PERSAHABATAN KRISTEN dalam takut akan Tuhan
David V Hall
Persahabatan Kristen dalam Takut akan Tuhan David V Hall Edisi 1 Mei 2012 Edisi 2 April 2014 Edisi 3 Agustus 2017 Ayat-ayat Kitab Suci dikutip dari NASB, NKJV, KJV dan LITV. Dimana ada penekanan huruf miring yang digunakan dalam ayat-ayat referensi Kitab Suci, ini telah ditambahkan dan tidak muncul dalam terjemahan aslinya.
Edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh Yayasan Restorasi Persekutuan Internasional Indonesia Tahun 2017 Email:
[email protected] Website: www.restoration.asia
Daftar Isi
Pendahuluan
1
Apa filosofi dunia tentang persahabatan?
2
‘Cium’ persahabatan Kristen
2
Sahabat-sahabat menaati Kristus
3
Keluargaku adalah mereka yang mendengar firman Elohim dan melakukannya
4
Jika kita menolak persahabatan Kristen maka kita menjadikan diri kita musuh Elohim
4
Sahabat-sahabat yang sejati, menjaga budaya itu
5
Perjanjian persahabatan
7
Kamu tidak dapat minum dari cawan Elohim dan juga cawan dari roh-roh jahat
9
Kesimpulan
10
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN
Pendahuluan Dalam pelajaran persahabatan Kristen ini, kita harus memulai dengan membuat suatu poin pemahaman yang mendasar bahwa persahabatan yang sejati hanya bisa diberikan, diterima dan diekspresikan oleh orang-orang yang takut akan Tuhan. Persahabatan bukanlah serangkaian peraturan yang olehnya kita berusaha untuk mencapai ‘kasih akan saudara-saudara’. Melainkan persahabatan adalah, dimana kita takut akan Tuhan, setelah menerima iluminasi tentang budaya Elohim yaitu persembahan dalam berhubungan, kita dapat bertemu, menghargai, menjaga dan melindungi semua hubungan ilahi dalam persahabatan Kristen yang saling mengasihi. Orang yang takut akan Elohim, hidup berdasarkan instruksi dari kebapaan dan hidup di dalam aturan ilahi. Elohim telah memberikan kepadanya kepemilikan dan tanggung jawab atas rohnya, atau identitasnya. Dia adalah siapa yang Elohim katakan tentang dia. Dia bebas/merdeka untuk menjadi siapa yang Elohim telah namai untuk dia jadi. Ini artinya bahwa dia dapat menjadi siapa dia dalam berhubungan dengan yang lain juga, dan dapat dikenal oleh yang lain. Prinsip berhubungan ini artinya dia dapat mengenal yang lain dan dikenal oleh yang lain. Orang yang takut akan Elohim, tidak menyalahkan Elohim saat keadaan dan hidup mereka tidak berjalan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Prinsip orang yang takut akan Elohim bekerja berlawanan dengan apa ‘yang baik dan yang jahat’ yang ditulis dalam Pengkhotbah 7:16-18. Orang yang terlalu saleh dan orang yang terlalu fasik, keduanya akan mati. Hanya orang yang takut akan Elohim yang lolos dari kesia-siaan dari yang baik dan yang jahat di bawah matahari. Kemerdekaan identitas dalam berhubungan, tidak beroperasi melalui penilaian secara independen, dengan menggunakan hukum untuk menjalankan aturan-aturan dari berhubungan, seolah-olah hukum adalah standar kesalehan. Bentuk penilaian daging ini tidak memimpin kita kepada pengertian akan pikiran Roh. Orang-orang yang takut akan Elohim, dipimpin oleh Roh dalam iluminasi untuk memahami pikiran Roh. ‘Semua orang yang dipimpin oleh Roh Elohim, adalah anak Elohim.’ Rom 8:14. Kesalehan hanyalah mungkin jika kita telah menerima instruksi dari kebapaan, dan dipimpin oleh Roh Kudus untuk berjalan dalam instruksi tersebut. Sekarang kita dapat mengidentifikasi jalan/cara yang benar dimana orang yang takut akan Elohim seharusnya takut akan Dia. Kita tidak takut akan Dia karena kita telah menilai dan mengagumi ketidakterbatasan-Nya dan atribut-atribut-Nya yang tidak terkatakan, berdasarkan aturan-aturan hukum. Ini hanya akan menghasilkan ‘kebaikan’ yang paralel yang kelihatannya seperti kesalehan tetapi sebenarnya tidak ‘berasal dari Elohim’. Melainkan, kita takut akan Elohim karena kemurahan dan kebenaran dari kebapaan-Nya. Kapanpun kita memandang wajah-Nya dalam api persembahan, kita melihat dimensi dari kecemburuan persembahan yang bekerja untuk memasukkan kesalehan dan mengeluarkan ketidaksalehan/kefasikan atau hal-hal yang ‘seperti Elohim’ dari persekutuan-Nya. Rasul Yakobus berkata bahwa Ayub telah melihat ‘pada akhirnya disediakan Elohim baginya’ (terj. Bhs. Ing. ‘akhir dari Elohim’). Yak 5:11. Dengan ini, dia menunjukkan bahwa Ayub mengerti bahwa maksud Elohim baginya, bahkan dalam penderitaannya, adalah untuk menjadi setia sampai pada akhirnya. Dia menyebut hal ini ‘kasih Elohim, maha penyayang dan penuh belas kasihan’. Ayub tidak menggunakan penilaiannya sendiri tentang yang baik dan yang jahat untuk menuduh Elohim telah berlaku tidak adil kepadanya.
Halaman | 1
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Bagaimana ini berdampak kepada persahabatan kita? Jalan Elohim dan jalan persembahan mengiluminasi kita supaya kita dapat mengerti bahwa kita tidak berpartisipasi dalam persekutuan dengan Elohim dan umat-Nya dengan menggunakan hukum dan penilaian kita sendiri. Kita tidak bisa menggunakan hukum kita sendiri untuk melakukan apa yang kita pikir adalah standar kebenaran, atau kesalehan. Inilah yang disebut Kitab Suci sebagai ‘terlalu saleh atau terlalu fasik’. Pkh 7:16. Melainkan, sebagai orang-orang yang takut akan Elohim, kita dipimpin oleh Roh Kudus untuk menemukan pikiran Kristus dalam semua hubungan kita. Kita memahami siapa kita sebagai anak-anak Elohim, dan kita memahami panggilan Bapa untuk kita dikuduskan kepada budaya ilahi. Kita keluar dari roh dan budaya dunia dan kita memisahkan diri kita kepada Elohim.
Apa filosofi dunia tentang persahabatan? Roh dunia ini mempromosikan filosofi tentang apa yang baik bagi saya, yang baik bagimu, dan yang baik untuk komunitas dsb. Keseluruhan dasar pemikiran dari filosofi ini adalah apa yang saya anggap ‘baik’ lebih diutamakan daripada kerugian orang lain dan komunitas. Bahkan, saya akan menggunakan komunitas, sahabat-sahabat, teman-teman, dan keluarga untuk mencapai apa yang ‘baik’ bagi saya. Persahabatan dalam dunia bisa diartikan sebagai apa yang disetujui bersama sebagai dasar dari ‘hubungan’ mereka. Dasarnya bisa berupa minat yang sama, kewajiban, berjuang untuk tujuan yang sama, dsb. Persahabatan ini tidaklah lebih daripada persetujuan dagang, yang dapat diganti atau ditinggalkan jika tidak lagi sesuai dengan tujuan mereka. Dengan filosofi ini sebagai dasar persahabatan mereka, maka tidak ada sumber kehidupan, tidak ada persekutuan, tidak ada kuasa, tidak ada aturan dan tidak ada kapasitas untuk menjadi sahabat karena pada akhirnya, kita memiliki hukum yang harus dicapai dan kita akan memanfaatkan semua orang untuk mencapai tujuan kita. Pada kenyataannya, ketika kita mewajibkan orang-orang untuk suatu ‘pertemanan’, grup yang dinamis, ini adalah hubungan dalam dagang dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan relasi dengan pertemuan dan apresiasi/penghargaan yang benar.
‘Cium’ persahabatan Kristen Ekspresi dari persahabatan dan persekutuan Kristen dicatat sebanyak lima kali dalam ayat-ayat Kitab Suci sebagai salam, atau cara kita menerima satu dengan yang lain dengan ‘cium kudus’. Rm 16:16. 1Kor16:20. 2Kor 13:12. 1Tes 5:26. Ini adalah kasih sayang dan persahabatan dari orang-orang yang ada di dalam satu roh bersama dengan Elohim dan dengan satu sama lain. Cium yang kudus, atau yang dikuduskan, adalah suatu ekspresi dari persahabatan yang penuh kasih dengan mereka yang ada di dalam keluarga Elohim. Orang-orang ini adalah milik kepunyaan Elohim. Mereka adalah satu roh dengan Pencipta mereka dan, dengan demikian, mereka adalah satu roh dengan satu sama lain. Mereka menaati firman Elohim Cium manis persekutuan ini merupakan komitmen orang-orang yang berdiam dalam kesatuan walaupun di dalam penderitaan. Mereka adalah orang-orang yang saling mendoakan satu sama lain, dan menanggalkan hukum mereka sendiri dan menanggalkan cara dimana mereka menentukan diri dan pekerjaan mereka sendiri. Ciuman ini bukanlah ciuman yang romantis, melainkan mengindikasikan air mata dan rangkulan dari hubungan yang paling disayangi. Mereka ini bukanlah orang-orang yang dengannya kita sekedar menunjukkan keramahan. Kita mengenal mereka bukan menurut daging, tapi menurut Roh. 2Kor 5:16. Kita akan berjalan dengan mereka sebagai sesama peziarah dalam kehidupan ini dan akan tinggal bersama mereka di dalam kekekalan.
Halaman | 2
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Cium kudus, atau salam, sebenarnya adalah suatu kemampuan untuk menerima dan memberi penghargaan kepada yang lain. Artinya, saat saya bertemu dan menyapa seseorang, saya menerima atau mengenal orang itu sebagai siapa mereka. Saya tidak sekedar bertemu mereka untuk mencari tahu apa yang bisa saya dapatkan dari mereka atau hanya mengenal mereka oleh kemampuan mereka ataupun atribut pribadi mereka, seperti koki yang jago, pemusik, orang yang eksentrik, orang yang jenaka/suka bergurau, orang yang ‘berhati baik’. Melainkan, kita bertemu mereka dengan cium yang penuh kasih sayang sebagai seseorang yang takut akan Elohim dan menaati perintah-perintahnya. Dalam cara ini, kita benar-benar ‘menyembah’, atau menghargai, yang lain, dan tidak memanfaatkan mereka untuk kepentingan kita sendiri. Sahabat-sahabat ini hidup dalam pengudusan dan penghormatan, menjaga diri mereka dan juga yang lain bagi Elohim dan persekutuan-Nya. Jika kita didorong oleh kuk hukum maka kita tidak akan mampu menopang cium persahabatan. Jika kita memikul kuk Kristus dalam takut akan Elohim maka kita dapat menopang cium kasih sayang dan persahabatan Kristen yang sejati dengan mereka yang mendengar firman Elohim dan melakukannya Cium kudus berbicara tentang orang-orang yang menerima utusan Elohim dalam kehidupan mereka dan yang juga mempersembahkan diri mereka untuk bersekutu dengan utusan itu. Saat rumah yang layak menerima utusan dan firman yang dia bawa, dan telah saling memberikan salam cium kudus, maka damai sejahtera berdiam dalam rumah itu. Dalam Lukas 7:50, kita membaca tentang perempuan yang mencium kaki Tuhan. Tuhan berkata kepada perempuan ini, ‘Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat (damai)!’ Dia telah menerima utusan sebagai sahabatnya dan melayani Dia, dan dia menerima damai dari Tuhan. Inilah mengapa pengkhianatan Yudas kepada Yesus, dengan sebuah ciuman, sangatlah penting. Yesus berkata kepadanya, ‘Hai teman, untuk itukah engkau datang? (terj. Bhs. Ing. ‘Hai teman, lakukanlah apa yang engkau mau lakukan.’)’ Mat 26:50. Cium kudus dari persahabatan antara Kristus dengan kedua belas rasul adalah persekutuan mereka. Ini adalah cara di mana mereka memecah-mecahkan roti bersama-sama; cara mereka melayani satu dengan yang lain, budaya ilahi yang di dalamnya mereka hidup, saling menyerahkan hidup mereka. Akan tetapi, di taman itu Yudas mengkhianati Juruselamatnya dengan roh yang membunuh, mencium Dia di pipi, dan mengkhianati semua makna dari cium kudus yang diekspresikan sebagai sahabat-sahabat Kristus. Dia mengkhianati budaya persahabatan dan persekutuan dengan Kristus. Ketika kita menarik diri dari persekutuan, dan dari firman utusan, dimana kita tidak menaati firman Elohim, dan memilih budaya persahabatan kita sendiri dengan prinsip-prinsip dunia ini, di situlah kita sedang mundur dari cium persahabatan Kristen yang manis dan penuh kasih sayang dari saudara-saudara kita, yang seharusnya kita ekspresikan. Apakah kita tahu bagaimana menerima dan menghargai yang lain? Bila kita telah menerima firman Elohim yang mendefinisikan kita, maka kita menjadi takut akan Tuhan dan mengasihi saudara-saudari kita. Bilamana kita mencoba untuk mencapai cara hidup seperti Elohim, maka kita telah membuat hukum atas semua yang kita lakukan, dan tidak dapat benar-benar mengasihi, memberi dan menerima satu dengan yang lain. Buah dari hidup pemuridan adalah kita mengalami ciuman dari persahabatan Kristen dan kesaksian dan penghargaan yang manis dari saudara-saudari kita dalam Kristus.
Sahabat-sahabat menaati Kristus Yesus menginstruksikan kita tentang persahabatan yang sejati saat Dia berkata, ‘Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.’ Yoh 15:14. Murid yang taat yang melakukan apa yang diperintahkan-Nya sesuai dengan firman Elohim adalah sahabat Kristus. Demikian juga, kita adalah sahabat-sahabat, dalam arti yang paling benar, dengan orang-orang yang taat kepada firman Elohim
Halaman | 3
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN mengenai identitas dan nama mereka, pekerjaan mereka dan firman mengenai budaya pengudusan. Walaupun kita benar-benar ramah terhadap orang-orang di tempat kerja, universitas, sekolah dan yang ada di dalam dunia, sebenarnya kita adalah sahabat bersama dengan orang-orang yang melakukan perintah Kristus. Perintah itu adalah firman Elohim, dan firman ini memanggil kita untuk mengasihi saudara-saudari kita.
Keluargaku adalah mereka yang mendengar firman Elohim dan melakukannya ‘Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Elohim dan melakukannya."’ Luk 8:19-21. Dalam ayat di atas, Yesus menginstruksikan kita mengenai natur dari orang-orang yang mungkin kita sebut sebagai ‘keluarga’ kita. Tuhan memanggil kita untuk membuat Dia menjadi yang pertama dan terutama atas semua hubungan kita. Ini artinya keluarga Elohim adalah komitmen pertama kita. Mereka adalah orang-orang yang mendengar firman Elohim dan melakukannya. Kita adalah ‘untuk’ semua anggota keluarga kita dan kita memperhatikan mereka, tetapi kita membuat Kristus yang pertama dan berhati-hati supaya tidak mengikuti roh dunia, yang mau supaya kita mengompromikan komitmen Kristen kita.
Jika kita menolak persahabatan Kristen maka kita menjadikan diri kita musuh Elohim ‘Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Elohim? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Elohim.’ Yak 4:4. Saat Yesus menggunakan kata ‘dunia’, Dia sedang merujuk kepada keseluruhan agama Yahudi dan sistem legal yang menggunakan dan menyalahgunakan persembahan untuk kepentingan pribadi dan rasa kebenaran yang legal. Bagi kita, ini merujuk kepada struktur legal imajinasi agamawi yang dibuat oleh diri sendiri, yang olehnya kita membuat penilaian berdasarkan yang baik dan yang jahat. Kita bahkan dapat menyebut hikmat diri kita sendiri ‘canggih’. Dengan ini artinya, kita percaya bahwa kita tahu betapa baiknya kita dan betapa jahatnya orang yang lain, berdasarkan penilaian kita sendiri. Sistem ini diberi kuasa dan ditaklukkan oleh roh-roh dan prinsip-prinsip dari dunia yang jatuh, yang Alkitab sebut sebagai stoicheion. Gal 4:3,9. Prinsip-prinsip yang ada di dalam dunia, bisa digambarkan sebagai hawa nafsu/keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Hal-hal ini tidak bersumber dari Bapa sorgawi atau dari aturan ilahi-Nya, melainkan berasal dari dunia. 1Yoh 2:16 Kita berasal dari kerajaan Elohim, yang telah dipanggil untuk dipisahkan kepada budaya ilahi dari kerajaan itu. Kita hidup dalam dunia tapi kita tidak hidup dengan roh dunia ini. Yoh 15:19. Yoh 17:14-17. Kita harus mencari dahulu kerajaan Elohim. Mat 6:33. Yakobus menginstruksikan kita bahwa tidak ada posisi netral dalam hal ini. Persahabatan dengan roh dan budaya dunia ini adalah permusuhan dengan Elohim. Jika kita suka untuk berteman dengan orang lain yang ada dalam roh dan budaya dunia ini, entah mereka adalah orang-orang yang pergi ke gereja ataupun tidak, kita menjadikan diri kita musuh Elohim. Yak 4:4.
Halaman | 4
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Apakah kita percaya akan hal ini, atau kita adalah orang agamawi yang canggih mengenai kebutuhan kita untuk mengasihi ‘semuanya’, dengan mengutip, ‘karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan/memberikan’? Yoh 3:16. Saat kita mengambil ‘pandangan Kristen duniawi’ yang menghindari salib Kristus, dan kita mencoba untuk menjembatani jurang di antara budaya dunia dan budaya kerajaan Elohim, maka kita menjadi orang agamawi yang canggih. Bila ini telah menjadi pola pikir kita, kita bisa menyalahgunakan ayat-ayat Kitab Suci untuk membenarkan jalan kita sendiri. Contohnya, ‘karena begitu besar kasih Elohim akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan/memberikan’, dapat disalahgunakan dengan berkata bahwa, karena Elohim mengasihi semua orang, kita juga perlu mengasihi semua orang, oleh karena itu kita tidak perlu membuat perbedaan budaya dalam hubungan-hubungan kita. Motivasi sebenarnya dari penafsiran ini adalah kita mau diterima semua orang, dan kita tidak mau menderita demi kebenaran karena adanya persahabatan/pertemanan yang dilanggar. 1Ptr 3:14-16. Dalam pola pikir yang canggih ini, kita mulai mengompromikan iman Kristen kita dengan tidak memisahkan diri kita saat ada orang-orang dengan roh dunia berusaha menarik kita untuk bergabung dengan mereka, dan lari dengan mereka dalam hawa nafsu ataupun kedurhakaan mereka. Kita bahkan dapat menipu diri kita dengan berpikir bahwa saat kita mengikuti budaya mereka yang penuh hawa nafsu, kita dapat menginjili mereka untuk Kristus. Namun, Tuhan memanggil kita untuk membuat Dia menjadi yang pertama dalam semua hubungan kita, dan untuk membuat suatu perbedaan di antara kita dan segala hal yang berdasarkan roh dunia ini. Orang-orang fasik bisa bersatu dengan Kristus saat mereka keluar dari dunia dan diperdamaikan dengan Bapa, dan menjadi dipisahkan kepada Dia. Seseorang dengan pola pikir yang canggih dapat menyalahgunakan ayat-ayat Kitab Suci untuk membenarkan hukum mereka sendiri daripada menaati perbedaan budaya yang Yakobus gambarkan sebagai, ‘Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Elohim’. Yak 4:4. Elohim telah meminta kita untuk membuat jelas perbedaan dalam hubungan-hubungan kita. Kita perlu bertanya kepada diri kita, ‘Apakah saya mendengar firman Elohim dan melakukannya?’ Bila jawaban kita ya, maka kita adalah sahabat Kristus dan sahabat dari orang-orang yang memiliki roh yang sama. Saat Yakobus berbicara tentang, ‘orang-orang yang tidak setia/para pezinah’, dia sedang merujuk kepada mereka yang melanggar perjanjian yang mereka telah adakan dengan orang yang lain. Pada umumnya kita memahami hal ini sehubungan dengan perjanjian pernikahan. Namun, dalam kasus ini, dia sedang berbicara tentang roh perzinahan/tidak setia dari seseorang yang melanggar perjanjian persahabatan dengan saudara-saudari mereka, dan memilih untuk menjadi teman dari roh dan budaya dunia. Kita akan melihat hal ini lebih jelas dalam perjanjian persahabatan nanti.
Sahabat-sahabat yang sejati, menjaga budaya itu ‘Takut akan ELOHIM ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.’ Ams 8:13. Ketika kita – atau orang lain – berbicara menentang pengajaran budaya yang dikuduskan dari pemuridan dan juga menentang mereka yang membawa pengajaran itu, kita sedang memanifestasikan kesombongan dan kecongkakan, dan sedang berbalik kepada roh yang lain. Bahkan perkataan kita menjadi melawan ketika kita berbicara menentang firman yang sebenarnya datang untuk menyelamatkan kita, dan kita mengekspresikan ketidakpercayaan kita kepada orang lain. Saat kita melakukan hal ini, kita telah berbalik kepada roh dan budaya yang berbeda dengan Roh Elohim. Kita telah berbalik kepada roh dan budaya dunia. Jika kita takut akan Tuhan, kita akan secara aktif menanggalkan kesombongan dan keangkuhan ini, dan berbalik kembali kepada Tuhan.
Halaman | 5
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Karena kita takut akan Tuhan dan mengasihi saudara-saudari kita, ketika kita mendengar mereka berbicara dengan kesombongan, kecongkakan dan perkataan yang jahat (menentang), kita bisa dengan lemah lembut menegor mereka dan mengingatkan mereka agar kembali takut akan Elohim. 2Tes 3:6,14-15. 1Kor 15:33. Ketika kita takut akan Elohim, kita mengasihi saudara kita dan bertanggung jawab untuk berbicara kepada mereka karena kita membenci perbuatan dan perkataan yang jahat. Kita dengan lemah lembut dapat meminta saudara kita supaya mereka mau dipulihkan kepada pikiran dari Roh. Sebagai orang yang takut akan Elohim, kita secara aktif berjaga-jaga atas roh dunia dalam diri kita, dan juga menasihati saudara kita agar menguduskan diri mereka bagi Elohim. Dengan demikian, kita memberikan penghormatan kepada mereka sebagaimana yang Elohim telah berikan kepada mereka juga. Kita sanggup menjadi jelas dalam pola pikir kita untuk terus secara berelasi menjaga budaya persahabatan ini dalam dalam takut akan Elohim. Namun, kita tentunya tidak mau menjadi ‘polisi’ bagi semua persahabatan kita dan mulai mengoreksi setiap orang! Mudah-mudahan ini jangan pernah terjadi! Kita perlu saling menguatkan satu dengan yang lain dalam iman, dan memisahkan diri kita dari orang-orang yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kita terima. 2Tes 3:6. Dengan cara ini, kita dapat memancarkan terang melalui tingkah laku dan pekerjaan kita yang baik sehingga mereka yang hidup tidak menurut ajaran itu dapat melihat hidup dan ketulusan kita, lalu menjadi malu, dan belajar takut akan Elohim. Mat 5:16. Orang-orang yang takut akan Elohim melatih diri mereka untuk berusaha memahami dampak yang mereka bawa ke dalam hubungan-hubungan di segala waktu, sehingga mereka menjaga persahabatan mereka dengan hati-hati. Ketika kita merasa malu, dan enggan untuk menegor dengan lemah lembut dan juga enggan menjauhkan diri dari ketidakteraturan/hawa nafsu, maka kompromi kita artinya kita menyatu dengan roh yang sama sebagaimana yang dimiliki oleh anak-anak yang tidak taat. Perhatikan bahwa kita tidak perlu berdebat dengan anak-anak yang tidak taat, yang akan membuat interaksi kita menjadi hukum melawan hukum. Jika mereka berlanjut dengan cara/jalan mereka, yang terbaik adalah kita menjauhkan diri dari mereka. Inilah artinya pengudusan itu. Pada saat kita memisahkan diri dari mereka, Dia menjadi Bapa bagi kita. ‘Sebab itu: Keluarlah kamu dari antara mereka, dan pisahkan dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu. Dan Aku akan menjadi Bapamu, dan kamu akan menjadi anak-anak-Ku laki-laki dan anak-anak-Ku perempuan, demikianlah firman Tuhan, yang Mahakuasa.’ 2Kor 6:17-18.
Apakah hatimu jujur/benar kepadaku ? Mungkin hal berjabat tangan yang pertama didokumentasikan dalam sejarah adalah yang tertulis dalam kitab 2 Raja-raja. Meskipun mengalami kejatuhan pada akhirnya, Yehu memulai kerajaannya dalam ketaatan kepada utusan-nabi Elia. Dalam ayat-ayat Kitab Suci ini, kita membaca tentang hasrat dan komitmennya untuk membersihkan bangsa itu dari penyembahan berhala Baal. ‘Setelah pergi dari sana, bertemulah ia dengan Yonadab bin Rekhab yang datang menyongsong dia. Ia memberi salam kepadanya serta berkata: “Apakah hatimu jujur kepadaku seperti hatiku terhadap engkau?” Jawab Yonadab: “Ya!” “Jika ya, berilah tanganmu!” Maka diberinyalah tangannya, lalu Yehu mengajak dia naik ke sampingnya ke dalam kereta.’ 2Raj 10:15. Yehu sanggup bertanya kepada seorang yang lain apakah orang itu memiliki roh yang sama sehubungan dengan budaya Kristen. Berjabat tangan melambangkan sebuah ekspresi bahwa kita satu roh dengan orang yang tangannya kita jabat itu. Kita perlu berhati-hati dengan siapa kita menyatukan diri dalam hal ini.
Halaman | 6
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Dalam budaya kita, jabatan tangan dipahami sebagai bahasa tubuh memberi salam. Tapi sebagai orang Kristen kita memahami bahwa perjanjian dan komitmen kita lebih dari sekedar bahasa tubuh. Ini adalah persahabatan yang sejati dari Kristus dan saudara-saudara-Nya. Kita juga dapat mengamati bahwa Yehu sangatlah bertanggung jawab dalam hal ini untuk mengenal roh apa yang orang itu miliki. Dengan bertanya, ‘Apakah hatimu jujur/benar?’ dia sedang memeriksa apakah orang ini akan berdiri bersamanya melawan kefasikan dan bersikap seturut instruksi yang dia telah terima utusan-nabi Elia. Yehu telah diperintahkan oleh Tuhan untuk membunuh orang-orang yang menyembah berhala, dan dia berkata kepada Yonadab, ‘Marilah bersama-sama aku, supaya engkau melihat bagaimana giatku untuk Tuhan.’ Demikianlah Yehu membawa dia dalam keretanya. 2Raj 10:16. Kita juga memahami pentingnya jabatan tangan menggunakan tangan kanan sebagai simbol dari komitmen keseluruhan kuasa dan kecakapan kita untuk melayani orang lain. Ini adalah sebuah tanda perjanjian dalam berelasi. Jadi, saat kita berjabatan tangan, kita meneguhkan bahwa kita satu roh bersama dalam budaya Kristen dan dalam pelayanan yang dilakukan, dengan segenap kekuatan kita. Yang terjadi kemudian, kita mengamati bahwa dua orang itu bekerja bersama. ‘Masuklah Yehu dan Yonadab bin Rekhab ke dalam rumah Baal, lalu berkatalah ia kepada orang-orang penyembah Baal itu; “Periksalah dan lihatlah, supaya jangan ada di antara kamu di sini seorang pun dari hamba-hamba Tuhan, melainkan hanya orang-orang yang beribadah kepada Baal.”’ 2Raj 10:23. Dengan cara ini, Yehu dapat mengekspresikan persahabatan yang benar dengan melakukan pekerjaan yang Tuhan tugaskan kepadanya. Pekerjaan itu adalah untuk membuat suatu perbedaan yang jelas dalam bangsa Israel. Dia tidak berkata, ‘Datanglah bersamaku dan aku akan menunjukkan bagaimana aku masih bisa bersahabat dengan para penyembah berhala itu’, atau meminta Yonadab untuk mengompromikan budaya ilahi dengan cara apapun juga. Melainkan, dia menunjukkan hasratnya bagi Tuhan sebagaimana para sahabat lakukan. Mereka kemudian mengerjakan dengan kekuatan dan kecakapan mereka untuk membersihkan bangsa Israel dari semua penyembahan berhala. Apakah ini dasar dari persahabatan kita? Apakah kita berjabatan tangan dalam satu roh dengan budaya ilahi? Apakah kita saling menunjukkan hasrat kita bagi Elohim dengan cara membuat perbedaan budaya yang jelas dalam segala hal yang kita lakukan, dan melayani Elohim dengan segenap kekuatan kita?
Perjanjian persahabatan Daud dan Yonatan adalah dua orang sahabat yang mengadakan perjanjian satu dengan yang lain. Dalam hal budaya, mereka menjaga garis-garis identitas, nama dan pekerjaan; dan takut akan Tuhan merupakan fondasi pertemuan mereka dalam persahabatan. ‘Berkatalah Yonatan kepada Daud: “Pergilah dengan selamat; bukankah kita berdua telah bersumpah demi nama Tuhan, demikian: Tuhan akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya.”’ 1Sam 20:42. Kita sering mengatakan bahwa salib ada di antara diri kita dan setiap orang lain. Ini artinya kita bisa bertemu satu sama lain di salib. Salib berada di antara kita dan semua orang yang lain, baik orang percaya ataupun tidak. Tuhan ada di antara kita dalam hubungan-hubungan persekutuan dalam nama-Nya. Inilah komitmen ketuhanan kita. Kita tidak akan pernah mau melanggar hubungan perjanjian ini dan mengompromikan persahabatan-Nya dengan kita dengan cara mencari sebuah perserikatan yang cemar dengan keduniawian.
Halaman | 7
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Daud dan Yonatan berbicara/berkata-kata satu sama lain dengan cara demikian, dan mengakui komitmen budaya satu sama lain sebagai jalan/cara yang dengannya mereka akan bertemu dan berhubungan, dan juga jalan/cara dimana keturunan mereka akan bertemu dan berhubungan ke depannya. Hal ini mengingatkan kita akan komitmen yang sama dari Yosua ketika dia berkata, ‘Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah (melayani) kepada Tuhan.’ Yos 24:15. Daud berkata kepada Yonatan,”Engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib daripada cinta perempuan.” 2Sam 1:26. Kata ‘ajaib’ dalam ayat ini memiliki makna ‘sebuah perbedaan’ atau ‘memisahkan’. Ini bukanlah pernyataan yang dimaksudkan untuk meremehkan kapasitas para perempuan untuk mencintai. Daud hanya sedang menekankan betapa dalam kesungguhan dan kasih sayangnya terhadap Yonatan karena mereka telah berjanji bahwa mereka tidak akan pernah mengizinkan percampuran kefasikan yang bertentangan dengan persekutuan ilahi mereka. Mereka memiliki persahabatan yang dikuduskan. Mereka berkomitmen untuk mengutamakan Tuhan dan berhasrat akan persekutuan-Nya di antara mereka. Komitmen mereka adalah bahwa, bahkan apabila kasih kebanyakan orang menjadi dingin karena makin bertambahnya kedurhakaan, mereka tetap akan hidup benar terhadap Tuhan dan terhadap persekutuan mereka. Mat 24:12. Rasul Paulus menjelaskan bahwa jika seorang perempuan yang beriman mempunyai seorang suami yang tidak beriman dan suami itu mau bercerai, hendaklah perempuan itu membiarkan suaminya pergi. 1Kor 7:1,15. Dalam hal ini, persahabatan dan pernikahan sama halnya. Hubungan dengan Elohim harus menjadi yang terutama di atas semua hubungan lainnya. Jangan salah, ini pastilah menyakitkan. Di sepanjang musim kehidupan kita, kita akan mengalami masa-masa dimana saudara-saudara atau bahkan anggotaanggota keluarga yang kita kasihi, berpaling dari Kristus dan persekutuan-Nya. Sangatlah sulit untuk melepaskan mereka pergi sesuai dengan pilihan mereka itu, tapi kita juga tidak berani melanggar persekutuan kita dengan Kristus dan Bapa, dan kebapaan-Nya atas kita. Kita perlu belajar untuk takut akan Tuhan supaya kita mulai menerima hikmat dalam semua pengalaman ini. Kita juga perlu mengakui bahwa dampak dari tindakan-tindakan kita terhadap orang yang tidak taat, bisa membuat sulit bagi mereka untuk kembali kepada Tuhan. Sebagai contoh, jika seorang anggota keluarga meninggalkan Tuhan dan persekutuan-Nya, dan kita tidak membiarkan mereka pergi sesuai dengan pilihan mereka atau kita tidak berdiri di mana kita seharusnya berada bersama Tuhan, maka kita sedang menganggap perilaku mereka biasa/normal. Kita sedang menjembatani jurang dan berusaha agar mereka tetap secara relasional terikat dengan kita karena kita takut kehilangan mereka. Dalam skenario ini, tidak ada alasan bagi mereka untuk kembali, oleh karena kompromi kita telah menghilangkan (bagi diri mereka) konsekuensi dari berjalan menjauh dari Elohim dan persekutuan-Nya. Demikian juga, jika oleh karena penilaian agamawi kita, kita menghukum mereka, berarti kita sendiri sedang menggunakan roh dunia untuk menilai dan menghakimi mereka. Hal ini justru hanya akan menghasilkan pengasingan yang lebih lagi padahal kita ingin melihat orang-orang dipulihkan. Daud dan Yonatan masing-masing berjanji untuk mengajar dan melatih keluarga mereka sebagai generasi penerus dari sahabat-sahabat ilahi yang akan mengasihi saudara-saudara mereka dan menjaga persekutuan sebagai prioritas utama. ‘Tuhan akan ada di antara aku dan engkau serta di antara keturunanku dan keturunanmu sampai selamanya.’ 1Sam 20:42. Beginilah cara kita seharusnya bersahabat dalam generasi kita. Semua orang yang dikuduskan dari budaya dan roh dunia telah memisahkan diri mereka untuk membuat suatu perjanjian persahabatan yang akan bertahan selamanya. Mereka juga memisahkan diri mereka untuk melatih anak-anak mereka dalam budaya yang sama yaitu takut akan Tuhan.
Halaman | 8
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN
Kamu tidak dapat minum dari cawan Elohim dan juga cawan dari roh-roh jahat Ini adalah pemikiran yang menantang! ‘Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat.’ 1Kor 10:21. Jangan tawar hati dalam hal ini. Dengarkanlah apa yang ayat-ayat Kitab Suci sedang katakan supaya kita bisa menghidupi iman yang firman sedang beritakan. Dalam suratnya yang pertama, Paulus menegur jemaat Korintus tentang perilaku penyembahan berhala mereka dan meminta mereka untuk membuat pemisahan budaya sehubungan dengan perilaku mereka itu. 1Kor 10:17,21. Mereka diperingatkan agar menjauhkan diri dari penyembahan berhala. Apakah penyembahan berhala itu? Ini terjadi ketika kita membangun bentuk penyembahan yang lain, cara berhubungan yang lain, yang bertentangan dengan budaya Elohim. Paulus berkata kepada mereka, ‘Saat kamu memelihara cara/jalan penyembahan berhalamu dalam berhubungan dan saat kamu memelihara persahabatanmu dengan roh dunia, kamu telah mempercayai kesesatan dan kamu telah menyalahi meja perjamuan Tuhan.’ Paulus menekankan dinamika ini dalam sisi yang positif saat dia berkata, ‘Ketika kita mengambil bagian dalam satu roti, kita berbagi, menjadi teman, atau sesama pengambil bagian dalam satu roti itu.’ Demikian juga, secara negatif, ketika kita mengambil bagian, atau menyatukan diri kita kepada suatu aktivitas dari budaya lain, kita membuat diri kita menjadi bagian dari budaya persekutuan penyembahan berhala. Jika kita mengabaikannya dimana kita tidak membuat sebuah perbedaan yang dikuduskan dalam persahabatan kita dan dalam segala masalah budaya, kita sedang menghina meja perjamuan Tuhan, yang merupakan meja yang terdiri dari sahabat-sahabat Kristus. Yoh 15:14. Kita harus menjadi berasal dari Roh Tuhan, yang datang kepada kita, dan percaya serta menaati firman tentang budaya pemuridan ilahi. Jika kita telah mempercayai dusta bahwa kita dapat memelihara persahabatan dengan roh dunia dan menjembatani jurang itu dengan filosofi dunia, maka partisipasi kita bukanlah dengan Elohim, melainkan dengan si jahat, dan nantinya berpotensi, dengan iblis. Jika kita tidak percaya bahwa terdapat sebuah budaya yang dikuduskan dari meja perjamuan, apakah yang akan menjadi dasar untuk mengajak seseorang untuk datang dan berpartisipasi dalam tubuh dan darah Kristus dan diselamatkan? Tidak ada dasar. Hakikatnya kita sedang mengatakan kepada semua orang bahwa kita dapat memelihara sudut pandang dan budaya duniawi kita sendiri, dan tidak perlu diubahkan kepada kehidupan dan budaya Elohim. Marilah kita bertobat jika dusta ini telah menjadi jalan/cara kita, dan kembali ke meja Tuhan di mana kita dipisahkan kepada Dia. Dia adalah Elohim yang cemburu. Kita seharusnya takut akan Dia dan melakukan perintah-perintah-Nya. Lebih lagi, kita memahami bahwa mereka yang mengambil bagian di meja Tuhan adalah orang-orang yang dikuduskan kepada budaya ilahi. Mereka sedang membuat perbedaan dalam semua hubungan mereka untuk menghormati Elohim pertama-tama, dan mereka datang kepada persekutuan dengan orang-orang yang satu roh satu dengan yang lain dan bersama Tuhan. Mereka datang untuk berdoa, bernyanyi, menyembah, mendengar firman dan berpartisipasi dengan orang-orang yang melayani Tuhan, dan keluar dari antara sebuah generasi yang keras hati dan yang jahat (menentang) dan sedang dipisahkan kepada Dia. Saat kita melihat seorang saudara atau saudari mengompromikan budaya dan tradisi ilahi yang telah diajarkan kepada kita, kita dapat memelihara koinonia, atau persekutuan, dari meja Tuhan dengan cara berkata-kata, dan memulihkan satu dengan yang lain dalam roh lemah lembut. Gal 6:1.
Halaman | 9
PERSAHABATAN KRISTEN DALAM TAKUT AKAN TUHAN Paulus menginstrusikan kita untuk menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kita terima dari para utusan. 2Tes 3:6; 14-15. Secara khusus, dia menjelaskan, ‘Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu, tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.’ Bagi orang-orang yang telah memilih untuk mengambil jalan mereka sendiri, yang tidak takut mengatakan yang jahat terhadap para pemimpin, dan yang menghina otoritas yang ditunjuk Elohim dalam tubuh Kristus, Yudas berkata, ‘Celakalah mereka!’ Inilah yang kita pahami bahwa kita tidak dapat menjembatani jurang antara posisi pendirian mereka dengan meja Tuhan. Jika kita menggabungkan diri kita dengan orang-orang ini, maka kita sedang mengompromikan iman Kristen kita, dan menghina meja Tuhan. Yud 1:8.
Kesimpulan Kita sekarang dapat memahami bahwa persahabatan Kristen yang sejati tidak dapat dicapai melalui serangkaian peraturan yang dipaksakan dengan pola pikir berdasarkan hukum. Ini hanya akan menghasilkan pengasingan dari Elohim dan satu sama lain. Apakah kita telah melihat ‘akhir dari Tuhan’ – bahwa karena kasih dan rahmat-Nya terhadap kita sehingga kita bisa menjadi jelas di hadapan-Nya dalam memahami persahabatan Kristen? Akankah kita sekarang memberi diri kita untuk memahami dan mempersembahkan diri kita dalam persahabatan Kristen yang sejati dalam pengudusan dan dalam takut akan Tuhan? Pada saat kita berjalan maju dalam pertanggungjawaban di hadapan Dia setiap hari, marilah kita terus dipimpin oleh Roh Kudus untuk menemukan pikiran Kristus dalam semua hubungan kita.
Halaman | 10