Social Media Senjata Rekrutmen di era digital
TopCareer Copywriter
Pengail Ide Di Balik
bisnis
triliunan
Java festival production
Buka-Bukaan Panasnya Bisnis Event Musik
Bagus Susanto
Managing Director Ford Motor Indonesia
“tidak lewatkan kesempatan”
Rp 35.000 Pulau Jawa Rp 39.000 di luar P Jawa
Hadir kali pertama pada 2011 dalam bentuk majalah, Top Career mewarnai dunia karier profesional di Indonesia. Sebagai pionir media karier di Indonesia, Top Career menyajikan ragam informasi dan inspirasi untuk pengembangan karier profesional di Tanah Air. Demi memperluas jangkauan pembaca, bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja, mulai pertengahan 2013, majalah Top Career memperkuat versi digitalnya dalam bentuk www.topcareermagazine.com. Hadir sekali dalam setiap bulan, majalah digital Top Career menghadirkan sajian khas yang berbobot seperti Company of Choice, Top Career Issue, Profile serta sajian menarik lainnya. Semua bisa dinikmati dengan mendownload setiap edisi di www.topcareermagazine.com. Tak ingin tertinggal ragam perkembangan informasi khususnya terkait dunia karier profesional, Top Career menghadirkan www.topcareer.id sejak 2016. Disajikan dengan konten-konten yang lebih beragam dengan pembahasan yang ringan serta diupdate setiap hari, www. topcareer.id sangat layak dijadikan referensi update seputar dunia karier profesional. Dengan kelebihan keduanya, www.topcareermagazine.com dan www.topcareer.id siap menjadi bacaan kompas karier profesional. ALAMAT REDAKSI: Address : Jl. Cidodol Raya No.40 , Kebayoran Lama - Jakarta Selatan , Indonesia Telepon : 021 293 06720 Email :
[email protected]
topcareerid
Career Issue
12 TopCareer Juni 2013
Career Issue
Otak-Atik Kata Hasilkan Triliunan Rupiah Juni 2013 TopCareer 13
Career Issue
Laju positif belanja iklan di dunia terlebih Indonesia diprediksi bakal makin kencang. Bagi yang doyan mengotak-atik kata, Anda bisa ikut tenggelam dalam triliunan rupiah yang membasahi perputaran uang di advertising. Caranya? Oleh Yuda Prihantoro dan Yohanes Abimanyu
T
ahukah Anda belanja iklan di Indonesia sudah menembus angka ratusan triliun rupiah jika dikomulasikan hanya dalam dua tahun terakhir. Tahun lalu berdasarkan data lembaga riset Nielsen bisa diketahui kalau perolehan iklan di Tanah Air sebesar Rp87 triliun atau tumbuh sekitar 20 persen dari tahun sebelumnya. Dan tahun ini, pertumbuhannya diprediksi bakal terus melesat. Bahkan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) memperkirakan belanja iklan media di Indonesia di 2013 punya potensi besar menyentuh Rp124 triliun. Wow... Ingin ikut mencicipi gurihnya belanja iklan itu, Anda bisa menyasarnya lewat profesi copywriter. Apalagi manisnya potensi pasar Tanah Air dipadu dengan cepatnya perkembangan sarana media iklan memicu kemunculan sejumlah nama advertising baik berskala internasional maupun lokal anyar yang tertarik meramaikan daftar persaingan dunia advertising di Indonesia. Seperti hukum ekonomi, dimana ada permintaan pasti ada penawaran. Copywriter pun menjadi profesi yang banyak diburu di dalam dan luar negeri. 14 TopCareer Juni 2013
Si Dapur Pacu di Advertising
Copywriter itu apa? Masih ingat jargon iklan “Xonce-nya mana?” Di era tahun 1990-an, kata-kata itu cukup sering diucapkan oleh rombongan anak-anak yang tengah studytour. Dan mungkin Anda juga menjadi salah satu yang ambil bagian itu. Bagi penulis, susunan kata-kata itu bisa membangkitkan kenangan lucu akan masa kecil. Atau susunan kata berikut ini, “Diputar, dijilat, terus dicelupin,” yang begitu lekat dengan iklan Biskuit Oreo. Satu jargon yang bisa membangkitkan banyak persepsi bagi si pendengarnya. Hehehe... Tapi yang jelas,
kata-kata itu identik dengan Biskuit Oreo. Dan kalau mau dijabarkan lebih banyak lagi, tentu banyak kata-kata yang digunakan dalam suatu iklan yang dianggap unik, menarik, bahkan menggelitik bagi si pendengar. Namun pernahkah Anda bertanya siapa sih orang dibalik perangkai kata-kata itu? Adalah jadi pekerjaan yang cukup pelik jika harus mencari siapa si perangkai kata-kata tersebut. Yang jelas secara simple dan gampang adalah si copywriter yang merangkaikan kata-kata tersebut. Dirangkum dari berbagai sumber, pada dasarnya copywriter bisa bekerja diluar advertising, seperti marketing firms, broadcasters and cable providers, koran, majalah, penerbitan buku, dan masih banyak lainnya. Tapi dari sekian banyak itu, profesi copywriter di advertising-lah yang paling dianggap menonjol. Kami pun menyelami keingintahuan terhadap profesi ini via dua copywriter andal yang dimiliki Indonesia, yakni Andriani Lumankun Soetoto, Creative Director di Matari Advertising dan Dhika Agusta, copywriter dari Dwi Sapta. Keduanya sepakat kalau di advertising peran copywriter menjadi sangat-sangat vital. Umumnya di advertising, profesi copywriter dituntut bekerja sama dengan
Career Issue
art director dalam merancang sebuah karya. Sederhananya, si copywriter menangani naskah sementara si art director mengurusi visual. Lantas apa bedanya copywriter dengan scripwriter? Secara sederhananya lagi, scripwriter menyusun tulisan yang nantinya akan digunakan dalam cerita film, sementara copywriter seperti yang sudah dijelaskan secara singkat diatas. Menurut Andriani, ada beberapa kriteria dasar yang wajib dipunya oleh copywriter antara lain, punya modal kreativitas dalam menulis naskah; Peka dengan kondisi sekitar; Mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik; Haus belajar dengan hal-hal baru; Mampu dan mau mendengar apa yang diinginkan oleh atasan maupun klien. “Intinya orang tersebut harus mau belajar dengan hal-hal yang baru dan selalu update dengan informasi,” tuturnya. Hal senada juga diutarakan Dhika yang menilai kekreativitasan dan sikap serta kebiasaan haus akan update segala hal jadi harga mati yang wajib dipunya si copywriter. “Semua orang bisa jadi copywriter asal punya dasar yang dibutuhkan. Lo juga harus ‘gaul’ sama semua tren terbaru. Paham bahasa slang. Bahasa Inggris juga harus tahu. Dan yang paling penting, lo harus punya ketertarikan di dunia tulis menulis sama doyan baca.” Berbagai macam media bersinggungan langsung dengan copywriter seperti televisi, media cetak, dan radio. Menurut Andriani dari jenis itu, porsi peran si copywriter yang besar terdapat di radio. “Biasanya di media radio copywriter dapat bertanggung jawab penuh mulai dari mengisi suara, merancang konsep naskah, dan sebagainya. Sedangkan art director hanya sedikit membantu tapi tidak terlalu berperan, murninya pekerjaan copywriter pada saat menangani media radio perannya sangat dibutuhkan,” jelasnya. Mulai tertarik pada profesi ini dan merasa punya bekal yang dibutuhkan? Bagi Anda yang mulai merasa tertarik, Anda jangan takut mencoba. Sebab, baik si Andriani dan Dhika setuju kalau siapa saja bisa menjadi copywriter. Keduanya pun sepakat, latar pendidikan tidak menjadi hambatan jika ingin menekuni profesi ini.
Menurut Andriani, terkait pendidikan copywriter, kebanyakan yang di cari berlatar belakang Sarjana Kejuruan Fakultas Ilmu Komunikasi. Namun tidak menutup kemungkinan berbagai kejuruan dapat terjun menjadi profesi copywriter. “Dengan catatan orang tersebut mampu mengaplikasikan pekerjaan ini dengan baik. Sebenarnya pekerjaan ini sangat menuntut kepekaan terhadap situasi yang sudah berkembang saat ini melalui berbagai media. Kemudian copywriter akan menciptakan sesuatu yang baru yang belum pernah ditiru oleh media mana pun,” katanya. Andriani bahkan mengungkapkan bahwa pernah ada salah seorang yang menyandang gelar lulusan tingkat sekolah menengah atas melamar ke tempatnya menjadi copywriter. “Begitu dilihat hasil karya berbeda dan terlihat unik maka kami akan merespons itu dengan baik. Karena bidang ini berpegang dengan kreativitas maka yang terpenting adalah kreativitas.”
si copywriter harus punya jiwa kritis dan tidak mudah bosan. Dan yang juga patut diperhatikan, si copywriter juga wajib memiliki kemampuan bernegosiasi dengan klien. Kendati copywriter pegang peran vital dalam urusan membuat konsep naskah disuatu proyek, si copywriter yang baik tak boleh memaksakan penuh ide atau idealismenya. Dhika menilai seorang copywriter harus pintar-pintar mengatur idealismenya terhadap satu karya. “Pada saat kerja menangani satu proyek¸ copywriter nggak akan bisa idealis. Dalam diskusi dengan klien, peran copywriter sebagai konsultan. Gue ngasih saran menurut gue baiknya gini. Jadi tidak bisa idealisme diterapkan penuh,” kata Dhika. Sementara Andriani berpendapat suatu karya yang dihasilkan copywriter tidak pernah murni, melainkan merupakan hasil dari diskusi dari si klien dan banyak hal. “Ciri-ciri seorang copywriter bila pada
“Selama masih ada iklan , apalagi pertumbuhan jenis media makin beragam. Jabatan copywriter masih akan terus dibutuhkan .” Secara terpisah, Dhika menilai idealnya copywriter berlatar pendidikan advertising. Namun lagi-lagi tak menutup kemungkinan, profesi ini ditekuni oleh orang-orang berlatar pendidikan di luar itu. “Di Indonesia belum ada jurusan yang khusus untuk copywriter. Tapi ada beberapa tempat kursus yang membuka jurusan copywriter.” Lebih lanjut Dhika mengatakan pada akhirnya bekal kompetensi tiap individu yang menentukan bisa tidaknya ia bersaing menjadi copywriter. “Secara umum kesiapan lo masuk di dunia kerja kan tergantung pada kemampuan-kemampuan diluar materi yang diterima saat sekolah atau kuliah. Pas lo kuliah aktif nggak ikut terlibat dalam berbagai hal. Praktek lo harus kuat. Portofolio lo banyak atau nggak.” Baik Dhika dan Andriani sepaham bahwa untuk meningkatkan kompetensi,
naskah yang dibuatnya memiliki karakter, artinya tulisan ini dapat mempengaruhi seseorang untuk meniru dengan apa yang sudah dibuatnya. Tidak hanya itu, bila ada hal-hal baru biasanya copywriter bisa langsung menuangkan menjadi karya yang indah. Kendala yang biasanya dihadapi oleh kebanyakan copywriter adalah bila harus kehilangan ide dalam menyusun sebuah konsep. Solusi untuk mengantisipasi itu mereka yang sudah menekuni bidang ini harus benar-benar rajin membaca buku, peka, dan mau menerima masukan dari orang-orang sekitar.” Sederhananya, kata Andriani, tugas copywriter biasanya meliputi kegiatan mengenai urusan penyusunan konsep pada perusahaan advertising. Biasanya naskah yang sudah dibuat kemudian diserahkan kepada art director untuk dibuatkan Juni 2013 TopCareer 15
Career Issue
copywriter tergantung pada kinerja dari si copywriter-nya sendiri. Jenjang karier yang menunggu si new copywriter, kali pertama adalah sebagai junior copywriter. “Disaat masuk inilah si junior copywriter akan diajarkan semuanya tentang menulis, karya bagus, dan mampu menciptakan sesuatu yang baru maka dia akan diangkat menjadi copywriter. Setelah itu, bila copywriter ini sudah mampu berkembang dan kinerja bagus dalam segala hal. Maka copywriter ini akan diangkat menjadi senior writer yang diberi wewenang dalam mengontrol konsep, jabatan terakhir yang akan diperoleh adalah creatif director,” terangnya. Andriani menambahkan bila karier seorang copywriter bagus maka tidak menutup kemungkinan ke depannya ia bisa menduduki kursi ECD (executive creative director). “Standarnya jenjang karier yang dibutuhkan seorang copywriter merintis kariernya paling lama sampai dengan 5-10
gambaran visual sesuai dengan naskah yang ingin dibuat. “Bila sudah jadi maka langsung dikirimkan kepada account executive (AE) untuk diproses. Kemudian contoh tersebut diberikan kepada pihak klien. Biasanya ada beberapa revisi dari pihak AE atau pihak klien untuk ditambah sedikit. Kemudian bila hasil sudah diperbaiki lalu akan diberikan kembali ke klien. Dari hasil tersebut maka klien pun langsung menyetujui hasil karyanya. Copywriter yang baik dapat mempresentasikan hasilnya sesuai dengan apa desain yang dibuatnya. Copywriter juga dapat mempertahankan hasil karyanya sudah terbaik bila mampu menerangkan kepada klien dengan baik,” tutur Andriani.
Peluang Karier yang Menjanjikan
Sama seperti kebanyakan profesi pada umumnya, copywriter juga memiliki jenjang karier yang menjanjikan. Andriani menjelaskan kencang tidaknya karier si
Belanja Iklan Semua Media di Indonesia 2012
2011
87,47 triliun
72,68 triliun
2010
59,84 triliun 2007
2008
35,09 triliun 41,71 triliun
2006
2009
30,06 triliun
48,58 triliun
*dalam rupiah
16 TopCareer Juni 2013
tahun. Namun bila perusahaan advertising-nya tidak terlalu besar maka jabatan tertinggi hanya sampai creative director saja. Tapi bila satu tim memiliki banyak cangkupannya maka jabatan tertinggi dipegang ECD untuk mengontrol jalannya director,” tuturnya. “Copywriter yang andal bisa menghasilkan jargon dan tiru oleh banyak orang. Bagi mereka yang berprestasi maka penghargaan seperti Award Pariwara, EO Award, Dinastika Award, dan sebagainya. Semakin dia bagus dan banyak mendapat award maka potensi bagus atau tidaknya dapat dilihat dari situ,” kata Andriani. Terkait pendapatan, Andriani menjelaskan pada umum sistem pembayaran gaji atau tunjangan bagi copywriter tidak jauh berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbulannya mereka akan mendapatkan upah sesuai dengan perjanjian antara copywriter tersebut dengan perusahaan. Sementara Dhika menjelaskan jenjang karier copywriter di tempatnya dimulai dari junior copy, copywriter, senior copy, copy head. Untuk naik dari junior copy ke copywriter biasanya butuh waktu dua tahun tergantung dari performa individu yang bersangkutan. Lebih lanjut, Dhika membagi tips lain bagi yang ingin berkarier sebagai copywriter. “Selain terus meningkatkan performa, disiplin tinggi, lo juga harus banyak inisiatif. Bersikaplah layaknya seseorang yang menduduki jabatan di atas lo.” Ke depan baik Dhika dan Andriani sepakat kalau karier copywriter akan terus menjanjikan baik dari segi pendapatan maupun peluangnya. “Selama masih ada iklan, apalagi pertumbuhan jenis media makin beragam. Jabatan copywriter masih akan terus dibutuhkan.” Hadirnya banyak perusahaan advertising asing di Indonesia tak pelak menambah besar potensi perkembangan copywriter itu sendiri. Dhika menilai tak menutup kemungkinan copywriter Indonesia yang berprestasi bisa meningkatkan kelasnya ikut meramaikan persaingan advertising global. Apalagi potensi belanja iklan di global jumlahnya diprediksi akan kian meningkat. Tertarik beralih ke profesi ini? TCM
Company of Choice
Mengelola Bisnis Event Musik Tidak Semudah yang Terlihat Gemerlap potensi event musik di Indonesia kian kemilau. banyak yang ingin terjun KE bisnis INI. NAMUN DIBALIK ITU TERSIMPAN BERAGAM TANTANGAN. dan JAVA FESTIVAL PRODUCTION bukabukaan soal bisnis ini.
Oleh Arie Ishami Foto Eddy SUkmana
24 TopCareer TopCareer Juni Juni 2013 2013 24
Dewi A.L. Gontha, President Director PT Java Festival Production (JFP)
Company of Choice
Juni 2013 2013 TopCareer TopCareer 25 25 Juni
Company of Choice
“
Dengan banyaknya promotor musik, otomatis persaingannya meningkat. Selain memperebutkan penonton untuk datang ke event musik, terjadi juga persaingan untuk mendatangkan musisi pengisi event tersebut,” ucap Dewi A.L. Gontha, President Director PT Java Festival Production (JFP). Dengan masuknya Indonesia ke pasar yang besar di mata agen musisi internasional, Dewi memandang ada sisi positif dan negatifnya bagi promotor musik Indonesia. Positifnya adalah para agen tersebut menambahkan Indonesia ke dalam daftar negara yang harus disinggahi oleh artisnya. Efek negatifnya, dengan banyaknya ‘pemain’ event musik di Indonesia, para agen itu pun memiliki pilihan untuk menentukan fee bagi artis mereka di angka berapa, karena mereka yakin pasti ada saja yang berminat. Namun Dewi dengan bendera JFPnya, tetap optimis menghadapi kondisi pasar event musik yang terus bertumbuh ini. Karena dia yakin, pada akhirnya para promotor musik di Indonesia akan terseleksi dengan sendirinya. Pasar akan melihat mana promotor yang serius di bisnis ini, dan mana yang hanya sekadar iseng mengadakan beberapa kali event , lalu menghilang. Saat ini, JFP yang telah berdiri sejak tahun 2005 dikenal sebagai penyelenggara event musik di Indonesia yang banyak melibatkan musisi luar negeri sebagai pengisi acaranya, seperti Java Jazz Festival, Java Rockin’ Land Festival, dan Java Soulnation Festival. Berbicara lebih lanjut mengenai banyaknya promotor musik saat ini, Dewi mengatakan mereka tidak secara fokus membangun bisnis event musik ini. Ada bisnis lain mereka di luar bisnis ini. Promotor musik biasanya menjadi anak perusahaan dari holding perusahaan. Kerasnya persaingan tidak berpengaruh bagi mereka, karena ada pemasukan dari bisnis lainnya. Berbeda dengan JFP yang memang fokus di bisnis entertainment ini.
26 TopCareer TopCareer Juni Juni 2013 2013 26
“Pemasukan kami benar-benar berasal dari event -event yang kami kerjakan. Tidak ada pemasukan dari bisnis lain. Berat atau tidaknya bertahan di bisnis ini sangat relatif. Setiap event pasti ada untungruginya. Namun kami tetap berkomitmen untuk berdiri tegak di industri ini,” jelas Dewi. JFP yang selama ini memosisikan diri sebagai promotor festival musik, saat ini sudah mulai memikirkan event -event lain di luar festival. Hal ini salah satu cara bagi JFP untuk menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. “Kami sadar, jika terus diam, stagnan di posisi sebagai penyelenggara festival, lama-lama JFP akan mati melawan promotor-promotor lain. Acara festival yang kami bikin ini murni mengandalkan penjualan tiket. Mengenai harga tiket yang kami jual, penonton sangat sensitif. Kami pernah membanderol harga tiket yang sedikit lebih mahal dikarenakan harga artisnya memang mahal, tapi mendapatkan protes. Karena ekspektasi penonton, di tiket festival itu harganya murah. Padahal, kan banyak artis yang mengisi festival tersebut? Untuk itu, JFP harus lebih kreatif dalam mengemas event sehingga dapat menyedot penonton lebih banyak lagi,” ungkap Dewi.
Untuk menghadirkan terobosanterobosan baru di industri ini, JFP pun sangat menyukai hal-hal yang bersistem teknologi. Itu yang diaplikasikan JFP di dalam festival-festival yang mereka buat. Pada tahun 2009,saat JFP mengadakan event musik yang mendatangkan Jamroquai, mereka mengklaim satu-satunya promotor yang pertama kali menggunakan sistem penjualan tiket secara online. Pada saat itu, promotor lain masih menjual ticket box sebagai third party. Hingga kini, JFP tetap mencoba melakukan terobosan dalam membuat program Java Jazz sehingga semakin menarik minat penonton untuk menyaksikannya. JFP berusaha melakukan edukasi bahwa musik jazz itu sangat lebar. “Di Java Jazz terakhir, kami menaruh d’Masiv sebagai pengisi acara. Banyak yang memberikan kritik dan komentar negatif sebelumnya. Tapi pada saat menonton, mereka baru bisa melihat bahwa aransemen musik yang dibawakan d’Masiv diubah, tidak seperti biasanya yang mereka bawakan. Itu yang kami maksudkan mengedukasi pasar, dan sebagai keunggulan kita dalam menyuguhkan musisi yang bermain beda dari biasanya.”
Kedepankan Terobosan
Tidak mudah untuk mempertahankan karyawan untuk tidak keluar dari JFP karena biasanya mereka mendapatkan tawaran yang lebih baik. Bisa dibilang, JFP mengajarkan banyak hal dan pengalaman dalam menyelenggarakan event bertaraf linternasional. Pengalaman kerja selama di JFP ini yang nantinya dibawa untuk dapat berkarier di tempat lain. “Mereka yang keluar dari JFP bukan untuk bekerja di promotor lain. Tapi banyak dari mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang beda bidang dengan JFP,” tutur Dewi. Saat ini, karyawan tetap yang ada di JFP sekitar 30-an orang. Bagi Dewi, sangat sulit untuk mempertahankan karyawan yang berusia masih muda-muda tersebut. Ada satu momen ketika beberapa karyawan
Kreatif, itulah kata kunci yang menjadi amunisi JFP dalam berkompetisi di lahan bisnis ini. Sekilas melihat ke belakang, Dewi menceritakan di tahun 2004, saat awal mula mereka mengumumkan akan mengadakan Java Jazz Festival pertama di tahun 2005, kala itu masih belum banyak event musik internasional diselenggarakan di Indonesia. Banyak orang yang mempertanyakan, mengapa JFP membuat festival jazz. Namun Peter F. Gontha sebagai pemilik ide tetap konsisten menyelenggarakan Java Jazz, karena dia yakin ada pasarnya. “ Untuk itu kami mencoba membuat program yang dapat menjaring penggemar musik jazz maupun yang tidak suka jazz, untuk datang ke event tersebut,” jelas Dewi.
Dukungan Tim yang Solid
Company of Choice
sekaligus mengundurkan diri dari JFP. Hal itu sempat membuat Dewi pusing untuk mencari penggantinya. Tapi Dewi sadar, hal seperti ini sangat lumrah terjadi di perusahaan mana pun. Khususnya di bidang entertainment, Dewi sangat menyadari intensitas bekerja di JFP sangat tinggi, terutama sebulan menjelang event. “Bisa dibilang hampir 85 persen waktu dihabiskan di kantor. Tiap hari melihat muka yang sama. Menghadapi mood yang sama. Berinteraksi dengan karakter yang sama. Yang dapat saya lakukan untuk menjaga tim tetap solid adalah berusaha untuk mengerti. Jika seseorang terus di-push, tidak akan jalan. Akhirnya pembagian tugasnya, satu orang tidak memegang satu tugas saja, melainkan beberapa. Ternyata cara ini malah membuat tim lebih setia dengan tanggung jawab yang dipegangnya. Pada saat event berhasil, semua itu adalah hasil kerja bersama, hasil kerja tim. It’s not mine,” tegas Dewi. Buat Dewi, selama salah satu anggota tim melakukan kesalahan yang dinilai masih bisa ditoleransi, dia akan bisa menerimanya. Karena disadari Dewi, baik dirinya maupun anggota tim lain tidak ada yang sempurna. “Selama sebagai atasan bisa mendukung segala keputusan anggota tim di lapangan, maka sebaliknya mereka pun akan mendukung atasannya. Tapi jika atasan mereka memojokkan keputusan anggota tim di lapangan, saya rasa tim tersebut akan lebih cepat bubar.” Salah satu cara lain untuk mempertahankan tim, menurut Dewi adalah berusaha sebisa mungkin untuk selalu bertukar pikiran. “Saya tipe orang yang senang duduk bareng untuk mendiskusikan semua perencanaan. Karena jika bersikap diktator, nanti jika rencana tidak berjalan, mereka tinggal membalikkan ke saya, ‘Nah, itu kan mau, lo. Kita kan gak diskusi’. Saya tidak mau seperti itu, dan cara ini saya pikir efektif untuk meminimalisasi sikap saling salahmenyalahkan satu sama lain,” kata Dewi.
Hal lain yang dirasakan Dewi dalam memimpin JFP adalah selama ini tidak ada yang namanya sistem evaluasi berdasarkan performa kerja bagi tiap karyawannya. Tapi pada akhirnya diperlukan juga penilaian ini, karena di perusahaan lain pun menerapkan hal tersebut. Ini dilakukan dengan maksud untuk dapat mempertahankan karyawan. Dengan mengapresiasi karyawan, diharapkan karyawan juga dapat mengapresiasi perusahaan. “Sekarang, kami sedang mencoba membuat SOP, menganalisis keperluan karyawan seperti apa. Saat dulu JFP baru memulai bisnisnya, para karyawan masih sangat muda, banyak yang belum menikah, dan belum mempunyai anak. Kini, cara pandang mereka terhadap pekerjaan pun sudah mulai berubah berdasarkan keperluan. Oleh karena itu, manajemen harus berubah untuk dapat memenuhi perkembangan kebutuhan karyawan. Saya berusaha untuk berkomitmen bisa memenuhi keperluan karyawan sehingga saya harap mereka bisa berkomitmen juga ke perusahaan.”
JFP ke Depan JFP masih memandang musik terus berkembang dan bisnis yang mereka pilih sudah tepat. Hampir semua orang menyukai musik. Impian Dewi dan tim di JFP adalah dapat membuat festival musik berskala internasional, seperti Glastonbury Festival, Summer Sonic Festival, yang telah dikenal di seluruh dunia. “Jika bisa membuat festival yang membuat orang tidak keluar dari satu venue selama tiga hari, semua keperluan makan dan minum pun sudah tersedia, bayangkan seberapa banyak orang yang dapat kita datangkan dari luar negeri ke Indonesia. Misi JFP adalah mendukung pariwisata Indonesia melalui industri kreatif, khususnya musik, sehingga banyak orang yang berdatangan dari seluruh dunia ke Indonesia menikmati event yang kami selenggarakan,” ucap Dewi. TCM
Juni 2013 2013 TopCareer TopCareer 27 27 Juni
Advertorial
Hindari Kerugian Pemadaman Listrik Dengan Pengganti Suplai Daya yang Andal ahun 2013 ini, PLN memberlakukan kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15 persen. Sayangnya, peningkatan ini belum diimbangi dengan pelayanan yang optimal. Beberapa bulan kebelakang saja, sudah banyak jadwal pemadaman bergilir. Dan tidak dipungkiri bahwa pemadaman bergilir ini merugikan banyak pihak, khususnya pelaku industri. Tidak tanggung-tanggung kerugiannya pun bisa mencapai angka miliaran rupiah. Jika hal ini terjadi berulang-ulang, maka dapat dipastikan tidak hanya kerugian saja yang dialami tapi juga bisa mengarah pada kebangkrutan. Tidak hanya pada skala pengusaha, para pekerja kantoran pun sering kali terimbas dampak dari pemadaman bergilir. Hampir setiap hari mereka tergantung pada daya listrik dalam menyelesaikan pekerjaan melalui perangkat elektronik. Tidak jarang, jika terjadi pemadaman secara tiba-tiba, pekerjaan pun menjadi tertunda. Sayangnya, kebijakan pemadaman ini tidak mudah untuk dikompromikan. Pemadaman akan tetap terjadi jika sudah ditetapkan jadwalnya. Salah satu solusi yang andal dalam menyikapi kebijakan itu adalah dengan menggunakan generator sebagai pengganti suplai daya listrik. Dengan adanya generator, maka kebijakan pemadaman bergilir dapat diantisipasi lebih dini sebelum pemadaman itu terjadi.
T
EF2600
Untuk pemesanan dan informasi lebih lanjut hubungi: Permata Motor Jln Raya Kebayoran Lama no 226 Kebayoran Lama Jakarta Selatan Telpon 021 7223201 ; 021 93722433 ; Fax 021 7222538.
Agar pilihan pengganti suplai daya listrik tidak juga membuat kerugian, maka Anda perlu memilih generator yang mampu menjamin kinerjanya, ekonomis dalam perawatan dan mampu bekerja lebih lama. Salah satunya adalah generator Yamaha. Generator ini dilengkapi dengan sistem peringatan oli otomatis, kontrol panel depan, mesin OHV ringan yang tidak berisik dan membuat pengunaan bahan bakar lebih efisien. Selain melengkapi generatornya dengan kemampuan teknologi yang mumpuni, Yamaha pun mendukung service after sale dengan menyediakan layanan service yang tersebar di kabupaten hingga kota-kota besar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Yamaha pun memiliki layanan Service Kunjung Yamaha yang memudahkan konsumennya dalam perawatan maupun service ke rumah atau kantor. Dengan demikian tidak hanya dipuaskan dengan keandalan generatornya, konsumen pun akan dimudahkan dalam perawatannya yang mengemat waktu. Hampir setiap pemadaman selalu menyebabkan kerugian. Jadi, buat apa hal itu terulang lagi? Pastikan kerugian tidak terulang lagi dengan selalu menyediakan generator andal di rumah, kantor, maupun perusahaan Anda. Jangan tunggu sampai pemadaman dan kerugian terjadi lagi.
ET950
EF2600 FW
Juni 2013 TopCareer 47
Advertorial
BNI SALES ACADEMY 2013 SALES HUNTER, SALES FARMER & SALES LEADER
WILAYAH PALEMBANG
T Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) terus membukukan kinerja yang menawan. Tahun lalu, laba bersih BNI meningkat 21 persen dibanding tahun sebelumnya ke angka Rp7,1 triliun. Demi terus meroketkan kinerja, BNI menggandeng Global Top Career dalam memperkuat
P
pasukannya. Bentuk penguatan itu dilakukan melalui rangkaian training BNI Sales Academy 2013. Kini giliran wilayah Palembang yang mendapatkan jatah terkait program tersebut. Untuk wilayah ini total dilangsungkan 7 kelas pelatihan yakni pada 19-25 April 2013 bagi kelas Hunter, Farmer, dan Leader Angkatan 1. Sementara empat kelas lainnya diselenggarakan pada 2-7 Mei 2013 secara beruntun untuk kelas Farmer dan Leader Angkatan 2 dan 3. Kelas Hunter merupakan kelas pembuka dari rangkaian pelatihan di wilayah Palembang yang diikuti 35 peserta dan dibuka langsung Jeffrey N. Dendeng selaku Pimpinan BNI Wilayah Palembang. Dalam kesempatan ini Jeffrey menekankan fungsi penting pelatihan sebagai upaya mendorong pertumbuhan penjualan yang menjadi target utama dari rangkaian pelatihan ini.
48 TopCareer Juni 2013
Pada pelatihan ini, Global Top Career menerjunkan fasilitator andalnya yakni Billy Asmoro dan Adhi Mulia Lubis. Selain itu Global Top Career juga menerjunkan Associate Trainer-nya, Herri Prasetijo dan Jo Renwarin. Beberapa materi penting yang diberikan dalam pelatihan ini antara lain bertujuan untuk memperdalam mindset dan attitude dari para peserta mengenai profesi sales banking. Tak sebatas memantabkan mindset peserta, pelatihan ini juga membekali peserta dengan banyak hal seperti selling skill. “Salah satu materi yang diberikan adalah canvassing di wilayah sekitar lokasi pelatihan. Canvassing dengan metode tugas kelompok ini merupakan bagian dari rangkaian pelatihan untuk melihat sejauh mana materi yang disampaikan berdampak positif terhadap praktek di lapangan,” ujar Billy. Adapun untuk pelatihan kelas Sales Farmer 1-2 dan Sales Leader Angkatan 1-2, materi yang diberikan bertujuan membuat peserta lebih yakin dan memiliki sikap sebagai bankir sejati serta tahu betul apa yang harus dilakukan dan dikerjakan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya dalam bekerja sebagai salah satu ujung tombak penjualan BNI. Materi yang diberikan antara lain, Consultative Selling Skill, Tele-appointment, Investigating.
Advertorial
Di sisi lain, Billy optimistis pelatihan ini bisa membawa dampak positif terhadap perilaku peserta sehingga pada akhirnya bisa mendongkrak pertumbuhan penjualan BNI yang fantastis. Semangat Pagi!!! TCM
Jeffrey N. Dendeng, Pimpinan Wilayah Palembang, BNI
“Materi sedikit mirip dengan Sales Hunter namun titik berat lebih kepada sisi Consultative mengingat Sales Farmer harus lebih bertindak sebagai Financial Consultant dibanding penjual produk perbankan. Penyampaian materi dibuat sedemikian rupa sehingga membuat peserta sangat aktif melakukan tanya jawab yang tentunya semakin memperkaya wawasan termasuk sharing dari peserta-peserta yang sudah cukup sukses dalam menjalankan tugasnya,” jelas Billy. Billy mengatakan beberapa materi yang diberikan untuk Sales Leader antara lain, Leader Mindset, New Paradigm of Sales Leader, Sales Proses Discipline dan Business Acumen. Harapan dari pelatihan ini, lanjut Billy, antara lain agar peserta bisa bisa lebih mampu bersaing dalam perkembangan bisnis perbankan yang kian hari kian kompetitif. Septedie salah satu peserta Pelatihan Sales Leader dari Jambi berharap pelatihan seperti ini lebih sering diselenggarakan karena dirasa sangat bermanfaat. Menurutnya, banyak teknik yang diberikan pelatihan ini bisa diaplikasi terkait penjualan. “Materi yang diberikan efektif. Saya yakin jika diterapkan bisa sangat membantu peserta dalam melaksanakan tugas penjualan serta bagaimana memimpin para petugas penjualan untuk para Sales Leader,” ujarnya.
Juni 2013 TopCareer 49
Bagus Susanto
Managing Director, Ford Motor Indonesia
tidak lewatkan kesempatan Kesempatan demi kesempatan tak pernah disiasiakan. Semua yang ditawarkan, dimanfaatkannya dengan baik. Tak pernah terpikir olehnya, bahwa saat ini, ia mencapai puncak tertinggi di Ford Motor Indonesia. Oleh,: Eddy Sukmana foto: Eddy Sukmana
B
erkembangnya berbagai industri dan bisnis mulai dari consumer goods, otomotif, telekomunikasi, teknologi informasi, pertambangan, konsultasi, transportasi, logistik, ritel, hingga perbankan, membuat pekerjaan sebagai sales sangat dibutuhkan dan paling dicari. Hal tersebut dikarenakan sales merupakan ujung tombak dari setiap penyaluran produk dan jasa, serta sifat pekerjaannya yang business to business dan business to customer. Sekali pun pekerjaan sebagai sales paling banyak dibutuhkan, tidak jarang orang-orang menutup sebelah mata terhadap bidang ini. Sulitnya menjadi seorang penjual tergambar dalam film The Pursuit of Happiness yang disutradarai oleh Gabriele Muccino. Film yang diangkat dari sebuah kisah nyata itu, menggambarkan kisah hidup Chris Gardner yang bekerja sebagai sales. Ia harus menjual scanner tulang portable dari satu tempat ke tempat yang lain. Kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Sehingga tidak jarang, ia mengalami penolakan dan juga kegagalan. Namun, semangat juang dan kesabaranlah yang membuat hidupnya berubah. Bagus Susanto, Managing Director Ford Motor Indonesia (FMI), juga mengawali kariernya dari dunia sales. Walaupun tidak persis sama dengan Chris Gardner dalam memulai karier, namun semangat juang dan kesabarannya itulah yang membuat ia menduduki posisi tertinggi di FMI saat ini. “Tekad dan semangat. Jujur saja, cuma itu yang saya miliki untuk melakukan yang terbaik dan berarti dalam hidup. Dan itu yang membuat saya semangat dalam pekerjaan,” ungkap alumnus Institut Teknologi Sepuluh November itu. Niatnya tersebut ia jalani dengan sungguhsungguh. Tidak terasa, bekerja selama tiga tahun, Bagus mendapat kesempatan untuk dikirim ke Jepang dan menangani bidang baru, yaitu product planning. Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpung di dunia sales, pindah bagian merupakan hal yang tidak mudah. Apalagi jika bidang 54 TopCareer Juni 2013
Profesional
yang ditangani kemudian adalah bidang yang benar-benar baru. “Awalnya, saya ingin memilih untuk keluar saja. Namun saat itu, saya berpikir ingin juga pergi ke Jepang. Jadi saya putuskan untuk ambil kesempatan itu. Di sana saya banyak belajar bagaimana orang Jepang bekerja, dari perfeksionisme mereka hingga dedikasi mereka. Walaupun tidak semuanya saya setuju, apalagi mereka yang suka pulang malam-malam. Bisa remuk badannya,” ungkapnya sambil berkelakar. “Yang ada di pikiran saya adalah do the best. Apalagi saat itu tahun 1997, posisi saya masih sebagai staf. Artinya saya ingin memberikan kontribusi maksimal untuk perusahaan. Seiring saya menapaki karier menjadi seorang manajer, saya belajar bertanggung jawab menjadi seorang pemimpin. Bagaimana saya mengembangkan talenta yang dimiliki oleh tim saya, sehingga pada akhirnya bila mereka mencapai performa yang maksimal, perusahaan pun akan mendapatkan the best outcome dari tim yang saya pimpin. Ya, hanya itu yang saya punya, tekad dan semangat. Tapi tekadnya jangan disamakan dengan bonek,” jelas pria asal Surabaya ini.
Evaluasi Diri Bermenung atau berefleksi bukanlah hal mutlak yang hanya dilakukan saat melakukan kegiatan keagamaan saja. Dalam bekerja pun, ternyata hal tersebut penting. Gunanya adalah untuk mengetahui apakah ada perkembangan selama bekerja, atau bahkan menemukan inspirasi untuk lebih berkembang dalam pekerjaan yang sedang ditekuni. Hal itulah yang dilakukan oleh Bagus dalam perjalanan kariernya. Tahun 2003, setelah enam tahun bekerja, dia mulai mengevaluasi diri dan pekerjaannya. “Tahun 2003, saya mulai mengevaluasi diri saya. Apakah saya harus tetap bertahan atau mencari tantangan baru. Maka, saya putuskan untuk mencari tantangan baru. Awalnya, saya bingung apakah harus tetap di otomotif atau pindah ke bidang yang lain. Setelah saya berbicara dan mencari tahu ke perusahaan-perusahaan lain, maka saya putuskan untuk memilih Ford.”
Sekalipun saat itu, di sekitar tahun 2003 FMI masih perusahaan yang tergolong kecil, dimana penjualannya masih kurang dari 2.000 unit per tahun, Bagus tetap memilih Ford sebagai sebuah tantangan baru dalam kariernya.
Siap dengan Perubahan dan Tantangan Setelah memutuskan untuk pindah ke Ford, bukan berarti tidak ada perubahan yang harus selalu dihadapi oleh Bagus. Tahun 2007, ia kembali ditugaskan di kantor official Bangkok, Thailand. “Saya pindah ke Bangkok dan menempati posisi Marketing Communication dan Service Manager Asia Pasific. Saat itu, saya tidak lagi memimpin di area lokal, tapi handle regional.” “Ketika di Bangkok, saya juga mengalami perubahan lagi. Pengalaman kerja di luar negeri itu tidak seperti yang dibayangkan, yang saya kira semuanya sudah ada, dan sudah disediakan. Saya pun menganggap kerjaannya sudah saya ketahui. Tapi ternyata tidak. Budayanya beda, lingkungannya beda, pekerjaannya beda. Jadi, hal itu membuat kita merasa tertekan. Dan di saat itu, kita harus belajar mengelola stres dan tekanan menjadi semangat untuk melakukan yang lebih baik,” tambahnya dengan semangat. Ketika mengalami banyak perubahan dan tantangan, kunci yang dipegang oleh Bagus adalah keinginan untuk terus belajar. Hal itu pun ia buktikan berkali-kali, terutama ketika ia mengalami perpindahan divisi atau bagian. Berbeda dengan pekerja lain, seusai pulang bekerja, Bagus yang pada awalnya tidak mengerti tentang dunia otomotif menggunakan waktunya untuk mempelajari buku manual mobil dan mempelajari spesifikasi-spesifikasinya. Sehingga dari keinginan untuk selalu belajar itu pulalah, ia bisa menangkap dan menyerap hal-hal baru. Sekalipun hal itu perlu kerja keras dan tidak selalu mudah. “Prinsip saya dalam bekerja adalah menikmati. Setiap pekerjaan yang saya jalani, saya berusaha untuk selalu menikmati. Karena hanya dengan menikmati pekerjaan yang kita emban atau lakukan, kita bisa lebih semangat. Dan melalui perubahan-
Profesional
perubahan itulah, membuat saya lebih matang dan lebih berkembang,” jelasnya.
Ambil Kesempatan Di Ford, kesempatan untuk mengembangkan karier itu sangat terbuka. Jika seseorang mau berkembang, rotasi jabatan bukanlah hal yang tabu. Bahkan hal tersebut dijadikan sebagai budaya perusahaan. Sehingga, jangan kaget jika dua atau tiga tahun bisa ada rotasi jabatan. “Hal itu merupakan budaya perusahaan, untuk menjaga dinamika birokrasi dan memberi kesempatan employee untuk berkembang,” ungkap Bagus. Cara untuk mendapatkan kesempatan itu bisa datang dari perusahaan. Jadi, perusahaan yang melihat employee-nya, lalu memindahkannya ke bagian lain untuk dapat berkembang, dan merasakan kesempatan atau pengalaman yang baru. Selain dari perusahaan, bisa juga kesempatan itu diajukan oleh employee-nya sendiri. Pengajuan tersebut lalu akan di-review oleh People Development Committee (PDC) secara reguler. Tim tersebutlah yang akan membantu pengembangan karier employee tersebut. Sebagai salah satu bagian dari people development, FMI memberikan kesempatan juga untuk bekerja di luar negeri sebagai ekspatriat, atau bekerja di luar negeri dalam bentuk short period, satu atau tiga bulan. Hal tersebut diberikan agar setiap karyawan mempunyai wawasan lebih luas dan memiliki pengalaman yang lebih baik dalam mengelola operasional di bagian masing-masing, di negaranya. Kesempatan itu diberikan kepada orang yang membutuhkan dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Bagi seorang Bagus Susanto, kesempatan itu adalah hal yang harus selalu diambil, namun jabatan bukanlah segala-galanya dalam membangun sebuah karier. “Saya melihat sebuah jabatan itu bukan sebuah batu loncatan untuk jabatan berikutnya. Saya lebih melihat jabatan itu sebagai sebuah kepercayaan yang harus dibayar dengan komitmen dan dedikasi yang lebih baik untuk perusahaan dan atasan. Dan tanggung jawab juga bukan hanya pada pimpinan di
Bagus Susanto, Managing Director Ford Motor Indonesia (FMI) atas, tapi juga pada tim yang ada. Karena tugas pemimpin adalah memberdayakan tim yang ada agar dapat melakukan yang lebih baik. Saya lebih berpikir bagaimana saya bisa memberi nilai lebih dan sumbangsih kepada perusahaan bersama tim yang ada. Itu yang saya pikirkan,” ucapnya mantap. TCM
Juni 2013 TopCareer 55