TA’LIM MADANI 17 “Iman Kepada Nabi & Rasul Allah (meneladani Anbiya dan para Rasul Allah)” LANDASAN HUKUM (AL-Qur’an & Hadits) Bagaimana kita mengimani para Nabi dan Rasul? Seorang muslim beriman akan percaya bahwa Allah SWT telah memilih di antara umat manusia sejumlah nabi dan rasul sebagai utusanNya kepada umat manusia untuk menyampaikan syariat agama Allah, untuk menyelamatkan manusia dari perselisihan dan untuk mengajak manusia kepada kebenaran. Para Nabi dan Rasul Allah adalah seorang manusia yang Allah pilih karena kehsalehan yang terjaga dalam diri para Nabi dan Rasul, bahwa para Nabi dan Rasul memiliki kebiasaan yang sama seperti halnya manusia pada umumnya, mereka pernah merasa kesal, putus asa, marah, kecewa, bahagia, gelisah dam sifat sifat yang lainya. Namun para Nabi dan Rasul yang Allah pilih, mereka senantiasa kembali dan meminta pertolongan maupun petunjuk kepada Allah agar senantiasa kembali kepada jalan yang Allah Ridhoi. Maka, karena para Nabi dan Rasul Allah adalah sosok yang sama seperti manusia dan memiliki sifat seperti manusia pada umumnya, sudah sepantasnya kita meneladani atau mencontoh mereka dalam mentauhidkan dan mengesakan Allah, menjalani apa yang telah Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang, serta menyegerakan bertobat tatkala berbuat salah. Bukan hal mustahil kita sebagai manusia biasa mencontoh dan menjiplak prilaku para nabi dan Rasul Allah sebagai kebiasaan hidup yang benar, sehingga kita mampu menjadi hamba yang Allah Ridhoi. Berdasarkan firman Allah:
“Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan keapdanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan Rasul-rasulNya. (mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seoerang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul Nya,” dan mereka mengatakan : “Kami
dengar dann kami ta’at.” (mereke berdo’a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (Q.S Al-Baqarah 2: 285) “Katakanlah (Muhammad) ‘Taatilah Allah dan Rasul, jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Q.S Al-Imran 3: 32) “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendir, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S Al-Imran 3: 164) “….Barangsiapa
mentaati
Allah
dan
RasulNya,
niscaya
Allah
memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang Agung.” (Q.S An-Nisa 4: 13)
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Muhammad)….” (Q.S An-Nisa 4: 59) “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seizing Allah.” (Q.S An-Nisa 4: 64) “Aku mengutusmu menjadi Rasul pada segenap manusia….” (Q.S AnNisa 4:79)
“Dan tidaklah kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Q.S Al-An’am 6 : 48) “Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Thagut itu, maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah and ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S An-Nahl 16: 36) “Allah memilih utusan-utusanNya dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S Al-Hajj 22: 75)
“Dan juga mereka mendustakan kamu (sesudah kamu beri peringatan) maka sungguh telah didustakan pula rasul-rasul sebelum kamu. Dan hanya kepada Allahlah dikembalikan segala urusan dikembalikan.” (Q.S Fathir 35: 4) “Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadaamu agama yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya….” (Q.S As-Syura 42: 13) “Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka, orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (Q.S Al-Hadid 57 :7) Rasulullah bersabda:
“Semua ummatku akan masuk surga, kecuali yang menolak.” Ditanya, “Siapakah yang menolak, ya Rasulullah?” Jawab nabi, “Siapa yang mentaatiku akan masuk surga. Dan barangsiapa menentangku berarti ia menolak.” Hatim rah.a berkata, “Barangsiapa mengaku cinta Nabi saw tanpa mengikuti sunahnya, maka dia adalah pendusta.” (H.R Bukhari) “Barangsiapa berpegang teguh dengan sunahku pada jaman fasadnya umat ini. Maka akan mendapatkan pahala mati syahid.” (H.R Thabrani) Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: pernah pada suatu hari Nabi SAW bersama dengan para sahabat, kemudian malaikat jibril mendatanginya dan berkata : “Apa iman itu?” Nabi saw menjawab: “Iman adalah engkau percaya kepada Allah, malaikat-malaikatnNya, kitab-kitabNya, bertemu denganNya, utusan-utusanNya, dan engkau percaya kepada hari pembalasannya.” (HR. Bukhari)
ASBABUN NUZUL (Q.S Al-Baqarah 2: 285) Nabi saw bersabda: ‘Apakah kalian akan berkata’ : “Sami’na wa ashaina” seperti apa yang diucapkan oleh dua ahli kitab (yahudi dan nasrani) yang sebelum kamu? Ucapkanlah ‘sami’na wa atha’na ghufranaka rabbana wailaikal mashir’. Setelah dibacakannya kepada para sahabat dan terbiasakan lidahnya, turunlah ayat ini. Diriwayatkan oleh muslim dan lain-lainnya yang bersumber dari Abi Hurairah. Begitu juga diriwayatkan oleh Musilm dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas. (Q.S An-Nisa 4: 59) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini berekenaan dengan Abdullah bin Hudzafah bi Qais ketika diutus oleh Nabi Saw memimpin suatu pasukan. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan riwayat ringkas. Keterangan: menurut Imam ad-Dawudi riwayat tersebut menyalahkangunakan nama Ibnu Abbas, karena cerita mengenai Abdullah bin Hudzafah itu adalah sebagai berikut: “Disaat Abdulllah marah-marah pada pasukannya ia menyalakan unggun api, dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke dalamnya. Pad waktu itu sebgaian menolak dan sebagian lagi hamper menerjunkn diri ke dalam api.” Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa ayat ini dikhususkan untuk mentaati Abdullah bin Hudzafah saja, sedang pada waktu lainnya tidak. Dan sekiranya ayat ini sesudahnya, maka berdasrka hadits yang telah mereka ketahui, yang wajib ditaati itu ialah di dalam ma’ruf (kebaikan) dan tidak pantas dikatakan kepada mereka mengapa ia tidak taat.
LANDASAN TEORI Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa kabar gembira kepada umat manusia tentang kenikmatan abadi yang disediakan bagi mereka yang beriman dan memperingatkan mereka tentang akibat kekufuran (syirik). Mereka pun memberi teladan untuk bertingkah laku yang baik dan mulia bagi manusia, antara lain dalam bentuk ibadah yang benar, akhlak yang terpuji dan istiqamah (berpegang teguh) terhadap ajaran Allah SWT. Kita meneladani para Nabi dan Rasul sebelum Muhammad SAW dari
keteguhan mereka dalam mengimani Allah, kita belajar dari Nabi Adam yang menyegerakan diri bertobat kepada Allah tatkala mendapat bujukan syaithan sehingga Nabi Adam Allah berikan peringatan serta balasan atas apa yang Nabi Adam lakukan, kemudian kita belajar dari Nabi Ayub yang mampu bersabar atas ujian yang Allah berikan kepadanya, mulai ujian diberikan penyakit, kemudian anak-anaknya satu persatu Allah ambil, usaha yang mulai menyusut, sampai ditinggal oleh pegawainya. Ketika sudah 18 tahun Allah berikan ujian kepada Nabi Ayub, Istri Nabi Ayub meminta untuk berdoa kepada Allah agar disembuhkan dari penyakitnya, namun Nabi Ayub menolaknya karena merasa malu akan nikmat allah yang diberikan kepadanya yang sangat banyak. Sampai Allah berikan ujian kepada Nabi Ayub yang sudah 20 tahun dan Nabi Ayub berdoa kepada Allah dengan kata kata yang sangat santun kepada Allah “Ya Tuhanku sungguh aku telah ditimpa penyakit, padahal engkau Tuhan yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang” (Q.S Al Anbiya: 83)dengan Izin Allah Nabi Ayub pun sembuh, dan Nabi Ayub diberikan nikmat 2 kali lipat dari kenikmatan yang Allah beri sebelum Nabi Ayub sakit dengan mengembalikan ladang usahanya, mengaruniai Anak yang lebih dari sebelumnya dan Allah berikan lebih karena kesabaranya dan keyakinanya kepada Allah tanpa musrik sedikitpun. Kemudian kita belajar dari nabi –nabi lain yang Allah lebihkan dirinya karena keistimewaan yang dimiliki oleh para Nabi tersebut. Sampai sosok Muhammad Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam dengan keindahan sikapnya dan sosok yang sangat mengagumkan. Karena itulah iman kepada para Rasul berarti mempercayai bahwa Allah telah memilih di antara manusia menjadai utusan-utusanNya dengan tugas risalah kepada manusia sebagai hamba-hamba Allah dengan wahyu yang diterimanya dari Allah swt untuk memimpin manusia ke jalan yang lurus dan untuk keselematan dunia dan akhirat. Semua nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad Saw, diutus Allah untuk suatu bangsa tertentu (baik satu atau beberapa generasi dari suatu bangsa) dan untuk suatu periode tertentu. Daerah atau wilayah dakwah dari seorang nabi serta masa berlaku syariatnya pun terbatas sampai datangnya
rasul penggantinya. Semua nabi dan rasul, risalah dakwah mereka terbatas dan bersifat local, kecuali risalah dakwah Nabi Muhammad Saw. yang bersifat univerasal. Tentang ke-universal-an risalah Nabi Muhammad Saw, Allah swt telah menegaskat dalam Al-Qur’an. Nabi-nabi lainnya yang hanya diutus untuk kaumnya saja, karena kadang terdapat dua atau tiga nabi dalam satu periode, seperti nabi Musa, nabi Harun dan nabi Syu’aib, diutus dalam satu periode yang sama. Ada lima orang nabi yang mendapatkan gelar ulul al azmi yaitu Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s, dan Nabi Muhammad saw. untuk mengetahui kisah para nabi secara rinci, silahkan baca al-qur’an dalam surat-surat yang memuat kisah mereka secara khusus. Nabi Muhammad itu adalah penutup para nabi dan tidak ada lagi nabi setelahnya. Lain halnya dengan keyakinan orang-orang Ahmadiyah, yang meyakini ada lagi nabi setelah nabi Muhammad, yaitu Gulam Mirza Ahmad, bahkan mempunyai kitab suci tersendiri yaitu At-Tadzkirah. Di samping umat islam diwajibkan percaya kepada kenabian dan kerasulan Muhammad saw. umat islam juga wajib percaya bahwa Nabi Muhammad saw adalah khatamun nabiyyin wal mursalin (penutup para nabi dan rasul). Di kalangan umat islam sejak sahabat hingga kini, bahkan sampai akhir jaman nanti, wajib mentaati konsensus bahwa nabi dan rasul penutup (akhir) adalah Muhammad saw., sehingga tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya sampai hari kiamat. Kehadiran Nabi Muhammad sebagai rasul Allah telah disampaikan dalam kitab Taurat dan injil, baik namanya atau sifat-sifatnya. Nabi memiliki sifat shiddiq (jujur), tabligh (menyampaikan risalah), Amanah (bertanggung jawab), dan Fathanah (cerdik dan pandai). Allah telah melebihkan para rasul diantara yang satu dengan yang lainnya dan diberikan mukjizat sesuai dengan tuntutan zamannya. Apabila seseorang itu sudah beriman kepada sebagian rasul, sedang kepada sebagaian rasul yang lain ia tidak beriman atau dengan kata-kata lain bahwa
orang
itu
membeda-bedakan
dalam
keimanannya
keseluruhan rasul Tuhan itu, maka ia adalah jelas menjadi orang kafir.
terhadap
HIKMAH Seorang nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak. Allah swt tidak akan merugikan hambaNya yang mengerjakan kebaikan walaupun sedikit, tapi akan diberinya pahala yang berlipat ganda atas kebaikannya itu. Allah menggambarkan pula bagaimana keadaan manusia nanti kalau mereka berhadapan dengan saksi-saksi mereka. Saksi mereka adalah nabinabi mereka. Pada waktu itulah dapat diketahui siapa yang sebenarnya pengikut Nabi dan siapa yang hanya pengakuannya saja yang mengikuti nabi, tapi amal perbuatannya mendurhakai nabi. Maka, siapa yang telah disaksikan oleh nabinya bahwa dia betul-betul telah mengikui Rasulullah saw, maka orang itu termasuk orang yang beruntung. Bila nabinya berlepas diri dari meerka, karena amal perbuatannya dan kepercayaannya tidak sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah saw. maka mereka termasuk orang merugi. Nabi Muhammad saw akan menjadi saksi bagi umat islam nanti dan bagi semua manusia. Perlu disadari bahwa seorang Rasul (tidak terkecuali yang manapun), tidak ikut mencampuri ketentuan perputaran alam semesta ini, yakni bahwa rasul itu tidak ada yang dapat memberikan kemanfaatan ataupun bahaya, tidak pula memberikan bekas, kesan, ataupun pengarauh apa saja terhadap sesuatu yang telah dikehendaki oleh Allah swt, bahwak tidak ada pula Rasul yang dapat memaklumi hal-hal yang ghaib, melainkan sekedar telah dikehendaki oleh Allah swt untuk memberitahukan dan menunjukkannya. Maka kita tidak boleh mengingkari seorang pun dari Rasul-rasul utusan Allah. Pengingkaran kepada seorang Rasul sama dengan pengingkaran kepada mereka seluruhnya. Jika tidak ingin dikatakan sebagai orang kafir. Zaman terus berjalan, kebudayaan manusia makin maju hingga dunia makin terbuka luas. Di balik itu perkembangan moral menunjukkan garis gragik
menurun.
Dekadensi
jiwa
masyarakat
dikarenakan
terjadinya
penyelewengan besar-besaran terhadap ajaran-ajaran murni dari Rasul-rasul terdahulu. Manusia telah meninggalkan aqidah tauhid yang benar, digantikan
dengan syirik. Penyembahan kepada Allah digantikan atau ditambahkan dengan penyembahan kepada patung-patung. Manusia telah jauh dari jalan Tuhan, meerka lalu hidup dalam kesesatan dan jahiliyah. Diutusnya Nabi Muhammad saw menyelamatkan manusia dari bencana kehancuran yang laksana telah berada di tepi jurang. Faktor-faktor kehadiranNya telah ada nubuatnya (telah diramalkan) dalam kitab taurat. Itulah suatu perbedaan sekaligus kemuliaan dan karunia yang besar bagi umat akhir jaman ini. Dimana umat ini kita semua menjadi wakil-wakil dan para penerus Rasulullah saw dalam menjalankan risalahnya untuk mengajak manusia kepada surge dan menjauhkan mereka dari neraka. Yakinkah anda, bahwa Nabi Muhammad itu adalah nabi yang diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya? Jika yakin, sudah sejauh mana anda mengikuti jejak langkahnya? Semoga Allah menuntun kita menuju jalan yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Aamin. Tujuan pokok dan utama dari dibangkitkannya rasul-rasul itu oleh Allah swt ialah untuk mengajak ummatnya hanya beribadah kepada Allah swt serta menegakkan agamaNya. Ajaran-ajaran yang luhur itu tidak mungkin dapat dicapai oleh seseorang hanya dengan menggunakan akal fikirannya sendiri saja, tetapi barulah dapat diperoleh dengan belajar dan menyelidiki serta mentaati wahyu Allah swt yang diberikan kepada Rasul-Rasulnya. Wallahu'alam.
DAFTAR PUSTAKA Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an”. K.H.Q Shaleh; H.A.A Dahlan. Prof. DR. H.M.D Dahlan. CV. Diponogoro. Bandung. 1993 Aqidah Islam “Pola Hidup Manusia Beriman”. Sayid Sabiq. CV. Diponogoro. Bandung. 2005 Ensiklopedia Pengetahuan Al-Qur’an & Hadits. Tim Baitu Kilmah. Kamil Pustaka. Jakarta. 2013 Lelaki Shalih “Imanniyah & Ibadah”.A. Abdurrahman Ahmad. Pustaka Nabawi. Cirebon.2000 Pokok-Pokok Ilmu Tauhid. Jilid Pertama. A.Zakaria. Ibnazka Press. Garut. 2005