|
242
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 242 | JUNI 2016
“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya!” [Mazmur 128:1]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 242: Alfred Jobeanto, Alex Lim, Andree Kho, Anggiat M. Pandiangan Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar, Ie David, Jonathan Dwiputra Liem Sien Liong, Liona Margareth, Otniol H. Seba Rohani, Sahala Marpaung, Yohanes Sudiarto Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Bertekun Dalam Pengharapan
M
enghadapi penderitaan memang tidak menyenangkan, karena jiwa kita menjadi lelah dan tubuh melemah. Namun demikian, kita tidak boleh berputus asa, bukan karena kita dapat menghalalkan segala cara, melainkan karena ada Tuhan yang beserta dengan kita. Jika penderitaan itu terjadi karena kesalahan kita, mari kita membereskannya di hadapan Tuhan, dan memohon ampunan dari-Nya, sehingga kita memperoleh pemulihan dari Dia. Namun jika penderitaan itu sebagai akibat ketaatan dari kita kepada Tuhan, janganlah kita pernah merasa rugi, tetapi anggaplah sebagai suatu kesempatan bagi kita untuk menumbuhkan ketekunan dan kesetiaan kita kepada-Nya. Karena untuk itulah kita dipanggil-Nya. Jika kita mengalami penderitaan karena iman, pandanglah kepada Yesus yang juga pernah mengalami penderitaan, bahkan penderitaan-Nya lebih besar dari pada kita. Dia akan menguatkan dan meolong kita! Amin.
01 RABU
JUNI 2016
“Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan.” (Yohanes 12:46)
Bacaan hari ini: Yohanes 12:27-50 Bacaan setahun: Yohanes 12:27-50
CAHAYA DALAM KEGELAPAN
S
uatu hari ada seorang Kristen yang dalam perjalanannya menuju ke Peru, mengunjungi salah satu gua yang banyak terdapat di negara pegunungan itu. Menurut pemandu wisatanya, gua yang satu ini sudah pernah dijelajahi hingga kedalaman 14 km, namun kedalamannya jauh lebih dalam lagi. Di gua itu, dia melihat banyak kelelawar dan burung malam yang mengagumkan, serta beragam bentuk karang yang menarik. Akan tetapi, lama-kelamaan, kegelapan gua itu membuatnya gelisah dan terasa begitu mencekam. Ketika terus berjalan dalam kegelapan, dengan rasa penuh keresahan, dari kejauhan dia melihat ada satu titik cahaya yang masuk ke gua itu. Titik cahaya itulah yang kemudian menuntunnya menuju kepada jalan keluar. Dia pun merasa sangat lega ketika tiba kembali ke mulut gua dan melihat terang cahaya matahari. Pengalaman tersebut menjadi pengingat yang sangat jelas tentang betapa menakutkan kegelapan itu dan betapa kita begitu membutuhkan terang. Kita hidup di dalam dunia yang digelapkan oleh dosa dan juga dunia yang menentang Penciptanya. Tidak ada terang dalam dunia ini, karena semua orang telah hidup di dalam kegelapan dan kejahatan. Tetapi, Allah tidaklah tinggal diam karena Ia mengasihi kita, karena Ia tahu bahwa kita memerlukan Terang untuk hidup. Yesus datang ke dalam dunia ini untuk memulihkan seluruh ciptaan, termasuk umat manusia, dan Dia menyebut diri-Nya sebagai “terang” (Yoh. 8:12). Yesus berkata bahwa, “Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan” (12:46). Melalui kedatangan, kematian, dan kebangkitan Yesus, kita semua dapat melihat Terang dan dapat hidup di dalam Terang yang sesungguhnya, yang menuntun kita kepada keselamatan. Pendeta Bill Crowder pernah berkata, “Di dalam Yesus, kita tidak saja memiliki terang keselamatan, tetapi juga satu-satunya terang yang dapat menuntun kita ke jalan yang harus kita tempuh, yaitu jalan-Nya di tengah gelapnya dunia kita.” Karena itu, bersyukurlah jika kita dapat percaya kepada Yesus. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa manusia membutuhkan Terang? (2) Siapakah yang menjadi Terang sesungguhnya? Berdoalah bagi suku-suku terabaikan yang belum pernah mendengarkan kebenaran Injil Tuhan agar mereka dapat segera menerima terang Tuhan dan keselamatan dari-Nya.
02 KAMIS
JUNI 2016
“Sebab Aku telah memberikan suatu teladan seperti kamu, supaya kamu juga berbuat yang sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yohanes 13:15)
Bacaan hari ini: Yohanes 13:1-20 Bacaan setahun: Yohanes 13:1-20
GURU YANG RENDAH HATI
R
endah hati artinya tidak mengganggap diri lebih hebat atau lebih sempurna daripada orang lainnya; atau artinya, sekalipun memiliki talenta dan karunia yang lebih, tidak mempertahankannya sebagai yang unggul daripada orang lain. Orang yang rendah hati tidak akan memandang remeh orang lain, melainkan memandang orang lain lebih penting daripada dirinya sendiri. Rendah hati adalah sikap yang tidak menganggap dirinya hebat, sekalipun kenyataannya memang hebat. Dalam Filipi 2:6-8 menceritakan bahwa Yesus walaupun adalah Allah, tidak mempertahankan diri-Nya sebagai Allah, melainkan mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama seperti manusia, bahkan merendahkan diri-Nya mati di kayu salib. Usai makan, Yesus Sang Guru memakai perlengkapan pelayan lalu membasuh kaki murid-murid-Nya (ay. 4-5)! Biasanya hal ini dilakukan oleh seorang pelayan. Suatu sikap yang simbolik dimana Ia sedang melepaskan “ke-guru-an-Nya” dan mengambil peran sebagai hamba bagi murid-muridNya sendiri; bahkan Yesus mengambil kain lenan untuk membasuh kaki dan mengikatkannya pada pinggang-Nya. Di dalam pembacaan Midrash Yahudi, tindakan Yesus yang melepaskan jubah dan mengikatkan kain di pinggang, menegaskan sikap merendahkan hati yang luar biasa. Waktu itu, para murid sendiri tengah sibuk memperdebatkan siapakah yang terbesar di antara mereka (bdk. Luk. 22:24). Dengan isi perdebatan semacam itu, mana mungkin ada yang mau merendahkan diri dengan membasuh kaki yang lain? Namun ketika dibasuh Yesus, murid-murid diam saja. Berbeda dengan Petrus, ia tidak bisa menerima jika Sang Guru membasuh kakinya, yang adalah murid-Nya. Namun usai mendengar penjelasan Yesus, Petrus malah meminta-Nya agar seluruh tubuhnya dibasuh (6-9). Dunia, termasuk orang Kristen, seringkali dikuasai oleh semangat kompetisi, sehingga saling mengkritik dan ingin memperlihatkan siapa yang terbaik dan terbesar. Namun Tuhan rindu kita bisa mengikuti teladanNya, dan bukan mengikuti hawa nafsu kita, karena kita murid-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apakah pesan utama yang ingin disampaikan melalui sikap Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya? (2) Mengapa kita harus hidup rendah hati? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup meneladani kerendahhatian diri Tuhan Yesus, sehingga hidup mereka menjadi berkat bagi sesama dan memuliakan nama Tuhan.
03 JUMAT
JUNI 2016
“Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.” (Yohanes 13:34)
Bacaan hari ini: Yohanes 13:31-35 Bacaan setahun: Yohanes 13:21-38
MENGASIHI LEBIH SUNGGUH
S
ebuah lirik lagu mengatakan “Mengasihi, Mengasihi lebih sungguh..” Lagu tersebut memiliki makna bahwa mengasihi sesama manusia harus dengan total, kepada siapapun dan di manapun. Mengasihi tidak boleh memiliki pertimbangan akan untung dan rugi yang didapatkan. Sesuai dengan definisi bahwa mengasihi tidak bergantung pada kondisi pihak yang dikasihi. Kasih itu rela berkorban tanpa mengharapkan imbalan apapun dari yang dikasihi. Jika demikian, mengapa kita harus mengasihi lebih sungguh? Pertama, karena mengasihi sesama adalah perintah dari Tuhan (ay. 34). Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi. Perintah yang datang dari Tuhan sebagai pemilik otoritas yang tertinggi, yang memberikan perintah kepada kita sebagai bawahan-Nya. Perintah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang harus dilaksanakan. Perintah mengasihi yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, adalah satu teladan hidup yang ada dalam diri Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus telah terlebih dulu mengasihi setiap umat manusia, bukan hanya orang yang benar saja, bahkan juga mengasihi orang berdosa (1Yoh. 4:10). Kedua, karena mengasihi berarti kita menjadi murid-murid Tuhan (ay. 35). Pengertian murid Kristus adalah orang-orang percaya yang mau belajar tentang segala ajaran Kristus dan mengabdikan dirinya untuk hidup mengikuti Dia. Menjadi murid-murid Kristus agar kita dapat menjadi serupa dengan Kristus. Menjadi murid Kristus adalah suatu proses pembelajaran, kita dapat terus mengenal Kristus, memberi diri dituntun oleh Roh Kudus, serta taat melaksanakan setiap ajaran-Nya. Bila kita senantiasa berusaha menjadi murid Kristus, maka sebenarnya kita turut mewujudkan kehendak Allah agar kita hidup serupa dengan Kristus (Rm. 8:29). Marilah kita hidup saling mengasihi. Ketika kita hidup saling mengasihi, maka kita sedang melakukan perintah Allah dan kita menjadi murid-murid Allah, karena telah tertulis dalam Firman Tuhan, bahwa Allah adalah kasih. Barangsiapa hidup dalam Allah berarti ia harus hidup dalam kasih (1Yoh 4:7-8). STUDI PRIBADI: (1) Apakah definisi kasih menurut kebenaran Firman Tuhan? (2) Mengapa kita harus saling mengasihi antar sesama manusia? Berdoalah untuk diri sendiri dan juga semua umat percaya lainnya supaya dimampukan untuk hidup di dalam kasih Kristus dan hidup saling mengasihi satu dengan yang lain tanpa membeda-bedakan.
04 SABTU
JUNI 2016
“Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yohanes 14:6)
Bacaan hari ini: Yohanes 14:1-6 Bacaan setahun: Yohanes 14
KEPASTIAN YANG MELEGAKAN
P
ernahkah Anda tersesat? Terlebih kita tersesat di daerah yang tidak kita kenal, kita juga tidak menemukan seorangpun penduduk lokal yang dapat dimintai tolong; tentu semuanya ini akan membuat kita frustasi. Namun keadaan akan segera berubah ketika ada seseorang yang tiba-tiba melintas di tempat kita dan memberikan pertolongan kepada kita. Apakah yang Anda akan rasakan? Sukacita sekali, bukan? Sekalipun kita mungkin tidak mengenalnya, kita percaya, bahwa dia menunjukkan jalan yang benar buat kita. Perikop yang kita baca menyatakan bahwa Yesus adalah jalan, bukan jalan untuk mencapai kesuksesan secara materi, namun Ia adalah jalan kita kembali kepada Bapa. Ia adalah Allah yang menjadi manusia, sehingga Ia tahu bagaimana membawa kita kembali ke rumah Bapa. Di dalam Yesus, kita juga menemukan kebenaran sejati. Banyak orang berkata bahwa melalui perbuatan baik dan usaha yang dilakukan, maka manusia akan mendapatkan kebahagiaan, keselamatan dan kehidupan kekal. Namun, Yesus menyatakan bahwa, manusia, bahkan yang saleh sekalipun, adalah manusia berdosa yang tidak akan mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Yesus membongkar kenyataan hidup manusia apa adanya, yaitu tentang keberdosaan manusia dan kebutuhan manusia akan pertolongan dan belas kasihan Allah, bahkan dalam seluruh aspek kehidupannya. Yesus berkata bahwa Ia adalah hidup, yaitu Dialah yang membangkitkan kita dari kematian secara rohani. Tanpa hidup, kita tidak bisa melakukan perjalanan kita. Orang yang di dalam dosa berjalan dalam kegelapan. Hidup di sini bukan hanya berarti kita sudah dihidupkan rohaninya oleh Kristus, tapi juga dalam pengertian ketekunan “menghidupi iman” sehari-hari. Orang yang hidupnya meneladani dan mengikuti Yesus pasti akan dipimpin pada jalan yang tepat. Yesus Kristus menuntun kita dalam kebenaran, namun di sisi lain, kita juga bertanggung jawab untuk menjalani kehidupan serupa Kristus dalam kehidupan kita; seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. STUDI PRIBADI: Mengapa kita memiliki keyakinan yang kokoh bahwa di dalam Yesus, kita memiliki jalan, kebenaran, dan kehidupan yang sejati? Coba jelaskan! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka semakin bertumbuh dalam kehidupan iman mereka, sehingga mereka semakin kokoh dalam iman dan menjadi saksi bagi kemuliaan Tuhan.
05 MINGGU
JUNI 2016
“Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” (Yohanes 15:17)
Bacaan hari ini: Yohanes 15:9-17 Bacaan setahun: Yohanes 15
I LOVE YOU
K
ata “I Love You,” sangat mudah untuk diucapkan, secara khusus bagi mereka yang diliputi suasana hati yang sedang jatuh cinta. Namun dalam realita kehidupan, banyak dari mereka yang telah menikah dan membentuk keluarga, sangat jarang dan bahkan hampir tidak pernah mengucapkan kata-kata itu lagi. Yohanes 13-17, merupakan berbagai peristiwa yang dicatat untuk menunjukkan betapa eratnya relasi antara Kristus dengan diri murid-muridNya. Namun di tengah-tengah persekutuan yang begitu erat, Kristus justru menitipkan sebuah perintah yang sangat penting yaitu, “Kasihilah sesamamu manusia, sama seperti Aku telah mengasihimu.” Dari pesan Kristus ini, kita dapat belajar beberapa hal: (1) Perintah kasihilah, bukan merupakan perintah yang sulit, karena yang memberi perintah adalah Kristus sendiri, yang tahu benar segala keterbatasan dan kelemahan para murid-Nya. Jadi di sini Kristus sedang menanamkan sebuah tanggung jawab atau memberi kepercayaan yang begitu besar kepada para murid untuk melakukan perintah tersebut. (2) Perintah ini diberikan untuk menunjukkan sebuah teladan yaitu bagaimana kuatnya relasi antara Allah Bapa dengan Kristus, sehingga kita juga dapat menikmati relasi yang baik dan indah, ketika setiap kita hidup dalam kasih, seperti yang diperintahkan Kristus. (3) Perintah untuk mengasihi sesama, bukannya sudah ada sejak Hukum Taurat diberikan? Jadi apanya yang baru? Yaitu syaratnya yang baru, yaitu mengasihi sesama bukan seperti kita mengasihi diri kita sendiri, tetapi seperti Kristus yang telah mengasihi diri kita yang berdosa. Hari ini, perintah itu tetap sama dan tidak pernah ditiadakan. Apakah kita juga memiliki ketaatan untuk melakukan perintah yang mulia ini? Marilah kita sebagai umat Tuhan, kita hidup berlandaskan kasih yang Kristus telah berikan kepada kita. Kiranya kasih itu yang terus mendorong kita untuk mengasihi sesama kita, terlebih saudara-saudara seiman di dalam Tuhan Yesus. Janganlah padamkan kasih kita! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Kristus memerintahkan kita untuk saling mengasihi? (2) Apa yang menjadi standar dan teladan bagi kita untuk mengasihi? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup di dalam kasih Tuhan, sehingga mereka dapat saling mengasihi antara yang satu dengan yang lain, dengan kasih Kristus sendiri.
06 SENIN
JUNI 2016
“Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.” (Yohanes 16:1)
Bacaan hari ini: Yohanes 16:1-4a Bacaan setahun: Yohanes 16
BERTEKUN DALAM MENGIKUTI YESUS
U
ntuk mencapai kesuksesan hidup, maka seseorang tidak boleh meninggalkan dua langkah yang penting, yaitu ketekunan dan kerja keras. Kesuksesan yang sejati atau bertahan lama tidak mungkin dicapai hanya dengan mimpi dan cara-cara yang licik. Sebelum Tuhan Yesus meninggalkan para murid, pesan Tuhan yang perlu diperhatikan adalah, hendaknya para murid bertekun mengiring Tuhan sampai akhir hidup mereka. Hal ini sangat sulit, sebab Tuhan Yesus telah mengingatkan mereka bahwa pencobaan, godaan dari si jahat akan selalu berusaha menjatuhkan mereka sebagai murid-murid Kristus, bahkan suatu saat ketika mereka membunuh para murid, mereka seolaholah telah berbakti kepada Allah. Oleh karena itu, Kristus mengingatkan para murid agar tidak kecewa dan meninggalkan Kristus, ketika pencobaan dunia berusaha menjatuhkan iman mereka. Di sinilah Kristus mengingatkan supaya para murid bertekun dalam mengikuti Kristus. Paling tidak mereka harus bertekun dalam hal: (1) menjalankan perintah-perintah yang sudah Kristus berikan; (2) memperhatikan peringatan-peringatan, supaya lebih waspada dalam menjalani kehidupan sebagai murid Kristus. Bagaimana dengan kita? Apabila hari ini kita menghadapi penderitaan dan godaan dunia yang ingin menggoncang iman kita kepada Kristus, kita diingatkan bahwa Kristus telah mengatakan semua hal tersebut, sebelum kita menjalani Jalan Salib yang menjadi jaminan kita untuk mengalahkan dunia. Marilah kita tidak gentar dan bimbang, tetapi mengikuti teladan Kristus yang setia terhadap misi kedatangan-Nya sampai pada akhirnya. Pencobaan yang berat telah dilalui oleh-Nya dan segala olokan telah diterima-Nya. Namun di balik segala penderitaan-Nya, ada rencana Bapa yang tergenapi. Penderitaan tidak dapat merintangi dan menggagalkan rencana keselamatan yang dari Tuhan sendiri, sebab semua itu dikerjakan dalam kasih dan kuasa-Nya yang besar. Karena itu, bertekunlah dalam mengiring Tuhan Yesus, sepanjang hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus memperingatkan para murid, bahwa mereka akan menderita? (2) Apa yang harus dilakukan mereka saat menghadapi penderitaan? Berdoalah bagi jemaat Tuhan di daerah konflik dan mereka yang menjadi orang-orang minoritas, agar Tuhan memberikan kekuatan dan perlindunganNya bagi mereka.
07 SELASA
JUNI 2016
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka.” (Yohanes 17:20)
Bacaan hari ini: Yohanes 17:1-26 Bacaan setahun: Yohanes 17
DOA SYAFAAT
D
alam liturgi gereja, kita mengenal istilah doa syafaat. Dalam doa ini biasanya kita mendoakan negara, gereja, atau orang-orang yang sakit. Doa syafaat sendiri secara sederhana berarti doa atas nama orang lain. Dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus digambarkan sebagai pendoa syafaat utama. Tuhan lah yang menjadi pengantara dalam relasi Allah dengan manusia. Dalam Yohanes 17 dicatat tentang doa syafaat Yesus yang terkenal. Doa Yesus di sini sebenarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, Yesus berdoa untuk diri-Nya sendiri (ay. 1-5); bagian kedua, Yesus berdoa untuk murid-murid-Nya (ay. 6-19); dan bagian ketiga, Yesus berdoa untuk orang-orang yang percaya oleh pemberitaan para murid (ay. 20-26). Doa ini diucapkan Yesus pada malam ketika Dia akan ditangkap. Dalam pergumulan-Nya untuk menghadapi salib, Yesus masih mengingat murid-murid-Nya. Yesus berdoa bagi murid-murid-Nya yang akan mengalami goncangan iman ketika diri-Nya ditangkap. Yesus berdoa supaya murid-murid-Nya dikuatkan dalam iman mereka. Doa ini juga menunjukkan kerinduan Yesus yang mendalam bagi semua orang percaya di segala zaman agar bisa bersatu dan hidup memuliakan Tuhan. Itulah tujuan akhir dari doa syafaat. Doa syafaat yang sejati mencari kemuliaan Allah, bukan diri sendiri. Doa Yesus tersebut merupakan sebuah teladan bagi setiap orang percaya untuk mengingat dan mendoakan orang lain juga dalam setiap doa pribadinya. Panggilan untuk mendoakan orang lain bukan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu, namun setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi pendoa syafaat. Karena perantaraan Yesus, setiap orang percaya sekarang dapat menaikkan syafaat atas nama orang-orang Kristen lainnya atau bagi yang terhilang. Doa syafaat merupakan bagian dari kehidupan Kristen bagi semua orang percaya. Tuhan memanggil kita untuk mengasihi sesama. Mendoakan sesama adalah salah satu bentuk kasih kita kepada mereka. Adakah kita mengingat orang lain dalam doa-doa pribadi kita? STUDI PRIBADI: (1) Kapan dan di mana doa tersebut diucapkan oleh Yesus? (2) Apa yang menjadi kerinduan utama Yesus dalam doa-Nya? Doakan setiap gereja Tuhan di dunia supaya tidak konflik antara yang satu dengan yang lainnya, melainkan bersatu untuk bersama-sama memuliakan Tuhan dan menjadi berkat.
08 RABU
JUNI 2016
“Ketika Ia berkata kepada mereka: Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.” (Yohanes 18:6)
Bacaan hari ini: Yohanes 18:1-18 Bacaan setahun: Yohanes 18:1-18
MERENDAHKAN DIRI
M
asyarakat kita menganut sistem hierarki, orang dengan posisi dan jabatan tinggi lebih dihormati dan dihargai daripada orang dengan jabatan rendah. Adalah hal yang biasa ketika orang yang memiliki kuasa, memerintah dan mengatur orang-orang yang di bawahnya. Jarang kita jumpai orang yang berkuasa mau tunduk kepada orang di bawahnya. Karena itulah, orang berlomba-lomba mencari kekuasaan supaya bisa memerintah atas diri orang-orang lainnya. Namun dalam bacaan hari ini, kita melihat sesuatu yang berbeda. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya ada di taman Getsemani, Yudas datang bersama sekelompok prajurit dan penjaga yang diutus ahli Taurat dan imam kepala untuk menangkap Yesus. Sekalipun prajurit-prajurit itu bersenjata lengkap, mereka tetap hanyalah manusia biasa yang tidak berdaya melakukan apa pun. Di hadapan Yesus, sesungguhnya mereka tidak ada apa-apanya. Hal ini dapat dilihat dari reaksi mereka terhadap Yesus. Hanya dengan mendengar suara Yesus yang berkata, “Akulah Dia,” mereka langsung mundur sampai terjatuh ke tanah. Yesus memiliki kuasa yang jauh lebih besar daripada prajurit-prajurit tersebut, karena Dia adalah Tuhan. Adalah hal yang mudah bagi Yesus untuk membungkam para prajurit tersebut sehingga Ia tidak ditangkap. Namun Yesus justru menyerahkan diri-Nya untuk ditangkap. Bahkan ketika Petrus melakukan perlawanan, Yesus malah menegurnya. Sekalipun memiliki kuasa yang luar biasa, Yesus merendahkan diri-Nya untuk ditangkap oleh para prajurit tersebut. Hidup yang kita jalani sekarang adalah anugerah Tuhan. Segala yang ada pada kita sekarang adalah berkat Tuhan. Tanpa Tuhan kita tidak akan bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, jika saat ini kita memiliki posisi dan kuasa atas orang lain, janganlah hal itu membuat kita lupa diri dan menjadi sombong. Di hadapan Tuhan, kita semua adalah debu. Mari kita mengikuti teladan Yesus, yang mau merendahkan diri-Nya dan tidak menganggap kekuasaan sebagai suatu hal yang utama. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Yesus menyerahkan diri untuk ditangkap? (2) Siapa murid yang bersama dengan Petrus mengikuti Yesus yang ditangkap? Berdoalah supaya setiap orang Kristen boleh sadar bahwa segala seuatu yang mereka miliki adalah berasal dari Tuhan, sehingga tidak jatuh dalam dosa kesombongan.
09 KAMIS
JUNI 2016
“Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” (Yohanes 18:38b)
Bacaan hari ini: Yohanes 18:38b Bacaan setahun: Yohanes 18:19-40
TIDAK MENDAPATI KESALAHAN APAPUN
A
tas seluruh perkara ini, “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.” Demikian pernyataan Pilatus setelah memeriksa kasus yang diajukan kepadanya berkenaan dengan Kristus. Pilatus menyatakan secara terbuka bahwa Kristus tidak bersalah (ay. 38b). Ia beranggapan bahwa mungkin ada semacam pertentangan paham dalam keagamaan antara Kristus dan para pemimpin Yahudi, di mana Kristus bisa sama benarnya dengan mereka. Dalam hal ini, Pilatus tidak mendapati kejahatan apa pun pada Kristus. Jika demikian, apa makna pernyataan Pilatus tersebut? Makna dari pernyataan Pilatus tersebut: pertama, ini merupakan suatu pembenaran dan kehormatan bagi Kristus. Melalui pernyataan ini, nampak jelas bahwa meskipun Kristus diperlakukan seperti penjahat, sesungguhnya Ia sama sekali tidak pantas diperlakukan seperti itu. Kedua, pernyataan Pilatus tersebut sesungguhnya menambah berat dosa orang-orang Yahudi yang telah menganiaya Kristus begitu kejam. Karena jika seorang tahanan telah diadili dengan adil dan telah dibebaskan dari semua tuduhan kejahatan oleh hakim yang berwenang, terlebih lagi bila hakim tersebut tidak terbukti berat sebelah dalam keputusannya, maka si tahanan itu harus dipercaya tidak bersalah, dan para pendakwanya wajib untuk menerima keputusan itu. Namun kenyataannya, Kristus, walaupun dinyatakan tidak bersalah, tetap saja diperlakukan seperti seorang penjahat, dan mereka menuntut agar Kristus dihukum mati. Ketiga, pernyataan tersebut sesungguhnya menjelaskan rancangan dan maksud kematian-Nya, bahwa Kristus mati bukan karena kesalahanNya, melainkan, berkorban bagi manusia yang berdosa ini (Yoh. 11:50). Inilah Kristus, yang tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutNya (Yes. 53:9), yang disingkirkan, padahal tidak ada salahnya apa-apa (Dan. 9:26). Sama seperti Kristus, janganlah gentar ketika kita diperlakuan tidak adil karena iman kita (2Tim. 3:12), tetapi pertahankanlah kebenaran, agar menjadi kesaksian bagi mereka. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Pilatus tidak mendapatkan kesalahan apa pun dalam diri Kristus? (2) Teladan apa yang Tuhan Yesus berikan kepada kita? Doakanlah agar kita sebagai orang percaya dimampukan untuk hidup dalam kebenaran, sehingga dengan demikian, mereka yang membenci kita karena mengikuti Kristus, tidak mendapati kesalahan apa pun dalam kehidupan kita.
10 JUMAT
JUNI 2016
“Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar.” (Yohanes 19:12)
Bacaan hari ini: Yohanes 19:1-22 Bacaan setahun: Yohanes 19:1-22
ENGKAU BUKANLAH SAHABAT KAISAR
P
ilatus menyatakannya kepada orang-orang Yahudi itu, bahwa Yesus tidak bersalah (18:38b, 19:4, 12). Ia pun berusaha membebaskan Yesus dari segala macam tuntutan mereka. Pilatus menawarkan untuk membebaskan Yesus dengan merujuk kebiasaan hari Paskah, di mana ia mempunyai kuasa untuk membebaskan seorang tahanan, menurut pilihan atau permintaan mereka (ps. 18:39). Namun sayang, mereka tidak memilih Yesus untuk dibebaskan. Mereka justru, memilih Barabas untuk dibebaskan. Pilatus pun menyesah Yesus lalu menyerahkan kepada mereka sambil menyatakan kembali kepada mereka, bahwa sesungguhnya Yesus tidak bersalah. Ia berharap, Yesus dibebaskan oleh para pendakwa-Nya. Namun segala usaha Pilatus tersebut ternyata sudah tercium oleh mereka. Karena itu mereka berteriak: “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar” (ay. 12). Ini merupakan “pukulan mematikan” orang-orang Yahudi terhadap Pilatus. Ada tafsiran mengatakan, sebelum peristiwa ini, Pilatus pernah melakukan dua kali kesalahan, yang dilaporkan kepada kaisar. Ancaman di sini berhubungan dengan kedua kesalahan terdahulu itu. Seakan-akan mereka berkata: “Pilatus, ingatlah bahwa engkau sudah punya 2 catatan kesalahan di hadapan kaisar. Bila kali ini kami melaporkan kamu lagi, kamu pasti akan dipecat/dihukum oleh kaisar.” Itulah sebabnya, ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus keluar, dan duduk di kursi pengadilan (ay. 13); dan pada akhirnya, Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan (ay. 16a). Perhatikanlah, orang yang menggantungkan kebahagiaan diri mereka pada pendapat orang lain, sesungguhnya akan menempatkan diri mereka di luar kebenaran. Itulah yang dialami oleh Pilatus, sekaligus menjadi perenungan buat kita, pernahkah saudara “menyalibkan” Yesus/menyakiti Dia, untuk mempertahankan kehormatan saudara dan menyenangkan orang lain? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Pilatus saat terhimpit mempertahankan kebenaran? (2) Saat mengetahui kebenaran, beranikah Anda menyatakan dan melakukannya? Doakan agar setiap kita, sebagai orang percaya, dimampukan untuk berani menyatakan dan bahkan melakukan kebenaran di dalam kehidupan kita, apapun akibatnya.
11 SABTU
JUNI 2016
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: Aku haus!” (Yohanes 19:28)
Bacaan hari ini: Yohanes 19:28-29 Bacaan setahun: Yohanes 19:23-42
AKU HAUS
A
pakah Tuhan Yesus haus, dalam arti membutuhkan air? Ya! Tuhan Yesus memang sangat kehausan. Beberapa alasan adalah, karena Ia sudah ditawan sejak kemarin malam dan pasti tidak diperlakukan dengan baik. Kemungkinan sekali, Ia tidak diberi makanan atau minuman. Ia dicambuki, dipukuli, dan dimahkotai duri yang menimbulkan luka-luka. Beberapa peristiwa ini membuat Tuhan Yesus kehilangan cairan dan darah yang sangat drastis, yang mengguncang fisik, jiwa, dan bisa membuat-Nya kehilangan kesadaran. Tidak heran ketika memikul salib ke bukit Golgota, Tuhan Yesus harus dibantu oleh Simon dari Kirene. Tetapi Firman Tuhan menyatakan bahwa ini bukanlah sekadar kalimat yang menunjukkan bahwa Tuhan Yesus kehausan dan perlu air. Ayat 28 menyatakan, “Segala sesuatu sudah selesai, dan supaya genap yang ada tertulis dalam kitab suci.” Apakah artinya? Penderitaan dan penyaliban Tuhan adalah untuk menggenapi apa yang telah dinubuatkan. Ada dua bagian firman Tuhan dalam Perjanjian Lama yang dikaitkan dengan bagian ini. Pertama adalah Mazmur 69:22, “Bahkan mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.” Satu situasi yang menunjukkan bahwa ketika dalam penderitaan ini, Tuhan Yesus diabaikan dan tidak dipedulikan. Tuhan Yesus ditolak dan tidak dipedulikan karena Dia menanggung dosa manusia. Tujuannya, agar kita yang percaya kepada-Nya tidak lagi hidup terpisah dari Allah. Puji Tuhan! Kedua, dalam Mazmur 22 terutama ayat 16, yang berbunyi: “Lidahku melekat pada langit-langit mulutku.” Ini menunjukkan kehausan yang luar biasa, di mana seluruh mulut betul-betul kering, sehingga lidah melekat pada langit-langit mulut. Penderitaan yang dialami Tuhan Yesus sangatlah hebat dan meliputi keseluruhan kehidupan-Nya. Tuhan Yesus menderita sepenuhnya ketika menanggung dosa manusia. Tidak ada yang Dia tahan sedikitpun, Dia mengorbankan diri-Nya sepenuhnya untuk keselamatan kita. Tuhan sudah mengasihi kita, apa yang patut kita perbuat bagi-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Apa artinya ketika Tuhan Yesus berkata di atas kayu salib, “Aku Haus”? (2) Dapatkah kita mengukur kasih-Nya? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar di dalam kesulitan hidup sekalipun, tetap rindu dan mau beriman dan bersandar kepada Tuhan yang telah demikian besar mengasihi kita semua.
12
MINGGU
JUNI 2016
“Kata Yesus kepadanya: Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20:29)
Bacaan hari ini: Yohanes 20:24-29 Bacaan setahun: Yohanes 20
TIDAK MELIHAT NAMUN PERCAYA
T
omas, murid Tuhan Yesus, dikenal sampai sekarang sebagai orang yang sulit percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, sebagaimana yang dinyatakan Alkitab dalam bagian ini. Satu alasannya adalah, karena dia tidak melihat sendiri Tuhan Yesus, seperti yang dialami temantemannya. Tidak heran dia sampai mengucapkan kalimat, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya” (ay. 25). Apakah setiap orang harus melihat Tuhan Yesus dahulu, baru bisa percaya kepada Dia? Bukankah kita yang percaya kepada Tuhan Yesus, termasuk kematian dan kebangkitan-Nya, tidak melihat Dia seperti Tomas? Perkataan Tuhan Yesus kepada Tomas bukan ingin menunjukkan bahwa kita, yang tidak melihat Tuhan Yesus namun percaya, lebih hebat dari Tomas. Pernyataan Tuhan Yesus ini meneguhkan kita yang percaya kepada-Nya pada saat ini, meskipun kita tidak pernah melihat Dia seperti Tomas. Berbahagialah kita! Apa maksudnya? Kata “berbahagia” ini sama dengan kata “blessed” (diberkatilah), yang artinya: satu kondisi seseorang yang bukan sekadar bahagia, tetapi ada di dalam berkat dan penyertaan Tuhan. Berdasarkan hal ini, kita memahami bahwa ketika kita bisa percaya kepada Tuhan Yesus, walaupun kita tidak melihat Dia, maka itu bukanlah semata karena kehebatan kita. Tetapi ada karya Tuhan yang menyertai kita, yang membuat kita percaya dan menerima Injil Tuhan Yesus yang dikabarkan kepada kita. Berbahagialah kita karena karya-Nya yang besar itu boleh terjadi dalam hidup kita! Hal ini menjadi kekuatan kita dalam menyaksikan Injil Tuhan Yesus kepada orang lain. Terkadang kita menemui orang seperti Tomas, yang menuntut bukti terlebih dulu sebelum percaya. Syukur kepada Tuhan yang bekerja dalam pengabaran Injil. Jika ada yang menuntut bukti atau tanda, hendaknya kita tidak putus asa, sebab Tuhan dengan cara-Nya yang ajaib akan berkarya dalam hidup mereka untuk percaya kepada-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kita bisa percaya akan kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus? (2) Apakah kita harus putus asa jika orang menuntut bukti? Jelaskan! Berdoalah bagi pekerjaan pengabaran Injil yang dilakukan para misionaris, lembaga Misi, dan Gereja Tuhan, termasuk diri kita, agar Tuhan memberikan kekuatan dan keteguhan kepada anak-anak-Nya.
13 SENIN
JUNI 2016
“… Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.’ Kata Yesus kepadanya: Gembalakanlah domba-dombaKu.” (Yohanes 21:17)
Bacaan hari ini: Yohanes 21 Bacaan setahun: Yohanes 21
BELAJAR DARI KEGAGALAN
S
ekalipun tidak ada seorangpun yang ingin mengalami kegagalan, setiap kita pasti pernah mengalami kegagalan. Namun demikian, yang membedakan seorang itu sukses atau tidak, ditentukan oleh bagaimana sikapnya menghadapi kegagalan itu. Petrus, seorang murid Tuhan Yesus yang memiliki hubungan sangat dekat dengan Yesus, juga mengalami kegagalan dalam perjalanan mengikut Dia. Tetapi Petrus tidak terus-menerus meratapi kegagalannya dan kemudian menjadi patah semangat. Dia memang pernah menyangkal Tuhan Yesus bahkan sampai 3 kali, tetapi ketika Tuhan Yesus bangkit, Petrus mau datang kembali kepada Tuhan dan diperbaharui. Pertanyaan Tuhan Yesus sebanyak 3 kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” menyadarkan Petrus akan kegagalan yang ia lakukan ketika ia bersandar pada kekuatan dirinya untuk mengasihi Tuhan. Petrus belajar dari kegagalannya dan merendahkan hatinya untuk diperbaharui kembali oleh Tuhan Yesus. Dan sungguh luar biasa, Tuhan memberikan kesempatan lagi kepadanya bahkan kepercayaan untuk menjadi pelayan-Nya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Bagaimanakah dengan kita? Dalam perjalanan hidup kita mengikut Tuhan Yesus, ada kalanya kita gagal, tetapi apakah kita terus-menerus gagal, atau kita mau bertobat dan diperbaharui Tuhan? Tuhan rindu memperbaharui hidup kita dan memakai kita sebagai alat-Nya, dengan luar biasa. Jika kita rendah hati dan taat, maka Dia akan mengubah hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang. Karena itu, belajarlah dari Petrus, jangan terus-menerus tenggelam dalam kegagalan. Belajarlah untuk bersandar pada kekuatan Roh Kudus, maka kita akan dimampukan untuk bangkit dan bercahaya bagi Dia. Jangan biarkan hidup kita menjadi sia-sia, karena kegagalan. Sebaliknya marilah kita bangkit dari kegagalan yang pernah kita lakukan, karena Tuhan adalah Tuhan yang bangkit dan hidup, yang memegang hari esok kita. Percayalah kepada-Nya dan tataplah masa depan bersama Dia. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Tuhan Yesus terhadap Petrus yang pernah gagal? (2) Kegagalan apa yang pernah kita alami dalam perjalanan mengikut Tuhan? Berdoa agar jemaat Tuhan sungguh mengalami kuasa kebangkitan Kristus, sehingga hidupnya tidaklah seperti dulu lagi, melainkan terus diperbaharui dan semakin serupa dengan Kristus.
14 SELASA
JUNI 2016
“Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditentukan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” (Kisah Para Rasul 1:7)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 1 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 1
NANTIKANLAH DIA!
S
etelah Tuhan Yesus bangkit, murid-murid merasa sangat senang. Dukacita mereka sekarang berubah menjadi sukacita. Keadaan yang tadinya serasa hampa dan tidak berpengharapan, sekarang berubah menjadi bersemangat untuk menatap masa depan. Tidak heran jika kemudian mereka berharap Tuhan Yesus akan segera mendirikan Kerajaan-Nya dan memulihkan keadaan Israel. Namun Yesus menjelaskan kepada mereka, arti dari kematian dan kebangkitan-Nya, bahwa Ia akan datang kelak dalam kemuliaan-Nya, tapi waktunya, hanya Bapa yang tahu. Selama 40 hari, Yesus tinggal bersama dengan mereka dan menjelaskan segala sesuatu yang telah dilakukanNya, yaitu tentang kerajaan Allah; dan sampai pada akhirnya Ia mengajak mereka ke sebuah bukit dan setelah memberikan pesan dan perintah untuk menjadi saksi-Nya, maka Yesus pun terangkat ke surga. Tetapi kali ini, murid-murid yang ditinggalkan oleh Yesus, tidak lagi hidup dalam kehampaan, kesedihan, ketidakberdayaan, karena mereka tahu, Yesus pergi ke surga tapi Ia tidak meninggalkan mereka. Roh Kudus akan diberikan untuk menyertai mereka dan kelak Yesus akan datang kembali dengan cara yang sama seperti ketika Ia naik ke surga. Sebagaimana Tuhan menyertai para murid, demikian juga Roh Kudus telah diberikan untuk menyertai kita. Bagaimanakah dengan kita? Dalam perjalanan hidup di dunia yang tidak mudah ini, kita tidak perlu merasa takut, tertekan, tidak berpengharapan, karena Tuhan hidup dan Ia sanggup menolong kita. Tetaplah setia mengikut Tuhan, sekalipun rasanya sulit dan seringkali menyakitkan, karena Ia berjanji, bahwa Ia akan segera datang kembali menjemput kita. Biarlah kita menjalani hidup dengan terus menantikan Dia, dan mempercayai segala kebaikan dan kesetiaan-Nya yang tidak pernah berubah. Jika Dia pernah menderita bagi kita, masihkah kita meragukan kesetiaan-Nya? Nantikanlah kedatangan-Nya kembali dengan hidup mengikuti teladan-Nya dan menjadi saksi di manapun kita berada, kabarkanlah bahwa Yesus adalah Juruselamat manusia. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan Yesus harus naik ke surga dan bukannya menemani murid-murid di dunia? (2) Apakah Tuhan meninggalkan mereka sendirian? Berdoalah agar jemaat Tuhan tidak kehilangan pengharapan di dalam masa menantikan kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Jemaat Tuhan percaya bahwa penantian dalam Tuhan, tidaklah sia-sia.
15 RABU
JUNI 2016
“Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.” (Kisah Para Rasul 2:4)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 2:1-21 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 2:1-21
DIPENUHI ROH KUDUS
H
ari Pentakosta yang dirayakan orang Yahudi pada jaman PL sampai sebelum terbentuknya gereja mula-mula adalah perayaan ucapan syukur atas hasil panen gandum setelah mereka menyabit gandum selama 7 minggu (50 hari). Sebab itu hari Pentakosta disebut juga dengan Hari Raya 7 Minggu. Waktu itu, semua orang Yahudi dari berbagai negeri berkumpul di Yerusalem. Namun ada suatu peristiwa menakjubkan yang belum pernah terjadi: ada bunyi tiupan angin yang keras dan kemudian lidah-lidah api yang bertebaran hinggap di atas kepala para murid. Mungkin semua orang menjadi heran dan takut. Namun di ay. 4 dicatatkan bahwa, “penuhlah mereka dengan Roh Kudus.” Apa dampak dipenuhi Roh Kudus? 1. Berani bersaksi. Pada saat Yesus ditangkap dan disalibkan, muridmurid Yesus begitu ketakutan hingga mereka berkumpul di suatu tempat dengan pintu yang terkunci rapat. Namun karena Roh Kudus, sekarang mereka begitu berani berbicara dengan suara nyaring tentang perbuatanperbuatan Allah yang besar (ay.11), tentang Yesus yang orang Yahudi telah salibkan, tapi bangkit dan menang atas kuasa dosa, Yesuslah Tuhan dan Dia mengajak mereka untuk bertobat (ay.14-36). 2. Diperlengkapi untuk melayani. Murid-murid diperlengkapi dengan karunia untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa negeri lain tanpa mereka pelajari terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar ketika mereka bersaksi (berkhotbah), orang-orang yang datang dari berbagai negeri itu dapat memahami khotbah mereka. Roh Kudus juga yang memimpin murid-murid dalam hal harus menyampaikan apa dalam kesaksian dan khotbahnya, termasuk mukjizat (Kisah para rasul 2:43, 3:1-8). 3. Roh Kudus akan menyertai selamanya. Kata “hinggap” pada ayat 3 ini mempunyai makna duduk, diam, tinggal. Dalam Yoh. 14:16-17, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus yang dijanjikan itu akan menyertai (sebagai penolong, penghibur) murid-murid selamanya. Roh Kudus yang dicurahkan bukan hanya untuk para murid, tetapi juga bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus. Apakah kita sudah dipenuhi Roh Kudus? STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang menyebabkan perubahan drastis pada kehidupan para murid? (2) Perubahan apakah yang Anda alami sejak menjadi murid Tuhan Yesus? Berdoa bagi setiap jemaat agar mereka hidup dipenuhi Roh Kudus setiap saat, sehingga segala perkataan, perbuatan dan pikiran mereka boleh dikuasai dan dipimpin oleh Roh Kudus.
16 KAMIS
JUNI 2016
“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kisah Para Rasul 2:42)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 2:41-47 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 2:22-47
KOMUNITAS KRISTEN YANG SEJATI
K
etika Petrus berkotbah di hari Pentakosta, begitu banyak orang yang percaya kepada Yesus dan dibaptis, kira-kira 3000 orang. Setelah itu, bagaimana kehidupan mereka sebagai orang-orang yang baru bertobat? Ternyata mereka membentuk suatu komunitas untuk bertumbuh bersama. Hal ini nampak dari apa yang mereka lakukan. 1. Bertekun dalam pengajaran para rasul. Mereka menyadari bahwa mereka sangat perlu belajar kebenaran, belajar bagaimana hidup sebagai orang yang percaya kepada Yesus, dari para rasul, karena para rasul adalah orang-orang yang terlebih dulu belajar dan mengerti tentang kebenaran, langsung dari Tuhan Yesus. 2. Bertekun dalam persekutuan. Mereka tidak hanya berkumpul dan belajar tentang kebenaran dari para rasul, mereka juga mengembangkan suatu komunitas yang punya kedekatan yang tulus satu sama lain, tidak egois, saling memperhatikan, sehingga yang berkelebihan mau menolong yang kekurangan dengan sukacita, bukan dengan terpaksa (ay. 44-45). 3. Bertekun dalam doa. Dalam setiap pertemuan, mereka juga selalu menekankan doa sebagai landasan persekutuan mereka. Ketekunan yang mereka lakukan membuat mereka bertumbuh secara pribadi dan juga secara komunitas. Buktinya mereka disukai semua orang, dan kehidupan mereka menjadi berkat bagi banyak orang, sehingga tiap-tiap hari Tuhan menambahkan orang-orang yang diselamatkan. Bagaimana dengan komunitas atau gereja kita? Sudahkah memprioritaskan pengajaran kebenaran firman Tuhan? Apakah setiap jemaat punya kerinduan yang besar untuk makin mengenal Allah, melalui firman-Nya? Apakah setiap jemaat juga punya kerinduan yang besar untuk bersehati berdoa? Apakah di gereja kita juga tercipta suatu persekutuan yang indah, saling memperhatikan dan saling menolong? Mari kita belajar dari komunitas jemaat mula-mula, meskipun mereka adalah orang-orang yang baru bertobat tapi mereka telah menunjukkan pertumbuhan rohani yang luar biasa. Jadilah kita “gereja” yang sehat dan bertumbuh. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang menyebabkan jemaat mula-mula bertumbuh dengan pesat? (2) Apakah yang dilakukan jemaat mula-mula masih relevan untuk gereja masa kini? Berdoa agar setiap jemaat Tuhan mempunyai kerinduan untuk senantiasa bertumbuh dalam kerohanian, baik secara pribadi maupun secara komunitas bergereja.
17 JUMAT
JUNI 2016
“Tetapi Petrus berkata: Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!” (Kisah Para Rasul 3:6)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 3:1-26 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 3
KUASA KRISTUS
M
ukjizat tidak hanya menggemparkan orang di masa kini, namun juga di masa lampau. Demikian halnya dengan seorang pengemis yang mengalami kelumpuhan. Setiap hari ia duduk di Gerbang Indah di dekat Bait Suci untuk mendapatkan sedekah. Seolah-olah tidak ada hal lain lagi yang dibutuhkan, selain uang. Petrus menyadari ada hal yang lebih penting bagi pengemis itu, daripada uang. Ia butuh mengenal Kristus dan kuasa di dalam Kristus. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari penyembuhan pengemis ini. 1. Kuasa nama Yesus Kristus. Nama Yesus bukanlah sekadar nama biasa. Nama itu memiliki kuasa untuk menolong setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kita berpikir, seseorang bisa beroleh hidup yang bahagia jika ia memiliki penghasilan tinggi dan keluarga yang harmonis. Di sekitar tahun 1670, diterbitkan sebuah buku hasil tulisan Blaise Pascal yang berjudul “Pensees.” Dalam buku ini dikatakan bahwa, dalam usaha manusia untuk mendapatkan kebahagiaan hidup, ia berusaha mengisi hidupnya dengan banyak hal yang ia temui, namun ada bagian yang tetap tidak bisa diisi oleh apapun juga, selain oleh Allah sendiri. Dalam Kisah Para Rasul 4:12, dikatakan, “Keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” Yesus membawa seseorang memiliki sebuah kualitas hidup yang penuh pengharapan dan sukacita. Karena itu setiap orang perlu percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. 2. Keberanian untuk bersaksi tentang kuasa Yesus. Menceritakan tentang sesuatu yang istimewa adalah sesuatu yang biasa kita lakukan untuk buku, lagu, gadget, makanan, tempat wisata, atau berbagai produk lain. Tanpa disuruh-suruh, kita cenderung menjadi “juru iklan” bagi produk yang kita sukai. Maka seharusnya, jika kita telah merasakan kuasa Yesus, maka kita tidak akan berdiam diri. Kita akan rindu menyaksikan kuasa itu kepada orang lain. Bagaimana dengan kita? STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang hakiki, yang dibutuhkan manusia, yang tidak dapat diusahakan oleh dirinya sendiri? (2) Bagaimana keyakinan Petrus akan nama Yesus? Berdoa bagi jemaat yang sedang mengalami tantangan hidup agar mereka tidak lemah dalam iman, melainkan tetap kuat dan percaya akan segala kebaikan dan kuasa Tuhan Yesus dalam hidupnya.
18 SABTU
JUNI 2016
“Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” (Kisah Para Rasul 4:20)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 4:1-22 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 4:1-22
KESAKSIAN HIDUP
B
erada di dekat seorang pejabat; bukankah itu sangat mengagumkan? Kebanyakan orang masa kini mengabadikan moment tersebut dalam foto dan memajangnya, baik di rumah, facebook, twitter, atau secara khusus menulis detail pertemuan itu di blog, sebagai wujud kebanggaan mereka. Kita cenderung untuk menceritakan sesuatu yang membuat kita kagum. Petrus dan Yohanes pernah berjumpa dengan Pribadi yang lebih mengagumkan daripada pejabat. Mereka pernah berjumpa dengan Pribadi yang mengubahkan hidup mereka. Mereka mengikuti Yesus dalam pelayanan-Nya. Mereka juga diberikan kuasa untuk mengadakan mukjizat seperti Sang Guru. Itu semua membuat mereka tak bisa tahan untuk tidak menceritakan tentang Dia, sekalipun mereka dilarang dan diancam oleh para pejabat rohani, sidang mahkamah agama di Yerusalem (ay. 20). Seorang saksi berfungsi untuk menyatakan kebenaran dari apa yang dilihat, didengar maupun yang dialaminya. Seorang Kristen juga disebut sebagai saksi Kristus. Seorang saksi yang mengatakan hal yang benar dari apa yang dilihat, didengar, dibaca, dan dialami dalam hidupnya dengan Kristus. Petrus bersaksi di depan para pemimpin. Bayangkan, di kala orang lain mencoba mendekati pemimpin untuk mendapat keuntungan, Petrus dan Yohanes malah tidak tahan untuk tidak menceritakan tentang Yesus. Bagaimana Petrus bisa melakukannya? Sebab (1) mengalami perjumpaan dengan Yesus, (2) Roh Kudus memberikan keyakinan dan keberanian, (3) ia menempatkan berita tentang Kristus sebagai prioritas dalam hidupnya. Bagaiman dengan kita? Pengalaman iman Petrus ini menunjukkan, bersaksi bukanlah suatu program pelayanan, melainkan buah dari perjumpaan dengan Tuhan. Mari kita berdoa agar Tuhan membukakan mata dan telinga hati kita sehingga dapat mengalami kebaikan-Nya dalam firman-Nya dan dalam pengalaman keseharian. Sehingga tanpa disuruh-suruh, kita terdorong untuk menceritakan kebaikan-Nya itu kepada orang lain. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang terjadi ketika seseorang sungguh mengalami perjumpaan dengan Tuhan? (2) Menyaksikan tentang Tuhan: adalah sebuah program, atau bukan? Berdoalah bagi generasi muda Kristen agar mereka boleh mengalami dan mengenal Tuhan dengan benar, sehingga kehidupan mereka adalah kehidupan yang diubahkan dan penuh kesaksian.
19
MINGGU
JUNI 2016
“Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.” (Kisah Para Rasul 4:29)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 4:23-31 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 4:23-37
JEMAAT YANG BERDOA
D
alam menjalani kehidupan ini, kita tidak pernah luput dari persoalan hidup. Tidak jarang orang Kristen dikalahkan olehnya. Namun tidak sedikit juga yang mengalami kemenangan dalam menghadapinya. Persoalannya, seberapa besar penyerahan diri kita kepada Allah untuk persoalan, pergumulan dan bahaya yang kita hadapi? Seberapa sungguh kita melibatkan Allah untuk menyelesaikan persoalan yang kita hadapi? Kisah Para Rasul 4:23-31 menceritakan bagaimana TUHAN menjawab pergumulan dan ketakutan yang dialami orang-orang percaya pada waktu itu. Setelah Petrus dan Yohanes dilepaskan dari penjara, mereka kembali kepada saudara-saudara seiman dan menceritakan apa yang terjadi. Di dalam cerita itu jelas ada ancaman [ay. 29a] untuk tidak memberitakan Injil kepada orang-orang lainnya yang belum percaya. Ancaman dan tekanan ini memberikan ketakutan dan kekuatiran kepada orang-orang percaya lainnya. Dengan bersatu hati mereka bergumul dan berdoa di hadapan TUHAN. Pertanyaannya, apa isi doa yang dinaikkan oleh jemaat pada waktu itu? Apakah mereka meminta menghilangkan ancaman dan tekanan dari para imam dan tua-tua bangsa Israel? Alkitab tidak mencatat demikian. Isi doa mereka pada waktu itu adalah “berikanlah keberanian supaya mereka dapat memberitakan Injil tentang Yesus Kristus” dan “berikanlah mereka tanda-tanda yang menyertai mereka dalam memberitakan Injil Yesus Kristus.” Setelah mereka berdoa, maka mereka dipenuhi oleh Roh Kudus. Kepenuhan Roh Kudus itu menyebabkan mereka berani untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Adakah kita berdoa seperti jemaat ini? Berdoa bukan hanya sekadar minta berkat TUHAN, berdoa bukan hanya sekadar minta perlindungan dan pertolongan TUHAN, tapi berdoa meminta keberanian supaya kita dapat memberitakan Injil Yesus Kristus kepada mereka yang belum percaya. Biarlah perenungan hari ini menginspirasi kita untuk melakukan hal yang sama, sebagaimana hal itu telah dilakukan oleh jemaat mula-mula. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap jemaat dalam menghadapi persoalan yang menekan keimanan mereka? (2) Apa yang membuat mereka memiliki keberanian? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar mereka senantiasa hidup dalam iman dan pengharapan di dalam Tuhan Yesus, sehingga mereka kuat menghadapi segala persoalan hidup.
20
SENIN
JUNI 2016
“... Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah ...” (Kisah Para Rasul 5:5b)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 5:1-11 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 5:1-21
KETIDAKJUJURAN MENDATANGKAN MAUT
K
etidakjujuran di hadapan TUHAN dapat mendatangkan kecelakaan. Inilah kisah yang digambarkan dalam Kisah Para Rasul 5:1-11, yang menceritakan kehidupan jemaat mula-mula, khususnya Ananias dan Safira. Di bagian sebelumnya ps. 4:32-37 (bdk. Kis. 2:41-47) dicatat, bahwa orang-orang yang sudah menjadi percaya Yesus Kristus melakukan beberapa kebiasaan; di antaranya, mereka membagi kepunyaan masingmasing kepada yang lain yang membutuhkan, mereka juga beribadah bersama dan memberi kesaksian tentang Yesus Kristus. Semuanya itu dilakukan atas dasar kerelaan dan kasih sebagai pola kehidupan mereka. Sangat jelas terlihat bahwa sebagian jemaat kaya yang telah menjadi percaya kepada Yesus Kristus memiliki komitmen untuk menjual harta milik mereka dan membagi-bagikannya di antara mereka yang tidak mampu, sehingga semuanya dapat berkecukupan dan tidak kekurangan. Mereka menjual segala harta miliknya dan meletakkannya di bawah kaki rasul-rasul supaya dipergunakan sesuai dengan kebutuhan (Kis. 4:33-35). Pola kehidupan seperti ini menjadi ciri khas kehidupan jemaat mula-mula yang percaya kepada Yesus Kristus. Berbeda dengan Ananias dan safira, istrinya. Kedua suami-istri itu bersepakat untuk membohongi para rasul. Hal ini kemudian menyebabkan mereka mati di hadapan rasul Petrus (Kis. 5:5 dan 10). Ketidakjujuran telah mendatangkan kecelakaan dan maut bagi Ananias dan Safira. Hal itu sangat mungkin karena hatinya telah dikuasai oleh Iblis, sehingga fokusnya “menguasai sebagian uang” yang menjadi hasil penjualan tanah tersebut. Hal ini tepat seperti yang dituliskan Alkitab, “di mana hartamu berada, di situ jugalah hatimu berada” (Mat. 6:21). Ketidakjujuran Ananias dan Safira telah mengajarkan kita bahwa harta benda tidak menjamin kehidupan dan keselamatan hidup kita. Harta benda memang diperlukan untuk hidup, tetapi bukanlah prioritas utama di dalam seluruh kehidupan kita. Melalui harta benda yang kita miliki, kita dapat melayani TUHAN dan sesama dengan lebih efektif. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Ananias dan Safira bersepakat membohongi Petrus? (2) Apa yang terjadi kepada mereka, setelah kebohongan mereka terbongkar? Berdoalah bagi setiap jemaat Tuhan agar mereka belajar hidup untuk jujur di hadapan Tuhan, sehingga segala kehidupan mereka adalah kehidupan yang otentik dan memuliakan Tuhan.
21
SELASA
JUNI 2016
“Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah Para Rasul 5:29)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 5:26-42 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 5:22-42
HIDUP SESUAI PENGAKUAN IMAN
D
alam Perjanjian Lama, kita mengenal Sadrakh, Mesakh dan Abednego sebagai contoh orang-orang yang begitu gigih dalam komitmen mereka kepada Tuhan. Ketika disuruh menyembah patung raja, mereka tidak mau melakukannya, sekalipun hukumannya adalah mati di bakar dalam perapian (Dan. 3). Mengapa mereka tidak mau? Karena mereka mempunyai keyakinan iman; sekalipun Tuhan yang mereka sembah tidak menyelamatkan mereka, sekali-kali mereka tidak akan goyah dari iman mereka kepada Tuhan. Inilah prinsip dari iman yang teguh di dalam Tuhan. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam kitab Kisah Para Rasul, kita diperkenalkan dengan para rasul yang juga begitu gigih dalam komitmen mereka kepada Tuhan. Ketika dilarang keras untuk mengajar dalam nama Yesus (ay. 27-28), Petrus dan rasul-rasul meresponi larangan tersebut dengan suatu penyataan yang luar biasa. Katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia” (ay. 29). Ini adalah suatu penyataan sikap yang sangat tegas dan pemberani sekali dari mereka, di mana mereka tidak takut akan ancaman apa pun. Sekalipun sekelompok elit agama yang berkuasa pada waktu itu melarang mereka dengan keras untuk memberitakan nama Yesus (ay. 22, 24, 34), namun mereka akan tetap setia untuk memberitakan Yesus. Mengapa? Karena mereka tahu dengan jelas bahwa Yesus yang telah disalibkan oleh orang-orang Yahudi itu adalah sungguh Mesias yang diutus Allah untuk menyelamatkan mereka (ay. 29-32). Itulah sebabnya mengapa mereka memiliki pendirian yang keras seperti itu. Bagaimana dengan kita? Apa kita juga mempunyai prinsip iman yang teguh, dalam menaati Tuhan lebih daripada manusia? Ataukah kita telah menjadi orang yang tidak memiliki prinsip, sehingga kita lebih banyak kompromi dengan dunia ini daripada Tuhan? Sadarilah, Iblis tidak pernah tinggal diam. Dengan berbagai cara ia terus dan akan terus berusaha untuk menghadang pemberitaan Injil Yesus Kristus sampai sekarang. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat para murid berani mengambil resiko & menghadapi tekanan dari Mahkamah Agama? (2) Seberapa penting kita memegang prinsip iman kita? Berdoalah bagi para misionari dan pelaku penginjilan agar mereka tetap bersemangat dalam memberitakan Injil, sekalipun menghadapi medan pelayanan yang sulit.
22
RABU
JUNI 2016
“Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.” (Kisah Para Rasul 6:7)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 6:1-7 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 6
PENTINGNYA STRATEGI DALAM PELAYANAN
K
etika jumlah murid makin bertambah, maka timbullah permasalahan di tengah-tengah mereka: (1) adanya sungut-sungut orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari; (2) adanya ketidakpuasan di kalangan para rasul karena melalaikan Firman Allah demi melayani meja (ay. 2). Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan, harus segera diselesaikan; jika tidak, akan mengakibatkan perpecahan dalam jemaat dan menghambat kemajuan pemberitaan Injil Tuhan. Maka kedua belas rasul memanggil semua murid berkumpul untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Mereka berani membuka apa yang menjadi akar permasalahan kepada seluruh jemaat pada waktu itu. Mereka mengatakan bahwa sesungguhnya mereka pun sebagai rasul tidak merasa puas, karena telah melalaikan Firman Allah untuk melayani meja selama ini. Dengan kata lain, mereka telah bersalah karena selama ini tidak dapat maksimal sebagai rasul dalam melakukan pelayanan Firman Allah akibat melayani meja (ay. 2). Untuk itu, mereka membangun strategi pelayanan, yaitu agar memilih tujuh orang dari antara mereka yang terkenal baik dan yang penuh Roh dan hikmat (ay. 3) untuk menjalankan tugas pembagian kepada janda-janda yang selama ini terbaikan (ay. 1). Maka dengan demikain rasul-rasul dapat memusatkan pikiran mereka dalam doa dan pelayanan Firman Allah (ay. 5). Usul itu pun diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Kemudian mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka (ay. 5-6). Hasilnya, Firman Allah semakin tersebar dan semakin banyak pula orang yang percaya dan menjadi murid Tuhan (ay. 7). Bagaimanakah dengan gereja kita saat ini? Selesaikanlah masalah dan alamilah kemajuan! STUDI PRIBADI: (1) Apakah setiap pelayanan pasti memiliki masalah masing-masing? (2) Apa yang para rasul lakukan? Apakah efektif dalam mengatasi permasalahan tersebut? Doakanlah bagi gereja Tuhan agar mereka memiliki strategi dan komitmen yang tinggi di dalam menyelesaiakan masalah pelayanan dan kehidupan jemaat.
23
KAMIS
JUNI 2016
“Kata Imam Besar: Benarkah demikian? Jawab Stefanus: Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah!...” (Kisah Para Rasul 7:1-2)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:1-22 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:1-22
PEMBELAAN STEFANUS
S
esungguhnya pertanyaan Imam Besar tersebut adalah kesempatan bagi Stefanus untuk membela dirinya terhadap tuduhan-tuduhan yang dilemparkan kepadanya. Mereka menuduh Stefanus berdasar perkataan-perkatan yang telah diucapkan olehnya. Namun sesungguhnya, mereka telah memberikan penafsiran mereka sendiri, sehingga mereka mempunyai alasan untuk menuduhnya. Kesempatan tersebut tidak disiasiakan oleh Stefanus. Jawab Stefanus: “Hai saudara-saudara dan bapabapa, dengarkanlah!...” (ay. 2). Bacaan Alkitab pagi ini, menunjukkan kepada kita bagaimana sikap dan isi pembelaan Stefanus terhadap mereka (Kis. 7). Dari pembelaan tersebut ternyatalah bahwa, tuduhan mereka timbul akibat pandangan mereka yang salah mengenai maksud Allah terhadap bangsa Israel sampai kedatangan Mesias. Stefanus menyatakan bahwa di dalam seluruh sejarah bangsa Israel, para pemimpin senantiasa berbuat dosa terhadap para nabi, yang telah diutus Allah kepada bangsa Israel, yang mempersiapkan mereka menyambut kedatangan Mesias. Dari pembelaan Stefanus tersebut, kita melihat bagaimana Stefanus melukiskan kedegilan hati mereka, yang seringkali salah dalam mengerti maksud Allah terhadap mereka dan bagaimana kasih dan panjang sabarnya Tuhan terhadap mereka. Tetapi mendengar pembelaaan Stefanus tersebut, hati mereka tertusuk dan mereka langsung meledak marah kepada Stefanus. Lalu mereka merajam Stefanus hingga mati (ay. 54-60). Sesungguhnya hingga kini pun, banyak orang salah mengerti maksud kasih Tuhan atas mereka. Bahkan banyak di antara mereka yang seringkali menentang, menolak, membenci, bahkan menganiaya hamba Tuhan yang diutus-Nya. Namun demikian, sebagai anak Tuhan dan hamba-Nya, kita harus tetap setia untuk memberitakan keselamatan di dalam Tuhan Yesus, kepada mereka, walaupun untuk ada harga yang harus dibayar. Stefanus telah melakukannya. Bagaimanakah dengan kita? STUDI PRIBADI: Mengapa bangsa Israel pada waktu itu dan juga orang-orang zaman ini masih salah mengerti memahami maksud kasih Kristus atas mereka? Coba jelaskan! Berdoalah agar anak-anak Tuhan diberikan keberanian untuk memberitakan kasih Tuhan kepada mereka yang belum menerimanya, walaupun ada harga yang harus dibayar untuk itu.
24
JUMAT
JUNI 2016
“... Apakah kamu mempersembahkan kepada-Ku korban sembelihan dan persembahan selama empat puluh tahun di padang gurun itu, hai kaum Israel? Tidak pernah ...” (Kisah Para Rasul 7:42b-43a)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:22-43 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:22-43
AIS SUSU DIBALAS AIR TUBA
D
alam pembelaan di depan imam besar, Stefanus mengingatkan mereka kembali akan sikap orang Israel terhadap Musa yang diutus Tuhan untuk membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Bagaimana mereka terus menyakiti hati Tuhan dengan menolak utusan yang Allah berikan untuk memimpin mereka. Bahkan dalam ayat 42 tersirat kepedihan hati Tuhan tentang bagaimana kebaikan dan kasih sayang Tuhan kepada mereka yang telah membebaskan mereka dari perbudakan kejam di Mesir, ternyata bukan saja tidak dibalas dengan persembahan syukur, mereka malah berpaling kepada ilah-ilah lain. Sampai akhirnya, Tuhan harus menyerahkan mereka dalam pembuangan di Babel. Dari bagian ini kita bisa melihat bagaimana bebalnya hati orang Israel. Kebaikan dan kemurahan Allah atas diri mereka bukan saja tidak mereka hargai, bahkan mereka terus-menerus menyakiti hati Tuhan dengan meninggalkan Tuhan dan menyembah kepada dewa lain, bak pepatah, “Air susu dibalas dengan air tuba.” Lalu bagaimana dengan kita? Bukankah kita seringkali juga bersikap seperti orang Israel? Kita merasa tidak mungkin membalas kebaikan seseorang dengan kejahatan. Akan tetapi, sadarkah kita bahwa sebagai orang percaya yang telah begitu banyak menerima pertolongan Tuhan, anugerah Tuhan, kasih sayang Tuhan, bahkan berkat Tuhan, kita masih sering menyakiti hati-Nya dengan berbuat dosa? Ketika kenyataan hidup tidak lagi sesuai dengan pengharapan kita, bukankah kita seringkali kecewa kepada Tuhan dan meragukan kasihNya? Bahkan kemudian kita mencari pertolongan kepada hal-hal lain, sekalipun kita tahu, itu akan menyakiti hati-Nya. Bukankah ini juga dapat disebut sikap yang tidak tahu berterima kasih? Marilah kita mengevaluasi sikap kita terhadap Allah. Ketika kita bisa menyadari betapa besar kasih Allah kepada kita, maka kita pasti tidak akan tergoda untuk menyakiti hatiNya, atau bahkan meremehkan Tuhan dalam hidup kita. Sebagai anakanak Tuhan, selayaknya kita menjauhi dosa, serta melayani Tuhan dan sesama kita dengan penuh kasih. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Stefanus menceritakan kisah Musa ini dalam pembelaannya di hadapan imam besar? (2) Apa yang dapat kita pelajari dari sejarah bangsa Israel ini? Doakanlah agar kita diberikan hati yang tahu berterima kasih, yang benarbenar rindu dan mau membalas cinta kasih Tuhan dengan hidup yang mau menyenangkan hati-Nya.
25
SABTU
JUNI 2016
”Maka berteriak-teriaklah mereka dan sambil menutup telinga serentak menyerbu Dia.” (Kisah Para Rasul 7:57)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 7:54-60 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 7:44-60
TELINGA YANG MEMBATU
P
embelaan yang disampaikan oleh Stefanus di hadapan Mahkamah Agama, sungguh menusuk hati para anggota Mahkamah Agama Yahudi tersebut, sehingga mereka pun menyambutnya dengan gertakan gigi (ay. 54). Apalagi setelah Stefanus mengatakan bahwa ia melihat langit terbuka dan Anak Manusia duduk di sebelah kanan Allah (ay. 56), maka semakin marahlah para anggota Mahkamah Agama tersebut. Mereka berteriak-teriak sambil menutup telinga dan menyerbu Stefanus (ay. 57). Kebenaran yang disampaikan oleh Stefanus seharusnya membawa mereka kepada penyesalan dan permohonan belas kasihan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Mereka menolak untuk mendengarkan kebenaran tersebut. Dari peristiwa ini kita melihat, bahwa sekali lagi orang Israel menolak kebenaran yang Tuhan sampaikan kepada mereka. Mereka hanya mau mendengar, apa yang mereka mau dengar. Sekalipun sebenarnya mereka tahu bahwa apa yang disampaikan oleh Stefanus itu benar, terbukti dari sikap mereka yang tidak membantah sedikitpun, namun hal tersebut malah semakin membuat mereka marah. Ketika kebenaran menelanjangi segala kebobrokan diri mereka, bukannya bertobat, mereka justru marah dan membunuh Stefanus. Dari kejadian ini kita belajar, banyak orang sebenarnya tahu apa yang benar, tapi mereka seringkali tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka hanya mau mendengar apa yang baik dan enak didengar menurut mereka. Bukankah kita seringkali menemukan bahwa ketika Tuhan memakai orang lain untuk menunjukkan kesalahan kita, bukannya kita berterima kasih dan segera bertobat, tetapi kita justru menjadi marah besar, sama seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. Mari kita belajar untuk membuka telinga kita bagi teguran yang membangun hidup kita. Jangan kita merasa diri sudah pintar, sudah banyak belajar firman Tuhan sehingga tidak mau lagi menerima masukan orang lain, karena mungkin Tuhan memakai mereka untuk membawa kita ke jalan yang benar. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sikap Stefanus di dalam menghadapi anggota-anggota Mahkamah Agama yang marah kepadanya? (2) Mengapa orang sulit menerima teguran? Doakanlah agar kita diberikan kerendahan hati untuk mau membuka telinga kita terhadap kebenaran, sekalipun mungkin itu disampaikan oleh orang yang lebih yunior dari kita.
26
MINGGU
JUNI 2016
“Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ” (Kisah Para Rasul 8:4-5).
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 8:1-6 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 8:1-28
JANGAN TUNDA PEKABARAN INJIL
K
ita mungkin pernah melihat anak-anak yang tidak taat kepada perintah orangtuanya; sehingga supaya anak ini taat, maka orang tua mendisiplin mereka (misal, dipukul dengan rotan); sekalipun tanpa dipukuli dengan rotan pun, mereka bisa taat. Akan tetapi umumnya, mereka dipukuli dengan rotan, baru mau taat. Demikian juga yang terjadi dengan orang Kristen mula-mula di Yerusalem. Tuhan sudah memberikan perintah kepada mereka untuk memberitakan Injil mulai dari Yerusalem dan Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8), akan tetapi mereka tidak mau taat. Tuhan tidak sebatas memberikan perintah untuk dilakukan; Tuhan juga mengaruniakan Roh Kudus kepada mereka untuk memberitakan Injil. Karena itu, Tuhan menginzinkan suatu penganiayaan yang hebat terjadi kepada jemaat ini (ay. 1b). Tuhan mengizinkan seorang Saulus untuk menganiaya Jemaat-Nya. Dalam ayat 3 ada tertulis: “Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempua ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.” Ada jemaat yang tertangkap, ada juga jemaat yang berhasil melarikan diri. Mereka yang melarikan diri inilah yang tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria dan memberitakan Injil. Dari peristiwa ini kita melihat bahwa, ketika jemaat ini dianiaya, baru mereka taat memberitakan Injil. Perintah untuk memberitakan Injil bukan hanya ditujukan kepada jemaat mula-mula, tetapi juga untuk kita. Memberitakan Injil adalah tugas semua orang percaya. Karena itu, tidak ada pilihan bagi kita untuk menolak perintah ini. Masih ada banyak orang yang belum mendengar Injil Tuhan Yesus. Bagaimana mereka dapat mendengarnya? Kitalah yang harus memberitakan Injil kepada mereka. Pertanyaannya, “Apakah kita pernah menceritakan tentang kasih Tuhan Yesus kepada mereka?” Apabila sudah, teruskan. Apabila belum, mulailah taat memberitakan Injil sebelum Tuhan “mendisiplin” kita. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan lakukan ketika jemaat mula-mula tidak segera mengerjakan tugas mereka dalam memberitakan Injil? (2) Pelajaran apa yang kita peroleh? Berdoalah bagi setiap orang Kristen di manapun mereka berada agar kehidupan mereka dapat menjadi kesaksian dan merekapun memiliki keberanian untuk memberitakan Injil.
27
SENIN
JUNI 2016
“Sahut Filipus: Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh. Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.” (Kisah Para Rasul 8:37)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 8:26-40 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 8:26-40
ANUGERAH BAGI YANG TIDAK LAYAK-(1)
P
enganiayaan telah menyebabkan jemaat Tuhan perdana terpencar ke berbagai tempat, dan dengan cara itu Injil mulai disebarkan di seluruh negeri. Filipus adalah orang pertama yang membawa berita Injil kepada orang Samaria, menabur benih untuk gereja lintas budaya yang pertama kali. Samaria, yang selama ini bermusuhan dengan orang Yahudi, yang diremehkan dan dianggap kafir, telah menerima berita Injil dan meresponinya dengan iman. Kemudian Allah mengutus Filipus untuk bertemu dengan seorang sida-sida Etiopia yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Jika Samaria adalah bangsa asing yang hidup bertetangga dengan Isael, maka sida-sida ini adalah orang asing yang datang dari tempat yang jauh, dari Afrika. Jika orang Samaria dianggap tidak layak menerima anugerah Injil, maka sidasida inipun sama. Tapi era anugerah telah tiba. Karya salib telah digenapi, Kristus telah mati dan bangkit, bahkan sudah terangkat dari bumi dan kembali ke sorga. Kini anugerah akan diberikan kepada setiap bangsa dan suku dan bahasa, sesuai rencana kekal Allah. Yesaya 56:4 menyatakan bahwa anugerah akan diberikan juga kepada orang-orang yang dikebiri. Inilah janji kemurahan Allah yang luar biasa. Pada zaman dahulu, para budak pria yang bertugas melayani Ratu, seringkali dikebiri supaya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Ratu. Itu menjadi semacam nasib paling sial bagi seorang pria. Tetapi untuk orang seperti itu, Allah juga menyatakan anugerah-Nya. Sida-sida ini adalah seorang yang mempunyai hati yang takut akan Tuhan sehingga dia rela menempuh perjalanan jauh untuk menyembah Allah Israel, Yahweh yang hidup. Bukan berarti dia cukup baik sehingga layak mendapat anugerah, tetapi karena anugerah Allah sudah mengerjakan iman dalam hatinya. Demikian Filipus diutus untuk menyempurnakan rencana anugerah Allah atas sida-sida itu. Dia memberi penjelasan tentang rahasia firman hidup, dan sida-sida Etiopia itu pun menerima berita Injil dan membaptiskan dirinya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana anugerah Allah dinyatakan dalam kehidupan sida-sida Etiopia tersebut? (2) Siapa yang dipakai Allah untuk menyatakan anugerah-Nya? Berdoa bagi jemaat agar Tuhan boleh memakai kehidupan mereka menjadi kesaksian tentang anugerah-Nya, yang menyelamatkan orang berdosa menuju pada kehidupan kekal.
28
SELASA
JUNI 2016
“Tetapi firman Tuhan kepadanya: Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku …” (Kisah Para Rasul 9:15)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 9:1-21 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 9:1-21
ANUGERAH BAGI YANG TIDAK LAYAK-(2)
S
etelah sida-sida Etiopia, orang berikutnya yang menerima Injil kasih karunia adalah Paulus. Berbeda dengan sida-sida, Paulus adalah seorang yang memusuhi Kristus dan gerejanya dengan fanatisme yang tinggi terhadap Yudaisme. Dia adalah seorang Farisi yang sangat paham dengan ajaran Perjanjian Lama, dan yang sangat ketat berusaha menjalankan tuntutan-tuntutan ajaran Yudaisme. Bagi Paulus, ajaran baru yang disebarkan oleh para pengikut Yesus orang Nazareth adalah penyesatan yang harus dilawan dengan segala upaya, tanpa menyadari bahwa dirinya sedang menentang Allah sendiri. Terbawa oleh amarah massa terhadap Stefanus sehingga mereka merajam dia sampai mati, Paulus adalah saksi mata peristiwa tersebut. Terbawa di dalam arus massa yang sudah buta, menyebabkan Paulus terbakar oleh api kebencian untuk ikut mengancam dan membunuh para pengikut Kristus. Dia pergi kepada Imam Besar, meminta surat tugas resmi untuk memudahkan dia melakukan rencananya; mencari, menangkap dan membawa mereka ke Yerusalem untuk diadili seperti yang telah mereka lakukan atas diri Tuhan Yesus dan atas Stefanus. Dengan surat di tangan, Paulus pergi menuju Damsyik. Dengan apa yang dia lakukan, adalah pantas jika Allah menghukum, menghajar dia dengan keras. Bahkan seandainya petir menyambarnya di siang hari, itu hanya akan menunjukkan betapa dahsyat kuasa Allah, betapa mengerikan murka Allah. Allah bisa membelah bumi untuk menumpas bani Korah, Allah juga berkuasa untuk mengirim petir untuk membinasakan musuhNya; Paulus. Tapi bukan itu yang terjadi. Alih-alih membinasakan Paulus si panganiaya Gereja, Tuhan justru menyatakan diri kepadanya. Bila sida-sida adalah tidak layak oleh karena statusnya, maka Paulus adalah tidak layak karena kehidupan dan perbuatan jahatnya. Tapi kepada kedua orang inilah, Allah menyatakan anugerah pengampunan-Nya, untuk mengajarkan suatu kebenaran bahwa tidak ada seorangpun mendapatkan anugerah karena kelayakan dirinya. Semua adalah kerena anugerah. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang dimaksud dengan istilah kata “anugerah” Allah? (2) Apakah Allah memberikan anugerah-Nya kepada orang berdosa? Berdoalah bagi mereka yang belum mengenal keselamatan di dalam Tuhan Yesus, agar mereka juga mendapatkan anugerah-Nya, sehingga memperoleh kehidupan baru dan kekal di dalam Dia.
29
RABU
JUNI 2016
“Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu.” (Kisah Para Rasul 9:34)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 9:22-43 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 9:22-43
IMAN PETRUS YANG HIDUP
S
tudies in Proverbs buku karangan Dr. William Arnot dari Glasgow sempat menyentak Dr. James M. Gray, “Setiap jiwa yang belum dimenangkan untuk Tuhan Yesus sudah dalam keadaan tersesat.” Pesan ini menggugahnya untuk percaya dengan sungguh-sungguh, dan membawanya kepada Kristus. Berbahagialah orang yang beriman kepada Kristus Yesus, Dia bukan hanya mampu menebus dosa, lebih daripada itu, Dia adalah Tuhan yang hidup, dulu, sekarang maupun akan datang bahkan selamanya. Seperti nyanyian yang sering kita kumandangkan, “Sebab Dia hidup ada hari esok. Sebab Dia hidup, ku tak gentar. Karena ku tahu Dia pegang hari esok.” Sudahkan Anda memiliki Kristus yang hidup? Renungan ini menyaksikan Kristus yang hidup berperan aktif dalam pelayanan dan kehidupan Petrus. Eneas disembuhkan dari kelumpuhan. Ia sudah menderita lumpuh delapan tahun, penderitaan yang cukup lama. Ternyata zaman dulu banyak orang sakit lumpuh (Mat. 4:24; 8:6; 9:2; 15:30; Kis. 3:2; 8:7) mungkin akibat stroke seperti zaman sekarang. Yang ajaib adalah semua penyakit lumpuh, baik berat atau ringan, baru atau lama, disembuhkan oleh Tuhan Yesus, tanpa terkecuali. Demikian juga Eneas ketika terbaring tidak berdaya, lalu Petrus berkata kepadanya: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau; bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu. Ini kali kedua Petrus menyembuhkan orang sakit lumpuh dengan mengadalkan nama Yesus Kristus (bdk Kis. 3:2). Jangan kira Petrus dapat melakukan mukjizat tanpa kuasa Kristus Yesus; hanya Kristus yang hidup yang dapat melakukan semua ini. Tabita dibangkitkan dari kematian. Bukan hanya orang lumpuh yang disembuhkan oleh Petrus, tetapi juga Tabita dibangkitkan dari kematian. Suatu peristiwa yang menggemparkan di daerah Lida dan Yope, termasuk wilayah orang kafir yang tidak banyak mengenal Kristus. Melalui peristiwa itu, banyak orang menjadi percaya. Itulah tujuan mukjizat, untuk menyatakan kuasa ilahi Kristus Yesus sungguh hidup dalam orang beriman. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Tuhan bekerja melalui pelayanan Petrus? (2) Apa tujuan dari semua mukjizat yang Tuhan telah kerjakan melalui Petrus? Berdoalah bagi para hamba Tuhan, Misionaris dan para pemimpin institusi Kristen agar mereka melakukan pelayanan mereka sesuai kehendak dan pimpinan tangan Tuhan.
30
KAMIS
JUNI 2016
“Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau.” (Kisah Para Rasul 10:4)
Bacaan hari ini: Kisah Para Rasul 10:1-23 Bacaan setahun: Kisah Para Rasul 10:1-23
ORANG BAIK BUTUH KRISTUS
P
ada zaman Perjanjian Baru banyak orang asing (non-Yahudi) seperti para perwira Romawi menaruh respek kepada Tuhan Yesus, bahkan percaya bahwa Yesus dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datang seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh” (Mat. 8:5,8). Luar biasa imannya bukan? Bahkan melebihi orang Yahudi; bagaimana dengan kita, apakah telah sungguh-sungguh beriman kepada Kristus Yesus? Renunganlah bagian ini, kita akan mempelajari dua hal dari Kornelius. Kornelius orang saleh. Siapakah Kornelius? Seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia. “Ia saleh, ia serta seisi rumahnya takut akan Allah dan ia memberi banyak sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah” (Kis. 10:1-12). Sebagai seorang perwira Romawi, memiliki kehidupan religius yang saleh seperti ini adalah luar biasa sekali. Terlebih, seisi rumahnya atau semua anggota keluarganya, hidup takut akan Tuhan. Kehidupan keluarga Kornelius patut menjadi perenungan kita bersama. Selama ini, kita mengaku orang yang beriman, adakah kita hidup saleh, suka sedekah dan hidup takut akan Tuhan, seperti mereka? Kornelius butuh Kristus Yesus. Setelah berdoa, Kornelius mendapat penglihatan dari utusan Allah, yaitu malaikat berkata kepadanya bahwa: “Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau” (Kis. 10:4). Dalam penglihatan itu juga, Allah menyuruh suruhannya untuk menjemput Simon Petrus di Yope. Demikianlah Allah mempertemukan Kornelius dengan Petrus. Petrus menyadari bahwa Injil keselamatan juga harus diberitakan kepada bangsa bukan Yahudi. Ketika ia sedang menjelaskan Kristus Yesus, maka turunlah Roh Kudus di tengahtengah mereka yang sedang mendengarkan pemberitaan itu, dan mereka menjadi percaya. Anugerah keselamatan juga dibutuh Kornelius, meski ia saleh dan penderma. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kehidupan Kornelius di hadapan Tuhan dan sesama? (2) Mengapa Kornelius yang saleh itu harus mendengarkan berita Injil dari Petrus? Berdoalah bagi mereka yang mencari kebenaran dan keselamatan yang sejati, agar Tuhan boleh membukakan mata rohani mereka sehingga mereka dapat mengerti kebenaran Tuhan.
“Kata Yesus kepadanya: Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah merekayang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20:29)