BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang penting untuk kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya tanah merupakan masukan yang diperlukan untuk setiap aktifitas manusia seperti pertanian, industri, pemukiman dan jalan-jalan. Penggunaan tanah yang luas adalah untuk sektor pertanian yang meliputi penggunaan untuk pertanian tanaman pangan, pertanian yang keras, untuk kehutanan maupun untuk ladang pengembalaan dan perikanan. Pertumbuhan penduduk dan tuntutan kualitas serta kualitas pangan, papan dan energi telah menyebabkan manusia memanfaatkan sumber daya alam melebihi kapasitasnya. Di negara agraris seperti Indonesia, salah satu dampak yang paling jelas terlihat dari masalah peningkatan jumlah penduduk adalah berkurangnya lahan pertanian. Peningkatan jumlah penduduk akan mengurangi rasio luas lahan pertanian per keluarga petani. Pada akhirnya akan mempersulit mereka untuk memperoleh lahan pertanian yang subur dalam luasan yang cukup untuk hidup secara layak. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan akan pemukiman meningkat pula, sehingga desakan tersebut meluas sampai ke daerah yang berbatasan langsung dengan hutan. Pertambahan penduduk mengakibatkan pula peningkatan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan dan lapangan kerja. Dilain pihak peningkatan jumlah penduduk akan mempersulit rasio luas
1
2
lahan pertanian mereka untuk memperoleh lahan pertanian yang subur dalam jumlah yang cukup untuk dapat menghidupi keluarga yang layak. Penanaman tanaman pangan untuk kehidupan sehari-hari adalah kegiatan yang bisa menunjukkan adanya tekanan-tekanan tersebut. Selama pendapatan mereka belum meningkat maka dorongan untuk mengambil hasil hutan tidak mungkin terbendung. Oleh karena itu, kegiatan pengusahaan hutan dan sarana-sarana yang timbul harus memberikan pengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Masyarakat yang tinggal di sekitar areal hutan, akan memanfaatkan lahan hutan ketika lahan pertanian yang mereka miliki tidak cukup lagi bahwa pada kenyataannya berbagai kegiatan masyarakat pedesaan sekitar hutan memang dimulai dari hutan, seperti pembukaan lahan hutan untuk bercocok tanam, pengambilan atau penebangan kayu untuk berbagai keperluan atau dijual, penggembalaan
ternak
dan
lain
sebagainya.
Kegiatan-kegiatan
tersebut
merupakan bentuk dari tekanan-tekanan masyarakat atau penduduk yang menjadi masalah
dalam
pengelolaan
hutan
dalam
hubungannya
dengan
aspek
kemasyarakatan. Selain itu, terbatasnya kesempatan kerja di sektor lain semakin mempertinggi tingkat ketergantungan terhadap hutan. Sehingga tekanan-tekanan masyarakat tersebut dapat menimbulkan ketidakserasian interaksi antara masyarakat dengan hutan. Bagi pihak pengelola hutan, ketidakserasian antara masyarakat dengan hutan merupakan masalah tersendiri. Akan tetapi, interaksi masyarakat tidak mungkin untuk dihentikan sehingga pengelolaan hutan yang memiliki fungsi
3
sosial merupakan jalan keluar yang harus ditempuh. Pengelolaan semacam ini dikenal dengan Perhutanan Sosial (PS), yaitu aktifitas atau proses pengelolaan tentang hutan oleh dan untuk masyarakat atau berbagai fungsi sosial. Cara pengelolaan samacam ini telah banyak memberikan kontribusi kepada masyarakat. Desa dalam arti umum adalah pemukiman manusia yang letaknya di luar kota dan aktivitas ekonomi penduduknya bercorak agraris. Desa dalam arti lain adalah bentuk kesatuan administratif yang disebut juga keseluruhan. Desa yang tersebut di luar kota dengan lingkungan fisik biotisnya adalah gabungan beberapa dukuh atau dusun. Dusun itu sendiri dapat berwujud suatu unit geografis karena tersebut seperti pulau di tengah-tengah persawahan atau hutan. Mendasarkan diri pada tingkat pendidikan dan teknologi penduduknya yang tersgolong masih belum berkembang maka kenampakan desa adalah sebagai suatu wilayah yang tidak luas dengan corak kehidupan yang sifatnya agraris dan sederhana. Jumlah penduduknya tidak besar dan letak wilayahnya relatif jauh dari kota. Wilayah ini pada umumnya terdiri dari pemukiman penduduk, pekarangan dan persawahan. Jaringan jalan belum begitu padat dan sarana transportasi masih langka. Penelitian ini dilakukan di Desa Sumberjo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Propinsi Jawa Timur. Alasan pemilihan tempat penelitian ini adalah karena Desa Sumberjo cukup representatif mewakili desa lainnya yang ada di Kecamatan Kademangan yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat apabila dibandingkan dengan jumlah luas lahan garapan yang ada, namun
4
persaingan ketenagakerjaan pun sangat kecil. Selain itu, hasil hutan rakyat desa Sumberjo pun dikenal bagus, begitu pula dengan hasil ternaknya.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan kebutuhan akan pemukiman meningkat pula, sehingga desakan tersebut meluas sampai ke daerah yang berbatasan langsung dengan hutan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin menganalisis bagaimana penduduk dapat hidup layak dengan memiliki lahan yang ada dan sudah turun temurun sedari dulu yang luasnya tidak meningkat tetapi berkurang, namun kebutuhan hidup terus meningkat.
1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui nilai tekanan penduduk terhadap lahan dalam kaitannya terhadap perumusan usaha-usaha maupun kebijakan-kebijakan untuk mengatasi tekanan penduduk yang tinggi terhadap lahan hutan rakyat.
2.
Mengetahui kebutuhan lahan minimal bagi penduduk untuk hidup layak.
3.
Menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan rakyat Desa Sumberjo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
5
1.4. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran umum kondisi sosial ekonomi masyarakat petani yang tinggal di sekitar hutan. Selain itu, nilai tekanan penduduk yang telah diperoleh dapat menjadi dasar bagi pihak yang berkepentingan dalam perencanaan pembangunan wilayah.