19
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Definisi Auditing Secara garis besar dapat dikatakan dengan suatu aktivitas membandingkan
antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya setiap audit bertujuan untukmenilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang digariskan. Oleh karena itu, terdapat 2 (dua) unsur yang selalu ditemukan dalam audit, yaitu kondisi dan kriteria. Menurut Soekrisino (2006:3) pengertian auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan yang telah disusun manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan buktibukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Menurut Sunarto (2003:3) Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dana dan menevaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
6
20
Dari definisi diatas dapat diukur dan diuraikan unsur-unsur audit, yaitu : a. Informasi yang dapat diukur dan kriteria yang ditetapkan Untuk melaksanakan audit, diperlukan informasi yang dapat diverifikasi dan sejumlah standar
yang dapat digunakan sebagai pegangan
pengevaluasian informasi tersebut. Agar dapat diverifikasi, informasi harus dapat diukur. Kriteria yang digunakan dalam audit akan tergantung pada tujuan audit yang bersangkutan. b. Entitas ekonomi Entitas ekonomi yang dimaksud seringkali sebagai satuan, misalnya perseroan terbatas, lembaga pemerintah, perseekutuan komanditer, persekutuan firma, koperasi atau perusahaan perseorangan. Dapat pula berbentuk suatu divisi, departemen. c. Pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti Bahan bukti diartikan sebagai segala sesuatu yang merupakan informasi yang digunakan auditor dalam menentukan kesesuaian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan. d. Orang yang kompeten dan independen Pemeriksaan harus dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang memiliki keahlian dalam bidangnya dan dakam segala halvyang berhubungan dengan penugasan yang diberikan kepadanya, pemeriksa harus esnantiasa memperhatikan sikap mental independen.
21
e. Pelaporan Laporan tersebut harus mampu memberikan informasi mengenai kesesuaian informasi-informasi yang diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.
2.1.2
Jenis Audit Menurut Soekrisino (2006:9) jenis-jenis audit dilihat dari jenis pemeriksaanya
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu a. Audit Kepatuhan Audit yang tujuanya untuk menentukan apakah audit yang sesuai dengan kondisi atau peraturan yang berlaku yang ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan kepada pihak luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi. b. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi yang telah disajikan sesuai dengan criteria umum tertentu. Umumnya kriteria itu adalah Prinsip Akuntasi Berlaku Umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntasi lainnya, yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
22
c. Audit Operasional Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosur dan metode suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya pada saat penyelesaian audit operasional akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi suatu perusahaan atau organisasi.
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas : a. General Audit Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. b. Spesial Audit Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik yang independen dan pada akhir pemeriksaanya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Ditinjau dari pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas 1) Management Audit Suatu pemeriksaan terhadap kegitan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan-kebijakan operasional yang telah ditentukan
23
oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis. 2) Compliance Test Untuk menilai efektifitas dari struktur pengendalian intern dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan. 3) Internal Audit Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebujakan manajemen yang telah ditentukan. 4) Computer Audit Suatu pemeriksaan yang dilakukan KAP terhadap peruisahaan yang memproses data akuntansi dengan menggunakan EDP sistem.
2.1.4
Audit Operasional Semakin berkembangnya suatu badan usaha maka semakin besar pula
kebutuhan pelaksanaan fungsi-fungsi manajerial yang efektif dan efisien agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Karena itu dibutuhkan alat yang dapat membantu untuk mencapai tujuan perusahaan, salah satu alat tersebut adalah audit operasional.
24
2.2
Pengertian Audit Operasional Pada umumnya, definisi audit operasional memberikan penekanan pada
efisisensi, efektivitas, ekonomis, atau kinerja suatu kesatuan usaha. Audit operasional mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti apakah kebijakan khusus dan tujuan yang sudah didefinisikan. Apakah kebijaksanaan yang ditentukan telah diikuti dan tujuan yang ditentukan telah dicapai. Apakah hasil-hasil yang diinginkan telah diperoleh. Menurut Sunarto, (2003:4) aduit operasional adalah “Pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitasnya”. Sedangkan menurut Tunggal (2007:7) “Suatu proses yang sistematis untuk menilai efektifvitas organisasi, efisiensi, dan ekonomi operasi pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang yang tepat hasil dari penilaian bersama dengfan rekomendasi untuk perbaikan”. Dari definisi diatas, tetapi selalu ada keinginan untuk mencapai tujuan efisiensi, efektivitas, dan ekonomis dari perusahaan. Beberapa bagian penting dari definisidefinisi dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Audit operasional merupakan suatu proses yang sistematis seperti dalam audit laporan keuangan, mencakup serangkai langkah atau terstruktur dan terorganisasi. b. Penilaian suatu organisasi yang didasarkan pada suatu kriteria yang ditetapkan atau disetujui. Dalam audit operasional, sering dinyatakan dalam standar kinerja yang ditetapkan manajemen. Audit operasional mengukur tingkat hubungan kinerja aktual dengan kriteria.
25
c. Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen dari perusahaan yang diaudit untuk memperbaiki efektivitas, efisiensi, dan ekonomis dari operasi. d. Penerima yang tepat dari laporan audit operasional adalah manajemen atau individu yang meminta diadakannya audit, kecuali jika audit diminta oleh pihak ketiga, pembagian laporan dalam entitas. Dalam banyak hal, dewan komisaris menerima salinan laporan audit operasional. e. Tidak seperti laporan audit keuangan, suatu audit operasional tidak berakhir dengan
laporan
atas
temuan.
Audit
operasional
memperluasdengan
memberikan rekomendasi untuk perbaikan.
2.2.1 Jenis-Jenis Audit Operasional Menurut Haryono (2002:176) ada tiga kategori audit operasional yaitu: a. Fungsional Fungsional merupakan suatu alat penggolongan kegiatan suatu perusahaan seperti fungsi penagihan, fungsi produksi. Keunggulan audit fungsional yaitu memungkinkan adanya spesialisasi auditor. Kekurangan audit fungsional yaitu tidak dievaluasinnya fungsi yang saling berkaitan.
26
b. Organisasional Menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang atau anak
perusahaan.
Rencana
organisasi
dan
metode-metode
untuk
mengkoordinasikan aktifitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini. c. Penugasan Khusus Timbul atas permintaan manajemen. Contohnya mencakup penentuan penyebab tidak efektifnya sistem PDE,
penyelidikan kemungkinan froud
dalam suatu devisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi suatu barang.
2.2.2 Tujuan Audit Operasional Menurut Soekrisno (2004:173) tujuan umum dari audit operasional adalah: 1. Untuk menilai kinerja dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan. 2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana dan lainlain) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh manajemen puncak. 4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada manajemen puncak untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat didalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendaliana manajemen, dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, ekonomis dan efektifitas dari kegiatan operasi perusahaan.
27
Secara ringkas dapat dirumuskan bahwa tujuan audit operasional adalah untuk menghasilkan perbaikan atas pengelolaan aktivitas dan pencapaian hasil dari obyek yang diperiksa dengan memberikan saran-saran yang dapat ditempuh untuk mendayagunakan sumber-sumber daya secara ekonomis, efiisien dan efektif.
2.2.3 Manfaat Audit Operasional Tunggal (2004:14) mengemukakan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan melaksanakan audit operasional sebagai berikut : a. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan. b. Mengidentifikasi area misalnya potensial tahapan dini utnuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil. c. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. d. Menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya manusia termasuk memperkecil pemborosan. e. Sistem pengendalian berkaitan atau tidak dengan kebijakan perusahaan, pengendalian bidang operasional lain dan kebutuhan manajemen operasional.
28
2.2.4 Teknik-Teknik Operasional Beberapa teknik yang dapat dilaksanakan dalam pelaksanaan audit operasional sebagai berikut : a. Ingury Yaitu cara mengajukan bukti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan mencari jawaban yang memuaskan atas pertanyaan tersebut, wawancara dan kuisioner adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan teknik tersebut. b. Examination Pemeriksaan dokumen dan catatan yang ada dapat dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti yang memadai dalam proses audit operasional. c. Confirmation Konfirmasi adalah pernyataan lisan atau tulisan dari berbagai pihak sebagai bahan perbandingan bagi auditor dalam proses pemeriksaan. d. Observation on Pertinent Activities and Conditions Dengan mengadakan observasi terhadap bagian yang lebih kecil maka auditor akan lebih mudah untuk memudahkan pemahaman yang jelas terhadap obyek yang diobservasi. e. Corelation of Information Dari informasi yang didapatkan kemudian dirangkai secara sistematis untuk mendapatkan pemahaman yang mendetail atas aktivitas tersebut dan dapat digunakan seperti bukti yang mendukung kesimpulan auditor.
29
2.2.5 Tahapan Audit Operasional Menurut Tunggal (2004:176), tahapan dalam audit operasional terdiri dari : 1. Survey Pendahuluan Untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang dalam wakrtu relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan, program atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa, agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai obyek pemeriksaan. 2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen Untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas kedalam detail exmnation (pemeriksaan terinici). 3. Pengumpulan Terperinci Pengumpulan bukti yang cukup, kompeten, material, dan relevan untuk menentukan tindakan yang dilakukan pegawai perusahaan yang merupakan penyimpangan dan menimbulkan dari kerugian bagi perusahaan. 4. Pengembangan Laporan Temuan audit yang harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran harus direview oleh audit manager sebelum didiskusikan dengan audit.
30
2.2.6
Ruang Lingkup Audit Operasional Perbedaan pokok antara audit operasional dengan audit keuangan adalah
terletak pada ruang lingkup auditnya. Audit keuangan bertujuan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan dan menekankan terselenggaranya pengendalian internal perusahaan dan hasil audit keuangan seringkali dilaporkan pada pihak diluar perusahaan seperti pemegang saham, masyarakat umum dan juga manajemen, sedangkan audit operasional bertujuan untuk mengetahui kegiatan, mengidentifikasi
kemungkinan
terjadinya
perbaikan
atau
peningkatan
dan
memberikan rekomendasi perbaikan atau peningkatan terhadap kegiatan yang sedang berjalan dan hasil audit operasional biasanya dilaporkan kepada manajemen perusahaan. Audit operasional mempunyai ruang lingkup yang lebih luas daripada audit keuangan. Pada audit keuangan dilakukan terutama atas kejadian yang langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan, sedangkan pada audit operasional penekanannya tidak hanya pada masalah keuangan saja tetapi juga mencakup masalah-masalah diluar keuangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan operasional yang diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan. Ruang lingkup pelaksanaan audit operasional untuk suatu perusahaan harus berdasarkan keputusan manajemen dengan memperhatikan berbagai pertimbanganpertimbangan tertentu. Para pelaksana audit harus memperhatikan tujuan manajemen perusahaan mengadakan audit ini.
31
Status organisasi dari unit audit internal (bagian pemeriksa internal) haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya, objektifitas para pemeriksa internal haruslah melaksanakan tugasnya secara objektif. Secara ringkas perbedaan antara audit operasional dan audit keuangan dapat dipandang dari beberapa karakteristik sebagai berikut: Tabel 1 Perbedaan audit keuangan dengan audit operasional KARAKTERISTIK AUDIT KEUANGAN AUDIT OPERASIONAL Tujuan
Menyatakan
pendapat
atas Memberikan
kewajaran laporan keuangan
untuk
rekomendasi meningkatkan
efisiensi dan efektifitas Ruang Lingkup
Catatan keuangan
Fungsi atau operasi
Orientasi
Berorientasi ke masa lalu
Berorientasi ke masa yang akan dating
Pelaksana Audit
Audit ekstern
Auditor
ekstern
maupun
intern yang independen dan kompeten Standard Penilaian
Prinsip-prinsip akuntansi yang Prinsip-prinsip dan praktek diterima secara umum
yang
sehat
dalam
pengelolaan operasi Pemakai
Manajemen dan pihak ekstern Manajemen perusahaan (pemegang saham, pemerintah)
32
Salah satu kesulitan yang umum dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan kriteria audit untuk menilai efisiensi dan efektifitas organisasi. Dalam audit operasional tidak terdapat suatu kriteria tertentu yang berlaku secara untuk setiap audit. Tunggal (2004:803) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam audit operasional, yaitu: a. Historical performance b. Comparable performance c. Engineered standards d. Discussion and agreement
Historical performance merupakan kriteria yang didasarkan pada hasil actual periode sebelumnya. Dalam hal ini, prestasi kerja periode berjalan dibandingkan dengan prestasi periode sebelumnya. Kriteria ini seringkali tidak memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi yang sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahan keadaan dari dua periode yang berbeda. Comparable performance merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Engineered standard merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standard rekayasa, seperti penggunaan time and motion study untuk menentukan banyaknya output yang harus diproduksi. Kriteria ini efektif untuk menyelesaikan masalah
33
operasional yang penting, tetapi pembuatan kriteria ini memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi karena memerlukan suatu keahlian khusus. Discussion an agreement merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam audit operasional. Kriteria umum ini digunakan karena pembuatan kriteria yang lain seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.
2.2.7 Tahap-tahap Audit Operasional Audit operasional memerlukan suatu kerangka tuga seabgai pedoman kerja karebna tanpa adanya kerangka yang tersusun dengan baik, auditor akan banyak menghadapi kesulitan dalam melaksanakan pekerjaanya mengingat kegiatan struktur perusahaan saat ini telah semakin maju dan rumit. Menurut Widjayanto (2002:29) audit operasional terbagi dalam tiga tahap: a. Tahap pendahuluan b. Tahap audit mendalam c. Tahap pelaporan Ketiga tahapan tersebut akan membantu auditor untuk bekerja secara aktif, sistematis dan teratur, baik satu maupun seluruh audit.
34
2.3 Efektivitas dan Efisiensi 1. Pengertian Efektifitas dan Efisiensi Efektivitas dan efisiensi merupakan hal yang penting yang harus di evaluasi dalam audit operasional. Efisiensi mengacu pada hubungan antara masukan dan keluaran yang bertujuan untuk meminimalisasi biaya-biaya. Dari sudut pandang ini, efisiensi seringkali dirujuk sebagai melakukan segala sesuatu secara tepat, artinya tidak boleh memboroskan biaya-biaya. Sedangkan efektivitas seringkali dilukiskan sebagai melakukan hal yang tepat, artinya kegiatan kerja yang akan membantu organisasi tersebut mencapai sasarannya, efektivitas berkaitan dengan hasil akhir atau pencapaian sasaran organisasi. 2. Tolak Ukur dan Efektivitas dan Efisiensi Tolak ukur dari efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, hubungan ini dapat dikatakan efisiensi: a. Menggunakan input yang lebih sedikit untuk menghasilkan output yang maksimal atau sama b. Menggunakan input yang sama, tetapi menghasilkan output yang lebih besar.
2.4 Penjualan Penjualan adalah tindak lanjut dari pemasaran dan merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Melalui aktivitas penjualan ini perusahaan berhubungan dengan pihak lain, dimana terjadi transaksi penyerahan barang dan perolehan kas yang senilai dengan barang tersebut. Menurut
35
Guritno (2002:350), penjualan adalah perbuatan atau hal menjual, khususnya berupa pengalihan kepemilikan dan ha katas suatu milik (property) dari seseorang kepada orang lain dengan kategori tertentu. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan adalah suatu
pengalihan atau pemindahan hak pemilikan atas
barang atau jasa dari penjual kepada pihak pembeli yang disertai dengan penyerahan imbalan dari pihak penerima barang atau jasa sebagai timbal balik atas penyerahan tersebut. Dalam
perencanaan
penjualan
harus
diperhatikan
kondisi
perusahaan
(kemampuan untuk memproduksi atau memasarkan) artinya untuk dapat mencapai rencana volume penjualan, haruslah selalu memperhatikan keadaan perekonomian dimasa mendatang, dan dalam hal ini, bagian penjualan harus selalu diikutsertakan dalam penentuan penjualan agar jumlah yang ditentukan adalah jumlah yang memungkinkan untuk dicapai.
2.4.1
Tujuan Penjualan Dalam suatu perusahaan, kegiatan penjualan merupakan kegiatan yang paling
penting karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut terbentuklah laba yang dapat menjamin kontinuitas perusahaan. Tujuan penjualan pada umumnya adalah untuk mencapai laba optimal dengan modal yang minimal. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan harus mempunyai sasaran dan misi tertentu, sasaran-sasaran penjualan itu antara lain sebagai berikut:
36
a. Memenuhi tujuan dalam sebuah organisasi b. Memenuhi gambaran kepada orang lain dalam sebuah organisasi tentang arti spesifik peranan mereka dalam organisasi. c. Menimbulkan konsisten dalam hal pengambilan keputusan antara sejumlah besar manajer yang berbeda. d. Memberikan dasar untuk menyusun perencanaan spesifik. e. Memberikan landasan untuk tindakan korektif serta pengawasan. 2.5
Audit Operasional Terhadap Penjualan Tiket Efektifitas operasi merupakan kegiatan pokok yang penting didalam suatu
perusahaan, karena dari kegiatan itu sasarannya adalah penghematan (waktu, tenaga dan biaya) dan pencapian tujuan perusahaan. Efektifitas memang berhubungan satu dengan yang lain, tetapi tidaklah seiring sejalan, dalam suatu organisasi yang menerapkan pencapian tingkat efisiensi yang tinggi, mungkin akan terhambat dalam hal pencapaian efektifitas atau sebaliknya. Jadi efisiensi dapat menjadi pelengkap tetapi juga dapat bertentangan dengan efektifitas. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan tingkat efektifitas dalam pelaksanaanya. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan adanya suatu audit operasional atas suatu kegiatan guna mengetahui tercapainya atau tidak efektifitas yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya. Efektifitas operasi penjualan adalah kegiatan pokok terpenting dalam suatu perusahaan karena dari aktifitas penjualan ini sasarannya adalah pencapaian laba yang optimal. Oleh karena itu suatu upaya dalam peningkatan efektifitas operasi
37
penjualan sangat diperlukan. Efektifitas penjualan dapat diukur dengan cara membandingkan rencana dengan pelaksanaannya, jika target penjualan yang direncanakan adalah sebesar y% sedangkan pelaksanaannya lebih kecil dari y% dapat dikatakan penjualan tersebut tidak efektif. Jadi audit operasional atas fungsi penjualan membantu senua fungsi yang ada dalam
perusahaan
mengidentifikasi
untuk
masalah
mencapai secara
dini
efektifitas kemudian
aktifitas
penjualan
memberikan
saran
dengan untuk
memungkinkan diambilnya tindakan korektif. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Gita Juliani (2006) dengan judul penelitian “Peranan Audit Operasional Dalam menunjang Sistem Pengendalian Intern penjualan Pada PT. Indomobil Trada Nasional (Studi Kasus Nissan Kelapa gading)”. Hasil penelitiannya adalah: Data penjualan selama tiga periode yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011. Dari data penjualan tahun 2009, 2010 dan 2011 dapat disimpulkan bahwa tercapainya target penjualan baik dari jumlah unit mobil maupun nilai rupiah. Untuk tahun 2009 tingkat efektivitas penjualan adalah sebesar 17,6% (dalam unit mobil) dan 20,9% (dalam rupiah). Tahun 2010 tingkat efektivitas penjualan adalah sebesar 20,6% (dalam unit mobil) dan 21,9% (dalam rupiah). Sedangkan tahun 2011 tingkat efektifitas adalah sebesar 16,2% (dalam unit mobil) dan 17,9% (dalam rupiah) diatas kebijakan realisasi penjualan yang telah ditetapkan. Dari hasil analisis data dari kuesioner yang disebarkan kebagian-bagian yang terkait dengan aktivitas penjualan sebesar 83,6% responden memberikan jawaban bahwa audit operasional sangat
38
berperan dalam menunjang efektivitas penjualan pada PT Indomobil Trada Nasional – Nissan Kelapa Gading. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Leo (2005) dengan judul penelitian “Peranan Sistem Pengendalian Internal Dalam Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kegiatan Operasional Pada Siklus Persediaan dan Pergudangan (Studi Kasus Pada PT.Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk Bandung)”. Hasil penelitiannya adalah: Perusahaan telah melaksanakan kegiatannya dengan efektif, dimana perusahaan memiliki sasaran yang jelas, pihak pelaksana yang sesuai, fasilitas pendukung yang baik, pelaksanaan kegiatan yang baik serta diperoleh hasil yang memuaskan. Perusahaan telah dengan baik melaksanakan prosedur yang terkait dengan sistem pengendalian internal pada siklus persediaan dan pergudangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil jawaban kuesioner yang menggambarkan bahwa perusahaan telah melaksanakan dengan baik prosedur yang terdapat dalam kelima komponen pengendalian internal, tetapi terdapat dua kelemahan dalam aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan. Dan menurut penulis, audit operasional sangat mempunyai peranan yang penting dalam suatu perusahaan, karena dalam audit operasional sangat membantu kinerja perusahaan dalam meningkatkan efektifitas penjualan pada suatu perusahaan. Dari pengujian pertama yang dilakukan oleh Gita Juliani maka hipotesisnya adalah H0 : Variabel peranan sistem pengendalian intern berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal penjualan.
39
H1 : Variabel peranan sistem pengendalian intern tidak berpengaruh positif terhadap sistem pengendalian internal penjualan. Sedangkan dalam penelitian kedua yang dilakukan oleh Leo maka hipotesisnya adalah: H0 : Variabel peranan audit operasional berpengaruh positif terhadap efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional pada siklus perediaan. H1 : Variabel peranan audit operasional tidak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional pada siklus perediaan.
2.6 Hipotesis dan Model Analisis 2.6.1 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban masalah atau pertanyaan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang perlu diuji melalui proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Hipotesis dapat di rumuskan sebagai berikut: Hipotesis Nol merupakan hipotesis yang menyatakan suatu hubungan antar variabel yang secara umum dinyatakan bahwa tidak ada hubungan atau perbedaan antara variabel yang diuji. H0 : Variabel audit operasional mempunyai pengaruh positif terhadap penjualan tiket berlangganan. H1 : Variabel audit operasional tidak mempunyai pengaruh positif terhadap penjualan tiket berlangganan.
40
Model Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda untuk pembuktian hipotesis, model analisis ini dipilih untuk mengetahui besarnya pengaruh audit operasional terhadap pembelian tiket tol berlangganan pada PT. Jasa Marga Surabaya.
2.7 Rerangka Pemikiran
Penjualan
Audit Operasional
Gambar 1 Rerangka Pemikiran