setiap hari harus visit berapa, menghasilkan berapa. Kalau tidak performance jelek kurangin. Kita punya ribuan orang kalau pakai leadership yang banyak diskusi ya selesai juga. Jadi selalu disesuaikan dengan keadaan tim. Sales disiplin yang militan saya tonjolin. Tapi reward juga jelas.” Dengan posisi sebagai GM saat ini, Ageng mengatakan gaya leadershipnya dengan memberi pemahaman mengenai role model. “Buat saya kita
“Saya dikenal di teman-teman kalau Ageng bilang datang pasti datang. Meskipun terlambat. Saya senang berarti ada yang melekat. Itu identitas. Leader itu pengurangan. Contoh tidak boleh merokok sebagai leader kamu tidak boleh merokok. Apa yang diucapkan mengurangi. Tidak boleh terlambat ya tidak boleh terlambat. Leader itu tidak pernah menambah selalu mengurangi. Kalau ngomong ya harus komitmen. Itu yang saya selalu berusaha. Selalu jaga nama baik.”
2015 Maret
TopCareer
Profile
48
Ia pun beranggapan bahwa menjadi sales yang baik tidak bisa instans. Selalu berproses. “Kalau lihat perubahan orang menjadi sales tidak pernah malu. Saya tidak pernah malu mengatakan saya sales. Dengan sales bisa menjadi seseorang secara materi dan non materi. Dulu memang orang memandang sebelah mata. Industri ini harus kita jaga sama-sama. Ketika menjadi sales jagalah martabat sales jangan menjanjikan sesuatu yang bisa mengecewakan nasabah.” Jelang persaingan yang kian ketat seperti terbukanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Ageng berpesan pada generasi muda agar selalu kompetitif. “Kita harus punya disiplin lebih dari yang saat ini. Kita tidak gampang puas. Dan harus jadi tuan rumah sendiri. Sebagai pemilik market yang mesti kita jaga sendiri kita harus siapkan itu dengan kompetitif dengan etos kerja, disiplin, pengembangan diri kita terus kita tingkatkan.” “Kalau lihat perkembangan banyak orang muda sudah menjadi entrepreneur. Sudah punya ambisi yang kuat dan visi yang jelas. Kita punya modal itu untuk bersaing di MEA. Penguasaan bahasa Inggris juga perlu diperkuat. Perlu di develop terus. Bahasa Mandarin juga harus dikuasai yang mulai mendominasi juga.” Disinggung kehidupan personal, Ageng berujar, “Saya tidak tahu citacita waktu kecil yang penting saya bisa sekolah untuk memperbaiki kualitas hidup. Jika ditanya mulai serius ya pas SMA saya mulai mikir apa yang bisa cepat buat saya bisa mencari kerjaan. Karena orangtua bukan berasal dari keluarga yang berada. Saya juga realistis. Tapi saya ingin memerdekakan finansial
TopCareer
Maret 2015
keluarga saya. Saya punya adik dua. Kalau saya kuliah terlalu lama bebannya terlalu lama. Ibu saya sempat jual cincin untuk belikan saya tiket ke Jakarta. Saya ingin cepat kerja dan gampang. Saya awal masuk ke Perbanas kuliah. Saya tidak ingin kuliah lama. Orangtua saya pekerja bangunan rumah kaya tukang kayu borongan. Jadi tidak stabil.” “Kalau saya boleh memilih balikin arah jarum jam saya mau jadi entrepreneur. Filosofi saya ingin memberi impact lebih banyak untuk orang. Kalau entrepreneur bisa lebih kreatif. Tapi saya tidak pernah menyesal. Next saya ingin anak-anak saya jadi entrepreneur tapi saya tidak akan memaksa tergantung mereka. Mereka harus bisa berikan impact yang lebih luas. Saya tidak mementingkan anak saya juara satu. Yang penting anak sehat punya jiwa sosial dan mengembangkan jiwa bisnisnya. Tapi karena Tuhan sudah mengatur ini adalah jalan saya untuk mengabdi. Buat saya yang terbaik itu bisa berbuat lebih. Kalau pegawai kan terbatas. Sukses buat saya bukan materi. Saya harus punya impact untuk keluarga dan lingkungan. Karena itu saya mengajarkan putra-putri saya harus bisa berbagi.” “Kita kerja menjaga nama baik dan komitmen dan menjaga mandat dari bank ini. Saya ingin ada legacy yang saya tinggal. Kita sudah buat telesalescenter salah satu yang terbaik di Indonesia. Itu yang saya bangun dan diakui menjadi salah satu yang terbaik di indonesia. Saya juga bangun infrastruktur sales yang bisa membuat BNI lebih baik. Bangun kualitas yang lebih bagus pondasi lebih bagus,” tutupnya semangat.
Profile
49
Kalau lihat perubahan orang menjadi sales tidak pernah malu. Saya tidak pernah malu mengatakan saya sales. Dengan sales bisa menjadi seseorang secara materi dan non materi. Dulu memang orang memandang sebelah mata. Industri ini harus kita jaga sama-sama. Ketika menjadi sales jagalah martabat sales jangan menjanjikan sesuatu yang bisa mengecewakan nasabah
2015 Maret
TopCareer
Jasa Angkasa Semesta
30
Cari Karyawan yang Gampang Senyum Mau Melayani TopCareer
Februari 2015
31
PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS) kian mengukuhkan posisi sebagai pemain utama dalam penyedia layanan industri jasa bandara di Tanah Air. Faktor penguatan karyawan dengan pelayanan prima menjadi salah satu fokus yang digenjotnya. Oleh: Yuda Prihantoro
2015 Februari
TopCareer
Company of Choice Company of Choice
M
32
enilik sejarahnya, PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS) didirikan lebih dari tiga dasawarsa lalu, atau tepatnya pada tahun 1984. Mulanya perusahaan ini sebagai penyedia layanan ground handling di bawah merek JAS Airport Services. JAS beroperasi secara komersial pada tahun 1985 di Bandara Internasional Soekarno Hatta yang melayani Cathay Pacific, Malaysia Airlines, Lufthansa, dan Singapore Airlines sebagai pelanggan pertama. Seiring dengan pengembangan bisnisnya mulai tahun 2000 JAS menangani kargo dan pergudangan. JAS juga menjadi perusahaan ground handling Indonesia pertama yang terdaftar di pasar bursa tepatnya di Bursa Efek pada tahun 2004. Dimana JAS bermitra dengan Singapore Airport Terminal Services (SATS). Kemitraan ini memungkinkan JAS untuk memanfaatkan keahlian pemain global dalam industri jasa bandara.
TopCareer
Februari 2015
Chief Executive Officer PT Jasa Angkasa Semesta Tbk, Adji Gunawan, menjelaskan secara bisnis saat ini pihaknya mengelola terminal handling, cargo handling, warehouse, ASA atau airport special assistant, dan serta mengoperasikan lounge. Secara umum bisa dikatakan bahwa JAS bergerak di hospitality services yang kaitannya dengan jasa pendukung bandara. Saat ini JAS diperkuat oleh sekitar 2.800 pegawai yang tersebar pada 12 bandara di Tanah Air. Adapun total maskapai yang ditangani pihaknya ada sekitar 38 maskapai yang 34 di antaranya merupakan maskapai internasional.
Company of Choice Company of Choice
Ketika disinggung mengenai pengembangan ke depan, Adji Gunawan berujar, “Pengembangan dari jumlah [karyawan atau pengelolaan bandara atau penambahan maskapai] tidak bisa diprediksi seperti kaya di bank yang bisa tambah 2 atau 3 cabang. Kami menangkap demand dari pelanggan. Tahun depan kan ada kita punya open sky. Dan ada MEA [Masyarakat Ekonomi Asean] sehingga yang kami tangkap adalah peluang. Misalnya costumer kami airlines mau buka di tempat yang kami belum buka. Misalnya mau terbang ke Banjarmasin, Banda Aceh. Itu peluang yang sedang kami amati saat ini.”
Lebih lanjut Adji menjelaskan bahwa pihaknya memang harus bersiap dengan faktor-faktor permintaan dari para kliennya. “Kalau mereka siap kami harus siap. Misalnya waktu Lombok Praya buka, costumer kami yang sudah studi dan mereka minta kami yang melayani disana. Itu terjadi dengan Tiger, Jet Star, dan Silk Air.” Terus memperkuat dan membenahi diri menjadi hal yang terus dilakukan JAS. Adji menyebutkan beberapa kerja keras yang sudah dilakukan pihaknya antara lain mendapatkan sertifikasi internasional untuk ISAGO (International Safety Audit for Ground Operation) yang sudah didapatkan sejak 2010. Dalam hal operasional warehouse JAS juga mengantongi sertifikasi internasional RA3 dari uni Eropa. “Dengan kami punya dua standar itu saja kami bisa memposisikan sebagai angkut-angkut untuk si airlines. Kalau kami sudah punya standar itu orang yang mau masuk harus juga punya standar itu. Kalau saya punya standar atau maintain standar sudah empat tahun sama mereka yang baru masuk tidak punya standar. Kan orang pasti lihat siapa. Memang
2015 Februari
TopCareer
33
Company of Choice Company of Choice
nanti kan pasar bebas tapi dengan mempersiapkan diri kami ini harapkan jadi prefer choice setiap ada airlines baru masuk dia akan lihat kami. Dan kami tahun ini cukup banyak airlines barunya,” ujar Adji. Lebih detail Adji mengatakan untuk target penambahan untuk pengelolaan airlines pihaknya susah memperkirakan karena pertumbuhan kecil single digit yakni sekitar 8-9%. “Untuk bandara kami menunggu saja untuk AP 1, AP 2, dan Pemerintah membuka banyak bandara baru punya fasilitas baru kami siap masuk ke sana. Untuk bandara di
membangun sumber daya manusia. Dari ketika pertama kali beroperasi dengan hanya memiliki kemampuan handle di bawah 10 airlines sekarang ini perusahaan itu sudah mampu melayani 38 airlines dengan total sekitar 2.800 karyawan tentu bukan pekerjaan mudah. “Kalau dibidang jasa kan melayani. Jadi kami punya basic training untuk mereka yang akan menghadapi pelanggan berhadapan langsung dengan costumer-nya. Memang ada sisi natural dari mereka yang ingin kami dapatkan pada saat mereka di rekrut contoh kemampuan untuk senyum
JAS Academy adalah sebuah program yang dirancang oleh para professional 34 JAS Airport Services bagi para lulusan baru untuk melatih kompetensi professional agar dapat bekerja dalam industri ground handling
Indonesia jumlahnya ratusan. Kalau yang dikelola AP [Angkasa Pura] 1 dan AP 2 sekitar 36. 13 di Barat AP2, 13 bandara di timur AP 1. Sisanya kebanyakan UPT (Unit Pelaksana Teknis) dari Dephub. Kalau yang kami kelola kebanyakan di timur, kalau yang terbesar ya di Cengkareng.” Adji menilai bahwa faktor utama dalam mengembangkan JAS adalah
TopCareer
Februari 2015
natural buat mereka kemudian mau melayani hospitality, kami cari sebagai nilai utama. Kami ambil yang gampang senyum mau melayani,” ujarnya. Dalam pengembangan karyawan, perusahaan juga membuat JAS Academy adalah sebuah program yang dirancang oleh para professional JAS Airport Services bagi para lulusan baru untuk melatih kompetensi professional agar
Company of Choice Company of Choice
dapat bekerja dalam industri ground handling. Kursus ini dirancang untuk mencakup seluruh aspek penanganan ground handling, grooming dan kepribadian, dan komunikasi yang efektif. Lulusan JAS Academy akan siap bekerja dan ditempatkan. JAS Academy menerima siswa baru yang dibatasi sebanyak 25 siswa dengan lama pelatihan selama 3 bulan. 2 bulan seluruh siswa akan diberikan materi pelatihan berupa teori dan penjelasan standard prosedur semua lini ground handling, dan selama 1 bulan akan diberikan kesempatan untuk melakukan on the job training langsung di Bandara
International Soekarno Hatta Terminal 2. Para siswa akan mengalami langsung berhadapan dengan penumpang dan seluruh proses penanganan pesawat udara. Jelang perdagangan bebas Asean akhir tahun ini, manajemen JAS berharap pemerintah akan membuka lagi banyak bandara dan dilandasi oleh banyak maskapai penerbangan internasional lain. Menurutnya ini menjadi peluang untuk bisa berkembang. “Untuk membangkitkan usaha, kami harapkan tidak hanya jumlah airlines yang masuk tapi juga jumlah penerbangan mereka juga harus meningkat,” tutupnya.
35
2015 Februari
TopCareer
Profile
Adji Gunawan
Jadikan Reputasi dan Disiplin Sebagai Harga Mati
36
Selalu memegang teguh janji dan reputasi di akui Adji Gunawan sebagai harga mati yang tak bisa ditawar baik dalam kehidupan profesional serta personal. CEO PT Jasa Angkasa Semesta, Tbk (JAS) ini pun berbagi pengalaman kepada Top Career mulai dari perjalanan karier, kepemimpinan, hingga impian-impiannya. Oleh: Yuda Prihantoro
D
i lingkungan profesional nama Adji Gunawan bukan nama sembarangan. Tak hanya memiliki kemampuan profesional yang mumpuni dalam membangun dan mengelola perusahaan, pria kelahiran 17 Oktober 1957 ini juga dikenal rendah hati dan suka berbagi. Ia beranggapan bahwa rekan kerja dan bawahan sebagai partner yang bakal menjadi suksesornya. Karena itulah, ia tak segan berbagi banyak ilmu kepada mereka. “Saya melihat mereka itu seperti orang yang akan menggantikan saya suatu saat. Jadi saya memperlakukan mereka seperti calon pengganti saya. Kalau ada yang kurang saya akan pastikan untuk mengejar kekurangan itu. Kalau sudah bagus ya kami maintain. Biasanya kami punya hubungan yang sudah dekat one on one. Jadi mereka
TopCareer
Februari 2015
juga bebas akses saya dan saya bisa memberikan masukan ke mereka,” ujar Adji yang ditemui di kantornya di Cengkareng. “Jadi kami dulu punya program secara tidak sadar hubungan menti dengan mentor. Jadi bisa tahu sisi personalnya. Memang ada orang yang tidak gampang membuka diri itu pilihan. Tapi kalau tuntutannya pekerja mau tidak mau mereka membuka diri juga. Kalau mereka membuka diri kan berarti mereka percaya saya, saya juga percaya mereka pastinya kalau untuk hubungan kerja.” Bagi yang belum mengenal, Adji punya pengalaman panjang dalam membangun perusahaan-perusahaan ternama di Tanah Air. Lantas bagaimana perjalanan karier Bapak yang kini memiliki 3 orang anak ini.
Profile
Bicara mengenai pendidikan formal, Adji menempuh pendidikan tingkat S1 di Fakultas Teknik Elektro di Universitas Pancasila. Ia kemudian melanjutkan pendidikan formal ke Majoring in Business Administration di Humboldt State University California Amerika Serikat. Tak cukup disitu, penyuka golf ini juga memiliki gelar Master of Business Administration dari University of Dallas Amerika Serikat. “Karier pertama saya di perusahaan kontraktor kemudian saya melanjutkan studi di Amerika ambil engineering management. Setelah kembali dari Amerika saya bergabung dengan perusahaan konsultan teknologi management consultant (Andersen Consulting) di tahun 1989. Dan mungkin disitu ditempa menjadi profesional karena perusahaan ini cukup besar terekspos ke berbagai industri juga proses dan strategi dari perusahaanperusahaan yang menjadi klien kami sendiri baik dari Indonesia maupun referensi dari luar negeri,” tuturnya. Di perusahaan konsultan internasional itu, Adji sempat dipercaya menjadi Group Head di Asia dimana ia saat itu menjadi supervisi untuk 7 negara. Selepas dari perusahaan tersebut Adji bergabung dengan PT Bimantara Citra Tbk pada tahun 2000. “Sebelum bergabung dengan Bimantara memang sisi technology skills saya dan strategic skills saya lebih besar teknologinya. Saat bergabung dengan Bimantara saya dipercaya untuk pegang direktorat yang membawahi corporate planning sama IT untuk holding. Jadi disitu mulai memfokuskan diri untuk hanya mendalami industri-industri yang memang menjadi core-nya Bimantara saat itu. Kebetulan sekali pada saat manajemen dua tahun jalan, tahun 2002 saya diminta untuk fokus menggarap industri medianya saat itu. Jadi kami sudah mulai bikin blueprint-nya,” kata Adji.
37
Adji Gunawan
2015 Februari CEO PT Jasa Angkasa Semesta, TopCareer Tbk (JAS)
Profile
Di Bimantara, Adji dipercaya menduduki jabatan sebagai Chief Corporate Planning and Information Officer. Berkat kemampuannya ia pun diminta untuk mendesain dan membangun sebuah televisi baru yang bernama Global TV. Saat itu ia pun menjadi President Director PT Global Informasi Bermutu (Global TV). “Dan itu benar-benar kami desain stasiun televisi baru itu. Bersamaan juga itu selesai harus megang TPI pada saat itu.” Hingga pada 2004, Adji pindah ke JAS. “Pada saat saya pindah ke PT JAS sudah dalam proses bergabung dengan pemegang saham asing. Jadi saya masuk di dewan direksi pada 2004 itu
berkurang. Jadi pendapatan turun drastis. Contoh yang paling ter-impact dampaknya Cathay Pasific dari 3 kali turun jadi 1 kali penerbangan. Banyak sekali penerbangan yang berkurang jumlah. Dan kami harus menyesuaikan karena kalau tidak kami tidak bisa survive. Itu kami mulai kurangi orang itu yang paling berat.” “Misalnya kasus 2 orang, suami istri kerja di satu perusahaan. Dan dua-duanya bagus tapi kami harus bilang kamu berdua tidak bisa kerja disini, atau pilihannya salah satu harus mengalah. Apalagi kami tapi kami harus berpikir logis saja. Kompromi kami antara kalau suami istri kerja ya harus pilih salah satu yang kerja di perusahaan ini,” lanjutnya.
“Kita kalau kerja berikan yang terbaik bisa dapat prestasi. Misalnya tepat waktu atau mendatangkan keuntungan besar diperusahaan. Tapi reputasinya licik, suka janji omong kosong. Itu yang saya pribadi tidak mau melakukan hal itu. Kalau saya bisa 38 memang melakukan saya janjikan itu yang saya akan berikan,” bersama dengan wakil pemegang saham Singapura. Kemudian di tahun 2006 saya naik jadi Komisaris. Yang di direksi Dirutnya adalah profesional. Tahun 2012 bulan Juni saya diminta pemegang saham untuk turun megang PT JAS sampai sekarang,” tuturnya. Bicara personal, Adji mengungkapkan bahwa tantangan terberat dalam perjalanan kariernya adalah ketika menyangkut dengan reorganisasi atau rasionalisasi karyawan. “Ketika perusahaan harus melakukan reorganisasi atau rasionalisasi itu bagian terberat karena kami harus melepas orang-orang itu. Dulu kami pernah rasakan itu di JAS waktu tahun 2004 saat itu ada SARS epidemi. Kami penerbangan-penerbangan di Jakarta ini
TopCareer
Februari 2015
Adji mengungkapkan bahwa sisi kepemimpinannya banyak dipengaruhi karena kedisiplinan keluarga terutama dari sang Ayah yang memiliki latar militer. “Kalau pengaruh dari keluarga karena orang tua saya militer jadi disiplin itu cukup keras juga kadang juga tidak sabar saja kalau melihat karyawan yang lelet atau tidak disiplin itu paling tidak suka saya. Sedangkan waktu di konsultan yang sifatnya pekerjaan, kami kan setiap menit harus accountable. Jadi kami harus tahu kerja buat siapa saja. Jadi secara sistem memang diminta untuk bertanggung jawab atas waktu yang kita spend. Itu yang mungkin yang banyak membantu saya untuk mengatur waktu saya sendiri dan saya punya tanggung jawab kepada siapa, time
Profile
management. Sebagai konsultan terbiasa untuk review.” “Kalau kedisiplinan saya coba untuk berikan apa yang kamu janjikan. Dan hanya menjanjikan apa yang kamu bisa berikan. Karena kalau kamu tidak tahu apa yang kamu bisa berikan kamu harusnya tidak bisa janji. Kita berikan yang kita janjikan. Selain itu yang saya pegang adalah reputasi lebih penting dari pada prestasi. Kamu punya prestasi bagus tapi reputasi kamu tidak bagus itu tidak akan langgeng.” “Kita kalau kerja berikan yang terbaik bisa dapat prestasi. Misalnya tepat waktu atau mendatangkan keuntungan besar diperusahaan. Tapi reputasinya licik, suka janji omong kosong. Itu yang saya pribadi tidak mau melakukan hal itu. Kalau saya bisa memang melakukan saya janjikan itu yang saya akan berikan,” ujarnya. Ketika disinggung mengenai kualitas sumber daya manusia Indonesia terutama untuk kebanyakan lulusan baru, Adji menyoroti beberapa hal antara lain dalam kemampuan artikulasi, cara berpikir kritis, hingga urusan inisiatifnya. “Kalau lulusan luar negeri terbiasa untuk bisa mengutarakan atau mengungkapkan apa yang dia pikir apa yang dia akan kerjakan. Kalau di kita itu artikulasi itu merupakan bakat dari si anak bukan karena pendidikannya. Lulusan kita kecenderungannya harus dipancing atau dimasukkan dalam sistem yang memaksa dia untuk mengungkapkan pikirannya dia. Mungkin dari TK, SD, SMP, SMA, tidak memungkinkan mereka bisa artikulasi itu satu yang paling terasa. Kemudian yang kedua adalah cara berpikir kritis atau tidaknya. Ketiga adalah kecenderungan lulusan yang baru dari lokal universitas adalah pasif. Mereka disuruh ABC ya dilakukan ABC tidak mau ABCD.” Untuk harapan terkait SDM Indonesia, Adji mengingatkan bahwa SDM Indonesia terutama generasi muda untuk sadar betul bakal menghadapi kenyataan pasar bersama yang akan terjadi. “Jadi mereka
harus memposisikan diri mereka untuk bisa bahasa Inggris, melek teknologi, punya drive untuk bersaing. Mereka harus punya kemauan dan kemampuan untuk bisa masuk ke lapangan kerja dan bersaing. Jadi harus punya claim to fame. Karyawan baru juga harus bisa melihat kenyataan seperti itu.” Kembali ke sisi personalnya, guna mengimbangi kehidupan profesional dan personal, Adji mengaku gemar menjalani kegiatan alam bebas seperti offroad hingga mendaki gunung. Bahkan sejak Oktober 2014, Adji dipercaya untuk menjadi Sekjen Indonesia Offroad Federation (IOF). “Dari sejak SMA saya memang suka kegiatan di alam bebas. Yang di cari kegiatan di alam bebas lebih fresh. Dulu waktu 1970-an saya suka sendirian ke Gunung Gede. Sampai sana ketemu kenalan baru saya naik sendirian ketemu di camp. Saya lebih menikmati sesuatu yang baru itu selalu menyenangkan, membuat perencanaan sesuatu. Tapi biasanya yang saya dapatkan ke tempattempat itu saya jadi lebih sensitif. Kita bisa introspeksi bisa dapat waktu sendiri lihat kebelakang, punya kemampuan lebih peka.” Ketika Top Career melayangkan pertanyaan tiga kata yang menggambarkan seorang Adji Gunawan, ia berujar, “curious, adventurous, dan humble.” “Kalau nanti saya sudah terlibat aktif di PT JAS saya mungkin coba melihat potensi-potensi wisata yang kaitannya dengan pengembangan dunia wisata supaya orang bisa kenal satu daerah menghilangkan transportasinya susah dan sebagainya. Orang datang bisa menikmati. Kalau di luar negeri orang datang tidak harus rebutan masuk, cari karcisnya susah, mau makan susah, sanitasinya susah, itu mau saya perbaiki. Mungkin saya punya keinginan kesana,” tutup Adji.
2015 Februari
TopCareer
39