TA’LIM MADANI 22 “Hal-Hal Yang Merusak Iman – MUNAFIK ”
LANDASAN HUKUM (AL-Qur’an & Hadits) Bagaikan suatu penyakit, munafik merupakan salah satu dari penyakit yang menghampiri keimanan. Apabila terjangkit penyakit ini, maka termasuk ke dalam dosa besar. Nifak atau pelakunya disebut munafik merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya. Menjadi munafik itu sudah menjadi kufur.
ُﻪ َ ّﻠ ﺍﻟ- ﻥ َُﺋﻮ ِﺰ ْﻬ َﺘ ْﻦُﻣ ﺴ ُﺤ َْﻧ َﻤﺎ َ ّﻧ ِﺇ ْﻢ ُﻜ َﻌ ّﻧﺎَﻣ َ ِﺇ ُﻟﻮﺍ ْﻢَﻗﺍ ِﻬ ِﻨ ﻃﻴ َِﻴﺎ ََﻟﻰ ﺷ ِﺇ ْﻮﺍ َﻠ ََﺫﺍ ﺧ ِﺇ ّﻨﺎَﻭ َ َﻣ َﺁ ُﻟﻮﺍ ُﻨﻮﺍَﻗﺍ َﻣ َﺁ َِﺬﻳ ﻦ َ ّﻟ ُﻘﻮﺍ ﺍ َﻟ َﺫﺍ ِﺇ َﻭ .ﻥ َُﻬﻮ َﻤ ْﻌ َﻳ ْﻢ ِﻬ ِﻧ َﻴﺎ ْﻐ ُْﻢِﻓﻲ ﻃ ُﻫ ُ ّﺪ ُﻤ َﻳ ْﻢَﻭ ِﻬ ِﺑ ُِﺰ ﺉ ْﻬ َﺘ َْﻳ ﺴ “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, ‘Kami telah beriman.’ Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata ‘Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok’ Allah akan memperolok-olok mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (QS: Al-Baqarah 2: 14-15).
َْﻢِﻣ ﻦ ُﻛ َﺀ ﺟﺎ ََﻤﺎ ِﺑ ُﺮﻭﺍ َﻔ ْﺪَﻛ َﻗ ِﺓَﻭ َ ّﺩ َﻮ َﻤ ْﻟ ِﺑﺍ ْﻢ ِﻬ ْﻴ َﻟ ِﺇ َُﻘﻮ ﻥ ْﻠ ُﺗ َﺀ َﻴﺎ ِﻟ ْﻭ َﺃ ْﻢ ُﻛ َ ّﻭ ُﺪ َّﻭﻱَﻭ ﻋ ِ ُﺪ َُﺬﻭﺍ ﻋ ِّﺘ ﺨ َ َﺗ َﻟﺎ ُﻨﻮﺍ َﻣ ﻦﺁ َِﺬﻳ َ ّﻟ َﻬﺎ ﺍ ُ ّﻳ َﺃ َﻳﺎ ۚ ِﺗﻲ ﺿﺎ َْﺮ َﺀَﻣ َﻐﺎ ِﺘ ْﺑ ِﻠﻲَﻭﺍ ِﺒﻴ ًَﺩﺍِﻓﻲ ﺳ َﻬﺎ ِْﻢ ﺟ ُﺘ َْﺮ ﺟ َْﻢ ﺧ ُﺘ ْﻨ ﻥُﻛ ِْﺇ ْﻢ ُﻜ ِ ّﺑ ِﻪَﺭ َ ّﻠ ﺏﺍﻟ ُِﻨﻮﺍ ِﻣ ْﺆ ُﺗ َْﺃ ﻥ ۙ ْﻢ ُﻛ ّﻳﺎ َ ِﺇ ﻝَﻭ َﺳﻮ ُّﺮ َ ﻥ ﺍﻟ َﺟﻮ ُِﺮ ُْﻳ ﺨ ِﺤ ّ ﻖ َْﻟ ﺍ
ِِﺒﻴ ﻞ ََﺀ ﺍﻟ ّ ﺴ َﻮﺍ َﻞ ﺳ َﺿ ّ َ ْﺪ َﻘ ْﻢَﻓ ُﻜ ْﻨ ُﻪِﻣ ْﻠ َﻌ ْﻔ َﻳ َْﻣ ﻦ َۚﻭ ْﻢ ُﺘ ْﻨ َﻠ َْﺃ ﻋ َﻣﺎ ْﻢَﻭ ُﺘ ْﻴ َﻔ َْﺃ ﺧ َﻤﺎ ِﺑ ُﻢ َﻠ َْﺃ ﻋ َﻧﺎ َﺃ ِﺓَﻭ َ ّﺩ َﻮ َﻤ ْﻟ ِﺑﺍ ْﻢ ِﻬ ْﻴ َﻟ ِﺇ َّﺮﻭ ﻥ ُ ُِﺗ ﺴ “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuhKu dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena ras kasih sayang; padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalanKu dan mencari keridaanKu (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secar rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa diantara kamu yang melakukannya, maka sungguh dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS: AlMumtahanah 60: 1).
ُﺴﺎ ﻥ َْﻧ ِﺈ ْﻟ َﻬﺎ ﺍ َﻠ َﻤ ََﻬﺎَﻭ ﺣ ْﻨ ﻦِﻣ َْﻘ َﻔ َْﺃ ﺷ َﻬﺎَﻭ َﻨ ْﻠ ِﻤ َْﻳ ﺤ َْﺃ ﻥ َْﻴ ﻦ َﺑ َﺄ ﻝَﻓ َِﺒﺍ ِْﻟ ﺠ ﺽَﻭﺍ ِ ْﺭ َﺄ ْﻟ ﺕَﻭﺍ َِﻭﺍ َﻤﺎ ََﻠﻰ ﺍﻟ ّ ﺴ ََﺔ ﻋ َﻧ َﻣﺎ َﺄ ْﻟ َﻨﺎ ﺍ َْﺮ ﺿ َّﻧﺎ ﻋ َ ِﺇ ًﻟﺎ ُﻬﻮ ًَﻣﺎ ﺟ ُﻠﻮ َﻥ ﻇ َُﻪَﻛﺎ َ ّﻧ ِﺇ ۖ “Sesungguhnya Kami telah tawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung namun semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.” (QS: Al-Ahzab 33: 72).
ًﺮﺍ ﺼﻴ َِﻧ ْﻢ ُﻬ َﻟ َﺪ َِﺗ ﺠ َْﻟ ﻦ ِﺭَﻭ ّﻨﺎ َ ﻦ ﺍﻟ َﻞِﻣ َِﻔ َْﺄ ﺳ ْﻟ ﻙﺍ ِْﺭ َ ّﺪ ﻦِﻓﻲ ﺍﻟ َِﻘﻴ ِﻓ َﻨﺎ ُﻤ ْﻟ ﻥﺍ َِﺇ ّ “Sungguh, orang-orang yang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seprang penolong pun bagi mereka.” (QS An-Nisa 4: 145).
ۗ ْﻢ ُﻬ ْﻨ ُﻪِﻣ َ ّﻧ ِﺈ ْﻢَﻓ ُﻜ ْﻨ ْﻢِﻣ ُﻬ َ ّﻟ َﻮ َﺘ َﻳ َْﻣ ﻦ َۚﻭ ٍ ْﻌ ﺾ َﺑ ُﺀ َﻴﺎ ِﻟ ْﻭ َﺃ ْﻢ ُﻬ ُْﻌ ﻀ َﺑ ۘ َﺀ َﻴﺎ ِﻟ ْﻭ َﺃ َٰﺭ ﻯ ﺼﺎ َّﻨ َ َﺩَﻭﺍﻟ ُﻬﻮ َﻴ ْﻟ ُﺬﻭﺍ ﺍ ِّﺘ ﺨ َ َﺗ َﻟﺎ ُﻨﻮﺍ َﻣ ﻦﺁ َِﺬﻳ َ ّﻟ َﻬﺎ ﺍ ُ ّﻳ َﺃ َﻳﺎ َِﻤﻴ ﻦ ِﻟ ﻈﺍ ََﻡ ﺍﻟ ّ ْﻮ َﻘ ْﻟ ِﺪﻱ ﺍ ْﻬ َﻳ َﻟﺎ َﻪ َ ّﻠ ﻥ ﺍﻟ َِﺇ ّ “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi
dan Nasrani sebagai teman setiamu; mereka satu sama lain msaling melindungi. Barangsiapa diantara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim.” (Q.S Al-Maidah 5: 51)
•ﻦ َﺤﻴ ِِﻟ ﺼا َﻦ اﻟ ّ َﻦِﻣ ََﻧ ّ ُﻜﻮ َﻨ َﻟ ﻦَو ََﻗ ّ َ ّﺪ ََﻨ ّ ﺼ َﻟ ِﻪ ِﻠ ْﻦَﻓ ﻀ َْﻧﺎِﻣ َﺗﺎ ﻦآ ِْﺌ َﻟ َﻪ َ ّﻠ َﺪ اﻟ َﻋﺎ ﻫ َﻦ ْﻢَﻣ ُْﻬ ْﻨ ِﻣ َو •ن َﺿﻮ ُِﺮ ْﻌ ﻢُﻣ ْﻫ ُْﻮاَو َ ّﻟ َﻮ َﺗ ِﻪَو ُﻠﻮاِﺑ ِِﻪَﺑ ﺨ ِﻠ ْﻦَﻓ ﻀ ْﻢِﻣ ْﻫ َُﺗﺎ ّﻤﺎ آ َ َﻠ َﻓ • ُﺑﻮن ِﺬ ْﻜ ُﻧﻮاَﻳ َﻤﺎَﻛﺎ ِﺑ ُهَو ُﺪو ََﻪَﻣﺎَو ﻋ َ ّﻠ ُﻔﻮا اﻟ َﻠ َْأ ﺧ َﻤﺎ ُﻪِﺑ َﻧ ْﻮ َﻘ ْﻠ ِمَﻳ ْﻮ ﻰَﻳ َٰﻟ ﻢِإ ِْﻬ ِﺑ ُﻠﻮ ًﻗﺎِﻓﻲُﻗ َﻔﺎ ﻢِﻧ ُْﻬ َﺒ َﻘ ْ ﻋ َﺄ َﻓ 75. dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang saleh. 76. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). 77. Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta. (Q.S At-Taubah 9 :75-77)
Hadits:
“Tanda orang munafik itu tiga apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji berdusta, dan jika dipercayai mengkhianati” (HR Al-Bukhari) “Dan apabila ia mengerjakan puasa dan shalat, ia menyangka bahwa dirinya
seorang muslim” (HR Muslim) ASBABUN NUZUL (QS: Al-Mumtahanah 60: 1) Diriwayatkan oleh Bukhari dan Musllim dari Ali r.a, dia berkata, bahwa ayat ini berkenaan dengan Hatib bin Abi Balta’ah yang membocorkan rahasia strategi perang Nabi saw. (Q.S Al-Maidah 5: 51) Ubadah bin ash-Shamit berkata, “Ketika Bani Qainuqa berperang mereka berpegang kepad Abdullah bin Ubay. Ubadah berjalan menghadap Rasulullah Saw. dan menyatakan bahwa dia tidak bergabung dalam sekutu mereka. Kemudaian salah seorang dari Bani ‘Auf bin Khajraj, datang kepada Rasulullah Saw. dengan mengaku lepas dari persekutuannya dengan orang-orang kafir” Maka turunlah ayat ini (H.R Ibnu Ishaq, Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, dan Baihaqi) (Q.S At-Taubah 9 :75-77) Ayat ini turun berkenaan dengan orang munafik, yaitu Nabtal bin al-Harits, Jadd bin Qais dan Mu’attib bin Qusyair. LANDASAN TEORI Apa itu nifak? Sebagaimana yang dikatakan Ibnu Katsir, nifak adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. Sementara itu, Ibnu Juraij mengatakan, “Orang munafik ialah orang yang omongannya menyelisihi tindaktanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidakadaannya” (‘Umdah At-Tafsir I/78). Dalam sejarah Islam, pada saat fase madinah selama 10 tahun. Terdapat beberapa kelompok pada masa itu, hingga kini. Kelompok tersebut adalah kelompok orang-orang kafir. Kedua terdapat kelompok orang-orang munafik. Ketiga, terdapat orang-orang muslim tapi bermaksiat, seperti sahabat yang berzinah, berbohong, dan mabuk. Orang-orang bariman dan berilmu. Dan yang paling berbahaya adalah orangorang munafik. Dalam Kitab At-Tauhid hlm. 20, Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan, “Orang-
orang munafik itu akan terus ada sepanjang masa. Apalagi tatkala kekuatan Islam nampak dan mereka benar-benar tidak bisa mengalahkannya. Saat itulah mereka memeluk Islam dengan tujuan memasang makar buat Islam dan orang-orang Islam dalam hati mereka.” Orang-orang munafik itu mereka selalu berpura-pura. Bukan hanya dihadapan manusia, dihadapan Allah pun mereka berpura-pura. Mereka menyembunyikan kekufurannya. Orang-orang munafik itu mudzadzab (plin-plan). Dia datang ke orang kafir dia mengatakan teman kalian, saat datang ke orang-orang mukmin pun dia mengatakan teman kalian. Kemunafikan ini semakin menjadi-jadi setelah masa berlalu. Bahkan Imam Malik pernah berkata, “Nifaq di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu zindiq di masa kita sekarang” (Dalil Al-Falihin II/494). Apa yang dikatakan Syaikh Shalih di atas memang benar-benar terjadi. Berapa banyak kita jumpai manusia yang mengaku dirinya muslim namun gerak-geriknya selalu mendukung langkah pihak-pihak kafir. Pernyataan-pernyataannya selalu menguntungkan orang-orang kafir dan menyakiti hati kaum muslimin. Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tiga sifat nifak, yaitu suka berdusta dalam berucap, ingkar janji, dan berkhianat padahal sudah diberi kepercayaan. Orang munafik jika diberi amanah harta akan menyelewengkannya. Amanah di sini mencakup banyak artian yang semuanya harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, tidak malah bertindak khianat. Di antara amanah yang Allah bebankan pada seluruh hamba-Nya yaitu senantiasa menjalankan agama ini. Amanah itu bukan hanya dalam bentuk materi, tapi segala bentuk yang kita janjikan untuk melaksanakannya. Pejabat
pemerintahan
juga
bertanggungjawab
atas
keamanan
dan
kemaslahatan masyarakat serta sejumlah tanggungjawab lainnya yang tidak bisa diremehkan. Seorang pejabat itu mestinya bertindak sebagai pelayan masyrakat, bukan malah merasa sebagai orang besar yang harus dihormati. Oleh karena itu, memegang tambuk kepemimpinan itu tidak mudah apalagi di negera besar seperti Indonesia. Tentu mengurus negara ini tidak semudah mengurus rumah tangga. Jika para pejabat tidak menunaikan amanah dengan baik padahal sudah dipercayai rakyat, bagaimana jika kelak di hari kiamat para pejabat itu dituntut oleh rakyat yang dahulu
mempercayakan amanah pada mereka. Celakalah ia. Selanjutnya nifak jenis kedua ialah nifak besar atau nifak yang berkaitan dengan keyakinan, yaitu apabila seseorang menampakkan keimanan dan keislaman namun menyembunyikan kekufuran dalam hati. Nifak jenis inilah yang ada di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat-ayat Al-Quran diturunkan mencela dan mengkafirkan mereka serta mengabarkan bahwa orang yang memiliki sifat ini akan dikembalikan ke dalam kerak api neraka. Orang munafik ialah seseorang yang mempunya ciri khas, yaitu tidak satunya kata dengan perbuatan, bermuka dua, laind di mulut lain pula di hati, tak mau berterus terang. Golongan semacam ini sangat berbahaya di dunia, ibaratkan musang berbulu ayam, sulit untuk mengetahui. Hanya tanda-tandanya saja dapat diketahui yaitu: kalau bicara selalu dusta, apa yang dikatakan tak sesuai dengan kenyataan dan bertentangan dengan kata hatinya, apabila berjanji tak pernah ditepati, selalu ingkar, pandai putar lidah kalau janjinya ditagih, dan orang semacam ini kalau diberi kepercayaan selalu meremehkan, mensia-siakan kepercayaan itu, selalu curang (khianat).
HIKMAH Hati memiliki peranan yang utama dalam menentukan baik buruknya sesuatu perbuatan yang kita lakukan, karena hati merupakan motor dan motivator dalam berebagai aktivitas yang dilakukan oleh diri manusia secara keseluruhan. Maka kewajiban kita adalah untuk meluruskan hati. Hati adalah benda yang berubah-ubah dan perubahannya itu lebih cepat daripada larinya seekor kijang. Manusia diberi dua potensi pada jiwanya. Ketakwaan atau kebaikan yang akan melahirkan sifat terpuji dan membawa pada keselamatan. Di sisi lain potensi kekufuran atau keburukan akan melahirkan sifat tercela dan membawa kepada kecelakaan, salah satunya adalah munafik. Seorang mulim sejati tentu sangat mewaspadai penyakit akut ini, hanya saja terkadang ia tidak menyadari bahwa ternyata ia telah terjangkit penyakit ini, terutama nifak yang bersifat lahiriah. Jika seseorang menerima amanah adalah seorang mukmin yang betul-betul komitmen dengan keimanannya, tentu tindakan-tindakan rendahan semisal
penyelewengan dana dan korupsi tidak akan pernah terjadi. Sebab, semakin kita dapati ada orang yang selalu menunaikan kewajiban dengan sempurna, maka berarti orang tersebut memiliki iman yang kuat. Sebaliknya, jika ada orang sembrono berbuat khianat, maka ketahuilah bahwa imannya sedang dalam bahaya. Minimal, imannya lemah. Jika ada orang yang merasa tubuhnya lemas saja segera mencari solusi agar dapat menguatkan stamina tubuhnya, tentu iman pun harus diperhatikan lebih ketat lagi jangan sampai loyo. Jika sampai lobet, maka kebinasaanlah baginya. Janganlah berteman dengan orang-orang munafik, karena termasuk dosa besar. Berhati-hatilah dengan sifat-sifat: dusta/berbohong, ingkar janji, dan khianat. Bila kita melakukan salah satunya, maka terddapat gejala kemunafikan dalam diri kita. Berkatalah dengan jujur, meski pahit itu lebih baik. Berusahalah menepati janji setiap kita berjanji. Jangan pernah mengkhianati amanah yang telah dipercayakan pada diri kita. Wallahu'alam. DAFTAR PUSTAKA 150 Hadits-Hadits Pilihan “Untuk Pembinaan Akhlak dan Iman”. Drs. H.A Mustapa. Al-Ikhlas. Surabaya. Indonesia. Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an”. K.H.Q Shaleh; H.A.A Dahlan. Prof. DR. H.M.D Dahlan. CV. Diponogoro. Bandung. 1993 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Syaikh Muhammad Ali Ah-Shabuni dan Asbabun Nuzul karya Imam Jalaludi As-Suyuti. Jabal. Bandung. Januari 2013. Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an & Hadits. Tim Baitu Kilmah. Kamil Pustaka. Jakarta. 2013 https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html Video kajian “Dosa Besar” : https://www.youtube.com/watch?v=BOGeqXpLD2I