|239 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS MELALUI ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN PADA PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA UNIVERSITAS MATARAM Oleh Yayuk Andayani, Aliefman Hakim, L.R.Telly Savalas
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan berpikir kritis yang dikembangan melalui instrumen penilaian pada Program studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram. Instrumen penilaian yang dikembangkan oleh dosen- dosen pengampu matakuliah Program Studi Magister Pendidikan IPA (PSMIPA) Program Pascasarjana Universitas Mataram dicocokkan dengan indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis (1985). Respon dosen- dosen pengampu matakuliah PSMIPA Program Pascasarjana Universitas Mataram terhadap hasil analisis instrumen penilaian dan indikator berpikir kritis dijaring melalui FGD. Dalam kegiatan FGD juga diidentifikasi pola dan strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis di PSMPIPA Unram. Hasil penelitian menunjukkan sub indikator keenam keterampilan berpikir kritis yaitu keterampilan membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi sebanyak 26,7% dan sub indikator kedua yaitu menganalisis argumen sebanyak 32,2% merupakan sub indikator paling banyak digunakan dalam instrumen penilaian PSMIPA Program Pascasarjana Universitas Mataram. Dari hasil FGD disimpulkan bahwa instrumen penilaian yang dikembangkan harus lebih mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dari katagori yang sederhana menuju ke kompleks dan instrumen dapat berupa penugasan atau ujian yang sifatnya open books atau take home. Kata kunci: Keterampilan berpikir kritis, instrumen penilaian Abstract: The purpose of this study is to determine the kinds of critical thinking skills which are developed through assessment instruments in Science Education Program, Graduate School University of Mataram. Assessment instruments were developed by lecturers of Science Education Program, Graduate School University of Mataram that were matched with indicators of critical thinking skills Ennis (1985). Lecturer responses on the study results were captured through Focus Group Discussion (FGD). FGD also identified the patterns and learning strategies that can develop critical thinking skills in Science Education Program, Graduate School University of Mataram. The results showed that the sub-indicators of made deduction and deduction considered (26.7%) and sub-indicator of analyzed arguments (32.2%) were the most widely used in the assessment instruments of Science Education Program, Graduate School University of Mataram. FGD results concluded that the assessment should be developed to encourage students to think critically from the simple category to complex category, and the instrument can be an assignment or examination which is conducted an open books or take home. Keywords: Critical thinking skills, assessment instruments, Master of Science Education
240 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 3. Desember 2014
PENDAHULUAN Sejak berdirinya tahun 2007 hingga sekarang, prodi pendidikan IPA Unram telah meluluskan sebanyak 97 mahasiswa, namun rata-rata waktu untuk menyelesaikan tesis masih diatas 10 bulan. Beberapa mahasiswa bahkan tidak bisa menyelesaikan tesisnya sehingga terpaksa droup out (DO) atau mengundurkan diri. Lama waktu penyelesaian tesis menjadi satu faktor yang berpengaruh terhadap mutu program studi, oleh karena itu perlu segera menemukan pokok persoalan dan dicari strategi pemecahan masalah yang paling efektif. Diantara beberapa masalah yang menjadi penyebab lambatnya mahasiswa dalam menyelesaikan tesis diduga terkait dengan kemampuan mahasiswa dalam menemukan ide, mengungkapkan gagasan maupun dalam menganalisis data-data yang diperoleh untuk mengambil keputusan/ kesimpulan. Masalah-masalah ini terkait dengan kemampuan berpikir dari para mahasiswa. Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan, diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir bersepakat bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menghasilkan pelbagai kemungkinan ide atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinankemungkinan dan mencari jawabanjawaban yang lebih benar. Kemampuan untuk menggungkapkan pendapat harusnya dikembangkan melalui proses pembelajaran namun hal ini sering tidak
menjadi perhatian bagi para dosen, yang mungkin juga terjadi pada Program studi Magister Pendidikan IPA. Atas dasar pemikiran untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis terutama untuk mendorong penyelesaian tesis tepat waktu maka penting untuk melakukan penelitian tahap awal dengan mengidentifikasi ketrampilan berpikir kritis melalui analisis instrumen penilaian pada Program studi Magister Pendidikan IPA. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenisjenis keterampilan berpikir kritis yang dikembangan melalui instrumen penilaian pada Program studi Magister Pendidikan IPA. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengelola Program Studi Magister Pendidikan IPA untuk meningkatkan mutu pada proses pembelajaran. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif-kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, data primer berupa indikator keterampilan berpikir kritis sesuai yang dikembangkan oleh Ennis (1985) dan akan diperoleh dari responden yaitu dosen -dosen pengampu matakuliah pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram. Selain data primer, penelitian ini juga akan menggunakan data sekunder tentang gambaran umum Program Studi Magister Pendidikan IPA, data mahasiswa, dan dokumen silabus dan rencana perkuliah dari matakuliah yang diajarkan pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram. Penelitian dilakukan dilakukan mulai bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2014. Subyek penelitian adalah semua dosen pengampu matakuliah pada semester genap tahun akademik 2013/2014 di Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana
Yayuk Andayani, Aliefman Hakim, L.R.Telly Savalas Identifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Analisis Instrumen Penilaian Pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
Universitas Mataram. Berdasarkan struktur kurikulum yang ada Program Studi Magister Pendidikan IPA maka terdapat 12 matakuliah yang diprogramkan pada semester genap tahun akademik 2013/2014 dengan dosen pengampu sebanyak 16 orang. Daftar matakuliah yang diprogramkan pada semester genap tahun akademik 2013/2014 sebagai berikut :(1) Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA, (2) Mikrobiologi, (3) Kimia Fisika, (4) Mekanika, (5) Desain dan Model Pembelajaran IPA, (6) Biologi Lingkungan, (7) Kimia Organik, (8) Gelombang dan Optik, (9) Metodologi Penelitian Pendidikan IPA, (10) Ekologi Perairan, (11) Kimia Anorganik, (12) Elektrodinamika. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner, yaitu daftar pertanyaan yang terkait dengan indikator keterampilan berpikir kritis (Ennis, 1985) untuk menganalisis instrumen penilaian. Sedangkan data sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi. Kegiatan FGD dilaksanakan untuk mengkonfirmasi data hasil analisis dari dosen pengampu matakuliah dan dari hasil validasi ahli. Analisis data digunakan teknik deskriptif (persentase). Analisis kesesuain instrumen penilaian dengan indikator keterampilan berpikir kritis pertama kali dilakukan oleh dosen pengampu mata kuliah, kemudian hasil analisis divalidasi oleh tim ahli. HASIL DAN PEMBAHASAN Data-data yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan penelitian ini berupa data primer yaitu indikator keterampilan berpikir kritis yang sesuai diperoleh dari responden yaitu dosen-dosen pengampu matakuliah pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram yang sesuai dengan indikator yang dikembangkan oleh Ennis (1985). Selain data primer, penelitian ini
|241
juga menggunakan data sekunder tentang gambaran umum Program Studi Magister Pendidikan IPA, data mahasiswa, dan dokumen silabus dan rencana perkuliah dari matakuliah yang diajarkan pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Program Pascasarjana Universitas Mataram. Hasil yang diperoleh diuraikan sebagai berikut : Hasil Identifikasi Jenis-Jenis Keterampilan Berpikir Kritis pada Instrumen Penilaian Data tentang jenis-jenis keterampilan berpikir kritis pada instrument penilaian dari matakuliah diperoleh menggunakan angket yang ditujukan pada dosen pengampu matakuliah yang dijadikan subyek penelitian. Matakuliah yang dijadikan subyek penelitian sebanyak 15 matakuliah yang terdiri dari 11 matakuliah yang diajarkan pada semester genap dan 4 matakuliah diajarkan pada semester gasal (Tabel 1). Sementara untuk jenis-jenis keterampilan berpikir kritis yang digunakan untuk menganalisis instrumen penilaian berdasarkan pada indikator yang dikembangkan oleh Ennis (1985) seperti pada Tabel 2. Instrumen penilaian yang berupa soal-soal ujian dari 15 matakuliah yang diajarkan pada Program Studi Magister Pendidikan IPA terlebih dahulu dianalisis sesuai tingkatan berpikir menurut taksonomi Bloom (1956) untuk memenuhi syarat keterampilan berpikir tingkat tinggi (Zoller, 1993). Hasil analisis yang dilakukan terhadap soal-soal ujian pada 15 matakuliah yang diajarkan pada Program Studi Magister Pendidikan IPA menunjukkan bahwa semua instrumen masuk dalam katagori berpikir tingkat tinggi yaitu pada tingkatan menganalisis, mensintetis dan mengevaluasi. Selanjutnya keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Liliasari (2000), yang
242 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 3. Desember 2014
termasuk keterampilan berpikir dasar meliputi kualifikasi, klasifikasi, hubungan variabel, transformasi, dan hubungan sebab akibat, sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif. Dari empat pola berpikir tingkat tinggi tersebut, berpikir kritis mendasari tiga pola berpikir yang lain. Ennis
(1985) meyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Instrumen penilaian dalam penelitian ini diidentifikasi keterampilan berpikir kristis sesuai dengan indikator yang dikembangkan oleh Ennis (1985) dan hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1. Daftar Matakuliah yang Dianalisis No
Semester Genap
No
Semester Ganjil
1
Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA
12
Seminar
2
Mikrobiologi
13
Fisika Modern
3
Kimia Fisika
14
Kimia Umum
4
Mekanika
15
Fisika Umum
5
Desain dan Model Pembelajaran IPA
6
Kimia Organik
7
Gelombang Optik
8
Metodologi Penelitian
9
Ekologi Perairan
10
Kimia Anorganik
11
Elektrodinamika
Tabel 2. Indikator-Indikator Keterampilan Berpikir Kritis (Ennis, 1985) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis 1. Memberikan penjelasan sederhana (Elementery clarification)
1. 2. 3. 4. 1.
2. Membangun keterampilan dasar (Basic support)
2. 1.
3. Menyimpulkan (Inference)
2. 3.
4. Membuat pejelasan lebih lanjut (Advanced clarification) 5. Strategi dan taktik (Strategies and tactics)
1. 2. 1. 2.
Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Memfokuskan pertanyaan Menganalisis argumentasi Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi Membuat dan menentukan nilai pertimbangan Mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi Mengidentifikasi asumsi Menentukan suatu tindakan Berinteraksi dengan orang lain
*) Ennis, R. H. (1985). A logical basis for measuring critical thinking skills. Educational Leadership, 43 (1), 44–48.
Yayuk Andayani, Aliefman Hakim, L.R.Telly Savalas Identifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Analisis Instrumen Penilaian Pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 1, diketahui bahwa indikator berpikir kritis yang paling banyak ditemukan adalah indikator ketiga yaitu keterampilan menyimpulkan (45,5%), sementara indikator yang paling sedikit ditemukan adalah indikator kedua yaitu membangun keterampilan dasar (3,8%). Dari hasil ini menggambarkan bahwa instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa lebih menekankan pada keterampilan membuat inference . Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan melakukan penalaran secara deduktif maupun induktif. Menurut Suriasumantri (2001), penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus. Kajian lebih lanjut terhadap sub indikator keterampilan berpikir kritis terlihat bahwa sub indikator dari kelompok indikator ketiga yang sering ditemukan adalah sub indikator ke enam sebanyak 26,7% (Gambar 4) yaitu keterampilan
|243
membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. Ausubel (Dahar, 1996), berpendapat bahwa pengembangan konsep berlangsung paling baik apabila unsur- unsur yang paling umum diperkenalkan lebih dulu, baru kemudian diberikan hal-hal yang lebih mendetail dan khusus dari konsep tersebut. Sementara untuk keterampilan membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi ditemukan dalam instrumen yang diuji sebanyak 12,7%, dan ini lebih kecil dibanding keterampilan deduksinya. Penalaran induktif merupakan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khus us, dari contoh-contoh menuju kesimpulan umum (Suriasumantri, 2001). Seseorang dapat berpikir induktif dengan mencariciri-ciri atau sifat-sifat dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan pada semua jenis fenomena tadi.
Tabel 3. Hasil Identifikasi Keterampilan Berpikir Kritis
Indikator/ Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
(1) Memberi penjelasan sederhana
1
Memfokuskan pertanyaan
P* 0
D** 0
2 3
Menganalisis argumentasi Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi & pertanyaan yg menantang Mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber)
38 0
20 2
NO
4
(2) Membangun keterampilan dasar P*
D**
0
0
2
5
(3) Menyimpulkan
P*
D**
5
Mengobservasi & mempertimbangkan hasil observasi
6
Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
24
24
7
Membuat induksi dan mempertimbangkan induksi
10
13
8
Membuat dan menentukan nilai pertimbangan
5
6
(4) Membuat penjelasan lebih lanjut ** P* D
(5) Strategi dan Taktik
P*
D**
244 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 3. Desember 2014
NO
Indikator/ Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
(1) Memberi penjelasan sederhana P*
10
Mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi Mengidentifikasi asumsi
11
Menentukan suatu tindakan
12
Berinteraksi dengan orang lain Jumlah
9
38
D**
22
(2) Membangun keterampilan dasar P*
D**
2
5
(3) Menyimpulkan
P*
39
D**
43
(4) Membuat penjelasan lebih lanjut ** P* D 6
8
1
5
7
(5) Strategi dan Taktik
P*
13
D**
4
7
0
0
4
7
P* : Penilaian dari Tim peneliti; D** : Penilaian dari Dosen Pengampu matakuliah
Keterangan I-1 I-2 I-3 I-4 I-5
: Memberi penjelasan sederhana : Membangun keterampilan dasar : Membuat inference/ menyimpulkan : Membuat penjelasan lebih lanjut : Strategi dan Taktik
Gambar 1 . Persentase Indakator Keterampilan Berpikir Kritis pada Instrumen Penilaian
Gambar 2 . Pola Sebaran Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Indikator Ennis
Yayuk Andayani, Aliefman Hakim, L.R.Telly Savalas Identifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Analisis Instrumen Penilaian Pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
Diantara 12 sub indikator yang dikaji diketahui bahwa sub indikator ke dua yaitu menganalisis argumen ditemukan paling banyak ( 32,2%) diantara sub indikator lainnya. Menurut Priyadi (2005), berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi, dan informasi yang dianalisis dapat berupa argumen. Beberapa keterampilan menganalisis argumen diantaranya berupa : a. Mengidentifikasi kesimpulan. b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan (eksplisit).
(sebab)
c. Mengidentifikasi alasan (sebab) yang tidak dinyatakan (implisit). d. Mencari persamaan dan perbedaan. e. Mengidentifikasi ketidakrelevanan.
dan
menangani
f. Mencari struktur dari suatu argumen g. Membuat ringkasan. Namun demikian beberapa kesalahan yang seringkali dilakukan seseorang dalam menganalisis argumen, diantaranya: a. Argumentasi yang diberikan tidak berhubungan dengan kesimpulan; b. Berbeda argumen dari orang lain ha -nya berdasarkan bukti tertentu saja; c. Loyalitas buta, yaitu seseorang yang kukuh dengan argumentasinya tanpa peduli dengan banyaknya bukti yang berlawanan; d. Menyetujui atau menerima argument begitu saja tanpa bukti atau tanpa perlu bersusah payah membuktikan kebenaran argumen tersebut. Beberapa sub indikator dari keterampilan berpikir kritis masih ada yang belum nampak dalam instrumen penilaian yang dikaji, diantaranya sub indikator keempat yaitu mempertimbangkan kredibilitas (kriteria suatu sumber) dan sub indikator ke duabelas yaitu keterampilan ber-
|245
interaksi dengan orang lain. Berkaitan dengan subindikator berpikir kritis mempertimbangk an kredibilitas suatu sumber, hal ini disebabkan karena sebagian besar bentuk soal ujian yang dilaksanakan merupakan ujian tulis yang dikerjakan langsung pada jam pembelajaran, sehingga waktu yang digunakan untuk melengkapi jawaban dengan sumber memiliki kredibilitas tinggi menjadi terbatas. Beberapa cara untuk dapat menilai kredibilitas sumber secara kritis dapat dilakukan dengan cara menilai: a. Keahlian yang relevan (seperti pengalaman atau kualifikasi formal) yang dimiliki sumber; b. Reputasi sumber yang menyatakan bahwa sumber tersebut dapat dipercaya; c. Kelogisan pendapat sumber; d. Sumber utama atau sumber sekunder yang mendasari pendapat sumber e. Buktiyang menguatkan dari sumber lain (Fisher, 2009). Keterampilan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu sub indicator yang belum ditemukan dalam instrument penilaian. Keterampilan berpikir pada sub indicator ini merupakan keterampilan berpikir kompleks, sehingga tidak cukup untuk diukur menggunakan instrument penilaian seperti yang digunakan saat ini. Fakta ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi dosen pengampu matakuliah untuk dapat mengembangkan model instrumen yang tepat. 2. Identifikasi Pola dan Strategi Pembelajaran di PSMPIPA Pola dan strategi pembelajaran yang dilaksanakan pada perkuliahan di Program Studi Magister Pendidikan IPA diperoleh melalui analisis dokumen yang
246 | Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 21 No. 3. Desember 2014
ada pada program studi berupa silabus dan kartu kontrol proses pembelajaran, dan melalui hasil diskusi pada kegiatan Focus Group Discussion.
Instrumen penilaian yang dikembangkan harus lebih mendorong mahasiswa untuk berpikir kritis dari katagori yang sederhana menuju ke kompleks.
Berdasarkan hasil analisis dokumen diketahui bahwa pola dan strategi pembelajaran yang dominan dilaksanakan di Program Studi Magister Pendidikan IPA adalah pola penugasan, diskusi dan presentasi. Beberapa alasan yang mendasari penggunaan strategi pembelajaran ini antara lain : (1) melatih mahasiswa untuk lebih meningkatkan keterampilan berkomunikasi yang logis; (2) mendorong mahasiswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi; (3) melatih mahasiswa menggunakan berbagai sumber informasi dan melakuan kajian kritis terhadap sumber informasi yang diperolehnya; dan (4) mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan sehari -hari melalui pendekatan saintifik. Penerapan pola pembelajaran seperti diuraikan diatas, apabila diintegrasikan dengan konsep penilaian autentik maka akan membantu dosen pengampu matakuliah untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan mahasiswa secara komprehensif.
Model instrumen dapat berupa penugasan, ujian yang sifatnya open books, atau take home.
Instrumen penilaian berupa tes tertulis bukan hanya dapat member gambaran tentang kemampuan mahasiswa, tetapi juga untuk melatih kemampuan mahasiswa untuk berpikir tingkat tinggi diantaranya berpikir kritis.
Penilaian keterampilan berpikir kritis akan lebih baik dilaksanakan pada saat pembelajaran, karena keterampilan berpikir kritis merupakan sebuah proses berpikir sehingga indikator-indikatornya akan lebih mudah diidentifikasi selama proses pembelajaran berlangsung. Pola dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam perkuliah telah menunjang berkembangnya keterampilan berpikir kritis mahasiswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa : Instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa pada Program Studi Magister Pendidikan IPA telah masuk pada katagori keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Indikator yang paling bayak ditemukan dalam instrumen penilaian adalah indicator membuat inference/ membuat kesimpulan (45,5%) , sedangkan indicator yang paling sedikit ditemukan adalah membangun keterampiUpaya untuk mendapatkan lan dasar (3,8%). keselarasan gagasan antara pola atau Sub indikator dari keterampilan strategi pembelajaran dengan instrument berpikir kritis yang paling dominan adapenilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan mahasiswa dilakukan lah keterampilan menganalisis argument melalui kegiatan FGD yang diikuti oleh (32,2%), sedangkan sub indicator yang dosen-dosen pengampu matakuliah dan belum ditemukan dalam instrument dari pihak pengelola Program Studi Mag- penilaian adalah keterampilan memperister Pendikan IPA. Berdasarkan hasil timbangkan kredibilitas (0%) dan ketFGD, diperoleh beberapa pemikiran dan erampilan berinteraksi dengan orang lain. saran untuk penyempurnaan hasil penelitian, antara lain :
Yayuk Andayani, Aliefman Hakim, L.R.Telly Savalas Identifikasi Keterampilan Berpikir Kritis Melalui Analisis Instrumen Penilaian Pada Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
DAFTAR PUSTAKA Bloom, B.S. (Ed.), Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill,W.H., & Krathwohl, D.R. (1956). Taxonomy of educational objectives: The classification of educational goals. Handbook 1: Cognitive domain.New York: David McKay. Ennis, R. 1985. “Curriculum for Critical Thinking”. Dalam A. L. Costa (Eds). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Facione, P. A. et al. 2002. The California Critical Thinking Skill Test: Test Manual 2002 Update Edition. Milbrae CA: The California Academic Press. Innabi, H. dan Sheikh, O. E. 2006. “The Change in Mathematics Teachers’ Perceptions of Critical Thinking after 15 Years of Educational Reform in Jordan”. Educational Studies in Mathematics. 64, 45-68. Jujun, S. Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Jakarta: Pustaka Sinar, hal 46 Liliasari. (2000). “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Untuk Mempersiapkan Guru IPA Memasuki Era Globalisasi”. Makalah disajikan dalam Seminar Permasalahan dan Alternatif Pemecahan Masalah Pendidikan MIPA. Malang. Marzano, R. et al. 1988. Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development.
|247
McGregor, D. 2007. Developing Thinking Developing Learning : A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshire: Open University Press. McGraw-Hill. Mardapi, D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press. Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Widoyoko, E. P. 2005. Analisis pengaruh kinerja guru terhadap motivasi belajar siswa. [online]. Tersedia di. www. Jurnal Educare.com. Zoller, U. 1993. Maybe for LOCS: Unlikely for HOCS. Journal of Chemical Education. 70, 195-197.