5
TINJAUAN PUSTAKA
Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus terdapat di Indonesia. Setiap spesies menghuni habitat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya, diantaranya ada yang beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan oleh manusia, seperti daerah pertanian (Rochman 1986). Tikus adalah binatang sosial yang hidup dalam satu kelompok. Kelompok tikus dipimpin oleh individu yang paling kuat dan akan menyerang kelompok lain yang masuk ke dalam teritorialnya. Konsumsi tikus sangat mempengaruhi faktor kerusakan dalam berbagai bidang. Tikus lebih cenderung memilih makanan yang kaya karbohidrat dibanding dengan tepung terigu, gula, silikat, minyak nabati, dan parafin (Mukhlis 2007). Habitat setiap spesies tikus berbeda-beda, tetapi hal tersebut tidak membatasi wilayah penyebaran dari spesies tikus tersebut (Meehan 1984). Hama yang sering mengakibatkan kerugian bagi manusia di daerah permukiman dan harus dikendalikan yaitu tikus rumah. Tikus rumah merupakan hewan pengerat yang hidup pada permukiman warga dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat. Tikus ini sering berhadapan langsung dengan kegiatan manusia dalam aspek apapun (Priyambodo 2006). Kebutuhan pakan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan kering, atau sekitar 10 g/hari dengan rerata bobot tubuh 100 g. Sikap tikus mudah curiga atau berhatihati terhadap setiap benda yang baru ditemuinya termasuk pakan.
Tikus
merupakan hewan yang mempunyai kemampuan reproduksi yang sangat tinggi, tikus jantan biasanya selalu berada dalam kondisi siap kawin setiap saat sepanjang tahun. Kemampuan fisik tikus yang menunjang setiap aktivitasnya yaitu dapat menggali, memanjat, meloncat, mengerat, berenang, dan menyelam (Priyambodo 2006).
6
Tikus Rumah (Rattus rattus diardii) Tikus rumah merupakan salah satu hama yang mempengaruhi aktivitas manusia di wilayah permukiman, sebagian besar aktivitas tikus rumah menimbulkan kerugian bagi manusia. Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (R. rattus diardii) digolongkan ke dalam Kelas Mammalia, Ordo Rodentia, dan Famili Muridae. Ciri morfologi tikus rumah adalah panjang tubuh 100 – 190 mm, dan memiliki ekor yang lebih panjang atau sama dengan panjang tubuh. Panjang telapak kaki belakang 35 mm dan telinga 20 mm. Bentuk badan silindris, ekor tidak ditumbuhi rambut, serta bobot tubuh berkisar antara 70 g - 300 g, rambut bertekstur agak kasar berwarna coklat kehitaman pada bagian dorsal. Warna rambut pada bagian ventral hampir sama dengan warna pada bagian dorsal. Tikus betina memiliki puting susu 2 pasang di dada dan 3 pasang di perut (Priyambodo 2003).
Gambar 1 Tikus rumah Tikus Sawah (Rattus argentiventer) Tikus sawah (R. argentiventer) memiliki panjang tubuh berkisar antara 130210 mm, memiliki ekor yang lebih pendek dari pada ukuran kepala dan tubuh. Bagian perut bagian bawah berwarna putih bercampur kelabu, tubuh bagian punggung dan kepala berwarna kuning coklat. Betina memiliki puting susu tiga pasang di dada dan tiga pasang di perut (Priyambodo 2003). Menurut Priyambodo (2003), tikus sawah memiliki tekstur rambut agak kasar, bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna badan bagian punggung cokelat kelabu kehitaman, warna bagian perut kelabu pucat, bobot tubuh 70 g – 300 g, panjang kepala dan badan 130 mm – 210 mm, panjang ekor 110 mm – 160 mm, panjang total 240 mm – 370 mm, lebar daun telinga 19 mm -
7
22 mm, panjang telapak kaki belakang 32 mm – 39 mm, dan lebar sepasang gigi pengerat 3 mm.
Gambar 2 Tikus sawah
Rodentisida Botanis Umbi Gadung Gadung merupakan tumbuhan perdu memanjat yang tingginya dapat mencapai 5-10 m. Tumbuhan gadung memiliki batang bulat, berbulu, dan berduri yang tersebar sepanjang batang dan tangkai daun. Umbi tumbuhan gadung bulat diliputi rambut akar yang besar dan kaku. Jenis ini di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah yaitu gadung, sekapa, bitule, bati, kasimun dan lainlainnya. Dalam bahasa latinnya, gadung disebut Dioscorea hispida Denust. Kulit umbi berwarna gading atau coklat muda, daging umbinya berwarna putih gading atau kuning, dan umbinya muncul dekat permukaan tanah (Flach 1996). Umbi gadung berasal dari India bagian Barat kemudian menyebar luas sampai ke Asia Tenggara. Tumbuhan gadung tumbuh pada tanah datar hingga ketinggian 850 m dpl, tetapi dapat juga ditemukan pada ketinggian 1.200 m dpl. Umbi gadung ini dapat dijadikan kripik, oleh Pemkab Kuningan dinyatakan sebagai makanan khas daerah. Kripik gadung memiliki rasa yang gurih dan membuat kita terjebak untuk selalu mengunyahnya dalam jumlah yang tak terbatas (Anonim 2007). Tumbuhan ini memanjat dengan sistem akar berserat. komposisi umbi per 100 g umbi gadung adalah air 78 g, protein 1,81 g, lemak 1,6 g, karbohidrat 18 g, serat 0,9 g, dan abu 0,7 g. Umbi gadung ini memiliki yang mengandung 0,2-0,7%
8
diosgenin dan 0,044% dioscorine. Racun ini dapat menyebabkan kelumpuhan sistem saraf pusat (Flach 1996). Pestisida dari umbi tanaman merambat ini menjadi salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai racun tikus yang berbahan alamiah. Racun tikus seperti ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tak akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan sekitar (Anonim 2004). Beras Beras merupakan salah satu komoditas utama dalam pangan masyarakat Indonesia (Soekartawi 1994). Beras merupakan pangan paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Sebagian terbesar karbohidrat di beras adalah pati dan hanya sebagian kecil pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula.
Antara 85%
hingga 90% dari berat kering beras berupa pati. Pati pada endosperm beras berbentuk granula polihedral berukuran 3 - 5 µm (Haryadi 2006). Parafin Parafin merupakan salah satu bahan pengawet yang dapat digabungkan dengan umpan beracun terhadap tikus.
Penggunaan parafin bertujuan untuk
memberikan ketahanan dalam pembuatan bentuk rodentisida. Selain itu parafin dapat mencegah rodentisida dari serangan serangga, cendawan, atau oleh gangguan faktor fisik seperti panas dan kelembaban. Pemberian parafin pada umpan dan rodentisida dalam bentuk blok dapat mencegah terjadinya keracunan pada manusia karena salah sasaran, seperti yang terjadi pada penduduk transmigran di daerah Sumatera ketika terjadi kelaparan (Priyambodo 2003). Karamel Menurut Priyambodo (2003), gula dengan konsentrasi 5% dapat meningkatkan palabilitas tikus terhadap umpan sampai 2-3 kali lipat, atau bahkan lebih untuk umpan cair. Salah satu kelemahan gula sebagai bahan penarik adalah dapat menarik organisme lain seperti cendawan dan serangga (seperti semut), sehingga menjadi tidak menarik lagi bagi tikus.
9
Bahan tambahan Bahan tambahan diberikan di dalam umpan beracun tikus.
Hal ini
dimaksudkan untuk menutup rasa tidak enak dari bahan racun tersebut. Dengan demikian, tikus memakan umpan dengan jumlah yang cukup banyak sehingga jumlah racun yang ikut termakan cukup untuk mematikannya (Priyambodo 2003). Vetsin merupakan bahan yang umum dipakai sebagai bahan penyedap dalam pembuatan masakan.
Penambahan vetsin dalam makanan dapat
meningkatkan rasa sedap pada makanan. Selain dapat meningkatkan rasa enak pada makanan, penambahan vetsin juga dapat meningkatkan aroma yang sedap pada makanan. Pemberian vetsin pada umpan beracun tikus dapat meningkatkan rasa dan aroma yang sedap pada umpan, sehingga tikus menjadi suka untuk mengonsumsi umpan yang diberikan daripada umpan lain yang tersedia di lapangan (Sudiarta 2008). Ikan merupakan salah satu komoditas perairan yang sangat berpotensi untuk dimanfaatkan di Indonesia.
Tepung ikan merupakan salah satu produk hasil
olahan yang berasal dari ikan. Tepung ikan dapat digunakan sebagai bahan penarik tikus dalam pengumpanan beracun. Penggunaan tepung ikan sebagai bahan penarik tikus dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari umpan beracun yang akan diberikan kepada tikus (Priyambodo 2003). Minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan perekat agar racun yang digunakan dapat menempel pada umpan. Kelemahan dari minyak nabati adalah mudah menjadi tengik sehingga dapat menjadikan umpan tersebut tidak disukai oleh tikus (Priyambodo 2003). Gula pasir sering digunakan sebagai bahan untuk merubah rasa menjadi lebih manis pada makanan atau minuman. Penambahan gula pasir dapat menjadikan umpan lebih menarik dan memiliki rasa yang enak dalam pembuatan umpan. Selain itu penambahan telur dapat menambahkan umpan menjadi spesial untuk diaplikasikan sehingga tikus tertarik untuk mengonsumsi. Telur mengandung vitamin D yang dapat membantu penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang.
Selain itu telur diketahui sebagai sumber vitamin B12,
vitamin B6, dan volat yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh dan melindungi selsel syaraf (Sudiarta 2008).