t
EFISIENSIDAN PEMERATAAN PENDAPATAN: SUATU I(AJIAN NORMATIF SINGI(AT
I I T
Oleh: Bambang Prijambodo* ?.t
^/
L l. /
'>-/ c'{ :"l;,
/
\.'
. ....'..::'v
A.
PENDAHULUAN
I
t I
t I I I I I
t I I T I I I
Pandangan yang sangat mementingkan efisiensi umumnya kurang sependapatdengan redistribusi pendapatan apabila dengan langkah tersebut justru akan menurunkan kirreria perekonomian atau mengakibatkan barryak sumber daya pembangunan yang hilang. Sementara itu pandangan yang memperjuangl€n keadilan umumnya bersikukuh bahwa pemerataan pendapatan lebih perrting dari sekedar efisiensi perekonomian sehingga distribusi pendapatan yang adil dan merata harus dicapai meskipun kadang kala hams dibayar dengan efisiensiyang lebih rendah. Perbedaan pandangan di atas bukanlah hal yang baru lagi dan bahkan sudah berkembang sejak timbulnya pemikiran ekonomi modern yang dipelopori oleh Adam Smith pada akhir abad ke-18. Dalam dinamika pembangunan, efisiensi dan perlu pemerataan memang tidak dipertentangkan karena keduanya merupakan sasaranyang sangat strategis dan sama pentingnya.Namun dari tinjauan normatif, kedua sasarantersebut tetap perlu dikaji secara mendalam apakah penekanarr salah satu sasaran akan mengurangi efektivitas pencapaiansasaranlainnya. Bagaimanapundistribusi pendapatanyang sangat timpang merupakan salah satu alasan pokok agar pemerintah ikut campur tangan di dalam perekonomian. Di samping alasan tersebut, terdapat paling tidak tuluh alasan lain yang menuntut pemerintah untuk melakukan intervensi, vaitu: (a) kegagalan pasar untuk bersaing sempurna, (b) kelangkaan komoditi publik (yntltlicgoods),(c) timbulnya eksternalitas dalam perekonomian, (d) ketidaldengkapan pasar (incontplete market), (e) ketidalcsempurnaaninfbrmasi (in4terfectinfornmtion), (0 tingkat pengangguran yang tirrggi, inflasi yang krorris darr ketidakseimbanganekonomi yang permanen, serta (g) pengadaan meritgootls.l *
St"f Biro Moneter dan I(euangan negara,BAPPENAS. I Lil'rat Prijanrbodo. I996a.I(enapa Pemerintah Hanrs Ikut Caurpur Tangan Dalarn Perekonornian?
T Ir I I I I I
t I I I
2
Debat antara efisiensi dan pemerataan dapat dikaji dengan norruative atau positive analysis. IGjian normatif didalami melalui disiplin welfare economics. Sepanjang yang penulis pernah pelajari, disiplin ini termasuk salah satu disiplin yang cukup sulit untuk dipahami. Pertama, ia mencakup semua esensi pokok dari teori elconomi mikro yang kadang kala sangat mekanistik. Itupun hanya untuk memahami efisiensi perekonomian saja. I(ed ua, welfare economics juga mengakomodasi cabang disiplin ilmu lainnya seperti politik, etik, serta moral. I(aitan dengan disiplin ilmu lain yang erat tersebut menuntut setiap orang yang menekuni disiplin ini untuk menggunakan kacamata hati deng"ti i.tt.t.,g".t pemikiran yang dalam. I(etiga, welfare economicsadalah disiplin yang berkembang dalam perspektif normarif yang umumnya berakhir dengan suatu solusi yang sangat ideal atau the firsi ttti soluttott.Sasaran yang amat ideal bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Seringkali pengambil l<eputusanharus menerima pilihan l<ed.ua,ketiga, alau bahkan pilihan-pilihan lain yang hirarkhinya lebih rendah. Saya pribadi merasa bahwa kapasitas saya masih jauh dalam mengungkap pilihan-pilihan sosial (socialchoice)dan keadilan. Tapi semangar profesionalismemendorong saya dengan segalaketerbatar"t't y"r,g ada untuk mengulastopik ini. Tulisan ini terutama akan membahas substansi dari efisiensi dan pemerataan pendapatan sepenuhnya dengan kacamata normatif.2 Dengan analisa normatif akan ditunjuld
I I
I I
2 Tanp" mengesampingkan bahwa aspek positif juga tidak kalah penting untuk terus dikaii. Positivc analysis antara lain urengkaji langkah-langkah konkrit harus ditertrpuh penreriniah dengan segala keterbatasan yang dinrilikinya, I,.g konsekuensi dari Program-prograrn pemerintah termasuk analisa t.nt"rrg berbagai interest politik yang terlibat di dalaurnya, serra kemungkinan timbulnya govcrnnrent faihtre selama pelaksanaan suatu program.
I I I I I I I I I I I I I I
t I I I I I I
3 contoh dalam tulisan ini akan mengambil bentuk perekonomian paling sederhana di mana hanya ada dua individu (A dan B), dua komoditi yang diproduksi, diperdagangkan, dan dikonsumsi (X dan Y), dan dua faktor produksi yaitu modal (l() dan tenaga/jam kerja (L). I(esemuanya dimaksudkan untuk memberi pemahaman yang cepat bagi pembaca. Pada bagian akhir disajikan appendiks mengenaigeneralequilibriumanalysis.
B.
PENGERTIANEFISIEN
Perekonomian sangat sederhana dapat terbentuk apabila barang dan iasa yang dihasilkan oleh produsen dibeli oleh konsumen, diproduksi dengan menggunakan faktor-f'aktor produksi, dan dibiayai dengan tabungan masyarakat. I(esemuanya ini dihubungkan oleh harga yang tercipta baik di pasar barang dan iasa, pasar tenaga kerja (upah pekerja), maupun pasar uang dan modal (interestdan rental rate). Pengertian efisiensi perekonomian dapat ditemukan pada teori ekonomi mikro dalam analisa general comytetitiveequilibriurn. Secara singkat perekonomian dikatakan efisien apabila ia telah mencapai Pareto oTttirttunt atau Pareto fficiengt, yaitu suatu kondisi di mana tidak dimungkinkan lagi untuk meningkatkan manfaat satu pelaku ekonomi tanpa mengakibatkan pelaku ekonomi lain dirugikan. Pareto oTttirnum mempunyai beberapa ciri pokok. Pertama, semua sumber daya perekonomian yang ada telah dimanf-aatkan sehingga perekonomian senantiasa berada dalam frontier ecnnonxy.Apabila masih terdapat sumber daya perekonomian yang belum dimanf-aatkanberarti masih ada peluang untuk meningkatkan manfaat bagi satu pelaku ekonomi tanpa harus merugikan pelaku ekonomi lainnya. I(edua, dalam kaitan dengan social welfare,Pareto oyttinturndicirikan sebagaitingginya semangar rivalitas sehingga perilaku ekonomi bersaing sangat sempurna dan identik dengan perilaku yang individualistik. I(etiga, bebas dari pengaruh distorsi, eksternaliras,dan pengaruh-pengaruh lain yang dapat mempengaruhi alokasi sumber daya ekonomi yang efisien. Secara sangat sederhana generalequilibriur,ndalam pasar yang bersaing semPurnaterjadi dengan mekanisme pengambilan keputusan sebagaiberikut. Pertama, masing-masing individu dengan keterbatasan pendapatan yang dimilikinya berusaha memaksimalkan kepuasan (utilitas) dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Secara agregat perilaku konsumsi ini akan mendorong timbulnya permintaan di pasar barang dan jasa. I(edua, berdasarkansignal pasar tersebut, produsen akan berusaha untuk memenuhi
I 4
t I I I I I I I I
t I
perrnintaan pasar. Dengan motif untuk memaksimalkan keuntungan, maka produsen akan menentukan tingkat outyrutdengan memilih kombinasi faktorfaktor produksi berdasarkan pembatas teknologi yang dimilikinya. I(etiga, permintaan dan penawaran secaraagregat ini akan menentukan harga barang dan jasa di pasar. Apabila terdapat excess demand atau excess supply di pasar, ketidakseimbangan ini akan dikoreksi dengan mekanisme Walrasian (the rule of one price) sehingga perekonomian secara keseluruhan akan kembali pada posisi keseimbanganumum. Dengan tiga kronologis singkat tersebut, pengertian efisien dalam kerangka Pareto optimurn akan tercipta apabila: (a) produksi dalam kondisi efisien, (b) pertukaran (exchange) dalam kondisi efisien, (c) pasar barang dan jasa dalam kondisi efisien, serta (d) struktur pasar adalah bersaing sempurna.3 Berikut adalah uraian singkat mengenai efisiensi dari keempat syarat di atas.
l.
Efisiensi Produksi
Produksi dikatakan efisien apabila tidak ada lagi kemungkinan suatu perusahaan untuk meningkatkan produksinya tanpa harus mengurangi produksi perusahaan lainnya. Suatu perusahaan yang meningkatkan produksinya dengan menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak secara langsung akan mengurangi jumlah tenaga kerja bagi perusahaan lainnya (karena semua tenaga kerja, kecuali yang merupakan bagian dari natural unemployment,sudah diserap oleh perekonomian). Penjelasan singkat dan sederhana dari efisiensi dalam produksi dapat diberikan melalui diagranr EdgeworthDox seperti yang ditunjuldcan pada Gambar l.a I(urva X1 dan Yi disebut sebagai kurva isoquant, yaitu kurva yang menunjuldcan kombinasi berbagai faktor produksi yang menghasilkantingkat
3
Beberapa ekonom menggunakan istilah efisiensi konsumsi daripada efisiensi pertukaran. Dalanr tulisan ini, efisiensi konsuursi dicakup dalarn pengertian efisiensi pertukaran karena barang dan jasa yang dibeli di dalam perekonomian masih dimungkinkan untuk dipertukarkan antara sesama konsurnen untuk rnencapai tingkat utiliti yang lebih tinggi. 4 Edgeworthbrix diagram adalah gabungan dari dua kurva dimana satu kurva diletakkan terbalik pada suurbu sudut kanan atas. Dengan cara ini kita dapat menggambarkan sumbu horisontal sebagai total kapital (I(=I(*+I(') dan sumbu vertikal sebagai total tenaga keria (L=Lx+Ly) dari dua produsen yang diaurati.
I
t I I I T I I I I
t I I I
t I I I
t I I
t
)
produksiyang sama.5I(urva isoquant yang lebih tinggi menunjuldcantingkat produksiyanglebih besarsehinggaXr <Xz. Demikian pula untuk komoditi Y, tingkat produksinyadapatdinyacakandalamYr
TT
I
I'i
LI
IL II\
Irlr
Misalkan alokasi faktor produksi pada arvalnya berada pada titik M1. Apakah alokasi ini efisien?jawabnya adalah tidak. I(arena apabila alokasinya dipindahkan pada titik M2, maka produksi X akan meningkat (kurva isoquant X1 akan beralih ke X2), sedangkanproduksi Y tidak akan berkurang (tetap p a d aY r ) . 6 r-rocusen /\ dan oan Y r akan aKan mencan r(omDlnasl rar(ror faktor produksi ProdusenX mencan kombinasi Prooul$l yang mampu meningkatkan kuantitas produksirrya secara bersama. i(ombinasi
faktor produksi yang memunglcinkanadalah sepanjangjalur coreyaitu setiap titik pada contractntrve yang terletak antara titik M2 dan M3. I(atakan bahrva alokasifaktor produksi yang terjadi adalah pada titik Mq. Dengan alokasi ini marginalrate of teclmicaltransfornafior (MRTS) antara kapihl dan terragakerja untuk semua industri di dalam perekonomianadalah sama.Artinya bahrva setiap tambahan tenaga kerja dan kapital akan memberi tambahan output yang sama. Ini alcan menuntut bahrva relativefactorprice (co/r)juga al
I(urva isoquantyang berbentuk clnvex menunjukkan produktivitas suatu faktor produksi yang makin merlurun dengan nrakin bertambahnya junrlah faktor produksi yang bersangkutan (diminishingmnrginnlproductivity). o Realokasi endotwnents (dalanr hal ini adalah faktor produksi) yarlg dapat dilakukan derrgan rnenrberi nranfaat pada satu pelaku ekonouri (dalanr hal ini produsen) tanpa nrengakibatkan pelaku lainnya dinrgikan disebut sebagai Pnreto imnrovement.
I I
t I I I
t t I
t I T I I
t I I I
t I I
Secara singkat ef-rsiensiproduksi dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, efisiensi produksi dapat terjadi pada setiap titik pada contractcurve. Sepanjangcontractfiirve ini, peningkatan produksi pada satu perusahaanakan menurunkan produksi pada perusahaan lainnya. I(edua, karena masingmasing produsen tidak akan bersediauntuk mengurangi tingkat produksinya, maka realokasi faktor produksi hanya dimungkinkan sepanjang jalur core. Realokasi faktor produksi pada titik M5 tidak dimungkinkan karena dengan demikian produksi Y akan menurun dibandingkan kondisi pada M1. I(etiga, realokasi sepanjang jalur core tidal< bersifat unik. Artinya ia tidak hanya terdiri dari satu titik (kemungkinan) saja. Semua titik pada jalur core menipakan himpunan dari berbagai kemungkinan komposisi faktor produksi yang diperlukan untuk mencapai efisiensiproduksi.
2.
Efisiensi Pertul<aran
Untuk memudahkan pengertian efisiensi pertukaran, kita anggap bahrva perekonomian tidak mempunyai kegiatan produksi dan hanya terdiri atas dua orang (A dan B) yang masing-masingmemiliki komoditi X dan Y dengan komposisi yang berbeda. Dengan demikian satu-satunya cara untuk memaksimalkan konsumsi adalah menukarkan barang yang dianggapnya memberi kepuasan yang lebih kecil (karena memiliki relatif lebih banyak) dengan barang yang akan memberi kepuasan yang lebih besar. Pertukaran (exchange)antara A dan B tersebut dikatakan efisien apabila memenuhi ketentuan Paretooptimum dan dilakukan secarasukarela (voluntary). I(embali untuk memudahkan pemahamannya, berikut diberikan diagram Edgeworth box seperti dapat dilihat pada Gambar 2. Sumbu horisontal mewakili jumlah komoditi X yang dimiliki oleh individu A dan B 1X:XA+XB) dan sumbu vertikal mewakili total komoditi Y di dalam perekonomian1Y-YA+YB). Misalnya bahwa alokasi barang dan jasa pada arvalnya adalah berada pada titik N1. Dengarr kriteria Pareto optinrum,maka alokasi pada titik N1 tidaldah efisien karena tirrgkat kepuasan masing-masingkonsumen (A dan B) masih dapat ditingkatkarr tanpa harus mengakibatkan individu lainnya dirugikan. Sebagaicontoh apabila pertukaran antara A dan B mengakibatkan alokasi barang dan jasa ini beralih ke titik N2, maka individu A tidak dirugikan karena tetap berada pada indiferencea,trvi yang sama.7Sedangkan 7 Indffirenceatna adalah kurva yang nrenunjul&an bahwa alokasi barang dan iasa pada setiap titik pada kurva tersebut rneurpunyai tingkat kepuasan yang
I I I I
I
individu B sangatdiuntungkan karenadenganalokasiyang baru indffirence curvedari B meningkatdari u1o ke U2". I(ondisi yang simetrisirrg",terjadi apabilaalokasidipindahkanke titik N3. Gambar2. EfisiensiPertukaran
t
+
I I I I I I I I
I
t I I I I I
I
I
I
otal
Sebagaimanaefisiensiproduksi, efisiensipertukaran akan terjadi pada setiap titik alokasi yang berada pada jalur core dimana marginal rate of substitution(MRS) antara individu A dan B terhadap konsumsi komoditi X dan Y yang sama. I(arena MRS untuk setiap individu adalah sama, maka harga relatif untuk komoditi yang dikonsumsi adalah sama. Artinya tingkat kepuasanuntuk setiap rupiah yang digunakan untuk membeli semua barang dan jasadi dalam perekonomianadalahsama. Secara singkat efisiensi pertukaran (eficiency irt exchange) dapat disirnpulkan sebagai berikut. Perlama, efisiensi konsumsi dapat terjadi sepanjangcontractcurve.Pada contractcurveini, setiap perubahan komposisi komoditi yang dikonsumsi akan mengakibatkan trade-of terhadap pelakupelaku yang terlibat. I(edua, karena masing-masing individu tidak akan bersedia untuk mengurangi tingkat kepuasan dari kondisi arvalnya, maka pertukaran barang dan jasa hanya dimungkinkan sepanjangjalur care(semua kemunglcinanantara Nz - Ns). I(etiga pertukaran sepanjang.jalur coretidak bersifat unik. Berapa besar seseorangmendapatkan manfaat dari pertukaran ini akan ditentukan oleh bargahing power.BApabila keseimbangantersebut
sanra. Indffircnce atnte biasanya berbentuk convex(cekurrg), inentrnjukkan adanya diminishing ntarginnl utility (kepuasan yang nrenumn) apabila seseorang nrerrgkonsumsisatu tambahan konroditi lagi, ccterisytnribus. B Dalan', disiplin IntcmntionnlTrade,pertukaran (barang yang diproduksi di dalam rregeriderrganbararrgyang diprodtrksidi luar rregeri)akan nienghasilkarr gnul
I I I
8
terjadi pada titik yang relatif mendekati N3 pada jalur core mal
I I I I I I I I I I I
t I I I I
Dapatkah alokasi ini dipindahkan dari N1 ke Na. Dalam analisageneral competitiveequililtriunt, realokasi tersebut tidak dimungkinkan karena individu B tidak dapat menerima pertukaran kurang dari titik N3. Apabila individu A mengajukan pertukaran dengan alokasi Na, maka individu B akan menolak dan perekonomian akan tetap pada titik N1 dan tidak memenuhi kriteria Pareto. Dalam pasar yang bersaing sempurna tidal< ada lcelcuatan pasar yang dapat mengatur distribusi pendapatan secara adil dan merata.
3.
Efisiensi Pasar Barang dan |asa
Pasar barang dan iasa dikatakan efisien apabila perilaku konsumsi masyarakat terhubung dengan sistem produksi di dalam perekonomian secara sempurna. Dengan adanya hubungan ini maka alokasi sumber daya baik faktor produksi dan distribusi pendapatan akan bersifat unik. Ini dapat terjadi dengan mekanisme sebagaiberikut. Pertama apabila konsumen menyatakan pref'erensi terhadap barang dan jasa yang diinginkannya, harga relatif barang dan jasa akan tercipta di pasar. I(edua, dengan pasar yang perfectinfonnatiorz,produsen akan memproduksi barang dan jasa yang diirrginkan oleh masyarakat tersebut. I(etiga, dengarr motif memaksimalkan keuntungan dan harga faktor-faktor produksi (tenaga kerja dan modal) yang ada, produsen akan menentukan komposisi falrtor produksi. Secarakeseluruhan pasar akan berada dalam kondisi efisien. 4.
Struktur Pasar l(ompetitif
Struktur pasar yang kompetitif mengharuskan setiap pelaku ekonomi secaraindividu tidak dapat mempengaruhi kekuatan pasar. Ini berarti bahwa setiap pelaku ekonomi bertindak sebagaiprice taker, bukan sebagaipricc setter. Persyaratan ini menuntut bahwa jumlah baik produsen maupun konsumen rnasyarakatyang lebih tinggi dibandingkan from trndedengantingkat keseial'rteraan apabilaperekonomianbersifattertutup.
I I I I I
t I I I I I I I I I I I I I I I
9
sangat banyak di dalam perekonomian sehingga tidak mempunyai kekuatan mengatur pasar (ntonopolydan ntonoytsony power).e Dengan penjelasan yang sederhana di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan pokok sebagaiberikut. Pertama, bahrva efisiensidalam perspektif Pareto optimum tidak menjamin terciptanya distribusi pendapatan yang merata terhadap pelaku-pelaku ekonomi yang terlibat di dalamnya. Distribusi pendapatan akan ditentukan oleh kekuatan pasar. I(edua, Pareto optimum berpijak dari semarrgat individualistik sehingga apa yang disebut dengan kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan masing-masing individu, tidak peduli bagaimana bentuk distribusi pendapatan di dalam masyarakat. Ini mendorong pemerintah untuk ikut campur tangan guna memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat. Pertanyaan normatif yang timbul: landasan berpilcir apa yang dapat digunakan untuk memperbaiki distribusi tersebut. )awaban dari pertanyaan tersebut akan diberikan oleh paradigma utilitarian dan Rawlsian.
C.
PARADIGMA UTILITARTAN
Utilitarian adalah salah satu paradigma dalam welfareeconondcs yang kurang sependapat apabila ukuran kesejahteraan masyarakat identik dengan kesejahteraan masing-masing individu. Ini berbeda dengan kriteria Pareto optimum dalam pasar bersaing sempurna yang didorong oleh semangat individualistik. Menurut paradigma utilitarian, kesejahteraan sosial masyarakat adalah keseluruhan dari utilitas masing-masingindividu di dalam masyarakat atau penjumlahan seluruh kemakmuran individu. Dengan fungsi tujuan ini, maka tugas pemerintah adalah memaksimalkan utilitas seluruh masyarakat dengan melakukan distribusi pendapatan.l0 Selama redistribusi pendapatan antar individu di dalam masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraansosial secaraagregat, maka pemerintah dibenarkan untuk ikut campur tangan. Bagaimana cara mengaturnya adalah
e Dalan'r konteks penrerataan pendapatan, persyaratan ini kurang begitu penting kecuali untuk meurbuktikan keberadaan gcntal cryttilibrium atau untuk membahas persainganusaha yang sehat (Lihat Prijambodo, 1996b). t0 Ap"bila kesejahteraansosial masyarakat dinyatakan sebagaiW = F (Ur, Uz, ........,LJ',), maka tugas pemerintah adalah mernaksimalkan socialwelfare(W). Flenring (1953) menggunakan fungsi: maximize W= I Ui, sedangkan Harsanyi (1955) menggunakan fungsi: mcuinize 1,'t7: I criUi
t0
tugas positiveanalysisyang tidak akan disinggung dalam tulisan ini mengingat ketersediaankolom yang terbatas.
I I I I I
t I I I I I
t I I I I
Bagi kalangan utilitarian distribusi pendapatan yang timpang akan memberi dampak negatif bagi perekonomian dan stabilitas. Pertama, ketimpangan distribusi pendapatan tidak hanya berdampak bagi generasi saat ini saja tetapi juga bagi generasimendatang. I(esempatan generasimuda dari masyarakat papan bawah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (baik melalui pendidikan, pelatihan, dan sebagainya) akan semakin kecil dari waktu ke waktu. I(edua, distribusi pendapatan yang tidak seimbang juga cendemng akan mengakibatkan ketimpangan dalam proses politik dan ketidakstabilan politikl I Redistribusi pendapatan bagi kalangan utilitarian akan memberikan kesejahteraansosial yang lebih tinggi. Ini dimungkinkan karena adanya sitat diminishing marginal utility. I(alau utilitas adalah fungsi dari pendapatan, maka tambahan pendapatan akan mengakibatkan meningkatnya utilitas tapi dengan pertambahan yang menurun. Peningkatan pendapatan bagi kalangan yang sangat mampu hanya memberi tambahan utilitas yang sangat kecil. Sebaliknya tambahan pendapatan bagi masyarakat papan bawah dapat meningkatkan kesejahteraannya secara berarti. Dengan demikian apabila pemerintah mendistribusikan pendapatan dari kalangan paling mampu ke kalangan paling bawah, maka masyarakat papan bawah akan mengalami peningkatan kesejahteraan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan taraf kesejahteraanyang dialami oleh masyarakat paling mampu. Sebagai contoh, misalkan perekonomian hanya terdiri atas dua individu (A dan B) dan satu komoditi (X) di mana B memiliki l0 unit komoditi X dan A hanya I unit komoditi X. Selama redistribusi dari B ke A menghasilkan kenaikan utilitas bagi A yang lebih besar dibandingkan turunnya utilitas bagi B, maka redistribusi pendapatan yang dilakukan akan menghasilkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Tingkat l1
Meskipun demikian ada beberapa argumen bal"rwa perbedaan pendapatan tetap dibutuhkan. Pertaura,ia diperlukan untuk memberi insentif dan mendorong kreativitas. I(edua, ia iuga diperlukan untuk ureurupuk tabungan bagi pembangunan dan pembentukan kapital dalam perekonourian. I(etiga, seandainya setiap orang nrendapatkan pendapatan yang salna, golongan lnasyarakat uriskin belum tentu akan terbantu secaraberarti apabila budaya dan kualitas suurber daya manusianya tidak ditingkatkan secara berarti. Alasan ketiga ini sangat penting karena akan kurang bennanfaat rnemberi bantuan kepada rnasyarakat bawah apabila kernarnpuan mereka tidak ditumbuh-kembarrgkan untuk urarnpu keluar dari lingkaran kemiskinan.
I I I
II
kesejahteraantertinggi akan dicapai apabila peningkatan utilitas bagi B sama dengan penurunan utilitas yang dialami oleh A.
I I
Selanjutnya untuk kasus dimana fungsi utilitas (kriteria kesejahteraan sosial) masing-masingindividu di dalam perekonomian adalah identik, maka tingkat kesejahteraan masyarakat yang tertinggi akan tercapai apabila semua individu di dalam masyarakat mempunyai tingkat pendapatan yang sama. Dalam kasus ini pandangan utilitarian akan senada dengan pandangan egalitarian dimana distribusi pendapatan yang adil dan merata tercapai apabila setiap individu mendapat pembagian pendapatan yang sama. Secara sederhanaini dapat diterangkan dengan Gambar 3.
t
Gambar3. SocialWelfaredalamPandanganUtilitarian
t
I I I I I I I
t I I I I I I
'o^
oB
Pada Gambar 3, total kemakmuran masyarakatadalah'semualuasan di bawah kurva Margittal rJtility (MU). Perhatikan bahrva kurya MUA dan MUB adalah simetris, menunjukkan fungsi utilitas yang identik antara individu A dan B. Misalkan dalam alokasi arval, A mendapatkan distribusi pendapatanyang lebih kecil dari B sepertiyang ditunjuldcan pada titik a. Apa yang terjadi dengan total kesejahteraan masyarakat apabila sebagian pendapatan B dialokasikan kepada A sebesar (a-b). Utilitas A akan meningkat sebesar luasan (a-b-e-Q. Sedangkan utilitas B alcan rnenurlrn sebesarluasan (a-b-c-d). I(arena peningkatan utilitas A lebih besar dari penurunan utilitas B, malca redistribusi pendapatan tersebut akan menghasillcantotal kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi. Tingkat kesejahteraanmasyarakat akarr dicapai apabila distribusi pendapatan pada titik I* dimana A dan B alcarrmempunyai tingkat pendapatanyang sama sehinggamemenuhi persyaratanpokok utilitarian.
I I
t2
D.
I I
t I I I
t I
PARADIGMA RAWLSIAN
Berbeda dengan pandangan utilitarian, John Rawl (I971) mendekati masalahdistribusi pendapatan dengan kaidah etik dan moral. Menurut Rawl, di dalam masyarakat terdapat prinsip-prinsip etik dan moral dasar yang bersifat universal termasuk prinsip dalam penentuan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Pernyataan Rawl yang sangat terkenal adalah: " All social values liberty and opportunity, income and wealth, and the bases of self respect are to be distributed equally unless unequal distribution of any, or all, of these values is to everyone's advantage. I(alimat ini menyatakan bahwa meskipun di dalam perekonomian terdapat keunggulan yang alami (seperti intelektualitas dan daya saing yang lebih tinggi) tidak berarti bahwa mereka yang memilikinya berhak untuk mendapat imbalan yang lebih besar. Dalam hirarldri Rawl, liberty adalah nilai sosial tercinggi yang harus dimiliki oleh setiap individu di dalam masyarakat.I(eberadaannyasama sekali tidak dapat dikompensasikandengan komoditi fisik. Dalam kaitan dengan distribusi pendapatan, Rawl berpendapat bahwa kesejahteraan masyarakat hanya bergantung pada kesejahteraan kelompok tingkat masyarakat paling bawah, yaitu individu-individu yang kesejahteraannya paling rendah. Dengan anggapan ini, maka kemakmuran masyarakat akan meningkat apabila kesejahteraan masyarakat terbarn'ah ini dapat ditingkatkan. Secara sederhana fungsi kesejahteraan menurut pandangan Rawl dapat dinyatakan sebagaiberikut. W(U') : MaxintizcMin(U;) Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa satu-satunya cara untuk meningkatkan kesejahteraansosial masyarakat adalah dengan meningkatkan kesejahteraansosial masyarakat paling bawah.
I I I I I
Rawl beranggapan bahwa distribusi pendapatan tidak dapat diserahkan pada mekanisme pasar bebas atau pada mekanisme agregasi seperti pada pandangan utilitarian. Ini didasarkan pada anggapan sebagai berikut. Pertama, Ralvl mempercayai adanya ortginal position, yaitu suatu situasi imajiner dimana masyarakat tidak mempunyai pengetahuan dan informasi yang'memadai untuk mengetahui posisinya. I(ekurangtahuan ini mengakibatkan masyarakat tidak mengetahui apakah mereka tergolong kaya atau miskin. Menurut Rawl, masyarakat pada original position akan beranggapan bahwa sistem distribusi pendapatan sudah adil dan merata.
I I I I I I I I I I I I I I
l3
I(edua, karena anggapan ini, masyarakat papan bawah cenderung untuk menganut perilaku risk aversedalam kegiatan ekonominya. /tlsft averseadalah perilaku yang menghindari kegiatan-kegiatanyang beresiko karena dengan demikian justru akan mengakibatkan tingkat kesejahteraannyam..,r.,r,.,r'r.t' Pandangan Rawl mengenai kesejahteraansosial mempunyai beberapa implikasi pokok yang sangat penting. Pertama bahwa tidak ada trade-of selama redistribusi pendapatan mampu meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat bawah. Sebaliknya apabila distribusi pendapatan makin timpang dengan jurang pendapatan yang makin besar antara kelompok masyarakat paling mampu dan paling bawah, maka tingkat kesejahteraan masyarakat secarakeseluruhan akan menurun, meskipun menurut pandangan utilitarian dan Pareto olttintunt mungkin dapat mengalami peningkatan. Selanjutnya distribusi pendapatan dari golongan paling mampu ke golongan menengah tidak dapat dikatakan akan meningkatkan kesejahteraansosial masyarakat. I(edua, paradigma Rawlsian menuntut redistribusi pendapatan dari golongan masyarakat paling mampu kepada masyarakat paling tidak mampu. Dalam kondisi yang ekstrim, maka pandangan Rawlsian akan identik dengan egalitarianyang menuntut persamaanpendapatan untuk setiap individu. Pandangan Rawlsian tidak lepas dari kritik. IGitik pertama terletak pada bagaimana menempatl€n sistem insentif dalam perilaku ekonomi agar dengan demikian pemerataan pendapatan tidak justru menjadi bumerang L2 Dalam temrinologi ekonorni, perilaku risk averse ditunjukkan dalam concave utility function. Artinya peningkatan pendapatan akan menghasilkan peningkatan kesejahteraan tapi dengan pertambahan yang lebih kecil (diminishing marginalutility). Sebagaicontoh sederhana,seseorang(dalant kelompok nrasyarakat miskin) saat ini lnempunyai tingkat pendapatan sebesarRp 20.000,- per bulan atau sama dengan tingkat kesejahteraan sebesar 16. Tiba-tiba ia dihadapkan pada tantangan usaha baru dengan resiko berhasil dan gagal rnasing-masingsebesar(ni) 5Oo/o.Apabila berhasil, tingkat pendapatannya akan rneningkat rneniadi Rp 30.000,- dan setara dengan tingkat utiliti sebesar I B. Sedangkan apabila gagal tingkat pendapatannya akan tumn meniadi Rp 10.000,- per bulan dan setara dengan tingkat utiliti sebesar10. Bagaimanaorang tersebut akan bersikap terhadap tantangan yang beresiko tersebut? Ia akan nrenghitung expectedutility dengan uretnbobot kedua resiko yang dapat tinrbul dari usaha yang baru tersebut, atau E(U)=n'gt+rc2u2, di tnana notasi I dan 2 menunjukkan berhasil dan gagalnya usaha baru yang akan diialani. Dengan dernikian cxpcctcdutility akan bernilai
s e b e s a r E ( U ) = (U . 5( )R ps o . o o O ,+- ; ( . 5 )U ( R p1 0 . 0 0 0=) ( . 5 ) ( t B ) + ( . 5 ) ( t 0: ) 1 4 . ]elas tingkat utiliti sebesar14 ini lebih kecil dari tingkat utilitas semula (16). Akibatnya, orang yang bersangkutantidak akan nrengarnbilpeluang yang tersedia tersebut.
I I
I I I I I T I I I
t I I I I I
t I I I
t I
l4
bagi efisiensiperekonomian.Arrorv (1973) memberi contoh yang sederhana. Misalnya setiap individu dalam perekonomiandapat memproduksi dengan jumlah jam kerja yang sarna.Tapi lcarenaprodulctitivitas yang berbeda, malca individu yarrg kurang produktif secaraalarni akarr mendapat rnarrf'aatyang lebih kecil. Dalam pandangan Rawl, maka pendapatan dari individu yang produktif perlu dikenakan pajak dan dialihkan kepada individu yang kurang produktif. Menurut Arrorv ini dapat berflampak negatif'. Apabila tingl
E.
I(ESIMPUIAN
Perbedaanantara Pareto optimum, utilitarian, dan Rau,lsiandapat dijelaskan dengan menggunakangambar utility ltossibilityfontier seperti ditunjuld
0B
Ws
W ll1
l5
I I
I
t
I
t
Setiap titik yang berada pada kurva tersebut terbentuk dari pasar bersaing sempurna seperti yang telah diuraikan di depan. Perhatikan apa yang teriadi apabila distribusi pendapatan berada pada titik D. Menurur kriteria Pareto, titik D adalah distribusi pendapatan yang "sah" selama semua ketentuan dalam persaingan sempurna dan voluntary exchangedipenuhi, meskipun menurut pandangan 'etik dan moral adalah berat kepada B. I(esimpulan pertama bahwa perekonomian yang efisien dalam kerangka Pareto optimum tidak senantiasa meniamin distribusi pendapatan yang adil dan merata. I(aum utilitarian akan memilih distribusi pendapatan yang memberikan utilitas yang tertinggi bagi seluruh masyarakat. Misalkan kita dapat menggambarkan social wclfareftnction, W1, W2, dan W3. Apa yang terjadi dengan kurva W1 yang memotong titik D. ]elas bahwa distribusi pendapatan pada titik D tidak menghasilkan kesejahteraan sosial yang tertinggi karena kita bisa bergerak ke socialindiferencecurveyang lebih ringgi wz)." Titik E adalah distribusi pendapatan yang menghasilkan tingkat kesejahteraan sosial yang tertinggi di mana social indfference curve akan menyentuh utility possibilityfrontier yang ada. Tapi ini tetap ridak berarti bahwa distribusi pendapatan telah adil dan merata karena ukuran utilitarian adalah kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. I(esimpulan kedua bahwa ukuran kesejahteraan sosial seluruh masyarakat yang sangat agregat tidak meniamin adanya distribusi pendapatan yang adil dan merata. Pandangan Rawlsian akan menyukai alokasi sumber daya sepanjang OF sehingga tidak harus memenuhi kriteria efisiensi. Titik F adalah alokasi sumber daya yang memenuhi persyaratan Pareto efisien dan Rawlsian. Tantangannya dapatkah kita memindahkan alokasi dari titik D ke F secara mulus. Apabila realokasi ini mengakibatkan banyak sumber daya yang harus dikorbankan dan bersifat counterproductive terhadap perekonomian, maka realokasi dapat berakhir misalnya pada titik G atau setiap titik antara O-F. I(esimpulan ketiga bahwa distribusi pendapatan yang adil dan merata dapat dicapai dalam pasar bebas, meskipun tidak senantiasa diiamin. Apabila preference untuk pemerataan sangat dominan, besar kemungkinan bahwa efisiensiperekonomian akan menurun. I(esimpulan keempat, redistribusi pendapatan lebih bersifat pemberian insentif melalui transf'erpendapatan bagi golongan kurang mampu. Ini jelas tidak mencukupi untuk terciptanya distribusi pendapatan yang adil, merara, L3 Socialindiference anrveWs dengansendirinya tidak akan tercapai karena beradadi luar utility possibilityfrontier.
I
I I' I
t I I I I I I I I I I I I I
t I I I
l6
dan berkelanjutan. Langkah ini perlu diikuti dengan upaya untul< menu mbuhkembangkan potensi keberdayaan masyarakatkurangmampu.
DAFTAR PUSTAI(A A-rrow, I(enneth J. 1973. Some Ordinalist-Utilitarian Notes on Rawl's Theory of Justice.journal of Philosophy,T0.In SocialChoiceand ]ustice. CollectedPapers.Cambridge:BelknapHarvard UniversityPress.. Fleming,I.M. 1952.A CardinalConceptof Welfare.Quarterly]ournal of Economics.64. Harsanyi, J. 1953. Cardinal Welfare. Individualistic Ethics and Interpersonal Comparisons of Utility. Journalof PoliticalEconomy.56. Prijambodo, Bambang. 1996a. I(enapa Pemerintah harus ikut campur tangandalamperekonomian? MajalahSimpul.Forthcoming. .
.
I996b.
Menuju
ke Arah Persaingan yang Sehat melalui
PenerapanUndang-UndangAntimonopoli.UnpublishedPaper. Rawls,)ohn. L97L A Theory of |ustice. Cambridge:Harvard University Press.
APPENDII(S Di dalam appendiks ini hanya diulas secara sangat singkat dan sederhana analisa keseimbangan umum (general equilibriunr analysis) untuk perekonomian sangat sederhana dimana hanya terdapat dua individu yaitu (A dan B), dua komoditi (X dan Y), dua faktor produksi yaitu kapital (I() dan tenaga kerja (L). Harga komoditi X dan Y dinyatakan dalam Px dan Py, sedangkan harga dari faktor produksi untuk I( dan L masing-masing dinyatakan sebagair dan or. l.
Efisiensi I(onsumsi
Efisiensi konsumsi tercipta aytabila ntarginal utility dari bararrg yang dikonsumsi mencerminkan nilai tukar barang yang bersangkutan sehingga konsumen dapat menyatalcanharga barang yang akan dikonsumsi. I(onsumen akan memaksimalkan utilitasnya dengan pembatas pendapatan yang dimilikinya atau Max Ua(Xn,YJ subject ro PxX4+Py Yn:Ia. Dengarr menggunakan Lagrangian multiytlier akan didapatkan nilai MUx^/Pa: MUvYPv. Artinya setiap rupiah yang dibelanjakan oleh individu A untuk barang X dan Y akan memberi kepuasan yang sama. Dengan persamaan tersebut akan didapatkan rasio harga MU1A/ MU"A:p /Py.Rasio harga yang
l: l-
I I
t I
t I I I I I I I I I I I I I I
t'7
tercipta di atas irg" mencerminkan nilai tukar masing-masingbarang (marginalrateof substitution)sehinggaMRS = - 0Y/0X - Px/Pv.Proseduryang samafugadapatdilakukanterhadapindividuB sehinggaMRSA=MRSB. 2.
Efisiensi Produlcsi
Ef-isiensiproduksi terjadi apabila produsen memaksimalkarr output dengan pembatas biaya yang harus ditanggungnya atau Max X(l(x,Lx) subjectto Dengan menggunakan Langrangianmultiplier al
Efisiensi Pasar Barang
Et-isiensi pasar barang terjadi apabila pasar bersaing sempurna dimana masing-masingprodusen akan bertindak sebagaiprice taker.Apabila masingmasing perusahaan memaksimalkan keuntungan maka tungsi tersebut dapat dinyatakan sebagaiMax nx: Rx - Cx. Dalam jangka panjang maka ntarginal cost akan sama dengan harga di pasar, atau Px : MCx. Dengan menggabungkan dua fungsi produksi X dan Y akan didapat persamaan -)Y/lX:MRT yang menyatakan berapa nilai transformasi MC/MCv:Pa/Pysatu produk dengan produk lainnya. Dengan efisiensipasar barang dan jasa akan didapatkan MRSpI:MRTSxv. Artinya bahr,vaharga relatif barang darr jasa di dalam perekonomian menurut penilaian konsumen dan produsen akan sama.