Ringkasan Khotbah - 27 Oktober 2013
Takut Akan Tuhan Eksposisi 1 Ptr 1:13-17 Ev. Calvin Renata Di dalam ayat 13 sampai dengan ayat 16 Rasul Petrus memberikan 2 nasihat penting untuk pembaca surat ini, yaitu: 1. Supaya mereka meletakkan pengharapannya kepada Kristus. 2. Supaya hidup kudus karena Tuhan itu kudus. Para pembaca surat 1 Petrus ini kebanyakan adalah orang Gentile (orang yang bukan asli orang Yahudi). Mereka tidak pernah mengenal sejarah Israel ataupun membaca kitab-kitab Perjanjian Lama. Jadi 2 nasihat ini merupakan titik balik bagi mereka dengan berbalik kepada Allah yang Kudus dari dosa.
Eksposisi kali ini akan diarahkan pada ayat 17, yaitu mengenai sikap takut kepada Tuhan. Petrus memperkenalkan diri Allah kepada pembaca suratnya bahwa Allah yang mereka kenal boleh mereka panggil Bapa. Hal ini merupakan hal yang sangat asing sekali bagi mereka. Karena tidak ada dewa dalam ajaran Yunani ataupun Romawi Kuno (Helenistik) yang disembah yang boleh dipanggil dengan sebutan Bapa. Hal ini adalah hal unik yang hanya dimiliki oleh orang Kristen, karena dalam ajaran agama yang lain tuhan tidak dipanggil dengan sebutan bapa.
Petrus pernah menyinggung hal ini dalam pasal 1 ayat 3 bahwa Bapalah yang melahir barukan kita sehingga kita sekarang disebut sebagai anak-anak Allah. Dalam ayat 17 Petrus menegaskan kembali jika kita memanggil Allah dengan sebutan Bapa kita harus juga memiliki hidup yang takut kepada Bapa. Apa itu hidup yang takut kepada Bapa? Kata ‘takut’ memiliki beberapa arti, ada takut yang bersifat negatif, yaitu takut di mana seseorang mengalami ancaman ataupun melihat sesuatu yang menyeramkan. Ada juga takut yang bersifat positif, yaitu ketakutan yang didasarkan kepada suatu pribadi yang memiliki otoritas dalam pengertian hormat. Jadi, takut kita kepada Bapa tidak lain adalah takut dalam pengertian positif. Bukan karena kita takut lalu kita tidak mau dekat dengan Tuhan, bukan juga karena kita takut lalu kita tidak mau berjumpa dengan Tuhan. Tetapi inilah yang Petrus maksudkan yaitu kita takut akan Tuhan sehingga kita menjadi hormat akan Tuhan. Kita menempatkan Allah di dalam posisi-Nya, kita menempatkan Allah di dalam status-Nya. Ketika kita membaca kitab Amsal dan Mazmur di sana banyak tertulis bagi kita untuk takut kepada Tuhan.
10 hukum itu Taurat dibagi 2. Perintah pertama sampai keempat itu urusan manusia dengan Tuhan. Hukum kelima sampai kesepuluh itu adalah urusan manusia dengan manusia. Dalam hukum kelima Tuhan memberikan hukum hormatilah ayah dan ibumu. Tuhan tidak menganggap orangtua yang tidak percaya itu tidak layak dihormati tetapi Tuhan mengajar bahwa dalam status kita sebagai anak yang dilahirkan secara jasmani oleh orang tua maka penghormatan kepada orang tua kita tetaplah berlaku. Terlebih lagi kita harus menghormati
1/5
Ringkasan Khotbah - 27 Oktober 2013
orang tua rohani kita yaitu Bapa kita di Surga. Dalam Perjanjian Lama kata takut kepada Tuhan berulang kali dikatakan, hal ini menjelaskan kepada kita bahwa kita seharusnya hidup dengan takut kepada Tuhan.
Seringkali kita berpikir bahwa jika kita sudah jadi anak Tuhan kita tidak perlu dihukum atas dosa-dosa kita, tetapi hal itu adalah kesalahan besar karena Bapa Sorgawi kita bukan hanya mengasihi dan memelihara kita, tetapi juga mendidik setiap anak-anak-Nya. Pada ayat 17 tertulis juga bahwa Dia yang tanpa memandang muka akan menghakimi semua orang menurut perbuatannya. Tentang penghakiman Tuhan ternyata baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sama-sama mengatakan bahwa Tuhan adalah hakim Yang Maha Adil. Hal ini konsiten dalam Alkitab, baik di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru Allah adalah hakim yang adil.
Allah adalah hakim Yang Maha Adil dan tak bisa disuap sehingga semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya masing-masing. Di dalam legenda China ada seorang hakim yang sangat adil sehingga ia tidak bisa disuap, hakim ini bernama hakim Bao. Rakyat China sampai sekarang mengharapkan hakim Bao lahir kembali untuk membereskan berbagai macam korupsi yang ada di negara tersebut, sampai-sampai mereka membangun sebuah kuil untuk memohon hakim Bao datang kembali. Hal tersebut menggambarkan pengharapan manusia yang merindukan seorang hakim yang adil, tetapi dalam kekristenan kita diberikan wahyu khusus untuk dapat mengenal Bapa yang adil. Seadil-adilnya hakim Bao, ia tetap manusia berdosa. Tetapi Bapa kita adalah Allah yang kudus dan tak bercela.
Ketika kita merenungkan hal ini, jika Bapa kita adalah hakim yang adil, mungkinkah Ia menghukum anak-anak-Nya? Ini adalah pemikiran yang salah tentang Allah. Allah adalah hakim yang adil yang menghakimi setiap orang menurut kesalahannya, termasuk juga anak-anak-Nya. Daud ketika berdosa apakah Tuhan tidak menghukum dia akan kesalahannya? Daud pun dihukum oleh Tuhan dengan maksud menunjukkan bukti cinta Tuhan kepada Daud. Jika orang tua jasmani tahu bagaimana cara menghukum anaknya terlebih lagi Bapa di surga akan menghajar orang yang dikasihi-Nya.
Dalam surat 1 Petrus 4:17, Petrus mengatakan hal yang amat mengerikan, yaitu penghakiman Tuhan dimulai dari rumah Allah sendiri. Rumah Allah di sini bisa berarti 2 maksud, pertama adalah bangsa Yahudi yang akan diadili oleh Allah sendiri karena bangsa Yahudi adalah bangsa yang menyalibkan Yesus Kristus, kedua adalah Gereja Tuhan. Tuhan akan menghakimi gereja-Nya jika gereja-Nya tidak setia kepada-Nya. Tuhan sudah lebih dahulu menghukum bangsa Israel dengan membuang bangsa itu ke Babel 70 tahun lamanya.
2/5
Ringkasan Khotbah - 27 Oktober 2013
Maka jika Petrus mengatakan Tuhan adalah hakim yang adil ini bukanlah hal yang remeh. Tidak peduli umat pilihan sekalipun sampai dibuang ke Babel hingga 70 tahun jika tidak setia. Tidak peduli gereja sebesar apapun Tuhan akan hukum dan buang jika tidak setia dalam pengajaran yang benar. Maka penting dalam hidup kita untuk memiliki perasaan fear of the Lord (takut akan Tuhan). Pada waktu Musa memimpin bangsa Israel, ia menggembalakan ratusan ribu orang keluar dari tanah Mesir. Bangsa Israel pada saat itu tak lain seperti umat gereja pada jaman ini: jemaatnya berselisih satu dengan yang lain. Musa pun mengalami kelelahan memimpin Israel. Pada saat itu mertuanya yang bernama Yitro menasihatinya untuk mencari 70 orang yang menjadi hakim bersama-samanya. Kriteria mereka adalah takut akan Allah (Kel 18:21).
Itu semua adalah prinsip yang tidak bisa dikompromikan dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru Paulus menuliskan syarat-syarat seorang diaken adalah tetap sama, takut akan Tuhan. Ini adalah prinsip yang sering kali dilupakan oleh gereja-gereja dalam memilih diaken majelis maupun pengurus-pengurus gereja. Sering kali hanya melihat dari keaktifan, kekayaan, baru yang terakhir takut akan Tuhan. Yitro mengatakan kepada Musa carilah orang-orang yang memiliki rasa takut akan Tuhan supaya pekerjaan Tuhan bisa menjadi beres.
Jika kita menghidupi prinsip hidup ini maka kita pasti akan memiliki prinsip hidup yang tak mudah diombang-ambingkan, prinsip hidup yang kokoh, prinsip hidup yang tak mudah goncang, prinsip yang tidak bisa ditekan, prinsip hidup yang tidak bisa ditawar oleh masyarakat, kebudayaan maupun hal-hal yang mengancam hidupnya. Mengapa demikian? Karena orang yang memiliki rasa takut akan Tuhan pasti berani menghadapi dunia, tetapi jika orang yang tidak memiliki rasa takut akan Tuhan pasti akan kompromi dalam kebenaran. Ketika Petrus dan Yohanes (Kis.4) ditangkap oleh pemerintah Romawi karena mereka memberitakan Injil, dipenjarakan, lalu diancam hukum mati jika tetap memberitakan Injil maka mereka menjawab dengan tegas, bahwa mereka harus takut kepada Tuhan dan bukan yang lain. Petrus dan Yohanes mengatakan hal demikian bukan kepada orang yang mereka kenal ataupun kerabat mereka, tetapi kepada orang yang mengancam hidup mereka, ini membuktikan bahwa orang yang takut akan Tuhan kelihatan cintanya kepada Tuhan. Orang yang tidak memiliki perasaan takut akan Tuhan pasti ia takut kepada manusia. Jika orang itu memiliki rasa takut akan Tuhan maka orang itu pasti tidak takut kepada dunia. Ini adalah dalil yang telah dibuktikan sepanjang jaman. Demikian juga dalam kehidupan Martin Luther. Ketika ia hendak mengungkapkan kebenaran, ia mengalami hal yang sama dengan Petrus dan Yohanes ketika diancam oleh pemerintah dan pemuka-pemuka agama. Ia disidang karena menancapkan 95 dalil untuk di pintu gerejanya sendiri di Wittenburg yang sudah melenceng jauh dari kebenaran Firman Tuhan. Karena dalil-dalil tersebut gereja Roma-Katholik menjadi heboh. Ia dipanggil oleh petinggi-petinggi gereja Roma-Katholik. Ia diancam oleh petinggi-petinggi tersebut “sekarang cabut kembali perkataanmu.” Tegas Luther “Sampai Alkitab bisa membuktian bahwa tulisan saya ini salah, saya tidak akan mundur 1 inci pun; di sinilah saya berdiri, Tuhan tolonglah saya!” Yang mengadili Martin Luther saat itu berjumlah
3/5
Ringkasan Khotbah - 27 Oktober 2013
puluhan dan ia sendiri.
Perasaan takut akan Tuhan justru memberikan keberanian kepada dunia. Mazmur 111:10 “Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.” Orang-orang Yunani adalah orang-orang yang benar-benar mecintai hikmat, itulah sebabnya ada istilah Philosophy (filosofi) Philo berarti cinta, sophia berarti hikmat. Hingga mereka mencari-cari hikmat-hikmat tersebut dari nenek moyang mereka, orang-orang bijak, dst. Tetapi Alkitab mengajarkan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Saat rasa takut akan Tuhan ada pada diri kita saat itulah kita memiliki hikmat.
Yusuf dalam kitab Kejadian merupakan seseorang yang mengalami berbagai macam penderitaan sejak ia masih di usia belia, dijadikan budak, dsb. Saat ia baru mengalami kenyamanan di rumah Potifar, justru saat itulah pencobaan terbesar dalam hidupnya. Istri Potifar menggodanya, tetapi tegas Yusuf “Bagaimana mungkin saya melakukan hal yang jahat di mata Tuhan?” Kalimat ini adalah kalimat hasil cetusan seseorang yang takut akan Tuhan. Tentu saja resiko harus ia tanggung yaitu ia difitnah lagi dan dipenjara kembali. Orang yang memiliki rasa fear of the Lord tentu saja hidupnya tidak mudah diombang-ambingkan.
Celakah Gereja, celakah pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki perasaan takut akan Tuhan, karena mereka akan menyeret umat dan bangsanya untuk menjadi rusak di hadapan Allah. Menjadi hal yang menarik sekali ketika kita mempelajari kitab Perjanjian Lama, khususnya kitab Tawarikh, Raja-raja, dsb. Ketika Daud mati dan digantikan oleh Salomo, kerajaan Israel pecah menjadi dua, Israel Utara dan Selatan. Setelah itu raja-raja bergantian memimpin mereka dan mereka mengalami masa-masa naik-turunnya kerohanian mereka. Semua itu ada satu kunci yang mempengaruhi yaitu pemimpin mereka. Sesaat mereka dipimpin oleh raja yang takut akan Tuhan, hingga membangun rumah Tuhan ataupun menghancurkan kuil-kuil berhala, sesaat kemudian mereka dipimpin oleh seseorang yang tidak takut akan Tuhan sehingga kuil-kuil penyembahan berhala dibangun kembali dan mereka kembali menyembah berhala. Inilah yang terjadi dalam sejarah manusia sepanjang jaman, jikalau pemimpin rohani tidak memiliki rasa fear of the Lord pastilah gereja dalam bahaya yang besar.
Bagaimana kita bisa takut akan Tuhan? Tatkala kita semakin mencintai Tuhan, tatkala kita semakin mengenal Tuhan. Kita memiliki rasa takut akan Tuhan. Sewaktu kita berbuat dosa, rasa takut akan Tuhan itu hilang dalam diri kita. Mengapa Saul berani memberontak akan Tuhan? Mengapa Daud saat itu berani melakukan apa yang jahat di mata Tuhan? Jawabannya hanya satu, pada saat itu rasa takut kepada Tuhan itu sudah hilang. Kita harus belajar mengenal dan mencintai Dia lebih lagi. Kita sering kali melakukan kebalikannya, yaitu semakin cinta Tuhan semakin kurang ajar. Semakin mengenal Tuhan semakin tidak takut akan Tuhan.
4/5
Ringkasan Khotbah - 27 Oktober 2013
Paradigma inilah yang harus kita ubah dalam hidup kita sehingga kita memiliki rasa takut akan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari (2Kor.7:1).
Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkhobah) KN.
5/5