Ringkasan Khotbah - 02 November 2014
Relasi Tuan dan Hamba Eksposisi 1 Ptr. 2:18-20 Ev. Calvin Renata, M.Div. Mulai dari 1 Ptr. 2:11, Petrus berbicara mengenai hal yang praktis yaitu etika bagaimana manusia harus hidup dengan sesamanya. Pertama, Petrus berbicara mengenai relasi rakyat dan pemerintah (ay.13), kemudian tentang kemerdekaan hidup orang percaya (ay.16). Lalu dalam ayat 18-20 Petrus berbicara mengenai hubungan antara tuan dan hamba.
Petrus memberikan nasihat bagaimana seorang hamba harus hidup di hadapan tuannya, yaitu supaya mereka tunduk kepada tuannya. Pembaca surat Petrus sebagian besar adalah pekerja atau orang yang harus bekerja kepada orang lain, karena jika tidak maka Petrus tidak perlu menuliskan hal ini.
Petrus tidak menggunakan kata hamba dan tuan yang sering dipakai. Paulus menulis hamba sebagai dolos, dan tuan sebagai kurios. Dalam bagian ini Petrus menggunakan kata oiketai (oikos = rumah) yang secara literal diartikan sebagai hamba rumah. Sedangkan tuan memakai kata despotes. Despotes kemudian diadaptasi ke dalam bahasa inggris menjadi despot (tirani). Kata despotes mempunyai pengertian yang sangat negatif, yang cenderung diterjemahkan sebagai penguasa /tirani. Di dalam konteks inilah Petrus memberikan nasihat kepada pembacanya. Dari pengertian bahasa aslinya, relasi antara budak dan tuannya adalah tidak menyenangkan.
Terjemahan LAI dalam 1Ptr. 2:18 mempunyai pengertian yang berbeda dibandingkan dengan bahasa aslinya. Terjemahan LAI: “Hai kamu, hamba-hamba tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu…”. Di dalam bahasa aslinya kalimatnya bukan seperti itu. NIV menerjemahkannnya menjadi “dengan ketakutan terhadap Allah, tunduklah kepada tuanmu”. Ketakutan kita seharusnya ditujukan kepada Allah, bukan kepada tuan kita.
Keunikan dari nasihat ini adalah Petrus tidak hanya memberikan nasihat supaya kita tunduk kepada tuan yang baik tetapi juga kepada tuan /majikan yang bengis. Petrus mengatakan supaya kita mau tunduk kepada tuan yang bengis sekalipun. Bahasa asli bengis adalah skolios (dari bahasa Yunani), kata ini mempunyai arti kata yang negatif yaitu bidat, sesat dan bisa juga berarti bengkok (bidat). Mengapa Petrus memberikan nasihat yang demikian?
1/5
Ringkasan Khotbah - 02 November 2014
Fokus dari ayat ke-18 adalah di dalam kata tunduk. Petrus tidak menyuruh kita untuk mencari atasan yang bengis. Kata tunduk dalam ayat ini bukan berarti kita menyetujui apa yang dilakukan oleh tuan kita atau ikut kejahatan tuan kita. Dalam suatu pekerjaan, manusia cenderung untuk menyenangkan hati atasannya. Dalam batasan tertentu hal ini masih diperbolehkan tetapi jika kita menyenangkan atasan dengan melakukan dosa atau hal yang tidak beres maka kita melakukan kejahatan di hadapan Tuhan. Kita tidak menjalani hidup yang terpisah antara gereja dan kehidupan sehari-hari.
Alkitab banyak menyatakan ketaatan kepada pemerintah tetapi ketaatan ini bersifat hierarki. Ketika pemerintah memberikan perintah yang melanggar perintah Tuhan maka kita harus lebih taat kepada Tuhan. Sama seperti anak yang tunduk kepada orang tua, istri kepada suami, ketundukan ini tidak bersifat mutlak tetapi bersifat hierarki. Kita harus lebih taat kepada Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan bersifat absolut. Jika kita bisa memegang prinsip etika ini maka kita bisa membedakan mana yang harus kita taati dan mana yang tidak, dengan segala konsekuensi dan resiko. Bisa jadi jika kita tidak taat kepada majikan maka kita akan mendapatkan perlakuan yang tidak adil tetapi kita harus ingat bahwa ketaatan kepada Tuhan harus di atas ketaatan yang lain. Petrus tidak mengajarkan kepada kita untuk tunduk secara mutlak kepada majikan kita.
Nasihat Petrus supaya tunduk kepada tuan kita juga bukan berarti bahwa kita tidak boleh mencari atasan /majikan yang lebih baik. Ayat ini bukan berarti kita harus mengabdi kepada majikan kita selama-lamanya. Nasihat ini bersifat conditional (bersyarat) yaitu selama kita mempunyai majikan yang berlaku tidak adil, kita tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan kita, tanpa harus ikut kejahatan, dan bila ada kesempatan yang lebih baik, kita boleh mencarinya.
Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel dijajah oleh bangsa Mesir. Mereka diperbudak oleh bangsa Mesir dan ketika mereka berdoa kepada Tuhan karena sudah tidak tahan siksaan Firaun, Tuhan mengirimkan Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel. Tuhan sendiri memaklumi dan menyetujui bahwa bangsa Israel sudah waktunya meninggalkan Mesir. Aplikasi dari ayat 18 ini bukanlah perintah, melainkan nasihat di dalam situasi khusus. Petrus memberikan suatu kekuatan bagi mereka bahwa selama jemaat masih mengabdi kepada majikan yang jahat, maka anggaplah masa itu adalah suatu kasih karunia jika kita menanggung penderitaan yang tidak seharusnya kita tanggung. Inilah cara Petrus memberikan penghiburan kepada pembaca suratnya.
Anugerah Tuhan datang ke dalam hidup kita melalui 2 cara yaitu melalui cara yang menyenangkan kita (berkat jasmani), tetapi anugerah juga datang melalui hal yang bersifat
2/5
Ringkasan Khotbah - 02 November 2014
menyakitkan. Inilah yang manusia tidak suka tetapi sering Tuhan berikan untuk melatih kita. Petrus mengatakan supaya ketika jemaat diperlakukan tidak adil, anggaplah itu sebagai anugerah Tuhan bagi kita.
Dalam ayat 19, terjemahan yang diberikan oleh LAI kurang tepat. Terjemahan LAI: “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah...”. Terjemahan yang lebih tepat adalah: “Sebab adalah kasih karunia, jika seorang menanggung perlakuan yang tidak adil karena kesadarannya akan Allah”. Jadi bukan karena sadar akan kehendak Allah. Maksudnya adalah saat anak Tuhan diperlakukan tidak adil oleh majikannya, kesadarannya (consciousness) akan Tuhan membuat jemaat Tuhan bisa bertahan menghadapi situasi yang seharusnya tidak dia tanggung. Anugerah Tuhan datang di dalam hidup kita melalui hal yang menyakitkan bila ketidakadilan terjadi bukan karena dosa atau kesalahan kita.
Ketika Petrus memberikan nasihat ini, Petrus menunjuk kepada khotbah Yesus di bukit mengenai kebahagiaan orang yang dianiaya karena kebenaran (Mat. 5:10). Tidak semua orang yang dianiaya boleh berbahagia. Orang yang dianiaya karena dosanya tidak patut berbahagia tetapi jika karena kebenaran mereka dianiaya, mereka harus berbahagia.
Hubungan antara Daud dan Saul merupakan contoh hubungan antara majikan dan hamba, dimana majikannya (Saul) berlaku tidak adil terhadap hamba (Daud). Seharusnya Saul menyenangi Daud yang mendatangkan keuntungan bagi kerajaannya, tetapi Saul begitu membenci Daud sampai ingin membunuh Daud. Hal ini bisa saja terjadi di dalam kehidupan kita. Dunia yang kita hidupi adalah dunia yang tidak adil. Kita bisa mendapatkan perlakuan yang tidak sepatutnya kita terima dari orang lain.
Anugerah apa yang bisa kita terima jika kita mengalami hal yang tidak baik dalam hidup kita? Ada 4 hal yang harus kita mengerti bahwa di balik penderitaan yang kita alami karena majikan atau orang lain yang lebih tinggi dari kita, dan melihat anugerah di balik penderitaan itu:
Pertama, kita harus mengerti bahwa Allah kita adalah Allah yang berdaulat atas alam semesta ini dan khususnya di dalam hidup anak-anak-Nya. Jika kita tidak memiliki cara pandang ini, kita akan mengalami depresi karena merasa semua hal jelek terjadi di dalam hidup kita. Tetapi jika kita percaya bahwa Allah yang mengatur hidup kita maka hal itu akan menolong kita untuk menemukan kebaikan dan rencana Tuhan di balik hal yang menyakitkan. Calvin mengatakan dalam Institutio bahwa Allah kita adalah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu, termasuk hal jelek yang terjadi pada kita. Dari kacamata Tuhan tidak ada kata kebetulan. Semuanya ada di
3/5
Ringkasan Khotbah - 02 November 2014
dalam rencana dan kedaulatan Tuhan, termasuk hal yang buruk sekalipun.
Theolog Reformed pertama yang memahami kedaulatan Allah di dalam Perjanjian Lama adalah Yusuf. Yusuf di awal hidupnya mengalami banyak kesusahan yang disebabkan oleh saudara kandungnya sendiri. Setelah Yusuf dewasa dan menjadi orang no 2 di Mesir, Yusuf mengerti maksud Tuhan di dalam hidupnya. Perspektif seperti Yusuf ini harus ada di dalam hidup kita. Tidak gampang melakukannya tetapi Petrus mengajak kita untuk melihat bahwa di balik penderitaan dan perlakuan yang tidak adil oleh orang lain, ada kedaulatan Allah dan anugerah Tuhan di balik semua yang kita alami. Orang Kristen hanya ada 2 macam saat mengalami kesusahan dalam hidupnya yaitu yang meninggalkan Tuhan dan yang menantikan anugerah dari Tuhan. Yang manakah kita?
Kedua, bagaimana kita bisa menemukan anugerah dan kasih karunia Tuhan di balik hal buruk yang terjadi di dalam hidup kita? Kita harus memiliki perspektif bahwa di balik semua hal yang terjadi, Tuhan sedang membawa kita untuk mengalami Tuhan lebih dalam lagi. Mazmur 23 seringkali menjadi bagian favorit bagi orang percaya tetapi hanya bagian awalnya saja. Bagian belakang dari Mazmur 23 dimana kesusahan terjadi, banyak orang tidak mau membaca atau menghapalkannya. Daud ingin memberikan perspektif pengenalannya kepada Tuhan, ada 2 macam pengenalan akan Tuhan. Ada perspektif yang menyenangkan dan tidak. Justru di saat hidup tidak menyenangkanlah kita dapat merasakan kekuatan dan penghiburan dari Tuhan.
Kita seringkali hanya mau mengalami anugerah Tuhan yang menurut kita menyenangkan, tetapi Petrus mengingatkan bahwa anugerah bisa datang melalui lembah kekelaman. Di dalam teologi Reformed seringkali kita meniadakan pengalaman tetapi hal ini tidak benar. Banyak tokoh Alkitab yang mengalami pengalaman rohani dengan Tuhan. Memang pengalaman rohani tidak boleh dijadikan doktrin tetapi sebaliknya pengalaman seharusnya muncul dari doktrin yang benar. Kita juga tidak boleh anti dengan pengalaman rohani. Daud menyatakan Mazmur 23 berdasarkan pengalaman rohaninya dengan Tuhan. Dan melalui perlakuan tidak adil yang kita alami, kita bisa mengalami Tuhan lebih dalam lagi dalam hidup kita. Kekristenan zaman sekarang sebenarnya sedang mengajarkan kepada kita untuk takut mengalami kesulitan dan penderitaan. Padahal saat kita mengalami kesulitan yang bukan karena dosa, di situ Tuhan sedang memberikan kita anugerah baru.
Ketiga, kita bisa menemukan anugerah di balik penderitaan ketika kita mengampuni. Tuhan menginginkan kita untuk belajar mengampuni dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Walaupun hal ini tidak gampang dilakukan tetapi jika kita bisa melalui ujian ini, hal ini bisa menjadi kemenangan di dalam hidup kita. Hidup dalam dunia yang tidak sempurna akan ada banyak hal yang tidak adil. Menyimpan kebencian sama sekali tidak ada manfaat bagi kita.
4/5
Ringkasan Khotbah - 02 November 2014
Bagaimana kita bisa belajar hal yang baik dari hal yang tidak baik adalah dengan belajar mengampuni. Doa paling indah dalam Perjanjian Baru adalah doa Tuhan Yesus di kayu salib. Yesus mengampuni orang yang telah menyiksa-Nya di kayu salib.
Keempat, kita bisa belajar untuk tidak memperlakukan orang lain seperti yang kita alami. Ketika kita diperlakukan tidak adil, semena-mena oleh atasan kita, dalam momen ini kita harus bertekad supaya kita tidak memperlakukan orang lain dengan semena-mena. Kita harus belajar untuk menang melawan kejahatan dan perlakuan tidak adil. Jika kita membalasnya kepada orang lain maka apa bedanya kita dengan orang dunia?
Inilah nasihat Petrus kepada kita, bagaimana kita berelasi dengan orang lain di dalam dunia ini. Dunia tidak sempurna. Marilah kita terus belajar menyangkal diri dan memikul salib dalam memenangkan peperangan rohani ini. (Transkrip ini belum diperiksa pengkhotbah, MD)
5/5