4
TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Dosen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tahun 2002, kualitas diartikan sebagai : (1) tingkat baik buruknya sesuatu atau kadar; (2) derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dsb) atau mutu. Definisi dosen menurut KBBI adalah tenaga pengajar pada perguruan tinggi sedangkan mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Undang-Undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa dosen adalah pendidik profesional
dan
ilmuwan
dengan
tugas
utama
mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sudiana (2003) menyatakan bahwa dosen yang tugas utamanya dalam bidang pendidikan dan pengajaran dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta didik, kompetensi
penguasaan
pembelajaran
yang
mendidik,
dan
kompetensi
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan. Kompetensi bidang studi mencakup dua hal, yaitu penguasaan disiplin ilmu dan penguasaan kurikuler. Penguasaan disiplin ilmu berkaitan dengan substansi dan metodologi keilmuaan. Penguasaan kurikuler berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan, dan representasi materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Mahmud (2000) menyatakan bahwa kualitas profesional dosen masih rendah. Hal ini didukung oleh hasil pengamatan Semiawan (1998) yang menunjukkan bahwa di kelasnya, dosen adalah sebagai aktor utama sehingga mahasiswa secara dominan bersikap pasif. Menurut Brodjonegoro (2002) seharusnya ada perubahan orientasi pendidikan tinggi yaitu : pengajaran menjadi pembelajaran; mahasiswa pasif menjadi pembelajar aktif; berpusat pada kemampuan (faculty) ke berpusat pada pembelajar; pembelajaran solitari (solitary learning) ke pembelajaran interaktif, dan koperatif; pembelajaran di kelas menjadi pembelajaran di masyarakat. Arah perubahan ini jelas menuju pada model pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip atau teori-teori pembelajaran
5
modern, seperti pembelajaran koperatif (cooperative learning), pembelajaran siswa aktif (student active learning), dan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered learning). Prinsip kebebasan perlu diterapkan dalam pendidikan andragogi, yaitu kebebasan mahasiswa untuk menyampaikan opini. Jadi pada proses pembelajaran pada perguruan tinggi, perlu adanya komunikasi dua arah. Sehingga melakukan tukar pendapat, diskusi, dan tanya jawab adalah pendekatan yang sesuai diterapkan dalam pembelajaran di perguruan tinggi.
Analisis Konjoin Kata conjoint menurut para praktisi riset pemasaran diduga berasal dari kata CONsidered JOINTly. Sebenarnya kata conjoint diturunkan dari kata to conjoint
yang
berarti
joined
together
atau
bekerja
sama
(http://www.sawtoothsoftware.com, 2002). Analisis konjoin didefinisikan sebagai suatu teknik yang secara spesifik digunakan untuk memahami keinginan atau preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai kepentingan relatif berbagai atribut suatu produk (Hair et. al., 1995). Preferensi didefinisikan pada KBBI sebagai (1) (hak untuk) didahulukan dan diutamakan daripada yang lain atau prioritas; (2) pilihan atau kecenderungan atau kesukaan. Sedangkan menurut Chaplin (2002) preferensi adalah suatu sikap yang lebih menyukai sesuatu benda daripada benda lainnya. Karena banyak digunakan dalam bidang pemasaran, maka pembahasan mengenai analisis konjoin mengacu pada istilah-istilah pada bidang pemasaran. Jika disesuaikan dengan istilah dalam bidang pendidikan, maka konsumen dalam hal ini diartikan sebagai mahasiswa yang akan diukur preferensinya terhadap kualitas dosen (produk). Tahapan analisis konjoin meliputi beberapa langkah yakni: 1. Perumusan masalah 2. Merancang kombinasi atribut (stimuli) 3. Menentukan metode pengumpulan data 4. Memilih prosedur analisis konjoin
6
5. Interpretasi hasil Adapun paparan selengkapnya tentang tahapan analisis konjoin sebagai berikut: 1. Perumusan Masalah Langkah awal dalam melakukan analisis konjoin yaitu perumusan masalah
(Aaker
et.
al.,
1980).
Perumusan
masalah
dimulai
dari
mendefinisikan produk sebagai kumpulan dari atribut-atribut dimana setiap atribut terdiri atas beberapa taraf/level. Informasi mengenai atribut yang mewakili preferensi konsumen bisa diperoleh melalui diskusi dengan pakar, eksplorasi data sekunder, atau melakukan tes awal (Rosada, 2002). Kemudian atribut yang sudah dianggap mewakili ditentukan skalanya. Skala atribut dibagi menjadi dua yaitu skala kualitatif atau non metrik atau kategori (nominal dan ordinal) dan skala kuantitatif atau metrik (interval dan rasio). 2. Merancang Kombinasi Atribut (Stimuli) Setelah mengidentifikasi atribut beserta taraf-tarafnya, kemudian dilakukan perancangan stimuli yaitu kombinasi taraf antar atribut. Pendekatan yang umum digunakan untuk merancang stimuli yaitu kombinasi berpasangan (pairwise comparison) atau evaluasi dua faktor dan kombinasi lengkap (full profile) atau evaluasi banyak faktor (http://www.sawtooth.com, 2001). Pada pendekatan pertama, responden diminta untuk mengevaluasi pasangan-pasangan atribut secara bersamaan. Bila ada p atribut berarti jumlah pasangan yang dievaluasi sebanyak p(p-1)/2 pasangan. Pendekatan kedua sangat baik digunakan jika faktor atau atribut dan taraf yang diteliti tidak terlalu banyak sehingga responden dapat mengevaluasi semua stimuli yang muncul. Pendekatan ini disebut desain faktorial. Banyaknya kombinasi bisa menyebabkan kesulitan pada konsumen dan dikhawatirkan terjadi ketidakkonsistenan. Untuk itu dilakukan pengurangan kombinasi dengan rancangan faktorial sebagian (fractional factorial design). Melalui rancangan ini diperoleh suatu kombinasi atribut yang hanya
7
mengukur efek utamanya saja, sementara interaksi antar atribut tidak terukur atau diabaikan. 3. Menentukan Metode Pengumpulan Data Langkah selanjutnya setelah merancang stimuli adalah menentukan jenis data yang diperlukan. Seperti halnya dalam menentukan skala atribut, terdapat dua macam jenis data pada proses pengumpulan data yaitu data non metrik dan data metrik. Pada data jenis non metrik responden diminta membuat ranking (pengurutan) terhadap stimuli. Pengurutan ini biasanya dimulai dari stimuli yang paling disukai (diberi nilai mulai dari 1) sampai pada stimuli yang paling tidak disukai. Sedangkan pada data jenis metrik responden diminta memberikan rating (penilaian) terhadap stimuli. Rating dapat dilakukan dengan menggunakan skala likert mulai dari 1 sampai 10 (nilai 10 adalah paling disukai dan sebaliknya) dan menggunakan nilai ranking terbalik (stimuli yang paling disukai diberi nilai tertinggi setara dengan jumlah stimulinya dan sebaliknya). Selain ranking dan rating, bentuk jawaban responden juga dapat berupa pilihan atau biasa dikenal sebagai discrete choice. Pada analisis konjoin yang berperan sebagai variabel tak bebas adalah preferensi atau keinginan untuk membeli. Sedangkan variabel bebasnya adalah kombinasi berbagai taraf dalam atribut yang berupa variabel dummy. Sehingga penentuan jenis data metrik maupun non metrik sangat penting.
4. Memilih Prosedur Analisis Konjoin Berkaitan dengan tipe data dan cara pengumpulan datanya, prosedur analisis yang umum digunakan dalam analisis konjoin adalah: a. Metode Thurstone Prosedur ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai pasangan atribut yang dilakukan dalam pendekatan pairwise comparison (Rosada, 2002). Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu: i.
Menghitung matriks frekuensi, dengan menjumlahkan skor seluruh pengamatan, dengan aturan sebagai berikut:
8
1, jika atribut i>atribut j Fij = 0, jika atribut i
Fij =Frekuensi baris ke-i kolom ke-j (kolom lebih penting dari baris) ii. Menghitung matriks proporsi ( Pij ) yaitu membagi setiap unsur matriks frekuensi dengan jumlah responden.
Pij =
Fij n
iii. Mentransformasi unsur matriks proporsi menjadi normal baku ( Z ij ) iv. Mengurutkan kolom mariks Z dari kolom dengan rataan terkecil hingga terbesar v. Menghitung selisih antar kolom terdekat vi. Menghitung nilai skala dengan nilai skala awal nol dan nilai skala berikutnya adalah nilai kumulatif dari nilai skala sebelumnya vii. Menyimpulkan faktor-faktor yang dianggap penting b. Metode Regresi dengan variabel dummy Prosedur analisis ini umumnya digunakan pada pengumpulan data full profile. Jika data berasal dari penilaian dengan skala metrik maka regresi dengan variabel dummy dapat dihitung langsung dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Jika data berupa ranking (urutan) maka data tersebut lebih dahulu diubah menjadi skala interval dengan menggunakan monotonic regression. Sedangkan jika data diperoleh melalui penilaian terpisah dari masing-masing atribut (taraf atribut) maka cara ini dikenal dengan istilah discret choice dimana variabel dependent-nya berupa intensitas pilihan atau aktual pembelian. Analisis yang digunakan adalah LOGIT model. Adapun secara umum model dasar analisis konjoin (Kuhfeld, 2000) adalah: m
k
i=1
j=1
Y ij= β 0 + ∑ ∑ β ij X ij + ε ij
9
Keterangan : Y ij
= Peringkat seluruh responden
βo
= Intersep
k
= Banyak taraf dari atribut ke-i
m
= Jumlah atribut
X ij
= Peubah boneka atau dummy variable dari atribut ke-i taraf ke-j
β ij
= Part worth atau nilai kegunaan atribut ke-i taraf ke-j
ε ij
= Galat Dengan model regresi tersebut, maka dapat ditentukan nilai
kegunaan dari taraf-taraf tiap atribut (NKT) untuk menentukan nilai pentingnya suatu taraf relatif terhadap taraf yang lain pada suatu atribut. Setelah menentukan NKT, maka Nilai Relatif Penting (NRP) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
NRPi =
UTi − URi k
∑ (UT − UR ) i =1
i
i
Keterangan: NRP i = NRP atribut ke-i UT i
= NKT tertinggi atribut ke-i
UR i
= NKT terendah atribut ke-i
k
= Jumlah atribut
5. Interpretasi Hasil Kuhfeld (2000) menyatakan ada beberapa ketentuan dalam melakukan interpretasi hasil, yaitu : a. Taraf yang memiliki nilai kegunaan lebih tinggi adalah taraf yang lebih disukai. b. Total nilai kegunaan masing - masing kombinasi sama dengan jumlah nilai kegunaan tiap taraf dari atribut-atribut tersebut. c. Kombinasi yang memiliki total nilai kegunaan tertinggi adalah kombinasi yang paling disukai responden.
10
d. Atribut yang memiliki perbedaan nilai kegunaan lebih besar antara nilai kegunaan taraf tertinggi dan terendahnya merupakan atribut yang lebih penting. Metode pada analisis konjoin yang digunakan untuk mengukur preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen dan akan dilakukan perbadingan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 1 Metode yang Akan Dibandingkan dalam Penelitian Metode Rancangan Stimuli
Jenis Data Respon
Prosedur Analisis
A
Full profile
Ranking
Regresi Monotonik
B
Full profile
Rating
Regresi Linear Berganda
C
Pairwise Comparison Ranking
Thurstone
Uji t dan Uji W Kendall Metode statistika yang digunakan untuk membandingkan efisiensi dan efektivitas metode konjoin pada preferensi mahasiswa terhadap kualitas dosen berdasarkan waktu adalah uji t dengan statistik uji (Walpole, 1992): t=
d − µd sd n
Keterangan: d
= rata-rata selisih data sampel dengan dua perlakuan berbeda
µd
= rata-rata selisih data populasi dengan dua perlakuan berbeda
sd
= standar deviasi data sampel dengan dua perlakuan berbeda
n
= banyaknya sampel Sedangkan perbandingan efisiensi dan efektivitas metode konjoin
berdasarkan kemudahannya adalah uji W Kendall dengan statistik uji (TPPWK, 1997): = χ2
s
= N ( K − 1)W 1 NK ( K + 1) 12
11
Keterangan:
Rj
= jumlah skor ranking dalam kolom ke j
N
= banyaknya pasangan sampel (baris)
K
= banyaknya sampel (kolom)
W
= koefisien konkordansi W Kendall K Rj ∑ K s j =1 dengan s ∑ Rj − = W= 1 2 3 K j =1 N (K − K ) 12
2