BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah usia yang tidak dewasa lagi, justru bisa dikatakan temuo karena sudah melewati masa-masa yang belum terlewati oleh para remaja. Pada dasarnya umur atau usia itu menjadi suatu problematika tersendiri yang akan dihadapi setiap manusia. Setiap orang mempunyai pandangan tersendiri tetang meningkatnya usia, ada yang menjadi orang yang lebih taat dari sebelumnya, ada pula yang justru melakukan sesuatu yang mengecewakan semuanya tergantung pada orang itu sendiri dan juga lingkungan dia hidup. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (Al-Isawi, 2002). Menurut Hardywinoto dan Setiabudhi (2005), fisik lansia akan mengalami perubahan alami yang tidak dapat dihindari. Cepat atau lambatnya perubahan dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomis dan medis. Perubahan akan terlihat pada jaringan dan organ tubuh antara lain, kulit menjadi kering dan berkeriput, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran juga berkurang, indera perasa menurun,
1
daya penciuman berkurang, tulang keropos, dan mudah patah, elastisitas jaringan paru-paru berkurang dan nafas menjadi pendek, otot jantung bekerja tidak efisien, otak menyusut dan reaksi menjadi Perubahan-perubahan
tersebut
pada
umumnya
mengarah
lambat. pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Singkatnya, masalah yang dialami lansia yang berhubungan dengan kesehatan fisik adalah rentannya terhadap berbagai penyakit, karena berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar. Penurunan kondisi fisik tersebut akan ikut berpengaruh pada kondisi psikisnya. Proses menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanis dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Pada usia ini banyak sekali kita dapatkan orang tua itu yang belum mengerti tentang pendidikan keagamaan yang akan menjadi dasar atau
2
pedoman bagi kehidupan orang tersebut. Penulis banyak sekali melihat kalau pada usia yang sudah lanjut mereka justru masih belajar ilmu agama, kalau ditanya jawabnya adalah “lha, nek jaman mbiyen ki durung ono seng gawe ngaji nduk, nek arak ngaji ke adoh” begitu jawaban dari sebagian orang yang pernah penulis tanya. Jadi mereka mulai belajar pada usia yang sangat tidak baik untuk belajar, kata pepatah adalah seperti menulis diatas air yang akan cepat hilang. Tapi dengan umur yang seperti itu mereka belajar dengan keras dan semangat, penulis merasa kagum kepada mereka karena dengan usia yang tidak lagi muda mereka semangat untuk menimba ilmu untuk bekal ke akhirat nanti. Dengan kemampuan yang tidak muda lagi mereka siap untuk menjalani kegiatan itu dengan semangat. Mereka siap untuk menimba ilmu yang sangat bermanfaat untuk mereka dalam keadaan apapun. Pendidikan pada usia lanjut menurut penulis memang sangat bermanfaat untuk dipelajari, karena dapat memberikan pengetahuan baru pada mereka. Pendidikan pada usia ini sangat memerlukan perhatian yang luar biasa, mereka harus sabar, telaten, teliti, menghormati serta membimbing mereka sampai mereka mengerti. Banyak sekali yang dapat diajarkan pada orang yang sudah berumur ini seperti sholat, mengaji, do‟a-do‟a dan lain sebagainya. Menuntut ilmu itu tidaklah hanya untuk anak atau kaum muda saja, tetapi menuntut ilmu itu bisa dilakukan oleh orang yang berumur pula (tua atau lansia ). Seperti dalam sebuah hadits nabi yang berarti :
3
)وُم ْملُم ُم وواْمِم لْم َم ِم َم وْم ملْم ِم ِمو َم وْمالَم ْم ِم (رووه بيملقى “tuntutlah ilmu dari dalam kandungan sampai di liang lahat”
"orang yang paling utama diantara manusia adalah orang mukmin yang mempunyai ilmu, dimana kalau dibutuhkan (orang) dia membawa manfaat atau memberi petunjuk dan dikala sedang tidak dibutuhkan dia memperkaya atau menambah sendiri pengetahuannya” (HR. Baihaqi) (www.google/Hadist, 08 Mei 2012. 09.31). Tetapi menuntut ilmu itu lebih diutamakan untuk kaum muda dikarenakan daya ingat kaum lansia itu sudah menurun. Lansia atau lanjut usia adalah usia yang sangat memerlukan banyak perhatian lebih dari orang yang ada disekitar dia ataupun dari orang lain. Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa surat yang mewajibkan bagi setiap muslim baik lakilaki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
ال َمِم َّن َملَم وْماِم لْم َمِم َم ٌة لَمى ُم ِم ِمل ٍم و ِمل ٍم ِم ِم وُم ْملُم ُم ووْما لْم َم وَماَم ْم ِمب ْم َم َم ُم ْم َم ّم ُم ْم َم ُم ْم َم )واربى
4
(رووه وب
“Carilah
ilmu
walaupun
sampai
ke
negeri
cina.
Maka
sesungguhnya mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang Islam pria dan wanita” (HR. Ibnu Abdul Bari) (UPMA STAIN Salatiga, 2012: 22 ). Pada masa dewasa ini, banyak kita jumpai aktivitas-aktivitas yang mengatasnamakan agama. Buktinya banyak pengajian-pengajian yang diadakan disuatu daerah, baik itu dalam acara pernikahan, khitan, ataupun ada kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Kegiatan keagamaan itupun sekarang dikemas dengan acara yang modern dan menarik, agar orang yang mengikuti aktifitas tersebut tidak merasakan jenuh. Sekarangpun banyak pengajian yang diiringi oleh alunan musik yang sering disebut dengan “rebana”. Dalam pengajian pun ada membaca sholawat Nabi bersama-sama, serta aktivitas keagamaan yang lain. Dengan adanya aktivitas-aktivitas keagamaan yang menjadi ciri khas dari suatu daerah bisa membuat sebuah daerah terkenal dengan suatu ciri itu. Aktivitas-aktivitas keagamaan yang sering terjadi didaerah-daerah adalah pengajian, baik itu pengajian akbar ataupun pengajian rutin. Pengajian adalah suatu kegiatan yang bisa membuat seseorang itu merasa nyaman, senang, menambah rasa taat kepada pemilik alam ini. Pengajian tidaklah harus dilakukan didalam masjid saja, pengajian juga bisa berlangsung di lapangan, rumah perseorangan, bahkan bisa juga disekolah. Pengajian itu mengajarkan kita untuk menjalin silaturahmi, karena dengan kita mengikuti suatu pengajian kita dapat bertemu dengan orang lain yang mungkin jarang sekali kita temui.
5
Pengajian yang ada di desa Mandisari itu terhitung banyak, contohnya setiap hari ahad atau minggu di masjid Raudhotul Mutaqin sekitar jam 06.00 sampai jam 09.00 wib ada pengajian, yang pesertanya kebanyakan lansia yang berasal dari desa mandisari dan sekitarnya. Aktivitas yang ada juga tidak hanya sebatas pengajian rutin setiap hari ahad, tetapi ada yasinan serta ada nariyahan yang beranggotakan masyarakat yang sebagian besar adalah lansia. Tidak hanya itu saja setiap kamis pahing di masjid itu juga ada pengajian, dengan pemberi pengajian tidak hanya dari desa Mandisari. Di desa ini juga ada aktivitas keagamaan yang masih menyangkut dengan tradisi dari para leluhur desa. Aktivitas keagamaan di desa ini menurut penulis sudah dapat terprogram dengan baik. Dari permasalahan tersebut diatas mendorong penulis untuk memilih dan membahas skripsi yang berjudul: “Motivasi Lansia Melakukan Aktivitas Keagamaan dalam Mengisi Hari Tua di Dusun Dukuh Desa Mandisari Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun 2012”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, fokus penelitan dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana aktivitas keagamaan yang dilakukan Lansia di Dusun Dukuh Desa Mandisari Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun 2012 ?
2.
Apakah motivasi lansia dalam melakukan aktivitas keagamaan?
3.
Bagaimana kesiapan para lansia dalam menghadapi kematian ?
6
4.
Apakah ada tujuan dan kendala yang dialami dalam mengisi hari tua pada lansia di Dusun Dukuh Desa Mandisari Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun 2012 ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas keagamaan yang dilakukan Lansia di Dusun Dukuh Desa Mandisari Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun 2012 ? 2. Untuk mengetahui motivasi lansia dalam melakukan aktivitas keagamaan 3. Untuk mengetahui kesiapan para lansia dalam menghadapi kematian. 4. Untuk mengetahui tujuan dan kendala yang dialami dalam mengisi hari tua pada lansia di Dusun Dukuh Desa Mandisari Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun 2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Manfaat Teoretis a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran keagaman. b. Sebagai acuan pembelajaran ilmu keagamaan.
7
2.
Manfaat Praktis a. Bagi pembaca. Dapat menambah wawasan keagamaan kepada para pembaca. b. Bagi peneliti 1) Mempunyai ilmu yang bermanfaat untuk meningkatkan keagamaan. 2) Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait dengan masyarakat luas, yang mempunyai karakter berbedabeda.
E. Penegasan Istilah Penegasan istilah dikemukakan untuk menghindari kesalah pahaman dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai ruang lingkup dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar ataupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu (KBBI, 2008). Sedangkan dalam kamus yang sama dalam bidang psikologi, motivasi diartikan sebagai usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.
8
Motivasi disini adalah usaha para lansia dalam memotivasi dirinya sendiri melakukan aktivitas keagamaan yang akan bermanfaat untuk dirinya dikemudian hari. Bahkan dapat bermanfaat untuk hari kemudian. 2. Lanjut Usia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN: 1998). Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu
sama
lain.
Keadaan
itu
cenderung
berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk, akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan, itulah sebabnya mengapa usia lanjut lebih rentan dari pada usia madya (Hurlock,1996).
9
Yang dimaksud dengan lansia disini adalah sekelompok orang atau masyarakat yang sudah berumur, mereka melakukan aktivitas keagamaan yang dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain. 3. Aktivitas Keagamaan Aktivitas keagamaan adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu atau orang, benda atau yang berbentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang ( W.J.S. Poerwodarminto, 1976: 73). Aktivitas adalah kegiatan, sedangkan kegiatan berasal dari kata giat yang berarti rajin, bergairah, bersemangat, dan perbuatan usaha (W.J.S. Poerwodarminto, 1976 : 10). Keagamaan dapat berarti sifat-sifat yang terdapat dalam agama; segala sesuatu mengenai agama (W.J.S. Poerwodarminto, 1976 : 19). Aktivitas keagamaan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang dilakukan oleh lansia berkaitan dengan ibadah. Dengan aktivitas keagamaan yang dilakukan agar dapat membentuk keadaannya menjadi seseorang yang mempuyai kepribadian yang tangguh dan berkembang. Aktivitas keagamaan yang akan diteliti meliputi : a. Melaksanakan sholat wajib dan sunnah.(tahajud, hajat, dhuha) b. Puasa wajib ataupun sunnah. c. Membaca al-qu‟an d. Berdzikir e. Berta‟ziyah jika ada saudara yang meninggal 10
f. Memberi bantuan untuk kegiatan agama g. Mengikuti kegiatan pengajian Sedangkan kegiatan dalam mengisi hari tua adalah : a. Cara mengisi hari tua itu sendiri. b. Kesiapan para lansia dalam menghadapi kematian. c. Tujuan mereka melakukan aktivitas keagamaan. F. Metode penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan atau metode deskriptif yang merupakan sebuah penelitian kelompok manusia atau suatu objek, set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas istimewa (Nazir, 1985: 63). Penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, karena dianggap dapat mengamati secara langsung objek yang dijadikan penelitian dan berusaha memahami secara mendalam tentang motivasi lansia melakukan aktifitas keagamaan dalam mengisi hari tua di dusun dukuh desa Mandisari kec. Parakan kab. Temanggung. Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan Metode Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2005: 4). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi tentang
11
apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus penelitian. Penelitian menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara lain; pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2005: 9). 2. Kehadiran Peneliti Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan seperti "kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup
rumit,
Ia
sekaligus
merupakan
perencana,
pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya". Jadi kunci dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena ia bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen selain manusia mempunyai fungsi terbatas, yaitu hanya sebagai pendukung tugas peneliti.
12
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek atau informan. Hal ini karena sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat izin penelitian kepada lembaga yang bersangkutan. Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat berperan serta yaitu peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta akan tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena-fenomena yang nampak. Secara umum kehadiran peneliti dilapangan dilakukan dalam 3 tahap yaitu: a. Penelitian pendahuluan
yang
bertujuan
mengenal
lapangan
penelitian. b. Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus menyimpulkan data. c. Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada. Peneliti harus berusaha dapat menghindari pengaruh subjektif dan menjaga lingkungan secara alamiah agar proses sosial yang terjadi berjalan sebagaimana biasanya. Disinilah pentingnya peneliti kualitatif menahan dirinya untuk tidak terlalu jauh intervensinya terhadap lingkungan yang menjadi objek penelitian.
13
3. Lokasi Penelitin Adapun lokasi penelitian ini berada di suatu daerah yang lumayan padat yakni jumlah penduduknya 5.027 jiwa yang terdiri dari 2.269 jiwa Laki-laki dan 2.758 jiwa Perempuan. Tepatnya Desa Mandisari Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Profinsi Jawa Tengah 56254 (www.google/desa mandisari kecamatan parakan. 02 Mei 2012. 10.17) Peneliti memilih Desa Mandisari sebagai lokasi penelitian ini disertai dengan beberapa pertimbangan: (1). Desa Mandisari dianggap memenuhi syarat sebagai objek penelitian karena di Desa ini mempunyai aktifitas keagamaan yang didalam kegiatan itu sebagian besar adalah lansia. (2). Sebagian besar warga Desa Mandisari memeluk agama islam. Dibawah ini peta Kecamatan Parakan.
4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Suharsami, 26: 129). Menurut Lofland (1984:47)
14
sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, menyatakan bahwa sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong, 2011: 157). Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data tambahan yang berupa dokumen-dokumen dan lain-lain (Moleong, 2011: 157). Data yang diperoleh adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan data yang diperoleh adalah hasil dari wawancara dan observasi kepada perangkat desa Mandisari dan masyarakat desa Mandisari. Adapun sumber data dalam hal ini adalah: a. Sumber data utama (primer) Yaitu sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan observasi. Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek penelitian. Sumber data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama yaitu perangkat desa, Lansia dan masyarakat desa Mandisari.
15
b. Data skunder Yaitu data yang dimaksudkan untuk melengkapi data primer dari kegiatan peneliti. Data skunder berasal dari dokumen-dokumen berupa catatan-catatan. Meleong juga menjelaskan tentang sumber data penting lainnya adalah berbagai sumber tertulis seperti buku disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-dokumen, arsiparsip, evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain itu foto dan data statistik juga termasuk sumber data tambahan (Moleong, 2011: 113).
Dalam
penelitian
ini
data
sekunder
yaitu
dengan
mewawancarai perangkat desa untuk mendapatkan data-data yang diperlukan seperti dokumen-dokumen tentang lansia ataupun aktivitas keagamaan yang ada di desa Mandisari, arsip-arsip yang diperlukan ataupun foto-foto aktivitas keagamaan yang pernah ada di desa Mandisari. 5. Proses pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi atau Pengamatan Adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti (Hadi, 1990: 131). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum penelitian, keadaan masyarakat muslim desa Mandisari sehingga dapat diperoleh informasi tentang motivasi lansia 16
melakukan aktivitas keagamaan dalam mengisi hari tua. Aktivitas masyarakat yang sesuai dengan norma agama yang berlaku, motivasi lansia melakukan aktivitas yang bermanfaat dalam mengisi hari tua mereka. b. Interview atau Wawancara Adalah metode pengumpulan data dengan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik (Surakhmad, 1985: 132). Dengan metode ini penulis mendapatkan informasi ataupun data tentang keagaman masyarakat,
tentang
motivasi
lansia
melakukan
aktivitas
keagamaan dalam mengisi hari tua, yang menjadi informan dalam wawancara ini adalah perangkat desa Mandisari, Lansia dan masyarakat desa Mandisari. c. Dokumentasi Adalah metode atau alat untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, traskip buku, surat kabar, notulen, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 1998: 236). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran keagamaan masyarakat, motivasi lansia melakukan aktivitas keagamaan dalam mengisi hari tua. Arsip-arsip yang digunakan itu seperti jadwal pengajiannya, kegiatan informan, nama informan.
17
6. Analisis Data Dalam menanalisis data penulis menggunakan kualitatif deskriptif yang terdiri dari kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verikasi (Hebermen, 1992: 16). Pertama; setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilih. Kedua; data yang telah direduksi akan dibentuk dalam narasi. Ketiga; penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua. 7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (1989:324) Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness)
data
diperlukan
teknik
pemeriksaan.
Dan
pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Ada empat
kriteria
yang digunakan yaitu:
derajat
kepercayaan(credibility), keteralihan(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Sedangkan yang berkaitan dengan penelitian ini hanya menggunakan tiga unsur, yaitu: a. Kepercayaan (credibility) Kredibilitas data dimasudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada
18
beberapa tekhnik untuk mencapai kreadibilitas ini antara lain: tekhnik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi. b. Ketergantungan (dependability) Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan
data
sehingga
data
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih jelasnya adalah dikarenakan keterbatasan pengalaman, waktu dan pengetahuan dari penulis maka cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent atau dosen pembimbing. c. Kepastian (confirmability) Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interprestasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit. 8. Tahap-tahap Penelitian Adapun prosedur atau tahap penelitian yang peneliti lakukan dalam penelitian ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
19
a. Tahap Pra Lapangan Ada enam tahap yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Enam tahapan tersebut antara lain yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih
dan
memanfaatkan
informan,
dan
menyiapkan
perlengkapan penelitian (Moleong, 2011: 127). 1) Menentukan lapangan, dengan pertimbangan bahwa desa Mandisari dalah salah satu daerah yang memiliki lansia yang cukup banyak, daerah yang taat pada agama, serta mempunyai aktifitas keagamaan yang terjadwal. 2) Menyusun proposal penelitian,
Proposal penelitian ini
digunakan untuk meminta izin kepada lembaga yang terkait sesuai dengan sumber data yang diperlukan. b. Tahap Pelaksanaan Penelitian 1) Pengumpulan data Mengadakan observasi langsung ke desa Mandisari dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh data, yakni: a) Wawancara dengan kepala desa Mandisari. b) Wawancara dengan masyarakat atau informan. c) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
20
d) Menela‟ah teori-teori yang relevan. 2) Mengidentifikasi data Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi diidentifikasi agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan. c. Tahap Akhir Penelitian Tahap ketiga merupakan analisis data, pada setiap tahap ini peneliti lakukan dengan mengecek dan memeriksa keabsahan data dengan fenomena maupun dokumentasi untuk membuktikan keabsahan data yang peneliti kumpulkan. Analisis dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui apa maknanya. G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang sistematis untuk pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi
penelitian,
21
sumber
data,
prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian serta sistematika penulisan. BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Meliputi : A. Aktivitas Keagamaan yang meliputi: 1. Pengertian Aktivitas Keagamaan. 2. Aspek Aktivitas Keagaman. B. Lansia. 1. Pengertian Lansia. 2. Lansia dan Ciri-cirinya. 3. Pendidikan yang Perlu dilaksanakan pada Lansia.
BAB III
: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN: Paparan Data: A. Gambaran Umum Desa Mandisari. 1. Kondisi Desa. 2. Kondisi Pemerintahan Desa. 3. Visi, Misi dan Potensi Desa. B. Hasil Penelitian. 1. Aktivitas Keagamaan dalam mengisi hari tua pada Lansia. 2. Kesiapan para Lansia dalam menghadapi kematian. 3. Tujuan dan Kendala yang dialami dalam mengisi hari tua pada Lansia.
22
BAB IV
: ANALISIS DATA yang berisi tentang: A. Analisis Aktivitas Keagamaan Dalam Mengisi Hari Tua Pada Lansia. B. Analisis Kesiapan Para Lansia Dalam Mengadapi Kematian. C. Analisis Tujuan Dan Kendala Kendala Yang Dialami Dalam Mengisi Hari Tua Pada Lansia.
BAB V
: PENUTUP, meliputi: A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Motivasi adalah dorongan yang membuat kita melakukan sesuatu kegiatan atau tindakan dalam rangka memperoleh apa-apa yang kita inginkan. Motivasi ini bisa timbul dari dua arah yakni dari dalm diri sendiri (indogen) dan dari luar diri sendiri (exogen). Sementara dilihat dari bentuknya, motivasi dapat bersifat materiil (benda) misalnya uang dan barang dan bisa juga bersifat nonmateriil (bukan benda) misalnya dorongan moriil (Trisnayadi, 2007: 34). Motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi berkembang. Sedangkan Imron (1996) menjelaskan motivasi berasal dari bahasa Inggris “motivation” yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi, kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Motive sendiri berarti alasan, sebab dan daya penggerak (Imron, 1996). Motif adalak keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan-melakukan
aktivitastertentu
guna
mencapai
tujuan
yang
diinginkan (Suryabrata, 2002). Motivasi juga dapat dijelaskan sebagai „tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu‟(Copley, 1985). Hampir senada Winkels (1987) mengemukakan bahwa motif adalah adanya pengerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu
24
manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. Dari berbagai pendapat mengenai motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang Motivasi merupakan salah satu aspek yang sanggat penting dalam menentukan perilaku seseorang, termasuk perilaku dalam mengisi hari tua. Motivasi adalah suatu pokok, yang menjadi dorongan untuk bekerja, yaitu suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah tujuan yang dapat dilihat dari sikapnya terhadap pekerjaan. Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa berpendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Perbedaab pendapat tersebut umumnya didasarkan atas penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. 1. Jenis motivasi a.
Motif Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan atas motifmotif dasar atau motif bawaan. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari biologis atau jasmani manusia yang tibul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang.
25
b.
Motif sekunder Morif sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motivasi sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motivasi sosial. Lingdren (dalam Agustin Wirdiyati, 2006: 62) menyatakan bahwa motivasi sosial adalah motivasi yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peran yang penting.
2. Sifat motivasi Berdasarkan sifatnya motivasi dapat dibagi menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik a. Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri dan tidak dipengaruhi oleh sesuatu diluar dirinya karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Orang yang tingkah lakunya digerakkan oleh motivasi intrinsik, baru akan puas jika tingkah lakunya telah mencapai hasil tingkah laku itu sendiri. misalnya seorang lansia melakukan pengajian untuk mencari ilmu sebagai bekal dalam menjalani hari-hari agar selalu dijalan Allah. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dalam diri seseorang karena pengaruh dari rangsangan diluar perbuatan yang dilakukan. Tujuan yang diinginkan dari tingkah laku yang digerakkan oleh motivasi ekstrinsik terletak diluar tingkah laku itu. Misalnya
26
seorang lansia melakukan aktivitas karena malu dengan tetangganya yang dapat selalu pergi mengaji padahal orang tersebut sudah lebih tua. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari tingkat yang paling dasar dan secara hirarkis menuju kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatnya telah terpenuhi, maka kebutuhan yang berada ditigkat atasnya akan muncul dan minta agar dapat terpenuhi. Oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan menusia tersebut secara berjenjang dan secara terus menerus ingin dipenuhi. Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah: 1. Kebutuhan fisiologis (Physiological needs) 2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (Safety or security needs) 3. Kebutuhan sosial (Social needs ) 4. Kebutuhan ego (Esteem needs) Kebutuhan-kebutuhan menurut
Maslow
harus terpenuhi,
sebab
kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut tidak menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi dalam melakukan aktivitas keagamaan. Seseorang yang lama kebutuhannya
27
tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang dan bahkan frustasi. Dibawah ini akan penulis kemukakan beberapa motivasi yang dimungkinkan dapat mendorong kita untuk bertindak. 1. Motivasi dari dalam diri sendiri Motivasi dari dalam diri antara lain dapat berupa pikiran positif dan bersikap optimistis dalam menjalani hidup dan kehidupan, misalnya: a. Aku ingin maju b. Aku ingin hidup lebih baik c. Orang lain dapat selalu melakukan aktivitas keagamaan dengan baik, kenapa aku tidak. Padahal Allah telah memberi bekal yang sama, seperti mata, kaki, telinga, dll. d. Tidak ada kata putus asa dalam hidupku e. Kegagalanku adalah kesuksesanku yang tertunda f. Akan ku berikan yang terbaik untuk orang lain, supaya aku juga mendapatkan yang terbaik pula untuk hidupku. g. Memberi lebih baik dari pada menerima. 2. Motivasi dari luar diri sendiri Motivasi yang datangnya dari luar diri sendiri tersebut dapat berupa benda (materiil) dan nonbenda (nonmateriil). Motivasi yang berwujud benda salah satunya berbentuk uang. Sebagaiman kita ketahui bahwa hampir setiap aktivitas manusia memerlukan uang. Dalam unsur-unsur menejemen (tools of management) pun uang menempati urutan kedua
28
(manusia, uang, materiil, metode, mesin, pasar). Namun demikian, uang bukan merupakan hal yang utama. B. Lansia 1. Pengertian Lansia Lansia merupakan periode terakhir dari kehidupan manusia. Karena usia ini berlangsung setelah masa dewasa dan selanjutnya sampai meninggal dunia, serta pada masa ini orang akan lebih pasrah kepada Tuhan mereka untuk bekal di akhirat nanti. Lansia adalah Proses menua (aging) yaitu proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia. Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan lansia dalam melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk, akan tetapi ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik dan kepada kesengsaraan dari pada kebahagiaan, itulah sebabnya mengapa usia lanjut lebih rentan dari pada usia madya (Hurlock,1996). Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan
29
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Menurut Ernawati, lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih. Lansia merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Lanjut usia itu ditandai dengan semakin menurunnya kemampuan dan kekuatan fisik, psikis atau mental. Akibat dari semakin menurunnya kondisi-kondisi tersebut akan timbulnya berbagai hambatan atau rintangan yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Islam mengajarkan kepada pemeluknya menjalani hidup dengan baik secara istiqomah dan apabila meninggal itu kelak husnul khatimah, seperti do‟a yang sering dibaca oleh umat islam yaitu :
ِم ِم ِم رَمبَّننَم وَمتنَم ِمِف وا ُّنْميَم حَم َمنَم ًوَمِمِف وآل َمِم حَم َمنَم ًوَم نَم َم َم َم وا َّنوان رَم Artinya : Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa neraka (Uhbiyati, 2009: 171).
30
Memperhatikan permasalahan sebagaimana diungkapkan diatas, maka pembahasan tentang pendidikan pada lanjut usia dalam perspektif pendidikan islam sangat penting dan perlu diketahui semua orang tua. 2. Lansia dan ciri-cirinya DR. Sarlito W Sarwono membagi kehidupan tua menjadi tiga periode, yaitu: a.
Tahap Virilitas (40-55 tahun) Tahap ini adalah masa kritis dan dikenal dengan istilah “remaja kedua”. Pada tahap ini proses penuaan melanda, berbagai penyakit mulai menyerang seperti diabetes, tekanan darah tinggi, rematik. Pada tahap ini perubahan fisik juga mulai terjadi. Sebagai reaksi untuk menolak datangnya masa tua ini, seorang pria melakukan perbuatan-perbuatan yang sering disebut “remaja kedua”, seperti: 1) Ia lebih senang berdandan 2) Suka mengagumi diri sendiri 3) Minta banyak perhatian orang-orang sekitar 4) Cepat marah dan tersinggung seperti remaja
b.
Tahap Prasenium (55-65 tahun) Usia ini merupakan usia pensiun. Pada tahap ini seseorang kehilangan pekerjaannya, status sosialnya, fasilitas, materi, anak-anak dan lain sebagainya. Teman-teman jarang datang sehingga mereka merasa kesepian. Kesehatan semakin menurun. Pada tahap ini bisa
31
menyebabkan depresio (tekanan jiwa) dan apatio (lebih senang dan melamun) jika setiap orang tidak mempersiapkan dirinya untuk menghadapi tahap ini. c.
Tahap senectus (diatas 65 tahun) Orang-orang yang sukses dalam tahapan virilitas biasanya tenang ketika memasuki tahap yang terakhir ini. Kondisi kesehatan mereka tidak banyak terganggu, sehingga usia mereka bertambah panjang. Yang penting adalah bahwa pada tahap ini seorang harus bisa melihat dunianya dari sudut positif dan dari segi baik-baiknya (Uhbiyati, 2009: 172). Menurut Prof. Dr Saparinah Sadli, istilah usia melewati umur 40 tahun wanita mengalami beberapa hal antara lain : 1) Dalam diri wanita ditinjau dari teori psikoanalisa terjadinya perubahan psikologi yang disebut juga perubahan kehidupan. Perubahan itu meliputi perubahan jasmani (mudah menjadi gemuk, lebih cepat capai, haid mulai tidak teratur, dan lain sebagainya), perubahan dalam gaya hidup, dan peranannya, dan sering kali perubahan persepsi orang lain mengenai dirinya. 2) Perubahan lain adalah datangnya menopause yang merupakan suatu manifestasi kemampuan reproduksinya telah berakhir (Uhbiyati, 2009: 174).
32
Menurut Elisabeth B. Hurlock, pada lansia terjadi perubahanperubahan fungsi indra, kemampuan motorik dan mental. Perubahan fungsi indra antara lain : 1) Penglihatan Ada penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk melihat objek pada tingkat penerangan rendah dan menurunnya sensifitas terhadap warna. Orang pada usia lanjut biasanya menderita presbyobia atau tidak dapat melihat jarak jauh dengan jelas. 2) Pendengaran Orang yang berusia lanjut kehilangan kemampuan untuk mendengarkan bunyi nada tinggi, yang mengakibatkan matinya rumah sipout dalam telingga (chochia). 3) Perasa Perubahan dalam alat perasa pada lansia adalah sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan syaraf perasa yang terletak dilidah dan dipermukaan bagian dalam pipi. Syaraf perasa yang berhenti tumbuh ini semakin banyak gejala bertambahnya usia manusia. 4) Penciuman Daya penciuman pada lansia menjadi kurang tajam sejalan dengan pertumbuhan sel dalam hidung berhenti dan sebagiannya
33
lagi karena semakin tebalnya bulu rambut pada hidung (Hurlock, 1996: 380) 3. Pendidikan yang perlu dilaksanakan pada lansia. Untuk mempertahankan kehidupan mereka agar hidup tenang dan bahagia. Baik secara individu atau berkelompok dengan melakukan halhal sebagai berikut : a.
Guna memelihara kesehatan ia harus melaksanakn pola hidup sehat, baik dalam hal makan, bekerja maupun istirahat.
b.
Ia harus melakukan olah raga secara rutin.
c.
Mempelajari dan mendalami ajaran agama agar keyakinan agama semakin teguh dan amaliyahnya semakin meningkat kualitas maupun kuantitas.
d.
Rajin menghadiri majlis-majlis taklim baik selaku nara sumber maupun peserta atau jamaah majlis taklim.
e.
Menempuh hidup model tasawuf sesuai dengan kemampuan yaitu melaksanakan takholli, tahalli, tajalli. Takholli adalah mengosongkan diri dari sikap hidup tidak baik dan sifat tercela serta kemaksiatan dalam segala bentuknya. Termasuk ke dalam takholli ini adalah mengendalikan hawa nafsu, hal ini karena hawa nafsu merupakan pendorong atau penyebab utama dari segala sifat yang tidak baik ataupun maksiat.
34
Tahalli adalah menghiasi diri, yaitu dengan jalan membiasakan diri dengan sikap dan sifat serta perbuatan yang baik.Tahalli ini ada tujuh macam, yaitu : 1) Taubah Yaitu rasa penyesalan yang sungguh-sungguh dalam hati disertai permohonan apapun serta meninggalkan segala perbuatan yang dapat menuju kepada dosa. 2) Khauf dan raja‟ Khauf berarti cemas atau khawatir karena merasa banyak berbuat salah sehingga Allah akan murka padanya. Raja‟ adalah harapan untuk mendapatkan ampunan dan anugerah dari Allah SWT. 3) Zuhud Adalah sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat 4) Al faqr Yaitu tidak menuntut lebih banyak dari apa yang telah dimiliki. 5) Shoba Keadan jiwa yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian, jiwanya tidak tergoyahkan, bagaikan gunung yang terpaku di bumi. Walau bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi, pantang mundur dan tak kenal menyerah.
35
6) Ridho Maksudnya adalah menerima dengan lapang dada hati terbuka, apa saja yang datang dari Allah, baik dalam menerima dan melaksanakan ketentuan-ketentuan agama maupun yang berkenaan dengan nasib dirinya. 7) Muqorobah Maksudnya adalah perasaan bahwa Allah selalu memandang kepada satu sikap mawas diri dan muroqobah. Tajalli adalah terungkapnya nur ghoib bagi hati manusia pengamal tasawuf. Tajalli ini meliputi empat tahap yaitu: 1) Munajat Melapangkan diri kepada Allah atas segala aktifitas yang dilakukan, yang baik maupun yang jelek. Dalam munajat itu, disampaikan segala keluhan, mengadukan nasib dengan kalimat yang mudah. 2) Memperbanyak wirid dan dzikir Wirid (bentuk jamaknya aurad) berarti bacaan-bacaan dzikir, do‟a-do‟a atau amalan-amalan lain yang dibiasakan membacanya atau mengamalkannya. Biasanya dzikir, do‟a-do‟a atau amalanamalan itu biasanya dilakukan setelah shalat, baik shalat wajib ataupun sunnah. Dzikir itu ingat, yang dimaksud ingat adalah ingat kepada Allah SWT. Dzikir itu ada tiga tingkatan yaitu :
36
a) Dzikir lisan disebut juga didzikir naifisbat, yaitu ucapanucapan la ilaha ilallah. b)
Dzikir qalbu yaitu lidah berdzikir diikuti hadirnya hati, hal itu terus dilakukan tanpa disadari, sehingga mulut mengucap sendiri kalimah Allah...Allah.
c)
Dzikir sirr disebut juga dzikir isyarat dan nafs yaitu berbunyi Hu...Hu...Hu...
Dampak dzikir ini bagi kehidupan adalah : (1) Memperlunak hati seseorang sehingga ia cenderung untuk bersedia menerima dan mengikutinya. (2) Membangkitkan kesadaran bahwa Allah Maha Pengatur dan berkeyakinan bahwa apa yang ditetapkan-Nya adalah baik, hanya mungkin manusia yang tidak mampu menangkapnya. (3) Meningkatkan mutu apa yang dikerjakan karena Allah tidak menilai suatu perbuatan dari segi lahirnya saja tetapi dia menilainya dari segi motif dan keikhlasannya. (4) Memelihara diri dari godaan setan karena setan hanya dapat menggoda dan menipu orang yang lalai kepada Allah. (5) Memelihara diri dari berbuat kemaksiatan karena selama ingat kepada Allah ia tidak akan berbuat sesuatu yang dilarangnya.
37
3) Dzikrul maut untuk mengingat mati Ingat kepada kematian kapan dan dimana pun adalah suatu hal yang sangat penting. Orang sufi berkeyakinan bahwa ingat kepada kematian dan hidup kembali diakhirat termasuk rangkaian aktivitas rohani yang perlu dibina. Setiap saat seseorang perlu untuk mengingat kematian, dengan kita mengingat kematian akan timbul rasa untuk menyiapkan diri menghadap-Nya. Kesadaran akan datangnya maut merupakan pendorong bagi seseorang untuk bekerja keras untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat dan meninggalkan hal-hal yang merugikan dirinya. Dampaknya adalah mengingatkan seseorang kepada peristiwa yang akan dihadapi dialam barzah. 4) Tafakkur Artinya adalah berfikir, memikirkan, merenungkan dan meditasi. Dalam islam manusia diperintahkan untuk memikirkan dan merenungkan mahluk Allah, alam semesta dengan segala fenomenanya, sebaliknya manusia dilarang memikirkan zat Allah (Uhbiyati, 2009: 182). C. Aktivitas Keagamaan 1. Pengertian Aktivitas Keagamaan Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, keaktifan, sedangkan keagamaan adalah system atau yang berhubungan dengan agama (Suharso dan Ningsih, 2005: 19), kesimpulan aktivitas keagamaan adalah suatu
38
kegiatan dan rutinitas baik lahiriah maupun batiniyah yang terwujud dalam bentuk ibadah. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas tentang agama maka berikut ini penulis paparkan pengertian agama dari berbagai pendapat para ahli. Penulis berharap dapat memperoleh pengertian tentang aktivitas keagamaan yang menjadi sentral dalam pembahasan skripsi ini. Istilah agama dalam bahasa inggris disebut religion dan dalam bahasa arab disebut al-din. Ketiga istilah antara agama, religion, dan al-din akan penulis paparkan, yaitu: a.
Agama
Secara definitif, ada beberapa pengertian agama menurut Harun Nasution: 1) Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghoib yang harus dipatuhi. 2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3) Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. 4) Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rosul. b.
Religion Menurut
vergilius verm dalam bukunya yang berjudul
encyclopedia of religion menjelaskan tentang definisi religion sebagai berikut
39
“A religion is a set of a setmeanings and behavior having reverence to the individuals who are or chould be religious. Again religion is generic terms revering to all conseivable religions, formal or informal”. Pengertian agama tersebut berarti seperangkat makna dan kelakuan yang berasal dari individu yang religius. Agama adalah istilah umum yang merujuk pada semua agama yang dapat ditangkap baik formal maupun informal. c.
Al-Din Al-Din merujuk pada ayat al-qur‟an pada surat At-Taubat ayat 33, yaitu:
Artinya : “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai” (Qur‟an terjemah, Depag RI). Dari beberapa pengertian tentang agama diatas dapat dimengerti bahwa agama merupakan suatu risalah dan peraturan-peraturan tuhan yang diperuntukan kepada manusia melalui seorang utusan yang menjadi pilihaNya. Nabi besar Muhammadlah yang menyusun bagaimana kehidupan islami itu berlangsung sesuai dengan firman-firman Allah yang ada pada al-Qur‟an
yang
memberikan
pengertian-pengertian
40
penting
yang
diperlukan oleh manusia dalam menjalankan roda kehidupan keluarga islami. Menjalankan syariat-Nya disebut juga aktivitas keagamaan yang merupakan segala perilaku, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan atas dasar tuntutan agama islam dan tidak bertentangan dengan niat dan tujuan yang baik, yaitu untuk mencari ridho Allah dan untuk kemaslahatan diri sendiri dan orang lain. Aktivitas keagamaan itu sangatlah penting bagi semua orang terutama bagi orang tua atau lansia. Aktivitas yang mereka lakukan semata-mata hanya mencari ridho Allah, mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dan mengisi hari tua mereka. 2. Aspek aktivitas keagamaan Aktivitas keagamaan secara khusus menyangkut pengalaman keagamaan yang berbentuk perbuatan atau suatu amalan dalam bentuk aspek ibadah mahdloh atau ritualistik. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan aspek tersebut : a. Aspek ritualistik Ibadah berasal dari bahasa arab namun sudah menjadi istilah umum dan masuk ke dalam bahasa indonesia. Ibadah adalah penghambaan dari dalam arti dan hakikatnya, (Al-Maududi, 1975: 105) Artinya bahwa ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya atau dengan kata lain segala usaha lahir dan batin sesuai dengan
perintah Tuhan untuk
41
mendapatkan
kebahagiaan
dan
keselarasan hidup baik terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta. Adapun ibadah secara khusus biasa dikaitkan dengan amal perbuatan yang bersifat ritual yang mempunyai pola dan tata cara yang baku sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ibadah semacam ini sering disebut saja dengan ibadah, seperti shalat, zakat, puasa, haji. Kendati berbagai aktivitas dalam aspek kehidupan ini merupakan ibadah (dalam arti umum sebagaimana disebut diatas), diluar ibadah ritual itu biasa disebut muamalah. Aspek ibadah ritual atau khusus antara lain : 1) Ibadah Shalat Dalam ajaran islam aspek ritualitas ada yang wajib dan ada yang sunnah. Kewajiban shalat tegas diperintahkan oleh al-qur‟an tetapi perintah itu bersifat umum. Tentang dalil dari pada cara dan waktu melakukannya berdasar atas petunjuk dan sunnah Nabi (Razak, 1989: 230). Shalat adalah tiangnya agama, itu karena begitu pentingnya ibadah shalat, ia merupakan kewajiban yang bersifat universal, perintah shalat sudah diturunkan kepada manusia sejak manusia ada di dunia. Bagi orang yang meninggalkan shalat disejajarkan dengan kecelakaan yang diderita oleh orang yang mendustakan al-qur‟an dan Rasulullah. Bahkan Nabi menyatakan bahwa perbedaan yang membatasi antara orang mukmin dan orang kafir adalah shalat. Dan orang yang meninggalkan shalat disebut
42
sebagai orang yang ingkar. Perintah shalat dengan sighat amar “aqimul al-salah” serta didukung oleh keterangan yang menyatakan keutamaan ibadah shalat dan ancaman meninggalkan shalat baik dalam al-qur‟an ataupun as-sunnah menjadi dasar akan wajibnya shalat, maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan continue menjadi alat pendidikan rohani manusia yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk kesadaran (Razak, 1989: 230). Segala yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya adalah baik semua. Shalat merupakan amal sholeh yang utama, yang diibaratkan sebagai tiangnya agama, konstruksi yang menopang suatu bangunan amal sholeh. Allah SWT telah berfirman dalam Qs. Al-Ankabuut : 48
Artinya : Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)(Qur‟an terjemah, Depag RI). Shalat sebagai amal sholeh, dari segi pembinaan hubungan vertikal (Hablun min Allah) telah jelas. Shalat dalam kehidupan itu diistilahkan dengan dzikrullah (menginggat Allah). Namun dari
43
segi hubungan horisontal mempunyai dampak positif terhadap sesama manusia, tidaklah sedikit yang telah diketahui oleh orang mukmin yang khusuk melakukan shalat. Sebelum shalat dilakukan, hendaklah membersihkan diri dari dua hadas (hadas besar dengan cara mandi besar dan hadas kecil dengan wudlu) kemudian baru shalat. Pada usia lanjut shalat merupakan aktivitas keagamaan yang menurut
mereka adalah hal yang perlu dilakukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Shalat itu tidak hanya shalat lima waktu saja tetapi juga shalat sunnah yang bisa dilaksanakan oleh setiap orang. Shalat sunnah itu hampir sama dengan shalat wajib yang lima waktu itu, perbedaannya adalah niat dalam shalat itu sendiri. Banyak sekali macam-macam shalat sunnah itu antara lain shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat hajad dan masih banyak lagi macam-macam sholat sunnah. 2) Puasa Puasa juga sering disebut Shiyam atau Shaum berasal dari bahasa arab. Secara lughawi shiyam atau shaum berarti berpantang atau menahan diri dari sesuatu (
وال ٍم )وَمْمِم ْم َم ُما َم ِم َّن.
Dalam pengertian syar‟i, puasa digambarkan dalam alqur‟an yaitu Qs. Al-baqarah : 187 yang berbunyi
44
Artinya : Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah 45
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf (I'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah) dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa (Qur‟an terjemah, Depag RI). Sebagai menahan hawa nafsu dari makan, minum, dan hubungan seksual dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Dengan kata lain puasa atau shiyam adalah suatu ibadah kepada Allah SWT. Dengan syarat dan rukun tertentu dengan jalan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seksual dan lainlain perbuatan yang dapat merugikan atau mengurangi makna nilai dari pada puasa semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Puasa adalah ibadah yang terdapat hampir pada seluruh agama, baik pada agama samawi ataupun ardhi (agama budaya). Oleh karena itu ibadah puasa itu telah dikenal oleh umat-umat terdahulu dan orang-orang agama budaya pada masa itu. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qs. Al-baqarah : 183 yang berbunyi:
46
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Qur‟an terjemah, Depag RI). Puasa dalam agama Islam mengandung nilai rohani yang bertugas untuk melatih disiplin rohani, melatih terhadap batasanbatasan yang telah ditentukan yaitu untuk menahan diri dari hawa nafsu. Untuk melaksanakan puasa secara benar dan sah, terdapat beberapa syarat dan rukun yang dianjurkan kepada syara‟ yaitu: a) Syarat-syarat wajib puasa yaitu islam, baligh dan berakal, suci dari haidl dan nifas (bagi kaum perempuan), kuasa (ada kekuatan) b) Syarat sahnya puasa yaitu islam, tamyiz (orang-orang atau anak yang dapat membedakan antara yang baik dan buruk), suci dari hadats dari nifas serta tidak didalam hari-hari yang dilarang untuk berpuasa yaitu di bulan ramadhan. c) Rukun puasa adalah sebagai berikut niat untuk mengerjakan puasa dan menahan diri dari makan, minum dan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. d) Sunnat puasa adalah menyegerakan berbuka bila waktu telah tiba, makan sahur dan mengakhirkanya, berbuka dengan makanan yang manis seperti kurma atau lainya dan minum air, berdo‟a ketika berbuka, memberikan makanan untuk orang yang berbuka puasa, memperbanyak sedekah selama bulan
47
ramadhan,
memperbanyak
membaca
al-qur‟an
dan
mempelajarinya serta mengajarkan kepada orang lain. e) Hal-hal yang membatalkan puasa adalah makan dan minum dengan
sengaja,
muntah dengan sengaja,
bersenggama
mengadakan hubungan seksual, sengaja mengeluarkan sperma, keluar darah haidl atau nifas, gila (Al Aziz S, 2005: 295-299). Dari keterangan diatas kita dapat belajar mengenai hal-hal yang berhubungan dengan puasa. Puasa itu tidak hanya puasa wajib saja tetapi juga ada puasa sunnah yang dianjurkan oleh agama islam seperti a)
Puasa pada hari senin dan kamis
Pada hari senin dan kamis disunnahkan berpuasa. b) Puasa pada tengah bulan qamariyah Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 13, 14, dan 15 pada bulan qamariyah. Puasa pada hari-hari tersebut disebut puasa haidl. c)
Puasa pada bulan sya‟ban
Setiap bulan sya‟ban kita dianjurkan oleh Nabi SAW untuk mengerjakan puasa. d) Puasa pada tanggal 10 Muharram atau Asyura Pada setiap tanggal 10 Muharram, kita dianjurkan untuk mengerjakan ibadah puasa. e)
Puasa pada hari „arafah
48
Puasa pada hari „arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan bagi umat islam untuk dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah kecuali orang yang sedang menunaikan ibadah haji. Orang yang sedang menunaikan ibadah haji tidak disunnahkan berpuasa pada hari arafah. f)
Puasa Syawal
Rasulullah SAW menganjurkan agar umat islam mengerjakan ibadah puasa selama 6 hari pada bulan Syawal. Pada lansia puasa wajib bisa diganti dengan fidyah jika orang tersebut tidak mampu untuk menjalankan ibadah puasa. Bagi yang mampu diharapkan untuk dapat menunaikan ibadah puasa yang wajib itu. Puasa Ramadhan hanya terjadi satu kali dalam setahun. Puasa merupakan salah satu dari rukun islam yang lima. Dengan kita berpuasa kita akan semakin dekat dengan Tuhan pencipta alam ini. 3) Zakat Zakat menurut lughah (bahasa), berarti nama‟ : kesuburan, thaharah : keberkatan, dan berarti juga tazkiyah tathier: mensucikan (ash-shiddieqy, 1984: 24). Pengertian zakat menurut syara‟ ialah pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya (Darajat, 1982: 229).
49
Al Mawardi dalam kitab Al-Hawi menjelaskan pengertian zakat sebagai berikut :
ِموس ِمِلَم ْم ِم َم ٍم ِم ٍما َمْمل ٍم لَمى وُمو ٍما َمْمل ٍم ِما َم ِم َمٍم َمْمل ٍم: وَم َّنازَم ُم ُم ْم َم ُم ْم َم ُم ْم َم ْم ُم ْم َم ْم ٌة Artinya : Zakat itu nama atau sebutan bagi pengambilan sesuatu yang tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu untuk diberikan kepada golongan orang tertentu. Dalam al-qur‟an juga sering disebutkan kata zakat seperti dalam Qs. Al-Baqarah: 43
Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' (Yang dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk). Qs. Al-Baqarah: 110
50
Artinya : Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.(Qur‟an Terjemah, Departemen Agama) Zakat merupakan salah satu rukun islam yang mempunyai kedudukan yang penting dalam kehidupan manusia. Hal ini dapat dilihat dari tujuan dan fungsi zakat dalam meningkatkan martabat hidup manusia dan masyarakat. Zakat mempunyai tujuan yang banyak antara lain: a)
Hubungan manusia dengan Allah Dalam hal ini zakat sebagai sarana beribadah kepada Allah, sebagaimana sarana-sarana lain yaitu mendekatkan diri kepada Allah. Semakin taat seseorang kepada perintah serta larangan Allah maka ia semakin dekat dengan Allah.
b) Hubungan manusia dengan dirinya Dalam hal ini zakat merupakan salah satu cara untuk memberantas
pandangan
hidup
matrealistis,
dengan
melaksanakan zakat manusia di didik untuk melepaskan sebagian
harta
bendanya
dan
sedikit
demi
sedikit
menghilangkan pandangan hidupnya yang menjadikan materi sebagai tujuan hidup. Dalam hal ini zakat berfungsi untuk mensucikan jiwa pemiliknya. c)
Hubungan manusia dengan manusia lain Pada hal ini zakat dapat berperan untuk mengecilkan jurang kemiskinan yang ada dimasyarakat, karena orang yang
51
mampu berzakat akan berzakat dan orang yang kurang mampu akan mendapatkan zakat yang bisa bermanfaat untuknya. d) Hubungan manusia dengan harta benda Pada hubungan ini zakat bermanfaat untuk mensucikan harta yang dimiliki. Dengan zakat Allah akan melimpahkan rizkinya kepada mereka yang mau untuk berzakat. Zakat sangat penting dilaksanakan. Selain kita menjalankan rukun islam, kita juga dapat memperoleh ilmu dari berzakat. Zakat merupakan aktivitas keagamaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Kegiatan zakat juga dapat memberikan rasa tenang kepada diri sendiri karena kita merasa nyaman dan telah memberikan apa yang menjadi hak orang lain yang Allah titipkan kepada kita. 4) Berdo‟a Dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan lepas dari kata do‟a. Karena menurut penulid do‟a itu sudah menjadi kebutuhan kita. Walau hanya memuji apa yang Allah miliki itu sudah temasuk do‟a kepada Allah. Do‟a bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja, dalam keadaan apa saja. Do‟a itu seperti dzikir kepada Allah. Orang yang berdo‟a, lebih-lebih jika bersinambuangan, sadar atau tidak, sesungguhnya telah mendidik dirinya agar senantiasa dekat dengan Allah SWT dan melindungi diri serta
52
bermohon kepada-Nya (Tafsir, 2002: 22). Dengan berdo‟a seseorang telah memiliki cita-cita sekaligus berusaha untuk menjadi baik dan shaleh. Berdoa itu adalah hak setiap manusia yang percaya dan yakin akan kekuasaan Tuhan mereka. Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk selalu berdo‟a kepada Allah. Sesuai dengan Qs. Al-mu‟min : 60 yang berbunyi :
Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina". Allah menentukan apa saja yang Ia kehendaki. Manusia hanya bisa berusaha dan berdo‟a terhadap sesuatu. Oleh karena itu kita sebagai manusia sebaiknya tetap berdo‟a dan berusaha atas apa yang kita inginkan. b. Aspek konsekuensial Aspek konsekuensial adalah aspek yang menjelaskan apakah efek ajaran islam terhadap etos kerja, hubungan interpersonal, kepedulian
53
terhadap penderitaan orang lain dan lain sebagainya. Dalam pembahasan ini dibatasi hanya berkaitan dengan hubungan sosial lansia dengan tetangga dan menjunjung tinggi norma yang berlaku. 1)
Hubungan sosial Dalam hal ini hanya mengulas tentang bagaimana tingkat solidaritas
seorang
lansia
terhadap
tetangganya
atau
lingkungannya. Sikap sosial itu sangat penting, karena kita sebagai mahluk sosial akan selalu berinteraksi kepada lingkungan kita berada atau tinggal. Walau hanya menyapa itu sudah termasuk dalam sikap sosial yang mempunyai pengaruh yang lumayan besar bagi sosial masyarakatnya. Sikap sosial seorang lansia bisa dengan datang kepada tetangga yang sedang terkena musibah, baik musibah kematian ataupun alam. Agama islam menganjurkan kepada kita untuk menjenguk orang yang sakit, menurut penulis, sikap sosial yang bisa memberikan dorongan tersendiri kepada orang yang sakit. Sikap seperti ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan seharihari. Bukan hanya bagi orang yang sudah lanjut usia saja tetapi untuk semua kalangan umur. Dengan kita menjenguk orang yang sedang terkena musibah kita telah melaksanakan sikap silaturahmi yang dianjurkan oleh agama. 2)
Menjunjung tinggi norma yang berlaku
54
Sebagai insan yang beragama, maka lansia sangat mendambakan adanya suatu aturan perundangan sebagai standart untuk mengatur segala aktivitas kehidupan sehari-hari. Aturan itu disebut dengan norma. Beberapa norma yang biasa berlaku dimasyarakat adalah norma agama, negara, adat istiadat atau desa, tata kampung, dan lain-lain. Norma dalam kehidupan bermanfaat untuk mejalani kehidupan. Dengan kita mempunyai peraturan yang dapat menjadi petunjuk untuk kita dalam menjalani hari-hari. Aktivitas keagamaan pada lansia, diharapkan mampu memberikan informasi kepada kita bagaimana kita harus bertindak untuk menghadapi orang yang sudah lanjut usia. Bagaimana yang harus kita lakukan dalam mendampingi para lansia. D. Kematian Kematian adalah suatu hal yang mesti terjadi pada siapapun, tidak ada satu jiwapun yang mampu menghindarinya. Kematian adalah salah satu fenomena yang paling jelas dan kuat bagi semua makhluk. Para ilmuan sendiri memiliki dua pandangan yang bertolak belakang tentang hidup. Ada yang pesimis yang memandang hidup ini sebagai sesuatu yang berat, penuh kesedihan, kesulitan, kemudian berakhir dengan maut yang berate kepunahan. Sebagian yang pesimis menganut paham “selama masih hidup, kita lakukan apa saja yang menyenangkan hati sekaligus wujud eksistensi diri kita. Jangan hiraukan apapun, karena pada akhirnya usia manusia pasti berakhir. Jangan
55
hiraukan kesedihan atau kepedihan, karena menghiraukannya pun tak bermanfaat” (Djaelani, 2008: 51). Ada juga yang optimis dalam memandang dan menyikapi hidup dengan penghormatan dan tanggung jawab. Kelompok ini berkeyakinan bahwa hidup dapat berakhir dengan kebahagiaan dan kekekalan. Kebahagiaan dan kekekalan dapat diraih dengan kebajikan yang dilakukan selama masih hidup. Sebagian lagi memandang hidup ini berupa rangkaian dari kepedihan, kesedihan, penyakit dan semacamnya. Kalangan ini berusaha menghibur diri dengan bersemboyan “jagat raya terus berubah dan berganti, kelahiran disusul oleh kematian, kehidupan diakhiri oleh ketiadaan, kepunahan dating silih berganti”. Semboyan ini mereka gunakan karena mereka belum bisa memaknai hidup. Mereka memandang hidup hanya sebagai pelampiasan, tidak lebih (Basri, 2008: 52). Sebagian lagi ada yang berpandangan bahwa “kehidupan ini memang sesuatu yang sanggat berat dan manusia memang diciptakan untuk menderita, karena itu sambutlah kematian dengan suka cita karena ia mengakhiri penderitaan kita. Jangan takut pada kematian, karena kedatangannya adalah keniscayaan dan juga jangan takut pada kepunahan, karena manusia masih akan hidup lagi, hidup serupa dengan kehidupan yang lalu”. Meskipun ungkapan itu terkesan baik, tetapi didalamnya terselip ketidakrelaan terhadap apa yang selama ini diberikan tuhan kepadanya. Kalangan pesimis dan takut menghadapi pedihnya kematian menghibur dirinya dengan mengatakan
56
“mengantuk nyaman, tetapi mati lebih nyaman. Lebih nyaman dari segala yang nyaman adalah ketiadaan hidup” (Djaelani, 2008). Maka, agar kita mampu menangkap makna hidup, solusinya adalah dengan tidak menolak kematian. Sebaliknya, menyambutnya dengan berbagai amalan yang baik dan bermanfaat untuk semua orang. Kalangan yang optimis menilai bahwa kematian bukan merupakan akhir wujud manusia. Keberadaan kuburan dan meziarahinya membuktikan bahwa manusia tidak menganggap kematian sebagai kepunahan. Para peziarah itu menganggap bahwa yang meninggalkan dunia ini hanya berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, mereka juga merasa masih bisa berhubungan dengan orang yang sudah meninggal dengan cara mengirimkan do‟a dan juga bisa menyampaikannya keluhan dan harapan kepada yang telah berpulang itu. Kematian memiliki peran yang sanggat besar dalam memantapkan kepercayaan dan mendorong pengabdian kita kepada Allah. Sebab kematian mengantarkan kita menjadi lebih siap menghadapi apa yang terjadi sesudah maut. Karena itu pula, banyak anjuran untuk senantiasa mengingatnya. Tentang kematian, ajaran Islam berupaya untuk mempertebal optimisme para penganutnya sekaligus mengurangi rasa cemas dan takut mereka. Ketakutan pada maut boleh jadi disebabkan karena kematian dan apa yang terjadi sesudahnya merupakan sesuatu yang misterius. Mungkin juga rasa takut itu disebabkan karena memikirkan sanak keluarga yang akan ditinggal. Hal ini seharusnya tidak dicemaskan, karena Allah berjanji bagi yang taat agar tak perlu risau karena para malaikat akan mengurus mereka.
57
Mungkin juga ketakutan itu disebabkan karena merasa bahwa tempat yang akan dikunjungi sanggat buruk. Ketakutan ini tidak ada penangkalnya selain amal-amal kebajikan yang pernah ditanam di alam dunia. Islam memandang hidup ini sanggat berarti. Memang di dalam kehidupan ini kita tidak pernah luput dari keluh kesah dan kesusahan. Akan tetapi, pada saat yang sama, Islam juga mengajarkan agar kita kembali kepada Allah. Kembali kepada Allah ini bermakna bahwa setiap apa yang terjadi dalam hidup dan kehidupan kita selalu dalam kekuasaan-Nya. Makna kembali kepada Allah bukanlah pasrah dengan apa yang akan terjadi tanpa melakukan usaha, melainkan pasrah sebagai harapan terakhir setelah sebelumnya berusaha. Sesuai dengan Qs Al-Baqarah : 286, yang perlu dimantapkan dalam hati adalah bahwa Allah tidak akan memberikan kita cobaan atau ujian yang kita tidak mampu menanggungnya. Dengan keyakinan seperti itu, kita akan bisa belajar dan berkarya dalam hidup ini dengan selalu bersemangat (Djaelani, 2008: 55). Kematian merupakan peristiwa dasyat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada segolongan orang yang memandang kematian sebagai malapetaka yang merampas kenikmatan hidup, sehingga mereka memilih jalan hidup hedonistis sebelum kematian tiba. Mereka menuju kepada kenikmatan duniawi. Kata “Mumpung masih hidup” adalah semboyan dari golongan ini. Pandangan hidup semacam ini memandang masa muda sebagai masa keemasan dalam kehidupan seseorang. Maka, ia pun akan bekerja dan berkarya dengan sungguh-sungguh.
58
Namun ada pula yang berpandangan sebaliknya, golongan ini yakin bahwa hisup di dunia hanya sesaat dan kehidupan akhirat lebih mulia, lebih utama, dan abadi. Maka dari itu, mereka memilih jalan spiritual dan menjauhi tawaran kenikmatan duniawi. Hal ini dilakukan hanya karena inggin mengejar kebahagiaan yang lebih tinggi dan sejati di balik atau setelah kematian. Selain itu ada juga golongan yang tidak mau berpikir soal kematian karena menganggap kematian tidak begitu berguna. Dipikir atau tidak, kematian akan datang juga. Mereka menggunakan keyakinan bahwa keyakinan bahwa kematian haruslah dilupakan. Lebih baik mengerjakan apa yang sekarang ada dihadapan yang tentunya membutuhkan banyak pertimbangan dan juga perjuangan. Penolakan terhadap kematian ini telah melahirkan dua kutub pemikiran, yakni: 1. Golongan yang menjadikan agama sebagai rujukan bahwa keabadian setelah mati itu ada dan untuk memperoleh kebahagiaan yang abadi, seseorang harus menjadikan kehidupan akhirat sebagai objek dan target paling tinggi. Kehidupan dunia selayaknya dinikmati dan disyukuri dengan berkarya atau beramal sebaik mungkin, dengan tetap berkeyakinan bahwa kehidupan di dunia ini tidak selamanya dan kematian bukan akhir dari kehidupan yang sebenarnya. 2. Golongan yang tidak yakin akan adanya kehidupan setelah mati. Kedua golongan ini memiliki kesamaan, yaitu semangat mendambakan kehidupan abadi agar selalu dikenang sepanjang masa. Untuk memenuhi
59
keinginan ini, setiap orang ingin menyumbangkan sesuatu yang besar dalam hidupnya, minimal dirinya sendiri. Maka, setiap orang berusaha untuk meninggalkan warisan seperti halnya potret diri, karya tulis, kuburan, dan bahkan ada yang membuat suatu monument. Setiap orang, pada hakikatnya ingin dikenang sebagai pahlawan atau setidaknya dikenang sebagai orang yang baik.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM DESA MANDISARI 1. Kondisi Desa Desa mandisari merupakan salah satu bagian dari kecamatan parakan kabupaten temanggung yang berada didaratan tinggi antara 800-850 m dari permukaan laut, dikawasan kaki gunung sindoro sebelah timur dengan keadaan kemiringan tanah antara 10 s/d 16 %. Keadaan iklim desa mandisari memiliki 3 (tiga) musim yaitu musim kemarau, musim penghujan dan musim pancaroba. Musim kemarau terjadi antara bulan april sampai dengan bulan september sedangkan musim penghujan terjadi antara bulan oktober sampai dengan bulan maret dengan curah hujan pada umumnya tinggi antara 1000-2000 mm pertahun. Suhu rata-rata di desa mandisari
60
antara 22-28°C. Jenis tanah sebagian besar berjenis latosol coklat-kehitaman (lincat) yang sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian. a. Sejarah Menurut berbagai sumber bahwa nenek moyang pendiri desa atau yang dikenal sebagai tokoh pe”MBOBAK CITHAK” desa mandisari adalah seorang kyai yang bernama Sayid Syahid Shobirudin yang dijuliki Ki Selo Bongso. Konon ceritanya pada suatu saat beliau membuat tasbih dari batu-batu kecil yang dilubangi dengan benang kemudian dirantai menjadi tasbih. Ki Selo Bongso diketahui berasal dari daerah surakarta yang melakukan hijrah dan bertempat tinggal di Dusun Ngaglik desa mandisari yang berada di tengah desa mandisari sekarang. Selama bertahun-tahun Ki Selo Bongso melakukan aktifitasnya sebagai masyarakat biasa, menggarap tanah pertanian adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Disela-sela kegiatannya sebagai petani Ki Selo Bongso juga aktif menyebarkan agama islam di desa mandisari dan disekitarnya dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah, juga sering dimintai tolong untuk mengobati orang yang sakit, Ki Selo Bongso yang memeng memiliki ilmu agama yang tinggi dan perilaku yang santun, Sehingga lama-kelamaan Ki Selo Bongso menjadi figur yang disegani dan dihormati diwilayah desa mandisari dan sekitarnya. Dalam perjalanannya Ki Selo Bongso menjadi dikenal oleh masyarakat sekitar, tokoh pembobak cithak desa tersebut. Dengan
61
seiring berjalannya waktu maka desa tersebut dijuluki dengan desa mandisari. Tercatat mulai tahun 1928 sistem pemerintahan desa mandisari dikepalai oleh seorang Kepala Desa atau Lurah, yang dibantu oleh beberapa orang perangkat desa yang pada masa lalu masih menggunakan istilah jabatan Tamping, Kamituo, Kaum dan Kebayan. Yang saat ini istilah tersebut diganti dengan nama kepala urusan atau kepala seksi. Tabel berikut adalah nama-nama lurah atau kepala desa yang pernah memimpin desa mandisari mulai tahun 1928 s/d sekarang berdasarkan sumber yang diketahui: Tabel. 1 Nama-nama kepala desa atau lurah Desa Mandisari. No
Nama lurah atau kepala desa
Periode tahun menjabat 1 Harjo Jat 1928 s/d 1944 2 Sukandar 1944 s/d 1946 3 Ikhsan 1945 s/d 1954 4 K. Muslih 1954 s/d 1958 5 KH. Ahmad Sadar 1958 s/d 1990 6 KH. Nasikhin Aslam 1990 s/d 1998 7 H. Sucipto 1998 s/d 2006 8 Makpul 2006 s/d 2008 9 Setiyanto 2008 s/d 2008 10 Miftakhudin 2008 Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00
Keterangan
PJ
Kepala desa atau lurah yang pernah memimpin desa mandisari dari periode ke periode, masing-masing mewariskan aset desa yang sampai saat ini masih dilestarikan, baik warisan berupa bangunan
62
infrastruktur maupun non infrastruktur. Keberhasilan pembangunan dari hasil karya para kepala desa mandisari terdahulu tersebut merupakan aset desa yang mempunyai nilai manfaat hingga sekarang, baik sektor perekonomian maupun sarana sosial. Tentunya hal tersebut merupakan kewajiban bagi pemerintah desa untuk senantiasa menjaga dan merawatnya.
b. Demografi Pada akhir tahun 2011 penduduk desa mandisari berjumlah 5027 jiwa yang terdiri dari 2269 laki-laki dan 2758 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 1178 KK dari 978 rumah tangga. Laju pertumbuhan penduduk, pendidikan dan mata pencaharian penduduk desa mandisari dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel. 2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin. Tahun
Laki-laki
Perempuan
2156
2033
4189
Jumlah kepala keluarga Laki- Perempuan laki 1220 68
2008
2171
2050
4221
1231
71
1311
2009
2185
2067
4232
1240
74
1318
2010
2199
2080
4279
1252
78
1327
2011
2215
2095
4310
1263
79
1342
2007
Jumlah penduduk
Jumlah
Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 Tabel. 3
63
Jumlah
1304
Nama lansia tahap Virilitas No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama
Usia 45 41 43 50 49 48 40 49 44 43 48 40 54 40 53 44 42 49 42 44 54 50 44 44 40 43 49 50
Inayah Chamimah Yoko Sarni Slamet Budi Eni Entek Mona Eka Rini Utami Anip Novi Sri Puji Amin Sidah Wahyu Nunung Siti Rom Ndari Nur Mol Win Jazik Ning Tini
Tabel. 4 Nama lansia tahap prasenium No 1 2 3 4 5 6 7
Nama
Usia 57 60 56 58 60 55 61
Sani Yanto Kukuh Misbah Tejo Istilah Nas 64
No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama
Usia 56 54 53 59 60 63 59 63 61 64 63 60 56 59 62 55 56 55 62 56
Subur Madiyono Murni Bambang Lastri Taswiyah Tamat Kham Papah Jupri Salwadi As‟ari Parsiyah Sarinah Medi Pitoyo Tanto Makno Narti Mail
Tabel. 5 Nama lansia tahap senectus No
Nama
Usia
1 2
Sanah Yati
82 66
3
Toyo
69
4 5 6
Sri Komsiyah Leh
66 67 80
7 8
Sonto Kuri
78 75
9
Prapto
86
10
Dasri
68
11
Sukaelan
88
12
Muksin
65
13
Sinah
69
65
Tabel. 6 Tingkat Pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan
Laki-laki
Perempuan
Perguruan tinggi Tm SLTA Tm SLTP Tm SD/MI Tidak/Belum Tamat SD/MI Belum sekolah
79 207 197 269 248
98 243 218 277 276
68
87
Keterangan
Termasuk TK
siswa
Tidak pernah sekolah 34 47 Jumlah 1102 1246 Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 Tabel. 7 Mata pencaharian penduduk. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Mata pencaharian Petani Buruh tani Buruh bangunan Pedagang Home Industri
123 287 478 130 251
Jumlah orang orang orang orang orang
Keterangan
Pembuat ceriping
PNS 143 orang Guru swasta 36 orang Swasta 19 orang Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 c. Keadaan Sosial 1. Budaya Kondisi masyarakat desa yang begitu kental dengan nilainilai budaya merupakan bagian penting dalam upaya peningkatan
66
kesejahteraan masyarakat, seperti sambatan dan gotong royong misalnya,
tentunya
hal
tersebut
merupakan
konstribusi
masyarakat yang sangat membantu dalam pembangunan desa. Tabel. 8 Potensi budaya yang berkembang di masyarakat. Jenis dan kegiatan Keagamaan Kegiatan Kegiatan Kesenian tradisi kemasyarakatan Yasinan Sadranan Sambatan Hadrah Tahlilan Mauludan Gotong royong Simtu Duror Houl Khoul Masal Sinoman Rebana Barzanji Hajatan Sambatan Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 2. Kesehatan Dalam rangka memenuhi hak dasar masyarakat dibidang kesehatan telah didirikan fasilitas kesehatan yaitu Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) dan posyandu dengan jumlah tenaga medis 1 (satu) orang dan petugas atau relawan posyandu sejumlah 10 (sepuluh) kader aktif. Peran aktif dari kader masih perlu ditingkatkan dan sarana pendukung lainnya masih perlu diperhatikan menginggat perkembangan laju penduduk semakin bertambah sehingga pelayanan masyarakat di bidang kesehatan belum secara optimal terlayani dengan mudah. Didalam pemberian kartu Jamkesmas telah diadakan pendataan secara selektif, sehingga bantuan tersebut dapat tersalurkan bagi warga
yang
benar-benar
tidak
mampu.
Berdasarkan hasil pendataan tahun 2010 masyarakat miskin yang 67
berhak dan telah menerima kartu Jamkesmas sebanyak 387 orang dari 97 Rumah Tangga miskin.
3. Pendidikan Tabel. 9 Data Lembaga Pendididkan. No
1
Nama Jumlah Jumlah murid Jumlah guru Lembaga Pendidikan Laki- perempuan Laki- Perempuan laki laki SD dan MI 2 buah 157 166 2 6
2
TK
2 buah
51
54
-
4
3
Pesantren
2 buah
11
19
3
2
4
Taman 5 buah Pendidikan Alqur‟an SLTP 1 buah
78
89
5
6
433
561
21
26
1 buah
233
509
27
33
5 6
SMU
Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 4. Kesejahteraan masyarakat Dalam
rangka
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat, pemerintah desa Mandisari selalu memberikan bimbingan dan pembinaan baik di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan lainya. Langkah-langkah yang
68
diambil antara lain memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan, mengadakan pelatihan keterampilan kewirausahaan dan mengupayakan agar warga tidak banyak yang menganggur. Kegiatan penyuluhan PHBS dan penyuluhan KDRT juga sering dilakukan dengan maksud untuk menumbuh kembangkan kesadaran
masyarakat
tentang
petingnya
kesehatan
dan
pentingnya menjaga kerukunan dalam rumah tangga. Namun dari aspek yang lain masih terdapat beberapa warga penyandang masalah sosial yang belum seluruhnya bisa ditangani dengan maksimal, diantaranya penyandang cacat, manula dan masalah sosial lainnya. 5. Agama Penduduk desa mandisari semua beragama islam hanya sebagian kecil beragama kristen dan katolik kurang lebih ada 14 orang, tetapi permasalahan yang berkaitan dengan perselisihan antar agama tidak pernah terjadi, walaupun kadang sesekali muncul permasalahan kecil tentang keyakinan dan tata cara beribadah, namun hal tersebut tidak menimbulkan konflik antar warga. Adapun sarana ibadah yang ada di desa mandisari adalah sebagai berikut: Tabel. 10 Jumlah dan kondisi sarana Ibadah No 1
Nama sarpras Masjid
Jumlah 4 buah
69
Kondisi Baik
2 Mushola 12 buah Baik Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 d.
Keadaan Ekonomi Tingkat pertumbuhan perekonomian desa mandisari masih relative rendah, itu disebabkan karena mayoritas penduduk desa Mandisari bermata pencaharian sebagai petani tradisional, belum merangap system pertanian modern. Indikator yang lain adalah karena masih minimnya sarana dasar sektor pertanian, seperti jalan Usaha Tani yang belum baik, peralatan pertanian yang masih konfensional, serta pengetahuan yang masih monoton. Namun demikian apabila dibandingkan dengan keadaan ekonomi pada 3 (tiga) tahun terakhir ini rata-rata ada kenaikan meskipun tidak signifikan, itu didukung dengan mulai
berkembangnya usaha rumah tangga
(Home Industri)
pembuatan kue atau makanan ringan yang bisa di berdayakan dan dipasarkan meskipun masih bertaraf lokal, setidaknya kegiatan tersebut sedikit banyak dapat menopang kebutuhan keluarga seharihari. 2. Kondisi Pemerintah Desa Tata kelola pemerintahan Desa Mandisari dipimpin oleh seorang Kepala desa yang dibantu oleh seorang Sekertaris Desa, 3 (tiga) orang Kepala Seksi, 2 (dua) orang Kepala Urusan dan 6 (enam) orang Kepala Dusun, yang masing-masing mempunyai tugas pada bidangnya sendirisendiri. Selain itu ditubuh Pemerintah Desa juga terdapat satu badan organisasi stuktural yang juga berperan dalam tata kelola pemerintahan desa
70
yaitu Badan Permusyawarahan Desa yang berjumlah 11 (sebelas) orang anggota termasuk ketua. a.
Pembagian Wilayah Desa Desa Mandisari hanya terdiri dari 6 (enam) dusun 6 (enam) RW yaitu dusun Bajangan RW.01 yang terbagi menjadi 5 (lima) RT, dusun Karang Kidul RW.02 terdiri dari 5 (lima) RT, dusun Karang Wetan RW.03 terdiri dari 4 (empat) RT, dusun Bendorejo RW.04 terdiri dari 3 (tiga) RT, dusun Mekarsari RW.05 terdiri dari 3 (tiga) RT dan dusun Krajan RW.06 terdiri dari 4 (empat) RT. Adapun luas wilayah dan batas-batas desa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 11 Luas Wilayah Desa Menurut Penggunaan. Desa Mandisari
Penggunaan Luas Prosentase Tanah sawah 150,5 ha 94,3% Tanah tegalan 18 ha 3,7% Lainnya 9 ha 2% Jumlah seluruh 177,5 ha 100% Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 Tabel. 12 Batas-batas Wilayah. Batas atau Sebelah
Batasan dengan Desa Tanda Pembatas atau Wilayah Barat Desa Watu Kumpul Selokan Utara Desa Tegalroso Bukit Timur Desa Nglondong Selokan Selatan Desa Dangkel Selokan Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 b.
Stuktur Organisasi Pemerintahan Desa
71
Sesuai ketentuan Peraturan Desa Mandisari Nomor 2 Tahun 2009 tentang organisasi dan tata kerja pemerintah desa Mandisari adalah sebagai berikut: Tabel. 13 Struktur Organisasi No
Nama
Jabatan
Pendidika n SLTA S1 SLTP
1 Miftakhudin Kepala Desa 2 Rohmad Nasikhin Sekretaris Desa 3 Murosichin Kasi Pemerintahan 4Slamet Muaris Kasi Pembangunan SLTA 5Nastain MSK Kasi Kesra SLTP 6Nastain DH Kaur Keuangan SLTA 7Chanafi Alwi Kaur Umum SLTA 8Aminun Pembantu Kasi Pemerintahan SLTA 9Suprehanto Pembantu Kasi Pembangunan SD 10Umardi Rosyid Pembantu Kasi Kesra SLTA 11Heni Pembantu Kasi Kesra SLTA 12Tuti Alwiyah Pembantu Kaur Keuangan D3 13Suprihnoto Pembantu Kaur Umum SLTA 14Jumantono Kadus SLTA 15Munawar Kadus SD 16Kadus 17Ali Wahib Kadus SLTP 18Kadus 19Sofyan Kadus SLTP Sumber data: Arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00 B. Hasil Penelitian
Berdasarkan dokumen yang didapat dari desa penduduk desa Mandisari itu terhitung cukup banyak dengan agama yang sebagian besar beragama Islam, yakni berjumlah 5027 jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kebanyakan dari lansia yang ada di desa mandisari adalah duda ataupun janda yang ditemani atau tinggal bersama putra atau putri mereka yang telah
72
mempunyai keluarga ataupun belum. Menurut bapak kepala desa kalau penduduk yang termasuk lansia itu sekitar 1050an orang, sedangkan menurut bapak sekertaris desa penduduk desa dengan lansia kurang lebih 1200an orang. Pemerintahan desa Mandisari sanggatlah mendukung dengan adanya aktivitas yang bermanfaat untuk para lansia. Penduduk lansia desa Mandisari diberikan fasilitas seperti POSYANDU LANSIA yang terbagi menjadi 4 post, yakni POSYANDU Bajangan dengan penggerak ibu Slamet, POSYANDU Mekarsari dengan penggerak ibu Oca, POSYANDU Karang Wetan dengan penggerak ibu Hartini, POSYANDU Bendorejo dengan penggerak ibu Ali. Walaupun sudah mempunyai 4 post mungkin saja kalau
postnya dapat
bertambah, ini terjadi dengan melihat jumlah lansia yang mulai bertambah dan luasnya desa Mandisari itu sendiri. 1. Aktivitas Keagamaan dalam mengisi hari tua pada Lansia Aktivitas keagamaan yang ada di Desa Mandisari berjalan dengan baik, banyak aktivitas yang didukung oleh pemerintahan desa seperti kegiatan pengajian, ziarah ke makam, serta kegiatan yang lainnya. Seperti dikatakan oleh bapak kepala Desa Mandisari yang berinisial Mf adalah : “Ada aktivitas keagamaan, seperti: pengajian yang diadakan pada kamis pahing, selapanan, minggu pagi, dll. Tentu ada dukungan dari saya, karena saya sanggat mendukung dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh para lansia, karena bisa memberikan ilmu untuk mereka. Selama kegiatan itu baik dan bermanfaat InsyaAllah saya akan mendukungnya”.(wawancara dengan kepala Desa Mandisari bapak Miftakhudin pada hari Kamis tanggal 12 juli 2012 jam 08.30 WIB.).
73
Aktivitas keagamaan yang ada di Desa Mandisari menurut penulis adalah aktivitas keagamaan yang terperinci, karena pengajian itu ada sesuai jadwal yang ada. Masyarakat desa sanggat antusias dalam menjalani Aktivitas keagamaan yang ada di Desa Mandisari ataupun di Desa tetangga desa Madisari itu sendiri. seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Mj adalah sebagai berikut : “ Iya, saya sering mengikuti pengajian. Pengajian yang saya ikuti seperti Yasinan, Nariahan, pengajian setiap sabtu pahing, pengajian setiap minggu wage, pengajian antar anggota koperasi,dll.” (wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB). Dari wawancara degan Mj maka dapat disimpulkan bahwa Mj melakukan pengajian di luar Desa. Masyarakat desa Mandisari sangat mendukung adanya aktivitas keagamaan, itu terlihat dari mereka yang rela memberikan bantuan untuk suatu acara keagamaan yang ada di sekitar mereka. Jangankan tenaga, uang ataupun yang lain mereka rela untuk memberikanya. Bukan hanya masyarakatnya saja yang mendukung dengan adanya aktivitas keagamaan, bapak kepala Desa dan para perangkatnya juga sangat mendukung dengan apa yang menjadi rutinitas masyarakat yang beragama.seperti yang dikatakan responden yang berinisial Mj tentang memberi bantuan adalah sebagai berikut : “. . . Tentu saja saya rela memberikan bantuan, buhkan tidak hanya tenaga”(wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB). Jawaban serupa juga dikemukakan oleh peneliti dari responden yang berinisial Ms, Sn dan Tm adalah:
74
“Tentu saja saya rela memberikan bantuan, buhkan tidak hanya tenaga”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB), “Tentu saja saya rela memberikan bantuan”(wawancara dengan Lansia ibu Sn pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 09.15 WIB), “InsyaAllah mb saya akan membantu apa saja yang bisa saya bantu”(wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB). Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat siap memberikan bantuan untuk kegiatan keagamaan. Dari keterangan sekertaris desa yang berinisial RN mengatakan bahwa : “Ada, saya sanggat mendukung dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh para lansia, Selama kegiatan itu dapat memberikan manfaat bagi lansia InsyaAllah saya akan mendukungnya”(wawancara dengan Sekertaris desa bapak Rohmad Nasikhin pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 14.45 WIB). Dari keterangan diatas berarti memang benar kalau semua orang atau masyarakat serta perangkat desa mendukung untuk adanya aktivitas keagamaan. a. Aktivitas Keagamaan Aspek Ritualistik Aktivitas keagamaan yang dibahas disini seperti sholat, puasa, berdo‟a, dll. Aktivitas yang berkaitan dengan agama dalam kehidupan sehari-hari. Disini penulis membatasi aktivitas keagamaannya hanya berkaitan dengan sholat, puasa, zakat, berdo‟a. 1) Sholat Aktivitas keagamaan yang akan di bahas pertama adalah sholat, baik sholat sunnah ataupun sholat wajib. Setiap orang mempunyai cara mereka sendiri dalam mengerjakan aktivitas yang
75
ini. Dari segi melakukan sholat wajib dengan tepat waktu saja ada perbedaan tersendiri, ada yang tidak tepat waktu dan ada juga yang tepat pada waktunya, seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Mj yakni : “Iya, saya melakukan sholat wajib dengan tepat waktu. Menurut saya sholat tepat waktu bisa membuat hati saya terasa tenang” (wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB). Ada yang kadang-kadang tepat pada waktunya seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Ms yaitu : “Kadang-kadang saya melakukan sholat wajib dengan tepat waktu”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB). Ada yang selalu
berusaha untuk
tepat
waktu
dalam
melaksanakan sholat seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Nn dan Wh : ”InsyaAllah, saya berusaha melakukan sholat wajib dengan tepat waktu”(wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada hari Rabu tanggal 11 juli 2012 jam 08.55WIB), “InsyaAllah, saya berusaha melakukan sholat wajib dengan tepat waktu”(wawancara dengan masyarakat bapak Wh pada hari kamis tanggal 12 juli 2012 jam16.05 WIB) . Kebanyakan
dari
masyarakat
melaksanakn
sholat
menyesuaikan dengan kegiatan mereka sehari-hari yang menjadi kesibukan mereka masing-masing. Pada aktivitas sholat sunnah mereka melakukan sholat sunnah, sholat yang sering dilakukan adalah sholat dhuha, tahajjud, hajat, dll. Mereka banyak melakukan sholat untuk lebih mendekatkan diri
76
kepada Allah SWT yang akan memberi jalan atas apa saja yang menjadi problem dalam kehidupan. 2) Puasa Selanjutnya tentang puasa, baik yang wajib yakni Ramadhan ataupun yang sunnah seperti puasa Daud, puasa tanggal 10 Muharram, puasa bulan Sya‟ban, puasa hari „Araffah, dll. Pada dasarnya para lansia masih bisa, kuat dan inggin melakukan puasa. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Ty : “InsyaAllah, saya selalu melakukan puasa wajib dan InyaAllah, saya sering melakukan puasa sunnah. Puasa yang sering saya lakukan seperti puasa rejeb dan ruah, puasa syawalan, puasa senin kamis”(wawancara dengan masyarakat bapak Ty pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 10.10 WIB). Jawaban serupa yang ditemukan oleh peneliti dari responden berinisial Wh sebagai berikut : “Iya, saya melakukan puasa wajib dan InsyaAllah, saya melakukan puasa sunnah. Puasa sunnah yang saya lakukan adalah puasa rejeb, dll” (wawancara dengan masyarakat bapak Wh pada hari kamis tanggal 12 juli 2012 jam16.05 WIB) Desa Mandisari menurut penulis adalah desa yang sanggat menghargai agama, ketika bulan ramadhan datang takmir masjid besar yang ada di dusun ngaglik membangunkan masyarakat desa Mandisari ketika waktu sahur tiba. Sedangkan pada bulan-bulan lain, kira-kira pukul 03.00 wib takmir tetap membangunkan masyarakat, bagi masyarakat desa yang ingin sholat tahajud dan sahur untuk puasa sunnah. Masyarakat sangat terbantu dengan adanya
aktivitas
para
takmir
77
yang
membangunkan
serta
mengingatkan masyarakat untuk beribadah kepada Allah sang pencipta Alam semesta. 3) Zakat Zakat merupakan salah satu kewajiban bagi yang mampu yakni 2,5% dari penghasilan yang didapat. Zakat secara garis besar ada dua macam, yakni zakat mal dan zakat fitrah, yang diberikan kepada orang yang berhak mendapatnya.
Harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah emas, perak, harta binatang ternak, dll. Lansia yang ada di desa Mandisari kebanyakan mempunyai sawah yang ditanami dan menghasilkan yang harus dikeluarkan zakatnya agar harta yang dimilikinya bersih dan tidak memakan harta orang lain yang Allah titipkan pada lansia itu sendiri. Pada dasarnya masyarakat desa Mandisari mau dan rela untuk mengeluarkan
zakat.
Masyarakat
desa
mandisari
biasanya
mengeluarkan zakat pada bulan ramadhan. 4) Berdo‟a Berdo‟a pada dasarnya adalah hak setiap orang, seseorang boleh
memanjatkan
do‟a
yang
amat
panjang
juga
boleh
memanjatkan do‟a yang amat pendek, semua itu tergantung pada kebutuhan setiap individu. Berdo‟a boleh dilakukan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Berdo‟a bisa juga dikatakan sebagai mengingat Allah atau dzikir. Setiap manusia ingin untuk selalu ingat kepada Allah yang
78
menciptakan alam ini, dengan kita mengingat Allah hati kita akan merasa nyaman. Dzikir bisa dilakukan kapan saja, kebanyakan orang dzikir setelah sholat dan akan diikuti dengan bacaan atau amalan yang mereka laksanakan. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Ty yakni : “Iya, yang sering saya baca adalah dzikir pada umumnya lalu membaca amalan khusus yakni membaca Asmaul Husna dan do‟ado‟a yang lain.”(wawancara dengan lansia bapak Ty pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 10.10 WIB), Jawaban serupa yang ditemukan oleh peneliti dari responden berinisial Sr, Wh, Nn dan Tm adalah : “Iya, yang sering saya baca seperti bacaan istigfar, tahmid, fakbir,dll. Lalu membaca amalan khusus yakni membaca Asmaul Husna dan do‟a-do‟a yang lain yang saya dapat waktu mengaji di masjid Agung Temanggung”(wawancara dengan lansia ibu Sr pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 14.07 WIB). “Iya, yang sering saya baca yakni bacaan dzikir yang biasa dibaca oleh orang-orang, lalu membaca amalan khusus yakni membaca sholawat Nabi”(wawancara dengan masyarakat bapak Wh pada hari kamis tanggal 12 juli 2012 jam16.05 WIB) “Iya, yang sering saya baca seperti ُس ْب َح اَح ِهللا, اَحهلل ُس اَح ْبك َح َحر, اَح ْب َح ْب ُس ِهللا lalu membaca amalan khusus yakni membaca Asmaul Husna”(wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada hari Rabu tanggal 11 juli 2012 jam 08.55WIB) “Iya, yang sering saya baca adalah ayat-ayat yang ada di dzikir pada biasanya, lalu membaca amalan khusus yakni membaca surah al-ikhlas, surah an-nas, dll.”(wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB) Hasil wawancara lain dengan responden yang berinisial Sn, Ms dan Mj mengatakan tentang do‟a atau dzikir yang dilakukan setiap harinya yakni :
79
“Iya, yang sering saya baca adalah bacaan dzikir yang biasanya, lalu membaca amalan khusus yakni membaca Asmaul Husna”(wawancara dengan Lansia ibu Sn pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 09.15 WIB). “Iya, yang sering saya baca adalah bacaan dzikir, lalu membaca surah al-faatihah sebanyak 41x”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB). “Iya, yang sering saya baca adalah ayat-ayat yang ada pada bacaan dzikir biasanya, lalu membaca amalan khusus yakni membaca Asmaul Husna dan Sholawat Nariyah ”(wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB). Dari keterangan diatas bahwa mereka membaca atau berdzikir seperti kebanyakan orang. Terlepas dari yang diatas, masyarakat desa juga melakukan aktivitas keagamaan yang lain yakni membaca al-quran. Setiap orang jadwal atau kebiasaan membaca pada waktu-waktu tertentu. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Ty, Tm, Ms serta Sr yakni, “Saya sering membaca al-qur‟an setelah sholat sunnah, setelah sholat ashar, kadang juga setelah sholat magrib sambil menunggu waktu sholat isya‟”(wawancara dengan lansia bapak Ty pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 10.10 WIB). “saya sering membaca al-qur‟an. Saya sering membaca alqur‟an setelah sholat”(wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB). “saya sering membaca al-qur‟an. Yang sering sekali saya baca adalah surat yasin. Saya sering membaca al-qur‟an setelah sholat magrib”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB). “saya sering membaca al-qur‟an. Yang saya sering baca yakni surah yasin yang saya lakukan setelah sholat magrib”( wawancara
80
dengan lansia bapak Sr pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 14.07 WIB).
b. Aktivitas Keagamaan Aspek Konsekuensial Dalam Aspek Konsekuensial yang dibahas antara lain hubungan sosial dan menjunjung tinggi norma yang berlaku. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan terlepas dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pada pembahasan hubungan sosial, disini penulis mengambil rela memberi bantuan dan juga solidaritas terhadap musibah seperti kematian. Alhamdulillah, masyarakat desa Mandisari mempunyai rasa sosial yang menurut penulis adalah baik karena mereka mau membantu sesama dan mau takziah ataupun menenggok ketika ada saudara (tetangga) yang sedang sakit ataupun sedang ada acara yang menyenangkan seperti melahirkan dan menikah. Mereka tidak hanya melakukan aktivitas sosial saja, melainkan mereka akan mendapatkan ilmu dari apa yang mereka lakukan. Mereka juga mau bergotongroyong didapur untuk memasak ketika ada acara besar seperti penutupan pengajian, atau acara-acara besar lainnya. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Ty dan Sr yaitu : “Dengan ta‟ziah saya dapat menginggat kematian, menambah rasa taqwa kepada Allah, sadar kalau kitapun akan meninggal sehingga akan melakukan aktivitas keagamaan dengan lebih baik”(wawancara dengan lansia bapak Ty pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 10.10 WIB)
81
“Dengan ta‟ziah saya dapat menginggat kematian, menambah rasa taqwa kepada Allah”(Wawancara dengan lansia bapak Sr pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 14.07 WIB). Setiap orang terlahir tidaklah sempurna, ada yang dapat menjalani hidup tanpa masalah tetapi ada yang mempunyai masalah. Setiap orang juga sudah diberikan sesuatu yang telah ditentukan di Lauhil Mahfud, seperti rizki, dalam masyarakat ada yang mempunyai harta yang agak berlebih tapi juga ada yang kekurangan. Kadang sebagai orang yang awam kita bisa menilai seseorang dengan negatif tanpa belum tau apa yang sebenarnya terjadi. Maka bisa saja kita jadi berprasangka buruk kepada orang lain. Aktivitas yang lain adalah pengajian, setiap orang mempuyai perbedaan dalam pengajian tertentu, kadang karena kesibukan mereka tidak jadi dalam menjalani aktivitas pengajian. Di desa mandisari sangatlah banyak pengajian. Dari tingkat desa ada pengajian akbar, ada pengajian setiap ahad, kamis pahing, welasan serta yang lainnya. Padahal setiap RW juga mempunyai aktivitas pengajian yang terjadwal secara tepat. Jadi memang banyak pengajian yang diadakan setiap tahun di desa Mandisari. Kebanyakan pengajian di Desa Mandisari beranggotakan lansia. Menurut penulis aktivitas keagamaan yang ada di desa Mandisari sudah baik, masyarakatnya sangat antusias ketika ada acara yang berbau agama. Bicara tentang aktivitas keagamaan yang ada di desa mandisari dapat menjadi pelajaran tersendiri kepada penulis,
82
karena pada dasarnya penulis merasa kalau semangat yang dimiliki para lansia itu perlu untuk dicontoh. Mereka dengan kekuatan yang tidak muda lagi semangat untuk mencari ilmu yang dapat membuat mereka merasa nyaman, tenang, serta dapat meningkatkan rasa taqwa kepada Allah semata. Ketika ada suatu pengajian tokoh agama akan menyampaikan nilai-nilai keislaman untuk mengingatkan kembali keimanan yang ada pada diri lansia dan agar selalu menjaga keimanan yang sudah ada untuk
ditingkatkan.
Dengan
penerapan
nilai-nilai
keislaman,
masyarakat akan lebih mudah menghadapi masalah dan agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Setiap lansia diharapkan dapat meningkatkan taqwa kepada Allah SWT sesuai dengan pedoman umat islam yaitu alqur‟an dan hadist dengan tujuan mencari ridho Allah agar menjadi manusia seutuhnya. Aktivitas keagamaan tidak hanya dilakukan pada pagi hari saja, melainkan malam hari pun mereka melakukan aktivitas keagamaan yang sudah terjadwal di setiap masjid dan mushola mereka masingmasing. Mereka tidak hanya melakukan di sekitar desa saja, bahkan mereka rela untuk pergi malam-malam ke Pendopo Temanggung untuk mengaji dengan bapak Bupati Temanggung. Penduduk Desa Mandisari merupakan penduduk yang taat dalam menjalankan aktivitas keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. 2. Motivasi lansia melakukan aktivitas keagamaan
83
Setiap orang dalam menjalani kehidupan selalu mempunyai motivasi tersendiri, motivasi yang mereka alami tidak hanya berasal dari dirinya sendiri melainkan juga dari luar atau sering disebut dengan lingkungan. Masyarakat desa mempunyai banyak sekali aktivitas keagamaan yang terperinci, sehingga dapat memberikan pengalaman keagamaan yang baik yang dapat membuat hati seseorang menjadi nyaman. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Mj yakni: “Motivasi saya mengikuti kegiatan atau aktivitas adalah agar hati saya nyaman, bisa menambah ilmu, serta agar kegiatan yang ada di dusun ini bisa berjalan dengan baik. Jujur ya mb, kalau setelah lebaran biasanya kegiatan yasinan atau nariyahan masyarakat tanya kepada saya mau mulai kapan begitu. Jadi saya merasa ini adalah motivasi yang datang dari lingkungan, agar saya dapat melakukannya dengan baik bersama-sama masyarakat yang ada”.(wawancara dengan Lansia ibu Mj pada tanggal 29 September 2012). Hal yang senada juga diungkapkan oleh responden yang berinisial Sr, Nn dan Sn yakni: “Menambah ilmu agama, menjalin silaturahmi dengan masyarakat yang mungkin bisa ditemui ketika kegiatan ini ada, menambah rasa nyaman dalam hati dan rasa taat kepada Allah, saya sering malu kalau tidak ikut kegiatan”.(wawancara dengan lansia bapak Sr pada tanggal 29 September 2012). “Motivasi saya itu untuk menjalin silaturohmi, agar nyaman hati ini, dapat belajar ilmu agama sehingga dapat mengajari anak agar selalu di jalan Allah, lagian kalau saya tidak ikut kegiatan saya malu dengan tetangga saya”.(wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada tanggal 29 September 2012). “Dalam menjalankan sesuatu kegiatan saya mempunyai motivasi agar saya dapat belajar, menjadikan hati saya nyaman, serta saya dapat menambah ilmu keagamaan. Saudara saya sering mengajak saya untuk pergi ke kegiatan yang ada di dusun agar saya dapat bertemu dengan tetangga”.(wawancara dengan Lansia ibu Sn pada tanggal 29 September 2012).
84
Kebanyakan dari mereka mendapat motivasi dari luar karena malu pada tetangga. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Nn, Sr, Ty : “Motivasi saya itu untuk menjalin silaturohmi, agar nyaman hati ini, dapat belajar ilmu agama sehingga dapat mengajari anak agar selalu di jalan Allah, lagian kalau saya tidak ikut kegiatan saya malu dengan tetangga saya”.(wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada tanggal 29 September 2012). “Menambah ilmu agama, menjalin silaturahmi dengan masyarakat yang mungkin bisa ditemui ketika kegiatan ini ada, menambah rasa nyaman dalam hati dan rasa taat kepada Allah, saya sering malu kalau tidak ikut kegiatan”.(wawancara dengan lansia bapak Sr pada tanggal 29 September 2012). “Menambah ilmu agama, untuk kegiatan dunia saya bisa melakukannya kenapa untuk sanggu di akhirat saya malas-malasan padahal saya mampu, saya sering malu dengan tetangga saya”(wawancara dengan lansia bapak Ty pada tanggal 29 September 2012). Namun ada juga yang termotivasi karena diajak tetangga atau saudara seperti: “... Saya juga sering diajak oleh tetangga saya untuk ikut kegiatan yang ada di desa”.(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada tanggal 29 September 2012). “... Saudara saya sering mengajak saya untuk pergi ke kegiatan yang ada di dusun agar saya dapat bertemu dengan tetangga”.(wawancara dengan Lansia ibu Sn pada tanggal 29 September 2012). Begitulah yang menjadi motivasi para lansia untuk melakukan aktivitas keagamaan yang ada di dusun dukuh ini. Pada dasarnya mereka ingin agar mereka merasa nyaman dan damai dalam hati mereka untuk menjalani kehidupan, mencari ilmu, menambah rasa taat kepada Allah yang menciptakan alam dan seisinya ini. 3. Kesiapan para Lansia dalam menghadapi kematian
85
Kematian akan terjadi kepada siapa saja, kapan saja, dimana saja, dengan cara apapun. Kita juga tidak dapat menentukan kapan kita akan meninggal. Kematian itu tidak melihat tua ataupun muda, ketika Allah menentukan seseorang meninggal, maka orang itu akan meninggal. Semua orang hanya bisa berusaha sedangkan yang menentukan tetap hanya kuasa Allah. Sebagai manusia kita akan berusaha mengisi hari-hari dengan mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki kuasa. Kematian adalah hal yang kadang membuat seseorang menjadi takut, dengan agama yang dimiliki mereka akan menjadi nyaman dan tenang. Agama mengajarkan kepada kita untuk merawat orang yang telah meninggal dengan baik. Ada orang yang sudah siap meninggal karena percaya Allah ada bersama kita, ada yang merasa takut karena amal yang selama ini dirasa belum cukup. Agama memberikan banyak pelajaran kepada seseorang dalam segi apapun. Kematian adalah suatu kejadian yang tidak dapat dihindari oleh siapa saja. Allah telah menentukan semuanya di Lauhil mahfud yang ketentuannya tidak dapat dirubah oleh siapa saja. Kita sebagai mahluk yang Allah ciptakan hanya dapat menjalani hidup dengan usaha yang maksimal. Dari hasil penelitian yang dilakukan masyarakat desa Mandisari kebanyakan telah siap dalam menghadapi kematian, mereka merasa kalau
86
takdir Allah tentang kematian tidak akan dapat ditolak. Seperti yang di sampaikan oleh responden yang berinisial Mj dan Tm yaitu : “InsyaAllah kapan saja Allah memanggil, saya siap”(wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB) “InsyaAllah kapan saja Allah memanggil, saya siap”(wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB). Dalam hal ini juga ada yang merasa belum siap dalam menghadapi kematian seperti kata salah satu responden yang berinisial Ms yakni : “Belum siap, karena menurut saya, saya belum mempunyai sanggu”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB) Pada dasarnya setiap manusia merasa belum siap ketika dipanggil karena mereka merasa belum mempunyai sanggu yang mencukupi untuk kelak diakhirat nanti. Ada juga yang merasa belum siap karena masih mempunyai anak yang belum mapan sehingga menjadi beban pikiranya. Dari informan (keluarga responden yang berinisial Mj) penulis mendapat informasi kalau Mj melaksanakan aktivitas keagamaan dengan baik, dari informasi tersebut penulis dapat menyimpulkan kalau Mj insyaAllah siap ketika dipanggil oleh Allah seperti yang Mj katakan kepada penulis. Kebanyakan dari para lansia merasa telah siap ketika dipanggil oleh Sang Maha Kuasa karena mereka merasa kalau kematian tidak tahu kapan datangnya dan mereka memperbanyak amal ibadah sebagai sanggu nanti.
87
hanya
bisa
berusaha
Sebenarnya rasa siap dalam menghadapi kematian seharusnya tidak hanya dimiliki oleh lansia saja tetapi dimiliki oleh siapa saja karena siapa yang tahu umur kita, Allah bisa saja mengambil umur kita pada umur berapa saja. Masyarakat Desa Mandisari dalam menghadapi kematian mereka mempunyai kesiapan karena menurut mereka jodoh, mati dan rizki itu ada di tanggan Allah. Seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Nn yaitu : “InsyaAllah kapan saja Allah memanggil, saya siap. Karena menurut saya jodoh, rizki dan mati adalah kuasa Allah”(wawancara dengan Masyarakat ibu Nn pada hari rabu tanggal 11 juli 2012 jam 08.55 WIB). Jadi menurut Nn semua terserah Allah yang menentukan. Tidak itu saja menurut responden yang berinisial Mj berkata: “InsyaAllah kapan saja Allah memanggil, saya siap” (wawancara dengan Lansia ibu Mj pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 09.55 WIB) Tidak hanya dari segi perkataan saja, tetapi juga aktivitas yang Mj lakukan sudah menunjukkan kalau InsyaAllah siap untuk dipanggil. Menurut informasi yang ada Mj merasa InsyaAllah siap karena telah melihat anak-anaknya sudah berkeluarga semuanya, dia juga merasa kalau hidup dan matinya seseorang itu bukan seseorang itu yang menentukan tetapi Allah SWT yang menentukan. Setiap orang memiliki keinginan untuk selalu memperbaiki dirinya untuk menjadi yang lebih baik demi alam akhirat nanti. Semua itu dilakukan dengan ikhlas, tidak hanya dalam segi bermasyarakat tetapi
88
mereka akan melakukan aktivitas keagamaan untuk menghadapi kematian mereka. Menurut mereka, dengan kita melakukan aktivitas keagamaan mereka dapat menambah sanggu untuk bekal di akhirat nanti. Oleh karena itu mereka akan dengan senang hati melakukan aktivitas keagamaan. 4. Tujuan dan Kendala yang dialami dalam mengisi hari tua pada Lansia a.
Tujuan Tujuan dalam menjalankan suatu aktivitas setiap orang mempunyai perbedaan. Tujuan mereka melakukannya bermacam-macam, dari yang biasa sampai yang khusus. Tujuan mereka seperti mendapatkan ilmu yang bermanfaat sehingga dapat menambah keyakinan dan semakin sregep dalam melakukan aktivitas keagamaan yang menyangkut diri sendiri ataupun sosial. Setiap orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari menpunyai tujuan dan kendala masing-masing. Tujuan dalam menjalani aktivitas adalah hak bagi mereka yang melaksanakanya, tujuan mereka bisa baik bisa juga buruk, seperti pamer tergantung pada individu itu sendiri, ada yang ingin mempunyai putra atau putri yang sholeh, ada yang ingin menambah ilmu, ada yang ingin menjalin silaturahmi, mungkin juga ada yang hanya ingin mencari nama saja. Banyak orang beranggapan kalau aktivitas yang mempunyai tujuan yang baik maka akan menghasilkan sesuatu yang istimewa atau baik.
89
Oleh karena itu mereka mempunyai tujuan tersendiri dalam melakukan aktivitas keagamaan, seperti responden yang berinisial Ms yang mengatakan : “Berharap agar mempunyai umur yang panjang, mempunyai anak yang sholeh dan sholehah, banyak rizki yang halal lagi berkah” (wawancara dengan Masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB ). Menurut penulis setiap orang itu mempunyai tujuan yang berbedabeda, mereka akan berusaha dalam mewujudkan apa yang menjadi tujuan mereka dengan usaha dan do‟a kepada Allah yang Maha Segalanya. Menurut responden yang berinisial Sn, tujuan dia dalam melakukan suatu aktivitas keagamaan adalah : “Mencari ilmu, mencari rizki yang halal” (wawancara dengan Lansia ibu Sn pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 09.15 WIB) Berbeda lagi dengan responden yang berinisial Ty, Sr, Ms yang mempunyai tujuan seperti yang dikatakannya: “Mencari ridho Allah, agar mempunyai keturunan yang taat pada agama,menambah keimana, rezeki yang halal lagi barokah serta cukup”(wawancara dengan lansia bapak Ty pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 10.10 WIB) “Mencari ridho Allah, agar mempunyai keturunan yang taat pada agama,menambah keimana, rezeki yang halal lagi barokah serta cukup”(wawancara dengan lansia bapak Sr pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 14.07 WIB) “Berharap agar mempunyai umur yang panjang, mempunyai anak yang sholeh dan sholehah, banyak rizki yang halal lagi berkah”(wawancara dengan masyarakat ibu Ms pada hari selasa tanggal 10 juli 2012 jam 11.15 WIB) Dengan begitu tujuan yang setiap orang miliki itu adalah salah satu dari doa yang mereka panjatkan kepada Tuhan Sang Pencipta Alam
90
semesta ini, dengan harapan yang indah mereka ingin agar harapanya tercapai untuk diri mereka ataupun orang yang ada di sekitarnya b.
Kendala Dalam menjalankan aktivitas keagamaan itu tidak selalu mulus, ada kalanya lancar dan ada kalanya terjadi hambatan. Disini setiap orang mempunyai masalah tersendiri, ada yang karena kesibukan dan ada yang mungkin lupa kalau hari ini ada suatu acara keagamaan. Kebanyakan dari informan merasa kalau ada acara mendadak menjadi salah satu hambatan dalam menjalani aktivitas keagamaan. Seperti informasi yang didapat oleh penulis dari responden yang berinisial Tm, Nn, dan Sr yakni: “ketika mengajar ngaji anak-anak pada bikin keributan” (wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB) “kendalanya yaitu jika ketika berbenturan waktunya. Dengan begitu saya akan mencari mana yang lebih penting dahulu dan waktunya tidak dapat diganti”(wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada hari Rabu tanggal 11 juli 2012 jam 08.55WIB) “kendalanya yaitu jika sedang bepergian, ketika ada acara mendadak dan acara itu tempatnya jauh”(wawancara dengan lansia bapak Sr pada hari sabtu tanggal 14 juli 2012 jam 14.07 WIB). Dari beberapa informan yang di dapat, mereka merasa kalau dalam menjalani suatu aktivitas pasti ada kendalanya walau hanya kecil. Menurut penulis adanya suatu kendala dalam menghadapi sesuatu itu adalah ujian yang Allah berikan untuk setiap orang yang ingin menjadi lebih baik. Kadang rasa malas adalah salah satu hambatan yang dapat memberikan pelajaran kepada seseorang.
91
BAB IV ANALISIS DATA D. Analisis aktivitas keagamaan dalam mengisi hari tua pada lansia Aktivitas keagamaan yang ada di desa Mandisari termasuk banyak karena aktivitas itu ada yang bersifat keagamaan, ada yang bersifat tradisi dan lain-lain. Seperti yang ada di arsip desa Mandisari. Jenis dan kegiatan keagamaan
Kegiatan
Kegiatan
tradisi
kemasyarakatan
Kesenian
Yasinan
Sadranan
Sambatan
Hadrah
Tahlilan
Mauludan
Gotong royong
Simtu Duror
Houl
Khoul Masal
Sinoman
Rebana
Barzanji
Hajatan
Sambatan
-
(Diambil dari arsip desa Mandisari tanggal 12 juli 2012 pukul 10.00).
92
Seperti yang telah dikemukakan dalam paparan data dan temuan penelitain sebelumya, bahwa aktivitas keagamaan dalam mengisi hari tua pada lansia di desa Mandisari mendapatkan dukungan dari para perangkat desa tersebut. Buktinya dengan adanya pengajian yang berlangsung secara terus menerus sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh tokoh agama yang ada. Aktivitas keagamaan yang ada di desa Mandisari terbentuk karena adanya kesamaan agama dan karena adanya kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh masyarakat
sebelumnya.
Dengan adanya
aktivitas
keagamaan yang ada maka masyarakat desa Mandisari dapat melakukan silaturahmi dengan orang yang ada di sekitarnya yang kesehariannya belum tentu dapat melakukannya. Aktivitas keagamaan biasanya terjadi di masjid dan mushola yang ada di desa, serta ada juga yang dilakukan di rumah-rumah para tetangga sekitar (pengajian keliling atau bergilir). Peran masyarakat dalam mengembangkan aktivitas keagamaan itu tidak hanya dilakukan oleh lansia saja tetapi semua masyarakat desa mandisari. Aktivitas keagamaan yang ada seperti TPA, mengaji ba‟da magrib, pengajian ahad pagi, yasinan, dan lain-lain. Yang beranggotakan atau yang menjalankan aktivitas tersebut ada anak-anak, remaja, dewasa dan juga lansia. Dengan demikian aktivitas keagamaan yang ada di desa mandisari dapat terlihat baik, itu juga dipengaruhi oleh : 1.
Adanya dorongan dari masyarakat dan pemerintah desa setempat.
93
Aktivitas keagamaan yang ada sangatlah didukung oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat beserta pemerintahan setempat. Mereka ditunjuk sebagai fasilitator dan penyelengara aktivitas keagamaan. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak inilah masyarakat desa bisa melaksanakan aktivitas keagamaan yang dapat bermanfaat untuk semuanya. 2.
Adanya niatan dari para lansia untuk lebih baik. Dengan adanya niatan dari para lansia membuat masyarakat menjadi
semangat
dalam
menjalankan
aktivitas
keagamaan.
Masyarakat juga dapat saling berpacu dalam mengejar sanggu untuk ke akhirat bukan untuk saling pamer dalam harta benda. Segala sesuatu itu berasal dari niat, selanjutnya kita hanya dapat berusaha secara maksimal dalam menjalankan aktivitas. Aktivitas keagamaan yang ada di desa Mandisari antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Jenis aktivitas. a. Pengajian, mengaji b. Yasinan c. Tahlilan d. Berzanji e. Nariyahan f. Kegiatan tradisi g. Kemasyarakatan
94
2.
Pelaksanaan aktivitas. a. Pengajian, dalam pengajian ini tidak hanya ada satu pengajian tetapi ada : 1) Pengajian
ahad
pagi,
sesuai
dengan
namanya
maka
pelaksanaan pengajian ini adalah ahad pagi. Dengan anggota pengajian kebanyakan lansia, dalam pengajian ahad pagi ini ada jadwalnya tersendiri contohnya seperti minggu legi dan kliwon pengajian dengan pemateri bisa dari desa mandisari atau bisa memanggil dari luar desa, lalu minggu pon membaca sholawat lalu yang membaca buku kumpulan do‟a dan membaca asmaul husna dan lain-lain. 2) Ada pengajian kamis pahing yang diadakan di masjid Raudhotul Muttaqin setiap kamis pahing dengan pemateri dari daerah kali pahing. 3) Ada juga pengajian ba‟da magrib yang dilaksanakan di rumah-rumah orang yang mengajarkan mengaji, kebanyakan pengajian ini beranggotakan anak-anak sampai remaja. 4) Pengajian selapanan, pengajian ini ada di setiap dusun yang ada di desa mandisari, selapanannya juga berbeda-beda ada yang malam minggu pahing, ada yang malam kamis legi, ada yang malam selasa pon dan lain-lain. b. Yasinan
95
Yasinan yang ada di desa mandisari berbeda-beda pada setiap dusunnya ada yang setiap malam senin ba‟da magrib, ada yang setiap malam jumat ba‟da magrib dan ada yang ba‟da isya‟, ada yang hari rabu ba‟da ashar, dan masih banyak lagi. c. Tahlilan Tahlilan biasanya terjadi ketika memperingati 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari, mendak (acara untuk memperingati meninggalnya seseorang setiap tahun yang dilakukan oleh keluarganya), orang yang sudah meninggal dan ada juga yang tahlilan karena kelahiran, yang memimpin tahlilan kebanyakan adalah tokoh agama setempat.
d. Berzanji Barzanji yang dilakukan oleh semua orang tanpa batasan umur adalah ketika bulan maulid Nabi Muhammad SAW atau sering disebut muludan. Bahkan kadang mengadakan lomba barzanji antar kampung yang dinilai adalah bagusnya suara, kreatifitas, kekompakan, dan bacaannya. e. Nariyahan Nariyahan didapat dari kata nariyah yang berasal dari sebuah nama shalawat yakni shalawat nariyah. Dengan begitu nariyahan adalah membaca sholawat nariyah dan kebanyakan
96
yang mengikuti nariyahan ini adalah orang yang berusia lanjut (perempuan), pelaksanaannya setiap malam kamis ba‟da magrib. f. Kegiatan tradisi Ada kegiatan keagamaan yang masih terpengaruhi oleh tradisi seperti sadranan yang dilakukan setiap akan memasuki bulan ramadhan dan aktivitasnya adalah membersihkan makam bersama-sama, berdo‟a bersama, dan lainnya. Ada juga kegiatan mauludan yakni aktivitas untuk memperingati hari lahirnya nabi agung Muhammad SAW. g. Kemasyarakatan Kegiatan kemasyarakatan yang masih mempunyai nilai keagamaan adalah sambatan. Sambatan disini tidak hanya untuk sambatan dalam acara nikahan tetapi sambatan disini adalah merawat jenazah yang menjadi kewajiban bersama, seperti membuat makam, membangun tenda, dan kegiatan lainnya. Masyarakat desa Mandisari sangat mendukung adanya aktivitas keagamaan, itu terlihat dari mereka yang rela memberikan bantuan untuk suatu acara keagamaan yang ada di sekitar mereka. Jangankan tenaga, uang ataupun yang lain mereka rela untuk memberikanya. Bukan hanya masyarakatnya saja yang mendukung dengan adanya aktivitas keagamaan, bapak kepala Desa dan para perangkatnya juga sangat mendukung dengan apa yang menjadi rutinitas masyarakat yang beragama. E. Analisis tentang motivasi lansia melakukan aktivitas keagamaan
97
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar ataupun tidak sadaruntuk melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan tertentu. Dalam hal ini masyarakat dusun dukuh memiliki motivasi seperti mencari rasa nyaman pada hati mereka dan juga mereka merasa malu ketika tidak melakukan aktivitas keagamaan. Dalam menghadapi kehidupan, lansia memerlukan motivasi baik dari dalam dirinya atau dari lingkungannya. Masyarakat merasa kalau aktivitas tanpa motivasi atau niat dalam diri maka aktivitas itu tidak akan terlaksana dengan baik. Niatan dalam diri itu sangatlah penting untuk diri kita dalam menghadapi aktivitas yang ada, dengan niat atau tekat yang kuat maka kita dapat melakukan aktivitas dengan ikhlas. Setiap aktivitas yang kita lakukan memerlukan pengorbanan untuk melakukannya, contohnya dalam hal mengaji, maka kita memerlukan pergi ke tempat pengajian tersebut. Oleh karena itu, kita sebagai manusia kita harus selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menjalani aktivitas yang ada tersebut dengan baik. Sebagai masyarakat kita sanggat memerlukan orang lain sebagai teman, tetangga, dll. Motivasi harus selalu kita tingkatkan untuk kebahagiaan dan semangat ita dalam menghadapi kehidupan ini. F. Analisis kesiapan para lansia dalam mengadapi kematian Kesiapan para lansia desa Mandisari dalam menghadapi kematian sebagian besar lansia telah siap dalam menghadapinya, karena adanya alasan yang tersendiri yakni :
98
1. Takdir Takdir disini mereka beranggapan kalau jodoh, mati, rizki itu telah Allah tentukan di lauhil mahfud sebagai manusia kita hanya dapat berusaha untuk beribadah kepada Allah, mencari keridhoan-Nya. Manusia tidak dapat merubah jatah urep yang telah ditentukan Allah. 2. Umur Kebanyakan dari mereka merasa kalau sudah tua, apa lagi yang di cari kalau bukan amal ibadah untuk bekal di akhirat nanti. Seperti yang dikatakan oleh informan yang berinisial SP yakni: “wes tuo, opo neh seng di golek nek ora amal ibadah gawe sanggu nang akhirat kono”. Jadi pada intinya lansia di desa Mandisari lebih sering beribadah untuk bekal diakhirat nanti. Dari informasi yang didapatkan (informan) dan observasi bahwa masyarakat desa Mandisari melakukan aktivitas keagamaan dengan baik sebagai bekal untuk menghadapi kematian. Lansia tidak henti-hentinya melakukan hal-hal yang membuat mereka merasa nyaman. Dari pengajian, shalat, berdo‟a dan kegiatan yang lainnya. Sebagai manusia kita akan berusaha mengisi hari-hari dengan mendekatkan diri kepada Allah yang memiliki kuasa. Kematian adalah hal yang kadang membuat seseorang menjadi takut, dengan agama yang dimiliki mereka akan menjadi nyaman dan tenang. Agama mengajarkan kepada kita untuk merawat orang yang telah meninggal dengan baik. Ada orang yang sudah siap meninggal karena percaya Allah ada bersama kita,
99
ada yang merasa takut karena amal yang selama ini dirasa belum cukup. Agama memberikan banyak pelajaran kepada seseorang dalam segi apapun. G. Analisis tujuan dan kendala yang dialami dalam mengisi hari tua pada Lansia Tujuan dan kendala yang dialami oleh lansia bermacam-macam. Seperti yang telah di kemukakan dalam paparan data dan temuan data bahwa tujuan dan kendala yang dialami oleh setiap lansia ada perbedaan. Seperti :
1. Tujuan Tujuan yang dimiliki setiap orang itu berbeda ada yang bertujuan untuk mencari ridho Allah seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Nn yaitu: “Mencari ilmu yang bermanfaat, mencari ridho Allah, menambah keimanan”. (wawancara dengan masyarakat ibu Nn pada hari Rabu tanggal 11 juli 2012 jam 08.55WIB). Ada juga yang mencari ilmu yang bermanfaat, ada yang agar putraputrinya menjadi anak yang sholeh atau sholehah, ada yang agar mendapat rizki yang halal dan bermanfaat dengan baik. 2. Kendala
100
Kendala yang dialami setiap orang berbeda-beda ada yang berkendala dengan waktu, seperti mempunyai acara yang bebarengan. Ada juga kendala dari jarak, teman, atau ada juga dari segi yang diberi ilmu, seperti ketika diajari ngaji anak reme sendiri sehingga menggangu teman yang lain, seperti yang dikatakan oleh responden yang berinisial Tm adalah “Ada, ketika mengajar ngaji anak-anak pada bikin keributan” (wawancara dengan Lansia bapak Tm pada hari jum‟at tanggal 13 juli 2012 jam 10.45 WIB). Dari hasil wawancara yang di dapat, penulis merasa kalau dalam menjalani suatu aktivitas pasti ada kendalanya walau hanya kecil. Allah menguji kesungguhan kita dalam menjalankan suatu aktivitas, kalau kita bersungguh-sungguh maka kendala atau hambatan akan kita lewati dengan mudah dan menghasilkan hal yang indah.
3. Sarana pendukung Dalam setiap kesempatan (dalam melakukan aktivitas keagamaan) kita memerlukan sarana pendukung yang dapat menunjang aktivitas itu berjalan seperti kendaraan, tempat, dan lainnya. Dalam
hal
tempat
masyarakat
desa
mandisari
biasanya
melaksanakan aktivitas di Masjid Raudhotul Muttaqin dalam pengajian ahad pagi dan kamis pahing, serta ada pengajian yang ada di musholamushola yang ada di desa. Sedangkan dalam hal trasportasi masyarakat
101
biasanya patungan untuk menyewa mobil atau mini bus untuk mencapai tempat yang dituju seperti pendopo, kali pahing dan lainnya. Dengan demikian, aktivitas keagamaan dalam mengesi hari tua pada
lansia
di
desa
Mandisari
Kecamatan
Parakan
Kabupaten
Temanggung sudah tergambar dengan baik dalam penelitian ini.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah penulis uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Aktivitas Keagamaan dalam mengisi hari tua pada Lansia di Desa Mandisari sudah cukup baik karena kegiatan keagamaannya telah terjadwal. Aktivitas tersebut juga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat kepada masyarakat, ketika ada acara-acara agama masyarakat desa mandisari sangat antusias untuk mengikutinya, masyarakat desa berbondong-bondong saling gotong royong demi berjalannya suatu aktivitas keagamaan yang bermanfaat.
102
2.
Motivasi lansia melakukan aktivitas keagamaan antara lain agar hati mereka nyaman dan damai, mereka juga ingin agar dapat menambah ilmu keagamaan, menambah rasa taat kepada tuhan serta rasa malu kepada tetangga menjadi motivasi sendiri untuk masyarakat agar mereka dapat melakukan aktivitas keagamaan sesuat dengan yang ada dan dengan baik.
3.
Dalam menghadapi kematian Lansia di desa Mandisari telah siap ketika di panggil oleh Allah SWT (meninggal), karena mereka merasa kalau semua yang ada di bumi ini akan meninggal sehingga mereka hanya dapat berusaha untuk mencari sanggu yang banyak untuk bekal ke akhirat nanti. Dalam hal ini ada pula yang belum siap karena merasa kalau sanggunya belum cukup.
4.
Mengenai tujuan dan hambatan dalam melaksanakan aktivitas keagamaan setiap orang mempunyai tujuan dan hambatan tersendiri, ada yang mempunyai tujuan agar putra putrinya menjadi orang yang sholeh, ada yang mencari ridho Allah, ada pula yang menambah ilmu. Sedangkan hambatanya ketika ada acara yang berbarengaan, lupa kalau ada kegiatan keagamaan seperti pengajian, kesabarannya diuji dengan anak-anak rame ketika mengaji, dll.
B. Saran-saran 1. Kepada pihak Desa Mandisari Di harapkan bahwa Desa mandisari menjadi suatu daerah yang aman, tidak akan ada lagi pertengkaran apalagi mengatasnamakan
103
agama, jadilah sebuah desa yang mempunyai kerukunan antar sesama, desa yang mempunyai norma yang sesuai dengan agama karena kebanyakan penduduk desa mandisari adalah satu agama, semoga aktivitas-aktivitas yang sudah ada akan selalu terlaksana bahkan akan ada aktivitas yang bermanfaat untuk semua masyarakat Desa Mandisari. 2. Kepada pihak Masyarakat Kepada para lansia Penulis berharap agar lebih bisa memanfaatkan waktu untuk melakukan aktivitas keagamaan yang sesuai dengan kemampuan pripadi anda, meninggal bisa saja terjadi kapan saja sesuai takdir yang telah di tulis di Lauhil Mahfud jadi gunakan waktu untuk aktivitas yang positif. 3. Kepada Generasi Muda Desa Diharapkan agar bisa terus menjalankan apa yang sudah ada di desa, menjalankan aktivitas yang positif dan menjaga nama baik desa untuk masa depan bersama. C. Penutup Alhamdulilahi Robbil‟Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini keterbatasan yang ada pada penulis, maka saran, kritik yang selalu penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini.
104
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang mengkajinya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Maududi, Abdul A‟la. 1975. Prinsip-prinsip Islam. Bandung: Al Ma‟arif. Arikunto, Suharsami. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsami. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1984. Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang. Departemen Agama RI. 1969. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Jamunu. Djaelani, Bisri M. 2008. Indahnya Kematian. Yogyakarta: Insan Madani. Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research I. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hurlock, Elizabeth B. 1996. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Moleong, Lexi.J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, Lexi.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nazir Ph.D, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Poerwadarminto, WJS. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Razak, Nazarudin. 1989. Dinul Islam. Bandung: Al Ma‟arif.
105
Saifulloh Al Aziz, Moh. 2005. Fiqih Islam Lengkap, Pedoman Hukum Ibadah Umat Islam dengan Berbagai Permasalahannya. Surabaya: Terbit Terang. Suharso. Ana Retno Ningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: CV. Widya Karya. Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode Teknik. Bandung: Transito. Tafsir, Ahmad. 2002. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Bandung: Remaja Rosda Karya. Trisnayadi, Tuwuh. 2007. Menggapai Cita-cita. Yogyakarta: PT. Pustaka Insan Madani. Uhbiyati, Nur. 2009. Long Life Education, Pendidikan Anak Sejak dalam Kandungan Sampai Lansia. Semarang: Walisongo Press. UPMA (Unit Penjaminan Mutu Akademik). 2012. Materi Ujian Komprehensif Lisan (UKL) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Salatiga: STAIN Salatiga. Verm, Vergilius. 1959. Ensyclopedia Of Religion. Lf.A Peterson. www.penduduk indonesia.com www.hadis.com www.Lansia.com
106