8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 State of The Art Untuk mengetahui kebaruan (novelties) penelitian yang dilakukan, mencegah dan menghindari duplikasi, replikasi dan plagiasi, berikut ditampilkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tabel 1. State of the Art dalam bidang yang diteliti Judul Penelitian
Aspek yang Dikaji
Metode Penelitian
Hasil
Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian dan Permasalahannya (Anugerah, 2004)
mengkritisi pendekatan penanganan komoditas melalui STA di berbagai sentra produksi pertanian di Jawa Barat dan Indonesia
studi pustaka (telaah dokumen), deskriptif
Persaingan dengan pelaku agribisnis lainnya dalam pembelian komodtas pertanian dengan harga yang kompetitif dan sistem pemasaran yang sudah lama terbentuk di tingkat petani menyulitkan akses keberadaan STA dan sistem pasar lelang dlm menciptakan kesejahteraan petani
Strategi Membangun Sinergi Antar Sub Terminal Agribisnis (STA) di Provinsi Bali (Darmawan dan Sarjana, 2006)
menganalisis posisi bersaing, baik untuk kelompok STA maupun individu STA, serta merumuskan strategi membangun sinergi kemitraan antar STA di Provinsi Ba li
Focus Group Discussion (FGD) antar STA dengan fasilitator tim pendamping. Analisis Matrik Internal-Eksternal (IE), Matriks General Electric (GE), Matriks Sinergi
posisi bersaing kelompok STA berada pada kuadran pertumbuhan (growth), posisi bersaing individu STA tersebar pada sel dengan daya tarik industri dan kekuatan bisnis menengah. Strategi membangun sinergi kemitraan antar STA melalui kerjasama penjualan /pemasaran, operasi, manajemen, dan investasi
Dampak Pembangunan STA Mantung terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat. Studi Pada Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang (Fadilah , 2008) Pengembangan Pasar Lelang Sub Terminal Agribisnis Soropadan Provinsi Jawa Tengah(Cemsed, Cemsed Fakultas Ekonomi UKSW dan Bank Indonesia, 2008.)
proses pembangunan STA Mantung, perubahan sosial ekonomi dan taraf hidup masyarakat Desa Ngroto sebagai dampak pembangunan STA Mantung.
Deskriptif dengan pendekatan kualitatif
Pembangunan STA Mantung membawa dampak positif pada kehidupan sosial ekonomi serta tingkat taraf hidup masyarakat sekitar.
Peta rantai nilai tiga komoditas/produk yang terbanyak dipedagangkan, identifikasi kinerja STA Soropadan, dampak STA Soropadan bagi petani, kepastian pasokan produk, bank, identifikasi tingkat kemajuan perkembangan STA dan Sistem Resi Gudang
Deskriptifeksploratif, survey, observasi, FGD, studi banding. Analisis peta rantai nilai, gap analysis, before-after
Tiga komoditas yang terbanyak diperdagangkan adalah beras, kopradan cabe. Keberadaan STA Soropadan belum dirasakan manfaatnya oleh petani secara langsung, namun secara tidak langsung bermanfaat bagi pedagang yaitu bertambahnya jaringan dan informasi bisnis yang dibangun melalui forum business gathering. Peran perbankan di pasar lelang menghadapi tantangan berupa risiko gagal bayar dan peluang, yaitu kebutuhan modal kerja.
9
Manajemen dan Tingkat Kepuasan Pedagang Pengguna Pada Sub Terminal Agribisnis Sewukan di Kabupaten Magelang (Suranto, 2010)
1) Identifikasi tingkat penerapan fungsi-fungsi manajemen 2) Tingkat skor pengelolaan 3) Tingkat pendapatan para pedagang pengguna 4) Identifikasi kondisi tempat, tingkat pelayanan, lokasi dan harga berdasarkan persepsi para pedagang pengguna 5) Analisis pengaruh kondisi tempat, tingkat pelayanan, dan harga lokasi STA Sewukan terhadap tingkat pendapatan para pedagang pengguna 6) Menganalisis tingkat kepuasan pedagang pengguna STA Sewukan.
metode survai, wawancara, Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Analisis data dengan scoring method, regresi linier berganda
1) Secara partial penerapan fungsi pengorganisasian berpengaruh positif, sedangkan fungsi perencanaan, pelaksanaan pengendalian, dan evaluasi tidak berpengaruh nyata 2) Manajemen yang dilakukan oleh pengelola STA yang meliputi : Perencanaan dengan total skor 4,2 (sangat baik), total skor pengorganisasian 3,9 (mampu), total skor pelaksanaan 4,3 (sangat mampu), total skor pengendalian dan evaluasi 4,0 (sangat mampu), 3) Rata-rata tingkat pendapatan pedagang pengguna STA Rp 365.675 per hari 4) Persepsi pedagang STA Sewukan terhadap kondisi tempat adalah nyaman, terhadap tingkat pelayanan adalah memadai, dan terhadap harga sewa lokasi cukup sesuai dan tidak memberatkan 5) Secara partial kondisi tempat berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang STA Sewukan, tingkat pelayanan dan harga sewa lokasi tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang STA Sewukan, 6) Pedagang di STA Sewukan sangat puas terhadap STA yang ada di Sewukan Magelang.
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan STA Pembentukan suatu STA memiliki tujuan untuk menyediakan fasilitas pasar komoditas yang berfungsi dengan baik.
Dengan berfungsinya pasar komoditas
tersebut, maka diharapkan volume transaksi perdagangan meningkat dan pada akhirnya daya tawar dan kesejahteraan para aktor dalam pasar komoditas (khususnya petani) meningkat (Cemsed, 2008). Adanya STA bagi petani sayuran akan mempengaruhi kebiasaan petani dalam menjual sayurnya. Dari berbagai kajian menunjukkan pemanfaatan STA oleh petani masih relatif sedikit, sehingga penelitian ini mencoba mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Dari hasil penelitian Cemsed (2008) dengan
mengambil kasus STA Soropadan, pelaku (pemanfaat) hanya orang-orang tertentu saja.
Faktor lokasi dan kurangnya akses infomasi menjadi kendala dalam
pemanfaatan STA. Selain itu, adanya keterikatan antara petani dengan kelembagaan
10
tradisional yang sudah ada sebelum terbentuknya STA menyebabkan perilaku petani masih settle dengan sistem pemasaran lama melalui pedagang perantara. Berdasarkan
hal
tersebut,
faktor-faktor
yang diduga
mempengaruhi
pemanfaatan STA oleh petani adalah umur petani, tingkat pendidikan, volume sayuran yang dihasilkan, jarak tempat tinggal petani dengan STA, ikatan informal, tingkat pengetahuan petani tentang STA, penyuluhan.
2.3 Model SCP Dahl dan Hammond (1977) melaporkan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur, perilaku dan kinerja pasar. Model SCP ini ditemukan pertama kalinya oleh Joe Bain dalam bukunya “Industrial Organization” yang menjelaskan tentang hubungan yang dapat diramalkan antara struktur, perilaku dan kinerja pasar (Purceli, 1977). Kerangka analisis SCP yang dikemukakan Bain melihat bagaimana kekuatan pasar dalam suatu sistem pemasaran (Martin, 1993).
Struktur pasar (market
structure) merupakan karakteristik organisasi yang menggambarkan hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari aspek jumlah keterlibatan lembaga pemasaran, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk serta kebebasan keluar masuk pasar (entry condition).
Perilaku pasar (market conduct)
menggambarkan tingkah laku lembaga pemasaran dalam menghadapi struktur pasar tertentu agar dapat memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Perilaku pasar (dalam hal ini penjual) melakukan kegiatan penjualan, penentuan harga, kolusi, strategi pemasaran (misalnya potongan harga, dsb), promosi, penelitian dan pengembangan untuk memperkuat posisi di dalam pasar.
Kinerja pasar (market performance)
merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataannya, interaksi antara strukutr perilaku kinerja pasar tidak selalu linier, malah cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis, sebagaimana disajikan pada gambar 2
11
Structure
Conduct
Performance
Gambar 2. Model Dinamik yang diturunkan dari pendekatan Structure Conduct –Performance 2.4 Tujuan dan Prinsip Utama Pengembangan STA Sub Terminal Agribisnis (STA), menurut konsep yang dibakukan oleh Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000), merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang dalam pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian kegiatan agribisnis. Pemasaran komoditas pertanian selama ini, pada umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar hingga ke konsumen, sehingga mengakibatkan kecilnya keuntungan yang diperoleh petani. Konsumen membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran (marketing cost) dari produsen ke konsumen menjadi tinggi Selanjutnya Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000), merumuskan STA sebagai infrastruktur pemasaran untuk transaksi jual beli hasil-hasil pertanian, baik untuk transaksi fisik (lelang, langganan, pasar spot) maupun non fisik (kontrak, pesanan, future market). STA diharapkan berfungsi pula untuk pembinaan peningkatan mutu produksi sesuai dengan permintaan pasar, pusat informasi, promosi dan tempat latihan atau magang dalam upaya pengembangan peningkatan sumber daya manusia. Tujuan STA adalah untuk menciptakan sistem pasar persaingan sempurna (pure competitive market), memperpendek rantai tataniaga, meningkatkan nilai tambah produk dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) pelaku agribisnis. Berdasarkan konsep yang dikeluarkan oleh Badan Agribisnis Departemen Pertanian, ditegaskan bahwa konsep dasar mengembangkan STA sebagai suatu infrastruktur pasar, tidak saja merupakan tempat transaksi jual beli, namun juga
12
merupakan wadah yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan pelaku agribisnis seperti sarana prasarana pengemasan, sortasi, grading, penyimpanan, ruang pamer (operation room), transportasi, pelatihan, tempat untuk saling berkomunikasi bagi para pelaku agribisnis dan mengantisipasi berbagai permasalahan yang dihadapi. Sarana dan prasarana yang harus disediakan di STA antara lain meliputi (1) kantor pengelola, (2) bangunan operasional yang terdiri dari tempat bongkar muat produk, tempat penampungan, ruang pencucian, sortasi dan pengemasan, gudang, cool room/cold storage, (3) lapangan parkir, (4) perkantoran dan Bank, (5) ruang pelatihan/serba guna dan (6) rumah makan. STA menurut Tanjung (2001), merupakan infrastruktur pemasaran sebagai tempat transaksi jual beli hasil-hasil pertanian baik transaksi fisik maupun non fisik yang terletak di sentra produksi. Dengan demikian penekanannya adalah bahwa STA merupakan sarana pemasaran yang dilakukan pada sentra produsen. Sementara itu, Sukmadinata (2001) memberikan batasan bahwa STA merupakan suatu infrastuktur pasar, tempat transaksi jual beli baik dengan cara langsung, pesanan, langganan atau kontrak. STA juga merupakan wadah yang dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku agribisnis, seperti layanan informasi manajemen produksi sesuai dengan permintaan pasar, manajemen pengadaan sarana produksi, manajemen pasca panen (pengemasan, sortasi, grading, penyimpanan) serta kegiatan-kegiatan lainnya, seperti ruang pamer, promosi, transportasi dan pelatihan. Tujuan STA adalah untuk memperlancar pemasaran dan mengembangkan agribisnis. Karakteristik STA dan batasannya juga dikemukakan oleh Tambunan (2001), bahwa STA adalah untuk membantu transparansi pasar dengan cara kompilasi informasi tentang harga, serta jumlah penawaran dan permintaan yang sangat bermanfaat baik bagi produsen maupun bagi pihak manajemen pasarsehingga dapat menentukan tujuan dan waktu penjualan. Informasi ini memungkinkan produsen mengundur panen atau menyimpan produknya sampai harga lebih baik atau hingga fasilitas transportasi tersedia. Selain itu dapat membantu untuk membuat perencanaan produksi jangka panjang. Secara teoritis, peningkatan transparansi pasar dapat
13
bertindak sebagai pemicu berfungsinya suatu pasar, membaiknya persaingan dan meningkatnya adaptasi untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan oportuniti pasar. Penekanan dari adanya STA dititikberatkan untuk lebih mempertimbangkan manfaat terhadap pertumbuhan dan perkembangan wilayah pedesaan. Sub Terminal agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan konsep dari Badan Agribisnis Departemen Pertanian (2000); Tanjung (2001) dan Sukmadinata (2001), pada intinya diharapkan bermanfaat untuk : (1) memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas agribisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil-hasil agribisnis; memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran; sebagai pusat informasi pertanian serta sebagai sarana promosi produk pertanian, (2) mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil agribisnis yang meliputi : penyediaan tempat sortasi dan pengemasan; penyediaan air bersih, es, gudang, cool room dan cold storage; melatih para petani dan pedagang dalam penanganan dan pengemasan hasil-hasil pertanian, (3) sebagai wadah bagi pelaku agribisnis untuk merancang bangun pengembangan agribisnis, mensinkronkan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola tanam, kebutuhan saprodi dan permodalan serta peningkatan SDM pemasaran, (4) peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran, dan (5) pengembangan agribisnis dan wilayah. Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis (STA) pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar, di samping untuk mendidik petani untuk memperbaiki kualitas produknya sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis serta menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD) di samping untuk mengembangkan akses pasar (Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 2000; Sukmadinata, 2001). Pengelolaan STA, menurut Sukmadinata (2001) dapat dilakukan oleh koperasi pelaku agribisnis, dalam hal ini petani, nelayan, pengolah serta pedagang; gabungan dari koperasi pelaku agribisnis dengan pemerintah daerah atau bahkan bisa dilakukan hanya oleh pemerintah daerah. Pengelolaan juga dapat dilakukan oleh pengusaha swasta, baik nasional maupun asing atau bahkan gabungan dari swasta
14
asing dan nasional dengan koperasi. Begitu pula dengan BUMD serta gabungan dari pelaku pasar agribisnis lainnya. Dengan demikian dalam pengelolaannya, STA dapat ditentukan sesuai dengan kepentingan serta kesepakatan dari para pelaku agribisnis di dalamnya.
2.5 Peta Jalan Penelitian Gambaran tentang penelitian yang direncanakan dalam usulan ini disajikan pada gambar 1 berikut. 2008 - 2012 Pemetaan Model Pemasaran Komoditas Pertanian di Indonesia
HASIL: model kelembagaan pemasaran mulai digunakan sebagai upaya pengembangan produsen (petani), seperti pasar lelang, sistem resi gudang, dan pasar lelang. Namun, dalam prakteknya masih ada missing link dalam sistem pemasaran komoditas pertanian (Yuliawati, et al., 2012) Tenaga Kerja Indonesia (TKI) : Peran dan Pengaruhnya terhadap Ekonomi Rakyat di Wilayah Pedesaan Provinsi Jawa Tengah tahun I (Rukmadi Warsito, G. Hartono, Tinjung Mary P, 2010 dan 2011) Fungsi Produksi dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Jagung (Riwan Winarno, G. Hartono, Tinjung Mary Prihtanti. 2010). .Analisis Fungsi Biaya Produksi Usahatani Kentang di Kec. Kejajar, Kab. Wonosobo (G. Hartono dan Tinjung Mary Prihtanti, 2008)
2013 (Tahun I) Rekonstruksi Model Kelembagaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Berbasis Structure Conduct Performance (SCP) di Jawa Tengah HASIL: (1) Peluang pemanfaatan STA oleh petani dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal petani dengan STA, tingkat pengetahuan petani tentang STA dan ikatan informal petani dengan kelembagaan non STA. Variabel jarak tempat tinggal petani dengan STA dan ikatan informal petani dengan kelembagaan non STA berhubungan negatif dengan peluang memanfaatkan STA dan berhubungan positif dengan tingkat pengetahuan petani tentang STA; (2) struktur pasar oligopoli terdiferensiasi: (3) Perilaku pasar masih kurang memadai terutama dalam proses jual beli sayuran dilakukan tanpa grading, penentu harga lebih didominasi oleh pedagang dan hubungan dagang antara petani sayur dengan pedagang sebagai pelanggan belum banyak terjadi. (4) Kinerja pasar sudah relatif baik yakni dengan tingkat margin pasar yang relatif rendah dan bagian yang diterima petani relatif tinggi sudah bisa diperoleh keuntungan pedagang yang relatif tinggi (Yuliawati dan G. Hartono, 2013)
Gambar 3. Peta Jalan Penelitian
2013 (Tahun II) Rekonstruksi Model Kelembagaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Berbasis Structure Conduct Performance (SCP) di Jawa Tengah TUJUAN: 1) merumuskan model pengembangan STA berbasis SCP, sekaligus dengan acuan/ panduan implementasinya 2) menguji implementasi model pengembangan STA berbasis SCP dan melakukan revisi model akhir pengembangan STA berbasis SCP.