LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
SYSTEMS THINKING ENDANG WIRJATMI TRILESTARI KANTOR: LAN RI JL. VETERAN NO. 10 JAKARTA TELP. 021-3800188 Email:
[email protected]. RUMAH: JL. DANGDEUR INDAH NO. 16 SURIASUMANTRIBANDUNG . TELP. 022-2020731-2002505 HP. 0811223566 Komplek PPLPN LAN RI, Jl. Administrasi II No. B 11 . Pejompongan Jakarta. Telp: 021-53690610 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
1
Pokok Bahasan
1. Teori berpikir system 2. Membuat Story line-variable dan leverage
3. Diagram Simpal Causal 4. Aplikasi Systems Thinking
9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
2
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
TEORI SYSTEMS THINKING
BAGIAN 1
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
3
Latar belakang
ChangE !!! Fenomena saat ini = EVERYTHING CHANGING .. Customer, competitor, poleksosbudtek……….., so © Pusdiklat Spimnas 2011
9/30/2011
Endang Wirjatmi
4
DECIPLINE LEARNING ORGANIZATION “Spiritual” foundation
Genuine commitment SHARED VISION
PERSONAL MASTERY CREATIVE ORIENTATION
TEAM LEARNING
GENERATIVE CONVERSATION
System from beliefs, assumptions, feelings
9/30/2011
ORGANISATIONAL LEARNING
SYSTEMS PERSPECTIVE
SYSTEMS THINKING
MENTAL MODELS
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
5
Use of OL Tools
© Pusdiklat Spimnas 2011
SYSTEM DAN KOLEKSI KOLEKSI Suatu kumpulan bagian atau variabel yang sama sekali tidak mempunyai hubungan.
SYSTEM hubungan antar bagian/ variabel sistem, batas suatu sistem, subsistem dalam sistem, dan input serta output sistem. Bagian/variabel subsistem
sistem
lingkungan
hubungan
output
input
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
Batas sistem dan lingkungan
7
SYSTEMS THINKING Menurut McNamara (2003), secara mendasar systems thinking merupakan suatu cara membantu orang untuk memandang dunia, termasuk organisasinya dari perspektif yang luas melibatkan struktur-struktur, pola-pola dan peristiwa-peristiwa daripada hanya melihat peristiwa-peristiwanya saja. Senge (1990) mendefinisikan systems thinking sebagai suatu disiplin untuk melihat keseluruhan, mengenali pola-pola dan saling keterkaitan, dan pembelajaran bagaimana untuk menstrukturkan kesalingterkaitan ini dengan cara yang lebih efektif dan efisien. 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
8
SYSTEMS THINKING CARA PANDANG MENYELURUH DENGAN MEMPERHATIKAN KETERKAITAN VARIABEL/ KOMPONEN (hard dan soft, measurement component, variable) YANG MEMBENTUK JARINGAN SEBAB AKIBAT DAN BERINTERAKSI DALAM LINGKUNGAN YANG KOMPLEKS dan DINAMIS 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
9
MENANGANI KERUMITAN DINAMIS SYSTEMS THINKING AS TOOLS ARCHIMEDES: “Berilah ThemeGallery saya pengungkit yang is a Design Digital cukup panjang, dan Content & … Contents mall developed by dengan satu tangan akan Guild Design Inc. dapat memindahkan dunia” “ Give me a long lever enough …….,and single handed I can move the world “ 9/30/2011
The real leverage in most management situations lies in understanding dynamic complexity, not detail complexity.
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
10
PENANGANAN KRISIS PEMERINTAH KOREA -
Collusive tie between politicians and business +
Government interruption in + financial activity
+ import
+
-
+ national competitiveness + +
-
+
surplus in foreign currencies
export
+
transparancy and advanced technology
+
+ foreign currency reserve
-
+
speculative - national complain of invesment credibility + labor + foreign + + + financial investment + +curruption + + crisis job + market flexibility in industrial + kompetition labor market restructuring + + + + Unemployment pain sharing + + growth + between restructuring of level of first policy + financial employer and economic institution employee activity + + + +
Lack of democracy +
+
11
Endang Wirjatmi Trilestari
interest rate
-
Investment Money flow
+
© Pusdiklat Spimnas 2011 +
Value of currency
BIS ratio
+bunckrupcy
+
loan
9/30/2011 Gambar: Cognitive map
Esensi Systems Thinking
ChangE !!!
PERGESERAN PARADIGMA BERPIKIR REACTIVE
ANTICIPATIVE
SNAPSHOT/ POTRET SESAAT
DYNAMICS/ PROSES PERUBAHAN
LINIER/SEARAH
CAUSALITY
ANALISIS PARSIAL
KONTEKS
HIRARKI
JEJARING
STRUKUR
PROSES
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
12
Cara berpikir Otak = Berpikir
causality
Posisi Keran
Tingkat Permukaan Air Yang Diinginkan
Aliran Air
Senjang Yang Dinilai
Tingkat Permukaan Air saat ini
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
13
SUATU PENDEKATAN PARADIGMA:
cara berpikir yg dpt mendeskripsikan keterkaitan-dinamik dan mempengaruhi perilaku sistem (dinamik, operasional, kausalitas tertutup/sirkuler (close loop),
BAHASA:
Suatu alat utk mengubah &/ memperbesar cara berpikir yg kompleks utk mengambil keputusan dinamis,(wujud diagram: CLD, SFD, grafik, digambarkan dg nyata dg perangkat aturan yg tepat)
METODOLOGI:
seperangkat metode, prinsip-prinsip dg teknologi utk mengetahui struktur perilaku, keterkaitan diantara komponen, dan perubahan bagian-bagian yang mempengaruhi sistem secara keseluruhan.
STIA-LAN BDG 9/30/2011
[email protected]
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
14
KEGUNAAN SYSTEM THIKNING UNTUK PEMIMPIN MENGARAHKAN SELURUH KEGIATAN ORG. PADA VISI
MENGEVALUASI KEGIATAN/ KEBIJAKAN YG TELAH DILAKUKAN
OPERASIONAL DIGUNAKAN UTK MEMBUAT SKENARIO/ PERENCANAAN 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
15
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
Metodologi Pemodelan
Systems Thinking
1 6
Endang Wirjatmi
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
Thinking is modeling • All use models !
Tujuan Membuat Model ST
Mendapatkan gambaran
keseluruhan sistem Mengidentifikasi akar masalah Untuk mendapatkan pemahaman variabel pengungkit Dapat memahami dampak dari beberapa alternatif solusi Tujuan utama adalah pemahaman terhadap persoalan yang dimodelkan dan bukan model itu sendiri. 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
17
ELEMEN DASAR MODEL ST
STORYLINE (ALUR CERITA) VARIABEL
MODEL KETERKAITAN LOOPING 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
18
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
STORY LINE DALAM Systems Thinking
1 9
Endang Wirjatmi
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
Soft Systems Methodology
6. Feasible
Menggunakan systems thinking dan system dynamic model 1. The Problem Situation unstructured
(Tahap 1) MENGENALI SITUASI MASALAH dan TUJUAN MEMECAHKAN MASALAH
(Tahap VI) PRESENTASI MODEL YANG TELAH DIINTERVENSI
(Tahap II) MENGGAMBARKAN MODEL DASAR (ARCHETYPE-MODEL MENTAL MENJADI MODEL YANG AKAN DIINOVASI
2. Mengenali situasi masalah dengan: a. Mengguna-kan pola dasar (archetype) b. Mengembangkan pemikiran (brainstorming)
MODEL DASAR
VS
INOVASI
(Tahap V) MEMBANDINGKAN MODEL DASAR DANGAN KONSEP & TEORI (Validasi SSM: Expert Judgment: Praktisi & Scienties); Validasi dan Simulasi dengan system dynamics
(Tahap VII) MENGHASILKAN MODEL DEGAN BERBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN PERMASALAHAN
Real World
5. Membandingkan Proses perdebatan berbagai ide, pengetahuan yang relevan dengan permasalahan. 3. Root definitions of relevant systems
9/30/2011
(Tahap III)
PERUMUSAN RANCANGAN MODEL (Systems Thinking) dapat dibantu dg (Customers, Actors, Transformation, WorldView, Owner, Environment)
(Tahap IV) ELABORASI RANCANGAN MODEL (conseptual models yang menggambarkan intervensi pemikiran dibuat dengan menggunakan pengambangan model dasar/Cognitive Mapping)
Systems World
4. Conceptual models diuji dengan system dynamisc
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
konsep/model dasar dengan model hasil inovasi
20
STORY LINE TEMA: Percepatan Reformasi Birokrasi Dalam Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Era ASEANS /O China Free Trade Area REFORMASI BIROKRASI
R
DAYA SAING BANGSA
S /O
• STORY LINE: Reformasi birokrasi telah dimulai lebih dari 10 tahun yang lalu, namun dalam praktik belum menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan. Berbagai fenomena negatif, buruknya birokrasi dalam pelayanan, praktik KKN, dsb., dihadapan kita. Sesungguhnya, bagaimanakah persoalanan yang sulit dipecahkan dalam melaksanakan reformasi birokrasi di Indonesia?. 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
21
LANJUTAN STORY LINE • Para ahli mengatakan, reformasi birokrasi merupakan bagian dari reformasi administrasi. Reformasi administrasi menyangkut pembaharuan (paradigma dan tindakan nyata) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang terkait dengan berbagai bidang atau dimensi, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun administrasi pemerintahan (birokrasi) itu sendiri. Sementara reformasi birokrasi menyangkut proses perubahan yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mendesain atau mengkonstruksi birokrasi agar mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pemerintahan, khususnya bagi pelayanan masyarakat dan penciptaan kesejahteraan masyarakat.
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
22
Cara memodelkan
pelayanan masyarakat
ekonomi administrasi pemerintahan (birokrasi)
politik
budaya
penciptaan kesejahteraan masyarakat
sosial
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
23
LANJUTAN STORY LINE • Fukuyama (2004) dalam buku “State Building”. Ia mengkritik bahwa reformasi yang dilakukan di Indonesia cenderung hanya reformasi politik, ekonomi dan sosial dan tidak ada reformasi administrasi pemerintah. • Kouzes dan Posner (1997:60), birokrasi pemerintah tidak memiliki kredibilitas dalam pembuatan kebijakan dan penyelenggaraan pelayanan. Alhasil trust dari masyarakat akan kurang berpihak pada birokrasi dan pada akhirnya melahirkan negative public image (King & Stivers: 1998:6) atau negative public-feelings (Kathi & Cooper:2005:3). Image tersebut ditujukan terhadap tindakan dan perilaku birokrat pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan sehingga menimbulkan sikap sinisme masyarakat (termasuk pelaku usaha) kepada birokrasi pemerintah.
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
24
LANJUTAN STORY LINE • Krisis kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi pemerintah sebetulnya juga menjadi masalah fundamental yang dihadapi oleh banyak negara dan pemerintah pada dekade terakhir ini. Kepercayaan kepada pemerintah sedang mengalami kemunduran di berbagai belahan dunia dan di banyak negara baik di negaranegara sedang berkembang dan juga di negara-negara maju (Uslaner, 1999; Zhang & Zhang. 2001; Vigoda dan Yuval. 2003)
• Teori tentang negara, birokrasi merupakan instrumen penting negara. Birokrasi menjadi unsur penting dalam kerangka konstelasi politik di negara berkembang termasuk penyelenggaraan administrasi negara dalam upaya melakukan perubahan sosial dan sosialisasi politik (Eiseinstad, 1965). “Problems of Emerging Beraucracies in Developing Areas and New States” dalam Industrialization and Society, Bert F. Hoselitz and Wilbert E. Moore (eds) pp. 159-174,Paris: UNESCO, 1965.
• Peran penting birokrasi dalam administrasi negara, tidak hanya dalam pelayanan masyarakat tetapi juga menyangkut pengaturan, pengawasan/pengendalian, penyelenggara pemerintahan, agen pembangunan, dan pemberdaya masyarakat
© Pusdiklat Spimnas 2011
9/30/2011 Endang Wirjatmi (Bryant & White,1987; Dwiyanto, 2005).
25
LANJUTAN STORY LINE • peran penting birokrasi dalam administrasi negara, tidak hanya dalam pelayanan masyarakat tetapi juga menyangkut pengaturan, pengawasan/pengendalian, penyelenggara pemerintahan, agen pembangunan, dan pemberdaya masyarakat (Bryant & White,1987; Dwiyanto, 2005).
• Menurut Leemans (1976) karena organisasi birokrasi pemerintah itu kaku, tidak tertib dan koordinasinya kaku, tidak menarik, otokratis, korup, pegawainya tidak sanggup beradaptasi dengan kebutuhan dunia modern atau dengan arah pembangunan yang menuntut perilaku dinamis dan inovatif, serta organisasinya cenderung mendominasi semua organ politik dan terpisah dari masyarakat (eksklusif).
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
26
• Caiden (1982) antara lain disebabkan oleh kekurangan kompetensi administrator, warisan budaya administrasi pemerintah terdahulu yang merasa cukup nyaman dengan sesuatu yang telah ada, pendekatan administrator yang mementingkan atasan, infrastruktur administrasi yang lemah, politisasi birokrasi, lemah dan lambatnya usaha untuk keluar dari masa transisi. Demikian juga menurut Tjokroamidjojo (1995), bahwa salah satu hambatan pokok terhadap kemampuan administrasi negara untuk mendukung tugas-tugas baru pelaksanaan pembangunan di dunia ketiga adalah karena seringkali birokrasi itu sendiri sebagai produk dari lingkungannya yang masih terbelakang.
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
27
STORY LINE • Setiap peristiwa/kejadian merupakan suatu hubungan sebab akibat yang menggambarkan suatu alur cerita (story line). Alur cerita tersebut dapat diidentifikasi ke dalam variabel yang saling berkaitan. CONTOH Dalam dunia bisnis, promosi merupakan usaha untuk menarik banyak pelanggan, akan tetapi promosi yang dilakukan secara berulang dalam bentuk yang sama akan menimbulkan kejenuhan bagi pelanggan (pembatas), sehingga mengurangi kinerja. (Limit to growth)
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
28
Variabel Variabel adalah kejadian/peristiwa yang saling terkeit dan dapat diukur 1
2
3
hard variabel: • populasi, •besarnya pendapatan pajak, •jumlah pemilih,
performance measure variable: • rata-rata pertumbuhan penduduk, • rasio kinerja terhadap biaya, • pangsa pasar,
soft variable: •motivasi pegawai, •kepercayaan masyarakat, •reputasi pemimpin, •kepatuhan wajib KEJENUHAN pajak.
CONTOH: • PROMOSI • PELANGGAN 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
29
CONTOH KETERKAITAN VARIABEL dan LOOPING VARIABEL DAN KETERKAITAN Variabel pembatas
+ Promosi
Pelanggan
+
+
Pelanggan
Promosi
Kejenuhan
Promosi
LOOPING
Sumber: Bab VI, hal 77-96; Endang Wirjatmi; Systems Thinking 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
30
Kualitas dari model ditentukan oleh
9/30/2011
1
2
3
Model yg dibuat dpt menjelaskan masalah yg ada. Atau sejauhmana model tsb dapat menjelaskan yg akan diketahui dan dipecahkan?
Model dpt dipahami oleh pengguna/ oleh pembaca model tsb. Sejauhmana pengguna/orang lain dpt memahami model tsb?
Kualitas model tdk ditentukan dari jml variabel/tk kedetail-an dr variabel yg ditemukan, ttp dari hubungan dg ukuran logis, realistis, sistematis dan humanistis.
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
31
CATATAN: Pemilihan Nama Variabel
1
Gunakan kata benda ketika memilih suatu nama variabel. Hindarkan penggunaan kata kerja atau frasa tindakan, karena tindakan/aksi akan disampaikan dalam tanda panah.
Jumlah Pesanan
Pendapatan
Endang Wirjatmi 9/30/2011
Peningkatan Pendapatan
[email protected]
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
32
CATATAN: Pemilihan Nama Variabel 2
Gunakan variabel-variabel yang dapat menggambarkan kuantitas yang dapat berubah terhadap waktu. Penghargaan
Kebahagiaan
Endang Wirjatmi 9/30/2011
Keadaan Pikiran
[email protected]
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
33
CATATAN: Pemilihan Nama Variabel
3
Pilihlah suatu nama variabel yang memiliki konotasi yang lebih positif.
Permintaan
Pertumbuhan
Endang Wirjatmi 9/30/2011
Penyusutan
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
HP. 0811223566 34
CATATAN: PEMILIHAN KETERKAITAN VARIABEL Jangan menggunakan suatu nama variabel lebih dari satu.
4
Kualitas Total Biaya
Jumlah Biaya
+ Harg a Endang Wirjatmi 9/30/2011
Kualitas Salah
+ Total Biaya + Harga Benar
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
HP. 0811223566 35
CATATAN: PEMILIHAN KETERKAITAN VARIABEL Pembentukan Loop. Pikirkan kemungkinan konsekuensi yg tdk diinginkan seperti hasil (outcome) yg diharapkan utk setiap rangkaian tindakan yg terlibat dalam diagram.
5
s Tekanan Terhadap Produksi
s o
Endang Wirjatmi 9/30/2011
Output Produksi Stres Kualitas
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
HP. 0811223566 36
Keterkaitan (1) • Keterkaitan mengindikasikan suatu hubungan sebab akibat antara dua variabel, ditunjukkan dengan tanda panah. Contoh:
Kekuatan Promosi melalui Perkataan (TM) yg Positif
9/30/2011
Penjualan
Penjualan
Pelanggan yang Puas
Pelanggan yang Puas
Kekuatan Promosi melalui Perkataan (TM) yg Positif
© Pusdiklat Spimnas 2011 37
Endang Wirjatmi
KETERKAITAN Secara umum terdapat dua jenis kemungkinan keterkaitan antar dua variabel, yaitu: • dua variabel yang bergerak dalam arah sama, diberi tanda ”s” atau ‘+’ atau huruf R
/+
• dua variabel yang bergerak dalam arah berlawanan, diberi tanda ”o” atau ‘-‘ atau huruf B /
• dua variabel yang bergerak dalam arah yang sama atau berlawan secara tidak langsung ”delay”, diberi tanda ”//”
+ Penjualan 9/30/2011
Produksi Mobil
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
38
CARA PENETUAN LOOP Cara singkat untuk menentukan apakah suatu loop seimbang (balance) atau penguatan (reinforce) adalah dengan menghitung jumlah “o” (-) dalam loop. Jumlah ganjil dari “o” (-) mengindikasikan loop setimbang. Perhatian: Setelah Anda memberi label loop (R atau B), anda seharusnya membaca lagi loop tersebut untuk memastikan bahwa cerita yang dibuat sesuai dengan label tersebut.
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
39
Diagram Lup Balikan Positif (Reinforcing Feed Back Loop Diagram) Penjualan
Pola Perilaku
Pelanggan Yang Puas
Cash Di Bank
Kekuatan Promosi Melalui Mulut Yang Positif
Waktu 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
40
Diagram Balikan Negatif (Balancing Feed Back Loop Diagram)
Temperatur Badan Penyesuaian Pakaian
Gap Temperatur
9/30/2011
Suhu
Pola Perilaku
Temperatur Waktu Badan Yang Diinginkan
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
Suhu Yang Diinginkan
41
Kinerja
Kinerja
Gambar Karakteristik Pola Perilaku Sistem
Waktu
Waktu
b. Pencarian Tujuan (Goal-seeking)
Kinerja
Kinerja
a. Pertumbuhan Eksponential
Waktu
Waktu
c. Kurva S (sigmoid) 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
d. Fluktuasi (Oscillation)
Endang Wirjatmi
42
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
MODEL DASAR SYSTEMS (Systems Archetype Basics)
By: Endang Wirjatmi Trilestari
Sumber: Endang Wirjatmi (2008) Systems Thinking Bab VII, hal. 97-113 9/30/2011
DIKLATPIM II 2011 Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
43
8 (Delapan) POLA DASAR DALAM
SYSTEMS THINKING 1. 2. 3. 4. 5.
Perbaikan yang gagal (Fixes That Fail) Pemindahan beban (Shifting The Burden) Sasaran yang berubah (Drifting Goal) Persaingan (Escalation) Pertumbuhan yang terbatas (Limit to Success/Growth) 6. Pertumbuhan dengan keterbatasan investasi (Growth and Under Investment) 7. Kesulitan Bersama (Tragedy of The Commons) 8. Sukses bagi yang sukses (Success to The Successful 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
44
Fixes That Fail/Perbaikan yang Gagal • Suatu solusi yang diambil memperlihatkan hasil yang cepat, murah, namun konsekuensinya tidak diharapkan, kemudian seiring dengan berjalannya waktu akan memperbesar masalah itu sendiri. + Gejala Masalah + -
Perbaikan (Fix)
B
Struktur sistem
R + Konsekuensi yang tidak Diinginkan 9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
45
SFD & Prilaku sistem Fixes That Fail (Perbaikan yang Gagal) Stock & Flow Diagram Gejala_Masalah Konsekuensi_yang_tidak_diinginkan
Perbaikan_cepat
Tingkat_perbaikan Faktor_konsekuensi
Prilaku sistem 10
Gejala_Masalah
8
6
4
2
0 0
20
40
60
80
100
Time
9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
46
Shifting the Burden • Suatu masalah “diselesaikan” dengan Struktur Sistem menggunakan solusi dari gejala(simptom) Solusi Simptomatik + (B1) yang sesungguhnya semakin B1 lama membuat masalah tsb lebih buruk lagi Simptom berdampak dan lebih R1 - Permasalahan sulit untuk menyelesaikan masalah B2 yang fundamental (R1). Dalam struktur + Solusi “Addiction,” “Shifting Mendasar the Burden”. Efek sampingnya menjadi sangat besar. 9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
+ Efek Samping
47
Contoh: Kemacetan LL: Model Shifting the Burden Story line: Suatu masalah kemacetan lalu lintas “diselesaikan” dg menggunakan solusi dari gejala (pembuatan jalan baru-B1), tanpa memperhatikan kualitas lingkungan (Mis: keamanan, kebersihan) sehingga membuat masalah tsb lebih buruk , yaitu ketergantungan pada mobil dan lebih sulit untuk menyelesaikan masalah yang fundamental (R1). Dalam struktur “Addiction,” “Shifting the Burden”. Efek sampingnya menjadi sangat besar. Jalan Baru + Struktur sistem
Pembuatan_jalan
Kualitas_lingkungan Faktor_laju_pembuatan_jalan
Laju_pembuatan_jalan Lalu_lintas
Kemacetan_lalu_lintas Kualitas_lingkungan_keamanan Ketergantungan_pada_kendaraan
faktor_kebergantungan_pd_kendaraan
2
15 2
B1 --
2
10 2
Kemacetan Lalu lintas
Ketergantungan pd Mobil R1
9/30/2011
1 1
1 51
0
1
2
Kemacetan_lalu_lintas Lalu_lintas
1 0
B2
2
2
+
1
25
50
75
100
125
Time
Kualitas Lingkungan
+ -
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
48
Drifting Goal/ Sasaran Yang Berubah Struktur Drifting Goals terdiri dari dua simpal penyeimbang yang berinteraksi dalam suatu cara. Kenyataanya aktivitas dari suatu simpal secara nyata mengurangi keseimbangan simpal yang lain dalam upaya mencapai tujuan.
Target Gap
Konsumsi_produksi Konsumsi_air_terbuang Produksi
Konsumsi_Umum Air_terbuang
Keperluan_umum
Aktual Laju_produksi
-
Sasaran (Goal)
B1
Tekanan untuk memperbarui sasaran
1 15.000
+ + -
kesenjangan (gap)
1 10.000
1 1 2
2
0
10
2
12
1
2
Aktual Target
+
Kondisi aktual
B2
Tindakan koreksi
+
9/30/2011
5.000 20
30
40
Time
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
49
Eskalasi Suatu situasi dimana kita merasa bahwa “ sesuatu berjalan dengan baik, melebihi apa yang kita inginkan. Akan tetapi kita tidak berdaya untuk menghentikannya. Struktur ini terdiri dari 2 simpal penyeimbang yang berinteraksi dalam suatu cara sehingga dapat menciptakan suatu simpal penguatan. 9/30/2011
Aktivitas A + + Dasil yg Dicapai A
B1
Ancaman Thd A -
+ -
Hasil yg dicapai A Relatif thd B
+
Hasil yg dicapai B
B2
Ancaman Thd B
+
Aktivitas B +
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
50
Eskalasi “Story line: Persaingan senjata antara USA dan Sovyet. Pada saat USA memperbesar biaya untuk senjata dan memberikan kemenangan relatif USA thd Sovyet. Hal ini juga menjadikan ancaman bagi USA. Demikian juga Sovyet. Atau (A:USA) mengambil tindakan yang dirasakan oleh pihak lain sebagai ancaman. Pihak (B: Sovyet) merespon dengan cara yang sama, meningkatkan ancaman pada A dan mengakibatkan lebih banyak tindakan ancaman yang dilakukan oleh A. Loop yang memperkuat dapat dilacak dengan mengikuti garis besar gambar-8 yang dihasilkan oleh kedua balancing loop.
+
B1
+
Fraksi_biaya_USA Efek_ancaman_bagi_USA Kemenangan_Persenjataan_relatif_A_thd_B
Efek_ancaman_bagi_Sovyet Sovyet Biaya_senjata_Sovyet
Fraksi_biaya_Sovyet
1 100.000
2
+
Kemenangan relatif senjata USA terhadap Sovyet -
Ancaman untuk USA
Biaya_Senjata_USA
Senjata Sovyet
Senjata USA + Biaya persenjataan USA
USA
B2
Biaya senjata Sovyet
1 2
50.000
1 2
USA Sovyet
12
+
12
+ Ancaman untuk Sovyet
0
1 0
2
12 20
40
60
80
100
Time
9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
51
Limit to Growth/Success Daya serap pasar
Laju pembangunan ekonomi +
Pembangunan_Ekonomi Laju_pertumbuhan_ekonomi Tekanan_laju_pertumbuhan_ekonomi
ktor_laju_pertumbuhan_ekonomi
Laju_pertumbuhan_ekonomi
Usaha yang terus menerus dilakukan biasanya mengarah pada kinerja yang baik. Seiring waktu, sistem memasuki suatu batas yang menyebabkan kinerja melambat atau bahkan menurun (B1), walaupun usaha terus dilakukan. Hal ini karena adanya pembatas.
+ R
Pembangunan ekonomi -
B
+ Tekanan laju pembangunan ekonomi
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Daya_serap_pasar
30
60
Pembangunan_Ekonomi
9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
52
Growth and Underinvestment Prilaku sistem yang menggambarkan suatu pertumbuhan yang dipacu, namun tidak dapat mengikuti pertumbuhan karena adanya pembatas sumber dayanya. Untuk membuat model ini, diperlukan data tentang mesin pertumbuhan, faktor-faktor pembatasnya, standar kinerja ada, investasi yang diinginkan dan kapasitas pembatas. Laju pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan_penduduk
penduduk +
Fraksi_pertumbuhan
+
R
Dampak_keterbatasan_produksi
Penduduk
Standar_kinerja
Faktor_penyesuaian
Penyesuaian_pangan
Kebutuhan_modal
1
+
-
B1
Produksi_pangan
4.000
Laju_produksi
-
Dampak keterbatasan produksi
Produksi pangan +
Standar kinerja +
Ketersediaan_modal
Modal
1
9/30/2011
2
2 2.000
Penduduk Produksi_pangan
1 2 1
Modal produksi
1
2
Kebutuhan modal
B2
3.000
+
+
1.000 1 2 0
2
50
100
150
200
Time
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
53
Tragedy of The Commons +
Produksi A + +
R1
Total Keuntungan A
Sumberdaya
B1
+
Total keuntungan A dan B
+
+ -
Keuntungan per individu
B2 Total Keuntungan B
+ +
R2
Produksi B
-
Fraksi_produksi_A
Tindakan rasional yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan kinerja masing-masing bisa menghasilkan kehancuran kinerja sistem secara keseluruhan dan juga menghancurkan kemampuan individu2 tsb dalam menghasilkan kinerja karena sistem telah rusak. Contoh: Pengambilan ikan di laut. Masalah ini dapat diidentifikasi melalui: sumberdaya yang ada, total keuntungan individual pihak yang mengkonsumsi, jumlah produksi, total keuntungan keseluruhan, keuntungan per individu
Keuntungan_Perusahaan_A
60
3
3
3
50
Produksi_perusahaan_A
40 1
Fraksi_tunda Jumlah_Keuntungan_Total
Keuntungan_perproduksi_AB
30 20 2
Cadangan_SDA
2
Tambahan_produksi_B
10 1
2
2
2
1
3 1
Keuntungan_Perusahaan_A Keuntungan_Perusahaan_B Keuntungan_perproduksi_AB
1 2 3
Keuntungan_Perusahaan_B Produksi_perusahaan_B
0 0
20
40
60
3 1 80
1 100
Time Fraksi_produksi_B
9/30/2011
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
54
Success to the Successful Perilaku sistem yang menggambarkan dua kelompok atau lebih yang saling memberikan keuntungan atas usaha yang dilakukannya. Misal: kegiatan yang menguntungkan yang dilakukan oleh “A” memberikan peluang terhadap keuntungan “B”. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Fraksi_Usaha_A
Keuntungan_A Usaha_A Alokasi_A
Sumber_Daya_A Modal_A Faktor_SInergis
Peluang_Pasar Kesenjangan
Modal_B
Alokasi_B
Sumber_Daya_B
Keuntungan_B Usaha_B Fraksi_Usaha_B
Keuntungan Perusahaan B
2
Keuntungan perusahaan A +
2 2
1.050.000
-
2 2 2
+
Peluang Pasar
R1 + Modal B
R2
1.000.000 1 2
1
1
+
2
1
Keuntungan_A Keuntungan_B
1
-
950.000
1 1
Modal A
0
5
10
15
20
25
1 30
Time
Struktur sistem 9/30/2011
Perilaku sistem Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
55
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
Inspiring your mind
Endang Wirjatmi: Jl. Dangdeur Indah No. 16 Bandung. Telp. 022-2020731-2002505 HP. 0811223566 Jl. Pasar Minggu Raya No 2 Duren Tiga-Jakarta Selatan. Tp. 021 7990418
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
56
CLD PENGANGKATAN PNS HONORER Jumlah Penduduk Tenaga Honorer
Rasio PNS Penduduk
Kebutuhan Pegawai
-
-
<Jumlah PNS>
Pensiun Kinerja Organisasi Pemerintahan Beban Kerja
R2
B2
B1
Tes Pegawai dari Umum
Jumlah PNS
-
Disiplin
Rekrutmen R1 Kebijakan Rekrutmen
-
Tingkat Korupsi -
B3 Motivasi
Budaya Kerja Kualitas SDM PNS Pendidikan dan Pelatihan PNS
9/30/2011
© Pusdiklat Spimnas 2011 Endang Wirjatmi
57
Sub Model Penduduk
Sub Model Pegawai Negeri Sipil
Rate_Kelahiran_Bersih
Historis_Pegawai_Total Penduduk Histori_Kebijakan_Rekrutmen_PNS
Kebutuhan_PNS
Fraksi_Kelahiran_Bersih
Masa_Kerja
Jumlah_PNS Pensiun_PNS
Rekrutmen_PNS
Histori_Gol_I
Kebijakan_Rekrutmen_PNS
Rasio_Pegawai_Penduduk_Standar Kebutuhan_PNS Gap_Jml_Pegawai Pensiun_PNS
Jumlah_Pegawai_Ideal
Penduduk
Jumlah_PNS
Rasio_Pegawai_Penduduk
© Pusdiklat Spimnas 2011
Sub Model Pengalaman Efektif Pegawai Negeri Sipil
Pengalaman_Efektif_PNS
Masa_Kerja Fraksi_Pengurangan_lupa
Jumlah_PNS
Tahun_Bekerja_per_tahun
Rata2_Pengalaman
Rata2_Peng_Rekrutmen
Jumlah_PNS
Peng_krn_bekerja_PNS
Rekrutmen_PNS
Pengurangan_krn_lupa Pengalaman_Efektif_PNS Peng_krn_rekrutmen
sentase_Rekrutmen_Honorer
Pengurangan_krn_pensiun
Pensiun_PNS
Kualitas_Honorer Rekrutmen_Honorer
Kualitas_Umum
Prosen_Rekrutmen Rekrutmen_PNSAuxiliary_87 Efek_Rekrutmen_K_SDM_PNS
Rekrutmen_Tes_Umum
Standar_Kualitas
© Pusdiklat Spimnas 2011
Rata2_Pengalaman
Sub Model Kualitas SDM Pegawai Negeri Sipil
Sub Kinerja Organisasi
Kualitas_SDM_PNS Rata2_Pengalaman Efek_Rekrutmen_K_SDM_PNS
Pengaruh_Diklat
Pengaruh_Produktivitas
Rata2_Pengalaman_Normal
Efek_Pengalaman_thd_KSDM_PNS
Tingkat_Korupsi
Produktivitas
Fraksi_Penurunan_KSDM_PNS Kualitas_SDM_PNS
Peningkatan_KSDMPNS
Pengaruh_Korupsi
Kinerja_Organisasi Peningkatan_Kinerja_Organisasi Penurunan_Kinerja_Organisasi Efek_Kualitas_SDM_thd_Kinerja_Organisasi Fraksi_Penurunan_Kinerja_Organisasi
Penurunan_KSDM_PNS
Gap_Kinerja_Organisasi Pengaruh_Budaya_Kerja Budaya_Kerja
Standar_Kinerja_Organisasi
Gap_KSDM_PNS Jumlah_diklat_diberikan Efek_Maksimum_1_kali_diklat
Pengaruh_Disiplin Standar_Kualitas_SDM_PNS Disiplin
© Pusdiklat Spimnas 2011
Sub Model Beban Kerja SDM Standar Terbaik
Jumlah_PNS Jam_Efektif_Pertahun Efektivitas_Unit_Standar_Terbaik Beban_Kerja_Standar
Beban_Kerja_Standar
Gap_Pegawai
Jumlah_Asumsi_PNS Jam_Efektif_Pertahun Jumlah_PNS
EU
Total_Kebutuhan_Pegawai_dari_Beban_Kerja Asumsi_Beban_Kerja
© Pusdiklat Spimnas 2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
© Pusdiklat Spimnas 2011
LU
H
U N
G W I K
A N
AG BH A K T I N
A
R A
KASUS PENINGKATAN INDEK PENDIDIKAN PEMERINTAH DAERAH
SYSTEMS THINKING
© Pusdiklat Spimnas 2011
STORY LINE PERSOALAN INDEKS PENDIDIKAN PEMDA •
• • • • •
Human Development Indeks (HDI) merupakan suatu indikator pembangunan disetiap pemerintah Daerah. HDI tersebut mempunyai 3 (tiga) dimensi utama yaitu: Daya Beli, Indek Kesehatan dan Indek Pendidikan. Keberhasilan pendidikan yang diukur dengan indek pendidikan, pada umumnya dilakukan dengan hanya memperhatikan angka kelahiran yang memberikan pengaruh pada jumlah murid, jumlah guru, kualitas guru, jumlah sekolah, dana dari pemerintah yang digunakan untuk membiayai pendidikan itu. Padahal ukuran-ukuran tersebut tidak cukup menggambarkan permasalahan yang ada. Berbagai komponen yang mempengaruhi indek pendidikan kurang diperhatikan. Sesungguhnya potensi anak usia sekolah itu akan selalu bertambah seiring dengan tingkat kelahiran dan populasi penduduk yang dikurangi oleh tingkat kematian. Sementara itu Potensi Anak Usia Sekolah merupakan landasan untuk menghitung kebutuhan guru dan kebutuhan sekolah yang akan digambarkan melalui jumlah guru dan jumlah sekolah. Jumlah guru dan jumlah sekolah saling memberi penguatan terhadap murid, dan kualitas guru meberikan penguatan terhadap kualitas pendidikan. Besarnya jumlah murid dalam suatu Kota/Kabupaten berpengaruh terhadap peran pemerintah dan masyarakat dalam mendanai pendidikan. Kualitas pendidikan saling memberikan pengaruh secara positif terhadap pembiayaan pendidikan. Disamping itu juga memberikan pengaruh pada daya tarik pendidikan. Apabila daya tarik pendidikan ini baik, maka dalam jangka panjang dapat merubah budaya untuk bersekolah, karena secara signifikan dapat meningkatkan motif untuk bersekolah. Tinggi rendahnya motif bersekolah memberikan pengaruh secara positif pada potensi anak sekolah. Disamping itu juga memberikan penagruh pada adanya migrasi yang pada akhirnya mempengaruhi populasi di suatu Kota/Kabupaten.
© Pusdiklat Spimnas 2011
CAUSAL LOOP DIAGRAM KINERJA PELAYANAN PENDIDIKAN S Potensi Usia S S Sekolah Kelahiran R1 Populasi B1 Kematian S O S O S S S Kebutuhan Kebutuhan Motif sekolah guru O Bersekolah Migrasi O B3 B2 S S R4 B4 S S R6 Guru Sekolah R2 Budaya S S Bersekolah S Peran Pemerintah Murid S S Swadaya S S R5 Masyarakat Daya Tarik Pendidikan S S Kualitas O S R3 Pendidikan S B5 Dana Pembiayaan S S
Gambar Causal Loop Diagram Kinerja Pelayanan Pendidikan
66
Endang Wirjatmi
© Pusdiklat Spimnas 2011
9/30/2011
CONTOH BSC DG SYSTEMS THINKING
© Pusdiklat Spimnas 2011