BAB II LANDASAN TEORI
II.1
Audit Secara garis besar Auditing dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya audit bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan sudah selaras dengan yang digariskan atau belum. II.1.1 Pengertian Audit Terdapat pengertian dari beberapa ahli tentang pengertian pemeriksaan akuntansi ( Audit ) antara lain: Menurut Arens dan Loebbecke (2003), definisi auditing adalah sebagai berikut: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a component, independent person“ (p.9). Menurut Soekrisno Agoes (2004) adalah: “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut” (h.3). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan akuntansi adalah suatu proses pengumpulan dan penilaian bahan bukti (evidence) tentang informasi
yang dapat diukur dari suatu kesatuan ekonomi untuk menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. II.1.2 Unsur-unsur Audit Definisi pemeriksaan akuntansi (Audit) secara umum menurut Mulyadi (2002) memiliki unsur-unsur penting yang diuraikan berikut ini: 1. Suatu proses sistematik. Pemeriksaan akuntan merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berkerangka, dan terorganisasi. 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif. Proses sistematik tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atas badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kebijakan ekonomi. Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi di sini adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok; neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan biaya pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan. 4. Menetapkan tingkat kesesuaian.
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan dekat tidaknya pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. 5. Kriteria yang ditetapkan Patokan atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai kesesuaian informasi yang dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh manajemen dan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 6. Penyampaian hasil pemeriksaan. Penyampaian hasil pemeriksaan akuntan (auditing) sering disebut dengan pengesahan (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan akuntan (audit report). Pengesahan dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat keuangan atas laporan keuangan yang dibuat oleh suatu perusahaan. Misalnya jika akuntan menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya
adalah
wajar,
maka pemakai
laporan
keuangan
akan
mempercayai informasi yang tercantum dalam laporan tersebut. Sebaliknya jika akuntan publik menyatakan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya tidak wajar maka kepercayaan pemakai laporan keuangan terhadap laporan tersebut akan berkurang atau hilang. 7. Pemakai yang berkepentingan Dalam dunia usaha pemakai yang berkepentingan terhadap laporan akuntansi adalah pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh, dan inspeksi pajak. Pada dasarnya auditing bersifat menentukan apakah
informasi-informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadiankejadian ekonomi yang muncul selama periode akuntansi.(h.9)
II.1.3 Jenis – jenis Audit Jenis Audit menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2001) mengelompokkan audit menjadi 3 jenis yaitu: 1. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan merupakan audit atau pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan suatu entitas, yang bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria itu adalah prinsip akuntasi yang berlaku umum 2. Audit Operasional Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi tersebut. Pada akhir audit operasional juga akan diajukan saran kepada manajemen untuk memperbaiki jalanya proses operasional dalam organisasi. 3. Audit Kepatuhan Audit Kepatuhan bertujuan menentukan apakah klien telah mengikuti peraturan atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan seperti manajemen dan dewan komisaris, maupun pihak ekstern misalnya pemerintah.
Hasil pemeriksaan ketaatan pada umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.” (h. 46).
II.2.
Audit Operasional Dengan berkembangnya suatu perusahaan diikuti dengan kompleksnya aktivitas yang dijalankan, hal ini menuntut pelaksanaan aktivitas yang efisien dan efektif untuk mendukung pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengetahui perbandingan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai dibandingkan dengan kondisi yang ada diperlukan audit. Audit yang dilakukan tidak cukup hanya audit keuangan saja yang penekanannya pada penilaian yang sistematis dan obyektif serta berorientasi historis dengan tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang ketelitian dan keandalan data keuangan serta pengamanan harta atas kewajaran laporan keuangan yang telah diperiksa. Disamping itu pimpinan perusahaan juga memerlukan informasi yang terkait dengan aktivitas operasional perusahaan , audit ini merupakan perluasan dari audit keuangan disebut dengan Audit Operasional.
II.2.1. Pengertian Audit Operasional Menurut Arens dan Loebbecke (2003) mengemukakan definisi audit operasional sebagai berikut:
“ An operational audit is a review of any part of an organization’s operating procedures and method for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness’” (p.12). Melihat dari definisi diatas beberapa hal yang merupakan inti dari pengertian audit operasional, yaitu sebagai berikut: 1. Audit operasional merupakan penelaahan yang sistematis atas kegiatan atau keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan. 2. Audit operasional bertujuan menilai cara – cara pengelolaan yang diterapkan dalam objek audit operasional berupa kegiatan, program , unit atau fungsi yang menjadi bagian dari suatu organisasi sudah berjalan dengan baik. 3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk : a.) menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan. b.) mengidentifikasi kemungkinan perbaikan.
II.2.2. Tujuan Audit Operasional Audit operasional bertujuan untuk menghasilkan perbaikan dalam pengelolaan operasi/aktivitas objek yang diaudit, dengan memberikan saran – saran perbaikan prestasi kerja sehingga menjadi lebih baik. Menurut Agoes.S (2004),Tujuan umum dari audit operasional antara lain: 1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi yang ada dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. 3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh top management. 4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional perusahaan dalam rangka meningkatkan
efisiensi,efektifitas
dan
ekonomis
dari
kegiatan
operasional
perusahaan. Tujuan utama dalam audit operasional adalah untuk membantu pihak manajemen dalam
menemukan
dan
memecahkan
beragam
masalah
dengan
cara
merekomendasikan berbagai tindakan perbaikan yang diperlukan. (h.175)
II.2.3. Jenis – jenis Audit Operasional Menurut Tunggal .A.W (2000) ada tiga kategori audit operasional, yaitu:
1. Audit Fungsional (functional audit)
Audit Fungsi adalah suatu alat untuk mengkategorikan aktivitas usaha, seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Suatu audit fungsional berhubungan dengan satu atau banyak fungsi yang lebih banyak dalam suatu organisasi.
2. Audit organisasi (organizational audit)
Audit organisasional berhubungan dengan setiap unit organisasi secara keseluruhan, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Tekanan dalam suatu audit organisasi adalah seberapa efisien dan efektifnya fungsi-fungsi tersebut saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkordinasikan aktivitas yang ada, sangat penting dalam audit jenis ini. 3. Penugasan khusus (special assignment)
Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen. Audit ini dapat terjadi sewaktu-waktu, dapat pula dalam suatu pelaksanaan audit operasional secara fungsional maupun organisasional,terdapat variasi yang luas untuk audit demikian (h.35&36).
II.2.4. Temuan Audit Operasional Tunggal, A.W. (2008) menyatakan, “ Suatu yang penting dalam audit adalah pengembangan temuan –temuan untuk dikomunikasikan kepada pihak-pihak lain. Kata temuan atau findings diartikan sebagai himpunan informasi-informasi mengenai kegiatan, organisasi, kondisi atau hal-hal yang lain yang telah dianalisa atau dinilai serta diperkirakan akan menarik atau berguna untuk pejabat yang berwenang. Penyusunan temuan yang baik harus mencakup : 1. Kondisi (condition) Adalah keadaan yang menggambarkan kenyataan yang terjadi di perusahaan. Audit operasional memerlukan temuan fakta awal dalam tahap pekerjaan lapangan (field work). Ketika temuan fakta digunakan untuk menyatakan suatu kondisi, auditor perlu memeriksa dan menguji operasi dan data terkait untuk membuat fakta lebih jelas.
Pernyataan kondisi ini memberikan titik referensi kepada temuan yang berkaitan dengan kriteria yang ada. 2. Kriteria (criteria) Adalah ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada dan merupakan standar yang harus dipatuhi oleh setiap bagian dalam perusahaan, yang bisa berupa kebijakan yang telah ditetapkan manajemen, kebijakan perusahaan sejenis atau kebijakan industri, dan peraturan pemerintah. Didalam menganalisis kondisi saat ini, auditor harus memperhatikan kondisi apa yang diharapkan untuk dapat mencapai sasaran tujuan organisasi. Dalam menentukan kriteria yang tepat untuk suatu kondisi yang spesifik, auditor memandang dari segi hukum dan perundang-undangan yang relevan, kontrak yang ada, kebijakan, sistem dan prosedur, peraturan internal dan eksternal, tanggung jawab dan wewenang, standar, jadwal, rencana, serta dasar-dasar manajemen yang baik. 3. Sebab (cause) Adalah tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku dan apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan serta bagaimana terjadinya. Temuan audit tidaklah lengkap sampai auditor secara penuh mengidentifikasi penyebab atau alasan terjadinya penyimpangan dari kriteria. Faktor paling utama dari temuan audit yaitu menentukan penyebab kelemahan. Penyebab ini adalah alasan kenapa kegiatan operasional menjadi tidak efisien, efektif dan ekonomis. 4. Akibat (effect) Adalah dampak dari tindakan-tindakan yang menyimpang dari standar yang berlaku. Salah satu tujuan utama dalam melaksanakan audit operasional adalah mendorong
manajemen operasional melakukan tindakan positif untuk mengoreksi temuan atas kekurangan operasional yang diidentifikasi oleh tim audit. Dalam membantu manajemen menetukan seberapa serius kondisi tersebut mempengaruhi operasinya.
5. Rekomendasi (recommendation) Menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan masalah yang dikemukan dalam temuan. Keberhasilan penyempurnaan suatu temuan audit adalah pengembangan rekomendasi sebagai suatu tindakan yang harus diambil untuk mengoreksi kondisi yang tidak diinginkan saat ini. Rekomendasi haruslah masuk akal untuk diikuti dengan sebuah penjelasan mengapa kondisi ini terjadi, penyebabnya, dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah berulangnya hal tersebut.” (h.186)
II.2.5 Tahap-tahap dalam Audit Operasional Tahap –tahap dalam audit operasional menurut Agoes.S (2004) adalah sebagai berikut : 1. Survey Pendahuluan ( Preliminary Survey) Tujuan dari preliminary survey adalah untuk mendapatkan informasi umum dan latar belakang, dalam waktu yang relatif singkat, mengenai semua aspek dari organisasi, kegiatan, program, atau sistem yang dipertimbangkan untuk diperiksa agar dapat diperoleh pengetahuan atau gambaran yang memadai mengenai objek pemeriksaan. Informasi umum dan latar belakang yang diperlukan ,misalnya : Untuk Organisasi : •
Lokasi
•
Manajemen
•
Sejarahnya
•
Jumlah Pegawai
•
Kebijakan Manajemen
•
Kewajiban / aspek hukum
•
Akte pendirian dan perubahan serta pengesahan
•
Kewajiban – kewajibannnya
Untuk suatu aktivitas : •
Jenis Aktivitas
•
Lokasi
•
Orang yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut
•
Kebijakan yang menyangkut aktivitas
•
Prosedur khusus untuk penyelesaian aktivitas
Untuk suatu program : •
Tujuan program
•
Hubungan antar organisasi/unit yang dibentuk atau digunakan untuk mencapai tujuan tersebut
•
Kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan program tersebut
•
Peraturan-peraturan administratif yang berkaitan dengan program tersebut.
2. Penelahaan dan Pengujian atas Sistem Pengendalian Intern (Review and Testing of Management Control System) Tujuan dari penelahaan dan pengujian atas sistem pengendalian intern ialah :
•
Untuk mendapatkan bukti-bukti mengenai ketiga elemen dari tentative audit objective dengan melakukan pengetesan terhadap transaksi – transaksi perusahaan yang berkaitan dengan sistem pengendalian manajemen.
•
Untuk memastikan bahwa bukti-bukti yang diperoleh dari perusahaan adalah kompeten jika audit diperluas kedalam detail examination (pemeriksaan secara rinci). Istilah manajemen yang digunakan mencakup keseluruhan sistem dari organisasi, termasuk perencanaan, kebijakan dan prosedur-prosedur yang ditetapkan dan praktik-praktik yang dijalankan dalam pengelolaan kegiatan-kegiatan perusahaan. Sistem pengendalian manajemen mencakup seluruh kegiatan-kegiatan manajemen, baik yang menyangkut akuntansi maupun tidak, baik kegiatan manajemen didalam maupun di luar manajemen. Dengan mendapatkan bukti-bukti dari masing-masing elemen dari tentative audit objective, auditor dapat menentukan apakah tentative audit objective tersebut dapat dijadikan firm audit objective sebagai dasar untuk melakukan tahap berikutnya (detailed examination). Jika auditor dapat memperoleh bukti-bukti yang kompeten dalam melaksanakan penelahaan dan pengujian atas Sistem Pengendalian Intern, berarti auditor dapat meyakinkan dirinya mengenai keandalan informasi yang diperoleh dari sistem pengendalian manajemen.
3. Pengujian Terinci (detailed examination).
Dalam tahapan ini auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang cukup, kompeten, material dan relevan untuk dapat menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan manajemen dan pegawai perusahaan yang merupakan penyimpanganpenyimpangan terhadap criteria dalam firm audit objective dan bagaimana effects dari penyimpangan-penyimpangan tersebut, dan besar kecilnya
effect
tersebut yang
menimbulkan kerugian perusahaan. Bukti – bukti yang dikumpulkan harus diikhitisarkan, masing-masing yang berkaitan dengan kriteria,sebab dan akibat dalam firm audit objective. Dari ikhtisar tersebut harus bisa ditentukan temuan audit
yang mengakibatkan
terjadinya ketidakefisienan dan pemborosan (ketidakhematan), yang diperlukan untuk penyusunan Laporan Audit Manajemen.
4 Pengembangan Laporan ( report development ) Temuan audit harus dilengkapi dengan kesimpulan dan saran dan harus diperiksa kembali oleh manager audit sebelum didiskusikan dengan auditee. Komentar dari auditee mengenai apa yang disajikan dalam konsep laporan harus diperoleh (sebaiknya secara tertulis). Auditee bisa saja berbeda pendapat mengenai temuan dan perbedaan pendapat tersebut harus dicantumkan dalam laporan audit. (h.178) II.3
Penjualan II.3.1. Pengertian Penjualan Pengertian penjualan menurut Mulyadi (2001) Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara kredit maupun tunai. Dalam transaksi
penjualan kredit jika order dari pelanggan telah terpenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang dari pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. Kegiatan Penjualan secara tunai ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai. (h.202) Untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam upaya pencapaian tujuan yang telah diterapkan perusahaan,aktivitas penjualan perlu direncanakan dengan baik terlebih dahulu. Secara umum penjualan dapat dibagi menjadi : 1. Penjualan Tunai Penjualan tunai terjadi apabila penyerahan barang atau jasa segera diikuti dengan pembayaran dari pembelian. 2. Penjualan Kredit Dalam penjualan secara kredit, pada saat penyerahan barang atau jasa, penjual menerima tanda bukti penerimaan barang dari pembeli sekaligus merupakan pernyataan untuk melakukan penagihan dikemudian hari. Inilah bukti yang menimbulkan adanya piutang dari pihak penjual.
II.3.2. Fungsi –fungsi yang terkait Fungsi yang terkait dengan penjualan tunai menurut Mulyadi (2001) ialah : •
Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas. •
Fungsi Kas Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
•
Fungsi Gudang Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman.
•
Fungsi Pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli
•
Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan pembuat laporan penjualan. (h.462)
Fungsi yang terkait dengan penjualan kredit menurut Mulyadi (2001) ialah : •
Fungsi Kredit Fungsi ini bertanggung jawab
atas
pemberian
kartu
kredit
kepada
pelanggan terpilih, juga melakukan pengumpulan informasi tentang kemampuan keuangan calon anggota dengan meminta fotocopy rekening bank, keterangan gaji atau data dari sumber-sumber lain. •
Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawabmelayani kebutuhan barang pelanggan, mengisi faktur penjualan kredit untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan. •
Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab menyediakan barang yang diperlukan pelanggan sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi penjualan. •
Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab menyerahkan barang yang kuantitas, mutu dan spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kredit yang diterima dari fungsi penjualan. •
Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab mencatat transaksi bertambahnya piutang kepada pelanggan ke dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi pengiriman. •
Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat surat tagihan secara periodik kepada pemegang kartu kredit. (h.204-205)
II.3.3. Informasi yang diperlukan Manajemen Informasi yang diperlukan oleh manajemen terkait dengan penjualan tunai ialah :
•
Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu
•
Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai
•
Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
•
Nama dan alamat pembeli. Informasi ini diperlukan dalam penjualan produk tertentu, namun pada umumnya informasi nama dan alamat pembeli ini tidak diperlukan oleh manajemen dari kegiatan penjualan tunai.
•
Kuantitas produk yang dijual
•
Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
•
Otorisasi pejabat yang berwenang. (h.463)
Informasi yang diperlukan oleh manajemen terkait dengan penjualan kredit ialah : •
Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk selama jangka waktu tertentu
•
Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit.
•
Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
•
Nama dan alamat pembeli.
•
Kuantitas produk yang dijual
•
Nama wiraniaga yang melakukan penjualan
•
Otorisasi pejabat yang berwenang.(h.205)
II.3.4. Dokumen yang digunakan Dokumen – dokumen yang digunakan dalam penjualan tunai antara lain : a. Faktur penjualan tunai b. Pita register kas (cash register tape ) c. Creedit card sales slip d. Bill of lading e. Faktur penjualan COD ( cash on delivery sales ) f. Bukti setor bank g. Rekapitulasi harga pokok penjualan (h.463)
Dokumen – dokumen yang digunakan dalam penjualan kredit antara lain : 1. Faktur Penjualan Kartu Kredit 2. Surat Tagihan (h.205)
II.3.5.Catatan Akuntansi yang Digunakan Catatan Akuntansi yang digunakan dalam Penjualan tunai antara lain : •
Jurnal penjualan
•
Jurnal penerimaan kas
•
Jurnal umum
•
Kartu persediaan
•
Kartu gudang (h.468)
Catatan Akuntansi yang digunakan dalam Penjualan Kredit antara lain : •
Jurnal penjualan
•
Kartu Piutang
•
Kartu Gudang (h.207)
II.3.6. Prosedur Penjualan Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai : •
Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli. •
Prosedur penerimaan kas
Dalam prosedur ini, fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap ”lunas” pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman. •
Prosedur penyerahan barang
Dalam prosedur ini, fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. •
Prosedur pencatatan penjualan tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Disamping itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan. •
Prosedur penyetoran Kas ke bank
Sistem pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini, fungsi kas menyetorkan kas yang diterima penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh. •
Prosedur pencatatan penerimaan kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas. •
Prosedur pencatatan harga pokok penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum. (h.467-470)
Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit : •
Prosedur order penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Fungsi penjualan membuat faktur penjualan kartu kredit dan mengirimkannya kepada berbagai fungsi yang lain untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli. •
Prosedur Pengiriman barang.
Dalam Prosedur ini fungsi gudang menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembelisesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi gudang. Pada saat penyerahan barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari pemegang kartu kredit diatas faktur penjualan. •
Prosedur Pencatatan Piutang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan faktur penjualan kartu kredit ke dalam kartu piutang. •
Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan kartu kredit dan mengarsipkannya menurut abjad. Secara periodik fungsi penagihan membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pemegang kartu kredit perusahaan, dilampiri dengan faktur penjualan kredit.
•
Prosedur Pencatatan Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat transaksi penjualan kartu kredit ke dalam jurnal penjualan. (h.209-210)
II.4
Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Mukhtar A.M. (2002) pengendalian internal adalah proses pemberian pengaruh terhadap suatu aktivitas suatu objek, makhluk hidup atau sistem. Pengendalian dapat membantu perusahaan dalam mengontrol kegiatan perusahaan dan merupakan suatu tujuan dari sistem akuntansi. Akuntansi membantu mencapai tujuan dengan mendesain sistem pengawasan yang efektif dan mengaudit sistem tersebut untuk meyakinkan tercapainya tujuan dengan efektif.
II.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang dikutip oleh Mukhtar A.M. (2002) definisi dari pengendalian internal adalah sebagai berikut:
“Merupakan perencanaan organisasi guna mengkoordinasikan metode atau cara pengawasan dalam suatu perusahaan untuk menjaga asset perusahaan guna meningkatkan tingkat kepercayaan dan akurasi data akuntansi serta menjalankan operasional perusahaan secara efisien” (h.41).
Sedangkan menurut IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) (2001) menyatakan, ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel entitas lainnya yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
(a) keandalan
pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku.” (h.319.2).
II.4.2 Tujuan Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Mukhtar A.M. (2002) tujuan dari pengendalian adalah untuk mengurangi/memperkecil kerugian perusahaan yang timbul dari beberapa kemungkinan kerusakan, misalnya:
1. Pemakaian sumber-sumber produksi atau dana yang tidak efisien. 2. Keputusan manajemen yang salah. 3. Kesalahan yang tidak terdeteksi dalam proses data. 4. Kecelakaan dalam proses produksi. 5. Kehilangan aset oleh kecerobohan pegawai dan pencurian. 6. Akibat yang timbul karena kurangnya pengertian dari pegawai terhadap kebijaksanaan perusahaan.
II.4.3 Unsur-unsur Pengendalian Internal
Mengacu pada pendapat Arens & Loebbecke (alih bahasa Amir Abadi Jusuf) (2003) struktur pengendalian intern mencakup lima kategori dasar kebijakan dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Kelima kategori ini disebut sebagai komponen struktur pengendalian intern yang terdiri dari (1) lingkungan pengendalian, (2) penetapan risiko manajemen, (3) sistem informasi dan komunikasi, (4) aktivitas pengendalian, dan (5) pemantauan.
Deskripsi dari komponen-komponen diatas adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian
Tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak harmonis, dan pemilik satu entitas mengenai pengendalian dan arti pentingnya.
2. Penetapan risiko oleh manajemen
Identifikasi dan analisis oleh manajemen atas risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Sistem komunikasi dan informasi akuntansi
Metode
yang
dipakai
mengidetifikasi,
menggabungkan,
mengklasifikasikan,
mencatat, dan melaporkan transaksi satu entitas untuk menjamin akuntabilitas untuk aktiva yang terkait.
4. Aktivitas pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen untuk memenuhi tujuannya untuk pelaporan keuangan.
5. Pemantauan
Penilaian efektivitas rancangan operasi struktur pengendalian intern secara periodik dan terus menerus oleh manajemen untuk melihat apakah manajemen telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan.