Ringkasan Khotbah - 22 Mei'11
Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata Tatkala Allah membuat satu perjanjian (covenant) dengan manusia, kita melihat ada semacam satu paradoks yang sering dilupakan sekaligus sering dipertanyakan orang. Paradoks apakah? Pada waktu Allah memanggil bangsa Israel menjadi umat pilihan-Nya, di situ Allah memilih dan memanggil bangsa Israel tanpa memberi syarat apapun pada mereka. Mengapa Allah memilih mereka? Apakah bangsa Israel lebih baik dan lebih suci dari bangsa-bangsa lain? Tidak. Allah memilih bangsa Israel dari sekian banyak bangsa untuk menjadi umat kesayangan-Nya, tanpa syarat apapun! Tuhan telah memilih bangsa Israel melalui Abraham untuk menjadi umat pilihan-Nya.
Tetapi ketika Allah telah memilih mereka menjadi umat-Nya, barulah Allah memberikan satu syarat bagaimana bangsa Israel harus hidup di hadapan Allah sebagai umat kesayangan-Nya. Inilah yang sering dilupakan oleh kita pada waktu kita membaca kitab Perjanjian Lama. Allah memilih tanpa syarat, tetapi setelah dipilih barulah syarat itu diberikan. Karena itu dalam Perjanjian Lama kita sering membaca kalimat, “Kuduslah kamu sebab Aku ini Allahmu Kudus.” Kalimat ini diulang tiga kali mulai dari Kejadian sampai Ulangan, dan dikutip oleh Petrus dalam Perjanjian Baru. Ketika Allah memanggil 12 suku Israel untuk melayani-Nya, Allah memberikan 1 syarat yang lebih berat kepada satu suku ketimbang kepada suku yang lain, yaitu suku Lewi.
Dalam Imamat 21, Tuhan menjabarkan syarat-syarat seorang imam. Seorang imam tidak boleh menyentuh mayat dan tidak boleh membiarkan janggutnya terurai tidak terawat. Jika demikian, apakah Allah bersifat dikotomi/ dualistik? Mengapa Allah di satu pihak memilih bangsa Israel tanpa syarat apapun tetapi kemudian diberikan syarat kepada mereka? Dualisme adalah satu pandangan yang memiliki standar ganda. Contoh: sebagai orang tua secara tidak sadar kita seringkali memiliki standar yang berbeda-beda bagi anak-anak kita, untuk hal yang sama yang satu anak diperbolehkan dan anak yang lain tidak. Kita jangan berpikir Allah memiliki dobel standar seperti manusia. Justru Allah memilih bangsa Israel tanpa syarat di tengah-tengah keberdosaan mereka untuk dijadikan umat Allah. Persyaratan yang diberikan tersebut justru karena Tuhan menginginkan bangsa Israel hidup berbeda dari bangsa-bangsa lain, tidak lagi hidup menurut persyaratan bangsa-bangsa lain. Mereka yang hidup sebagai umat Allah hidup berdasarkan standar yang Allah berikan pada mereka. Dalam diri Allah tidak ada inkonsistensi. Allah bekerja melampaui akal manusia.
1/5
Ringkasan Khotbah - 22 Mei'11
Paulus sebagai orang Yahudi yang dididik dalam hukum Taurat sangat mengerti apa yang ditulisnya dalam 1 Timotius 3 ini. Pada waktu Tuhan Yesus dalam Matius 16 berkata pada Petrus, “Di atas batu karang ini Aku mendirikan jemaat-Ku,” Ia tidak sedang bicara mengenai organisasi atau sistem pemerintahan sebuah gereja. Kita bersyukur Kristus yang menjadi fondasi gereja dan Paulus yang memberikan satu bangunan kerangka di atasnya. Di antara 13 surat Paulus, paling tidak ada 2 surat ketika Paulus bicara soal siapakah yang boleh melayani Tuhan (yaitu kitab 1 Timotius dan Titus). Paulus mengerti konsep yang sudah ada dalam Perjanjian Lama yaitu ketika orang dipanggil untuk melayani Allah ia harus memenuhi persyaratan tertentu. Paulus bukan sedang mengajarkan sesuatu yang baru. Konteks Perjanjian Lama berbeda dengan Perjanjian Baru tetapi esensinya sama. Paulus bukan bicara soal jasmaniah, bagi Paulus ini tidak penting. Paulus bicara soal integritas hidup seorang pelayan Tuhan. Ini fokus kita. Paulus mau bicara tentang Allah dan pelayan-pelayan-Nya.
Ayat 1 dalam Alkitab versi bahasa Inggris lebih jelas: Jika seseorang menetapkan hatinya untuk menjadi seorang penilik jemaat, seorang penatua, ia menginginkan di dalam hatinya sebuah pekerjaan yang mulia. Paulus berbicara tentang filosofi hidup umat Allah. Paulus berbicara tentang nilai hidup umat Allah. Apa sih hidup yang mulia? Apa sih pekerjaan yang indah? Kita hidup dalam zaman modern yang sedang beralih ke zaman postmodern dengan nilai-nilai yang terus berubah. Nilai-nilai zaman ini berbenturan dengan kekristenan, bertolak belakang dengan cara pandang Alkitabiah. Nilai-nilai yang kita pegang sebagai orang Kristen seringkali telah tercemar dengan sekularisme.
Misalnya saja apa definisi kita tentang pekerjaan yang indah itu? Mungkin kita berpikir hal itu adalah kalau kita menjadi direktur, bos, dsb. Paulus sebaliknya mengatakan bahwa pekerjaan yang indah itu adalah melayani Tuhan sendiri. Ketika Tuhan menciptakan Adam dan Hawa Alkitab memberi kita prinsip yang begitu penting. Tuhan menciptakan manusia dalam tiga unsur yang membedakan kita dengan seluruh ciptaan lain:
1.The true holiness. Kekudusan sejati. Karena itu manusia dapat menyembah Tuhan.
2.The true knowledge. Pengetahuan yang sejati sehingga manusia dalam pengetahuan yang benar akan Allah dapat menjadi seorang murid dari Allah yang benar.
3.The true righteousness. Kebenaran yang sejati sehingga manusia bisa melayani Tuhan.
2/5
Ringkasan Khotbah - 22 Mei'11
Mengapa manusia disebut peta dan teladan Allah? Karena ketiga unsur ini tidak diberikan Tuhan pada ciptaan yang lain. Ketika manusia jatuh dalam dosa, ketiga unsur ini hilang. Manusia tidak tahu lagi bagaimana harus menyembah Allah, bagaimana harus melayani Tuhan, dan bagaimana menjadi seorang murid dari kebenaran Allah. Setelah Tuhan menebus manusia dalam Yesus Kristus, gambar dan rupa Allah itu dipulihkan di dalam kebenaran yang sejati, kekudusan sejati, dan pengetahuan yang benar. Maka manusia kembali bisa menjadi penyembah Allah, melayani Tuhan, dan hidup dalam pengenalan akan kebenaran yang sesungguhnya.
Paulus dalam bagian ini bicara mengenai satu kualifikasi/ syarat pelayan Tuhan. Mengapa kita bisa melayani sebagai pelayan Tuhan? Karena kita sudah dipulihkan. Paulus mengingatkan pembacanya dan kita semua bahwa setiap orang yang menginginkan pekerjaan sebagai penilik jemaat adalah orang yang menginginkan pekerjaan yang indah. Masalahnya dalam gereja, mengapa begitu sulit mencari pekerja bagi Tuhan? Mengapa begitu susah mencari orang untuk melayani? Ketika gereja sudah mulai memilih orang-orang untuk melayani biasanya mereka lebih banyak menolak daripada menerimanya. Bagaimana kita bisa mengerti bahwa melayani Tuhan adalah sesuatu yang indah dalam hidup kita? Yaitu dengan mengubah paradigma kita tentang pelayanan. Banyak orang berpikir bahwa melayani Tuhan membuat hidup repot saja. Seringkali kita menganggap bahwa melayani adalah beban. Paulus memberikan pengertian yang berbeda. Kita harus mengerti bahwa Tuhan tidak memberikan anugerah ini, hak ini, kepada semua orang. Lalu hak ini Tuhan berikan kepada kita.
Dalam kita melayani Tuhan, paradigma berpikir kita harus diubah. Melayani Tuhan bukan beban, bukan sekedar killing time (untuk membuang waktu/ mengisi waktu senggang saja) tetapi melayani Tuhan adalah satu anugerah yang Tuhan berikan pada kita yang tidak Tuhan berikan pada semua orang di bumi ini. Siapakah kita sehingga Tuhan memberikannya pada kita? Paulus berbicara mengenai hakekat pelayanan yang indah dan mulia. Ini bukan berarti pelayananan sesuatu yang gampang. Paulus memberikan beberapa hal untuk kita renungkan:
1) Seorang pelayan Tuhan harus mengerti tentang sifat Allah yang ia layani. Paulus menyebutkan ada lebih dari 20 kriteria. Paulus tidak sekedar bicara soal syarat berorganisasi. Paulus melampaui apa yang organsisasi katakan. Paulus bicara tentang sifat dari Allah. Mengapa? Karena dalam melayani Tuhan kita harus mengerti sifat dari Allah yang kita layani. Maka dalam salah satu persyaratan ini, Paulus mengatakan seorang yang mau melayani Tuhan harus suami dari satu istri, bukan seorang pemabuk, bukan orang yang cinta uang.
Kita harus tahu latar belakang zaman di mana Paulus hidup. Paulus hidup dalam budaya Helenistik, perpaduan budaya Yunani dan Romawi. Kekristenan/ gereja bukan satu-satunya
3/5
Ringkasan Khotbah - 22 Mei'11
institusi rohani yang ada pada zaman itu. Dalam budaya Helenistik manusia menyembah kepada dewa-dewa kafir sekaligus juga bisa melakukan hal-hal yang berdosa dan imoral. Di sana ada kuil dewa-dewa dan pelacuran dalam ibadah mereka. Mereka beribadah sambil melakukan dosa di depan dewa mereka dan itu tidak masalah. Maka apa yang Paulus tuliskan adalah sengaja untuk mengkontraskan, membandingkan: agama-agama lain sambil melayani boleh memiliki istri banyak, kamu tidak boleh; agama lain bisa sambil mabuk sambil melayani, kamu tidak boleh; agama lain bisa melakukan hal-hal imoral, kamu tidak boleh karena Allah yang kamu layani punya sifat yang berbeda dengan dewa-dewa mereka. Paulus bukan memberikan sesuatu yang baru tetapi mengingatkan apa yang sudah Allah nyatakan dalam Perjanjian Lama. Ada satu pepatah: Waktu kita ingin tahu siapa allah/ dewa yang seseorang anut, kita bisa melihat siapa model pelayan yang melayaninya. Seorang filsuf Yunani, Socrates, mengatakan: Kenalilah dirimu. Kalimat ini benar. Kita harus mengenali diri. Tetapi tidak boleh berhenti di sini. Paulus melampaui Socrates. Paulus ingin berkata: Jangan hanya mengenali dirimu, tetapi kenalilah Siapa Allah yang engkau layani.
Dalam Perjanjian Lama ada satu keluarga yang gagal melayani Tuhan dengan ironis sekali, yaitu keluarga Imam Eli. Imam Eli memiliki 2 anak, Hofni dan Pinehas yang melayani Tuhan tanpa mengenal Siapa Allah yang mereka layani. Setiap kali seseorang membawa persembahan ke kemah pertemuan untuk dipersembahkan pada Tuhan, Hofni dan Pinehas mencegat mereka dan mengambil bagian yang terbaik kemudian sisanya dipersembahkan pada Tuhan. Pada saat yang sama mereka suka berzinah di hadapan Tuhan. Mereka pikir mereka anak-anak dari imam karena itu dapat melayani Tuhan semaunya sendiri. Tuhan menghukum keluarga Eli: di antara keturunannya tidak ada lagi yang menjadi pelayan Tuhan.
2) Paulus sedang bicara tentang kelemahan/ potensi berdosa seorang pelayan Tuhan. Ketika kita membaca 13 ayat ini jangan kita salah menyangka bahwa Paulus mengatakan bahwa kita harus jadi orang hebat dulu rohaninya baru dapat melayani Tuhan. Jika demikian adanya maka hal ini tidak mungkin dilakukan. Apa yang Tuhan wahyukan pada kita adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk dilakukan jikalau kita bersandar kepada Dia. Karena itu dalam bagian ini Paulus bukan bicara soal kehebatan manusia. Siapa yang mampu melakukan semua ini? Tidak ada. Seorang pelayan Tuhan adalah seorang yang hidupnya harus bergantung sepenuhnya akan pimpinan, kuasa, penyertaan, dan anugerah dari Roh Kudus bukan dengan kekuatan manusia. Mengapa? Karena semua kualifikasi yang Paulus tuliskan di sini adalah persyaratan yang bertentangan dengan sifat dosa yang masih ada dalam diri kita. Karena itu kita harus bergantung bukan pada diri tetapi pada Tuhan saja. Pelayanan kita pada Tuhan bukanlah suatu karir untuk menunjukkan kekuatan diri. Tanpa Tuhan engkau dan saya begitu lemah sekali. Kita sangat berpotensi untuk jatuh.
3) Paulus ingin mengingatkan gereja sepanjang zaman bahwa tugas gereja yang seringkali diabaikan adalah mendidik jemaat untuk mempersiapkannya menjadi pelayan-pelayan Tuhan.
4/5
Ringkasan Khotbah - 22 Mei'11
Mengapa bisa terjadi kesesatan dalam gereja? Karena gereja tidak mempersiapkan orang untuk mengerti kebenaran firman Tuhan. Siapa yang harus mempersiapkan jemaat untuk menjadi pelayan yang baik? Gereja. Gereja tidak boleh menyerahkan tanggung jawab ini kepada institusi dunia yang tidak Alkitabiah. Maka Paulus menuliskan bagian ini bukan kebetulan tetapi merupakan peringatan bagi gereja supaya mempersiapkan jemaatnya menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang benar.
Jikalau kita sudah melayani Tuhan, layanilah Tuhan dengan baik karena ini adalah anugerah yang Tuhan tidak berikan pada semua orang, tetapi kepada umat pilihan-Nya. Apa yang indah di hadapan Tuhan adalah melayani Dia, karena itulah fungsi dan panggilan kita yang sudah ditebus oleh Tuhan dan ada kualifikasi yang sudah Tuhan berikan pada kita sehingga kita tidak sembarangan melayani Dia.
Ringkasan ini belum diperiksa oleh Pengkotbah. (VP)
5/5