Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
Konsorsium PETUAH (Perguruan Tinggi Untuk Indonesia Hijau) Pengetahuan Hijau Berbasis Kebutuhan dan Kearifan Lokal untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan (Green Knowledge with Basis of Local Needs and Wisdom to Support Sustainable Development)
TECHNICAL REVIEW No. 1/CSS IPB– June 2016
Pemanfaatan kapasitas daya listrik pada saat idle dari pembangkit mikro hidro off-grid untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian Kata kunci: energi terbarukan, mikro hidro, kapasitas daya listrik, mikro hidro off-grid, nilai tambah PENDAHULUAN Indonesia memiliki Potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar diantaranya, mini/mikro hidro 450 MW, Biomass 50 GW, energi surya 4.80 kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/detik dan energi nuklir 3 GW. Acuan
Mikro Hidro menjadi 2.846 GW pada tahun 2025, kapasitas terpasang Biomasa menjadi 0.18 GW pada tahun 2020, kapasitas terpasang energi angin (PLT Bayu) sebesar 0.97 GW pada tahun 2025, surya 0.87 GW pada tahun 2024, dan nuklir 4.2 GW pada tahun 2024.
pengembangan EBT adalah Perpres No. 5 tahun 2006
Untuk pembangkit tenaga air, meskipun Indonesia
tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres
merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi
disebutkan kontribusi Energi Baru Terbarukan (EBT)
energi hidro terbesar di Asia, tetapi pemanfaatannya
dalam bauran energi primer nasional pada tahun 2025
masih sangat terbatas yaitu baru mencapai 5.6% (ESDM,
adalah 17% dengan komposisi bahan bakar nabati
2016). Sekitar 50 persen dari potensi energi hidro dapat
sebesar 5%, panas bumi 5%, biomasa, nuklir, air, surya,
dieksploitasi menjadi pembangkit listrik skala besar yaitu
dan angin 5%, serta batubara yang dicairkan sebesar 2%.
100MW kapasitas terpasang dan sejumlah besar potensi
Melalui PP No 77 Tahun 2014 pada pasal 9 target bauran
pembangkit mini dan mikro hidro skala kecil.
energi dicanangkan dari kondisi terkini terdiri yang terdiri dari minyak (41.4%); batubara (29.4%); gas (23.6%); EBT (5.6%), pada tahun 2025 yang berasal dari EBT adalah 23% dan naik menjadi 31 % pada tahun 2050.
Secara umum, teknologi pembangkit mikro hidro merupakan teknologi yang sudah matang dan siap untuk diimplementasikan. Pembangkit listrik mikro hidro kapasitas 250kW sangat layak dikembangkan dan dapat
Langkah-langkah yang diambil Pemerintah untuk
di on-grid kan pada jaringan PLN. Pemerintah Indonesia
mewujudkan bauran energi tersebut diantaranya adalah
mengembangkan pembangkit listrik mini dan mikro hidro
meningkatkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik
untuk mengurangi biaya penyediaan energi bagi
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 1
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
Rekomendasi o o o o
Mendorong pengembangan mikro hidro off-grid agar diintegrasikan dengan kegiatan pengembangan ekonomi berbasis peningkatan nilai tambah produk Perlunya program pendampingan yang intensif dari kegiatan peningkatan nilai tambah produk dan pemasaran produk Mengembangkan kelembagaan koperasi berbasis pembangkit listrik mikro hidro Meningkatkan koordinasi lintas pemegang kebijakan untuk pemanfaatan kapasitas listrik pembangkit mikro hidro off-grid
masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang
Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah, dan Kepmen
jauh dari akses jaringan listrik PLN. Listrik dari
ESDM No.1122K/30/MEM/2002 tentang Pembangkit
pembangkit mikro hidro jauh lebih murah dibandingkan
Skala Kecil tersebar.
dengan listrik yang dihasilkan dari pembangkit diesel. Kebutuhan listrik masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan memerlukan pembangkit listrik mikro hidro skala kecil yang disesuaikan dengan potensi sumber air yang ada dan diarahkan untuk skema off-grid. Pembangkit listrik mikro hidro skala 25-100kW dapat digunakan sebagai pengganti pembangkit listrik diesel. Keberlanjutan dari operasional pembangkit listrik skala kecil ini merupakan kunci sukses dari pembangkit mikro hidro baik yang sistem off-grid maupun yang on-grid. Langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan mikrohidro adalah mengintegrasikan program pengembangan pembangkit listrik mikro hidro dengan kegiatan ekonomi masyarakat, memaksimalkan potensi saluran irigasi untuk mikro hidro, mendorong industri mikrohidro dalam negeri, dan mengembangkan berbagai pola kemitraan dan pendanaan yang efektif.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bahwa tarif listrik dari pembangkit listrik mikro hidro sebesar Rp. 1075 per kWh dimana sebelumnya hanya Rp. 656 per kWh. Upaya pemanfaatan kapasitas daya listrik dari mikro hidro telah menjadi bagian dari program yang diluncurkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dengan memberikan bantuan kepada masyarakat berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk menggerakkan sektor perekonomian mereka. Pada tahun 2015, Kemenkop dan UKM telah memfasilitasi sebanyak 42 Koperasi Pengelola PLTMH pada 25 Kabupaten di 14 Provinsi di seluruh Indonesia dengan total kapasitas terpasang sebesar 1900 KW dan mampu menyediakan listrik bagi 7084 RumahTangga warga masyarakat
Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi
setempat. Program pemanfaatan kapasitas listrik mikro
Nasional, Undang-Undang No. 30/2007 tentang Energi,
hidro ini telah menjadi bagian dari Kesepakatan bersama
Undang-undang No.15/1985 tentang Ketenagalistrikan,
antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
PP No. 10/1989 sebagaimana yang telah diubah dengan
dengan Kemenkop dan UKM pada 17 Juni 2014, tentang
PP No. 03/2005 Tentang Perubahan Peraturan
Koordinasi Pemberdayaan Koperasi Dalam
Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan
Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan.
Pemanfaatan Tenaga Listrik PP No. 26/2006 tentang Penyediaan & Pemanfaatan Tenaga Listrik, Permen ESDM
METODOLOGI
No. 002/2006 tentang Pengusahaan Pembangkit Listrik
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 2
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
Technical Review pemanfaatan kapasitas listrik mikrohidro skala off-grid untuk peningkatan nilai tambah produk pertanian dilakukan melalui penelusuran dokumen teknis mikro hidro, regulasi dan aturan pengembangan pembangkit mikro hidro, telaah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh nara sumber, lesson learned desa mandiri berbasis mikro hidro, rangkuman hasil kunjungan ke lapang, laporan National Renewabe Energy Laboratory US terkait potensi pembangkit mikro hidro di kabupaten Merangin dan Mamasa yang merupakan area target dari Green Prosperity (GP) Project MCA-I. Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan dengan mengundang nara sumber yang mempunyai pengalaman mengembangkan mikro hidro dan pemanfaatan kapasitas listrik yang idle pada saat siang hari dan nara sumber internal tim GK Petuah di IPB. Hasil telaah dokumen, hasil penelitian dan hasil diskusi dengan nara sumber selanjutnya dianalisis dan dirangkum dalam bentuk dokumen Technical Review. PEMANFAATAN DAYA LISTRIK IDLE MIKRO HIDRO OFFGRID: LESSON LEARNED
Gambar 1. Pengolahan kopi bubuk dengan mesin (Purwanto et al., 2015) Konsep pemanfaatan kapasitas listrik yang idle dari pembangkit listrik mikro hidro off-grid terintegrasi dengan pengembangan ekonomi produktif berbasis sumberdaya lokal. Keberlanjutan dari kegiatan ini sangat ditentukan oleh kelembagaan yang bertanggungjawab terhadap operasional pembangkit mikro hidro. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanto et al. (2015) menunjukkan bahwa pemanfaatan kapasitas daya listrik yang idle dari pembangkit listrik mikro hidro yang dikaitkan dengan peningkatan nilai tambah memerlukan pendampingan yang intensif. Hal ini terkait dengan kesiapan masyarakat dalam menerima teknologi baru
Pengembangan pembangkit listrik mini/mikro hidro bagi
dan perubahan budaya dan kebiasaan masyarakat.
masyarakat di daerah terpencil berpotensi mengubah
Kelayakan ekonomi juga perlu dihitung agar masyarakat
budaya dan kebiasaan masyarakat, baik dari sisi positip
dapat memperoleh tambahan pendapatan dari kegiatan
maupun negatip. Konsep pemanfaatan kapasitas listrik di
pemanfaatan kapasitas listrik yang idle ini.
siang hari pada saat beban rendah didasarkan pada upaya pengembangan ekonomi masyarakat melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian lokal.
Konsep pemanfaatan kapasitas daya listrik yang idle pada saat siang hari untuk pembangkit mikro hidro off-grid berbasis komunitas merupakan integrasi antara
Hasil telaah pemanfaatan listrik yang idle dari
pemanfaatan air sebagai sumber energi yang diubah
pembangkit listrik mikro hidro skala kecil daerah Lebak
menjadi listrik, dimana listrik digunakan untuk aktivitas
Prvinsi Banten (Purwanto et al., 2015) dengan kapasitas
masyarakat, sementara sumber air harus dijaga untuk
daya terpasang 10 kW (output 7 kW), pada saat malam
keberlangsungan mikro hidro (Gambar 2). Konsep ini
hari digunakan untuk penerangan bagi 55 rumah tangga
secara makro mengajarkan kepada masyarakat untuk
masyarakat sementara pada saat siang hari untuk
menjadi kelestarian daerah resapan air di hulu yang
memperpanjang umur teknis pembangkit maka
merupakan sumber mata air bagi pembangkit mikro
operasional pembangkit dihentikan antara jam 07.00
hidro (Purwanto et al., 2009).
sampai 17.00 atas kesepakatan anggota masyarakat. Potensi daya terbangkitkan pada saat siang dimanfaatkan untuk menggerakkan peralatan agroindustri. Lesson learned untuk pembangkit listrik di Desa Mandiri Energi Lebakpicung, daya listrik yang tidak terpakai pada saat siang hari dimanfaatkan untuk mengolah kopi menjadi kopi bubuk (Gambar 1).
PEMBANGKIT LISTRIK MINI/MIKRO HIDRO MERANGIN Potensi: Secara geografis wilayah Merangin mempunyai potensi untuk pembangkitan tenaga listrik dari air. Kondisi sekarang dengan belum adanya jaringan listrik PLN yang masuk ke wilayah ini, telah dibangun listrik dari mikro hidro di masing-masing desa. Misalnya Desa Rantau Suli mempunyai air terjun Dukun Batuah dari sungai Tembesi dengan ketinggian 76 m. Dengan debit
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 3
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
sungai Tembesi yang cukup besar (lebar sungai mencapai
ada potensi pengembangan mikro hidro dalam skala
10 m) dan merupakan daerah hilir yang merupakan
yang lebih kecil diantaranya adalah sungai Nyelai dengan
muara dari sungai-sungai yang mengalir dari hulu, maka
lebar 8 m dan ada air terjun dengan ketinggian 40 m dan
potensi listrik yang terbangkitkan diperkirakan mencapai
di lokasi perbatasan dengan Pematang Pauh serta di desa
2 x 1.25 MW (studi awal tim GP-ITB tahun 2013). Pada
Kota Baru yang berdekatan dengan desa Rantau Suli ada
saat ini terpasang pembangkit mikrohidro 50 kW tipe
air terjun dengan ketinggian 25 m di sungai Maram
cross flow yang dibangun tahun 2005 dengan riil daya
dengan lebar sungai 6 m.
listrik berkisar antara 40 kW untuk melayani sekitar 400 rumah (Gambar 3). Masing-masing rumah terpasang MCB 2 Ampere.
Untuk desa Tanjung Mudo, kapasitas listrik miro hidro terpasang adalah 12 kW sistem open flume yang dibangun tahun 2005 (Gambar 4). Daya listrik yang dibangkitkan digunakan untuk melayani sekitar 114 KK dengan masing-masing KK terpasang MCB 2 A. Iuran penggunaan listrik adalah Rp 15000,- untuk lampu 50 watt dan jika menggunakan untuk TV dikenai biaya Rp. 20000,-/bulan. Pengelolaan mikrohidro dilaksanakan oleh pengurus yang dibentuk oleh Desa. Waktu operasional penggunaan listrik mikrohidro adalah dari sore jam 5 sampai jam 7 pagi. Potensi penambahan daya
Gambar 2. Model keterkaitan antara sumber air, energi, lingkungan dan ekonomi (Purwanto et al., 2009)
terpasang mikro hidro masih terbuka di aliran sungai Melulu dengan lebar sungai 8 m yang melewati desa Tanjung Mudo, ada sekitar 3 terjunan yang dapat digunakan untuk lokasi pengembangan mikro hidro.
Gambar 3. Potensi air terjun sungai Tembesi dan pembangkit listrik mikro hidro yang terpasang Dengan keterbatasan pasokan listrik, maka warga desa Rantau Suli hanya bisa menggunakan untuk penerangan di malam hari. Kondisi mikro hidro hanya dinyalakan mulai jam 5 sore sampai jam 7 pagi. Pengelolaan mikro hidro dilaksanakan oleh petugas yang dibentuk oleh kepala desa. Iuran penggunakan listrik disepakai oleh warga berdasarkan titik lampu (minimal 3 titik) dengan biaya Rp. 5000,-/titik lampu. Bagi warga yang mempunyai perangkat TV diwajibkan membayar Rp.
Gambar 4. Mikrohidro kapasitas 12 kW di desa Tanjung Mudo Mikro hidro yang terpasang di desa Tanjung Alam mempunyai kapasitas 50 kW sistem cross flow yang dibangun tahun 2012 (Gambar 5). Sungai yang dimanfaatkan untuk mikrohidro berasal dari sungai Lembatang. Listrik yang terbangkitkan digunakan untuk melayani 87 KK dengan masing-masing rumah terpasang MCB 2 Ampere. Iuran penggunaan listrik dilaksanakan oleh pengurus yang dibentuk Desa dengan jumlah iuran minimum Rp 15000,-/bulan untuk 3 titik lampu. Jika ada
10000,- sebagai biaya tambahan iuran.
TV dan audio maka ada tambahan iuran sebesar Rp.
Meskipun sudah ada listrik, tetapi masyarakat masih
penggunaan listrik adalah jam 4 sore dampai jam 8 pagi.
mengeluhkan kurangnya pasokan listrik, sementara
10000,- dan Rp. 5000,-/bulan. Jam operasional
tuntutan untuk menggunakan daya listrik semakin meningkat. Disamping potensi air terjun sungai Tembesi,
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 4
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
umur panen sangat panjang, sebagan besar masyarakat mengganti tanaman kayu manis dengan kopi atau nilam. Tanaman nilam biasanya ditanam di area dimana tanaman kopi masih muda. Tiap hektar dihasilkan 60–80 kg minyak nilam dengan harga antara Rp. 480000– Gambar 5. Pembangkit listrik mikro hidro di desa Tanjung Alam
510000/kg. Pengolahan nilam menjadi minyak nilam menjadi isu yang serius terkait dengan penggunakan kayu bakar untuk proses destilasi minyak nilam.
Permasalahan di Tanjung Alam adalah pengaturan air
Masyarakat menggunakan kayu manis untuk bahan bakar
pada saat musim kemarau dimana terjadi perebutan
destilasi minyak nilam, meskipun secara perhitungan
penggunaan air untuk mikro hidro dan untuk irigasi
diyakini masyarakat menggunakan kayu bakar selain dari
sawah. Ada dua lokasi sawah yang harus diairi dimana
kayu manis. Produksi minyak di Merangin mencapai 4000
satu lokasi persawahan tidak bisa dialiri dari air yang
kg/bulan. Proses penyulingan selama 6 jam
sudah dimanfaatkan sebagai penggerak turbin mikro
menghasilkan 1.5 kg minyak nilam dan memerlukan kayu
hidro.
bakar 1.5 m3. Dalam satu bulan diperlukan 4000 m3 kayu
Untuk daerah Rantau Suli, ada 3 potensial mini hidro
bakar (Gambar 7).
yang bisa dikembangkan dengan kapasitas 2.5, 1.4 dan 1.2 MW. Sistem yang dikembangkan adalah off-grid karena jarak ke jaringan distribusi PLN sangat jauh yaitu 76 km. Beban puncak diperkirakan sebesar 1900 kW. Potensi hidro cukup besar sementara beban puncak jauh di bawah kapasitas daya terbangkitkan. Sementara jaringan PLN cukup jauh, sehingga potensi yang dapat dikembangkan adalah 2.5MW (Booth et al., 2014). Pembangkit yang dikembangkan dapat menjangkau 16000 orang yang terdiri dari 5115 rumah tangga di 19 desa. Daya terbangkitkan dari pembangkit ini berpotensi untuk dimanfaatkan oleh 4500 petani di 19 desa untuk Gambar 6. Produk pertanian utama Merangin (kopi, nilam, kayu manis dan padi)
meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian melalui peningkatan nilai tambah dari kegiatan pengolahan hasil pertanian. Produk pertanian: Kayu manis, kopi Robusta dan minyak nilam merupakan produk pertanian masyarakat yang bekerja di sektor pertanian di Merangin. Sementara padi yang dihasilkan lebih banyak dikonsumsi sendiri. Budidaya kopi banyak dilakukan oleh masyakarat Merangin dengan kepemilikan lahan antara 0.5- 2 ha
Gambar 7. Proses destilasi minyak nilam dengan bahan bakar kayu bakar
(Gambar 6).
Peningkatan nilai tambah produk pertanian: Salah satu
Hasil studi yang dilakukan oleh Booth et al., (2014)
potensi peningkatan produksi pertanian yang masih bisa
menunjukkan bahwa produktivitas kopi kering per ha mencapai 900-1800 kg dengan harga Rp. 14500/kg. Kayu manis yang ditanam oleh masyarakat Merangin dipanen pada kisaran umur 10-12 tahun dengan produksi 50-60 kg kulit kayu. Harga kulit kayu kering berkisar Rp. 7000/kg, untuk tiap pohon diperoleh Rp. 350000. Karena
ditingkatkan adalah budidaya padi. Pola budidaya padi dapat ditingkatkan menjadi 2 kali panen dalam setahun dengan intensifikasi penambahan pupuk. Pupuk yang disarankan adalah organik yang berupa olahan limbah kulit kopi dan ampas nilam (Gambar 8) yang diperkaya dengan kotoran ternak (usulan untuk dikembangkan
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 5
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
sebagai sistem pertanian terpadu dengan peternakan).
mikrohidro dan menjadi wakil petani untuk melakukan
Potensi peningkatan produksi padi akan mendorong
transaksi dengan pihak luar. Bantuan alat budidaya dan
masyarakat untuk menjual beras/gabah ke luar daerah.
pengolahan sudah dijumpai di desa lokasi studi, tetapi
Dengan program pendampingan teknologi pasca panen
masih belum banyak dimanfaatkan secara maksimal
padi yang baik, potensi peningkatan nilai tambah
(Gambar 10 dan 11). Meskipun sudah ada anggota
pengolahan beras dapat dijadikan salah satu cara untuk
masyarakat yang berinisiatif menyewakan alat penggiling
meningkatkan pendapatan masyarakat. Penambahan
kopi dengan tenaga diesel dengan ongkos penggilingan
daya listrik mikro hidro dapat dimanfaatkan sebagai
Rp. 2000,-/kg.
sumber tenaga untuk penggilingan padi dengan memanfaatkan listrik yang idle di siang hari.
Gambar 9. Penjemuran kayu manis dan lantai jemur Gambar 8. Potensi pupuk organik dari limbah kulit kopi dan ampas nilam Untuk pengolahan kopi, dengan peningkatan proses pengolahan yang baik akan diperoleh margin keuntungan
Gambar 10. Alat penggiling kopi
yang baik yang sebelumnya lebih banyak dinikmati oleh pedagang pengumpul. Pengolahan kopi dapat dilakukan di tingkat petani/kelompok tani dengan memanfaatkan sumber tenaga listrik mikro hidro yang idle di siang hari. Perbaikan teknologi pengolahan secara sederhana seperti penggunaan lantai jemur (Gambar 9) dapat dikembangkan di desa lainnya. Demikian juga untuk
Gambar 11. Perontok padi
proses penyulingan minyak nilam. Kekhawatiran penggunaan kayu bakar yang berlebihan baik untuk proses penyulingan minyak nilam maupun untuk keperluan bahan bakar rumah tangga dapat dikurangi dengan memanfaatkan sumber listrik mikro hidro.
PEMBANGKIT LISTRIK MINI/MIKRO HIDRO MAMASA Potensi: Kabupaten Mamasa berada pada ketinggian antar 600-2000 m yang sangat berpotensi untuk pengembangan tanaman coklat, kopi (robusta dan
Pemanfaatan daya listrik mikro hidro untuk peningkatan
arabika) padi, serta produk hortikultura. Permasalahan
nilai tambah memerlukan perangkat kelembagaan yang
utama yang dihadapi oleh kabupaten Mamasa adalah
kuat. Intervensi pembentukan kelembagaan adat harus
infrastruktur jalan yang masih sangat jelek (Gambar 12).
dilaksanakan secara hati-hati agar tidak bersinggungan dengan lembaga adat. Kelembagaan gapoktan/kelompok tani yang bersinergi dengan kepengurusan mikrohidro dapat dijadikan salah satu solusi. Kelembagaan gapoktan/kelompok tani/koperasi merupakan kelembagaan untuk dapat akses ke pendanaan di dinas atau pusat, sementara bentuk koperasi merupakan kelembagaan formal yang dapat melakukan aktifitas bisnis. Di tiap desa dapat dibentuk kelembagaan tersebut
Gambar 12. Kondisi infrastruktur jalan di Kabupaten Mamasa
sebagai pusat pengolahan skala desa yang bertindak untuk melakukan proses pengolahan, pemanfaatan listrik
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 6
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
Kondisi geografis perbukitan dengan kondisi lahan (land covering) yang masih baik merupakan potensi untuk pengembangan sumber energi terbarukan (mikro hidro dan mini hidro) untuk pembangkit listrik. Hampir semua desa di kabupaten Mamasa sudah dibangun mikro hidro untuk memenuhi kebutuhan listrik secara lokal bagi masyarakat di masing-masing desa di kabupaten Mamasa. Gambar 13 menunjukkan turbin 20 kW yang Gambar 14. Bengkel CV Turbin Batang uru
dibangun di desa Masoso, kecamatan Bambang tahun 2009 untuk menerangi 96 KK.
Produk pertanian: Kecamatan Bambang (desa Masoso)
Turbin mikro hidro yang dibangun di desa dikelola oleh
berpotensi untuk dikembangkan tanaman coklat. Saat ini
pengurus yang dibentuk oleh masing-masing desa. Rata-
tanaman coklat lebih banyak ditanam di daerah lereng
rata penggunaan listrik adalah mulai sore (17:00) sampai
perbukitan. Pengembangan tanaman coklat ini perlu
pagi (08:00) dengan biaya pemakaian bervariasi antara
kegiatan pendampingan mengingat karakteristik lahan
Rp. 5000 – 15000/bulan tergantung dari banyaknya
penanaman yang sangat khas. Sementara untuk harga
alat/lampu yang digunakan.
kakao di pasar lokal adalah Rp 18000/kg. Perbedaan harga biji kakao ini dibandingkan daerah lain karena akses jalan yang sangat sulit jika turun hujan maka jalan tidak bisa dilewati karena bahaya longsor. Kabupaten Mamasa mempunyai daerah seperti Kecamatan Nosu dan Pana yang sangat sesuai untuk budidaya kopi Arabika. Sejak jaman dahulu, kopi
Gambar 13. Turbin mikro hidro di desa Masoso, kecamatan Bambang Di samping turbin yang telah dibangun, potensi pengembangan dan peningkatan daya listrik dari mikro hidro masih cukup besar baik yang off-grid maupun ongrid. Pola kemitraan dengan industri turbin lokal di Mamasa bisa dijadikan contoh model pengembangan mikro hidro untuk daerah terpencil. CV Batang Uru yang dapat memproduksi turbin dan melakukan instalasi pembangkit mikro hidro merupakan contoh keberhasilan industri kecil lokal yang bergerak di EBT di kabupaten Mamasa (Gambar 14). Lokasi pengembangan turbin yang dilakukan oleh CV Batang Uru di Kabupaten Mamasa, dapat dijadikan sebagai sarana/pusat pelatihan mikro hidro bukan hanya untuk kabupaten Mamasa tetapi juga untuk daerah lainnya yang berkaitan dengan pengembangan mikro hidro. Bahkan CV Batang Uru telah berhasil mengembangkan disain turbin adanya seal
merupakan komoditi unggulan yang banyak diperjualbelikan ke daerah Toraja dan lebih dikenal sebagai kopi Toraja. Pemerintah kabupaten Mamasa berkomitmen untuk mengembalikan pamor kopi Mamasa sebagai kopi asli Mamasa dimana pada tahun 2014-2015 melalui BAPPEDA kabupaten Mamasa telah disusun master plan untuk pengembangan kopi Kabupaten Mamasa. Kopi arabika dianggap sebagai komoditi unggulan bagi masyarakat Mamasa. Kebun kopi masyarakat berada di daerah yang jauh dari akses pusat kota, sehingga sulit untuk melakukan intervensi teknologi dalam bentuk peralatan pasca panen dan pengolahan biji kopi seara mekanis. Penanganan pasca panen kopi yang masih tradisional cenderung menyebabkan rendahnya kualitas biji kopi yang dihasilkan. Proses pasca pasca panen dan pengolahan promer biji kopi di tingkat petani kopi di Mamasa untuk kopi Arabika baru sebatas pada biji kopi kering yang
dalam konstruksinya (TTS: Turbin Tanpa Seal). Disain
masih ada kulit tanduknya.
turbin ini sangat potensial untuk dipatenkan yang bisa
Petani kopi menjual kopi dalam bentuk biji kopi yang
jadi sebagai bagian dari dukungan GP untuk mengangkat
masih berkulit tanduk pada saat hari pasar dan beberapa
kearifan lokal.
melakukan transaksi di pasar tradisional (Gambar 15). Pembeli yang berasal dari Mamasa dan dari luar kota
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 7
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
berdatangan untuk bertransaksi dengan petani. Harga
terhadap operasional dan pemanfaatan pembangkit
biji kopi kering adalah Rp 11000/kg untuk kopi robusta
mikro hidro. Listrik yang dihasilkan dimanfaatkan oleh
sedangkan untuk kopi arabika, petani menjualnya dalam
masyarakat pada saat malam hari untuk keperluan
bentuk biji kopi kering utuh tanpa dilakukan penggilingan
penerangan (17:00-07:00), sementara pada saat siang
awal. Harga kopi arabika adalah Rp. 8000/liter (perlu 3
hari bisa dimanfaatkan untuk kegiatan proses
liter untuk menjadikan 1 kg biji kopi kering).
pengolahan kopi. Listrik digunakan sebagai penggerak pulper mekanis kapasitas besar. Biaya operasional pembangkit mikro hidro diperoleh dari iuran masyarakat pengguna listrik dan penghasilan dari sewa pulper mekanis. Secara teknis, pemanfaatan kapasitas daya listrik dari pembangkit mikro hidro layak diterapkan
Gambar 15. Transaksi kopi masyarakat Mamasa Peningkatan nilai tambah produk pertanian: Intervensi pengolahan kopi dilakukan introduksi alat pulping mekanis. Tenaga penggerak pulper mekanis ini memanfaatkan daya listrik yang idle dari pembangkit listrik mikro hidro pada siang hari. Pengupasan pulp dengan cara mekanis diharapkan prosesnya berjalan
untuk pembangkit off-grid meskipun diperlukan kelembagaan yang kuat dan bantuan modal awal. Tetapi untuk kabupaten Mamasa, dengan adanya penetapan kopi sebagai produk unggulan Mamasa, program pemanfaatan kapasitas daya listrik untuk peningkatan nilai tambah produk pertanian secara teknis dan ekonomis layak untuk diakukan meskipun diperlukan kajian ekonomis lebih detail.
dengan cepat dan ada potensi penambahan pendapatan di tingkat petani sebesar Rp. 1100- 2500 per kg yang diperoleh dari perbaikan kualitas biji kopi yang dihasikan. Hal ini disebabkan proses pulping sangat dipengaruhi jeda waktu pulping antara setelah dipanen dengan proses pulping. Semakin lama jeda antara waktu panen dan pengolahan akan mengakibatkan kualitas biji kopi yang ditunjukkan oleh warna biji kopi yang kusam. Hal ini
Gambar 16. Pulper kopi tradisional dan semi mekanis
berpengaruh terhadap harga jual kepada pedagang pengumpul. Pada saat ini, proses pulping hanya mengandalkan alat pulping tradisional dengan kapasitas yang sangat rendah. Pulper tradisional terbuat dari batu dan beberapa sudah menggunakan pulper semi mekanis tetapi dengan kapasitas yang sangat kecil (Gambar 16). Pengembangan pembangkit mikro hidro di kabupaten Mamasa untuk daerah yang jauh dari akses jaringan PLN dan program pengembangan kopi sebagai produk unggulan di kabupaten Mamasa dapat disinergikan melalui optimasi kapasitas daya listrik yang dihasilkan
Gambar 17. Skema optimasi kapasitas daya listrik mikro hidro
oleh mikro hidro untuk peningkatan niai tambah
KESIMPULAN
pengolahan kopi. Skema optimasi daya listrik yang idle
Pemanfaatan kapasitas daya terpasang pembangkit listrik
pada saat siang hari diilustrasikan pada Gambar 17.
mikrohidro secara teknis layak dikembangkan. Upaya
Pembangkit listrik mikro hidro skala kecil yang dibangun
pemanfaatan kapasitas daya listrik yang idle ini perlu
secara off-grid dikelola oleh masyarakat secara mandiri bisa dalam bentuk koperasi atau gapoktan kopi. Pengurus koperasi/gapoktan disamping bertanggujawab
didukung dengan pengembangan peralatan pengolahan produk primer spesifik lokasi. Selain itu, kelembagaan yang bertanggungjawab terhadap operasional dan
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 8
TECHNICAL REVEIW – NO. 1 - JUNE 2016 Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA-I
pemanfaatan mikro hidro harus kuat. Dalam pelaksanaannya diperlukan program pendampingan yang intensif dari kegiatan peningkatan nilai tambah produk pertanian dan pemasaran produk. ACKNOWLEDGMENT This Policy Brief produced by Konsorsium “PETUAH” Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau and funded by the Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia REFERENSI Booth, S. M. Elchinger, G. Hill, J. Katz, J. Macknick, and J. Barnett. 2014. Rantau Suli Integrated Project: A Green Prosperity Model Project. National Renewable Energy Laboratory, U.S. Department of Energy, Office of Energy. Cutler,D., M. Elchinger, G. Hill, D. Kline, B. Stoltenberg. 2014. Aggregated Micro-Hydropower in Mamasa: A Green Prosperity Model Project. and J. Barnett. National Renewable Energy Laboratory U.S. Department of Energy, Office of Energy. ESDM, 2016 (diakses 2 April 2016) Purwanto., Y.A., L.B. Prasetyo, E.K. Damayanti, R. Sonaji. 2009. Model Desa Mandiri Energi Berbasis Mikrohidro di Sekitar Taman Nasional. Prosiding Seminar Nasional dan Gelar Teknologi PERTETA 2009, Mataram, 8 – 9 Agustus 2009 Purwanto, Y.A., K. Murtilaksono, S. M. Yusuf. 2015. Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengolahan Kopi di Desa Mandiri Energi. Agrokreatif, Vol. 1 (1): 28-34.
Authors Dr. Y. Aris Purwanto. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor
The Konsorsium ‘PETUAH’ Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau – MCA Indonesia policy briefs present research-based information in a brief and concise format targeted policy makers and researchers. Readers are encouraged to make reference to the briefs or the underlying research publications in their own publications. ISSN XXXX-XXXX Title: Pemanfaatan kapasitas daya listrik pada saat idle dari pembangkit mikro hidro off-grid untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian
Konsorsium PETUAH “Perguruan Tinggi untuk Indonesia Hijau”– MCA Indonesia
KONSORSIUM “PETUAH” PERGURUAN TINGGI UNTUK INDONESIA HIJAU – MCA INDONESIA
Page | 9