IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING (DD/CT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VII C SMPN 2 PLERET BANTUL
JURNAL SKRIPSI
Disusun Oleh: CAECARA SEKAR MURWIDARSIH 10416244023
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING (DD/CT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS VIIC SMPN 2 PLERET BANTUL Oleh : caecara sekar murwidarsih, universitas negeri yogyakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya meningkatkan minat belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) di kelas VII C SMPN 2 Pleret Bantul. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) di kelas VII C SMPN 2 Pleret. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang mencakup perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMPN 2 Pleret Bantul Tahun Ajaran 2013/2014. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, catatan lapangan, dan wawancara. Keabsahan data dapat diketahui melalui triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif model Miles dan Huberman mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi. Upaya meningkatkan minat belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPS di kelas VII C SMPN 2 Pleret Bantul dapat dilakukan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking disertai dengan lembar kerja bergambar dan pemberian motivasi berupa penghargaan. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dan minat belajar IPS. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan tiap indikator kemampuan berpikir kritis dan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS dari siklus I ke siklus II. Kata Kunci: minat belajar, kemampuan berpikir kritis, pembelajaran IPS, model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking.
Abstract This study was aimed to know the effort at how to improve students’ learning motivation and critical thinking ability by applying the Deep Dialogue/Critical Thinking learning model for grade VII C SMPN 2 Pleret Bantul. This research was also aimed at knowing the improvement students’ learning motivation and critical thinking ability by using the Deep Dialogue/Critical Thinking learning model for grade VII C SMPN 2 Pleret Bantul This study was a Classroom Action Research covering planning, action and observation and also reflection. The respondents involved in this research were students’ of grade VII C SMPN 2 Pleret Bantul in an academic years of 2013/2014. The data were collected through observation, field note, and interview. The data validity could be seen through the triangulation technique. The qualitative analysis data technique in this research was Miles and Huberman model covered data reduction, data display, and conclusion drawing/verification. The efforts in improving the students’ learning motivation and critical thinking ability at the social studies lessons for grade VII C SMPN 2 Pleret Bantul cold be conducted through the Deep Dialogue/Critical Thinking learning model which completed by picture work sheet and giving motivation through rewarding. Based on the result of observation, interview and field note, there was an improvement of students’ critical thinking ability and learning motivation it could be seen through by the improvement of each indicator of critical thinking ability and students’ learning motivation during social studies lesson from cycle I to cycle II. Keywords: learning motivation, critical thinking ability, social studies lesson, deep dialogue/critical thinking learning model PENDAHULUAN aspek
terhadap masalah sosial, serta mampu
terpenting dalam usaha pembangunan yang
menjadi warga negara yang demokratis dan
sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini
bertanggung
jawab.
sangat erat hubungannya dengan tujuan
peningkatan
dan
pembangunan
pendidikan
senantiasa
Kualitas
pendidikan
merupakan
masyarakat
Indonesia
seutuhnya. Melalui pendidikan diharapkan
menghasilkan
harkat dan martabat masyarakat Indonesia
berkualitas.
dapat
ditingkatkan,
baik
di
kalangan
Oleh
sebab
penyempurnaan
manusia
mutu
dilakukan yang
itu,
agar
semakin
Pendidikan yang berkualitas dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran di
nasional maupun internasional. baik
sekolah. Proses pembelajaran di sekolah
berfungsi mendorong perubahan agar mutu
menempatkan guru dan siswa sebagai
kehidupan masyarakat dapat meningkat.
komponen vital, karena keduanya saling
Melalui pendidikan dapat dibentuk manusia
terkait satu sama lain dengan tugas dan
yang berakhlak mulia, berilmu, cakap, peka
peranan
Kualitas
pendidikan
yang
yang
berbeda.
Guru
sebagai
pendidik sedangkan siswa sebagai peserta
dan
didik. Keduanya juga berperan penting
secara
mensukseskan proses pembelajaran yang
memiliki minat dalam dirinya untuk belajar
sedang dijalankan. Guru adalah orang yang
suatu hal, maka ia akan memikirkan hal
bertanggung
tersebut
jawab
terhadap
proses
memahami lebih
kegiatan
mendalam.
secara
pembelajaran Ketika
siswa
mendalam
dan
pembelajaran di sekolah. Guru bertugas
menggabungkan ide-ide yang muncul dari
mengajar dan mendidik siswa agar dapat
dalam dirinya untuk memecahkan masalah
menjadi manusia yang dapat melaksanakan
dalam pembelajaran tersebut. Jadi, untuk
kehidupan selaras dengan hakekat kodratnya
menumbuhkan minat dan kemampuan siswa
dalam pertemuan dan pergaulan dengan
berpikir kritis
sesama.
pemilihan model pembelajaran oleh guru.
Pada
kegiatan
pembelajaran,
ini
tidak
terlepas
dari
Diperlukan model pembelajaran yang dapat
diperlukan kemampuan berpikir kritis untuk
menumbuhkan
minat
belajar
dimiliki siswa. Kemampuan berpikir kritis
kemampuan berpikir kritis siswa.
dan
sangat diperlukan dalam kehidupan karena
Pemilihan model pembelajaran yang
pada abad 21 kemampuan berpikir kritis
sesuai dengan potensi siswa dan tujuan
sangat dibutuhkan bagi siswa, karena abad
kurikulum
21 merupakan era informasi dan teknologi.
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
Siswa harus merespons perubahan dengan
seorang guru (Oemar Hamalik, 2011: 201).
cepat dan efektif, sehingga memerlukan
Ketepatan guru dalam memilih model
keterampilan intelektual yang fleksibel,
pembelajaran akan berpengaruh terhadap
kemampuan menganalisis informasi, dan
keberhasilan pembelajaran. Dalam konteks
mengintegrasikan
ini pembelajaran berpusat pada siswa,
berbagai
sumber
pengetahuan untuk memecahkan masalah.
proses
Oleh
kebutuhan
karena
itu,
melalui
kemampuan
merupakan
belajar dan
kemampuan
mengajar minat
dan
didasarkan
siswa.
Model
berpikir kritis yang dimiliki siswa, mereka
pembelajaran seperti ini dirancang untuk
diharapkan mampu menganalisis sesuatu
menyediakan sistem belajar yang fleksibel
yang berguna atau tidak berguna bagi
sesuai dengan kehidupan dan gaya belajar
dirinya,
siswa.
keluarga,
masyarakat
dan
bangsanya di masa depan. Siswa yang memiliki kemampuan
Pada kenyataanya, tidak semua guru mampu
menguasai
model-model
berpikir kritis tentu tidak terbentuk dengan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
sendirinya. Diperlukan minat atau keinginan
kurikulum dan potensi siswa, seperti yang
yang muncul dalam dirinya untuk mengikuti
terjadi di SMP Negeri 2 Pleret Bantul. Guru
jarang menggunakan model pembelajaran
pembelajaran, siswa justru bergurau dengan
yang
temannya
melibatkan
siswa
secara
aktif.
sehingga
mengakibatkan
Kegiatan pembelajaran terlalu terpusat pada
rendahnya konsentrasi mereka akan kegiatan
guru, hal ini terlihat pada saat peneliti
pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga
melaksanakan observasi pra tindakan pada
jarang mengemukakan pendapat mereka di
tanggal 23 November 2013 ketika kegiatan
kelas. Ketika guru meminta siswa untuk
pembelajaran
hanya
bertanya akan hal yang belum diketahui,
menyampaikan materi secara ceramah tanpa
siswa memilih diam dan takut untuk
melibatkan siswa untuk berpendapat dan
mengemukakannya. Siswa juga pasif dalam
terlibat aktif.
kegiatan pembelajaran, pada saat kegiatan
berlangsung
guru
Selain dari faktor guru, kendala lain
presentasi siswa harus dibujuk oleh guru
yang terjadi dalam pembelajaran di sekolah
untuk
dapat
adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis
presentasinya.
mengemukakan
hasil
dan minat siswa dalam mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka
Seperti halnya pelajaran IPS, banyak siswa
upaya meningkatkan kemampuan berpikir
menganggap bahwa mata pelajaran IPS
kritis dan minat belajar IPS salah satunya
adalah mata pelajaran yang penuh dengan
dengan
hafalan dan membosankan. Kecenderungan
Dialogue/Critical
ini menyebabkan rendahnya minat siswa
pembelajaran
terhadap pembelajaran IPS. Siswa menjadi
Thinking adalah suatu model pembelajaran
pasif, bahkan siswa lebih sering bergurau
yang tepat untuk diterapkan pada mata
dan gaduh di dalam kelas. Kemampuan
pelajaran
berpikir kritis siswa juga rendah. Siswa
pembelajarannya, pada tahap awal siswa
hanya sekedar menghafal materi tanpa
diminta untuk berdiskusi secara mendalam
memiliki keinginan untuk mengemukakan
pada kelompok kecil untuk menyelesaikan
pendapat dan memecahkan masalah pada
suatu
saat pembelajaran IPS berlangsung.
siswa diminta untuk mendiskusikannya
Keterangan yang diperoleh peneliti
model
pembelajaran
Deep
Thinking.
Model
Deep
Dialogue/Critical
IPS.
permasalahan.
Pelaksanaan
Tahap
selanjutnya
kembali di dalam kelompok besar dan
dari guru SMP Negeri 2 Pleret Bantul pada
mencatat
saat wawancara dan observasi kemampuan
berkenaan dengan diskusi tersebut. Model
berpikir kritis dan minat belajar IPS pada
pembelajaran ini selain dapat membuat
siswa kelas VII C masih rendah. Siswa
siswa
enggan mempelajari IPS secara serius.
pembelajaran
Ketika
kemampuan berpikir kritis siswa melalui
guru
menjelaskan
materi
hal-hal
lebih
baru
tertarik juga
yang
dalam
dapat
muncul
kegiatan
meningkatkan
kegiatan diskusi dalam kelompok kecil dan
koordinasi antara penaliti dengan
kelompok besar.
guru dan observer lainnya. b. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
METODE PENELITIAN
Tindakan
Penelitian ini termasuk dalam penelitian
ini
dilaksanakan
tindakan kelas (Action Research). Menurut
dengan
Kemmis
penelitian
perencanaan
yang
telah
tindakan kelas adalah cara suatu kelompok
Pelaksanaan
dalam
tindakan
atau seorang dalam mengorganisasi, suatu
adalah
kondisi sehingga mereka dapat mempelajari
Kegiatan dilaksanakan berpedoman
pengalaman
pada
and
Mc
Taggart,
mereka
dan
membuat
menggunakan
guru
panduan
sebagai
Rencana
dibuat. ini
pengajar.
Pelaksanaan
pengalaman mereka dapat diakses oleh
Pembelajaran yang telah disusun
orang lain (Sukardi, 2011: 210).
sebelumnya dengan setiap siklusnya
Secara garis besar rancangan Kemmis &
terdiri dari dua pertemuan. Kegiatan observasi dilakukan
Taggart (1988: 11) terdiri dari tahap-tahap perencanaan (planning), tindakan (acting)
selama
proses
dan pengamatan (observing), serta refleksi
berlangsung dengan menggunakan
(reflecting).alur penelitian tindakan kelas ini
lembar observasi yang telah disusun.
digambarkan dalam bentuk spiral seperti
Tujuan dilakukan pengamatan adalah
berikut ini:
untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa
selama
pembelajaran
pembelajaran
menggunakan model pembelajaran Deep
Dialogue/Critical
Thinking
mulai dari pembukaan, kegiatan inti, pengelolaan waktu dan kegiatan Berikut
ini
langkah-langkah
rancangan
penutup. Pengamatan tersebut juga
penelitian yang dilakukan:
untuk mengamati minat belajar dan
1. Siklus 1
berpikir kritis selama pembelajaran berlangsung
a. Perencanaan Tindakan Pada
tahap
perencanaan
model
serta
keterlaksanaan
pembelajaran
dilakukan berbagai persiapan dan
Dialogue/Critical Thinking.
perancangan yang meliputi persiapan
c. Refleksi
Deep
Data yang diperoleh pada
RPP, lembar observasi kemampuan berpikir kritis dan minat belajar
lembar
siswa, format catatan lapangan dan
kemudian
observasi dilakukan
dianalisis refleksi.
berupa
partisipasi, keinginan siswa untuk
kegiatan diskusi antar observer
belajar dengan baik dan perhatian
dengan guru. Diskusi bertujuan
siswa pada kegiatan pembelajaran
untuk
secara aktif dan serius.
Pelaksanaan
tindakan
refleksi
mengevaluasi yaitu
dengan
hasil cara
2. Kemampuan
Berpikir
Kritis
serangkaian
proses
melakukan penelitian terhadap
merupakan
proses yang terjadi, masalah
menganalisis
yang muncul, dan segala hal
pendapat
yang berkaitan dengan tindakan
menyelesaikan
yang dilakukan. Apabila hasil
mengambil keputusan.
evaluasi telah diperoleh, maka segera
dicari
jalan
keluar
dan
atau
3. Model
menguji
ide
gagasan
untuk
masalah
dan
Pembelajaran
Deep
Dialogue/Critical
Thinking
terhadap masalah yang mungkin
merupakan
timbul agar dapat dibuat rencana
yang menekankan pada kemampuan
perbaikan siklus.
siswa
2. Siklus II dan seterusnya. Setelah
dilakukan
refleksi,
model
untuk
pembelajaran
berdialog
secara
mendalam antara satu dengan yang maka
lainnya
dengan
mengandalkan
observer dengan guru akan menemukan
kemampuan berpikir kritis untuk
hasil dari kegiatan siklus I. Apabila
menganalisis
hasil dari siklus I belum menunjukkan
persoalan/permasalahan
perubahan yang signifikan, maka akan
dapat memberikan jawaban atau
dilanjutkan pada siklus II. Apabila pada
keputusan secara tepat.
siklus II telah menunjukkan hasil yang
suatu sehingga
Teknik Pengumpulan data
sesuai dengan kriteria maka dapat
Dalam penelitian ini, teknik
dilakukan sampai siklus II saja. Siklus
pengumpulan data dilakukan dengan
III akan dilakukan apabila pada siklus II
cara
belum menunjukkan hasil yang sesuai
penelitian ini menggunakan observasi
dengan kriteria keberhasilan tindakan
terstruktur
untuk
yang telah disusun.
pelaksanaan
pembelajaran
Definisi Operasional
menggunakan model pembelajaran Deep
1. Minat Belajar adalah perhatian, rasa
Dialogue/Critical
observasi.Observasi
dalam
mengamati
Thinking,
IPS
dan
suka dan rasa ketertarikan seseorang
mengamati peningkatan minat belajar
(siswa) terhadap kegiatan belajar
dan kemampuan berpikir kritis siswa di
yang ditunjukkan dengan adanya
kelas VII C SMP Negeri 2 Pleret. Kedua
yaitu wawancara, peneliti melakukan
HASIL PENELITIAN DAN
wawancara dengan guru mata pelajaran
PEMBAHASAN
IPS dan siswa kelas VII C SMP Negeri 2
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan
Pleret Bantul dengan
menggunakan
dalan dua siklus yang setiap siklusnya
pedoman wawancara terstruktur. Ketiga
terdiri dari dua pertemuan dan setiap
yaitu catatan lapangan, catatan lapangan
pertemuan berlangsung selama 2x40
yang digunakan penelitian ini dituliskan
menit. Penelitian ini dilaksanakan pada
secara singkat berisi hal-hal penting
tanggal 22 Februari 2014 sampai dengan
selama
berlangsung
tanggal 15 Maret 2014. Berikut ini
menggunakan model pembelajaran Deep
deskripsi pelaksanaan tindakan dalam
Dialogue/Critical
untuk
pembelajaran IPS menggunakan model
berpikir
pembelajaran Deep Dialogue/Critical
kritis dan minat belajar siswa di kelas
Thinking di kelas VII C SMP Negeri 2
VII C SMP Negeri 2 Pleret Bantul
Pleret Bantul.
pembelajaran
meningkatkan
Thinking
kemampuan
Instrumen Penelitian Instrumen peneliti,
penelitian artinya,
penelitian
ini
1. Siklus I
utama
adalah
peneliti
dalam
Siklus I terdiri dari dua pertemuan
sebagai
dan memiliki tahapan yang meliputi:
berperan
perencana, pelaksana, pengumpul data,
perencanaan,
penganalisis, penafsir data, dan pada
pengamatan, serta refleksi.
akhirnya
menjadi
pelapor
hasil
penelitiannya (Moleong, 2002: 121). Pada penelitian ini, peneliti bertugas dalam proses perencanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan melalui teknik observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi kemudian dianalisis mengacu pada metode analisis dari Miles & Huberman (Sugiyono, 2011: 334-343), metode analisis tersebut terdiri dari tiga komponen yaitu Reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan.
tindakan
dan
a. Perencanaan Perencanaan penelitian dilakukan dengan
tujuan
merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan minat belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Tahap-tahap
perencanaan
tindakan yang dilakukan pada penelitian
siklus
I
meliputi
persiapan RPP, lembar observasi minat
beljar
kemampuan
siswa berpikir
dan kritis,
pedoman
wawancara,
soal
pembelajaran terutama pada saat
subjektif dan koordinasi bersama
berdiskusi.
Beberapa
siswa
guru dan observer lainnya.
terlihat aktif bertanya pada saat kegiatan diskusi dan presentasi,
b. Tindakan Pertemuan 1 dilaksanakan pada
akan tetapi beberapa siswa belum
hari Sabtu 22 Februari 2014 pukul
begitu
11.00-12.20 dan pertemuan
Ketertarikan
2
memperhatikan. siswa
dilaksanakan pada hari Sabtu 1
pelajaran
IPS
Maret 2014 pukul 11.00-12.20.
tergolong
rendah.
untuk
c. Observasi Observasi untuk
dilaksanakan
mengamati
pelaksanan
Keinginan
juga
belum
kriteria
yang
Berdasarkan
Deep Dialogue/Critical Thinking
observasi
dalam
kritis
minat
masih
diharapkan.
penggunaan model pembelajaran
pembelajaran,
juga
belajar
menunjukkan
dengan
hasil
kemampuan
siswa
pada
berpikir siklus
1
belajar dan kemampuan berpikir
menunjukkan bahwa siswa masih
kritis siswa.
kurang
Berdasarkan observasi
pelaksanaan
pembelajaran
Deep
hasil model Dialogue
mampu
menarik
kesimpulan atas sebuah masalah. Siswa
juga
menjelaskan
kurang
mampu
masalah
dan
/Critical Thinking pada siklus I
mengolah informasi dalam proses
menunjukkan bahwa 14 dari 17
diskusi.
aspek telah terlaksana dengan
mengemukakan pendapat sudah
baik.
cukup terlihat. Kemampuan siswa
Keterlaksanaan
pembelajaran
Deep
model Dialogue
untuk
Kemampuan
berkomunikasi
dalam
dengan
/Critical Thinking termasuk dalam
orang lain belum terlihat. Siswa
kategori tinggi karena persentase
juga kurang mampu memberikan
keterlaksanaannya
solusi
mencapai
85,29%. Berdasarkan
hasil
observasi minat belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan bahwa siswa masih kurang memberikan perhatian lebih dalam kegiatan
atas
sebuah
masalah.
Kemampuan
siswa
dalam
mengolah informasi dalam proses diskusi juga belum terlihat. d. Refleksi
Berdasarkan
observasi
dilakukan
pada
menunjukkan pelaksanaan
yang
siklus
bahwa
I
selama
pembelajaran
IPS
4) Kemampuan
siswa
untuk
menjelaskan masalah
masih
rendah. Hal ini dikarenakan siswa tidak membawa buku
model
IPS sebagai sumber belajar.
Deep
5) Kemampuan untuk membeikan
Dialogue/Critical Thinking masih
solusi atas sebuah masalah dan
belum
terdapat
kesimpulan juga rendah. Hal
kekurangan. Adapun hambatan
ini dikarenakan siswa kurang
yang
memahami lembar kerja yang
dengan
menggunakan
pembelajaran
optimal
dan
terjadi
pada
saat
diberikan guru.
pembelajaran yaitu: 1) Ketertarikan pembelajaran
siswa
pada
IPS
masih
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang tidak memperhatikan pada saat guru menyampaikan materi secara singkat. 2) Keinginan mempelajari
siswa
untuk
IPS
secara
mendalam juga rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa pada saat diminta untuk membentuk kelompok oleh guru, siswa justru
bercanda
dengan
temannya. 3) Minat belajar siswa yang juga ditunjukkan dengan perhatian terhadap hal yang dipelajari tergolong rendah. Siswa tidak fokus
dalam mengerjakan
tugas untuk didiskusikan.
2. Siklus II Siklus II dilaksanakan sebagai pelaksanaan
perbaikan
dari
tindakan
dengan
menerapkan model pembelajaran Deep
Dialogue
/
Critical
Thinking pada siklus I. Adapun siklus
II
terdiri
dari
dua
pertemuan dan memiliki tahapan seperti
perencanaan,
tindakan
dan pengamatan, serta refleksi. a. Perencanaan Perencanaan siklus II dilakukan
dengan
tujuan
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan sebagai perbaikan
berdasarkan
refleksi dan kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya. b. Tindakan 1) Pertemuan 1 Pertemuan
1
dilaksanakan pada hari
Berdasarkan
Sabtu 8 Maret 2014 pukul 11.00-12.20
dan
hasil
pengamatan
terhadap
pertemuan 2 dilaksanakan
kemampuan berpikir kritis
pada hari Sabtu 15 Maret
siswa kelas VII C pada siklus
2014 pukul 11.00-12.20
II
WIB.
seluruh indikator kemampuan berpikir
c. Observasi Observasi pada siklus II dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung.
menunjukkan
pembelajaran Berdasarkan
hasil observasi menunjukkan bahwa 17 dari 17 aspek keterlaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan dengan baik.
bahwa
kritis
sudah
memenuhi
kriteria
keberhasilan
tindakan.
Adapun indikatornya yaitu, mampu
berkomunikasi
dengan orang lain, mampu menjelaskan
masalah,
mampu mengolah informasi dalam proses diskusi, mampu mengemukakan
pendapat,
mampu memberi solusi atas Berdasarkan
hasil
observasi minat belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Pleret Bantul pada siklus II menunjukkan bahwa seluruh indikator
minat
telah
mencapai
kriteria
keberhasilan.
Adapun
indikatornya
yaitu
ketertarikan
terhadap
pembelajaran IPS, keinginan untuk belajar, perhatianyang besar pada hal yang dipelajari dan partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
sebuah masalah dan mampu menarik kesimpulan. d. Refleksi Peningkatan
setiap
belajar
dan
minat
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yakni ≥75%.
Rerata
persentase
minat belajar siswa pada siklus
II
telah
mencapai
92,67%. Rerata kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus 92,16%.
II
telah
mencapai
Bedasarkan
hasil
tersebut maka penelitian ini
minat pada siklus
dihentikan pada siklus II.
mencapai
Peningkatan Model
Keterlaksanaan
Pembelajaran
Deep
Berdasarkan terhadap
indikator
observasi
keterlaksanaan
yakni
mencapai angka 92,18%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model
Dialogue/Critical Thinking.
II sudah
pembelajaran
Dialogue/Critical mampu
Deep Thinking
meningkatkan
minat
penerapan model pembelajaran
belajar siswa terbukti dengan
Deep Dialogue/Critical Thinking
persentase minat siswa yang
pada siklus I mencapai 85,29%.
melebihi
Kekurangan
I
tindakan.
diperbaiki pada siklus II. Hasil
histogram
observasi
belajar siswa:
pada
siklus
menunjukkan
persentase keterlaksanaan model Deep
Dialogue/Critical meningkat
Thinking
menjadi
Peningkatan
100%.
tersebut
dapat
dilihat dalam histogram sebagai
adalah
peningkatan
minat
60
Siklus I
40
Siklus II
20 0
Indikator
100
85.29
1. Peningkatan
Kemampuan
Berpikir Kritis Menggunakan Model Siklus I
Peningkatan
Siklus II
Minat
Pembelajaran
Pembelajaran
Deep
Dialogue/Critical Thinking.
Belajar
Siswa dengan Menggunakan Model
Berikut
80
berikut: 100 80 60 40 20 0
keberhasilan
100 Persentase (%)
pembelajaran
kriteria
Deep
Dialogue/Critical Thinking. Rerata pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan karena kurang dari angka 75% yakni 72,07%. Rerata persentase
Rerata pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan karena kurang dari angka 75% yakni 71,74%. Rerata persentase minat pada siklus mencapai
indikator
II sudah yakni
mencapai angka 92,12%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan
model
pembelajaran
mampu
DD/CT
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
memacu siswa untuk berpikir kritis dan meningkatkan minat siswa. 2. Penggunaan
model
pembelajaran
Berikut ini adalah histogram
Deep
Dialogue/Critical
peningkatan
dapat
meningkatkan
tiap
indikator
kemampuan
berpikir kritis dan minat belajar
kemampuan berpikir kritis:
Persentase (%)
Thinking
100
siswa kelas VII C SMPN 2 Pleret
80
Bantul. Hal ini ditunjukkan dengan
60
SikluS I Siklus II
40 20 0
peningkatan
setiap
indikator
kemampuan berpikir kritis dan minat belajar siswa dalam pembelajaran
Indikator
IPS dari hasil observasi, wawancara dan catatan lapangan. Implikasi
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kesimpulan darti
Kesimpulan 1. Upaya
peningkatan
kemampuan
berpikir kritis dan minat belajar siswa dengan model pembelajaran Deep
Dialogue/Critical
Thinking
pada mata pelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 2 Pleret dapat dilakukan dengan melibatkan siswa untuk berdialog secara mendalam bersama
kelompok
kecil
dan
dilanjutkan dengan diskusi dalam kelompok besar. Penerapan model pembelajaran
Deep
penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan minat belajar siswa di SMPN 2 Pleret Bantul. Oleh
karena
itu,
ketika
guru
menggunakan mpdel pembelajaran Deep Dialogue/Critical
Thinking
dalam
pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan minat belajar siswa akan meningkat. Keterbatasan Penelitian
Dialogue/Critical Thinking tersebut
Keterbatasan dalam penelitian
dengan disertai pemberian lembar
ini yaitu penelitian ini difokuskan pada
kerja
serta
peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa
dan minat belajar IPS siswa, sedangkan
dalam kegiatan pembelajaran lebih
hasil belajar pada penelitian ini adalah
siswa
pemberian
bergambar
motivasi
bagi
sebagai variabel pendukung. Data hasil
belajar siswa dijelaskan secara garis
sebelum
besar saja. Selain itu, penelitian ini
pembelajaran
merupakan Penelitian Tindakan Kelas
menyiapkan sumber belajar yang relevan
(PTK) yang hasilnya dapat baik hanya
dan menarik (seperti pemberian lembar
pada siswa kelas VII C SMPN 2 Pleret
kerja
Bantul sebagai subjek penelitian dan
menggunakan model pembelajaran Deep
siswa dengan kondisi siswa sama dengan
Dialogue/Critical
subjek penelitian dalam penelitian ini.
berjalan efektif dan efisien
Saran
DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan kesimpulan yang
dihasilkan dari penelitian ini, bahwa implementasi model pembelajaran Deep Dialogue/Critical dapat
Thinking
meningkatkan
terbukti
kemampuan
berpikir kritis dan minat belajar IPS siswa,
maka
saran
yang
diberikan
peneliti yaitu: bahwa jika guru ingin meningkatkan
kemampuan
berpikir
kritis dan minat belajar siswa, maka guru disarankan
menggunakan
model
pembelajaran Deep Dialogue/ Critical Thinking. Hal yang perlu diperhatikan
penggunaan ini
model
yaitu
bergambar)
dengan
pembelajaran
Thinking
dapat
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin. (1988). The Action Research Planner. Third edition. Victoria: Deaken University Lexy J. Moloeng. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik. (1992). Psikologi Belajar & Mengajar. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Yogyakarta, Mei 2014
Mengetahui, Reviewer
Pembimbing
Dr. Taat Wulandari, M. Pd.
Supardi, M.Pd.
(NIP. 19760211 200501 2 001)
(NIP.19730315 200312 1 001)