TA’LIM MADANI 24 “Hal-Hal Yang Merusak Iman – Khianat”
LANDASAN HUKUM (AL-Qur’an & Hadits) Khianat termasuk sifat yang buruk (akhlaq madzmumah) yang harus dihindari, dijauhi, dan ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman. Orang muslim itu dekat dengan kebaikan dan jauh dari keburukan.
ًﻠﺎ ِﺒﻴ َُﻪ ﺳ َﻟ َﺪ َِﺗ ﺠ َْﻠ ﻦ ُﻪَﻓ َ ّﻠ ﻞ ﺍﻟ ِِﻠ ُْﻳ ﻀ َْﻣ ﻦ َۚﻭ ِﺀ َﻟﺎ ُﺆ ٰﻰ َﻫ َٰﻟ ِﺇ َﻟﺎ ِﺀَﻭ َﻟﺎ ُﺆ ٰﻰ َﻫ َٰﻟ ِﺇ َﻟﺎ َِﻟ ﻚ ٰﻦ َﺫ َْﻴ َﺑ َِﺑﻴ ﻦ َﺬ ْﺑ َﺬ ُﻣ “Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara demikian (iman atau kafir): tidak
masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan emndapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (Q.S An-Nisa 4: 143)
َُﻤﻮ ﻥ َﻠ ْﻌ َﺗ ْﻢ ُﺘ ْﻧ َﺃ ْﻢَﻭ ُﻜ ِﺗ َﻧﺎ َﻣﺎ َﺃ ُﻧﻮﺍ ﺨﻮ َُﺗ ﻝَﻭ َﺳﻮ ُّﺮ َ َﻪَﻭﺍﻟ َ ّﻠ ُﻧﻮﺍ ﺍﻟ ﺨﻮ َُﺗ َﻟﺎ ُﻨﻮﺍ َﻣ ﻦﺁ َِﺬﻳ َ ّﻟ َﻬﺎ ﺍ ُ ّﻳ َﺃ َﻳﺎ “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sdang kamu mengetahui.” (Q.S Al-Anfal 8 : 27)
ٍﺭ ُﻔﻮ ﻥَﻛ ٍّﻮﺍ َ َﻞ ﺧ َﺐُﻛ ّ ُﺤ ّ ُِﻳ َﻟﺎ َﻪ َ ّﻠ ﻥ ﺍﻟ َِﺇ ّ ۗ ُﻨﻮﺍ َﻣ ﻦﺁ َِﺬﻳ َ ّﻟ ﻦﺍ ِﻋ َُﻊ ِﻓ َﺪﺍ ُﻳ َﻪ َ ّﻠ ﻥ ﺍﻟ َِﺇ ّ “Sesungguhnya Allah membela orang yang beriman. Sungguh, Allah tiadk
menyukai setiap orang yang berkhianat dan kufur nikmat.” (Q.S Al-Hajj 22: 38)
ًﻤﺎ ِﺛﻴ َﺃ ًﻧﺎ ّﻮﺍ َ َﻥ ﺧ َﻦَﻛﺎ ْﺐَﻣ ُﺤ ّ ُِﻳ َﻟﺎ َﻪ َ ّﻠ ﻥ ﺍﻟ َِﺇ ّ ۚ ْﻢ ُﻬ َُﻔ ﺴ ْﻧ َﺃ َُﻧﻮ ﻥ َﺘﺎ َْﻳ ﺨ َِﺬﻳ ﻦ َ ّﻟ ﻦﺍ ِﻋ َﻝ ِْﺩ ﺠﺎ َُﺗ َﻟﺎ َﻭ “Dan
janganlah kamu berdebat untuk (membela) orang-orang yang
mengkhianati dirinya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat dan bergelimang dosa.” (Q.S An-Nisa 4 : 107)
َِﻨﻴ ﻦ ِﺋ ﺨﺎ َْﻟ ﺐﺍ ُﺤ ّ ُِﻳ َﻟﺎ َﻪ َ ّﻠ ﻥ ﺍﻟ َِﺇ ّ ۚ ٍﺀ َﻮﺍ َﻰ ﺳ َٰﻠ َْﻢ ﻋ ِﻬ ْﻴ َﻟ ِﺇ ْﺬ ِﺒ ْﻧ ًﺔَﻓﺎ َﻧ َﻴﺎ ٍِﻡ ﺧ ْﻮ ﻦَﻗ ْﻦِﻣ ََﻓ ّ ﺨﺎ ََﺗ ّﻣﺎ َ ِﺇ َﻭ “Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari
suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.” (Q.S Al-Anfal 8 : 58)
ًﻤﺎ ﺼﻴ ِﺧ َﻦ َِﻨﻴ ِﺋ ﺨﺎ َْﻠ ِﻟ ُْﻜ ﻦ َﺗ َﻟﺎ ﺍَۚﻭ ُﻪ َ ّﻠ ﻙ ﻟ ََﺭﺍ َﺃ َﻤﺎ ِﺑ ِّﻨﺎ ﺱ َ ﻦ ﺍﻟ َْﻴ َﺑ َﻢ ُﻜ َْﺘ ﺤ ِﻟ ِﺤ ّ ﻖ َْﻟ ِﺑﺍ ََﺘﺎ ﺏ ِﻜ ْﻟ ﻚﺍ َْﻴ َﻟ ِﺇ َﻨﺎ ْﻟ َﺰ ْﻧ َﺃ ّﻧﺎ َ ِﺇ “Sungguh, kami telah menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad)
membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena, (membela) orang yang berkhianat.” (Q.S An-Nisa 4: 105)
ٌﻢ ِﻜﻴ ٌَﻢ ﺣ ِﻠﻴ َُﻪ ﻋ َ ّﻠ َۗﻭﺍﻟ ْﻢ ُﻬ ْﻨ ﻦِﻣ ََﻜ ْﻣ َﺄ ﻞَﻓ ُْﺒ ﻦَﻗ َْﻪِﻣ َ ّﻠ ُﻧﻮﺍ ﺍﻟ ﺧﺎ َْﺪ َﻘ ﻚَﻓ ََﺘ َﻧ َﻴﺎ ُِﺪﻭﺍ ﺧ ِﺮﻳ ُﻳ ِْﺇ ﻥ َﻭ “Tetapi jika mereka (tawanan itu) hendak mengkhianatimu (Muhammad) maka
sesungguhnya sebelum itu pun mereka telah berkhianat kepada Allah, maka Dia memberikan kekuasaan kepadamu atas mereka. Allah Maha mengetahui, Mahabijaksana.” (Q.S Al-Anfal 8: 71)
َُﻤﻮ ﻥ َﻠ ُْﻳ ﻈ َﻟﺎ ْﻢ ُﻫ ﺖَﻭ َْﺒ َﺲَﻣﺎَﻛ ﺴ ٍْﻔ َﻧ ُﻰُﻛ ّ ﻞ ّٰﻓ َ َﻮ ُﺗ َ ّﻢ ُﺛ ۚ ِﺔ َﻣ َﻴﺎ ِﻘ ْﻟ َﻡ ﺍ ْﻮ َﻳ َﻏ ّ ﻞ ََﻤﺎ ِﺑ ِْﺄ ﺕ َﻳ ُْﻠ ﻞ ْﻐ َﻳ َْﻣ ﻦ َۚﻭ َُﻐ ّ ﻞ َﻳ َْﺃ ﻥ ٍِﺒ ّ ﻲ َﻨ ِﻟ ََﻣﺎَﻛﺎ ﻥ َﻭ “Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan diiberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.” (Q.S Ali-Imran 3: 161) Hadits:
“Tunaikanlah amant itu kepada orang yang telah mempercayaimu dan janganlah kamu berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu.” (H,R Ashabu AsSunan) “Setiap pengkhianat akan dipasangkan bendera untuk pengkhianatannya pada
hari kiamat kelak.” (H.R Bukhari dan Muslim) “Setiap pengkhianat akan dipasangkan bendera untuknya pada hari kiamat, akan ditinggikan sesuai dengan kadar pengkhianatannya. Ketahuilah, tidak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan amir atau pemimpin rakyat banyak.” (H.R Muslim) “Berpeganglah dengan nama Allah fisabilillah, perangilah orang yang kafir kepada Allah, berperanglah dan jangan mengkhianati harta ghanimah dan jangan berkhianat…” (H.R Muslim) “Tidak ada iman bagi yang tidak memiliki sifat amanah. Dan, tidak ada agama bagi yang tidak menepati perjanjian.” (H.R Ahmad) “Rasulullah saw pernah berdo’a, ‘Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari rasa
lapar, karena lapar merupakan seburuk-buruk pendamping. Dan aku berlindung kepadaMu dari sifat khianat (yaitu tidak menunaikan amanat Allah dan manusia), karena khianat merupakan seburuk-buruk perangai.’” (H.R Abu Daud An-Nasa’I dan Ibnu Majah)
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam: Jika berkata ia berdusta, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat.” (H.R Bukhari dan Muslim)
ASBABUN NUZUL (Q.S Al-Anfal: 27) Sa’id bin Mansur dan lain-lain meriwayatkan dari Abdullah bin Qatadah, ia berkata, “Ayat ini turun tentang Abu Lubabah bin Abdul Mundzir. Pada waktu terjadai perang Bani Quraizhah, ia ditanya oleh Bani Quraizhah, ‘Bagaimana keputusannya nanti?’ Ia mengisyaratkan kea rah tenggorokannya, yang berarti bahwa keputusan Rasulullah Saw nanti adalah menyembelih mereka semua. Maka turunlah ayat ini. Abu Lubabah mengatakan, ‘Selagi masih di tempat, aku pun menyadari bahwa aku telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya.” (Q.S Al-Anfal 8 : 58) Ibnu Syihab berkata, “Jibril menemui Rasulullah Saw, kemudian berkata, ‘Aku telah meletakkan senjata tetapi masih ada tuntutan untuk menghadapi satu kaum. Berangkatlah, sesungguhnya Allah memberikan izin kepadamu untuk menyerah Bani Quraizah.” Maka turunlah ayat 58 (H.R Abu Syaikh) (Q.S Ali-Imran 3: 161) Ibnu Abbas berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan permadani merah (salah satu hasil rampasan perang) yang hilang pada saat Perang Badar, sebagian orang berkata, ‘Semoga aja diambil oleh Rasulullah saw’. Lalu turunlah ayat 161. (H.R Abu Dawud dan Tirmidzi) (Q.S An-Nisa 4 : 105/107) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Busyair bin Al-Harts membongkar gudang Rifa’ah bin Zaid (paman Qatadah bin Nu’man) dan mencuri makanan serta dua perangkatan baju besi. Qatadah mengadu kepada Nabi Saw tentang peristiwa itu yang kemudian tidanyakan kepada Busyair oleh Nabi Saw akan tetapi ia mungkir, malah menuduh Labib bin Sahl seorang bangsawan lagi hartawan. Maka turunlah ayat ini menerangkan bahwa Busyair bendusta sedang Labib seorang yang bersih. Diriwayatkan oleh ibnu Sa’ad di dalam kitab at-Thabaqat dengan sanadnya yang bersumber dari Mahmud bin Labib. Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa ayat ini turun sebagai teguran kepada Nabi saw, berkenaan dengan pembelaannya terhadap Bani Ubairiq. Setelah itu Rasulullah saw membawa sendiri senjata yang hilang itu dan menyerahkannya
kepada Rifa’ah, sedang Busyair menggabungkan diri dengan kaum musyrikin dan menumpang pada Sullafah binti Sa’ad. Diriwayatkan oleh At-Tarmidzi dan al-Hakim dan lainnya yang bersumber dari Qatadah bin an-Nu’man. Menurut al-hakim hadits ini shahih berdasarkan syarat Muslim. (Q.S Ali-Imran 3: 161) Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut berkenaan dengan hilangnya sehelai permadani merah (ghanimah yang belum dibagikan) di waktu perang Badr. Berkatalah beberapa orang yang ada : “Barangkali Rosulullah yang mengambilnya”. Ayat ini turun sebagai bantahan terhadap tuduhan tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi yang bersumber dari Ibnu Abbas. Menurut Tirmidzi hadits ini hasan.
LANDASAN TEORI Khianat artinya mengingkari tanggung jawab, berbuat tidak setia atau melanggar (mengingkari) janji yang telah dibuat. Secara luas, khianat berarti mengingkari tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya, baik datangnya dari orang lain maupun dari Allah SWT. Khianat ini muncul karena adanya dorongan untuk mendapatkan keuntungan peribadi dengan mengorbankan sahabat, kelompok seperjuangan atau negara. Selain itu, khianat juga biasanya muncul karena ingin mendapatkan keuntungan pribadi yang banyak dengan jalan pintas. Dalam hadits diatas memerintahkan kita untuk menunaikan amanat dan melarang kita berkhianat. Ada juga hadits lain yang menyatakan bahwa salah satu dari ciri (tanda) orang munafik adalah berkhianat. Amanah dan khianat adalah dua sifat dan perilaku yang antagonistic dan bertentangan satu dengan yang lainnya, yang banyak diungkapkan di dalam Al-Qur’an maupun di dalam hadits Nabi Saw. Ciri-ciri orang yang berkhianat diantaranya: seseorang menghiasi orang lain dengan keburukan, kejahatan, atau kerusakan agar orang tersebut terjerumus ke dalamnya. Memperlihatkan zahirnya yang baik dan menyembunyikan batinnya yang buruk atau rusak. Memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang disembunyikan dan dirahasiakannya sebagai bentuk penipuan. Sengaja hendak merusak hartanya, istrinya, anaknya, pembantunya, ataupun temannya dengan cara memfitnah dan mengadu domba. Berjanji untuk menjaga harta, jiwa, atau menyimpan rahasia, tapi kemudian ia mengkhianatinya. Diantara akibat yang ditimbulkan oleh penyakit khianat antara lain adalah:
merugikan diri sendiri dan orang lain, tidak akan dipercaya orang, menghancurkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, dibenci Allah swt dan RasulNya serta kelak apabila meninggal dunia masuk neraka.
HIKMAH Jika sifat amanah pada suatu bangsa hilang dan diganti dengan sifat khianat, masyarakat dan bangsa itu beserta para pemimpinnya akan menjadi bangsa yang munafik. Khianat merupakan penyakit yang sangat berbahaya, baik bagi diri penderitanya maupun bagi masyarakat dan bahkan negaranya. Seorang muslim tunduk kepada Allah dengan prinsip saling menasihati, dan hidup di atas prinsip tersebut. Sehingga, ia tidak boleh menipu atau mengkhianati orang lain. Menipu, berbohong, dan berkhianat merupakan sifat-sifat buruk dan tercela. Dan seorang muslim tidak boleh menjadikan hal-hal tercela sebagai akhlak dan kepribadiannya dalam kondisi apa pun. Sebab, kesucian jiwa yang didapat dari keimanan dan amal saleh sangat bertentangan dengan akhlak tercela ini, yang tidask ada kebaikannya sama sekali. Seorang muslim yang menjauhi penipuan, kebohongan, serta pengkhianatan, berarti ia menaati Allah dan RasulNya. Sebab, ketiga sifat ini telah diharamkan dalam kitabullah dan As-Sunnah.
DAFTAR PUSTAKA Asbabun Nuzul “Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an”. K.H.Q Shaleh; H.A.A Dahlan. Prof. DR. H.M.D Dahlan. CV. Diponogoro. Bandung. 1993
Ensiklopedia Pengetahuan AlQur’an & Hadits. Tim Baitu Kilmah. Kamil Pustaka. Jakarta. 2013 Minhajul Muslim “Pedoman Hidup Harian Seorang Muslim”. Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairy.Ummul Qura. Jakarta. 2014 Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir. Syaikh Muhammad Ali AhShabuni dan Asbabun Nuzul karya Imam Jalaludi AsSuyuti. Jabal. Bandung. Januari 2013.