LAPORAN HASIL PENELITIAN Termin III PENGELOLAAN LAHAN SAYUR MARGINAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI DAN DAYA DUKUNG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MIKRO (Studi Kasus di Kawasan Dieng)
PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI
Bidang Fokus Kode Produk Target Kode Topik Peneliti Utama
: Faktor Pendukung Sosial Kemanusiaan : 9.03 : 9.03.05 : Ir. Purwanto, MSi.
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Jl. A. Yani, Pabelan Kartasura, PO BOX 295 Surakarta/57102, Telp : (0271) 716709/ 716959
Email :
[email protected]/
[email protected]
TAHUN 2012 i
LEMBAR IDENTITAS
Identitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan Nama Penelitian
Lembaga Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan
Pimpinan
Ir. Bambang Sugiarto, MP
Alamat
Jl. Jend. A.Yani-Pabelan, Kartasura, PO BOX 295 Surakarta/57102. Tlp. (0271)716709/Fax (0271)716959. Email; http://www.bpk-solo.or.id
Identitas Kegiatan Judul
Pengelolaan Lahan Sayur arginal dalam Upaya Meningkatkan Produksi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (Studi Kasus di Kawasan Dieng) Abstraksi 1. Sebagian besar kawasan Dieng merupakan lahan pertanian sayur yang telah mengalami degradasi menjadi lahan kritis dan menjadi masalah nasional. Wilayah
tersebut merupakan kantong penghasil kentang
namun pengusahaan tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Akibatnya terjadi penurunan produktivitas lahan sayur, naiknya tingkat erosi (on site), pendangkalan Sungai Serayu dan Waduk Mrica (of site). Dampak negatif tersebut menunjukkan terjadinya penurunan daya dukung DAS. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan
konservasi
tanah,
dan
pemberdayaan
masyarakat.
Keunggulan dari kajian ini yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya serta diharapkan akan menerapkannya dalam satuan DAS mikro. Disamping itu, unit pengelolaan tersebut nantinya dapat dijadikan show window. Kajian ini dimulai dari desk analysis, survey ii
biofisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Dari data yang diperoleh dan penggunaan formula Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) serta dilakukan analisis dengan menggunakan GIS akan dihasilkan: Peta-peta kerentanan kekritisan lahan, kekeringan, tanah longsor, pasokan air banjir, dan daerah rawan banjir. Dari informasi tersebut dipilih Sub-sub DAS (bagian Sub DAS) yang
kritis
dan
harus
diprioritaskan
penangannya.
Dengan
pertimbangan sisial-ekonomi dan kelembagaan, lambatnya adopsi teknologi konservasi tanah dan air serta aksesibilitas yang mudah dijangkau dan mudah dilihat oleh anggota masyarakat lainnya , dipilih satu sub-sub sebagai model pengelolaan. Pada bagian Sub DAS tersebut disusun model perencanaan pengelolaan DAS mikro bersama masyarakat dan instansi yang terkait, Disamping model perencanaan juga disusun sistem monev pengelolaan DAS mikro. Pengembangan model kelembagaan pengelolaan DAS mikro dibangun sebagai subjek dalam proses pengelolaan. Dari rencana yang telah disusun dibangun plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahanlahan kritis prioritas untuk mengatasi kekritisan lahan sayur. Penelitian ini membutuhkan partispasi masyarakat (participative action research) dan proses pemberdayaan sehingga masyarakat dapat merasakan dan memahami keuntungan dari hasil penelitian ini dan menerapkannya sehingga menguntungkan mereka dan terjadi perbaikan lingkungan. Hasil sementaramenunjukkan bahwa: 1). Kerentanan kekritisan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan terdapat pada bagian hulu sampai tengah Sub DAS Tulis baik yang ada di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara dan Batang, 2). Pada awalnya masyarakat tidak mau mengikuti perbaikan konservasi tanah dan air di lahan kentang tetapi setelah dilakukan pelatihan pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan diduga tidak menimbulkan longsor dan tanah bacek serta studi banding maka masyarakat menerima lahannya dijadikan plot. Hasil studi banding membuka wawasan petani Dieng sehingga berkeinginan untuk melakukan deversifikasi usaha tani dan melakukan konservasi tanah.Karena waktu panen kentang tidak bersamaan maka pembuatan iii
damplot konservasi tanah di lahan kentang dilakukan bertahap sesuai kesiapan lahan petani dan pada saat musim kemarau hanya sedikit yang melakukan penanaman sehingga pembuatan plot menunggu hujan turun. Ketersediaan air hanya dapat mencukupi 47,33% untuk penyiraman pada musim kemarau. Penerimaan usaha kentang sebesar Rp.
66.666.667,-/ha
dan
biaya
Rp.
44.137.500,-/ha
sehingga
keuntungannya sebesar Rp. 22.529.167,-/ha. Kata Kunci: DAS Mikro, Lahan Kritis, Pertanian Sayur
Tim Peneliti: 1. Koordinator
Ir. Purwanto, M.Si
2. Alamat
Jl. Jend. A.Yani-Pabelan, Kartasura, PO BOX 295 Surakarta/57102. Tlp. (0271)716709/Fax (0271)716959. Email; http://www.bpk-solo.or.id
3. Anggota Peneliti a.
Ir. Paimin, M.Sc
b.
Drs. Ugro Hari Murtiono, M.Si
c.
Dr. Evi Irawan
d.
S. Andy Cahyono, Sp, M.Si
Waktu Pelaksanaan
01 Maret 2012 sampai 09 Oktober 2012
Lembar Pengesahan Judul
:
Bidang Fokus Produk Target Topik
: : :
Lokasi Penelitian
:
Pengelolaan Lahan Sayur Marginal dalam Upaya Meningkatkan Produksi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (Studi Kasus di Kawasan Dieng) 9. Faktor Pendukung Sosial Kemanusiaan 9.03. Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan 9.03.05. Kajian tentang kebijakan dan aktivitas-aktivitas institusi yang bersifat detrimental/merusak lingkungan dan kelestarian alam Wonosobo, Jawa Tengah
iv
Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian A. Lembaga Pelaksana Penelitian Nama Peneliti Utama Ir. Purwanto, M.Si Nama Lembaga/Institusi Kementerian Kehutanan Unit Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Alamat Jl A.Yani Pabelan Kartasura Surakarta Jawa Tengah 57102 Telepon/HP/Faksimil/e-mail 0271 716709/ 716959/ 081393001965/
[email protected] B. Anggota Konsorsium Nama Pimpinan Lembaga/ Mitra Industri Nama Lembaga/ Mitra Industri Alamat Telepon/HP/Faksimil/e-mail Rekapitulasi Biaya No. Uraian Jumlah (Rp) 1. Gaji dan Upah 2. Bahan Habis Pakai 3. Perjalanan 4. Lain-Lain Jumlah biaya tahun yang diusulkan
100.000.000 36.150.000 82.000.000 31.850.000 250.000.000
Setuju diusulkan : Kepala Balai,
Peneliti Utama,
Ir. Bambang Sugiarto, MP NIP.19580924 198602 1 001
Ir. Purwanto, M.Si NIP. 19610729 198903 1 002
v
KATA PENGANTAR Kawasan Dieng merupakan kawasan kritis dan menjadi permasalahan nasional. Hal ini akibat pemanfaatan lahan yang melebihi kemampuan lahan dan tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan konservasi tanah dan pemberdayaan
masyarakat.
Keunggulan
dari
kajian
yakni
dilakukan
dengan
pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya sehingga akan menerapkan dalam satuan DAS mikro sebagai unit pengelolaan dan nantinya dapat dijadikan show window. Output yang diharapkan dari kajian ini yakni: 1). Diperoleh informasi kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir dan sosial, ekonomi, dan kelembagaan DAS mikro, 2). Diperolehnya model perencanaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro, 3). Diperoleh sistem monev pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro, 4). Diperoleh model kelembagaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro,
5).Plot
implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan kritisn DAS mikro Tulis, yang didominasi lahan sayur. Terimakasih diucapkan kepada seluruh anggota Tim peneliti yang telah berperan aktif dalam penyusunan laporan termin pertama ini, Kepala Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang mengorganisir dan mengevaluasi kegiatan penelitian ini di lingkup BPTKPDAS dan Badan Litbang Kehutanan dan Ketua Program Insentif Riset untuk Peneliti dan Perekayasa yang memberi kesempatan kepada kami untuk mengikuti kompetisi untuk mendapatkan pendanaan dan melakukan monitoring dan evaluasi kegatan penelitian ini. Surakarta, September 2012 Ketua TIM
Ir. Purwanto, Msi. vi
NIP. 19610729 198903 1 00 2 DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR IDENTITAS ..............................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................
v
DAFTAR ISI .............................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................
viii
ABSTRAK ................................................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................................
1
B. Tujuan dan Sasaran Penelitian .......................................................................
2
BAB II. METODOLOGI DAN MEKANISME PEMANFAATAN HASIL LITBANG .......
3
A. Metodologi ......................................................................................................
3
B. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang ..........................................................
8
BAB III. PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI ................................................
10
BAB IV. PERSONIL PELAKSANAAN KEGIATAN RISET ........................................
12
BAB V. JADWAL KEGIATAN ...................................................................................
13
BAB VI. PROFIL MITRA LEMBAGA ........................................................................
14
BAB VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................
15
A. Letak dan Luas ...............................................................................................
15
B. Geologi ...........................................................................................................
17
C. Jenis Tanah ....................................................................................................
19
D. Curah Hujan ...................................................................................................
20
E. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan ............................................................
20
F. Analisis Kerentanan Biofisik ............................................................................
22
G. Kerentanan Sosial Ekonomi dan Kelembagaan ..............................................
27
H. Langkah-langkah Pembangunan Plot .............................................................
64
I. Analisis Usaha Tani Kentang di Dieng ..............................................................
81
BAB VII. KESIMPULAN DAN LANGKAH SELANJUTNYA .......................................
81
A. Kesimpulan .....................................................................................................
81
B. Sara-saran ......................................................................................................
82 vii
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
83
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rancangan Pengelolaan DAS Mikro Tulis ..................................................
6
Tabel 2. Personil Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Tahun 2012 .............................
12
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012................................................
13
Tabel 4. Data Curah Hujan Maximum dan Minimum di DAS Mikro Tulis ..................
20
Tabel 5. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah ...........................................................
21
Tabel 6. Tingkat Kerentanan dan Kekritisan Lahan pada Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis ............................................................................................
24
Tabel 7. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepadatan Penduduk Geografis di Sub DAS Tulis ............................................................................................
27
Tabel 8. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas Lahan Pertanian, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Agraris dan Skor Kerentanannya ............
30
Tabel 9. Prilaku Konservasi Tanah Masyarakat di Sub DAS Tulis ............................
33
Tabel 10. Budaya Hukum Adat Terkait Konservasi Tanah dan Air ...........................
35
Tabel 11. Nilai Tradisional pada Praktek Konservasi Tanah dan Air di Sub DAS Tulis ............................................................................................
37
Tabel 12. Ketergantungan terhadap Lahan Masyarakat di Sub DAS Tulis ...............
41
Tabel 13. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Tingkat Pendapatan Masyarakat Masing-masing Desa ..............................................................
43
Tabel 14. Kegiatan Dasar Wilayah Masyarakat di Sub DAS Tulis ............................
46
Tabel 15. Peranan Kelembagaan Informal dalam Kegiatan Konservasi Tanah Dan Air di Sub DAS Tulis ...........................................................................
49
Tabel 16. Kerentanan Kelembagaan Formal, Kategori dan Skor dalam Mendukung Pengelolaan Sub DAS Tulis ....................................................
52
Tabel 17. Nama Kelompok Tani di Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis .............
56
Tabel 18. Kompilasi Hasil Analisis Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi Dan Kelembagaan di Sub DAS Tulis ..........................................................
60
Tabel 19. Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Di Sub DAS Tulis .......................................................................................
63
Tabel 20. Perbandingan Penerimaan, Biaya, Keuntungan, produksi dan Erosi Tanah Usaha Tani Kentang Berdasarkan System Per Musim (Katharina, 2006)
72 viii
Tabel 21. Kelas Lereng, Produktivitas dan Erosi Tanah Tanaman Kentang di Dieng Dengan dan Tanpa Konservasi Tanah (Windaryati, 2000) .............................
73
Tabel 22. Kebutuhan Air Pada Tanaman Kentang di DAS Mikro Tulis Selama Musim Tanam-Panen (80 Hari) pada Saat Musim Kemarau .....................................
80
Tabel 23. Analisis Usahatani Kentang Musim Kemarau 2011 di Sub DAS Tulis Dieng
81
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Alur Pikir Penelitian ................................................................................
4
Gambar 2. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang .................................................
9
Gambar 3. Desa-desa di Sub DAS Tulis ..................................................................
16
Gambar 4. Jenis BAtuan di Sub DAS Mikro Tulis .....................................................
18
Gambar 5. Peta Tanah Sub DAS TUlis ....................................................................
19
Gambar 6. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di DAS Mikro Tulis .....................
21
Gambar 7. Peta Kerentanan Lahan .........................................................................
23
Gambar 8. Peta Daerah Rawan Kebanjiran .............................................................
26
Gambar 9. Penyampaian Rencana Proyek Konservasi Tanah di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar KAbupaten Wonosobo oleh Peneliti dan Teknisi BPTKPDAS ...........................................................................................
75
Gambar 10. Demo Perbaikan Konservasi Tanah Oleh Teknisi Yang Diikuti Perangkat Desa dan Petani (a) Kondisi Lahan Sebelum dilakukan Perbaikan Konservasi Tanah dan b). Kondisi Lahan Pada Proses Perbaikan Konservasi Tanah (Dilakukan di Luar Calon Plot Karena Pemilik Yang di Dalam Calon Plot Belum Setuju) .....
75
Gambar 11. Lokasi Calon Plot Contoh Konservasi Tanah dan Denah Kepemilikan Lahan di Desa Dieng Kulon dan Dieng ..................................................
76
Gambar 12. Studi Banding ke Kelompok Tani Redo, Desa Dokerto, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang ................................................
77
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulasi Banjir dan Daerah Rawan Banjir ................................................. 89 Lampiran 2. Formulasi Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air ..................................... 92 Lampiran 3. Formulasi Kekritisan dan Potensi Lahan .....................................................
94
Lampiran 4. Formulasi Kerentanan Tanah Longsor ........................................................
97
Lampiran 5. Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan ....
99
Lampiran 6. Nama Pemilik dan Luas Kepemilikan Lahan Petani di Subsub DAS Tulis Hulu ............................................................................................
100
xi
Abstrak Sebagian besar kawasan Dieng merupakan lahan pertanian sayur yang telah mengalami degradasi menjadi lahan kritis dan menjadi masalah nasional. Wilayah tersebut merupakan kantong penghasil kentang namun pengusahaan tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Akibatnya terjadi penurunan produktivitas lahan sayur, naiknya tingkat erosi (on site), pendangkalan Sungai Serayu dan Waduk Mrica (of site). Dampak negatif tersebut menunjukkan terjadinya penurunan daya dukung DAS. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan konservasi tanah, dan pemberdayaan masyarakat. Keunggulan dari kajian ini yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya serta diharapkan akan menerapkannya dalam satuan DAS mikro. Disamping itu, unit pengelolaan tersebut nantinya dapat dijadikan show window. Kajian ini dimulai dari desk analysis, survey biofisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Dari data yang diperoleh dan penggunaan formula Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) serta dilakukan analisis dengan menggunakan GIS akan dihasilkan: Peta-peta kerentanan kekritisan lahan, kekeringan, tanah longsor, pasokan air banjir, dan daerah rawan banjir. Dari informasi tersebut dipilih Sub-sub DAS (bagian Sub DAS) yang kritis dan harus diprioritaskan penangannya. Dengan pertimbangan sisial-ekonomi dan kelembagaan, lambatnya adopsi teknologi konservasi tanah dan air serta aksesibilitas yang mudah dijangkau dan mudah dilihat oleh anggota masyarakat lainnya , dipilih satu sub-sub sebagai model pengelolaan. Pada bagian Sub DAS tersebut disusun model perencanaan pengelolaan DAS mikro bersama masyarakat dan instansi yang terkait, Disamping model perencanaan juga disusun sistem monev pengelolaan DAS mikro. Pengembangan model kelembagaan pengelolaan DAS mikro dibangun sebagai subjek dalam proses pengelolaan. Dari rencana yang telah disusun dibangun plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan-lahan kritis prioritas untuk mengatasi kekritisan lahan sayur. Penelitian ini membutuhkan partispasi masyarakat (participative action research) dan proses pemberdayaan sehingga masyarakat dapat merasakan dan memahami keuntungan dari hasil penelitian ini dan menerapkannya sehingga menguntungkan mereka dan terjadi perbaikan lingkungan. Hasil sementaramenunjukkan bahwa: 1). Kerentanan kekritisan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan terdapat pada bagian hulu sampai tengah Sub DAS Tulis baik yang ada di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara dan Batang, 2). Pada awalnya masyarakat tidak mau mengikuti perbaikan konservasi tanah dan air di lahan kentang tetapi setelah dilakukan demo pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan diduga tidak menimbulkan longsor dan tanah bacek serta dilakukan studi banding maka masyarakat menerima lahannya dijadikan plot.
xii
Kata Kunci: DAS Mikro, Lahan Kritis, Pertanian Sayur
xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan Dieng merupakan kawasan kritis dan menjadi permasalahan nasional. Hal ini akibat pemanfaatan lahan yang melebihi
kemampuan lahan dan tidak sesuai dengan
kesesuaian lahannya (Gunawan, 2008). Sebagian besar lahan di dataran Tinggi Dieng ditanami kentang. Namun karena dalam teknik budidayanya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah telah menyebakan lahan-lahan di kawasan tersebut menjadi kritis. Selain itu, pola bertanam dengan sistem guludan membujur ke bawah (miring keluar) dan tidak melingkar bukit (nyabuk gunung) sehingga mempercepat erosi tanah. Eksploatasi lahan yang kurang memperhatikan upaya konservasi tersebut yang menyebabkan degradasi lahan (Suara Merdeka, 19 Juni 2006). Untuk merehabilitasi kawasan Dieng, menurut Nugroho, diperlukan biaya sampai 1 trilyun lebih (Republika, 23 April 2010). Pengelolaan lahan yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah disebabkan oleh masalah sosial, ekonomi dan teknis (Kurnia, dkk. 1999). Pada umumnya petani pengelola lahan sayur tidak menerapkan teknik konservasi tanah untuk mengendalikan erosi padahal budidaya tanaman sayuran terutama kentang dilakukan di wilayah yang berbukit dan miring. Purwanto dkk. (2010) melaporkan bahwa di dataran tinggi Temanggung, generasi dulu menerapkan teknik konservasi dengan kedokan-kedokan sempit untuk usaha tani tembakau dan sayur tetapi saat ini kedokan tersebut diperluas walaupun harus menanam pada lahan miring. Hal ini karena tidak terlalu merasakan kerusakan lahan dengan cara pemberian input pupuk kandang yang tinggi. Indikasi terjadinya erosi yang tinggi dari lahan sayur dataran tinggi yakni keruhnya air sungai sepanjang tahun dan tingginya sedimentasi di sungai Serayu, Citandui, Citarum, dll (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perairan, 1995). Indikasi lain yakni bervareasinya debit air sungai, misalnya debit air Sungai Serayu yakni 19-113 liter/detik yang menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan di wilayah tersebut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, 1996). Banjir dan kekeringan merupakan cerminan kondisi tata air yang terganggu. Permasalahan tersebut tidak begitu dirasakan oleh petani karena keuntungan menanam kentang relatif tinggi yakni Rp. 28.149.000,-/ha sekali panen (Jariyah, dkk. 2002). Kondisi di atas merupakan penurunan fungsi DAS terjadi sebagai akibat pengelolaan sumberdaya alam di dalam DAS
cederung semakin agresif, eksploitatif, dan ekspansif
sehingga melampaui daya dukung dan kemampuannya. Kondisi ini dikarenakan pemahaman tentang pengelolaan DAS masih lemah, khususnya tentang sifat rentan dan kapasitas yang 1
dapat ditenggang dari DAS terhadap sumberdaya alam yang ada serta intervensi manusia dalam menerapkan suatu sistem pengelolaan SDA tersebut (Paimin, dkk, 2006). Permasalahn tersebut dapat dipecahkan melalui model pengelolaan DAS Mikro. DAS Mikro merupakan unit terkecil pengelolaan DAS dari proses perencanaan, pengembangan kelembagaan, implementasi, monitoring, dan evaluasinya. MDM (Model DAS Mikro) adalah suatu contoh pengelolaan DAS dalam skala lapang dengan luas sampai sekitar 1.000 ha yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses partisipatif pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan, teknik-teknik konservasi tanah dan air, sistem usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Tujuan pembangunan MDM adalah: 1), tersedianya wadah kegiatan pengembangan model pengelolaan lahan yang sesuai, dan dampak hidrologi yang terukur, 2). Terwujudnya model pengelolaan lahan berkelanjutan, 3). Dihasilkannya data dan informasi mengenai pengelolaan DAS yang efektif untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas. Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Dieng, DAS Mikro Tulis dapat dijadikan areal uji coba perencanaan, pengembangan kelembagaan, implementasi konservasi tanah dan air, serta monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS pada skala implementasi. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yakni untuk mendapatkan model pengelolaan DAS mikro (+1.000 ha) yang meliputi aspek perencanaan, monitoring dan evaluasi (monev), kelembagaan dan implementasi/penerapan konservasi tanah dan air untuk mengatasi kekritisan lahan, tanah longsor, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pengelola lahan sayur di Kawasan Dieng. 2. Sasaran Penelitian 1) Diperoleh informasi kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir dan social, ekonomi, dan kelembagaan DAS mikro. 2) Diperolehnya model perencanaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro. 3) Diperoleh sistem monev pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro.. 4) Diperoleh model kelembagaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro. 5) Plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan-lahan DAS pada skala mikro yang didominasi lahan sayur. 2
II. METODE DAN MEKANISME PEMANFAATAN HASIL LITBANG A. Metode Pengelolaan DAS merupakan sistem manajemen sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan pengembangan kelembagaan yang mengikuti proses manajemen yakni: perencanaan, pengorganisasian (pengembangan kelembagaan), implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan Pengelolaan DAS merupakan suatu proses yang bersiklus (Brooks et.al,, 1991; Devenport, 2002), secara umum meliputi: 1. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di waktu yang lampau – termasuk diidentifikasi masalah dan potensinya 2. Mengidentifikasi masalah (spesifik), – mengidentifikasi masalah-masalah utama yang ada di DTA atau SubDAS sasaran, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan dampaknya dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di DAS. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan, dan membangun strategi, pada tahap ini dimaksudkan untuk menetapkan tujuan dan membangun strategi untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul – analisa masalah, serta mengidentifikasi factor-faktor pembatas, a.l., terkait risiko/dampak, biaya, dan tingkat capaian dari usulan kegiatan-kegiatan yang bisa diterapkan/diimplementasikan. 4. Mengidentifikasi alternative solusi, – dari hasil identifikasi masalah akan ditemukan masalah-masalah utama yang terjadi di DAS dan atau SubDAS-SubDAS, kemudian dievaluasi untuk mempertimbangkan solusinya yang perlu dilakukan terkait dengan permasalahan yang muncul baik biofisik maupun sosial ekonomi kelembagaan. Dari proses perencanaan ini dapat ditetapkan tindakan-tindakan/upaya-uapaya spesifik apa yang bisa dilakuakan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul tersebut. 5. Dalam proses perencanaan, selain disampaikan volume kegiatan yang akan dilakukan juga akan disampaikan berapa biaya yang diperlukan, dari mana dana diperoleh, dan dengan cara seperti apa dan oleh siapa nantinya kegiatan-kegiatan yang diusulkan tersebut akan dilakukan/diimplementasikan – pengelolaan kegiatan.
3
Alur pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
Identifikkasi Masalah DAS Mikro Tulis
Monitoring dan Evaluasi - Hidrologi - Lahan - Sosial Ekonomi dan Kelembagaan
Identifikasi Faktor Pembatas, Memantapkan Tujuan dan Membangun Strategi
Karakteristik DAS Mikro - Kekritisan Lahan - Banjir - Kekeringan - Longsor - Sosek - Kelembagaan
Penyusunan Rencana Bersama Masyarakat
Implementasi Bersama Masyarakat
Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Untuk itu metode yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi: a. Analisis kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, daerah rawan banjir Analisis kerentanan ini dimulai dari desk analysis menggunakan peta dasar digital: Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta geologi, peta tanah, data curah hujan. Dengan menggunakan formulasi Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) dan computer dengan software arcinfo akan diperoleh peta kerawanan kekritisan lahan, peta kerwanan tanah longsor, peta kerawanan kekeringan, peta kerawanan pasokan air banjir dan peta kerawanan daerah kebanjiran. Langkah selanjutnya yakni melakukan verifikasi di lapangan (ground checki) untuk memastikan apakah hasil analisis peta sesuai dengan kondisi lapangan dan parameter kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, kerawanan pasokan air banjir dan kerawanan daerah kebanjiran. Apabila telah sesuai maka peta tersebut dapat dijadikan dasar untuk penyusunan rencana pengelolaan DAS mikro. Metode tersebut pernah diujicobakan di Mikro DAS Pronggo, Pacitan (Purwanto, dkk. 2009), dan Mikro DAS Wonosari, Temanggung (Purwanto, dkk. 2010).
4
Disamping dilakukan analisis kerentanan biofisik di atas juga dilakukan pembuatan land unit yang didasarkan pada jenis tanah, lereng dan penutupan lahan. Unit lahan ini akan digunakan untuk penerapan teknik konservasi lahan yang didasarkan pada potensi dan kerentanan biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan. b. Analisis sosial, ekonomi dan kelembagaan. Aspek sosial antara lain: jumlah penduduk, kepadatan penduduk geogrfis, kepaatan penduduk agraris, pertemabahan penduduk, budaya hukum adat dalam pengelolaan lahan. Kepadatan penduduk geografis dan kepadatan penduduk agraris dianalisis dari data statistik Wonosobo Dalam Angka 2012 sedangkan budaya hukum adat dalam lahan dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif. Informan kunci dalam kajian aspek ini adalah kepala Desa DAS MikroTulis, penyuluh, petani penggarap lahan, dan informan lain yang menurut informan sebelumnya mengetahui seluk beluk pengelolaan lahan di DAS Mikro Tulis. Aspek ekonomi meliputi sumber mata pencaharian penduduk, pendapatan rata-rata penduduk, ketergantungan terhadap lahan, koefisien dasar wilayah (LQ) berdasarkan tenaga kerja. Apabila tersedia data Pendapatan Daerah Regional Bruto Per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, maka analisis dilakukan berdasarkan data PDRB 2011 tetapi bila tidak tersedia data tersebut maka dilakukan survey dengan sample dengan jumlah representatif populasi rumah tangga petani di lapangan. Aspek kelembagaan dilakukan analisis kualitatif. Untuk kategori penelitian kualitatif (qualitative field research), keputusan untuk melakukan analisis data dimulai pada saat melakukan observasi. Teknik analisisnya dimulai dengan mencoba atau berusaha melihat sesuatu dan merepresentasikannya berdasar-kan pandangan responden (Hutapea dan Suwondo, 1989). Namun untuk sampai pada tahap ini, data-data yang diperoleh perlu diuji kembali keabsahan/validitasnya (Azwar, 2000). Untuk menguji validitas data dalam kajian ini digunakan teknik trianggulasi dengan cara; pertama, membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; kedua, membandingkan keadaan dan perspektif seorang informan kunci yang satu dengan lainnya. Ketiga, membandingkan hasil wawancara dengan data hasil perekaman data, seperti dokumen, hasil-hasil penelitian, kisah-kisah sejarah yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian (Moleong, 1999). Dokumen tersebut antara lain laporan-laporan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo, tentang kegiatan gerakan rehabilitasi lahan di Sub DAS Tulis sekitranya, Dokumen–dokumen di Bappeda Kabupaten Wonosobo, Dokumen-dokumen di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo di Yogyakarta, serta dokumendokumen yang terkait lainnya.
5
Langkah terakhir, data primer maupun sekunder diolah dengan pendekatan kualitatif, mereduksi data, menyajikan data yang telah tersusun, membuat hasil temuan-temuan lapangan dalam bentuk tema-tema yang saling berkaitan satu sama lainnya kemudian menarik kesimpulan. c. Penyusunan sistem perencanaan pengelolaan DAS Pada Skala Mikro Berdasarkan analsis kerentanan biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan maka disusun Tabel potensi dan kerentanan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Rancangan Pengelolaan DAS Mikro Tulis No .
Kec/ Des a
1.
1.
Dusu n
Unit Laha n
1.1.
1. 1. 1. 1. 1. 2.
Kondisi Sosial Ekonomi a. Jumlah penduduk (jiwa). b. Kepadatan geografis (jiwa/km2). c. Kepadatan agraris (petani/ha). d. Pertumbuh an penduduk (%). e. Mata pencaharia n petani, … org, pedagang ….org, PNS/ABRI/ POLRI, … org, dll. …. Org. f. Kelembaga an kelompok tani bekembang baik atau tidak. g. Pemahama n
Contoh Kondisi Fisik Lahan a. Jenis tanah litosol b. Kelere ngan 25 – 65%. c. Kelas kema mpuan lahan IIIg, VIe/g, dan VIIe. d. Lahan kering, hutan rakyat, dan sawah tadah hujan. .
Analisis Kerentana n
Contoh Usulan Kegiatan Pengelolaan
a. Rantan Untuk lahan kritis kekerin dan kering: gan (5) b. Perbaikan b. Rentan teras dan tanah pemberian longsor pupuk kandang (5) agar terjadi c. Perilaku perbaikan konserv agregat tanah. asi (4) Pembuatan d. Budaya c. drop structure. hukum Pengemba adat (5) d. ngan e. Nilai kelembagaan. Tradisio nal (5) f. Keterga ntungan Untuk lahan yang terhada rawan longsor: p lahan 1. Penanaman (5) pohon yang g. Tingkat memiliki akar pendap yang dalam atan (5) sehingga h. Kegiata mencapai n dasar batuan. wilayah 2. Untuk lahan (5) dengan tanah dalam ditanami tanaman yang ringan. 3. Lahan yang 6
No .
Kec/ Des a
Dusu n
Unit Laha n
Kondisi Sosial Ekonomi masyarakat tentang kekritisan lahan, kerawanan an longsor dan banjir. h. Kebiasaan petani dalam mengelola lahan.
Contoh Kondisi Fisik Lahan
Analisis Kerentana n
Contoh Usulan Kegiatan Pengelolaan digunakan untuk tanaman semusim dapat digunakan plastik mulsa untuk mengurangi infiltrasi dan dengan saluran pembuangan air. 4. Mengadakan penyuluhan mitigasi tanah longsor.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan kerentanan biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan serta usulan kegiatan pada setiap unit lahan, pada dusun dan desa tertentu dilakukan sosialisasi dan diskusi dengan pemilik dan penggarap lahan, perangkat desa, kecamatan, penyuluh dan istansi terkait untuk merancang pengelolaan lahan di DAS Mikro Tulis sesuai dengan prioritas penanganan, analisis ilmiah, masukan dan persetujuan dari anggota masyarakat untuk tujuan pembelajaran penyusunan perencanaan pengelolaan DAS Mikro partisipatif. d. Penerapan konservasi tanah dan air pada lahan-lahan sesuai kerentanannya. Teknik konservasi tanah yang dubangun di lokasi prioritas yakni yang kekritisannya tinggi, mudah dilihat masyarakat sehingga nantinya dapat dignakan sebagai show window. Demikian juga perlu disepakati teknik konservasi tanah yang dipilih atas dasar hasil diskusi, dengan persetujuan pemilik lahan, berapa luas yang akan dibangun, kapan mulai dibangun disesuaikan dengan musim tanam petani, siapa saja yang turut serta membangun sehingga dapat dijadikan transfer teknologi, biaya apa saja yang disepakati dari proyek penelitian dan dari petani. Rancangan contoh konservasi tanah yakni dilakukan perbaikan konservasi tanah dengan pembuatan teras miring ke dalam, menanam menyabuk gunung, dan pembuatan SPA. Model ini pernah dilakukan di DAS Mikro Pronggo, Pacitan dan dapat meningkatkan 7
produksi jagung sebesar 1,8 x (Purwanto, dkk, 2009). Perlakuannya yakni dilakukan perbaikan
atau
tidak
dilakukan
perbaikan
konservasi
tanah.
Setiap
perlakukan
menggunakan lahan seluas 2.000 m2 sehingga akan menmgguanakan lahan 2 ha. e. Pengumpulan data dasar untuk monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS mikro ke depan. Parameter monitoring dan evaluasi meliputi kuantitas dan kualitas air, produktivitas lahan, berapa masyarakat yang berubah pemikiran, sikap, dan peningkatan adopsi teknologi konservasi tanah yang di terapkan. Pengukuran parameter hidrologi dilakukan pada setiap kejadian hujan, produktivitas lahan dilakukan pada saat panen dan perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku dilakukan pada akhir tahun namun perlu dilakukan analisis awal sebagai data dasar.
f.
Analisa Data 1. Untuk menentukan kerentanan biofisik, sosisal, ekonomi, dan kelembagaan dianalisis dengan menggunakan Sidik cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) pada lampiran 1. 2. Untuk pengembangan kelembagaan datanya dianalisis dengan metode kualitatif (Azwar. 2000, Hutapea dan Suwondo, 1989 dan Moleong, 1999). 3. Data produktivitas lahan, kualitas dan kuantitas air limpasan dibandingkan antara perlakuan dan bukan perlakuan. 4. Data perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku atau peningkatan adopsi teknologi dilakukan perbandingan sebelum dan sesudah turut serta dalam penelitian ini.
B. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang
Mekanisme pemanfaatan hasil penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
8
Hasi Penelitian
Peta Potensi dan Kerentanan: Kekritisan Lahan, Tanah Longsor, Kekringan, dan Rawan Banjir
Plot Konservasi Tanah dan DAS Mikro
Model Desa Binaan: Konservasi Lahan Sayur
Pelatihan Analisa Kerentanan, GIS dan Perencanaan Pengelolaan DAS Mikro (Staf Bappeda dan Dinas terkait)
Pembangunan Plot Contoh Konservasi Tanah dan Air di Lahan Sayur (Petani Penggarap Lahan)
Pembinaan. Pemberdayaan dan Partisipasi Riset (Masyarakat Desa Binaan)
Instansi Terkait Mampu Menyusun Rencana Pengelolaan DAS Mikro DAS
Peningkatan Produksi , Pengurangan tingkat Erosi dan Sedimentasi
Kesadaran Masyarakat Dalam Konservasi Tanah dan Air
DAS Mikro Lestari Gambar 2. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang
9
III. PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI
A. Produk Target: 9.03. (Pembangunan yang berwawasan lingkungan) B. Topik: 9.03.05. (Kajian tentang kebijakan dan dan aktivitas institusi yang bersifat detrimental/merusak lingkungan dan kelestarian alam. C. Teknologi yang ingin dicapai: 1. Peta kerawanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam memilih teknologi pengelolaan lahan dalam satuan mikro DAS. Peta-peta tersebut dalam bentuk jpg dengan skala 1 : 25.000. 2. Plot penelitian konservasi tanah dan air di lahan sayur/kentang, dengan penanaman kontur (nyabuk gunung), teras miring ke dalam, SPA, drop structure, penggunaan pupuk kandang yang telah mengalami pengomposan, dan penanaman strawbery yang ditanam pada bibir teras. 3. Dibangun kelembagaan desa dalam pengelolaan lahan sesuai kaidah konservasi tanah dan air. Untuk pengembangan kelembagaan akan dibangun satu desa binaan di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 4. Hasil penelitian dalam bentuk makalah untuk jurnal maupun prosiding akan menyumbang ilmu pengetahuan dalam pengelolaan DAS mikro dan konservasi tanah di lahan sayur/kentang. Penelitian tentang konservasi tanah di Kawasan Dieng sudah banyak dilakukan tetapi yang didasarkan pada satuan DAS mikro dan dengan menganalisis kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, pasokan air banjir dan rawan banjir belum dilakukan karena formula tersebut dihasilkan oleh kami (Paimin, Sukresno (Alm) dan Purwanto, 2006). Disamping itu penelitian ini dilakukan bersama masyarakat sehingga diharapkan ada transfer pengetahuan dan teknologi secara langsung antara peneliti dan masyarakat.
D. Bentuk Kegiatan Pemanfaatan Hasil Litbang Cara penerapannya yakni melalui perencaan pengelolaan DAS Mikro yang dilakukan oleh Bappeda dan Instansi terkait. Rencana tersebut disosialisasikan ke seluruh stakeholders yang terkait pengelolaan DAS mikro. Selanjutnya, dilakukan penyuluhan, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat untuk membangun masyarakat konservasionis dalam pengelolaan lahan. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat, petani kentang kawasan Dieng sehigga dapat meningkatkan pendapatannya, mengurangi erosi tanah, 10
sedimentasi di alur Sungai Serayu dan Waduk Mrica sehingga umur pakai waduk dapat diperpanjang.
11
IV.PERSONIL PELAKSANA KEGATAN RISET
Personil pelaksana kegiatan penelitian meliputi nama peneliti utama, peneliti, dan pembantu peneliti, pangkat/golongan dan jabatan, kepakaran, pendidikan dan kedudukan dalam tim disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Personil pelaksana penelitian kegiatan tahun 2012 No 1.
2.
Nama/NIP Ir. Purwanto, MSi 19610729 198903 1 002 Ir. Paimin, MSc. 080037171
Pangkat/Gol/ Jabatan Pembina Utama/IVc/ Peneliti Madya
Kepakaran
Pendidikan
Tugas Tim
Ekonomi S2 – Studi Ketua Tim Sumberdaya Pembangunan Peneliti
Pembina Utama/IVc/ Peneliti Madya
Hidrologi dan Konservasi Tanah
S2 - Tanah
Meneliti lahan dan teknik konservasi tanah Meneliti sosial kelembagaan Meneliti hidrologi
3.
Dr. Evi Irawan 197309171999031003
Penata/IIIc/Calon Peneliti
Ekonomi S3- Ekonomi Sumberdaya Sumberdaya
4.
Drs. Ugro H M, MSi 19560818 198603 1 007 S. Andy Cahyono, SP, MSi 197409052001121003
Penata Tk I/IIId/ Peneliti Madya
Hidrologi Air Permukaan
S2 - Hidrologi
Penata/IIIc/ Peneliti Muda
Ekonomi Kehutanan
Meneliti ekonomi
Edi Sulasmiko 19810504 200003 I 001 Siswo, 198305062001121001
Pengatur/IIc/Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan Pengatur Tingkat I/IId/ Teknisi Litkayasa Penyelia Pengatur Tingkat I/IId/ Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan Penata Muda/IIIa/Teknisi Litkayasa Pelaksana. Lanjutan Pengatur/IIc/Teknisi Litkayasa pelaksana
Hidrologi
S2- Ekonomi Pertanian dan Sedang S3 Ekonomi Kehutanan (UGM) S1 - Pertanian
Sosek
S1-Pertanian
Sosek
SKMA
Konservasi Tanah
STM pertanian
GIS
S1- Pertanian
Pem Peneliti Sosial Ekonomi Pem Peneliti Sosial Ekonomi Pem Peneliti Lahan dan Konservasi tanah Pem Peneliti GIS
5.
6.
7.
8.
9.
Asep Hermawan 19780424 199903 1 003 Y. Gunawan 195610071981031005
10. Ragil Bambang WMP 197907011998031001
Pem Peneliti hidrologi
12
BAB V. JADWAL KEGIATAN
Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tahun 2012 dengan uraian kegiatannya disajikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Bulan Pelaksanaan Tahun 2012.
No 1
Kegiatan
17.
Penyusunan proposal dan RPTP Studi literatur Konsultasi/koordinas i Orientasi lapangan Identif ikasi stakeholders Identif ikasi masalah Prasurvey – biof isik sosek Pemasangan alat Desk Analysis untuk menentukan potensi dan kerentanan Survey biof isik detil Survey sosek lembaga detil Temu lapang/ Diskusi dengan stakeholders Pembuatan Rancangan def initif Implemnetasi rencana dalam bentuk plot contoh Pemberdayaan Masyarakat Pengamatan Dampak
18. 19.
Penyusunan laporan Pelaporan hasil
2 3 4 5 6 7 9 10
11 12 13
14. 15.
16.
1
2
3
4
B u l a n 5 6 7 8
9
10
11 12
13
VI.
PROFIL MITRA LEMBAGA
Profil mitra lembaga yang akan turut aktif dalam penelitian ini yakni: 1. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opek Progo, Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan, 2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, 3. Dinas Pertaninan Tanaman Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, 4. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, 5. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah, dan 6. Masyarakat Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan masyarakat Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.
14
VII.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Letak dan Luas Sub DAS Tulis mencakup luas 19489,638 ha yang secara geografis terletak diantara 109 42’ 44” – 109 55’ 22” BT dan 7 10’ 43” – 7 26’ 39” LS, dan secara administratif berada di 4 (empat) kabupaten yakni Wonosobo (6578,76ha), Banjarnegara (12811,11ha), Batang (83,717ha). Dan Kebumen (16,051ha). Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Wonosobo yakni: Kejajar, Watumalang, dan Sukoharjo; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara yakni : Banjarnegara, Batur, Madukara, Pagentan, Pejawaran dan Sigaluh; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Batang yakni: Bawang dan Rebang; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen yakni: Sedang. Dari kecamatan-kecamatan tersebut terdapat 84 Desa yang masuk wilayah DAS Mikro Tulis. Peta Sub DAS Tulis dengan batas wilayah kecamatan dan desa di dalamnya dapat dilihat pada Gambar 3.
15
Gambar 3. Desa-desa di Sub DAS Tulis
16
B. Geologi Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa batuan di bagian hulu DAS Mikro Tulis sebagian besar adalah batuan kuarter (Q) dengan umur batuan holosen dan pleistosen (Cahyono, 2002). Batuan tersebut antara lain: 1). endapan alluvial Qa/Qla, terdiri dari kerikil, pasir, lempung, endapan sungai dan rawa yang ditemukan di danau-danau kecil, 2). batuan Gn. Api Dieng (Qd): lava andesit kuarsa dan klastik gunung api, 3). endapan undak (Qt) yang terdiri dari pasir, lanau, tuf, konglomerat, dan breksi tufaan,
dan 4). Anggota breksi Formasi Ligung (Qtlb):
Breksi Gn. Api andesit, lava dan tuf. Batuan di bagian tengah dan hilir DAS Mikro Tulis terdiri dari batuan tersier miosen dan pliosen yang terdiri dari: 1).
Formasi rambatan (Tmr): serpih, napal, batuan pasir gampingan ,
mengandung foraminifera kecil, diendapkan dalam lingkungan laut terbuka; 2). Formasi Kalibiuk (Tpb): Napal dan batulempung, kaya molusca,diendapkan dalam lingkungan pasang surut,menjemari dengan formasi tapak; 3). Formasi halang (Tmph): Sedimen turbidit,terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, napal, .lempung,foraminifera kecil, diendapkan pada zona batial, 4). Anggota batu gamping formasi tapak (Tptl): Batugamping terumbu dan koral, 5). Anggota Sigugur Formasi Rambatan (Tmrs): Batugamping terumbu, Foram besar, dan 6). Anggota Breksi Formasi Tapak (Tptb) : Breksi Gn Api dan Batuan Pasir tufaan.
17
Gambar 4. Jenis Batuan di DAS Mikro Tulis
18
C. Jenis Tanah Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat tiga jenis tanah di DAS Mikro Tulis yakni di bagian hulu terdiri eutropepts dan dystrandepts sedangkan bagian hilir terdiri dari jenis tanah dystropepts. Dystrandepts merupakan great group dari sub ordo andepts dan ordo inceptisol. Menurut Foth (1994) ordo inceptisol merupakan tanah dengan horison pengubahan atau pemusatan yang berciri pedogenik tetapi tanpa akumulasi material yang mengalami pemindahan selain karbonat dan silika, biasanya lembab atau lembab selama 90 hari berturutturut pada periode yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sub ordo andepts terdiri dari liat allophane dimana struktur longgar (BJ < 0,85), kadang mengandung zarah-zarah kaca volkan. Sebanyak 60% atau lebih dalam fraksi debu atau fraksi di atas debu, memiliki permeabilitas baik dan tidak memiliki epipedon plaggen (Haryadi, 2006) sedangkan menurut Foth (1994) merupakan tanah liat amorf atau debu vulkanik vitrik atau batu apung.
Gambar 5. Peta Tanah Sub Das Tulis
19
D. Curah Hujan Karakteristik hujan di mikro DAS Tulis didekati dari stasiun terdekat yakni, Stasiun Vulkanologi Batur, Pejawaran, Tieng, Kejajar, Garung, dan Wanganaji. Periode pengamatan data tersebut bervareasi dari 2001 tahun s/d 2011. Data yang telah dianalisis untuk kebutuhan karakterisasi DAS seperti pada Tabel 4. Dari stasiun-stasiun tersebut, curah hujan tahunan rata-rata dan bulan kering (hujan < 100 mm/bulan): St. Vulkanologi, 2.226,8 mm, Qs = 7 bulan; St. Pejawaran, 2.584,55 mm, Qs = 4,18 bulan; St. Tieng 2.706,45 mm, 3 bulan, St. Kejajar 2.531 mm, Qs = 3,5 bulan; St. Garung 3.533 mm, Qs = 3,27 bulan, St. Wanganaji 4.256,18 mm, Qs = 3,36 bulan. Hujan 3 (tiga) hari berturut-turut di St. Vulkanologi 171,4 mm (7 s/d 9 Januari 2012), St. Pejawaran 268 mm (5 s/d 7 Februari 2001), mm, St. Tieng 174,9 mm (19 s/d 21 Januari 2010), St. Kejajar 229 mm (4 s/d 6 Januari 2003), St. Garung 247 mm (18 s/d 20 Desember 2011), St. Wanganaji 337 mm (18 s/d 20 Oktober 2000). Tabel 4. Data Curah Hujan Maksimum-Minimum Di DAS Mikro Tulis
Tahun
St. Vulkanologi Maks
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Min
440,9 16,5
St. Pajawaran
St. Tieng
Maks
Min
Maks
Min
808 447 529 512 267 280 638 535 701 550 730
10 7 4 8 14 2 3 108 46 161 50
398,4 61,5 564 4
St. Kejajar
St. Garung
St. Wanganaji
Maks
Min
Maks
Min
Maks
Min
672 668 -
7 27 -
656 650 753 703 716 453 719 634 690 648 797
100 4 26 1 56 17 25 5 2 93 14
774 669 712 688 1260 845 855 740 853 944 78
9 3 9 7 44 5 3 4 8 236 8
E. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan Berdasarkan analisis lereng, wilayah di DAS Mikro Tulis yang memiliki kelerengan 0 - 8 % (5406,048 ha), 8 – 15% (6119,294 ha), 15 – 25% (5495,968 ha), 25 – 40% (2423,123 ha), dan > 40% (45,205 ha) (Gambar 6). Di sisi lain, penggunaan lahan di DAS Mikro Tulis didominasi oleh kebun campuran (4.948,685 ha), hutan produksi terbatas (2.707,511 ha),
belukar 20
(2.079,863 ha), sawah tadah hujan (1.660,441 ha), pemukiman (1.124,503 ha), dan sisanya merupakan penggunaan lahan yang lain. Sayangnya pada lahan-lahan yang memiliki kelas lereng > 25% yang seharusnya ditanami vegetasi permanen masih digunakan untuk tegalan yang ditanami sayuran.
Gambar 6. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di DAS Mikro Tulis Tabel 5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jenis Penggunaan Lahan Badan air Belukar Cagar alam cagar budaya hutan lindung hutan produksi terbatas hutan produksi kebun campur Pemukiman Rumput Sawah irigasi sawah tadah hujan Tegalan Jumlah
Luas (Ha) 108,466 2.079,863 48,370 39,974 818,911 2.707,511 2,578 4.948,685 1.124,503 41,000 451,180 1.660,441 6.268,046 19.489,638 21
F. Analisis Kerentanan Biofisik
1. Kerentanan Kekritisan Lahan Berdasarkan analisis kerentanan lahan yang didasarkan pada metode Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto; 2011, ed. Revisi) dapat dilihat pada Gambar 7 dan Tabel 6. Dari hasil analisis kerentanan kekritisan lahan, Gambar 7 dan Tabel 6 di Sub DAS Tulis terdapat lahan yang tidak rentan (1) 108,457 ha, sedikit rentan (2) 164,845 ha, agak rentan (3) 9.228,320 ha, rentan (4) 5.248,677 ha dan sangat rentan (5) 4.738,339 ha. Kondisi rentan dan sangat rentan seluas 10.208,016 ha sebaiknya segera ditangani. Luas lahan kritis di masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 6.
22
Gambar 7. Peta Kerentanan Lahan
23
Tabel 6. Tingkat Kerentanan Kekritisan Lahan pada Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis
Luas Tingkat Kerentanan Kekritisan Lahan DAS 1,81 – 2,61 3,41 – 4,21 – 1 – 1,80 2,60 3,40 4,20 5,00 Tidak Sedikit Agak Rentan Sangat Rentan Rentan Rentan Rentan Banjarnegara Banjarnegara Cendana 0 0 515,502 71,241 6,157 Banjarnegara Banjarnegara Parakancanggah 0,123 0 5,972 7,052 0 Banjarnegara Banjarnegara Sukanandi 6,23 1,534 112,548 62,755 0 Banjarnegara Banjarnegara Sukayasa 0 15,353 66,715 40,259 0 Banjarnegara Banjarnegara Tlagawera 0 0 217,105 24,645 0 Banjarnegara Batur Bakal 0 33,164 159,723 260,825 102,376 Banjarnegara Batur Batur 0 0 8,478 0 0 Banjarnegara Batur Dieng Kulon 0,544 26,162 108,05 66,554 50,683 Banjarnegara Batur Karangtengah 17,855 0 44,495 90,871 254,542 Banjarnegara Batur Kepakisan 0,05 23,034 132,426 149,451 90,961 Banjarnegara Batur Pasurenan 0 0 112,652 84,832 86,452 Banjarnegara Batur Pekasiran 0 0,936 142,095 239,611 106,446 Banjarnegara Batur Sumberejo 5,166 0 75,524 329,07 109,794 Banjarnegara Madukara Bantarwaru 3,797 0 22,992 3,592 0 Banjarnegara Madukara Clapar 0 0 204,616 32,973 0 Banjarnegara Madukara Dawuhan 2,497 0 136,955 43,446 0 Banjarnegara Madukara Gununggiana 0 0 31,932 1,42 0 Banjarnegara Madukara Karangannyar 0 0 33,032 0,032 0 Banjarnegara Madukara Kotayasa Lor 8,991 0 121,385 20,499 0 Banjarnegara Madukara Limbangan 7,791 0,007 197,352 33,196 0 Banjarnegara Madukara Madukara 0 0 69,256 45,893 0 Banjarnegara Madukara Pagelak 5,258 0 161,789 23,448 0 Banjarnegara Madukara Pekauman 0 0 98,21 26,753 0 Banjarnegara Madukara Penawangan 0 0 36,29 20,799 0 Banjarnegara Madukara Talunamba 0 0,547 363,947 43,926 0 Banjarnegara Pagentan Aribaya 0 0 37,808 101,002 0 Banjarnegara Pagentan Gumingsir 0 0 0,087 16,312 0 Banjarnegara Pagentan Kalitlaga 0 0 0 15,728 0 Banjarnegara Pagentan Karangnangka 0 0 125,439 151,898 0 Banjarnegara Pagentan Kasmaran 0 0 261,101 19,092 28,333 Banjarnegara Pagentan Kayuares 0 0 104,071 114,389 20,145 Banjarnegara Pagentan Larangan 2,935 0 103,753 163,539 0 Banjarnegara Pagentan Majasari 0 0 123,121 232,128 380,273 Banjarnegara Pagentan Pagentan 0 0 78,564 183,028 21,087 Banjarnegara Pagentan Plumbungan 0 0 22,148 4,446 23,221 Banjarnegara Pagentan Sokaraja 0 0 54,407 194,199 0,662 Banjarnegara Pagentan Tegaljeruk 0 0 0,265 10,55 248,622 Banjarnegara Pejawaran Beji 0 0 0 26,497 527,131 Banjarnegara Pejawaran Condongcampur 0 0,051 18,777 157,732 128,01 Banjarnegara Pejawaran Gembol 0 4,073 19,483 184,129 180,263 Banjarnegara Pejawaran Pejawaran 0 0 0 6,088 100,403 Banjarnegara Pejawaran Pengundungan 0 0 0,028 14,024 460,187
No Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Kecamatan
Desa
24
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batang Batang Batang Kebumen Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Bawang Reban Reban Sadang Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Watumalang Watumalang
79 80 81 82 83 84
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang
Semangkung Sidengok Gembongan Kalibenda Karangmangu Kemiri Prigi Pringamba Sigaluh Singometro Wanacipta Pranten Mojo Tengah Pacet Kedunggong Campur Sari Dieng Jojogan Parikesit Sembungan Sikunang Garung Lor Gumiwang Gunungtugel Jebeng Plampitan Kalibening Karanganyar Plondongan Pulus Rogojati Sempol Soroyudan Sukoharjo Banyukembar Binangun Gumawang Kidul Kalidesel Mutisari Pasuruhan Watumalang Wonosroyo
0 0 5,773 4,331 0 0 0,862 0 4,335 7,59 0 0 0 0 0 0 1,044 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 3,509 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,261 0 0 28,752 0 0 0 26,462 0 0 0
15,807 0 169,791 74,816 90,995 191,218 151,5 609,138 38,965 293,233 40,574 0,016 44,892 25,85 16,051 800,9 60,264 14,574 2,978 1,128 181,825 239,246 277,294 69,899
12,533 0,043 38,534 24,792 22,077 22,69 22,479 8,437 4,396 33,56 8,408 0 0,245 5,205 0 79,868 64,703 3,111 0,031 3,431 98,743 47,696 12,373 0,105
303,064 1,535 0,003 0 0 3,661 1,339 3,359 0 0,753 0 0,946 0 5,302 0 146,53 21,564 32,859 0 12,686 143,985 0 0,132 0
0 0 2,866 1,711 0 0,686 11,901 6,121 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
127,499 174,338 50,925 203,046 33,269 140,792 151,896 407,333 127,407 0 39,766
148,571 140,636 11,687 21,091 1,111 74,925 16,142 121,217 14,18 43,903 33,355
0 0 0 0 0 0 0 0 0,163 24,052 266,91
0 0 0,649 94,405 40,88 0 0 11,734 11,816 421,96 0 0 10,563 8,367 162,235 0 0 67,517 75,603 81,34 0 0 8,828 270,417 33,713 0 0 107,135 297,296 104,62 108,457 164,845 9228,32 5248,677 4739,339
2. Kerentanan Banjir
25
Berdasarkan hasil analisis kerentanan banjir, daerah yang rawan kebanjiran di Sub DAS Tulis yakni di daerah hulu (Gambar 8) disusul bagian hilir dan tengah.
Di bagian hulu
terutama di plateu Dieng, pada dasarnya merupakan daerah yang rawan kebanjiran. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa di daerah tersebut sering terjadi banjir pada musim penghujan. Masyarakat beranggapan bahwa banjir di daerah tersebut karena adanya penyumbatan akibat pembangunan jembatan oleh PT. Dipo Dieng di outlet plateu. Padahal sebenarnya daerah tersebut memang rawan terhadap banjir karena dulunya merupakan kawah gunung.
26
Gambar 8. Peta Daerah Rawan Kebanjiran Sub DAS Tulis
3. Kerentanan Tanah Longsor
27
Hasil analisis dengan menggunakan formulasi Paimin, dkk. (2010), peta DEM, geologi, dan tanah dan data curah hujan 3 hari berturut-turut diperoleh peta kerawanan tanah longsor di Sub DAS Tulis yang disajikan pada Gambar 9. Berdasarkan Gambar 9 tersebut, terdapat lokasi rawan longsor yang tersebar hampir di seluruh Sub DAS Tulis namun luas setiap lokasi relatif sempit.
28
Gambar 9. Peta Kerawanan Tanah Longsor di Sub DAS Tulis
29
G. Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Kelembagaan Dinamika permasalahan sosial, ekonomi dan kelembagaan sangat komplek dan berkembang cepat, sehingga untuk menyusun karakteristik Sub Das Tulis dipilah atas kriteria sosial, ekonomi dan kelembagaan. Kriteria sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, perilaku atau tingkah laku konservasi, hukum adat terkait konservasi, dan nilai tradisional berkaitan konservasi yang ada di masyarakat. Kriteria ekonomi meliputi parameter ketergantungan penduduk terhadap lahan, tingkat pendapatan dan kegiatan dasar wilayah. Adapun criteria kelembagaan meliputi parameter keberdayaan kelembagaan informal dan formal pada konservasi yang ada di masyarakat. Hasil analisis kerentanan dan potensi sosial ekonomi kelembagaan di sub DAS Tulis sebagai berikut:
a. Kerentanan Sosial Parameter kerentanan sosial dalam Formulasi Sidik Cepat Degradasi Sub DAS adalah kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, prilaku konservasi tanah, hukum adat, dan nilai tradisional. 1). Kepadatan penduduk geografis Jumlah penduduk Sub DAS Tulis sebesar 194.711 jiwa yang terdiri dari 98.509 laki-laki dan 96.202 perempuan.
Rata-rata setiap desa memiliki 1.247 laki-laki dan 1.218 perempuan.
Kepadatan agraris Sub DAS Tulis mencapai 740 orang/km2 dan secara rinci untuk setiap desa disajikan pada Tabel 7 Kepadatan penduduk geografis di sub DAS Tulis sebagian besar (93,67%) tergolong padat dengan kepadatan lebih dari 400 jiwa/km2. Hanya satu desa yaitu Desa Mutisari yang memiliki kepadatan penduduk rendah (241 jiwa/km2).
Tabel 7. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas wilayah, Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kepadatan Penduduk Geografis di Sub DAS Tulis No Desa I. 1 2 3 4 5
Kecamatan
Luas (Ha)
Kabupaten Banjarnegara Cendana Banjarnegara 367.086 Tlagawera Banjarnegara 356.379 Sokayasa Banjarnegara 182.005 Sokanandi Banjarnegara 215.735 Batur Batur 1212.142
Pria Wanita Jumlah Kepadatan Kategori Skor (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa/km2) 1511 1401 1307 2668 5483
1604 1338 1279 2610 5465
3115 2739 2586 5278 10948
849 769 1421 2447 903
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 30
5 5 5 5 5
6 Sumberejo 7 Pekasiran 8 Kepakisan Karang 9 tengah 10 Dieng kulon 11 Bakal 12 Pasurenan 13 Karanganyar 14 Clapar 15 Gununggiana 16 Talunamba 17 Penawangan 18 Kutayasa 19 Bantarwaru 20 Dawuhan 21 Pagelak 22 Pekauman 23 Madukara 24 Larangan 25 Tegaljeruk 26 Kasmaran 27 Majasari 28 Plumbungan 29 Pagentan 30 Kalitlaga 31 Kayuares 32 Gumingsir 33 Sokaraja 34 Metawana Karang 35 Nangka 36 Aribaya 37 Gembol Condong 38 Campur 39 Beji 40 Semangkung 41 Sidengok 42 Pegundungan 43 Pejawaran 44 Sigaluh
Batur Batur Batur
792.932 719.217 526.882
2846 2535 1405
2729 2570 1427
5575 5105 2832
703 Tinggi 710 Tinggi 538 Tinggi
Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan
488.811 337.846 484.850 154.420 164.948 354.354 366.308 263.564 183.336 128.652 229.968 317.100 161.202 184.746 247.748 231.990 232.000 225.000 410.990 312.010 370.000 189.000 203.000 358.000 216.980 224.010
2307 1722 1961 1402 502 1086 1193 1027 532 817 1562 1466 922 794 1248 960 878 1006 1419 1170 2277 1015 895 1167 1097 952
2381 1567 1940 1354 495 947 1106 1066 484 810 1553 1485 907 822 1307 929 899 988 1398 1107 2260 1139 861 1076 1117 884
4688 3289 3901 2756 997 2033 2299 2093 1016 1627 3115 2951 1829 1616 2555 1889 1777 1994 2817 2277 4537 2154 1756 2243 2214 1836
959 974 805 1785 604 574 628 794 554 1265 1355 931 1135 875 1031 814 766 886 685 730 1226 1140 865 627 1020 820
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Pagentan Pagentan Pejawaran
253.000 301.000 229.101
942 951 1511
853 968 1452
1795 1919 2963
709 Tinggi 638 Tinggi 1293 Tinggi
5 5 5
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Sigaluh
343.035 210.916 225.485 367.278 366.405 502.908 99.000
1428 577 782 1493 794 2164 693
1335 567 788 1427 830 2230 707
2763 1144 1570 2920 1624 4394 1400
805 542 696 795 443 874 1414
5 5 5 5 5 5 5
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 31
5 5 5
45 46 47 48 49 50 51 52 II 53 54 III 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Wanacipta Sigaluh Gembongan Sigaluh Prigi Sigaluh Pringamba Sigaluh Singomerto Sigaluh Karangmangu Sigaluh Kemiri Sigaluh Kalibenda Sigaluh Kabupaten Batang Mojotengah Reban Pacet Reban Kabupaten Wonosobo Dieng Kejajar Jojogan Kejajar Parikesit Kejajar Sikunang Kejajar Campursari Kejajar Jebeng Plampitan Sukoharjo Kalibening Sukoharjo Pulus Sukoharjo Garung lor Sukoharjo Soroyudan Sukoharjo Gunung Tugel Sukoharjo Gumiwang Sukoharjo Plodongan Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Rogojati Sukoharjo Sempol Sukoharjo Limbangan Watumalang Kalidesel Watumalang Mutisari Watumalang Binangun Watumalang Pasuruhan Watumalang Watumalang Watumalang Banyukembar Watumalang Wonosroyo Watumalang Gumawang Kidul Watumalang Rerata
26.345 288.900 528.600 406.000 199.272 177.365 225.300 101.738
224 1677 2122 801 1217 405 472 1006
230 1593 2023 783 1209 421 495 969
454 3270 4145 1584 2426 826 967 1975
1723 1132 784 390 1217 466 429 1941
Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 3 5 5 5 5
833.000 226.000
1053 706
1085 638
2138 1344
257 Sedang 595 Tinggi
3 5
282.000 126.000 209.000 373.900 521.000
1010 694 1049 1082 1133
1025 649 934 1032 1128
2035 1343 1983 2114 2261
722 1066 949 565 434
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5
301.500 371.670 216.930 398.480 278.370
757 1247 494 1054 1031
699 1181 461 1006 977
1456 2428 955 2060 2008
483 653 440 517 721
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5
429.230 275.010 267.150 405.150 302.610 129.760 286.357 583.450 539.000 777.745 371.000 423.232 457.300 433.575
837 577 779 1668 948 588 1215 890 661 3253 1301 1186 1300 1459
830 532 703 1598 852 559 1174 784 638 3203 1225 1076 1330 1411
1667 1109 1482 3266 1800 1147 2389 1674 1299 6456 2526 2262 2630 2870
388 403 555 806 595 884 834 287 241 830 681 534 575 662
Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
3 5 5 5 5 5 5 3 1 5 5 5 5 5
239.300 333
745 1247
688 1218
1433 2465
599 Tinggi 820
32
5
2). Kepadatan penduduk agraris Kepadatan penduduk agraris merupakan suatu angka yang
menunjukkan
perbandingan antara jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Kepadatan penduduk agraris ini dinyatakan dalam satuan orang/ha yang menunjukkan daya dukung lahan pertanian untuk menyediakan pangan bagi penduduk di suatu wilayah. Hasil analisis terhadap desa-desa yang berada di Sub DAS Tulis menunjukkan kepadatan agraris rata-rata mencapai 96 orang per ha, dengan kepadatan tertinggi di Desa Kasmaran sebesar 409 orang/ha dan terendah di Desa Jebeng Plampitan sebesar 8 orang/ha.
Sebagian besar (56,96%) desa memiliki kepadatan agraris lebih dari 40
orang/ha sehingga tergolong kepadatan tinggi.
Sebanyak
22 desa (27,85%) memiliki
kepadatan sedang dan sisanya sebesar 12 desa (15,19%) tergolong memiliki kepadatan agraris rendah.
Secara keseluruhan Sub DAS Tulis. Kepadatan penduduk agraris
mencapai 39 orang per ha dan dikategorikan sedang (Tabel 8). Analisis menunjukkan bahwa daerah hulu memiliki kepadatan agraris lebih rendah apabila dibandingkan dengan daerah hilir das. Begitu pula daerah kota memiliki kepadatan penduduk agraris yang lebih padat dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pinggiran.
Tabel 8. Nama Desa, Kecamatan, Kabuapten, Luas Lahan Pertanian, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Agraris dan Skor Kerentanannya No Desa I. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kecamatan
Kabupaten Banjarnegara Cendana Banjarnegara Tlagawera Banjarnegara Sokayasa Banjarnegara Sokanandi Banjarnegara Batur Batur Sumberejo Batur Pekasiran Batur Kepakisan Batur Karang tengah Batur Dieng kulon Batur Bakal Batur Pasurenan Batur Karanganyar Madukara
Lahan pertanian Jumlah (Ha) (jiwa) 125.247 152.913 133.757 153.728 67.49 518.707 19.625 19.672 50.711 49.896 59.175 60.511 15.32
3115 2739 2586 5278 10948 5575 5105 2832 4688 3289 3901 2756 997
Kepadatan agraris (orang/Ha) 24.87 17.91 19.33 34.33 162.22 10.75 260.13 143.96 92.45 65.92 65.92 45.55 65.08
Kategori Skor
Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
3 1 1 3 5 1 5 5 5 5 5 5 5 33
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 II.
Clapar Madukara Gununggiana Madukara Talunamba Madukara Penawangan Madukara Kutayasa Madukara Bantarwaru Madukara Dawuhan Madukara Pagelak Madukara Pekauman Madukara Madukara Madukara Larangan Pagentan Tegaljeruk Pagentan Kasmaran Pagentan Majasari Pagentan Plumbungan Pagentan Pagentan Pagentan Kalitlaga Pagentan Kayuares Pagentan Gumingsir Pagentan Sokaraja Pagentan Metawana Pagentan Karang Nangka Pagentan Aribaya Pagentan Gembol Pejawaran Condong Campur Pejawaran Beji Pejawaran Semangkung Pejawaran Sidengok Pejawaran Pegundungan Pejawaran Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Wanacipta Sigaluh Gembongan Sigaluh Prigi Sigaluh Pringamba Sigaluh Singomerto Sigaluh Karangmangu Sigaluh Kemiri Sigaluh Kalibenda Sigaluh Kabupaten Batang
150.895 66.33 46.478 27.437 110.105 142.57 143.22 100.848 40.711 119.889 7.26 5.11 4.87 8.26 97.54 169.5 72.25 115.25 134.69 89.16 71.71
2033 2299 2093 1016 1627 3115 2951 1829 1616 2555 1889 1777 1994 2817 2277 4537 2154 1756 2243 2214 1836
13.47 34.66 45.03 37.03 14.78 21.85 20.60 18.14 39.69 21.31 260.19 347.75 409.45 341.04 23.34 26.77 29.81 15.24 16.65 24.83 25.60
Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang
1 3 5 3 1 3 3 1 3 3 5 5 5 5 3 3 3 1 1 3 3
78.04 74.68 9.22
1795 1919 2963
23.00 Sedang 25.70 Sedang 321.37 Tinggi
3 3 5
12.122 7.38 7.995 21.415 9.22 18.885 22.124 12.346 37.774 58.882 12.728 15.449 12.39 14.486 16.475
2763 1144 1570 2920 1624 4394 1400 454 3270 4145 1584 2426 826 967 1975
227.93 155.01 196.37 136.35 176.14 232.67 63.28 36.77 86.57 70.40 124.45 157.03 66.67 66.75 119.88
5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
34
53 54 III. 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Mojotengah Reban Pacet Reban Kabupaten Wonosobo Dieng Kejajar Jojogan Kejajar Parikesit Kejajar Sikunang Kejajar Campursari Kejajar Jebeng Plampitan Sukoharjo Kalibening Sukoharjo Pulus Sukoharjo Garung lor Sukoharjo Soroyudan Sukoharjo Gunung Tugel Sukoharjo Gumiwang Sukoharjo Plodongan Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Rogojati Sukoharjo Sempol Sukoharjo Limbangan Watumalang Kalidesel Watumalang Mutisari Watumalang Binangun Watumalang Pasuruhan Watumalang Watumalang Watumalang Banyukembar Watumalang Wonosroyo Watumalang Gumawang Kidul Watumalang Jumlah Rerata
DAS
19.7 13
2138 1344
108.53 Tinggi 103.38 Tinggi
5 5
10.06 9.38 5.62 9.26 10.34
2035 1343 1983 2114 2261
202.29 143.18 352.85 228.29 218.67
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5
175.05 70.97 39.22 89.48 109.36 15.35 47 23.67 56.96 163.22 68.9 117.153 11.758 11.414 57.45 30.403 71.781 38.947 31.968
1456 2428 955 2060 2008 1667 1109 1482 3266 1800 1147 2389 1674 1299 6456 2526 2262 2630 2870
8.32 34.21 24.35 23.02 18.36 108.60 23.60 62.61 57.34 11.03 16.65 20.39 142.37 113.81 112.38 83.08 31.51 67.53 89.78
Rendah Sedang Sedang Sedang Rendah Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
1 3 3 3 1 5 3 5 5 1 1 3 5 5 5 5 3 5 5
16.183
1433
4916 194711 62 2465
88.55 Tinggi
5
39.61 Sedang 96
3
3). Prilaku Konservasi Tanah dan Air Berdasarkan pengamatan
terhadap prilaku konservasi tanah dan air maka sebagian
masyarakat telah melakukan konservasi tanah dan air meskipun kualitas dan efektivitasnya berbeda-beda. Masyarakat banyak yang sudah tahu manfaat konservasi, mengetahui tekniknya dan melakukannya sehingga kerentanannya rendah. Pada lahan sayur, sebagian sudah melakukan pembuatan guludan dan penutupan dengan plastik sebagai mulsa. Perlakuan ini akan mampu mengurangi erosi tanah cukup signifikan tetapi akan 35
meningkatkan limpasan sehingga menyebabkan erosi pada alur di antara guludan. Konservasi dilakukan juga untuk memperluas bidang olah yang dapat ditanami oleh tanaman sayur dan pada daerah yang banyak terdapat batunya dan cukup tenaga kerja maka di buat teras batu.
Tabel 9. Perilaku Konservasi Tanah Masyarakat di Sub DAS Tulis No Desa
Kecamatan
Kabupaten
Kategori Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Cendana Tlagawera Sokayasa Sokanandi Batur Sumberejo Pekasiran Kepakisan Karang tengah Dieng kulon Bakal Pasurenan Karanganyar Clapar Gununggiana Talunamba Penawangan Kutayasa Bantarwaru Dawuhan Pagelak Pekauman Madukara Larangan Tegaljeruk Kasmaran Majasari Plumbungan Pagentan Kalitlaga Kayuares Gumingsir
1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Sokaraja Metawana Karang Nangka Aribaya Gembol Condong Campur Beji Semangkung Sidengok Pegundungan Pejawaran Sigaluh Wanacipta Gembongan Prigi Pringamba Singomerto Karangmangu Kemiri Kalibenda Mojotengah Pacet Dieng Jojogan Parikesit Sikunang Campursari Jebeng Plampitan Kalibening Pulus Garung lor Soroyudan Gunung Tugel Gumiwang Plodongan Sukoharjo Rogojati Sempol Limbangan Kalidesel
Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pejawaran
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
1 1 1 1 1
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Reban Reban Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batang Batang Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah sedang Rendah Rendah Rendah Rendah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Watumalang Watumalang
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37
73 74 75 76 77 78
Mutisari Binangun Pasuruhan Watumalang Banyukembar Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
1 1 1 1 1 1
Watumalang
Wonosobo
Rendah
1
4). Budaya hukum adat terkait konservasi tanah dan air Pengamatan lapangan, wawancara dengan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara serta
hasil
analisis menunjukkan
bahwa di desa-desa Sub DAS Tulis tidak ada budaya hukum adat yang terkait dengan konservasi tanah dan air.
Tabel 10. Budaya Hukum Adat Terkait Konservasi Tanah dan Air No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Desa Cendana Tlagawera Sokayasa Sokanandi Batur Sumberejo Pekasiran Kepakisan Karang tengah Dieng kulon Bakal Pasurenan Karanganyar Clapar Gununggiana Talunamba Penawangan Kutayasa Bantarwaru Dawuhan Pagelak Pekauman
Kecamatan Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara
Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Besaran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kategori Skor Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 Tinggi 5 38
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62
Madukara Larangan Tegaljeruk Kasmaran Majasari Plumbungan Pagentan Kalitlaga Kayuares Gumingsir Sokaraja Metawana Karang Nangka Aribaya Gembol Condong Campur Beji Semangkung Sidengok Pegundungan Pejawaran Sigaluh Wanacipta Gembongan Prigi Pringamba Singomerto Karangmangu Kemiri Kalibenda Mojotengah Pacet Dieng Jojogan Parikesit Sikunang Campursari Jebeng Plampitan Kalibening Pulus
Madukara Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pejawaran
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Reban Reban Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar Kejajar
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batang Batang Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Tidak ada Tinggi Tidak ada Tinggi Tidak ada Tinggi
5 5 5 39
63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
Garung lor Soroyudan Gunung Tugel Gumiwang Plodongan Sukoharjo Rogojati Sempol Limbangan Kalidesel Mutisari Binangun Pasuruhan Watumalang Banyukembar Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Watumalang
Wonosobo
Tidak ada Tinggi
5
5). Nilai tradisional terkait konservasi tanah dan air
Nilai tradisional adalah nilai yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Di Sub DAS Tulis tidak ditemukan nilai tradisional yang terkait dengan konservasi tanah dan air sehingga tidak ada transfer nilai dari orang tua ke generasi yang lebih muda secara terstruktur.
Tabel 11. Nilai Tradisional Pada Praktek Konservasi Tanah di Sub DAS Tulis No
Desa
Kecamatan
Kabupaten
1 Cendana
Banjarnegara Banjarnegara
2 Tlagawera
Banjarnegara Banjarnegara
3 Sokayasa
Banjarnegara Banjarnegara
4 Sokanandi
Banjarnegara Banjarnegara
5 Batur
Batur
Banjarnegara
6 Sumberejo 7 Pekasiran
Batur Batur
Banjarnegara Banjarnegara
Besaran Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak
Kategori Skor Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi Tinggi
5 5 40
8 Kepakisan
Batur
Banjarnegara
9 Karang tengah
Batur
Banjarnegara
10 Dieng kulon
Batur
Banjarnegara
11 Bakal
Batur
Banjarnegara
12 Pasurenan
Batur
Banjarnegara
13 Karanganyar
Madukara
Banjarnegara
14 Clapar
Madukara
Banjarnegara
15 Gununggiana
Madukara
Banjarnegara
16 Talunamba
Madukara
Banjarnegara
17 Penawangan
Madukara
Banjarnegara
18 Kutayasa
Madukara
Banjarnegara
19 Bantarwaru
Madukara
Banjarnegara
20 Dawuhan
Madukara
Banjarnegara
21 Pagelak
Madukara
Banjarnegara
22 Pekauman
Madukara
Banjarnegara
23 Madukara
Madukara
Banjarnegara
24 Larangan
Pagentan
Banjarnegara
25 Tegaljeruk
Pagentan
Banjarnegara
26 Kasmaran
Pagentan
Banjarnegara
27 Majasari
Pagentan
Banjarnegara
28 Plumbungan
Pagentan
Banjarnegara
29 Pagentan
Pagentan
Banjarnegara
30 Kalitlaga
Pagentan
Banjarnegara
31 Kayuares
Pagentan
Banjarnegara
ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5 41
32 Gumingsir
Pagentan
Banjarnegara
33 Sokaraja
Pagentan
Banjarnegara
34 Metawana
Pagentan
Banjarnegara
35 Karang Nangka
Pagentan
Banjarnegara
36 Aribaya
Pagentan
Banjarnegara
37 Gembol Condong 38 Campur
Pejawaran
Banjarnegara
Pejawaran
Banjarnegara
39 Beji
Pejawaran
Banjarnegara
40 Semangkung
Pejawaran
Banjarnegara
41 Sidengok
Pejawaran
Banjarnegara
42 Pegundungan
Pejawaran
Banjarnegara
43 Pejawaran
Pejawaran
Banjarnegara
44 Sigaluh
Sigaluh
Banjarnegara
45 Wanacipta
Sigaluh
Banjarnegara
46 Gembongan
Sigaluh
Banjarnegara
47 Prigi
Sigaluh
Banjarnegara
48 Pringamba
Sigaluh
Banjarnegara
49 Singomerto
Sigaluh
Banjarnegara
50 Karangmangu
Sigaluh
Banjarnegara
51 Kemiri
Sigaluh
Banjarnegara
52 Kalibenda
Sigaluh
Banjarnegara
53 Mojotengah
Reban
Batang
54 Pacet
Reban
Batang
55 Dieng
Kejajar
Wonosobo
56 Jojogan
Kejajar
Wonosobo
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5 42
57 Parikesit
Kejajar
Wonosobo
58 Sikunang
Kejajar
Wonosobo
59 Campursari Jebeng 60 Plampitan
Kejajar
Wonosobo
Sukoharjo
Wonosobo
61 Kalibening
Sukoharjo
Wonosobo
62 Pulus
Sukoharjo
Wonosobo
63 Garung lor
Sukoharjo
Wonosobo
64 Soroyudan
Sukoharjo
Wonosobo
65 Gunung Tugel
Sukoharjo
Wonosobo
66 Gumiwang
Sukoharjo
Wonosobo
67 Plodongan
Sukoharjo
Wonosobo
68 Sukoharjo
Sukoharjo
Wonosobo
69 Rogojati
Sukoharjo
Wonosobo
70 Sempol
Sukoharjo
Wonosobo
71 Limbangan
Watumalang
Wonosobo
72 Kalidesel
Watumalang
Wonosobo
73 Mutisari
Watumalang
Wonosobo
74 Binangun
Watumalang
Wonosobo
75 Pasuruhan
Watumalang
Wonosobo
76 Watumalang
Watumalang
Wonosobo
77 Banyukembar
Watumalang
Wonosobo
78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Watumalang
Wonosobo
Watumalang
Wonosobo
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
Tinggi
5
43
b. Kerentanan Ekonomi 1). Ketergantungan terhadap lahan Ketergantungan penduduk pada lahan dicerminkan dengan proporsi pendapatan masyarakat yang berasal dari pertanian terhadap total pendapatan.
Apabila proporsi
pendapatan pertanian terhadap total pendapatan lebih rendah dari 50% maka digolongkan rendah dan bila antara 50—75% maka tergolong sedang. Ketergantungan penduduk terhadap lahan dikatakan tinggi apabila minimal 755 pendapatan total berasal dari sektor pertanian. Hasil analisis ketergantungan penduduk pada lahan disajikan Tabel 12. Hasil analisis menunjukka bahwa 57 desa (72,15%) memiliki ketergantungan terhadap lahan antara 50%-75% sehingga tergolong memiliki ketergantungan lahan sedang dan 27,85% desa lainnya memiliki ketergantungan lahan rendah (dibawah 50%).
Tabel 12. Ketergantungan Terhadap Lahan Masyarakat di Sub DAS Tulis
Pertanian
Non pertanian
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batur Batur Batur Batur
1235291.24 1235291.24 1235291.24 1235291.24 8697068.13 8697068.13 8697068.13 8697068.13
11346741.84 11346741.84 11346741.84 11346741.84 4117691.53 4117691.53 4117691.53 4117691.53
Persen Pendapatan Pertanian Thd Total (%) 9.82 9.82 9.82 9.82 67.87 67.87 67.87 67.87
Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara
8697068.13 8697068.13 8697068.13 8697068.13 5519333.57 5519333.57 5519333.57 5519333.57
4117691.53 4117691.53 4117691.53 4117691.53 3707181.29 3707181.29 3707181.29 3707181.29
67.87 67.87 67.87 67.87 59.82 59.82 59.82 59.82
Sumber Pendapatan No Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Cendana Tlagawera Sokayasa Sokanandi Batur Sumberejo Pekasiran Kepakisan Karang tengah Dieng kulon Bakal Pasurenan Karanganyar Clapar Gununggiana Talunamba
Kecamatan
Kategori Skor
Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang
1 1 1 1 3 3 3 3
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
3 3 3 3 3 3 3 3
44
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Penawangan Kutayasa Bantarwaru Dawuhan Pagelak Pekauman Madukara Larangan Tegaljeruk Kasmaran Majasari Plumbungan Pagentan Kalitlaga Kayuares Gumingsir Sokaraja Metawana Karang Nangka Aribaya Gembol Condong Campur Beji Semangkung Sidengok Pegundungan Pejawaran Sigaluh Wanacipta Gembongan Prigi Pringamba Singomerto Karangmangu Kemiri Kalibenda Mojotengah Pacet Dieng Jojogan
Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan
5519333.57 5519333.57 5519333.57 5519333.57 5519333.57 5519333.57 5519333.57 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86 1852765.86
3707181.29 3707181.29 3707181.29 3707181.29 3707181.29 3707181.29 3707181.29 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93 1623279.93
59.82 59.82 59.82 59.82 59.82 59.82 59.82 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30 53.30
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Pagentan Pagentan Pejawaran
1852765.86 1852765.86 8548820.02
1623279.93 1623279.93 3202499.00
53.30 Sedang 53.30 Sedang 72.75 Sedang
3 3 3
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Sigaluh Reban Reban Kejajar Kejajar
8548820.02 8548820.02 8548820.02 8548820.02 8548820.02 8548820.02 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 2460670.92 3720633.78 3720633.78 3394338.85 3394338.85
3202499.00 3202499.00 3202499.00 3202499.00 3202499.00 3202499.00 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 5088206.89 2916275.45 2916275.45 2866434.64 2866434.64
72.75 72.75 72.75 72.75 72.75 72.75 32.60 32.60 32.60 32.60 32.60 32.60 32.60 32.60 32.60 56.06 56.06 54.22 54.22
3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang 45
57 Parikesit 58 Sikunang 59 Campursari Jebeng 60 Plampitan 61 Kalibening 62 Pulus 63 Garung lor 64 Soroyudan Gunung 65 Tugel 66 Gumiwang 67 Plodongan 68 Sukoharjo 69 Rogojati 70 Sempol 71 Limbangan 72 Kalidesel 73 Mutisari 74 Binangun 75 Pasuruhan 76 Watumalang 77 Banyukembar 78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Kejajar Kejajar Kejajar
3394338.85 3394338.85 3394338.85
2866434.64 2866434.64 2866434.64
54.22 Sedang 54.22 Sedang 54.22 Sedang
3 3 3
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
1723660.56 1723660.56 1723660.56 1723660.56 1723660.56
2829999.20 2829999.20 2829999.20 2829999.20 2829999.20
37.85 37.85 37.85 37.85 37.85
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
3 3 3 3 3
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang
1723660.56 1723660.56 1723660.56 1723660.56 1723660.56 1723660.56 1323746.97 1323746.97 1323746.97 1323746.97 1323746.97 1323746.97 1323746.97 1323746.97
2829999.20 2829999.20 2829999.20 2829999.20 2829999.20 2829999.20 1502512.51 1502512.51 1502512.51 1502512.51 1502512.51 1502512.51 1502512.51 1502512.51
37.85 37.85 37.85 37.85 37.85 37.85 46.84 46.84 46.84 46.84 46.84 46.84 46.84 46.84
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
3 3 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1
Watumalang
1323746.97
1502512.51
46.84 Rendah
1
2). Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan rata-rata masyarakat Sub DAS Tulis sebesar Rp7.213.037 dan dikategorikan pendapatan yang agak tinggi. Sebanyak 30 desa (37,97%) berpendapatan tinggi dan 16 desa (20,25%) dikategorikan agak tinggi.
Sebelas desa berpendapatan
sedang dan 22 desa (27,85%) pendapatan penduduknya dikategorikan agak rendah. Tabel 13. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Tingkat Pendapatan Masyarakat Masing-masing Desa
No Desa 1 Cendana 2 Tlagawera 3 Sokayasa
Kecamatan Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Kabupaten Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
Pendapatan Perkapita /tahun 12,582,033.09 12,582,033.09 12,582,033.09
Kategori Tinggi Tinggi Tinggi
Skor 1 1 1 46
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Sokanandi Batur Sumberejo Pekasiran Kepakisan Karang tengah Dieng kulon Bakal Pasurenan Karanganyar Clapar Gununggiana Talunamba Penawangan Kutayasa Bantarwaru Dawuhan Pagelak Pekauman Madukara
Banjarnegara Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
12,582,033.09 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 12,814,759.66 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87 9,226,514.87
24 Larangan
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
25 Tegaljeruk
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
26 Kasmaran
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
27 Majasari
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
28 Plumbungan
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
29 Pagentan
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
30 Kalitlaga
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
31 Kayuares
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
32 Gumingsir
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
33 Sokaraja
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
34 Metawana Karang 35 Nangka
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
36 Aribaya
Pagentan
Banjarnegara
3,476,045.79
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47
37 Gembol Condong 38 Campur 39 Beji 40 Semangkung 41 Sidengok 42 Pegundungan 43 Pejawaran
Pejawaran
Banjarnegara
11,751,319.01 Tinggi
1
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara
11,751,319.01 11,751,319.01 11,751,319.01 11,751,319.01 11,751,319.01 11,751,319.01
1 1 1 1 1 1
44 Sigaluh
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
45 Wanacipta
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
46 Gembongan
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
47 Prigi
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
48 Pringamba
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
49 Singomerto
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
50 Karangmangu
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
51 Kemiri
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
52 Kalibenda
Sigaluh
Banjarnegara
7,548,877.81
53 Mojotengah
Reban
Batang
6636909.236
54 Pacet
Reban
Batang
6636909.236
55 Dieng
Kejajar
Wonosobo
6,260,773.48
56 Jojogan
Kejajar
Wonosobo
6,260,773.48
57 Parikesit
Kejajar
Wonosobo
6,260,773.48
58 Sikunang
Kejajar
Wonosobo
6,260,773.48
59 Campursari Jebeng 60 Plampitan 61 Kalibening 62 Pulus 63 Garung lor 64 Soroyudan 65 Gunung Tugel
Kejajar
Wonosobo
6,260,773.48
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi Agak tinggi
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
48
66 67 68 69 70
Gumiwang Plodongan Sukoharjo Rogojati Sempol
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo Wonosobo
4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76 4,553,659.76
71 Limbangan
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
72 Kalidesel
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
73 Mutisari
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
74 Binangun
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
75 Pasuruhan
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
76 Watumalang
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
77 Banyukembar
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
Watumalang
Wonosobo
2,826,259.48
DAS
7213036.46
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah agak rendah Agak tinggi
3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
3). Kegiatan dasar wilayah Kegiatan dasar wilayah didekati dengan menggunakan location quotation tenaga kerja yang bekerja disektor pertanian. Sebanyak 38 desa (48,10%) memiliki LQ > 1 yang berarti sebagian besar tenaga kerjanya bekerja disektor pertanian dan sektor pertanian menjadi tumpuan pembangunan wilayah tersebut. Wilayah yang sudah berkembang sektor lainnya di luar sektor pertanian sebanyak 40 desa (50,63%) yang ditunjukkan dengan LQ yang kurang dari satu.
Tabel 14. Kegiatan Dasar Wilayah Masyarakat di Sub DAS Tulis
No Desa
Kecamatan
I. Kabupaten Banjarnegara 1 Cendana Banjarnegara
Tenaga Tenaga Kerja Kerja non pertanian pertanian Total Orang 1262
590
1852
LQ Pertanian Kategori Skor
1.08 Tinggi
5 49
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Tlagawera Sokayasa Sokanandi Batur Sumberejo Pekasiran Kepakisan Karang tengah Dieng kulon Bakal Pasurenan Karanganyar Clapar Gununggiana Talunamba Penawangan Kutayasa Bantarwaru Dawuhan Pagelak Pekauman Madukara Larangan Tegaljeruk Kasmaran Majasari Plumbungan Pagentan Kalitlaga Kayuares Gumingsir Sokaraja Metawana Karang Nangka Aribaya Gembol Condong Campur Beji Semangkung Sidengok Pegundungan
Banjarnegara Banjarnegara Banjarnegara Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Batur Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Madukara Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pagentan Pejawaran
1059 1085 819 6461 2948 2676 1286 1945 665 1535 1568 423 769 667 813 512 179 545 647 450 445 592 803 716 809 1313 924 1796 829 827 780 1126 709 721 829 2172
457 519 2495 1440 1075 1004 742 1453 1702 1269 400 143 146 157 234 144 195 196 200 144 179 185 652 683 763 1293 820 1841 875 544 1000 583 710 731 658 98
1516 1604 3314 7901 4023 3680 2028 3398 2367 2804 1968 566 915 824 1047 656 374 741 847 594 624 777 1455 1399 1572 2606 1744 3637 1704 1371 1780 1709 1419 1452 1487 2270
1.11 1.07 0.39 1.30 1.16 1.15 1.00 0.91 0.45 0.87 1.26 1.18 1.33 1.28 1.23 1.24 0.76 1.17 1.21 1.20 1.13 1.21 0.87 0.81 0.82 0.80 0.84 0.78 0.77 0.96 0.69 1.04 0.79 0.79 0.88 1.52
Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi
5 5 1 5 5 5 3 1 1 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 5
Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran Pejawaran
1987 801 1083 2174 1253
91 14 67 77 26
2078 815 1150 2251 1279
1.51 1.56 1.49 1.53 1.55
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5 50
43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 II. 53 54 III. 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
Pejawaran Pejawaran Sigaluh Sigaluh Wanacipta Sigaluh Gembongan Sigaluh Prigi Sigaluh Pringamba Sigaluh Singomerto Sigaluh Karangmangu Sigaluh Kemiri Sigaluh Kalibenda Sigaluh Kabupaten Batang Mojotengah Reban Pacet Reban Kabupaten Wonosobo Dieng Kejajar Jojogan Kejajar Parikesit Kejajar Sikunang Kejajar Campursari Kejajar Jebeng Plampitan Sukoharjo Kalibening Sukoharjo Pulus Sukoharjo Garung lor Sukoharjo Soroyudan Sukoharjo Gunung Tugel Sukoharjo Gumiwang Sukoharjo Plodongan Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Rogojati Sukoharjo Sempol Sukoharjo Limbangan Watumalang Kalidesel Watumalang Mutisari Watumalang Binangun Watumalang Pasuruhan Watumalang Watumalang Watumalang Banyukembar Watumalang Wonosroyo Watumalang Gumawang Kidul Watumalang jumlah
3096 230 118 949 1252 643 198 345 388 217
93 217 56 416 448 138 343 101 154 397
3189 447 174 1365 1700 781 541 446 542 614
1.54 0.82 1.07 1.10 1.17 1.30 0.58 1.23 1.13 0.56
Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah
1260 692
26 88
1286 780
1.55 Tinggi 1.41 Tinggi
5 5
955 636 1135 1266 1115
246 94 268 100 552
1201 730 1403 1366 1667
1.26 1.38 1.28 1.47 1.06
Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
5 5 5 5 5
643 874 357 736 808 735 379 581 1206 606 410 434 407 411 1514 592 502 357 658
647 1117 394 927 895 561 410 630 1351 861 714 1606 435 312 1242 729 368 954 395
1290 1991 751 1663 1703 1296 789 1211 2557 1467 1124 2040 842 723 2756 1321 870 1311 1053
0.79 0.70 0.75 0.70 0.75 0.90 0.76 0.76 0.75 0.65 0.58 0.34 0.77 0.90 0.87 0.71 0.91 0.43 0.99
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
88 77796
573
661 123249
0.21 Rendah
1
51
5 1 5 5 5 5 1 5 5 1
c. Kelembagaan Kelembagaan terbagi menjadi kelembagaan formal dan informal, khususnya berkaitan dengan konservasi tanah dan air. Terdapat beberapa organisasi formal yang berkaitan menangani kegiatan pengelolaan DAS antara lain Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Dinas Kehutanan Wonosobo, Badan penyuluhan, penyuluh kecamatan, Desa, Kelompok tani (Tabel 16.)
Lembaga informal antara lain
kelompok yasinan, kelompok pengajian dan sebagainya (Tabel 15).
1). Kelembagaan Informal terdapat kelembagaan informal di dalam Sub DAS Tulis tetapi peranannya tidak berperan dalam kegiatan konservasi tanah sehingga memiliki nilai skor 3 artinya ada tetapi tidak berperan langsug dalam kegiatan KTA.
Tabel 15. Peranan Kelembagaan Informal Dalam Kegiatan KTA di Sub DAS Tulis. No Desa
Kecamatan
Kabupaten
1 Cendana
Banjarnegara Banjarnegara
2 Tlagawera
Banjarnegara Banjarnegara
3 Sokayasa
Banjarnegara Banjarnegara
4 Sokanandi
Banjarnegara Banjarnegara
5 Batur
Batur
Banjarnegara
6 Sumberejo
Batur
Banjarnegara
7 Pekasiran
Batur
Banjarnegara
8 Kepakisan Karang 9 tengah
Batur
Banjarnegara
Batur
Banjarnegara
10 Dieng kulon
Batur
Banjarnegara
11 Bakal 12 Pasurenan
Batur Batur
Banjarnegara Banjarnegara
Besaran Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak
Kategori Skor Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang Sedang
3 3 52
13 Karanganyar
Madukara
Banjarnegara
14 Clapar
Madukara
Banjarnegara
15 Gununggiana
Madukara
Banjarnegara
16 Talunamba
Madukara
Banjarnegara
17 Penawangan
Madukara
Banjarnegara
18 Kutayasa
Madukara
Banjarnegara
19 Bantarwaru
Madukara
Banjarnegara
20 Dawuhan
Madukara
Banjarnegara
21 Pagelak
Madukara
Banjarnegara
22 Pekauman
Madukara
Banjarnegara
23 Madukara
Madukara
Banjarnegara
24 Larangan
Pagentan
Banjarnegara
25 Tegaljeruk
Pagentan
Banjarnegara
26 Kasmaran
Pagentan
Banjarnegara
27 Majasari
Pagentan
Banjarnegara
28 Plumbungan
Pagentan
Banjarnegara
29 Pagentan
Pagentan
Banjarnegara
30 Kalitlaga
Pagentan
Banjarnegara
31 Kayuares
Pagentan
Banjarnegara
32 Gumingsir
Pagentan
Banjarnegara
33 Sokaraja
Pagentan
Banjarnegara
34 Metawana Karang 35 Nangka
Pagentan
Banjarnegara
Pagentan
Banjarnegara
36 Aribaya
Pagentan
Banjarnegara
berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3 53
37 Gembol Condong 38 Campur
Pejawaran
39 Beji
Pejawaran
40 Semangkung
Pejawaran
41 Sidengok
Pejawaran
42 Pegundungan
Pejawaran
43 Pejawaran
Pejawaran
44 Sigaluh
Sigaluh
45 Wanacipta
Sigaluh
46 Gembongan
Sigaluh
47 Prigi
Sigaluh
48 Pringamba
Sigaluh
49 Singomerto
Sigaluh
Pejawaran
50 Karangmangu Sigaluh 51 Kemiri
Sigaluh
52 Kalibenda
Sigaluh
53 Mojotengah
Reban
54 Pacet
Reban
55 Dieng
Kejajar
56 Jojogan
Kejajar
57 Parikesit
Kejajar
58 Sikunang
Kejajar
59 Campursari Jebeng 60 Plampitan
Kejajar
61 Kalibening
Sukoharjo
Sukoharjo
Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Banjarnegara berperan Ada tapi tidak Batang berperan Ada tapi tidak Batang berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan Ada dan Wonosobo berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan Ada tapi tidak Wonosobo berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
1
Sedang
3
Sedang
3 54
62 Pulus
Sukoharjo
Wonosobo
63 Garung lor
Sukoharjo
Wonosobo
64 Soroyudan Gunung 65 Tugel
Sukoharjo
Wonosobo
Sukoharjo
Wonosobo
66 Gumiwang
Sukoharjo
Wonosobo
67 Plodongan
Sukoharjo
Wonosobo
68 Sukoharjo
Sukoharjo
Wonosobo
69 Rogojati
Sukoharjo
Wonosobo
70 Sempol
Sukoharjo
Wonosobo
71 Limbangan
Watumalang
Wonosobo
72 Kalidesel
Watumalang
Wonosobo
73 Mutisari
Watumalang
Wonosobo
74 Binangun
Watumalang
Wonosobo
75 Pasuruhan
Watumalang
Wonosobo
76 Watumalang
Watumalang
Wonosobo
77 Banyukembar
Watumalang
Wonosobo
78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Watumalang
Wonosobo
Watumalang
Wonosobo
Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan Ada tapi tidak berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
2). Kelembagaan Formal Kelembagaan formal seperti lembaga pemerintah daerah: Bappeda, Dinas Kehutanan dan Kehutanan Kabupaten, Dinas Lingkungan Hidup, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sangat mendukung terhadap pengelolaan Sub DAS Tulis. Tabel 16. Kerentanan Kelembagaan Formal, Kategori dan Skor dalam Mendukung Pengelolaan Sub DAS Tulis. No Desa
Kecamatan
Kabupaten
Besaran
Kategori Skor 55
1 Cendana
Banjarnegara Banjarnegara
2 Tlagawera
Banjarnegara Banjarnegara
3 Sokayasa
Banjarnegara Banjarnegara
4 Sokanandi
Banjarnegara Banjarnegara
5 Batur
Batur
Banjarnegara
6 Sumberejo
Batur
Banjarnegara
7 Pekasiran
Batur
Banjarnegara
8 Kepakisan
Batur
Banjarnegara
9 Karang tengah
Batur
Banjarnegara
10 Dieng kulon
Batur
Banjarnegara
11 Bakal
Batur
Banjarnegara
12 Pasurenan
Batur
Banjarnegara
13 Karanganyar
Madukara
Banjarnegara
14 Clapar
Madukara
Banjarnegara
15 Gununggiana
Madukara
Banjarnegara
16 Talunamba
Madukara
Banjarnegara
17 Penawangan
Madukara
Banjarnegara
18 Kutayasa
Madukara
Banjarnegara
19 Bantarwaru
Madukara
Banjarnegara
20 Dawuhan
Madukara
Banjarnegara
21 Pagelak
Madukara
Banjarnegara
22 Pekauman
Madukara
Banjarnegara
23 Madukara
Madukara
Banjarnegara
24 Larangan
Pagentan
Banjarnegara
25 Tegaljeruk
Pagentan
Banjarnegara
Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3 56
26 Kasmaran
Pagentan
Banjarnegara
27 Majasari
Pagentan
Banjarnegara
28 Plumbungan
Pagentan
Banjarnegara
29 Pagentan
Pagentan
Banjarnegara
30 Kalitlaga
Pagentan
Banjarnegara
31 Kayuares
Pagentan
Banjarnegara
32 Gumingsir
Pagentan
Banjarnegara
33 Sokaraja
Pagentan
Banjarnegara
34 Metawana
Pagentan
Banjarnegara
35 Karang Nangka
Pagentan
Banjarnegara
36 Aribaya
Pagentan
Banjarnegara
37 Gembol Condong 38 Campur
Pejawaran
Banjarnegara
Pejawaran
Banjarnegara
39 Beji
Pejawaran
Banjarnegara
40 Semangkung
Pejawaran
Banjarnegara
41 Sidengok
Pejawaran
Banjarnegara
42 Pegundungan
Pejawaran
Banjarnegara
43 Pejawaran
Pejawaran
Banjarnegara
44 Sigaluh
Sigaluh
Banjarnegara
45 Wanacipta
Sigaluh
Banjarnegara
46 Gembongan
Sigaluh
Banjarnegara
47 Prigi
Sigaluh
Banjarnegara
48 Pringamba
Sigaluh
Banjarnegara
49 Singomerto
Sigaluh
Banjarnegara
50 Karangmangu
Sigaluh
Banjarnegara
Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3 57
51 Kemiri
Sigaluh
Banjarnegara
52 Kalibenda
Sigaluh
Banjarnegara
53 Mojotengah
Reban
Batang
54 Pacet
Reban
Batang
55 Dieng
Kejajar
Wonosobo
56 Jojogan
Kejajar
Wonosobo
57 Parikesit
Kejajar
Wonosobo
58 Sikunang
Kejajar
Wonosobo
59 Campursari Jebeng 60 Plampitan
Kejajar
Wonosobo
Sukoharjo
Wonosobo
61 Kalibening
Sukoharjo
Wonosobo
62 Pulus
Sukoharjo
Wonosobo
63 Garung lor
Sukoharjo
Wonosobo
64 Soroyudan
Sukoharjo
Wonosobo
65 Gunung Tugel
Sukoharjo
Wonosobo
66 Gumiwang
Sukoharjo
Wonosobo
67 Plodongan
Sukoharjo
Wonosobo
68 Sukoharjo
Sukoharjo
Wonosobo
69 Rogojati
Sukoharjo
Wonosobo
70 Sempol
Sukoharjo
Wonosobo
71 Limbangan
Watumalang
Wonosobo
72 Kalidesel
Watumalang
Wonosobo
73 Mutisari
Watumalang
Wonosobo
74 Binangun
Watumalang
Wonosobo
75 Pasuruhan
Watumalang
Wonosobo
Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3 58
76 Watumalang
Watumalang
Wonosobo
77 Banyukembar
Watumalang
Wonosobo
78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Watumalang
Wonosobo
Watumalang
Wonosobo
Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan Ada, cukup berperan
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Sedang
3
Tabel 17. Nama Kelompok Tani Di Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis No
Desa
Kecamatan
1 Cendana
Banjarnegara
2 Tlagawera
Banjarnegara
3 Sokayasa
Banjarnegara
4 Sokanandi
Banjarnegara
5 Batur 6 Sumberejo
Batur Batur
7 Pekasiran
Batur
8 Kepakisan
Batur
Karang 9 tengah
Batur
10 Dieng kulon
Batur
11 Bakal 12 Pasurenan
Batur Batur
Nama kelompok tani Sri Danasan, Sido Mulyo, Sempulur, Mukti Rahayu, Sari Bumi Ngudi Makmur, Maju Makmur, Margo Utomo, Warih Utomo I & II, Rukun Tani, Mekar Jaya I & II Karya Bakti Tani, Tani Mukti, Giri Tani, Rukun Karya Mekar Sari, Sida Makmur, Makmur Sejahtera, Tani Mukti Sido Dadi, Lestari, Tani Subur, Maju Jaya, Sawung Sari, Rondon Ijo, Kiprah 789, Sapta Tani Rahayu Tlaga Merah Delima, Sumber Makmur, Mantap, Trubus, Princingan, Caping Gunung, Berkah Tani, Tani Makmur, Sarwo Lestari, Tunas harapan, Sido Hasil, Berkah Tani, Sido Dadi, Mugi Rahayu, Berkah Usaha, Tani Abadi, Mandiri, Dwi Bahagia, Princingan Agro ni, Mekar Sejati. Sido Maju, Candika, Gemah Ripah, Loh Jinawi, Murih Rahayu, Candra Dimuka Agro, Jalatunda Lestari, Mulya Bersama Mandiri, Maju, Berkembang, Jaya, Makmur, Sentosa, Toto Raharjo Guyub Rukun, Karya Sejahtera, Lestari, Widoro KandangjDieng Emas, Brayan Urip,Maju Makmur, Sumber Harapan, Marita Sari Bima, Sri Sedayu,Srikandi, Sembodro, Mandiri, Maju, Perkasa Tegar Abadi, Sumber Tani, Mekar Sejati, Maju Bersama, Brantas, Tani Makmur, Jaya Bersama,Cnasbuna, Bumi Pahala Aneka Tani, Tulung Agung, Wira Usaha, Tunas 59
13 Karanganyar
Madukara
14 Clapar
Madukara
15 Gununggiana
Madukara
16 Talunamba 17 Penawangan 18 Kutayasa
Madukara Madukara Madukara
19 Bantarwaru
Madukara
20 21 22 23
Madukara Madukara Madukara Madukara
Dawuhan Pagelak Pekauman Madukara
24 Larangan
Pagentan
25 Tegaljeruk
Pagentan
26 Kasmaran
Pagentan
27 Majasari 28 Plumbungan
Pagentan Pagentan
29 Pagentan
Pagentan
30 Kalitlaga
Pagentan
31 Kayuares
Pagentan
32 Gumingsir
Pagentan
33 Sokaraja
Pagentan
Melati, Tani Anugrah, Mitra Usaha, Tani Murni I & II, Sinten Temen Sida Mukti I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII Sida Mulya I, Sumber Rejeki, Sido Makmur, Sido Mulyo, Sido Hasil, Sido Dadi Ngudi Aji, Mgudi Rahayu I, II, III dan IV, Sido Makmur, Merdi Asih Tani Murti I & II, Sumber Makmur, Sendang Sari Mulyo, Aneka Tani Setyo Subur I, II, dan III Setyo Mukti, Setyo Sembodo, Setyo Rahayu Sumber Rejeki 2, Ngudi Rejeki II, Sri Mulya, Sumber Makmur, Ngudi Rahayu, Sida Mukti Margo Tani, Margo Rahayu, Utamaning Tani, Baru Muncul, Ngesti Tani, Marsudi Tani Sido Dadi I, II, III, IV dan V Sri Widodo, Marga Sari I, II dan III Mardi Rukun I, II, III, IV, V, VI dan VII Margo Dadi, Margo Mulyo, Margo Rahayu, Margo Waluyo, Margo Rukun, Tani Lestari Tani Indah, Gemah Ripah, Tegal Makmur, Sida Makmur, Sida Muncul, Sida Dadi, Sida Mulya Rukun Kinaryo, Mbudi Daya, Suka Sari, Tani Harapan, Guyub Rukun, Subur Makmur, Setyo Bakti Sida Mulya, Sari Mulya,Margo Mulya, Sida Mukti, Sida Subur Sida Rahayu, Mukti Bahagia, Puji Rahayu Tedunan Bhakti, Pucung Bhakti, Sawangan Bhakti, Sida Muncul Jatiwera, Jojogan Bhakti, Bulu Bhakti Sri Rejeki I & II, Sida Makmur I & II, Sri Handayani I & II, Sari Mulya I, II Tani Harapan, Peng Ternak Kambing, Tani Maju, Ngudi Rahayu, Sida Makmur Sida Makmur I & II, Lestari, Sida Dadi, Sida Muncul, Sida Rahayu Karya Rahayu, Argo Sari Mulya, Mekar Sari Agung, Sri Rahayu 60
34 Metawana Karang 35 Nangka
Pagentan
36 Aribaya
Pagentan
37 Gembol Condong 38 Campur 39 Beji 40 Semangkung
Pejawaran
41 Sidengok 42 Pegundungan
Pejawaran Pejawaran
43 Pejawaran
Pejawaran
44 Sigaluh 45 Wanacipta
Sigaluh Sigaluh
46 Gembongan
Sigaluh
47 48 49 50 51 52 II. 53 54 III. 55 56 57
Pagentan
Pejawaran Pejawaran Pejawaran
Prigi Sigaluh Pringamba Sigaluh Singomerto Sigaluh Karangmangu Sigaluh Kemiri Sigaluh Kalibenda Sigaluh Kabupaten Batang Mojotengah Reban Pacet Reban Kabupaten Wonosobo Dieng Kejajar Jojogan Kejajar Parikesit Kejajar
Sumber Widodo, Sumber Makmur, Sumber Rahayu, Sari Rasa, Sida Mulya Margo Utomo, Setyo Karya Tani, Sida Arum, Sendang Sari Mulya Muji Syukur, Sida Maju, Tani Murni I, Sida Rukun, Tani Murni II Sekar Tani, Harapan Jaya, Dieng Agro Strawbery, Mitra Mandiri Suka Maju, Sahabat Tani, Subur Tani, Rukun Tani, Berkah Abadi, Harapan Tani Sumber Rejeki, Buka Usaha, Surya Pratama Tani Utama I & II Sido Mulyo, Sido Mukti, Tani Makmur, Makmur Abadi, Tani Usaha, Sido Dadi, Sido Muncul Tani Asri Rahayu, Tani Makmur, Marga Buana, Bumi Makmur, Giri Mukti, Ngudi Mulyo, Sido Makmur, Tani Langgeng, Berkah Tani Ngudi Tani Rahayu, Ngudi Sari Bumi, Harapan Maju Ngudi Sari Kismo, Ngudi Tani Rejeki Gunung Sari Jaya, Mardi Tani Rahardjo, Krida tani Utomo, Tani Remaja, Tani Mulya,Mardi Tani Rahayu, Kenanga V, Tani Aneka Buah, Mekarsari, Miftahus Sholihin, Hidayatun Rohman, Arga Sari Sri Waluyo V, Ngudi Slamet, Sri Rahayu, Sido Mulyo, Sido Dadi, Sido Mukti, Sumber Rejeki, Almauunah, Berkah Tani Sido Dadi, Sari Tani, Tani Raharjo Ngudi Sari Tani, Ngudi Tani Maju, Mangulir Budi Ngudi Tani Dadi I & II, Ngudi Rejeki I & II Marsudi Tani I & II, Tani Makaryo I & II Ngudi Boga tani, Ngudi Tani, Mawar, Kenanga
Mapan tani Kusumajaya Bukit rezeki 61
58 Sikunang 59 Campursari Jebeng 60 Plampitan 61 Kalibening 62 Pulus 63 Garung lor 64 Soroyudan Gunung 65 Tugel 66 Gumiwang 67 Plodongan 68 Sukoharjo 69 Rogojati 70 Sempol 71 Limbangan 72 Kalidesel 73 Mutisari 74 Binangun 75 Pasuruhan 76 Watumalang 77 Banyukembar 78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Kejajar Kejajar
Catur tunggal Sari tani
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo
Margo rahayu Sidomakmur Sidodadi Tani makmur Tani lestari
Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Sukoharjo Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang Watumalang
Sido rukun Sidodadi Sido makmur Gemah ripah Sumarejo Bina tani Mugi rahayu Sido makmur Bangkit tani Sapta manunggal Among tani Tri sayekti Giri barokah Tani jaya
Watumalang
Hikmah jaya
Secara keseluruhan aspek baik sosial, ekonomi dan kelembagaan, terdapat 20 desa (25,32%) dalam klasifikasi sedikit rentan, 58 desa (73,42%) dalam kategori agak rentan dan satu desa yang rentan yaitu Desa Dieng Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Pencermatan per kriteria menunjukkan bahwa sebanyak 77 desa (97,47%) termasuk agak rentan secara sosial dan dua desa yaitu desa Dieng Kecamatan Jajar Kabupaten Wonosobo dan Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur kabupaten Banjarnegara dalam kategori rentan secara sosial. Daerah yang memiliki kerntanan tinggi ini memerlukan pendekatan khusus untuk penangganannya.
Secara ekonomi,
sebanyak 15 desa (18,99%) tergolong tidak
rentan, 23 desa (29,11%) tergolong sedikit rentan, 40 desa (50,63%) tergolong agak rentan dan satu desa yaitu Desa Sokaraja Kaecamatan pagentan Kabupaten Banjarnegara tergolong rentan. Secara kelembagaan hampir semua desa dalam kondisi agak rentan. Tingkat kerentanan sosial, ekonomi kelembagaan baik per kriteria dan secara keseluruhan disajikan pada Tabel 18 dan 19.
62
Tabel 18. Kompilasi Hasil Analisis Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan di Sub DAS Tulis Sosial No
Ekonomi
Kelemba-gaan
Desa
1 Cendana 2 Tlagawera 3 Sokayasa 4 Sokanandi 5 Batur 6 Sumberejo 7 Pekasiran 8 Kepakisan Karang 9 tengah 10 Dieng kulon 11 Bakal 12 Pasurenan 13 Karanganyar 14 Clapar 15 Gununggiana 16 Talunamba 17 Penawangan 18 Kutayasa 19 Bantarwaru 20 Dawuhan
Nilai KerenSosial tanan Agak 3.00 rentan Agak 2.60 rentan Agak 2.60 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan Agak 2.60 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan
Nilai KerenEkonomi tanan Sedikit 2.00 rentan Sedikit 2.00 rentan Sedikit 2.00 rentan Tidak 1.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Sedikit 2.50 rentan Sedikit 2.00 rentan Sedikit 4.20 Rentan 2.00 rentan Agak Sedikit 3.40 rentan 2.00 rentan Agak Agak 3.40 rentan 3.00 rentan Agak Agak 3.40 rentan 3.00 rentan Agak Agak 2.60 rentan 3.00 rentan Agak Agak 3.00 rentan 3.00 rentan Agak Agak 3.40 rentan 3.00 rentan Agak Agak 3.00 rentan 3.00 rentan Agak Sedikit 2.60 rentan 2.00 rentan Agak Agak 3.00 rentan 3.00 rentan 3.00 Agak 3.00 Agak
Nilai Kelemba- Kerengaan tanan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan 3.00 Agak
Tingkat Total kerennilai tanan
Agak 2.60 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.40 rentan Agak 2.20 rentan Agak 3.20 rentan Agak 2.80 rentan Agak 3.20 rentan Agak 3.00 rentan Agak 2.80 rentan Agak 3.20 rentan Agak 2.80 rentan Agak 3.20 rentan Agak 3.20 rentan Agak 2.80 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.20 rentan Agak 3.00 rentan Sedikit 2.40 rentan Agak 3.00 rentan 3.00 Agak 63
21 Pagelak
2.60
22 Pekauman
3.00
23 Madukara
3.00
24 Larangan
3.40
25 Tegaljeruk
3.40
26 Kasmaran
3.40
27 Majasari
3.40
28 Plumbungan
3.00
29 Pagentan
3.00
30 Kalitlaga
3.00
31 Kayuares
2.60
32 Gumingsir
2.60
33 Sokaraja
3.00
34 Metawana Karang 35 Nangka
3.00
36 Aribaya
3.00
37 Gembol Condong 38 Campur
3.40
39 Beji
3.40
40 Semangkung
3.40
41 Sidengok
3.40
42 Pegundungan
3.40
43 Pejawaran
3.40
44 Sigaluh
3.40
3.00
3.40
rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan
3.00 3.00 3.00 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75 2.75
rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan
3.75 Rentan Agak 2.75 rentan Agak 2.75 rentan Agak 2.75 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Tidak 1.25 rentan
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan
2.80 3.00 3.00 3.10 3.10 3.10 3.10 2.90 2.90 2.90 2.70 2.70 3.30 2.90 2.90 2.90 3.20 3.20 3.20 3.20 3.20 3.20 3.20 2.50
rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Agak rentan Sedikit rentan 64
45 Wanacipta 46 Gembongan 47 Prigi 48 Pringamba 49 Singomerto 50 Karangmangu 51 Kemiri 52 Kalibenda 53 Mojotengah 54 Pacet 55 Dieng 56 Jojogan 57 Parikesit 58 Sikunang 59 Campursari Jebeng 60 Plampitan 61 Kalibening 62 Pulus 63 Garung lor 64 Soroyudan Gunung 65 Tugel 66 Gumiwang 67 Plodongan 68 Sukoharjo 69 Rogojati
Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan 4.20 Rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 2.60 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 2.60 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 2.60 rentan
Sedikit 2.25 rentan Sedikit 2.25 rentan Sedikit 2.25 rentan Sedikit 2.25 rentan Tidak 1.25 rentan Sedikit 2.25 rentan Sedikit 2.25 rentan Tidak 1.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Agak 3.25 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan Tidak 1.50 rentan
Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan
Agak 2.70 rentan Agak 2.90 rentan Agak 2.90 rentan Agak 2.70 rentan Sedikit 2.50 rentan Agak 2.90 rentan Agak 2.90 rentan Sedikit 2.50 rentan Agak 3.10 rentan Agak 3.30 rentan 3.70 Rentan Agak 3.30 rentan Agak 3.30 rentan Agak 3.30 rentan Agak 3.30 rentan Sedikit 2.20 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.20 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.40 rentan Sedikit 2.60 rentan Agak 2.60 rentan Sedikit 2.20 rentan 65
70 Sempol 71 Limbangan 72 Kalidesel 73 Mutisari 74 Binangun 75 Pasuruhan 76 Watumalang 77 Banyukembar 78 Wonosroyo Gumawang 79 Kidul
Agak 2.60 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 2.60 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan Agak 3.40 rentan
Tidak 1.50 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan Sedikit 1.75 rentan
Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan Agak 3.00 rentan
Sedikit 2.20 rentan Sedikit 2.50 rentan Sedikit 2.50 rentan Sedikit 2.30 rentan Agak 2.70 rentan Agak 2.70 rentan Sedikit 2.50 rentan Agak 2.70 rentan Agak 2.70 rentan Agak 2.70 rentan
Tabel 19. Formulasi kerentanan dan potensi sosial ekonomi dan kelembagaan di Sub DAS Tulis
Kriteria Sosial (50%)
Parameter Kepadatan penduduk geografis (10%) Kepadatan penduduk agraris (10%)
Prilaku Konservasi (20%) Hukum adat (5%) Nilai tradisional (5%) Jumlah Skor social
Ekonomi (40%)
Ketergantungan terhadap lahan (20%) Tingkat pendapatan (10%)
Besaran
Skor
BOBOT X SKOR
5
50
Sedang
3
30
Rendah
1
20
5 5 19
25 25 150 3
3
60
2
20
Kategori
740 jiwa/km2 Tinggi 39.61 Masyarakat tahu manfaat, teknik dan melaksanakan Tidak ada hukuman Tidak ada
Tinggi Tinggi
52.05 Sedang Rp. Agak 7.213.036,461/thn tinggi
66
Kegiatan dasar wilayah (10%) Jumlah Skor Ekonomi Keberdayaan lembaga Kelembagaan informal (5%) Keberdayaan lembaga (10%) formal (5%) Jumlah Skor Kelembagaan
0.997650362 Rendah
1
10 90 2.25
Ada tapi tidak berperan
Sedang
3
15
Cukup berperan
Sedang
3
15 30 3 2.7 Agak rentan
Total H. Langkah-langkah Pembangunan Plot
Sebelum dilakukan pembangunan plot konservasi tanah dan air di lahan masyrakat dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Penelusuran Sejarah Tanaman Kentang di Dieng
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek, dan berbentuk perdu atau semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati. Umur tanaman kentang relatif pendek, hanya 90-180 hari, biasanya petani memanen umur 100-120 hari. Spesies S. tuberosum L. memiliki banyak varietas. Umur tanaman kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas genjah berumur 90-120 hari, varietas medium berumur 120-150 hari, dan varietas dalam berumur 150180 hari. Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5-1,2 meter, tergantung varietasnya (Samadi, 2007). Tanaman kentang sudah dikenal petani Dieng sejak tahun 1950 an.
Pada saat itu
tanaman kentang yang ditanam terdiri dari (1) kentang Ireng (kentang berwarna hitam), (2) kentang Sungur (kentang berwarna coklat merah) dan (3) kentang bandi/Stram (kentang berwarna putih).
Pada saat itu kentang berupa umbi kecil seperti kentang hutan dengan
produksi sedikit dan tidak banyak diusahakan karena harganya tidak terlalu menarik. Tanaman kentang lokal tersebut biasanya ditukar dengan beras dan jagung. Pada tahun 1975, seorang pengusaha kol di Semarang (P. Samsudin/P. Fudin) dan Pak Atang (di Patak banteng) mengembangkan tiga jenis kentang yaitu (1) Arisa, (2) Katela dan (3) Tung.
67
Sejak dekade 80-an, tepatnya sekitar tahun 1983, masyarakat di sekitar Dataran Tinggi Dieng mulai mengusahakan tanaman sayur-mayur terutama kentang dan beralih dari tanaman tembakau yang semula menjadi komoditas utama petani daerah tersebut. Tanaman kentang diperkenalkan oleh petani dari daerah Pangalengan Bandung, yang membawa bibit untuk ditanam di wilayah Dataran Tinggi Dieng. Pada saat itu 1 kg bibit kentang dapat menghasilkan panen 30 kg kentang. Keberhasilan petani dari bandung tersebut mendorong masyarakat menanam kentang secara besar-besaran. Transfer pengetahuan tentang budidaya kentang dari Pengalengan berlangsung dengan cepat didorong dengan produksi dan harga yang tinggi. Masuknya komoditi kentang di Dataran Tinggi Dieng menyebabkan perubahan arah pertanian masyarakat yang sebelumnya menanam palawija dan
tembakau. Sebagai tanaman yang
memiliki umur lebih pendek, kentang dirasakan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tembakau. Pada tahun 1987, mulai masuk bibit baru selain bibit dari Pangalengan, yaitu bibit yang berasal dari Jerman. Tahun 1989 varietas Granola ditanam dan menjadi primadona sampai sekarang. Memasuki tahun 1990, muncul lagi bibit kultur jaringan yang berasal dari Tlidung sebuah wilayah di Kabupaten Temanggung. Sejak saat itu masyarakat mulai membuat kultur jaringan sendiri.
Sama halnya dengan di dataran tinggi Dieng secara umum, masuknya
komoditi kentang di lokasi penelitian juga memiliki sejarah yang sama. Dalam perkembangannya, masyarakat mulai kreatif dengan menciptakan varietas kentang sendiri. Misalnya kentang jenis MZ yang diciptakan oleh penduduk setempat. Kentang jenis MZ, diciptakan oleh penduduk asli yang bernama Muhzoto. Awalnya kentang jenis MZ ini hanya
ditanam oleh keluarga Bpk. Muhzoto, kemudian diadopsi penduduk
setempat.
Sebenarnya dari pihak Bpk. Muhzoto tidak pernah memberikan nama varietas kentang yang ditemukannya. Namun, saat ada penduduk lain membeli bibit kentang tersebut, mereka melihat tulisan “MZ‟
di keranjang tempat bibit tersebut. Oleh karena itu variaetas tersebut
kemudian populer dengan varietas MZ. Varietas ini tergolong yang paling banyak diminati untuk ditanam oleh petani dengan beberapa alasan yaitu: 1) umbi yang dihasilkan lebih besar; 2) tanaman lebih tahan terhadap hama; 3) batang tanaman lebih kuat sehingga tidak mudah goyah; dan 4) dihargai lebih mahal sebab umbinya yang besar (Turasih, 2011). Turasih (2011) lebih jauh menjelaskan bahwa kondisi ekonomi warga ketika masih bergantung pada tanaman tembakau sangat memprihatinkan.
Hal ini disebabkan pertama,
tanaman tembakau hanya dapat dipanen sebanyak satu kali dalam setahun. Kondisi ini lebih diperparah oleh kenyataan bahwa modal pengusahaan tanaman tembakau diperoleh dari dana pinjaman pada tengkulak. Hasil panen mereka serahkan pada tengkulak dengan harga 68
jual yang rendah. Kedua, dari segi pengelolaan, tanaman tembakau membutuhkan waktu dan tenaga
yang
ekstra
sehingga
petani
tidak dapat menyisihkan waktu mereka untuk
mengerjakan aktifitas produktif lainnya. Petani
tidak
perlu
repot menjual kentang ke
kota
sebab
banyak
pedagang
pengumpul yang merupakan perpanjangan tangan pedagang dari Surabaya, Jakarta, dan Semarang akan membelinya langsung dari ladang. Dari kentang pula muncul orang-orang kaya yang lazim disebut “haji kentang”, mereka bisa naik haji dan membangun masjid dari kentang.
2. Mengapa Petani Kentang Dieng Kurang Memperhatikan Konservasi Tanah
Bagi sebagian besar petani di Dieng, tanaman kentang sebenarnya suatu inovasi. Tanaman kentang baru dikembangkan di Dieng tahun 1980-an seiring dengan masuknya beberapa orang petani kentang asal Pengalengan Bandung. Pada saat itu petani Dieng hanya sebagai penonton, tetapi setelah melihat keberhasilan petani Pengalengan bertanam kentang dan tingginya penghasilan yang dapat diperoleh dari usahatani kentang, mendorong mereka melakukan uji coba dan bahkan meniru pola usahatani kentang yang diterapkan petani Pengalengan. Hasilnya sangat memuaskan. Kentang mampu merubah sebagian besar kehidupan ekonomi keluarga petani Dieng. Hal tersebut tampak terlihat dari perubahan konsumsi petani Dieng. Antena parabola, mobil, atap genteng, sepeda motor dan rumah berdinding tembok menjadi pemandangan lazim di kawasan dataran tinggi Dieng setelah mereka beralih ke usahatani kentang. Dampak lingkungan pun juga semakin terlihat nyata. Ketika petani mulai paham dan terampil bertanam kentang dan juga didukung oleh profitabilitas usahatani kentang yang sangat tinggi, lahan-lahan di kawasan dataran tinggi Dieng pun mulai diubah menjadi lahan kentang. Tak terkecuali lahan-lahan berkelerengan sangat ekstrim. Akibatnya memang sangat fatal. Lahan miring yang semestinya tidak diperuntukan untuk budidaya tanaman semusim, menjadi sangat rentan erosi. Apalagi praktik pengolahan lahan tanaman kentang cenderung erosif seperti yang telah dijelaskan pada seksi sebelumnya. Semakin tingginya laju degradasi lahan di dataran tinggi Dieng, mendorong sejumlah pihak khususnya pemerintah, untuk merubah praktik usahatani kentang ke arah yang lebih konservatif dengan jalan memperkenalkan teknologi konservasi tanah, khususnya penerasan yang dikombinasikan dengan guludan searah kontur. Tanaman keras untuk penguat teras pun turut pula diperkenalkan. Dari sekian banyak tanaman keras yang telah diperkenalkan, seperti kopi, cemara, dan lain-lain, baru tanaman carica yang mulai mendapat tanggapan dari petani 69
kentang. Sebagian petani mulai mengusahakan carica pada pematang lahan kentang dengan jarak tanam yang cukup jauh untuk mencegah berkurangnya curahan sinar matahari akibat terhalang tanaman carica. Untuk penerasan dan pembuatan guludan searah kontur, tampaknya petani masih belum mengadopsinya. Namun demikian, sejumlah petani telah menggunakan mulsa plastik pada lahan kentangnya. Selain mengurangi pertumbuhan gulma, mulsa plastik ternyata juga mampu mengurangi erosi tanah meskipun belum maksimal. Sebagian besar petani kentang di sub-DAS Tulis sebenarnya telah sadar degradasi lahan yang terjadi pada lahannya. Mereka pun tahu bahwa salah penyebabnya adalah tingginya laju erosi tanah sebagai akibat guludan memotong kontur dan teras bangku. Informasi dari sejumlah petani menyebutkan bahwa pada dekade 1980-an, 1 kg bibit dapat menghasilkan 15 kg kentang. Saat ini 1 kg bibit dengan kualitas yang sama hanya mampu menghasilkan lebih kurang 7 kg kentang. Penurunan produktivitas tersebut menurut petani lebih banyak disebabkan oleh degradasi lahan daripada kualitas input dan manajemen usahatani karena menurut sejumlah petani sejak tahun 1980-an hingga saat ini praktik manajemen usahatani kentang yang diterapkan petani tidak banyak berubah. Timbulnya kesadaran terhadap terjadinya degradasi lahan di kalangan petani kentang ternyata belum mendorong sebagian besar petani untuk menerapkan teknologi konservasi tanah, seperti teras bangku. Hampir seluruh petani justru merespon degradasi lahan dengan penambahan pupuk kandang berbahan dasar kotoran ayam dan sejumlah pupuk anorganik seperti urea, TSP dan KCl dalam jumlah yang semakin membesar setiap tahunnya. Hal tersebut saja berpotensi menurun keuntungan petani, kecuali harga kentang masih cukup tinggi. Menurut petani, jika harga kentang rata-rata kurang dari Rp.3000 per kg, maka hampir dapat dipastikan banyak petani kentang yang bangkrut karena tidak mampu menutup biaya produksi. Untungnya sampai dengan saat ini harga kentang paling rendah sebesar Rp. 5000 per kg, kecuali pada saat masuknya kentang impor dari China dan Bangladesh beberapa saat yang lalu. Keterangan petani tersebut sedikit banyak memberikan gambaran bahwa tingginya harga kentang menjadi faktor pendorong bagi petani untuk lebih banyak menggunakan pupuk kandang dibandingkan dengan menerapkan teknologi konservasi tanah, seperti teras bangku, yang bisa jadi tidak membutuhkan biaya yang lebih besar. Selama diskusi dengan petani kentang juga diperoleh informasi bahwa pengetahuan mereka akan teknologi konservasi tanah masih sangat minim. Namun demikian informasi tersebut perlu dicermati lebih dalam lagi. Di sejumlah tempat, terutama pada kawasan yang lebih rendah tampak petani sudah menerapkan teras bangku yang relative permanen dengan bahan baku batu. Selain itu, di sejumlah tempat petani juga telah menggunakan mulsa plastik. 70
Di Lokasi plot percobaan, usahatani kentang di dataran tinggi kurang memperhatikan konservasi tanah dan berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah agar petani bersedia mengadopsi konservasi tanah. Namun erosi tanah tetap tinggi. Kondisi ini dikarenakan banyak petani tidak menerapkan system pertanian konservasi secara benar.
Hal tersebut ditandai
dengan (1) tingginya erosi tanah di lahan pertanian kentang, (2) terus turunnya produktivitas kentang dan (3) meningkatnya lahan kritis. Hasil penelitian Katharina (2006) menunjukkan bahwa tingkat adopsi konservasi tanah dipengaruhi oleh status lahan, tingkat kecuraman lereng dan jumlah anggota keluarga. Status lahan sewa meningkatkan peluang untuk tidak mengadopsi konservasi tanah. Status lahan sewa akan mempengaruhi erosi karena pengelolaan lahan yang bersifat jangka pendek sehingga lahan sewa akan dimanfaatkan secara maksimal. Kecuraman lereng, semakin curam lereng maka peluang untuk mengadopsi konservasi tanah semakin besar.Jumlah anggota keluarga, semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin turun peluang mengadopsi konservasi tanah. Adopsi konservasi tanah berpengaruh negative terhadap produksi kentang. Petani enggan menerapkan konservasi karena teras bangku dan penanaman searah kontur tidak saja mengurangi luas areal tanam tetapi juga meningkatkan serangan layu atau busuk. Lebih lanjut Katharina (2006) berpandangan bahwa analisis usahatani jangka pendek memperlihatkan usahatani kentang yang menerapkan konservasi tanah (teras bangku dan searah kontur) memberikan tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan usahatani kentang yang tidak menerapkan konservasi. Usahatani kentang yang tidak menerapkan konservasi, tanaman searah lereng, dapat menghasilkan jumlah produksi yang tinggi karena petani mensubstitusi hilangnya hara akibat erosi dengan pupuk kimia dan pupuk kandang. Apabila analisis dilakukan selama 20 tahun ternyata usahatani yang menerapkan konservasi tanah memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani yang tidak menerapkan konservasi tanah. Manfaat adanya konservasi tanah akan dirasakan dalam jangka panjang. Tidak heran mengapa petani enggan mengadopsi system pertanian konservasi tanah karena yang diinginkan oleh petani adalah hasil pengembalian yang segera dapat dirasakan yaitu keuntungan yang setinggi mungkin dalam jangka pendek. Petani kentang sudah mengerti bahwa erosi tanah menyebabkan berkurangnya kesuburan lahan yang ditunjukkan dengan berkurangnya hasil panen.
Namun, petani hanya mau menerapkan
konservasi jika dapat melihat manfaat dari penerapan konservasi terutama keuntungan yang tinggi dalam waktu singkat.
71
Tabel 20. Perbandingan penerimaan, biaya, keuntungan, produksi dan erosi tanah usahatani kentang berdasarkan system penanaman per musim (Katharina, 2006). Sistem penanaman Searah lereng (tanpa konservasi) Searah kontur (konservasi) Teras bangku (konservasi)
Erosi Produktivitas (ton/ha) (ton/ha) 56,31* 17,78
Penerimaan Biaya (Rp) (Rp) 38.354.530 25.083.610
Keuntungan (Rp) 13.270.920
R/C
26,31*
16,75
36.815.020
29.796.489
7.018.531
1,24
1,5**
15,10
33.079.516
29.781.990
3.297.526
1,11
1,53
Keuntungan yang di dapat dari usahatani kentang searah lereng dalam satu musim lebih tinggi dibandingan dengan usahatani kentang dengan konservasi. Penggunaan teras bangku akan menurunkan luas bidang olah petani sehingga menurunkan produktivitas dan pendapatan petani.
Sedangkan dari sisi pengeluaran akan ada tambahan biaya untuk membuat teras
bangku atau guludan searah kontur. Hal ini membuat keuntungan yang diperoleh akan menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan tidak melakukan konservasi. Erosi mengakibatkan kesuburan lahan berkurang yang ditunjukkan pula dengan penurunan produksi kentang.
Hilangnya kesuburan lahan ini dikompensasi dengan
penggunaan pupuk yang lebih banyak dan upaya lain sehingga produksi tetap tinggi. Konsekuensinya terjadi peningkatan biaya dalam janga panjang sedangkan pada usahatani kentang dengan konservasi, biaya yang tinggi terjadi pada saat pembuatan konservasi setelah itu biaya pemupukan akan berkurang karena unsur hara yang hilang sedikit. Dalam jangka panjang usahatani kentang dengan konservasi akan lebih menguntungkan dibandingkan yang tidak melakukan konservasi. Namun petani lebih melihat dalam jangka pendek dibandingkan jangka panjang, apalagi petani yang tidak mempunyai lahan (menyewa) karena penyewa akan memaksimalkan pemanfaatan lahan dalam tempo sewanya yang pendek.
Untuk itu perlu
dibuat agar usaha tani dalam perspektif jangka panjang lebih menarik dibandingkan usahatani dalam perspektif jangka pendek. Pengolahan lahan sejajar kontur dapat meningkatkan produksi kentang sebesar 51,92% pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30—45% namun akan menurunkan produktivitas sebesar 14,58% pada lahan yang berlereng antara 15—30% dan 1,19% pada lahan dengan kemiringan lereng antara 8—15%.
Selain itu, petani tidak mau menanggung
penurunan
produksi kentang dan biaya pembuatan konservasi lahan pada tahun-tahun awal (Windaryati, 2000). Hal ini ditambah lagi dengan penurunan luas areal tanam yang berarti turunya produksi. Penurunan areal tanam akan semakin besar dengan semakin curamnya lereng (Arsyad, 1989).
72
Tabel 21. Kelas lereng, produktivitas dan erosi tanah tanaman kentang di Dieng dengan dan tanpa konservasi tanah (Windaryati, 2000) Kelas Lereng Konservasi Produktivitas kentang Erosi Tanah (ton/ha/th) (ton/ha/th) 8—15 Tanpa 53,03 27,06 Dengan 52,30 6,03 15—30 Tanpa 79,84 113,45 Dengan 61,06 35,01 30—45 Tanpa 52,68 141,82 Dengan 78,89 31,79 Catatan: Tanpa konservasi (searah lereng), Dengan konservasi (Sejajar kontur)
Apabila dilihat dari produktifitas dan orientasi ekonomi jangka pendek maka konservasi tanah tidak menguntungkan tetapi bila dilihat dalam jangka panjang maka belum tentu produktivitas dan keuntungan lahan kentang dengan konservasi lebih rendah dibandingkan dengan tidak konservasi. Selain itu mereka tidak atau sulit merubah kebiasaan pola usahatani yang searah lereng tersebut meskipun mereka paham bahwa tanpa konservasi lahan akan semakin tidak subur karena erosi dan mereka mengkompensasinya dengan pupuk. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka, faktor yang membuat petani menggunakan pola tanam searah lereng (tidak sesuai konservasi) dibandingan dengan sejajar kontur antara lain (1) produktivitas lebih tinggi, (2) sudah menjadi kebiasaan (3) lebih mudah mengerjakan, (4) lebih murah biayanya, (5) air mudah mengalir/tidak mengenang sesuai untuk kentang, (6) penyakit lebih sedikit. Adapun penyebab mereka enggan melakukan konservasi tanah (sejajar kontur) antara lain (1) pertimbangan ekonomi jangka pendek (produksi turun, biaya meningkat, penyakit bertambah, status tanah sewa) dibandingkan jangka panjang (2) Kebiasaan usaha tani (setelah mengadopsi sejajar kontur kembali lagi ke searah lereng). Berdasarkan hal tersebut disarankan untuk (1) pemerintah memberikan insentif kepada petani yang mengadopsi konservasi tanah seperti membantu pembuatan konservasi tanah, pengurangan pajak bumi dan bangunan serta bunga kredit yang rendah, (2) pemerintah membuat peraturan untuk kecuraman lereng tertentu harus mengadopsi konservasi tanah. Apabila tidak mau mengadopsi konservasi tanah maka akan didenda membayar biaya lingkungan sebesar besarnya erosi off site yang terjadi, (3) pemerintah disarankan membuat peraturan durasi sewa menyewa lahan agar ada insentif bagi penyewa lahan untuk menerapkan konservasi tanah, (4) perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang keuntungan jangka panjang yang diperoleh apabila menerapkan konservasi tanah.
73
3. Pemilihan Lokasi Plot Setelah dilakukan analisis kerentanan kekritisan lahan, kekritisan daerah rawan banjir, kekritisan sosial, ekonomi dan kelembagaan maka bagian hulu sub DAS Tulis merupakan daerah yang rawan dari berbagai parameter di atas. Setelah diketahui bahwa bagian hulu Sub DAS merupakan bagian yang paling rentan maka dilakukan konsultasi dengan instansi terkait yakni Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bappeda, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan baik di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo di Yogyakarta maka diplih Sub DAS Tulis yang paling hulu yakni di Desa Dieng Kulon (Kabupaten Banjarnegara) dan Dieng (Kabupaten Wonosobo) sebagai plot percobaan.
4. Sosialisasi dan Pelatihan Langkah selanjutnya yakni
pendekatan terhadap aparatur kecamatan Jajar dan Batur,
Desa Dieng Kulon dan Dieng, serta masyarakat. Disamping itu dilakukan pertemuan langsung dengan pemilik lahan dan penggarap lahan (Gambar 9). Pada awalnya masyarakat tidak yakin dengan proyek perbaikan konservasi tanah yang ditawarkan karena takut akan terjadi longsor dan air tanah tidak tuntas yang diduga akan menyebabkan busuk akar pada tanaman pokok kentang. Masyarakat meminta contoh atau demontrasi dalam skala kecil (Gambar 10). Namun setelah mengetahui bahwa perbaikan konservasi tanah yang dilakukan tidak begitu berpengaruh terhadap tinggi tampingan yang diduga menyebabkan longsor maka petani menyetujuinya.
Gambar 9. Penyampaian Rencana Proyek Konservasi Tanah di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo oleh Peneliti dan Teknisi BPTK PDAS Solo
74
Gambar 10. Demo Perbaikan Konservasi Tanah Oleh Teknisi Yang Diikuti Perangkat Desa dan Petani (a) Kondisi Lahan Sebelum dilakukan Perbaikan Konservasi Tanah dan b). Kondisi Lahan Pada Proses Perbaikan Konservasi Tanah (Dilakukan di Luar Calon Plot Karena Pemilik Yang di Dalam Calon Plot Belum Setuju).
5. Pemetaan Lokasi Plot Setelah masyarakat setuju dengan proyek yang akan dilakukan maka langkah berikutnya yakni pemetaan areal yang akan dijadikan damplot. Hasil sementara pemetaan lokasi damplot disajikan pada Gambar 11. Luas areal yang akan digunakan sebagai plot konservasi tanah di alahn sayur yakni seluas 38 ha yang terdiri dari kawasan hutan lindung Gunung Perahu seluas 22 dan lahan sayur masyarakat seluas 16 ha.
75
Gambar 11. Petak-petak Kepemilikan Dalam Plot Percobaan Konservasi Tanah 76
6. Studi Banding Disamping pelatihan juga dilakukan studi Banding ke Kelompok Tani Redo (Remaja Dokerso), yang menggarap usaha tani organik di Desa Dokerso, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Petani Dieng bisa melihat pengolahan tanah dengan teras yang baik, teknik usaha tani oraganik, dan peternakan sapi milik kelompok tani (Gambar 12). Studi banding ini diikuti oleh 36 orang, 32 orang laki-laki dan 4 orang wanita yang terdiri dari petani pserta plot dan perangkat Desa Dieng Wetan. Dari hasil diskusi antara ketua kelompok tani Kredo dan petani Dieng, petani antusias mempelajari teknik budidaya komoditas selain kentang seperti bit, tomat, kucai secara organik serta mencoba menjalin kerjasama dengan kelompok tani Kredo untuk proses pemasarannya.
Gambar 12. Studi Banding Ke Kelompok Tani Redo, Desa Dokerso, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang Pada studi banding ini ada beberapa tahapan yaitu (1) Pemaparan pengalaman usahatani organic dan konservasi lahan oleh pengurus kelompok tani Redo, (2) Studi lapangan dengan melihat secara langsung konservasi yang baik dan tanaman organic dengan pola tumpangsari yang terintegrasi dengan ternak. (3) Diskusi dan tukar pengalaman antara pengurus kelompok Tani Redo dengan petani dan aparat desa Dieng baik di ruangan maupun di lapangan. Pembahasan dan diskusi meliputi pengamalan beralih dari pertanian non organic ke organik, pola tanam tumpangsari, jenis tanaman sayur, pemasaran, permodalan, konservasi lahan, pentingnya konservasi lahan dan pertanian rendah input. Sebagai gambaran peserta studi banding adalah petani dan aparat desa yang berumur antara 30 sampai dengan 61 tahun dengan rata-rata usia petani sebesar 42 tahun. Petani ini merupakan petani produktif baik pemilik lahan dan pengarap lahan.
Sebanyak 7 orang
(25,93%) pernah memperoleh pengalaman studi banding ke daerah lain seperti
Malang,
77
Surabaya, Soropadan, Pandeglang, Pengalengan, Pekalongan, dan Lembang.
Mereka
melakukan studi banding antara tahun 2002 sampai dengan 2010 yang disponsori antara lain oleh Sucofindo, Indofood dan sebagainya.
Materi studi banding yang dibahas antara lain
budidaya kentang, budidaya tanaman Leek, pembibitan kentang, pertanian organic dan sebagainya.
Sebanyak 74,07% peserta belum pernah mendapatkan pengalaman melihat
pertanian lain dan melihat pertanian daearah lain sebagai hal baru dan tertarik untuk dipelajari. Petani Dieng banyak yang tertarik dan merasakan manfaat dari studi banding tersebut (93,3%) dan hanya 3,7% yang tidak tertarik karena waktu studi banding yang terlalu pendek. Pada umumnya mereka tertarik dengan terasering, pola tanam dan jenis tanaman, pupuk organic dan pertanian organic, pemasaran hasil pertanian, dan sebagainya. Untuk tanaman mereka sangat tertarik dengan tanaman bit dan brokoli yang belum pernah mereka coba. Beberapa petani bahkan langsung membeli bibit tanaman bit dan brokoli untuk di cobakan di lahan mereka. Keingginan dan tindakan mencoba tanaman baru selain kentang menunjukkan bahwa mereka cukup terbuka dengan inovasi. Sebanyak 96,3% petani peserta studi banding menyatakan akan menerapkan atau mencoba pengetahuan pertanian organic dan konservasi lahan pada lahan mereka minimal dalam skala kecil dahulu untuk dievaluasi apakah akan mengadopsi inovasi atau tidak. Petani Dieng antusias terhadap pengetahuan baru yang ditunjukkan dengan pengetahuan dan informasi apa yang ingin mereka peroleh setelah studi banding ini. Mereka antara lain menginginkan informasi lebih lanjut tentang terasering, manfaat dan keuntungan ekonomi konservasi tanah, pola tanam dan jenis tanaman, pengairan, pemasaran, permodalan, tanaman organic, cara bertani yang lebih baik, cara mengurangi biaya usahatani, tanaman bit dan wortel.
7. Pendampingan Pembuatan Plot Konservasi Tanah di Subsub DAS Tulis Hulu
Langkah selanjutnya adalah pendampingan pembuatan plot konservasi tanah di Subsub DAS Tulis hulu. Karena musim panen antara satu pemilikan dengan pemilikan lahan yang lain tidak sama maka pendampingan dilakukan secara bertahap kepada pemilik yang lebih dulu panen dan segera mengolah lahannya. Proses pendampingan tersebut masih berjalan berjalan. Pemahaman tentang aktor yang melakukan pengolahan tanah agar konservsi tanah dilakukan dengan baik harus dicermati secara jeli. Petani pemilik lahan di Dieng tidak melakukan pengolahan lahannya sendiri tetapi dilakukan oleh buruh tani yang didatangkan dari 78
Kecamatan Batur. Sistem pengupahannya dari pengolahan tanah, pengangkutan pupuk kadang, penanaman, dan pemanenan dilakukan borongan. Pada kegiatan penelitian ini, awalnya sasaran pelatihan teknik konservasi tanah adalah pemilik lahan tetapi ternyata pemilik lahan tidak menunggui saat lahannya diolah oleh buruh padahal yang dilakukan pelatihan teknik KTA adalah pemilik lahan sehingga terjadi kesalahan sasaran. Langkah perbaikannya yakni menunggui saat lahan diolah dan melakukan pelatihan kepada buruh yang melakukan pengolahan tanah. Kegiatan perbaikan konservasi tanah di lahan sayur kentang di Dieng membutuhkan biaya yang lebih besar dibanding dengan biaya pengolahan tanah yang biasa dilakukan oleh petani. Oleh sebab itu setiap petani pemilik lahan yang menjadi sasaran pembangunan plot diberi insentif dari Dana PKPP. Besarnya insentif didasarkan pada hasil negosiasi dengan pemilik lahan yang didasarkan pada selisih biaya bila dilakukan pengolahan lahan seperti biasa mereka melakukan pengolahan lahan dengan biaya pengolahan lahan konservasi. Ada permasalahan yang dihadapi dalam pembuatan plot yakni petani pemilik lahan tidak mau mengolah lahannya pada musim kemarau karena tidak tersedia air untuk penyiraman. Hanya sebagian kecil yang melakukan penanaman pada musim kemarau yakni yang memiliki sumur pantek yang disedot dengan mesin. Berdasarkan analisis neraca air hanya 47,33% yang mampu disirami dengan sumur pantek.
8. Analisis Potensi Air
a. Potensi air dari Mata Air Kawasan Hutan Lindung Gunung Perahu Potensi air dari debit sumber mata air Gunung Perahu ada 2 mata air yaitu mata air 1 = 0,250 lt/dt, sedangkan debit mata air 2 = 0,167 lt/dt, sehingga jumlahnya = 0,417 lt/dt. Namun debit air dari mata air ini tidak digunakan untuk penyiraman dan pengobatan tanaman kentang, tetapi digunakan untuk komsumsi masyarakat (air minum) b. Potensi air dari Sumur Bor. Potensi air (debit air) dari sumur Bor yang diusahakan oleh kelompok masyarakat di DAS mikro Tulis untuk penyiraman dan pengobatan tanaman kentang sebesar 1,122 lt/dt = 96.940,8 lt/dt = 1.080.864 lt/hari.
79
c. Debit pada alur sungai. Debit air pada alur sungai sebesar = 0,885 lt/dt = 76.464 lt/hari. Namun air pada alur sungai ini tidak digunakan untuk keperluar penyiraman dan pengobatan tanaman kentang. 6. Analisis kebutuhan air Kebutuhan air yang dimaksudkan disini adalah kebutuhan air untuk keperluan tanaman kentang yaitu pada saat penyiraman dan pengobataan yang dilakukan oleh masyarakat petani kentang di DAS Mikro Tulis pada masa tanaam musim kemarau (bulan Agustus 2012). Kebutuhan air ini berdasarkan wawancara dengan petani kentang di lokasi DAS Mikro Tulis pada saat penyiraman tanaman kentang pada musim kemarau (bulan Agustus 2012). Hasi wawancara tersebut disaajikan pada Tabel 19 berikut: Tabel. 22. Kebutuhan Air Pada Tanaman Kentang di DAS Mikro Tulis. Selama masa tanam – panen (80 hari) pada saat musim kemarau. Nomer Kebutuhan Air pada saat responden Penyiraman (lt/m2)/ 80 hari 1. 97,500
Kebutuhan Air pada Saat Pengobatan (lt/m2)/ 80 hari 1,667
Jumlah Kebutuhan air (lt/m2)/80 hari 99,667
2.
117,000
1,667
118,667
3.
102,375
1,667
104,042
4.
104,104
1,667
105,667
5.
99,000
1,667
100,667
Rata-rata
103,996
1,667
105,663
Dari kebutuhan air ini untuk tanaman kentang pada saat tanam – panen pada saat musim kemarau memerlukan waktu selama 80 hari = 105,663 lt/m2.Sehingga kebutuhan air untuk tanaman kentang diseluruh DAS Mikro seluas 37,870 ha = 378.700 m2 = 40.965.545,100 lt. Pada saat musim kemarau tidak semua lahan ditanami kentang, hanya 40 % saja yang di tanami , sedang yang lainnya bero. Lahan yang di tanami kentang tersebut membutuhkan air sebesar = 16.386.218,040 lt selama 80 hari. Dari kebutuhan air tersebut air yang tersedia untuk keperluan penyiraman dan pengobatan yang diperoleh dari sumur bor pada musim kemarau adalah = 96.940,8 lt/hr x 80 hari = 7.755.264 lt. Sehingga air yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air terdapat defisit sebesar = 8.630.954,04 lt.(52.67 %), dan dari air yang tersedia hanya mencukupi sekitar 47,33 % saja. 80
I.
Analisis Usaha Tani Kentang di Dieng Analisis usahatani dilakukan untuk mengetahui bagaimana usahatani dilakukan apakah
menguntungkan atau mengalami kerugian.
Keterbatasan data membuat analisis usahatani
yang dilakukan sangat sederhana. Analisis usahatani ini juga menggambarkan kinerja pengelolaan usahatani kentang yang dilakukan oleh petani dalam satu musim tanam (Tabel 23). Tabel 23. Analisis usahatani kentang musim kemarau 2011 di Sub DAS Tulis Dieng Uraian
Nilai (Rp/ha)
Bibit
4.166.667
Mulsa
1.312.500
pupuk kandang
5.000.000
Pupuk Kimia
2.033.333
Obat
8.500.000
BBM
7.291.667
Tenaga Pengolahan tanah sampai tanam
4.166.667
Tenaga
kerja
pemupukan
dan
pengobatan
1.250.000
Tenaga kerja penyiraman
6.250.000
Tenaga kerja pemanenan dan angkut
4.166.667
Biaya
44.137.500
Penerimaan
66.666.667
Keuntungan
22.529.167
RC
1.51
Usahatani kentang pada musim kemarau masih menguntungkan secara financial yang ditunjukkan dengan nilai R/C yang lebih besar dari 1. Keuntungan yang diperoleh selama 4 bulan tanam mencapai Rp 22.529.167 per hektar. Dilihat dari komposisi biaya ternyata tenaga kerja membutuhkan biaya sampai 21,8% dari biaya total usahatani. Bibit kentang hanya menghabiskan biaya sebanyak 9,44% karena benih berasal dari kentang yang disimpan dari panen sebelumnya. Pada tahap awal petani membeli bibit unggul seharga Rp 15.000/kg yang dapat dipakai sebanyak 6 kali tanam bahkan 81
lebih dengan cara menyisihkan hasil panen untuk menjadi bibit pada musim berikutnya. Penggunaan mulsa plastic yang dapat meningkatkan produksi kentang, mengurangi gulma, dan sebagainya memerlukan biaya sebanyak 3% dari total biaya. Pada musim kemarau petani mengeluarkan biaya tambahan untuk penyiraman tanaman kentang dan apabila jauh dari sumber mata air maka harus menggunakan pompa dan BBM yang menghabiskan biaya sampai 30% dari biaya total. Pada musim penghujan, maka penggunaan pestisida meningkat karena petani menyemprot berulang apabila terjadi hujan. Penggunaan pupuk kandang dan kimia menghabiskan biaya sebesar 15% dari total biaya usahatani. Harga kentang per kilogram mencapai Rp4000, dan menurut petani secara hitungan kasar menyatakan bahwa pada harga Rp3000 per kilogram pada saat ini sudah kembali modal. Harga kentang di sesuaikan dengan gradingnyanya, yaitu kentang AL (Rp7000/kg), AB Super (Rp6000/kg), AB
(Rp 4000/kg), ABC (Rp3500/kg), PL (Rp3000/kg), DN (Rp1500/kg), TO
(Rp1000/kg) dan Ares (Rp500/kg)
82
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kerentanan kekritisan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan terdapat pada bagian hulu sampai tengah Sub DAS Tulis baik yang ada di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara dan Batang. 2. Berdasarkan pertimbangan hasil analisis kerentanan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan maka dipilih Subsub DAS paling hulu dari Sub DAS Tulis sebagai plot percobaan yakni Desa Dieng Kulon (Kabupaten Banjarnegara) dan Dieng (Kabupaten Wonosobo). 3. Pemilihan lokasi tersebut juga didasarkan dari informasi permasalahan biofisik, dan sosial ekonomi dari instansi terkait: Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bappeda, Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo di Yogyakarta, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Tengah di Semarang, Camat Kejajar dan Batur, Desa Dieng Kulon dan Dieng. 4. Setelah lokasi terpilih maka dilakukan sosialisasi, diskusi dan kesepakatan masyarakat yang memiliki lahan di Subsub DAS Tulis paling hulu di kedua desa. 5. Pada awalnya masyarakat tidak mau mengikuti perbaikan konservasi tanah dan air di lahan kentang tetapi setelah dilakukan demo pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan diduga tidak menimbulkan longsor dan tanah bacek maka masyarakat menerima lahannya dijadikan plot. 6. Hasil studi banding membuka wawasan petani Dieng sehingga berkeinginan untuk melakukan deversifikasi usaha tani dan melakukan konservasi tanah. 7. Karena waktu panen kentang tidak bersamaan maka pembuatan damplot konservasi tanah di lahan kentang dilakukan bertahap sesuai kesiapan lahan petani dan pada saat musim kemarau hanya sedikit yang melakukan penanaman sehingga pembuatan plot menunggu hujan turun. 8. Ketersediaan air hanya dapat mencukupi 47,33% untuk penyiraman pada musim kemarau. 9. Penerimaan usaha kentang sebesar Rp. 66.666.667,-/ha dan biaya Rp. 44.137.500,-/ha sehingga keuntungannya sebesar Rp. 22.529.167,-/ha.
83
B. Saran-saran
1.
Petani Dieng agar selalu dibina agar penerapan konservasi tanah selalu berkelanjutan.
2.
Konservasi tanah secara menyeluruh dari hutan lindung sampai ke lahan-lahan masyarakat sebagi model pengelolaan DAS skala kecil (mikro).
84
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. 7 alasan petani dieng tetap menanam kentang. http://www.diengplateau.com/2011/10/7-alasan-petani-dieng-tetap-menanam.html Anonim. 2011. Bencana Dieng Dilema Utang Kompas. Regional: 1 &15 (Kol.1-5).
Para
Juragan Kentang.
2011
03
Juni.
Arsyad, S. 1989. Konservasi tanah dan air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor. Azwar, S. 2000. Reabilitas dan Validitas. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Brooks, K. N., P. F. Flolliott, H. M. Gregersen, dan J. L. Thames. 1991. Hydrology and The Management of Watersheds. Iowa State University Press, Ames, Iowa, USA. Departemen Kehutanan. 2001. Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutnaan Sosial. Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. Jakarta. Devenport, T. E. 2002. The Watershed Project Management Guide. Lewis Publisher - A CRC Press LCC., New York, Washington, DC. Fajar, E. 2003. Hubungan kemiringan lereng terhadap sifat kimia tanah dan produktivitas kentang kultivar Granola pada Andisol di Pengalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat. Skripsi. Program studi Ilmu tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gunawan, T. 2008. Dinamika Adaptasi Ekologi Manusia Sebagai Agen Perubahan Lingkungan Kawasan Wisata Dieng, Jawa Tengah. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala. Direktorat Geogrfi Sejarah. Prosiding Workshop Perubahan Lingkungan di Kawasan Wisata Dieng dalam Perspektif Sejarah. Wonosobo, 13-15 Juni 2008. Hanani, N dan Purnomo, M. 2010. Perubahan Struktur Ekonomi Lokal Studi Dinamika Moda Produksi di Pegunungan Jawa. Malang: UB Press. Hefner, R. 1999. Geger Tengge : Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik. Yogyakarta: LKIS. Hutapea, R. dan K. Suwondo. 1989. Metodologi Penelitian. Fakultas Pascasarjana. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. Jariyah, N.A., T.M. Basuki, dan S. Donie. 2002. Kajian Sosial Ekonomi Petani Lahan Sayur dan Tembakau dan Teknik Konservasi Tanah Yang Diterapkan. Buletin Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Vol. VIII, 1 (1-17). Katharina, R. 2006. Faktor penyebab petani kentang lahan kering dataran tinggi kecamatan Pangalengan Bandung tidak mengadopsi konservasi tanah, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, Vol 11 (3): 25—31.
85
Kurnia, U., H. Suganda, D. Erfandi, dan H. Kusnaedi. 1999. Teknologi Konservasi Budi Daya Sayuran Dataran Tinggi. Prosiding Teknologi Konservasi Budidaya Sayuran Dataran Tinggi. Li, Tania Murray. 2002. Proses transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Moleong, L.J. 1999. Metologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nugoroho, P.J. 2010. Konservasi Dieng Butuh Satu Trilyun Lebih. Republika. Jumat, 23 April 2010. Paimin, Purwanto, dan Sukresno. 2006. Sidik Cepat Degrasi Sub Daerah Aliran Sungai. Revisi I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Purwanto, Paimin, dan B. Haryadi. 2009. Formulasi Perencanaan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Pada Skala Mikro: Studi Kasus di DAS Mikro Pronggo. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan: Teknologi Pengelolaan DAS dalam Upaya Pengendalian Banjir dan Erosi Sedimentasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kemetrerian Kehutanan, Surakarta, 15 Oktober 2009. Purwanto, Beny Haryadi dan N. Haryanti. 2009. Laporan Hasil Penelitian Implementasi Pengelolaan DAS Pada Skala Mikro. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Solo (Tidak Diterbitkan). Purwanto, Sukresno, dan N. Haryanti. 2010. Laporan Hasil Penelitian Implementasi Pengelolaan DAS Pada Skala Mikro. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Solo (Tidak Diterbitkan). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perairan. 1995. Data Tahunan Debit Sungai Wilayah Tengah (Jawa, Bali, Kalimantan). Buku II/Hi-I/1995. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan. 1996. Data Debit Sungai DAS Serayu-Lukulo Tahun 1986-1995. Direktorat jenderal Pengairan. Jakarta. Santoso, H. 2011. Agroekosistem Cepat: sebuah catatan untuk proses produksi di dataran tinggi. www. Saputro, P.B. 2011. Tata Kelola Wisata di Dataran Tinggi Dieng Provinsi Jawa Tengah. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Skripsi Tidak dipublikasikan. Sunito,
S. 2007.“Pertanian Berkelanjutan”, dalam Manusia. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia.
Adiwibowo,
S. (ed.), 2007. Ekologi
86
Sutapraja, H dan Asandhi. 1998. Pengaruh arah guludan, mulsa dan tumpangsari terhadap pertumbuhan dan hasil kentang serta erosi di dataran tinggi, Batur. J. Hortikultura 8 (1): 1006—1013 Turasih. 2011. Sistem Nafkah Rumahtangga Petani Kentang di Dataran Tinggi Dieng: kasus Desa Karangtengah Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Windaryati, S. 2000. Nilai sosial dan ekonomi rencana penerapan konservasi tanah di dataran tinggi Dieng: studi kasus di kecamatan Batur dan Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara. Program studi ilmu lingkungan jurusan antar bidang. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
87
Lampiran 1. No
Formulasi Banjir dan Daerah Rawan Banjir
Parameter/Bobot
I
POTENSI BANJIR
A
ESTIMASI (100%)
1
ALAMI (60)
a Hujan harian maksimum ratarata pada bulan basah (mm/hari) [35%]
Besaran
Kategori Nilai
Skor
< 20
Rendah
1
21-40
Agak Rendah Sedang
2
41-75 76-150 >150
b Bentuk DAS [5%]
Agak Lonjong
Agak Rendah Sedang
2
4
Tinggi
5
Rendah
1
0,5-1,0
Agak Rendah Sedang
2
1,6-2,0 > 2,0
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Jarang
Rendah
1
Agak Jarang
Agak Rendah Sedang
2
Sedang Rapat Sangat Rapat e Lereng rata-rata DAS (%)
3
Agak Tinggi
< 0,5
1,1-1,5
(5%)
5 1
Bulat
d Kerapatan drainase
Tinggi Rendah
Agak Bulat
(10%)
4
Lonjong
Sedang
c Gradien Sungai (%)
3
Agak Tinggi
<8
3
Agak Tinggi Tinggi Rendah
4 5 1
Agak Rendah 88
(5%)
8-15
Sedang
2
16-25
Agak Tinggi
3
26-45
Tinggi
4
> 45
2
MANAJEMEN (40%)
a Penggunaan lahan [40]
Hutan Lindung/ Konservasi (Alam)*
Rendah
1
Agak Rendah Sedang
2
Pek/Smak/Blk Sawah/Tegal-teras
Agak Tinggi
Tegal/Pmk-kota
Tinggi
< 0,58
Rendah
1
0,58-1,00
Agak Rendah Sedang
2
H Prod/Perkeb**
B
5
3 4 5
PENGUKURAN (100%)
a Debit puncak spesifik (m3/dt/km2) (100%)
1,01-1,50 1,51-5,00 > 5,00
II
DAERAH RAWAN BANJIR
1
ALAMI (55%)
a Bentuk lahan (10%)
Pegunungan
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
Rendah
1
Agak Rendah
2
Perbukitan Kipas & Lahar,
89
Dataran, Teras
Sedang
3
Dataran Aluvial, Lembah Aluvial, Jalur Kelokan
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Rendah
1
Agak Rendah Sedang
2
1 – 1,1
b Meandering
1,2 – 1,4
Sinusitas (P) = panjang/jarak sungai sesuai belokan : jarak lurus
1,5 – 1,6 1,7 – 2,0
(5%)
>2
c Pembendungan oleh percabangan sungai/air pasang
1
Anak Cab S Induk
Agak Rendah Sedang
2
Cab S Induk
Pasang Air Laut
MANAJEMEN (45%)
a
Bangunan air (45 %)
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
>8 (Sangat Lancar )
Rendah
1
2 – 8 (Agak Lancar )
Sedang
3
(Terhambat)
Tinggi
5
Waduk+Tanggul tinggi dan baik
Rendah
1
Agak Rendah
2
<2
2
5
Rendah
S Induk/Bottle neck
(30%)
Tinggi
4
Tidak ada
(10%)
d Lereng lahan kiri-kanan sungai (%)
Agak Tinggi
3
Waduk
90
Tanggul/Sudetan/Bnjr Kanal Tanggul buruk Tanpa Bangunan, Penyusutan dimensi sungai
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
*) dan **) dalam kondisi normal atau tidak dalam kondisi kritis
91
Lampiran 2. Formulasi Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air
No A
Parameter/Bobot
Besaran
Kategori Nilai
Skor
> 2000
Rendah
1
1501-2000
Agak Rendah Sedang
2
ALAMI (60%) A Hujan tahunan (mm) (20%)
1001-1500 500-1000 < 500 B Evapotranspirasi aktual tahunan (mm) (17.5%)
751-1000
Agak Rendah Sedang
2
1001-1500
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
<2
Rendah
1
3-4
Agak Rendah Sedang
2
7-8 >8
(10%)
5 1
5-7
D Geologi
4
Rendah
> 2000
(12.5%)
Tinggi
< 750
1501-2000
C Bulan kering (< 100 mm/bl)
Agak Tinggi
3
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
Vulkan
Rendah
1
Cmp Vulk-Pgn Lpt
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Pgn Lipatan Batuan Sedimen Batuan Kapur
92
B
MANAJEMEN (40%) A Kebutuhan Air (Indeks Peng Air)
< 0,3
Rendah
1
0,3-0,49
Agak Rendah Sedang
2
0,5-0,79 3
Kebutuhan Air (m ) IPA = ------------------------
0,8-1,0 > 1,0
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
3
Potensi Air (m ) (25%) B Debit minimum spesifik (m3/dt/km2) (15%)
> 0,035
Rendah
1
0,022-0,035
Agak Rendah Sedang
2
0,015-0,021 0,010-0,014 < 0,010
Agak Tinggi Tinggi
3 4 5
93
Lampiran 3. Formulasi Kekritisan dan Potensi Lahan
No
Parameter/Bobot
A
ALAMI (45%)
1.
Solum tanah (Cm) (10%)
2.
Lereng (%) (15%)
3.
Batuan Singkapan (%) (5%)
4.
Morfoerosi (erosi jurang, tebing sungai, sisi jalan).
Besaran
Kategori Nilai
Skor
>90
Rendah
1
60 - <90
Agak Rendah
2
30 - <60
Sedang
3
15 - <30
Agak Tinggi
4
<15
Tinggi
5
0 - <8
Rendah
1
8 - <15
Agak Rendah
2
15 - <25
Sedang
3
25 - <45
Agak Tinggi
4
>45
Tinggi
5
<20
Rendah
1
20 – <40
Agak Rendah
2
40 - <60
Sedang
3
60 – 80
Agak Tinggi
4
>80
Tinggi
5
0%
Rendah
1
1 - <20 %
Agak Rendah
2
20 - <40%
Sedang
3
40 - 60%
Agak Tinggi
4
Persen dari Unit Lahan (10%)
94
>60 %
5.
Tekstur Tanah terhadap kepekaan erosi
Tinggi
5
Sand, lomy sand, clay
Rendah
1
Silty clay, sandy loam
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
50 – 80% hutan/perkebunan + tanaman semusim
Rendah
1
30 - 50% hutan/ perkebunan + tan. semusim rapat
Agak Rendah
2
30 - 50% hutan/ perkebunan + tan. semusim jarang
Sedang
3
10 - 30% hutan/ perkebunan + tanaman semusim rapat Tan. semusim rapat
Sedang
3
Sedang
3
10 - 30% hutan/ perkebunan + tanaman semusim jarang Tan. semusim jarang
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Rendah
1
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
(5%) Clay, silty clay Loam, sandy clay loam, sandy clay Silt, silt loam
B
MANAJEMEN (55%)
1.
Kawasan Budidaya Pertanian (55%)
a.
Vegetasi Penutup (40%)
b.
Konsevasi tanah mekanis Teras bangku datar/ miring (15%) ke dalam Teras bangku miring ke luar Teras campuran Teras gulud, hillside ditch, tan .terasering
95
Tanpa teras
2.
Kawasan hutan dan Perkebunan (55%)
a.
Kondisi vegetasi (45%)
Tinggi
5
Rendah
1
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Vegetasi sedikit (>50% tanah tebuka)
Tinggi
5
Teras gulud + tanaman penguat
Rendah
1
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Vegetasi hutan baik, Tan. perkebunan baik + cover crop atau Tan. perkebunan berseresah banyak Vegetasi utama <50% + semak belukar Semak belukar Alang-alang
b.
Konservasi tanah (10%)
Tanaman terasering/ alley cropping Guludan mulsa Teras gulud Tanpa tan. Terasering
96
Lampiran 4. Formulasi Kerentanan Tanah Longsor No A
Parameter/Bobot
Besaran
Kategori Nilai
Skor
< 50
Rendah
1
50-99
Agak Rendah
2
100-199
Sedang
3
200-300
Agak Tinggi
4
>300
Tinggi
5
<25
Rendah
1
25-44
Agak Rendah
2
45-64
Sedang
3
65 - 85
Agak Tinggi
4
> 85
Tinggi
5
Dataran Aluvial
Rendah
1
Perbukitan Kapur
Agak Rendah
2
Perbukitan Granit
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Bkt Basal-Clay Shale
Tinggi
5
Tidak ada
Rendah
1
Ada
Tinggi
5
<1
Rendah
1
1-2
Agak Rendah
2
ALAMI (60%)
A Hujan harian kumulatif 3 hari berurutan (mm/3 hari) (25%)
B Lereng lahan (%) (15%)
C Geologi (Batuan) (10%)
Perbukit Bat. sedimen
D Keberadaan sesar/ patahan/gawir (5%)
E Kedalaman tanah (regolit) sampai lapisan kedap
97
(5%)
B
2-3
Sedang
3
3-5
Agak Tinggi
4
>5
Tinggi
5
Hutan Alam
Rendah
1
Semak/Blkar/Rumpt Hut Tan/Perkebun
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Rendah
1
Tinggi
5
<2000
Rendah
1
2000-5000
Agak Rendah
2
5000-10000
Sedang
3
10000-15000
Agak Tinggi
4
>15000
Tinggi
5
MANAJEMEN (40%)
A Penggunaan Lahan (20%)
Tegal/Pekarangan Sawah/Pemukiman
B Infrastruktur (jika lereng <25% = skore 1) (15%)
C Kepadatan Pemukiman (org/km2) (jika lereng <25% = skore 1)
(5%)
Tak ada jalan memotong lereng Lereng terpotong jalan
Catatan. Formula ini berlaku hanya pada lereng >
98
Lampiran 5. Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan KRITERIA SOSIAL (50%)
PARAMETER Kepadatan Penduduk: Geografis (10%)
Kepadatan Penduduk: Agraris (10%)
Budaya : Perilaku/tingkah laku konservasi (20%)
Budaya : Hukum Adat (5%)
BESARAN
KATEGORI
SKOR
< Rata2 Kab
Rendah
1
= Rata2 Kab
Sedang
3
> Rata2 Kab
Tinggi
5
> 0,25 ha
Rendah
1
= 0,25
Sedang
3
< 0,25
Tinggi
5
Rendah
1
Sedang
3
Tinggi
5
Rendah
1
Agak Rendah
2
Sedang
3
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
Rendah
1
Tinggi
5
- konservasi telah melembaga dalam masyarakat (masyarakat tahu manfaat konservasi, tahu tekniknya dan melaksanakan) - masyarakat tahu konservasi tetapi tidak melakukan - tidak tahu dan tidak melakukan konservasi
- Adat istiadat (custom). Pelanggar dikucilkan - Kebiasaan (folkways). Pelanggar didenda dengan pesta adat. - Tata kelakuan (Mores). Pelanggar biasanya ditegur ketua adat/orang lain - Cara (usage) pelanggar dicemooh - Tidaka ada hukuman
Nilai Tradisional (5%)
- Ada - Tidak ada
99
EKONOMI Ketergantungan terhadap lahan (20%) (40%) Tingkat Pendapatan (10%) Kegiatan Dasar Wilayah 10%) Tingkat Pendapatan
< 50%
Rendah
1
50 – 75%
Sedang
3
> 75%
Tinggi
5
> 1,5 Std. Kemiskinan (SK)
Rendah
1
1,26 – 1,5 SK
Agak Rendah
2
1,1 – 1,25 SK
Sedang
3
0,67 – 1 SK
Agak Tinggi
4
Tinggi
5
LQ < 1
Tinggi
1
LQ = 1
Sedang
3
LQ > 1
Rendah
5
Ada dan berperan
Rendah
1
Ada tetapi tidak berperan
Sedang
3
Tinggi
5
< 0,67 SK Kegiatan Dasar Wilayah (10%) Kelembag Keberdayaan aan (10%) kelembagaan informal pada konservasi (5%)
Tidak ada
100
Lampiran 6. Nama Pemilik dan Luas Kepemilikan Lahan Petani di Subsub DAS Tulis Hulu No. Petak 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Nama Pemilik Lahan Muhrodin Muktamar Winasro Winasro Sasmadi Sabar Marno Slamet Simul Istar Sadun Bengkok Muhaimin Maryani Ahmad Rohani Nyami Mudiyanto Bengkok Simed Bengkok Bengkok Alif Anwar Mubadi Maryanto Mudiyanto Wartini Suyono Hutan Lindung Kasmadi Slamet Hadi Riyanto Muhtadir Haryanto Muhsinin Fahrudin Basir Tubari Nurohim
Luas (ha) 0,227 0,108 0,095 0,153 0,269 0,295 0,160 0,163 0,128 0,188 0,386 0,106 0,190 0,153 0,102 0,285 0,350 0,290 0,203 0,221 0,075 0,078 0,337 0,099 0,235 0,747 22,740 0,160 0,418 0,306 0,279 0,300 0,110 0,075 0,159 0,116 0,167 0,140 101
39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76.
Aris Asroji Jainudin Fatah Suharmi Hadi Karno Muslih Hadi Tonah Sutrisno Mugi Utomo Fahrodin Aziz Winasro Siji Muhrodin Winasro Mugianto Suardi Mugianto Suripto Muhrodin Yatmudi Rodin Widodo Yono Nurcholis Sunandar Sirtomo Supandi Rohadi Muhtadi Bengkok Amin Supandi Taufik Anwar Muhsinin Yubadi Slamet Mustaqim
0,150 0,145 0,397 0,236 0,329 0,423 0,177 0,093 0,082 0,091 0,111 0,199 0,167 0,218 0,106 0,257 0,197 0,224 0,336 0,119 0,238 0,241 0,092 0,378 0,129 0,198 0,288 0,136 0,048 0,065 0,134 0,230 0,022 0,071 0,231 0,209 0,129 0,089 37,598
102