BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tikus Putih (Ratus novergicus) Tikus putih yang memiliki nama ilmiah Ratus novergicus adalah hewan coba yang sering dipakai untuk penelitian. Hewan ini termasuk hewan nokturnal dan sosial. Salah satu faktor yang mendukung kelangsungan hidup tikus putih dengan baik ditinjau dari segi lingkungan adalah temperatur dan kelembaban. Temperatur yang baik untuk tikus putih yaitu 19° C – 23° C, sedangkan kelembaban 40-70 % (Wolfenshon dan Lloyd, 2013). Data taksonomi tikus yang sudah diketahui menurut Sugiyanto, (1995) pada (Tabel 2.1 ), sedangkan data fisiologi pada (Tabel 2.2) (Wolfenshon dan Lloyd, 2013). Tabel 2.1 Data Taksonomi Tikus Taksonomi Tikus Putih Kingdom Filum Klas Ordo Famili Subfamili Genus Spesies
Animalia Chordata Mamalia Rodensia Muridae Murinae Rattus Norvergicus
7
8
Tabel 2.2 Data Fisiologis Tikus Putih (Rattus novergicus) Nilai Fisiologis Kadar Berat tikus dewasa
Jantan 450-520 gram Betina 250-300 gram
Kebutuhan makan
5-10g/100g berat badan
Kebutuhan minum
10 ml/100g berat badan
Jangka hidup
3-4 tahun
Temperatur rektar
36° C- 40° C
Detak jantung
250-450 kali/ menit
Tekanan darah Sistol
84-134 mmHg
Diastol
60 mmHg
Laju pernafasan
70-115 kali/menit
Serum protein (g/dl)
5.6-7.6 g/dl
Albumin (g/dl)
3.8-4.8 g/dl
Globulin (g/dl)
1.8-3 g/dl
Glukosa (mg/dl)
50-135 mg/dl
Nitrogen urea darah (mg/dl)
15-21 mg/dl
Kreatinin (mg/dl)
0.2-0.8 mg/dl
Total bilirubin (mg/dl)
0.2-0.55 mg/dl
Kolesterol (mg/dl)
40-130
2.2 Hati Hati merupakan salah satu organ vital yang memiliki peranan penting dalam metabolisme melalui sifat beberapa sistem enzim yang terlibat dalam transformasi biokimia. Sel utama penyusun hati adalah hepatosit. Hepatosit merupakan sel utama yang bertanggung jawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Di dalam hati sel hepatosit terdapat sebanyak 60% dari total sel yang terdapat di dalam hati. Pada struktur hati terdapat lubang yang merupakan pembuluh darah kapiler yang disebut sinusoid, dinding sinusoid mengandung sel
9
fagosit
yang
disebut
sel
Kupfer
yang
bertugas
memfagositosis
dan
menghancurkan partikel padat bakteri dalam sel darah mati (Hodgson, 2004). Selain sel-sel tersebut, sel lain yang dapat ditemukan dalam hati normal yaitu sel darah, sel epitelium, limfosit, fibroblast, dan hepatic stellate cells (Malarkey et al, 2005). Secara anatomi hati terbagi menjadi 4 lobus yaitu lobus kanan, lobus kiri, lobus quadratus dan lobus kaudatus. Masing-masing lobus dibentuk oleh lobuluslobulus yang merupakan unit fungsional dasar hati. Secara keseluruhan, hati dibentuk oleh sekitar 100.000 lobulus yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler dan sel kupfer yang merupakan bagian dari sistem retikuloedotiel. Struktur ini berbentuk heksagonal yang mengelilingi vena sentral, pada setiap sudut heksagonal terdapat traktus portal yang masing-masing mengandung cabang-cabang arteri hepatika, vena portal dan duktus biliaris intra hepatika. Karena garis khayal dari tiap sudut heksagonal sampai ke vena sentral, tiap lobulus terbagi menjadi 6 area yang disebut asinus yang berbentuk segitiga (segitiga kiernan) dengan vena sentral sebagai puncak. Kerja terpenting hati adalah pengambilan komponen bahan makanan yang diantarkan dari saluran cerna melalui pembuluh porta ke dalam hati, detoksifikasi senyawa-senyawa toksik melalui biotransformasi, sebagai pembuat dan penyimpanan hasil metabolisme dan biosintesis, penyerapan asam amino, karbohidrat, protein, lipid, asam empedu, kolesterol, vitamin. Selain itu fungsi hati juga untuk melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya dari luar maupun dari dalam. Hati juga merupakan tempat dimana obat dan bahan toksik lainnya dimetabolisme melalui
10
darah (Sativani, 2010). Karena fungsi hati yang sangat penting bagi tubuh, apabila terjadi kerusakan ini dapat berdampak pada fungsional dan struktur anatomis hati. Kerusakan
akibat
obat-obatan
khususnya
terdapat
dalam
klirens
dan
bioransformasi obat-obat yang dimetabolisme, seperti peningkatan asam lemak yang dimobilisasi dari jaringan adiposa dapat dipicu oleh glukokortikoid, selain itu lipogenesis dan peningkatan produksi glukosa dalam hati yang diikuti terjadinya katabolisme protein (Olefsky, 1975). Apabila terjadi kelebihan lipogenesis bisa menyebabkan sintesis protein terhambat sehingga terjadi disagregasi ribosom dan penurunan sintesis protein yang berkaitan dengan kegagalan produksi ATP, dan tanpa ATP sel tidak mampu melaksanakan fungsi vitalnya. Adapun gambar preparat hati yang normal dan mengalami perubahan. Gambar bisa dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
K0. gambar histologi hati yang normal di gambar K0 terdapat vena centralis dan sel hepatosit. P1. gambar mengalami kerusakan namun tidak parah pada gambar P1 terdapat degenerasi parenkimatosa, P2. pada gambar P2 terdapat binuklear dan degenerasi hidropik, P3 gambar preparat hati yang mengalami kerusakan terparah yaitu adanya nekrosis. ( Prasetiawan dkk, 2012).
11
2.3 Deksametason Deksametason mulai dikenal pada tahun 1950. Deksametason termasuk salah satu obat yang digunakan secara luas dalam dunia kesehatan. Meskipun efek samping deksametason sangat besar, masih banyak masyarakat yang memakai deksametason. Hal itu disebabkan karena harga deksametason masih relatif murah dan mudah didapat (Samsuri et al, 2011 ). Deksametason adalah obat golongan kortikosteroid sintetik yang kerjanya kurang lebih dari 36-72 jam (Olefsky , 1975), serta deksametason mempunyai potensi anti inflamasi yang sangat kuat. Kortikosteroid merupakan hormon yang secara alami dibentuk dibagian korteks adrenal. Hormon ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu glukokortikoid yang berarti peningkatan konsentrasi glukosa darah sekitar 50% serta mengubah protein menjadi glikogen di hati dan mineralkortikoid yaitu memiliki fungsi mempengaruhi reabsorpsi/penyerapan natrium. Deksametason termasuk ke dalam kelompok glukokortikoid (Olson, 2004). Kortikosteroid diambil dari asam kolat ternak atau dari steroid sapogenin yang ditemukan pada tumbuhan (Katzung, 2012). Adapun data farmakokinetik yang telah dilaporkan oleh Widodo dkk (1993), bahwa ketersediaan biologi = 80 %, waktu paruh = 3 jam, Vd=0,8 L/Kg, eliminasi sekitar 3% terjadi di renal tanpa di rubah kemudian sisanya dimetabolisme di hati. Deksametason memiliki efek farmakologis yang luas dan dapat digunakan untuk berbagai macam penyakit sehingga seringkali disebut sebagai obat dewa. Karena harganya yang murah dan mudah didapat mengakibatkan
12
deksametason masih menjadi obat andalan untuk terapi inflamasi (Samsuri et al, 2011). Deksametason yang merupakan salah satu obat golongan kortikosteroid sintetik yang banyak digunakan masyarakat, tetapi dalam penggunaan dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, dan juga mempengaruhi sistem kardiovaskular otot lunak sistem saraf dan organ lain, termasuk hati. Jika terjadi kerusakan pada hati dapat berdampak pada fungsional dan struktur anatomis hati. Kerusakan yang terjadi akibat pemberian deksametason terhadap hati meliputi degenerasi parenkimatosa, degenerasi hidropik, dan nekrosis (Sativani, 2010). Struktur deksametason dapat dilihat pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Struktur deksametason ( Iskandarsyah dkk, 2003)
2.4 Vitamin E Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme (Dewoto, 2009). Vitamin dibedakan menjadi dua golongan yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air (Dewoto, 09).
13
Vitamin E merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak dan berfungsi sebagai antioksidan (Brigelius-Flohe, 1999). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat mencegah proses oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas, contohnya berupa efek samping pemberian deksametason. Sebenarnya di dalam tubuh sudah dapat menghasilkan antioksidan namun jumlahnya tidak mencukupi untuk menetralkan radikal bebas. Oleh karena itu, sangat memerlukan antioksidan dari luar berupa makanan atau suplemen (Sibue, 2006) . Secara struktur vitamin E memiliki empat tokoferol dan empat tokotrienol (Brigelius-flohe, 1999). Struktur vitamin E dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Struktur Vitamin E A. kelompok tocopherol. B. Kelompok tocotrienol (Brigelius-flohe, 1999) Vitamin E digabungkan dengan kilomikron (lipoprotein) di dalam dinding usus yang sebelumnya diserap secara difusi pasif, setelah digabungkan di dinding usus kemudian vitamin E diserap oleh sistem limfatik. Dari sistem ini vitamin E kemudian bergabung dengan saluran darah untuk ditransportasikan ke hati. Kemudian hati akan memasangkan vitamin E ini dengan VLDL (very low-density
14
lipoprotein).dan selanjutnya VLDL dipecah oleh lipoprotein lipase menghasilkan LDL (low-density lipoprotein). LDL secara bebas bertukaran vitamin E dengan HDL (high density lipoprotein) yang kemudian bersama-sama di sirkulasi mendistribusikan vitamin E ke dalam jaringan (Papas, 2008).