I I I I I
t I
t I I I I I I I I
t
Strategi Kompetisi Dalam PasarTidak Sempuma: Kasus "Non-Collusive Duopoly Marked' Oleh : Bambang Prijambodo t
Tulisan ini menyaiikan suatu model pasar tidak sempurna (imperfectmarket) dimana hanya ada dua perusahaanraksasadi dunia yang bersaingdalam kuantitas. Salahsatu perusahaantersebutadalah perusahaannasional kita, sedangyang lain adalah perusahaanasing. Dalam model ini, apabila pemerintah berusaha untuk membantu perusahaannasional melalui baik subsidi maupun pajak ekspor, keberhasilannya akan ditentukan oleh bagaimana realai yang "sebenarRya"dilceluarkanoleh perusahaanpesaing. I(etidaktepatan dalamnlenanggapireaksiperusahaanpesaingdapatmemberihasilyang berlalvanan. Selanjutnya, meskipun kedua pemerintah masing-masing mendorong perusahaanuntuk kolusif, tindakan ini tidak meniamin bahwa kedua negara akan mampu menarik keuntungan dari dunia ketiga. Masing-rnasingperusahaantetap mempunyai insentif untuk menyimpangdari konsensusyang telah disepakati.Negaraketiga,yang bertindak sebagaikonsumen dari produk yang dihasilkan oleh kedua perusahaanraksasatersebut,tetap mempunyaipeluanguntuk memetik keuntunganmeskipundari pasartidak sempurnadengansyaratbahwa perusahaan-perusahaan yangadatidak mampumembentukkolusiyang bersifatpermanen.
1 Staf Perencanapada BadanPerencanaan PernbangunanNasional (Bappnas) dan Staf PengaiarFE-UI.
I I I
t I I
I I I I I
Asumsi Model ini merupakan aplikasi sederhanadari disiplin international trade, industrial organization dan game theory. Beberapaisumsi dasaryang digunakan antara lain sebagaiberikut. Pertama hanya ada dua p.r,r"haai raksasadi dunia sehinggapasarbersifatduopoly, tidik sempurna?tapi tidak kolusif. Salah satu perusahaantersebut adalah perusahaanmilik nasional, sedangkan yang lain adalah perusahaan asing. I(edua, perusahaan kita memproduksi x dan perusahaanasing memproduksi X dlmana x dan X meskipun bukan komoditi yang sama (identical good), namun bersifat substitusi satu sama lain. I(etiga, kedua perusatiaan tersebut menjual produknya ke negara ketiga. I(eempat, pemerintah kita dalam hal ini berkepentingan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan nasional melalui kebijakan baik subsidi maupun pajak ekspor.-I(elima, pemerintah mengetahui lebih banyak tentang perilaku perusahaan asing daripada perusahaannasionalkita. I(eenam,tingkat kesejahteraan(socialwelfare)-dari negara .ketlga -y3ng dirugikan sebagai akibat dari perilaku pasar yang oligopolistik tidak menjadi perhatian utama. Notasi Notasi yang digunakan untuk membedakan peubah-peubah bagi perusahaannasional (H) dan perusahaanluar negeri (F) adalah sebagai berikut: Negara Ekspor PenerimaanEkspor Biaya Produksi I(euntungan
H X
r c
E X R C
n
Fungsi Tujuan
I I I I
t t
Fungsi tuiuan pemerintah adalah memaksimalkan welfare melalui kebijakankomersial(baik berupasubsidimaupunpajak).Dalam menentukan kebiiakan yang optimal tersebut, pemerintih perlu memahami perilaku perusahaannasional dan perusahaanasing. . . Sebagaimanadalam theory of firm, motif masing-masingperusahaan adalah memaksimalkan keuntungan. Dalam mernaksimalkan-lieuntungan tersebut,strategi_perusahaan tidak dapathanya mengandalkanpadakuantitas dan biaya produksinya saja,tapi juga dipengaruhioleh kuantiias ekspor dari perusahaanasing.Apabila fungsi keuntungandari masing-masingperusahaan dinyatakan sebagai n:(
l-r)
r(x,X)-c(x)
(l)
I I I I I I I I I T I I I I
t t I
t I I I
rI : R(x,X)- C(X)
(2)
maka fungsi rnaksimasiwelfare (w) dapat dinyatakansebagai Max w:
ri * rr:
( t-r)
+r(x,X)-c(x) + rr:r(x,X)-c(x)
(3)
Dengan persamaandi atas,perusahaannasionalakan memilih tingkat produksix untuk memaksimalkankeuntungandenganr y^ngditentukan oleh pemerintah. Turunan pertama dari fungsi keuntungan perusahaannasional dapat dinyatakan sebagai (l - r) (r, + y r r ) - c' ( x) : Q
(4)
dimana y adalah "conjecturalvariation" yaitu jumlah dimana perusahaan nasional "percaya" bahwa perusahaan asing akan mengubah kuantitas elapornyasebagaiakibat dari penerapankebijakansubsidiatau pajak ekspor. Dengan y : dX'/ax, maka I tz: (aX'/ax) \r/dX menyatakanbahwa apabila perusahaannasional meningkatkan kuantitas ekspornya, maka kuantitas ekspor perirsahaan asing akan terpengaruh yang pada gilirannya alcan mempengaruhipenerimaaneksporperusahaankita. .Sementart it-tr. t-y1una.n pertarnS
asingdinyatakan sebagai
(&+fR,) -c'(X)=9
(s)
dimana | = dx'ldX. Apabila r, = dr(x,X)/ax dan r" : dr(x,X)/dX masingmasing < 0 maka turunan pertamadari fungsi tujuan menjadi drv/dt = (rr - c') d>y'dr* r, iX/87 = Q
(6)
Persamaandi atasmenyatakanbahrvaapabilapernerintahmengenakan pajak ekspor atau memberikan subsidi kepada perusahaannasional,maka perusahaankita dan perusahaanasing akan mengubahjumlah barangyang diekspor yang pada gilirannya akan mempengaruhi penerimaan E[spoi nasional. Selaniutnya apabila reaksi yang "sebenarnya" dikeluarkan oleh perusahaan asing dinyatakan sebagai X:Y(x), dimana Y'-g-d)Vdx(aX/ar)/(ax/ar|,maka )Wh - V'
|xlar : gAx/dt
(7)
D ari p e rsa ma a n(l ) ki ta mendapatr , - - g r :* c' /( l ,r ) .Dengan mensubtitusikan persamaan (7) ke dalam persamaan (6), maka fungsi maksimasirvelfaremenjadi
|w/at : (,( r, a c'/(l-c) - c' ) 0x/0r + r, g d>y'dr: 0 Dengan manipulasi sederhana,persamaandi atas dapat disederhanakan meniadi -rz(B-Y)=1r/(
l-r)l
c'
(B)
Apabila rz perusahaan asing meningkatkan kuantitas ekspornya), g < 0 (perusahaan asing akan bereaksi mengurangi ekspornya apabila kuantitas ekspor kita ditingkatkan), y < 0, dan c' > 0 (biaya produksi meningkat sejalandengan kuantitas eksporyang makin besar),maka kebijakan pemerintah yang optimal ditentukan oleh perbedaan antara g dan y.
I I
t I I I I I I I I I
Persamaan(B) mempunyaimaknayangpenting.Ada tiga keadaanyang membedakan jenis intervensi pemerintah. Pertami, apabila g : y, riraka kebiiakan pemerintah yang optimal adalah tidak memberi subsidi atau mengenakanpajak ekspor terhadap komoditi ekspor nasional. Dalam istilah ekonomi, keadaanini disebut sebagai"consistentionjucture". Jumlah dimana perusahaan nasional "percaya" bihwa perusahaan asing akan mengubah kuantitas ekspornya persis sama denganjumlah yang sebeharnyaper,.rsihaan Tilg mengubah kuantitas ekspornya.Singkat kata, reaksi yang diperkirakan oleh perusahaannasional samadenganreaksiyang sebenarnyadilakukan oleh perusahaanasing. - I(edua, apabila g < y, maka kebijakan pemerintah yang optimal adalah memberi subsidi (negativetax). Ini adalah kasusdimana peruiahaan nasional terlalu pesimis untuk merebut pasar di negaraketiga, padahal sebenarnyaia mamPu. Dalam keadaan ini maka pemerintah harus bertindak aktif dengan mendorong ekspor perusahaannasionalmelalui subsidi. IGtiga, apabilag > y, maka kebijakanpemerintahyang optimal adalah menerapkan pajak ekspor. Ini adalah kasus dimana perusahaannasional terlalu optimis untuk merebut pasardi negaraketiga,padahalia tidak mampu melakukannya. Dalam keadaan ini, maka pemerintah harus mengekang optimisme perusahaannasionalmelalui pengenaanpajak ekspor. Pada Gambar I diberikan grafik mengenaistrategi pemerintah apabila perusahaannasional terlalu pesimistis. F-F adalah reaCtion function dari perusahaanasingyangdiketahui secarapastioleh pemerintahkita. Sementara ltu T adalah isoprofit dari perusahaandalarn negeri dimana no ) ft r ) nz. Berdasarkan reaction function dari perusahain asing tersebut, *aLa pemerintah harus memberi subsidi dengan mendorong reaction function perusahaandalam negeri dari f-f ke f'-f' sehinggaeksporikan meningkat dari x, ke xr. Perusahaannasionalselanjutnyaakan menerimakeuntungann, yang lebih besar dari tingkat keuntungan sebelumnya.
Gambar l. I(asus PerusahaanNasional Terlalu Pesimis
I I I
Pada Gambar 2 diberikan grafik mengenaistrategi pemerintah dimana perusahaan nasional terlalu optimis. Berdasarkan reaction function dari perusahaanasing (F-F), maka pemerintah harus mengenakan paiak ekspor denganmendorong reaction funclion perusahaandalam negeri diri'f-f ke f '--f' sehinggaekspor lkan menurun dari x, ke xr. Perusahaannisional selanjutnya akan menerima keuntungan fi r yang lebih besar dari tingkat keuntungan sebelumnya. Gambar 2. IGsus PerusahaanNasionalTerlalu Optimistik
I
t I Cournot Equilibrium Berikut adalah kasus yang lebih sederhanalagi dimana perusahaan nasional memperkirakan bahwa perusahaan asing tidak akan bereaksi 5
I
I T I I
terhadap kebijakan pemerintah (coniectural variation, y = 0, cournot equilibrium). Persamaan(4) selanjutnyadapat disederhanakanmenjadi
-rz(g ): I t / (r - r ) ] c'
(e)
Sekali lagi, kebijakan pemerintah yang optimal akan ditentukan oleh reaksi yang_sebenarnyadilakukan oleh perusahaanasing. Per[ama, apabila g : 0, maka kebijakan optimal adalah tidak memberi subsidi atau memungut pajak kepada dan dari komoditi ekspor. Dalam kasus ini, perusahaanasing sama sekali tidak melakukan reaksi apapun. I(edua, apabila g < 0 (kasui dimana perusahaan asing akan menurunkan kuantitas ekspomya apabila ekspor nasional ditingkatkan), maka kebijakan yang optimal adalah memberi subsidi._IGtiga apabila g meningkatkan ekspornya apabila ekspor nasional ditingkatkan), maka kebiiakan optimal adalah menerapkanpajak terhadap komoditi ekspor. Ketidakpastian Real<siPerusahaanAsing
I I
Dua contoh di atas (V efektivitas kebijakan pemerintah ditentukan oleh reaksi yang "sebenarnya" dilakukan oleh perusahaanasing (g). Berikut kita akan melihal faktor-faktor yang menentukanarah (direction) dari g. Dari persamaan(5) dapat dilakukan penurunan total sebagaiberikut
R r ,& * R r r d X : C " d X : O &,&:dX(C"-Rrr) 417dx: &r / ( C,,_&, ) Dengan menyamakan g : maka
(t0) (t t)
(r2)
d)Vdx untuk mendapatkan kebijakan optimal,
Rr,/ ( C"- &r) : r / (| -r ) c'
(t3)
Dari persamaan(13) dapat disimpulkan sebagaiberikut. Apabila C" _ Rr, > 0 maka arah dari kebijakan optirnal akan ditentukan oleh R, dimana R1 adalah crosspartial dernandfunction. Dengan sendirinyaarah kebijakan pemerintah-berturut-turut, r > 0, : atau < 0 apabila R1 masing-masing bernilai)0,:atau(0.
t I I I
Pengertian Ekonomi I(atakan hanya ada dua perusahaan raksasa di dunia ini yang memproduksisuatu komoditi tertentu, misalnyaproduk berteknologitinggi. Dengan hanya dua perusahaandi dunia, maka pasarbersifattidak sempurna.
I I' I I I
t I I I I
t I I I I I I I I I I
Menyadari bahwa masi ng-masing perusahaanmempunyai kekuatan monopoli, I"l9 masing-masing pemerintah tergerak untuk menarik keuntungan dari ketidaksempurnaanpasar tersebut. Dalam bersaing, masing-masing perusahaan mempunyai perkiraan seberapa besar perusahaan lain akan mengekspor baringnya serta menggunakan kuantitas ekspor sebagai peubah kebijakannya. Dengan kemungkinan bahwa perusahaan terlalu optimis atau pejimis daiam rrrsrrrpsrr\rlal\arr memperkirakan rcal\51 reaksi pcsalngnya, pesaingnya,mal(a maka maslng-maslng-maslng masi ing pemennun pemerintah bermaksud membantu perusahaannyadalam bentuk Saik subsiii maupun qaiak e$p9r. Berikut adalah beberapapengertian pokokyang dapat kita pitik dari model ini. Pertama, apabila pemerintah mengetahui benar perilaku perusahaan asing, laka kebijakan yang dilakukan pemerintah akan mampu membantu perusahaan nasional dalam memaksimalkan keuntungan. Pemerintah seyogyanyamemberi subsidiapabilaperusahaannasionaltellalu pesimisatau menerapkanpajak ekspor apabila perusahaannasionalterlalu optimis. I(edua, reaksi yang dilakukan oleh perusahaanasing (sebagaiakibat diterapkalnya kebijakan komersial) berganiung kepada croJsparti;l demand function (&t). Apabila perusahaanasing merala bihwa dengin subsidi yang diberikan \epada perusahaannasional,permintaan dari negaraketiga menjadi melemah (demand curve menjadi semakin landai), maka tidak ada insentif lagi blgr perusahaan -asinguntuk meniaga agar harga produk tetap tinggi di duniaSingkat kata, apabila pemerintah berusahi untuk meningkatkan Pasar kuantitas ekspor perusahaannasional, maka kebijakan ini akan disambut denganmembanjirnyakuantitas ekspordi pasarandunia. Sebaliknyaapabila perusahaanasing merasabahwa dengan subsidi yang diberikan plmeiintah kepada perusahaan nasional, perminlaan tetap i
maka penrsahaan yang lain mempunyai insentif untuk menyimpang dari kesepakatan guna meraih keuntungan dengan cara meningkatkan jumlah ekspomya.
I I
I I I
I(elima, dalam pasartidak sempurna,negaraketiga tetap mempunyai peluanguntuk mendapatmanfaat dari perilaku persainganantar perusahaan. Dalam teori tradisional international trade disebutkan bahwa negara kecil akan sangatdirugikan oleh kekuatan monopoly. I(ekuatiran ini timbul karena negarabesar dapat saja mengurangi suplainya (misalnya dengan menerapkan pajak ekspor) yang pada gilirannya akan meningkatkan nilai tukar perdagangannya.Dalam model ini, negara kecil masih mempunyai peluang untuk tidak terlalu dirugikan. Sebagaicontoh, apabila Amerika mempunyai kekuatan monopoli dalam industri berteknologitinggi, maka keuntunganyang tinggi akan mengundang negara lain untuk mendirikan perusahaan yang sejenis.Dengan masuknyaperusahaanbaru ini, maka pasarakan bergeserdari monopoli sempurna ke duopoli. Dengan pergeseransifat pasar ini, terbuka peluang harga produk teknologi tinggi tersebut untuk turun. I(eenam,model ini sekaligusjugamenggambarkandebatpanjangantara penganut aliran l(eynes dengan neo-ldasik.B"gr penganut I(eynes, intervensi pemerintah (dalam hal ini melalui baik paiak ekspormaupun subsidi) adalah the first best poliry apabila pasar tidak sempurna. Di lain pihak, para penganut neo-ldasik tetap meragukan kemampuan pemerintah untuk melakukan intervensi yang tepat. Dalam model ini, paling tidak ada tiga keberatan yang diajukan oleh penganut neo-ldasik. Pertama, apakah benar bahwa pemerintah lebih "well-informed"dari perusahaannasional.Apabila tidak, maka besar kemungkinan bahwa arah kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah justru salah.Sebagaicontoh, apabila the first best poliry adalah pajak ekspor, tapi karena informasi yang salah, kebiiakan yang diberikan justru subsidi. I(edua, apakah pemerintah mampu menangkap reaksi balik yang dilakukan oleh perusahaan asing seperti yang tercermin dalam cross partial demand function (Rr,). Contoh dari keberatan ini sudah diielaskan pada butir kedua. I(etiga, seandainyapemerintah lebih well-informed dan mampu memperkirakan reaksi balik dari perusahaan asing, mampukah pemerintah melakukan koordinasi dengan perusahaan nasionalnya. "Coordination failure" adalah salah satu sumber dari kegagalan I(eynesian Economy.z Dengan argumen ini, para penganut nio-ldasik tetap menganjurkan "free trade" dengan cara mengurangi segala campur tangan pemerintah meskipun pasarbersifat tidak sempurna.
oo0oo
2 Penjelasanteoritis dari "coordinationfailure"dalam l(elmesianEconomy dapat dibaca pada Mankiw, N Gregory dan David Romer (1992).
I
l, l; I I I
t I I I I T I I I I T I I I I I
Dafter Pustaka l.
2. 3.
Eaton, )onathan dan Gene M. Grossman. 19B6. Optimal Trade and Industrial Poliry under Oligopoly. Quartely fournal of Economics.Vol. l0l,3B3 - 406. Mankiw, N. Gregory dan David Romer (ed). 1992. New I(eynesian Economics: Coordination Failure and Real Rigidities. Vol 2. Cambridge: MIT Press. Carlton, Dennis W dan leffry M. Perloff. 1990. Modern Industrial Organization. Glenview: Scott, Foresmanand Co.
