Khotbah Jum’at (Salman, Oktober 2015) Khotbah-I Assalamu’alaikum Wr. Wb. (Adzan) .................................................................................................. Hamdallah – Syahadat – Sholawat - Wasiat Taqwa (Ya ayyuhannaas ittaqulloha khaqqotuqotihi wala tamutunna illa wa antum muslimun) Waqola ta’alaa fil qur’anil karim, ta’awudz,
Shodaqollahul’adzim. Jama’ah Salman yang dirahmati Alloh Swt. Marilah kita bersama selalu memanjatkan puji dan syukur kehadirat Alloh SWT yang tiada henti memberikan nikmat dan karunia NYA nan tak terhitung banyaknya. Marilah kita juga bersaksi bahwa tidak ada Ilah tidak ada tuhan kecuali Alloh SWT dan Nabi Muhammad adalah Rasul dan utusanNya. Semoga sholawat dan salam selalu dicurahkan kepada Rasululloh saw, kepada keluarganya, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Marilah kita juga bersama-sama selalu saling mengingatkan dan mewasiatkan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT. Orang yang paling mulai di sisi Alloh adalah yang paling bertaqwa. Jama’ah salman yang dimulyakan Alloh Swt. Dalam setiap rokaat sholat kita diwajibkan membaca surat Al-Fatikhah, yang antara lain berisi do’a sebagaimana dibacakan pada awal khutbah tadi, yaitu:
Yang artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. “ Terkait dengan ayat-ayat tersebut, dalam sebuah hadits, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata,”Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda,”Ini adalah jalan Allah,” kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda,”Ini adalah jalan-jalan
(yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,” kemudian beliau membaca.
Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. [Al An’am:153]. Dalam manapaki kehidupan sehari-hari kita diberi pedoman hidup ke jalan yang lurus, panduan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat yaitu Al-Qur’anul karim dengan arahan sunnah Rasululloh saw. Al-Qur’an adalah pedoman yang lengkap bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan alam lingkungannya.
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini (QS:45:20). Jama’ah Salman yang rahimakumulloh. Sebagai mahasiswa, dosen dan peneliti, dalam aktivitas belajar dan meneliti, diperlukan panduan sebagai ramu-rambu sehingga kita tidak terseret pada arah yang keliru. Hal ini penting mengingat, saat ini ummat muslim belum menjadi locomotive perkembangan sains dan teknologi, namun sebaliknya sebagai gerbong pada urutan yang mungkin di belakang. Meluruskan arah pengembangan sains dan teknologi yang terkadang didorong oleh paham materialism atau hanya curiosity merupakan hal yang tidak mudah. Mengambil alih penguasaan sains dan teknologi memerlukan waktu yang tidak pendek, beberapa generasi bahkan ratusan tahun, sebagaimana terjadi pada masa lalu. Jama’ah yang dimulyakan Alloh Swt. Islam yang mengambil alih lokomotiv peradaban termasuk sain dan teknologi telah membawa ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipandu ruh religius. Terjadi semacam ‘peleburan’ merging/blending antara ruh spiritual untuk beribadah dan mengabdi kepada Alloh Swt dengan ilmu pengetahuan. Ulama adalah ilmuwan, masjid-masjid menjadi perpustakaan, muadzin adalah astronomers, para ilmuwan adalah ulul albab. Tidak ada istilah dikotomi. Mencari ilmu, melakukan penelitian adalah realisasi dari perintah Alloh dan Rasul Nya dan dalam rangka beribadah kepada Alloh Swt. Ada ruh spiritual dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh kecil: Prof. David King (ahli Sejarah Ilmu Pengetahuan Alam) dalam makalah berjudul “the sacred direction in Islam: a study of the interaction of religion and science in the middle ages”, yang dimuat dalam interdisciplinary science, menuliskan: ‘ Muslim astronomers from the 9th century onwards dealt with the determination of qibla. They treated it is a
problem of mathematical geography and they produced highly sophisticated trigonometric and geometric solution’. Menjadikan Al-Qur’an dan pelaksanaan ibadah sebagai panduan/inspirasi, termasuk dalam pengembangan sains dan teknologi, insya Alloh akan banyak hikmah dan fadlilah yang kita dapatkan serta semoga menjadi amal shalih yang bermanfaat dunia dan akhirat. Jama’ah yang dirahmati Alloh Swt. Peristiwa di atas, sangat berbeda dengan yang terjadi di Barat. Dimana ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dari dunia muslim (Toledo, Seville, dan lain-lain) dibawa ke barat dan tidak terjadi peleburan dengan spiritual, namun sebaliknya, yaitu ketidakselarasan/pemisahan atau dikotomi antara keduanya. Tidak ada panduan spiritual, tidak ada ruh spiritual, tidak diiringi doa permohonan kepada Alloh yang Maha Kuasa, ketika mengembangkan sains dan teknologi, sehingga kemungkinan dikembangkan berdasarkan ‘pemikiran’ atau hawa nafsu manusia semata, tanpa petunjuk Alloh SWT. Kita yang berada di gerbong belakang yang mengikuti arah perkembangan sain dan teknologi dengan paradigm materialism, menjadi ‘kebingungan’, kadang terjadi benturan. Ini perlu kita cermati, mengingat Alloh Swt berfirman:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS:2:11-12). Jama’ah masjid Salman yang dimulyakan Alloh SWT. Saat ini masih langka ilmuwan atau mahasiswa sains dan teknologi yang juga memahami Al-qur’an dengan ilmu alatnya, bahkan mungkin ada yang asing dengan Al-Qur’an. Pada sisi lain, banyak yang memahami bahasa Al-Qur’an namun kurang menguasai sain dan teknologi. Untuk itu marilah kita semakin intensif berinteraksi dengan Al-Qur’an, kita coba belajar bahasa Al-Qur’an, mengerti isinya dan menjadikan pemandu dalam belajar, melakukan riset dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Mari kita mencoba melengkapi dengan memadukan kampus ITB dan masjid Salman sebagai sarana untuk mengembangkan sains dan teknologi yang dipandu oleh Al-Qur’an dan ajaran agama kita. Semoga kita mendapat keberuntungan dunia dan akhirat. Jama’ah yang dimulyakan Alloh Swt. Beberapa langkah awal yang barangkali perlu kita upayakan, pertama marilah kita terus memohon petunjuk kepada Alloh SWT (sebagaimana tercantum dalam surat AlFatikhak), agar tidak salah niat dan tidak salah menempuh jalan dan tidak merugi di akhirat nanti. Rasululloh saw mengingatkan bahwa semua amal perbuatan bergantung pada niat. Tugas kita adalah untuk beribadah kepada Alloh Swt:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS:98:5). Selanjutnya kita menjaga niat dalam pengembangan sains dan teknologi, agar semakin mendekatkan diri kita kepada Alloh SWT., sebagai ulil albab, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. Kita juga terus memohon kepada Alloh SWT, semoga kita termasuk ilmuwan yg takut dan tunduk kpd Alloh SWT. Berusaha sedapat mungkin agar kita semua mjd manusia penuh manfaat, sbg perwujudan dari ajaran Rasul kita, sebagaimana hadits beliau: “Jabir radhiyallau ‘anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”. Jama’ah jum’at yang dirahmati Alloh SWT. Semoga dengan langkah-langkah di atas, ayat Al-Qur’an dan ajaran ibadah agama kita menjadi pendorong/inspirasi pengembangan riset sains dan teknologi. Ratusan ayat AlQur’an yang secara eksplisit mendorong pengembangan sains dan teknologi, perlu kiranya kita kaji dengan seksama, sebagai contoh (QS:16:69): “kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” Pada ayat lain Alloh SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS:57:25). Adalah tugas kita bersama yang memahami sain dan teknologi dengan mengkaji ayatayat tersebut. Kita jadikan Al-Qur’an sebagai inspirasi dan pendorong sains dan teknologi sehingga semakin mendekatkan kita kepada Alloh SWT dan menjadi manusia penuh manfaat. Barokallohuli walakum fil qur’anil adzim wa nafa’ni waiyyakum bima fihi minal ayati wadzikril khakim. Taqobballallohu minna waminkum tilawatahu innahu huwal ghafururrokhim. (duduk, membaca surat Al-Ikhlas, dan sholawat)
Khotbah-2: Hamdallah – Syahadat – Sholawat- Wasiat Taqwa (fayaa ‘ibadallah usikum wa iyaya bitaqwallohi la’allakum tuflikhun.) Waqola ta’alaa fil qur’anil karim, A’udzu billaahi minasysyaithonirrojiim, bismillahirrohmanirrohim,
Marilah kita tundukan hati dan kepala kita untuk bermunajat dan berdoa kepada Alloh SWT. Innallaaha wamalaikatahu yusholluna alannabiy, ya ayyuhalladzina amanu shollu ‘alaihi wa sallimu taslima. Do’a
Secara khusus mari kita doakan semoga jamaah haji yang wafat dalam peristiwa di Makkah dan Mina menjadi syuhada, juga semoga baitul maqdis dihindarkan dari kaum yang dlolim. Innallaaha ya’muru bil ‘adli wal ikhsani wa ita idzil qurba wa yanha ‘anil fahsya’i wa munkar wal baghy yaidzukum la’allakum tadzakkarun. Fadzkurullohal ‘adzim yadzkurkum wad’uhu yastajiblakum. Wala dzikrallaahi akbar.