TEOLOGI PERJAMUAN KUDUS MENURUT LUTHER, ZWINGLI, DAN CALVIN Oleh: Queency Christie Wauran Pendahuluan Pengajaran tentang Perjamuan Kudus didasarkan atas perintah Yesus sendiri dalam 1 Korintus 11:23-25; Matius 26:26-30; Markus 14:22-24; Lukas 22:29-20. Perjamuan ini sendiri berasal dari Perjamuan yang diadakan Tuhan Yesus beserta murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia ditangkap untuk disalibkan (1 Kor. 11:23; Mrk, 14:22; Mat 26:26; Luk 22:14). Ketika Yesus mengambil roti memecahkannya serta memberikannya kepada murid-murid-Nya, sambil berkata: “Inilah tubuhku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1Kor. 11:24). Iajuga berkata; “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (1 Kor. 11:25). Jadi, Perjamuan Kudus menghadapkan diri kepada kematian Yesus dan kebangkitan-Nya yang telah nyata, bahwa kematian-Nya itu telah menghasilkan keselamatan bagi yang mempercayainya. Di dalam sejarah gereja perbedaan pandangan dalam perjamuan kudustelah diperdebatkan sejak lama. Hingga saat ini, masih ada terdapat perbedaan yang tajam dan dalam, baik mengenai pendapat maupun cara Ekaristi dalam Gereja Roma, dibandingkan dengan perayaan Perjamuan Kudus di gereja-gereja Reformasi. Awal perbedaan pandangan ini muncul ialah pekerjaan para reformator untuk menentang Gereja Katolik.Menarik karena pada akhirnya perbedaan ini tidak hanya ada di antara Gereja Katolik dan para pemimpin reformasi saja, bahkan dalam kubu reformasi pun terjadi perpecahan pada abad ke-16 sebagai akibat dari
perbedaan pendapat mengenai perjamuan kudus ini. Dan sampai saat ini juga masih menimbulkan banyak kendala dalam upaya untuk mencari kesatuan antara kaum Lutheran dan Calvinis.Bagaimana pun juga dapat dikatakan bahwa untuk banyak pemikiran teologi, baik Luther, Zwingli, maupun Calvin mempunyai pandangan yang sama atau sepakat. Hanya dalam pemikiran tentang sakramen Perjamuan Kudus inilah mereka jelas berbeda.Dan perbedaan itu terlihat dan bisa dirasakan sampai saat ini.Secara umum yang diperdebatkan mengenai sakramen perjamuan kudus ini adalah bagaimana mengartikan perkataan Tuhan Yesus “Inilah tubuh-Ku” dan “Inilah darah-Ku”, dengan bagaimanakah cara Kristus hadir, apakah Kristus hadir secara nyata, juga apakah roti dan anggur berubah atau tidak?Oleh karena itu, menarik untuk dijelaskan perbedaan teologi perjamuan kudus ini baik menurut Gereja Katolik, Luther, Zwingli, dan Calvin. Pandangan Mengenai Sakramen Untuk memulai penjelasan panjang mengenai perdebatan dalam sakramen Perjamuan Kudus, maka harus dimulai dengan perbedaan pandangan yang dianut masing-masing tentang sakramen. Karena berdasarkan pandangan masing-masing mengenai apa itu sakramenlah yang membentuk pandangan mereka secara khusus tentang sakramen perjamuan kudus.Dalam jumlah sakramen seperti diketahui bahwa Gereja Katolik memercayai bahwa ada 7 sakramen dalam gereja.Sakramen-sakramen itu adalah baptisan, konfirmasi (peneguhan), ekaristi, penebusan dosa, pengurapan orang sakit, penahbisan dan pernikahan.1Pandangan inilah yang ditolak oleh para reformator.Dapat dikatakan persamaan para reformator akan pemikiran sakramen ini adalah sama-sama menolak jumlah sakramen dalam Gereja Katolik. Mereka 1
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 242.
memercayai bahwa hanya ada dua sakramen saja dalam gereja yaitu sakramen baptisan dan Perjamuan Kudus.Yang lainnya tidak dapat disebut sakramen.Tentunya ini dengan alasannya masing-masing. Mengenai arti sakramen, dalam Katekismus Heidelberg dijelaskan bahwa sakramen adalah akta-akta atau upacara-upacara yang ditetapkan oleh Allah, dengan maksud untuk berfungsi sebagai tanda-tanda dari janji Allah, yang disampaikan-Nya kepada kita dalam firmanNya.2 Sedangkan Gereja Katolik Roma dalam Konsili Trente menyatakan bahwa sakramen adalah sesuatu yang dinyatakan untuk dialami, yang memiliki kuasa, oleh penyelenggaraan ilahi, bukan hanya menyatakan pentingnya anugerah, tetapi juga efisien membawa anugerah.3 Calvin dengan jelas menyadari akan perbedaan-perbedaan antara Luther dan Zwingli dan ia berusaha untuk berada pada jalan tengah di antara pandangan mereka. Jadi Calvin menjelaskan dua definisi tentang sakramen yaitu sebagai “simbol eksternal yaitu bahwa Tuhan memeteraikan pada hati nurani kita janji-janji-Nya akan kehendak yang baik kepada kita demi menopang kelemahan iman kita”, dan sebagai “tanda yang kelihatan dari perkara yang suci atau bentuk yang dapat kelihatan dari anugerah yang tidak kelihatan.” Bagi Calvin, sakramensakramen merupakan akomodasi (bantuan) yang penuh anugerah bagi kelemahan kita.4 Terdapat banyak perdebatan yang muncul mengenai sakramen perjamuan kudus ini, mulai dari unsur di dalamnya, makna teologisnya, cara merayakannya, frekuensi pelaksanaannya, juga mengenai siapa yang layak mendapat bagian di dalamnya, dan bahkan mengenai pantas tidaknya anak-anak turut dalam Perjamuan Kudus itu. Penjelasan yang 2
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 4. Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi (Makassar: STT Jaffray, 2013), 133. 4 Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 236. 3
panjang dibutuhkan untuk menjelaskan ini. Oleh karena itu, tidak semuanya akan dibahas dalam makalah ini. Beberapa poin inti yang membedakannyalah yang akan dibahas. Arti Sakramen Perjamuan Kudus Menurut Katekismus menjelaskan bahwa Perjamuan Kudus adalah suatu sakramen, di mana dengan memberi dan menerima roti dan anggur sesuai dengan ketetapan Kristus, kematian-Nya diberitakan; dan orang-orang yang menerimanya dengan cara yang layak, bukan secara jasmaniah atau kedagingan, melainkan melalui iman, dijadikan berbagian di dalam tubuh dan darah-Nya, dengan semua berkat-berkat dari-Nya. Dengan demikian mereka mendapatkan makanan rohani dan bertumbuh dalam anugerah.5 Pada masa reformasi sakramen dipandang sebagai akomodasi ilahi atas kelemahan manusia.Inilah yang dijelaskan Calvin.Oleh karena mengetahui kesulitan kita dalam menerima firman dan janji-Nya, Allah telah melengkapi firman-Nya dengan tanda-tanda yang dapat dilihat dan diraba tentang anugerah-Nya. Luther mendefinisikan sakramen sebagai janji-janji dengan tanda-tanda yang dilampirkan kepada mereka atau tanda-tanda ilahi yang ditetapkan dan janji akan pengampunan dosa.6Sementara Zwingli melihat sakramen sebagai sumpah atau jaminan di mana sakramen merupakan jaminan ketaatan dan kesetiaan. Sakramen adalah cara yang memungkinkan seseorang dapat membuktikan dan mendemonstrasikan kepada gereja tentang imannya.7 Dari penafsiran akan arti sakramen ini, para reformator menjelaskan teologi mereka mengenai Perjamuan Kudus.
5
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 2 (Surabaya: Momentum, 2008), 167. Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 209-211. 7 Ibid., 222. 6
Selain arti sakramen, perlu dijelaskan juga tujuan dilaksanakannya sakramen Perjamuan Kudus ialah seperti berikut: Sebagai suatu peringatan akan kehidupan dan kematian Tuhan kita sebagai pengorbanan-Nya untuk menggenapkan keadilan-Nya (Luk. 22:19). Di dalam Perjamuan Kudus diproklamasikan fakta Injil (1 Kor. 11:26) juga untuk mempersiapkan diri pada kedatangan-Nya kedua kali (1 Kor. 11:26).Perjamuan Kudus mengingatkan kita pada kesatuan kita dengan sesama di dalam tubuh Kristus dan persekutuan yang kita bagikan sebagai saudara di dalam anggota tubuh Kristus (1 Kor. 10:17).Perjamuan Kudus berbicara tentang sumber hidup baru yaitu perjanjian baru (Luk. 22:20). Perjamuan kudus menyatakan adanya berkat yang diberikan di bawah perjanjian yang baru lewat pengudusan dan berkat kemuliaan pada masa yang akan datang (1 Kor. 11:26).8 Perjamuan Kudus menurut Gereja Roma Katolik Gereja Katolik Roma memahami sakramen sebagai saluran anugerah Allah. Jadi mereka menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat. Tidak cukup hanya kesetiaan terhadap Gereja saja melainkan mengikuti sakramen juga untuk selamat.Gereja Roma Katolik pada saat itu memercayai ajaran Perjamuan Kudus bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan – “Inilah tubuhku… Inilah darah-Ku…” – substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.9Ajaran inilah yang dikenal dengan transustansiasi.Jadi Gereja Katolik mengatakan bahwa roti dan anggur telah berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (transsubstansiasi) pada saat ditahbiskan (konsekrasi) dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus.Setiap Perjamuan Kudus dilakukan diyakini bahwa setiap kali Yesus mengorbankan ulang tubuh dan darah-Nya untuk keselamatan manusia berdosa. Oleh karena itu ketika perjamuan kudus, Gereja Katolik membagikan tubuh Kristus dalam rupa roti yang disebut komuni. Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada 8 9
Daniel Ronda, Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi, 134-135. J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 20.
partisipasi umat dalam persitiwa karya penebusan Tuhan yang dihadirkan pada waktu doa syukur agung yang dibawakan oleh imam. Komuni yang umat terima akan menghubungkan dan memasukkan umat ke dalam karya penebusan Tuhan itu.Itulah sebabnya, dalam Katolik juga mereka sangat menghargai dan menjaga roti itu, jangan sampai jatuh ke lantai.Namun anggur tidak dibagikan kepada jemaat. Dalam ajaran Katolik Roma, peran iman atau percaya tidak banyak memainkan peranan.Yang diutamakan di sini adalah objektivitas dari Perjamuan Kudus yaitu misa yang dilayani atau dilakukan.Sehingga iman dari objek yang merasakannya hampir-hampir tidak mendapat perhatian.Dalam ajaran ini misa dianggap sebagai pekerjaan yang dilakukan (opus operatum).Ia adalah suatu “korban” yang dipersembahkan oleh imam atau gereja.10Jadi, misa dipandang sebagai sesuatu pekerjaan yang baik yang dapat menghasilkan pahala, bahkan keselamatan.Karena itu para imam menanggap bahwa jika mereka melayani misa, mereka mempersembahkan Kristus sebagai korban kepada Allah. Pada konsili ke-4 di Lateran (1215), ajaran transubstansiasi disahkan menjadi dogma gereja.Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Aquino (1274).Di konsili Trente (15451563) diteguhkan dan dikuatkan ajaran transsubstansiasi sebagai jawaban gereja Roma Katolik atas Reformasi.11Konsili ini dengan kuat mempertahankan baik ajaran maupun terminologi transubstansiasi.“Oleh penyucian atas roti dan anggur suatu perubahan terjadi atas keseluruhan substansi dari roti itu menjadi substansi tubuh Kristus dan keseluruhan substansi anggur itu menjadi darah Kristus.”12
10
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 29-30. G. C. van Niftrik - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 455. 12 Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 243. 11
Teologi Perjamuan Kudus menurut Luther Salah satu hal yang ditolak oleh para reformator dalam pembaruan ajaran Gereja adalah konsep Gereja Katolik seperti yang dijelaskan di atas yaitu doktrin transubstansiasi.Dapat dikatakan bahwa Luther adalah orang pertama yang menentang ajaran ini.Ada banyak tulisantulisan dan pemikiran Luther yang menguraikan tentang Perjamuan Kudus.Di mulai dari maksud perjamuan Kudus, Luther mengartikan Perjamuan Kudus bertolak dari kata-kata penetapan yaitu sebagai firman Allah, peraturan, dan perintah-Nya.Perjamuan Kudus ditetapkan oleh Kristus sendiri, bukan hasil pikiran manusia.Jadi Perjamuan Kudus adalah tubuh dan darah yang benar dari Kristus, yaitu tubuh dan darah yang diberikan kepada kita anggota-anggota jemaat di dalam dan di bawah roti dan anggur untuk dimakan dan diminum menurut firman dan penetapan Kristus. Firman itulah yang membuat Perjamuan Kudus menjadi Perjamuan Kudus dan firman-lah yang membedakannya, supaya Perjamuan Kudus bukanlah roti dan anggur biasa melainkan tubuh dan darah Kristus.13Ini untuk menolak kepercayaan Gereja Katolik yang menanggap bahwa sakramen memiliki posisi yang tinggi dan dapat membawa keselamatan dibanding firman. Untuk merayakan Perjamuan Kudus, menurut Luther harus memerhatikan dua hal yaitu, penyesalan dan percaya dan dia menekankan kesatuan orang-orang percaya.Kesatuan ini disebut juga kesatuan hati.Oleh sebab itu Perjamuan Kudus disebut suatu persekutuan atau commmunio.Bagi Luther, communion atau persekutuan ini sangat penting karena di dalamnya
13
J. L. Ch. Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 44-45.
tiap-tiap orang yang merayakan Perjamuan Kudus menerima segala pemberian rohani dari Kristus. Dan sebaliknya juga mendapat bagian dalam penderitaan.14 Mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus, Luther percaya berdasarkan perkataan Yesus dalam kata-kata penetapan maka kita menerima (percaya), bahwa roti dan anggur di sini adalah benar-benar tubuh dan darah Kristus.Luther menolak ajaran tentang transubstansiasi Gereja Katolik. Tetapi ia tidak menolak kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam roti dan anggur.Ajaran Luther ini disebut dengan kon-substansiasi (kon=sama-sama): roti dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu.15 Untuk memperjelas hubungan antara tubuh dan darah Kristus pada satu pihak dan roti dan anggur pada satu pihak, ia memakai suatu kiasan. Ia katakan: api dan besi adalah dua substansi, tetapi kalau besi diletakkan di dalam api, maka kedua substansi itu bercampur baur begitu rupa, sehingga tiap-tiap bagian adalah besi dan api.16 Jadi, Luther percaya bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah benar-benar roti dan anggur adalah benar-benar anggur. Dalam suatu cara yang tersembunyi tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus berada dalam roti dan anggur. Luther mengatakan bahwa dia percaya bukan saja tubuh Kristus berada di dalam roti dan anggur, tetapi juga bahwa roti dan anggur adalah tubuh dan darah Kristus.17Luther mengatakan memang secara rasional mungkin
14
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 21-22 H. Berkhof, dan IH Enklaar, Sejarah Gereja(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 131-132. 16 Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 32. 17 Ibid.,33. 15
kehadiran tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus tidak dapat dipahami.Sungguhpun demikian kehadiran Kristus di situ tetap harus dipercayai. Mengenai kata-kata penetapan, bagi Luther, kata-kata penetapan Perjamuan Kudus adalah kata-kata kehidupan.Ini dianggap sebagai kata-kata yang paling utama dari seluruh Injil.Bahkan lebih penting dari perjamuan itu sendiri.Luther bahkan berkata, “kata-kata penetapan harus dipercayai, kata-kata itu menyelamatkan.” Itulah sebabnya ia menolak interpretasi
yang mengatakan bahwa ucapan Yesus, “Ini adalah daging-Ku” berarti “Ini
menandai daging-Ku”.18Inilah perbedaan besar antara Luther dan Zwingli. Luther menolak kepercayaan yang menekankan bahwa Perjamuan Kudus dirayakan bukan karena Allah membutuhkannya, tetapi kitalah yang membutuhkannya.Perjamuan Kudus adalah karunia Allah untuk kita. Oleh sebab itu Perjamuan Kudus harus diterima dengan percaya dan merayakannya dengan cara yang benar. Karena itu ganti “opus operatum” (pekerjaan yang dilakukan) Luther menggunakan “opus operatis” (pekerjaan yang dilakukan oleh dia yang percaya).Jadi, Luther menekankan percaya itu.19 Luther juga menentang Gereja Katolik bahwa anggota jemaat yang merayakan Perjamuan Kudus harus menerima baik roti maupun anggur, sesuai dengan perintah Yesus dalam Matius 26:27. Darah Kristus dicurahkan juga untuk anggota-anggota jemaat karena itu gereja tidak berhak melarang mereka minum anggur perjamuan. Sehingga bagi Luther misa bukanlah pekerjaan dan bukanlah korban seperti yang dipercaya Gereja Katolik.Perjamuan Kudus baginya bukanlah suatu “sacrificum” melainkan “testamentum”.Bahkan Luther menolak ajaran Gereja Katolik yang menganggap misa sebagai 18 19
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 36. Ibid., 30.
suatu pekerjaan yang baik yang menghasilkan pahala melainkan Perjamuan Kudus adalah anugerah Allah.Perjamuan Kudus adalah janji tentang pengampunan dosa yang dikokohkan oleh kematian Anak Allah.Oleh sebab itu janji ini harus diteruskan dan dibagikan kepada orangorang percaya lainnya.Itulah sebabnya Luther sangat menekankan “percaya”.Karena Perjamuan Kudus adalah suatu janji maka itu hanya dapat diterima dengan percaya.Janji ini didengar dari firman yang diucapkan melalui kata-kata penetapan dalam perjamuan kudus.Jadi, bagi Luther hanya oleh percaya (sola fide) kita dapat pergi ke Perjamuan Kudus.20 Menurut Luther, dalam Perjamuan Kudus Allah tidak saja memberikan suatu “jaminan” dan suatu “tanda”, tetapi lebih daripada itu Ia memberikan “karunia-Nya” sendiri, yaitu karunia yang dijamin dan ditandai dalam Perjamuan Kudus. Ini diberikan untuk menjadi makanan setiap hari, agar supaya iman dapat pulih kembali dan menjadi kuat.Dari sini muncul pertanyaan, apakah roti dan anggur dapat mengampuni dosa dan menguatkan iman?Maka Luther menjawab bahwa pengampunan dosa pada satu pihak hanya terkandung dalam firman Tuhan.tetapi pada lain pihak pengampunan dosa juga terikat pada tubuh dan darah Kristus dalam Perjamuan Kudus.21 Teologi Perjamuan Kudus menurut Zwingli Zwingli tidak setuju dengan pengertian sakramen yang dijelaskan Luther. Menurut Zwingli, sakramen bukanlah sesuatu yang suci, yang membebaskan hati nurani manusia dari dosa oleh karena kuasa sakramen. Ia mengingatkan bahwa sakramen berarti jaminan, atau janji, atau sumpah. Sakramen tidak pernah mempunyai arti, yang mengandung sesuatu yang
20 21
Ibid., 34-35. Ibid., 46-47.
suci atau sakral.Sakramen lebih banyak mengandung arti “kewajiban”.Siapa yang menerima sakramen, mewajibkan dirinya untuk melayani.22 Bagi Zwingli, Perjamuan Kudus adalah “perjamuan-peringatan” yang gembira dan pengucapan syukur umum atas segala pemberian yang Kristus berikan kepada kita.Bagian Alkitab yang Zwingli gunakan sebagai dasar dari ajarannya ialah Yohanes 6.Ia mengatakan bahwa Kristus adalah keselamatan kita, bukan karena Ia dilahirkan oleh anak dara Maria, tetapi karena Ia turun dari sorga dan karena Ia adalah Allah. Karena itu “roti” dipahaminya sebagai Injil, dan “makan” dipahami sebagai percaya.Jadi yang penting dalam Perjamuan Kudus ialah bukan Yesus yang dilahirkan sebagai manusia, tetapi Kristus yang disalibkan.23 Dalam ajaran Zwingli tentang Perjamuan Kudus, kenaikan Kristus ke sorga memainkan peranan yang penting.Oleh karena kenaikan Kristus ke sorga meniadakan kehadiran-Nya secara fisik atau badaniah dalam Perjamuan Kudus.Karena itu, Yesus Kristus sebagai manusia tidak dapat serentak hadir di dalam sorga dan di dalam roti dan anggur dari Perjamuan Kudus.Jadi dalam Perjamuan Kudus, tubuh alamiah Kristus tidak dimakan secara alamiah dan secara substansial, tetapi hanya secara rohani.24 Selain itu, bagi Zwingli yang menentukan dalam kata-kata penetapan ialah kata “adalah” yang mempunyai arti yang sama dengan “menandai”. Jadi, roti yang diberikan kepada kita untuk dimakan adalah “simbol” dari tubuh-Nya. Kata-kata “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” menyatakan bahwa Perjamuan Kudus adalah perjamuan peringatan. Demikian pula dengan anggur.Cawan merupakan simbol dari warisan yang sebenarnya.Dengan pengertian
22
Ibid., 66. Ibid., 68. 24 Ibid., 69. 23
symbol, ia ingin mengatakan bahwa keselamatan kita tidak diperoleh dari roti tetapi hanya dari korban Kristus.25 Zwingli berpendapat bahwa maksud dari Perjamuan Kudus adalah supaya jelas bagi orang-orang Kristen bahwa mereka adalah anggota-anggota dari tubuh Kristus dan bahwa sebagai
anggota-anggota
dari
tubuh
Kristus
mereka
saling
berhubungan
sebagai
saudara.Berkaitan dengan gereja, bagi Zwingli sakramen Perjamuan Kudus berfungsi sebagai suatu elemen yang konstitutif dari gereja yaitu gereja sebagai suatu realitas yang kelihatan.26Itulah sebabnya ini penting bagi gereja. Satu hal yang penting lagi dalam ajaran Zwingli tentang perjamuan kudus adalah pengucapan syukur yang mendapat tempat yang sentral. Sebagai jawaban atas pekerjaan Kristus, jemaat bersyukur.Hal ini sebenarnya menunjukkan usaha Zwingli untuk mengadakan pengalihan dari misa Gereja Katolik kepada Perjamuan Kudus reformatoris.Transubstansiasi sebenarnya tidak terjadi pada roti dan anggur, tetapi pada jemaat. Tubuh Kristus adalah jemaat.Zwingli memahami “praesentia realis”(kehadiran Kristus yang sesungguhnya) bukan pada roti dan anggur, tetapi di dalam orang-orang percaya secara keseluruhan, yaitu orangorang percaya yang memakan roti dan meminum anggur. Jadi, melakukan perjamuan kudus menyatakan kita adalah anggota gereja, tubuh Kristus.27 Sehingga sebagai orang yang mengambil bagian dalam perjamuan kudus sebagai bagian dari tubuh Kristus, maka seseorang diwajibkan untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan untuk hidup sama seperti apa yang telah dibuat oleh Kristus (1 Yoh. 2:6). Kalau ia tidak berbuat demikian maka ia memisahkan dirinya
25
Ibid., 71. Ibid., 73. 27 Ibid.,74-75. 26
dari Gereja dan dari orang Kristen yang lain. Di sinilah disiplin gerejawi sebagai perintah Kristus penting.28 Secara singkat, Zwingli menjelaskan bahwa dalam Perjamuan Kudus roti dan anggur adalah kiasan, simbol, tetapi perjamuan sendiri tidak.Pengampunan dosa terjadi oleh kematian Kristus, bukan oleh peringatan ini.Jika kita sebagai orang percaya merayakan Perjamuan Kudus untuk memperingati Kristus, maka kita memberitakan kematian-Nya sampai ia datang kembali (1 Kor. 11:26). Itu berarti merayakannya dengan gembira dan puji-pujian.Itulah sebabnya perayaan ini disebut ekaristi (pengucapan syukur).29 Dapat dilihat bahwa Zwingli mengartikan perkataan Kristus secara figuratif.Bahwa roti dan anggur bukanlah tubuh dan darah Kristus secara identik.Namun roti dan anggur adalah (simbol) dari pengorbanan Kristus.Allah sendiri tidak hadir secara fisik dalam roti dan anggur. Justru dengan logika pembalikan, Zwingli yakin bahwa perayaan ekaristi merupakan peringatan akan ketidakhadiran Kristus secara fisik. Sebagaimana Kristus pernah mengatakan, "...perbuatlah ini sebagai peringatan akan Aku." Secara implisit, Kristus justru mau mengatakan bahwa ketika Dia sudah tidak lagi hadir secara fisik, maka orang beriman wajib memperingatiNya melalui ekaristi. Luther dan Zwingli tidak dapat sepakat mengenai arti dari ungkapan-ungkapan seperti, “inilah tubuhku” (yang ditafsirkan Luther secara harfiah dan oleh Zwingli secara metaforis) dan “di sebelah kanan Allah” (kedua belah pihak nyata-nyata tidak konsisten: Luther menafsirkan secara metaforis dan Zwingli secara harfiah).
28
Ibid, 76. “Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober 2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf 29
Perbedaan pandangan antara Zwingli dan Luther yang sangat besar dan jauh ini membuat keduanya saling menulis untuk mempertanyakan dan mempertahankan ajarannya masing-masing.Perdebatan keduanya juga dilihat mengancam keharmonisan gerakan Reformasi.Oleh karena itu, atas prakarsa bangsawan Philip dari Hesse, Luther dipertemukan dengan Zwingli di Marburg pada tahun 1529.Hadir pula tokoh Reformator seperti Martin Bucer, Melanchthon dan Oecolampadius.Kemudian pertemuan ini dikenal dengan Percakapan Marburg (Marburg Colloquy) dan dipercaya sebagai konsili Protestan pertama. Setelah beberapa minggu berdebat, kedua Reformator besar itu menyepakati banyak hal seperti yang tertuang dalam 15 artikel, antara lain tentang doktrin Trinitas, inkarnasi Kristus, sifat Allah dan kemanusiaan Kristus, dosa asal, doktrin pembenaran karena iman, karya Roh Kudus, sakramen pembabtisan, peran perbuatan baik dalam kehidupan Kristiani, dan sebagainya. Hanya pada artikel terakhir, jurang perbedaan mereka sama sekali tidak bisa dijembatani yaitu perihal Perjamuan Kudus. Memang ada beberapa aspek Perjamuan Kudus yang mereka sepaham seperti pemberian roti dan anggur kepada jemaat.Tapi Zwingli tidak menerima kehadiran fisik Kristus dalam ekaristi sebagaimana diyakini Luther.Untuk artikel terakhir ini, mereka "sepakat untuk tidak sepakat".30 Teologi Perjamuan Kudus menurut Calvin Lain lagi dengan pandangan Calvin.Teologi Calvin mengenai Perjamuan Kudus dapat dikatakan berada di antara Luther dan Zwingli.Calvin mendefinisikan sakramen dalam tulisannya Institutes of the Christian Religion, sebagai:
30
Martin Luther. Diakses 14 April 2015, http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html
It seems to me that a simple and proper definition would be to say that it is, anoutward sign by which the Lord seals on our consciences the promises of his good will toward us in order to sustain the weakness of our faith; and we in turn attest our piety toward him in the presence of the Lord and of his angels and before men. Here is another briefer definition: one may call it a testimony of divine grace toward us, confirmed by an outward sign, with mutual attestation of our piety toward him. Whichever of these definitions you may choose, it does not differ in meaning from that of Augustine, who teaches that a sacrament is “a visible sign of sacred thing,” or “a visible form of an invisible grace,” but it better and more clearly explains the thingitself.31 Bagi Calvin, sakramen merupakan sesuatu yang menguatkan iman. Dalampenjelasannya mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengambil Yohanes 6:26-65 yang membahas mengenai Roti Hidup. Gambaran yang diambil oleh Calvin, seperti roti yang kita makan memberi energi bagi kehidupan kita, demikian pula Roti Hidup yang kita terima dalam Perjamuan Kudus memberi kekuatan rohani dalam perjalanan iman kita.32 Calvin juga menekankan keterkaitan Perjamuan Kudus dengan Firman Tuhan.Gereja Roma Katolik lebih menekankan sakramenketimbang Firman, sehingga mereka melihat Firman sebagai sesuatu yang berlebihan, karenasakramen saja sebenarnya cukup membawa orang pada keselamatan penuh. Di pihak lain,gereja Reformasi menekankan firman sebagai alat kasih karunia, dan mempertanyakan tempat sakramen dalam pertumbuhan iman orang Kristen. Namun, Calvin menekankan keterkaitan keduanya.Firman tidak dapat dilepaskan dari sakramen.Sebaliknya, sakramenpun tidak dapat dilaksanakan terlepas dari Firman.Itu sebabnya, dalam definisi di atas, sakramen meneguhkan janji-janji Allah dalam hati kita untuk memperkuat iman kita.33
31
John Calvin, Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles, Library of Christian Classics (Philadelphis: Westminster, 1960), IV.14.1 32 “Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober 2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf 33 Ibid.
Menurut Calvin, sakramen dan janji Allah erat hubungannya. Sakramen adalah tanda yang ditetapkan oleh Allah untuk memeteraikan janji-Nya kepada kita.Sakramen adalah apendiks, tambahan dari janji itu.Ia diberikan kepada kita untuk menguatkan iman kita yang lemah dan penguatan itu dilakukan oleh Roh Kudus. Jadi, pemikiran yang penting tentang sakramen bagi Calvin adalah tanda dan meterai yang menguatkan atau mengokohkan, tanda dan meterai yang menjamin dan menyaksikan.Dibanding dengan firman, sakramen adalah apendiksnya.Lebih daripada itu, bagi Calvin, sakramen itu bukan saja tanda dan meterai yang kognitif saja, tetapi lebih.Dalam sakramen anugerah Allah bukan hanya ditandai dan dilukiskan, di situ anugerah diberikan kepada kita. Jadi, Calvin menekankan kepada Gereja Katolik bahwa kehadiran Kristus ini bukanlah sekedar kehadiran fisik atau badaniah, tetapi kehadiran oleh Roh Kudus.Kristus tidak dapat dikurung dalam sakramen.Sama seperti Zwingli, Calvin menolak kehadiran Kristus secara fisik dalam Perjamuan Kudus.Namun Calvin tidak mau penolakan itu dibawa kepada anggapan simbolis yang kosong. Karena itu, dengan kuat ia menekankan kehadiran Kristus oleh Roh Kudus, dan kehadiran itu adalah sungguh. Sama seperti Luther, Calvin mengajar bahwa Kristus benar-benar hadir dalam Perjamuan Kudus.Melalui roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus, Kristus sungguh-sungguh hadir.Sekalipun demikian, kita tidak bisa mengatakan bahwa roti itu adalah “tubuh Kristus.”NamunCalvin tidak menerima pandangan kehadiran fisik dari Kristus seperti halnya denganLuther. Bagi Calvin, kehadiran fisik Kristus tidak diperlukan. Namun, juga bukan berarti kehadiran Kristus cuma sekedar simbol seperti dikatakan oleh Zwingli.Calvin menekankan bahwa tubuh Kristus ada di sorga, di sebelah kanan Allah Bapa. Maksud Calvin adalah bahwa dalam Perjamuan Kudus Kristus tidak turun dari sorga dan datang kepada kita di
bumi tetapi Ia hadir oleh Roh Kudus. Kehadiran-Nya oleh Roh Kudus ini bukanlah sesuatu yang pasif tetapi aktif, kehadiran sebagai suatu perbuatan anugerah yaitu Kristus memberi diri-Nya sendiri sehingga kita menjadi satu dengan Dia.34Ia menulis: “But the sacraments properly fulfill their office only when the Spirit, that inward teacher, comes to them, by whose power alone hearts are penetrated and affections moved and our souls opened for the sacraments to enter in. If the Spirit be lacking, the sacraments can accomplish nothing more in our minds than the splendor of the sun shining upon blind eyes, or a voice sounding in deaf ears.”35 Oleh sebab itu, ajaran Calvin mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus adalah ajaran yang seluruhnya bersifat pnemautologis.36Dalam ajarannya, Calvin sangat kuat menekankan pekerjaan Roh Kudus: tanpa pekerjaan Roh Kudus sakramen itu sia-sia saja dan tak mempunyai arti. Sebaliknya, oleh pekerjaan Roh Kudus sakramen dipenuhi dengan kekuatan sehingga kita yang menerimanya dimungkinkan untuk mendapat bagian dalam Kristus yang adalah materi atau substansi sakramen.37 Dengan demikian fungsi sakramen ialah memperlihatkan Kristus, lebih dari pada itu, ia memberikannya kepada kita. Karena itu menurut Calvin, kehadiran Kristus mestilah bersifat “nonfisik”.Calvin menggunakan analogi untuk “sign” (tanda) dan “the thing signified” (yang ditandai). Dengan menggunakan istilah Kristologis, Calvin mengatakan, bahwa sign dan the thing signified berbeda, namun tidak dapat dipisahkan. Kehadiran Kristus bukan bersifat fisik.Tubuh Kristus sendiri tetap tinggal di sorga.Dengan konsep ini Calvin menolak doctrine of the ubiquity, yaitu
34
Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator, 121-122. Calvin, Institutes, IV.14.9 36 Abineno, Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator,123. 37 Ibid., 117. 35
doktrin yang menyatakan bahwa tubuh Kristus dapat hadir dimana-mana pada suatu saat.Konsep tubuh yang demikian adalah mustahil bagi Calvin.38 Mengenai berkat Perjamuan Kudus bagi orang percaya, Calvin menulis Ia menulis: “It is that we are quickened by the true partaking of him; and he has therefore designated this partaking by thewords "eating" and "drinking", in order that no one should think that the life that we receivefrom him is received by mere knowledge. As it is not the seeing but the eating of bread thatsuffices to feed the body, so the soul must truly and deeply become partaker of Christ that itmay be quickened to spiritual life by his power.”39 Bagi Calvin, bila kita mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus secara benar, kita akan bertumbuh dalam kerohanian kita. Perjamuan Kudus adalah makanan rohani bagi jiwakita. Makanan rohani ini akan menumbuhkan iman kita dan medorong kita untuk lebih lagihidup kudus dan menjadi lebih serupa dengan Kristus. Sehingga ketika seseorang mengikuti Perjamuan Kudus dengan benar maka akanada perubahan dalam kerohaniannya. Yang penting diingat adalah dalam Perjamuan Kudus adalah Kristus bukan hanya memberikan kepada kita pemberian-pemberian-Nya, tetapi pertama-tama diri-Nya sendiri, dan dengan diri-Nya sendiri Ia juga memberikan kepada kita pengampunan dosa, pendamaian, hidup dan kegembiraan. Menerima Perjamuan Kudus ialah menerima Kristus sendiri.Ia bukan saja adalah isi, makna dan kekuatan dari Perjamuan Kudus, Ia juga adalah Pemberi dan pemberian dari padanya. Dengan demikian ini disebut dengan ekaristi yaitu suatu perbuatan pengucapan syukur, sebagai suatu tanda kegembiraan, bukan saja karena segala sesuatu yang telah Kristus kerjakan untuk kita oleh sengsara, kematian, dan kebangkitan-Nya, tetapi juga karena keselamatan yang sekarang juga ia berikan kepada kita di dalam Perjamuan Kudus dan 38
“Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%20LORD's%20Supper.pdf 39 Calvin, Institutes, IV.17.1
karena keyakinan dan pengharapan akan apa yang Ia janjikan kepada kita menjelang hari, dimana kita akan merayakan Perjamuan Agung bersama-sama dengan Dia dalam kerajaan Bapa-Nya. Pengharapan ini adalah satu bagian aspek eskatologis yang dijelaskan Jimmy Setiawan bahwa, Dalam Perjamuan Kudus, sebagaimana yang dipahami oleh Reformator seperti Calvin dan Luther, Kristus sepenuhnya hadir.Namun, indera kita mengatakan bahwa Kristus tidaklah hadir secara ragawi dalam Perjamuan Kudus kita. “Ketidakhadiran” Kristus ini seharusnya memicu sikap kerinduan kita akan kegenapan kehadiran Kristus kelak dalam dunia yang baru.40 Kesimpulan dan Penutup Dari penjelasan di atas mengenai pandangan atau teologi tentang Perjamuan Kudus baik dari Gereja Katolik, Luther, Zwingli, dan Calvin, dapat dilihat bahwa masing-masing memiliki alasan Alkitab yang kuat dengan penafsirannya masing-masing.Gereja Katolik mengajarkan ajaran transubstansiasi; Luther mengajarkan ajaran konsubstansiasi; Zwingli mengajarkan ajaran memorialisme bahwa roti dan anggur dalam perjamuan kudus hanyalah simbol saja; dan Calvin mengajarkan ajaran bahwa roti dan anggur dalam perjamuan Kudus adalah simbol sekaligus tanda Kristus hadir pada saat itu secara rohani. Oleh karena perbedaan ini, muncul banyak perdebatan-perdebatan mengenai pandangan mana yang paling benar atau pandangan mana yang salah;saya kira perdebatan ini tidak akan selesai. Salah satu buktinya,ialah telah lewat beberapa masa sejak masa reformasi dan sampai sekarang perbedaan dan perdebatan itu pun masih tetap ada. Dan mungkin masih akan tetap seperti ini sampai beberapa masa ke depan. Maksud saya dalam bagian ini adalah berdebat tidak akan selesai tetapi ada satu hal
40
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal Veritas 12/1 (April 2011), 6.
penting yang perlu diingat dan diperhatikan dalam perdebatan mengenai sakramen Perjamuan Kudus ini yaitu bahwa sakramen tidak membawa keselamatan. Melakukan sakramen Perjamuan Kudus bukan untuk memperoleh keselamatan, seperti yang dipercaya Gereja Katolik.Oleh sebab itu, pandangan ini ditolak.Para reformator sepakat untuk hal ini.Keselamatan sudah kita peroleh.Kita mengingatnya dalam Perjamuan Kudus.Yesus Kristus mengajarkan Perjamuan Kudus dilakukan untuk menjadi peringatan akan karya pengorbananNya di kayu salib yaitu keselamatan yang dianugerahkan kepada setiap orang percaya.Jadi, perjamuan Kudus menjadi deklarasi akan karya penebusan Kristus. Semua tindakan liturgikal dan kesatuan komunitas anak Allah di meja Perjamuan merupakan kesaksian akan postur hati Allah yang berbelas kasih dan merangkul orang berdosa ke dalam persekutuan dengan-Nya (God’s love and hospitality).41 Oleh sebab itu, pandangan mana yang dipercaya seseorang selama ia tidak beranggapan bahwa keselamatan diperoleh karena sakramen, maka seharusnya kita tidak lantas membenci dan menghakiminya dan menganggap bahwa kitalah yang paling suci karena pandangan kita yang paling benar.Berarti dia ke neraka dan saya ke surga, tidak! Saya tidak merendahkan atau melebihkan satu pandangan apapun, tetapi yang menjadi poin di sini adalah sikap yang benar terhadap perjamuan kudus itu: bukan memperdebatkan atau bahkan saling menghakimi. G. C. Berkouwer membahasakannya dengan: The correct appreciation of the Lord’s Supper is not a matter of theology. Theology can ponder the meaning of the words and the meaning of the Supper as instituted by Christ. Only the believing of use it, however, will lead to the true fruit of the Lord’s Supper.42 41
Jimmy Setiawan. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal Veritas 12/1 (April 2011), 12. 42 G. C. Berkouwer, Studies In Dogmatics The Sacraments (GrandRapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1981), 218.
Jadi, untuk menikmati berkat Perjamuan Kudus itu maka hal penting yang menurut saya harus diperhatikan oleh setiap orang percaya setiap kali melaksanakan Perjamuan Kudus adalah mengingat pengorbanan Yesus, mengucap syukur atasnya dan percaya kepada janji Yesus bahwa ia akan datang kembali dan menjalani hidup yang kudus sebagai orang beriman. Sekalipun berbeda pandangan, Allah tetap mengasihi umat-Nya.Terlepas dari pendapat masingmasing tentang roti dan anggur apakah sekedar simbol atau bukan, tubuh dan darah Yesus tetaplah berkuasa.Kalau roti itu dimakan dan air anggur itu diminum dengan iman, dan dengan cara rohani, maka hal itu membawa hubungan yang erat dengan Tuhan dan lebih menguatkan persatuan dengan Dia. Sebagaimana
Luther
menekankan
kepercayaan
itu
(sola
fide)
bukan
pada
sakramennya.Zwingli menekankan pengucapan syukur atas karya Yesus itu dan penegasan jemaat sebagai bagian dari tubuh Kristus.Demikian juga Calvin menekankan bagaimana kehadiran Kristus itu seharusnya mengubah kita.Maka sebagai kesimpulannya, saya kira Perjamuan Kudus adalah respons syukur kita terhadap keselamatan dan mendorong kita untuk tetap setia kepada Kristus. Di samping itu, kita diingatkan untuk berefleksi sejauh mana kehidupan kita layak dan kudus di hadapan Allah sebagai tubuh Kristus dan seberapa banyak kita membagikan karya Yesus itu kepada orang lain sehingga mereka akhirnya bisa mengambil bagian juga dalam Perjamuan Kudus ini, sambil kita juga menantikan janji kedatangan Kristus untuk pada akhirnya sama-sama dalam Perjamuan dengan Tuhan di surga nanti.
Daftar Pustaka Abineno, J. L. Ch.Perjamuan Malam Menurut Ajaran Reformator. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990. Berkhof, H dan IH Enklaar, Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993. Berkouwer, G. C.Studies In Dogmatics The Sacraments. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company, 1981. Calvin, John.Institutes of the Christian Religion, ed. John T. McNeill, trans. Ford Lewis Battles, Library of Christian Classics.Philadelphis: Westminster, 1960. “Martin Luther” Diakses 14 April 2015, http://www.sarapanpagi.org/martin-luther-vt69.html McGrath,Alister E. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006. Niftrik, G. C. van - B. J. Boland, Dogmatika Masa Kini.Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001. Ronda, Daniel. Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika di Perguruan Tinggi.Makassar: STT Jaffray, 2013. Setiawan, Jimmy. “Yang Terlupakan dan Terabaikan: Dimensi Eskatologis Perjamuan Kudus.” Jurnal Veritas 12/1 (April 2011), 1-18. “Welcome to Enjoy the Lord’s Supper” Diakses 16 April 2015, http://www.seabs.ac.id/journal/oktober2007/WELCOME%20TO%20ENJOY%20THE%2 0LORD's%20Supper.pdf Williamson, G. I.Katekismus Singkat Westminster 2. Surabaya: Momentum, 2008.